BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori Agency Teori agency merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Smith, 1984). Tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The belief revision role). Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (The performance evaluation role).
2. Teori signaling Teori signaling merupakan menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan.
11
12
Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki. Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas
13
atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan (Jama’an, 2008).
B. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Perbankan syariah nasional dalam tahun-tahun terakhir ini Alhamdulillah menunjukkan perkembangan yang relatif cepat, pesatnya pertumbuhan perbankan syariah diimbangi dengan tetap dipertahankannya prinsip kehati-hatian di dalam mengelola usahanya, Peranan bank syariah menjadi sangat penting karena bank syariah mempunyai landasan etika agar kaum muslimin mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pengertian Bank Syariah menurut Sri Susilo (2000:110) adalah sebagai berikut : Bank syariah adalah Bank yang dalam aktifitasnya baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan menekankan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Pengertian Bank Syariah menurut veithzal (2007:733) : Bank Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
14
Sedangkan menurut Heri Sudarsono (2003:18) Mendefinisikan Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.
Dari definisi-definisi diatas akhirnya penulis dapat menyimpulkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam aktifitasnya baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan menekankan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. 2. Tujuan Bank Syariah Menurut Arifin (2000 : 17) bank syariah didirikan dengan tujuan mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip – prinsip islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lainnya yang terkait dengan prinsip utama berupa : a. Menghindari riba dalam berbagai bentuk transaksi b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah c. Menyuburkan zakat
15
3. Prinsip – Prinsip Syariah Prinsip syariah menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10 tahun 1998 ini dijelaskan bahwa : “Aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”
Prinsip – prinsip Syariah yang mendasari Bank Islam menurut Arifin (2012:12) sebagai berikut : a. Melarang Kegiatan Riba Riba dalam hukum islam hukumnya haram. Salah satu dasar hukumnya surat (30) Ar-Rum ayat 39 artinya : “Dan suatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah disisi Allah SWT. Dan yang kamu berikan zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah SWT, maka inilah orang-orang yang melipat gandakan pahalanya’’. 1) Menghalalkan transaksi jual beli Prinsip ini dijelaskan dalam QS-Annisa (4) : 29 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mamakan harta sesama dengan jalan bathil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan suka sama suka diantara kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah SWT adalah maha penyanyang kepadamu”.
16
2)
Berbuat adil tanpa pandang bulu Dengan dasar QS An-Nahl (16) : 90 yang artinya : “sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan memberi kepada kamu kerabat. Dan Allah SWT melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran bagimu agar kamu dapat pelajaran”.
3)
Kebersamaan dan tolong menolong Prinsip ini didasarkan QS Al-Maidah (5) : 2 yang artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong – menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran”.
4)
Saling menolong untuk meningkatkan prestasi Prinsip ini didasarkan dalam QS Al-Qashash (28) : 77 yang artinya : “dan carilah pada apa yang telah anugerahkan Allah SWT kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat. Dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepadamu, janganlah kamu berbuat kerusakan”.
5) Membayar Zakat Prinsip ini didasarkan dasar QS Az-Zariyat (51) : 19 yang artinya : “dan dalam harta mereka ada hak untuk orang meminta dan orang miskin yang tak mau memintanya”. 4. Prinsip – prinsip Operasional Bank Syariah Sistem ekonomi Islam akan menjadi dasar beroperasinya Bank Syariah yang paling menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraan/kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil,
17
sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun. Menurut Muhammad (2001 : 83) adalah sebagai berikut : a. Prinsip Bagi Hasil (profit Sharing) Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dengan empat akad utama yaitu : 1) Ak-Musyarakah Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Aplikasi dalam dunia perbankan biasanya digunakan dalam pembiayaan proyek dan model ventura.
2) Al-Mudharabah Al Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal (100%) sedangkan pihak lain menjadi pengelola. Aplikasi dalam perbankan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. 3) Al-Muzara’ah Al Muzara’ah adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si
18
penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (presentase) dari hasil panen. 4) Al-Musaqah Al Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dan Muzara’ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
b. Prinsip Jual Beli (Ba’i) 1) Ba’i al Mudharabah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Aplikasi dalam perbankan diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang – barang investasi, baik dalam negri maupun luar negri seperti melalui Letter of Credit (L/C).
2) Ba’i As-Salam Ba’i As Salam adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Aplikasi dalam perbankan biasanya dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relative pendek 2-6 bulan. 3) Ba’i Al-Istishna
19
Ba’i Al Istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.
c. Prinsip Jasa (fee) Dalam menjalankan operasionalnya, perbankan syariah juga menerapkan prinsip jasa (fee) yang terdiri dari : 1) Al-Wdi’ah Al-Wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Aplikasi perbankan mengacu kepada pengertian adhdhamanah, Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan AlWadi’ah untuk tujuan : Current Account (Giro) dan Saving Account (Tabungan Berjangka). 2) Al-Ijarah Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Aplikasi dalam dunia perbankan seperti hal nya dengan leasing. 3) Al-Hawalah
20
Al-Hawalah adalah pengalihan piutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang menanggungnya. Salah satu dalam aplikasi perbankan Al Hawalah digunakan dalam hal Factoring atau anjak piutang. 4) Ar-Rahn Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si penjamin sebagai jaminan atas yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dalam dunia perbankan rahn dapat dipakai dalam dua hal, pertama sebagai prinsip artinya sebagai akad tambahan terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan murabahah, kedua sebagai produk tersendiri untuk keperluan nasabah yang sifatnya jasa dan konsumtif seperti pendidikan,kesehatan dan sebagainya. 5) Al-Kafalah Al-Kafalah adalah pemberian garansi kepada nasabah yang akan mendapatkan pembiayaan (pelaksanaan usaha atau proyek) dari pihak lain. Bank mendapatkan fee dari nasbah sesuai dengan kesepakatan bersama. Aplikasi dalam perbankan biasanya digunakan untuk membuat garansi atau suatu proyek (Performance Bonds), partisipasi dalam tender (Tender Bonds), atau pembayaran lebih dulu (Advnce Payment Bonds). 6) Al-Wakalah Al Wakalah berarti penyerahan pendelegasian atau pemberian mandat dalam hal ini wakalah adalah pelimpahan kekuasaan seorang kepada orang lain
21
dalam hal-hal yang diwakilkan. Aplikasi dalam perbankan wakalah biasanyabditetapkan untuk pembuatan Letter of Credit atas pembelian barang diluar negri (L/C Impor) dan untuk melakukan transfer dana dari nasabah kepada alamat lain. 7) Al Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam aplikasi perbankan akad Qard biasanya diterapkan sebagai berikut : a) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditas yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relative pendek. b) Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat. c) Sebagai produk yang menyeimbangkan usaha yang sangat kecil atau membantu sector social
22
5. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Konvesional
Bank Syari’ah
1. Investasi yang halal dan haram 2. Memakai perangkat bunga
halal saja.
3. Profit Oriented 4. Hubungan dalam
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-
dengan
bentuk
1. Melakukan investasi-investasi yang
nasabah
kreditor
dan
debitor 5. Tidak terdapat dewan sejenis
beli, atau sewa. 3. Profit dan Fallah Oriented 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan. 5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
Sumber : M. Syafi’i Antonio (2001: 34) Keterangan: Fallah adalah mencari kemakmuran di dunia dan kebahagian di akhirat. Dari perbedaan-perbedaan diatas, hal yang paling mendasar yang membedakan antara bank syari’ah dengan bank konvensional adalah dalam sistem manajemen keuangan, yaitu mengenai konsep bagi hasil yang merupakan sebuah solusi dari sistem bunga yang selama ini diterapkan pada bank-bank konvensional. Dengan tegas bank syari’ah menolak konsep bunga karena menurut Fiqih Islam, konsep bunga termasuk pada riba, sedangkan riba itu hukumnya haram. Definisi Riba menurut para ulama fikih yaitu kelebihan harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan/gantinya. Maksud dari pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang
23
yang timbul akibat transaksi utang piutang yang harus diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang jatuh tempo. 6. Pengertian Mudharabah a. Pengertian Mudharabah Pengertian Mudharabah menurut Sayyid Sabiq yaitu : “akad antara dua pihak dimana salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang (sebagai modal) kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan, dan laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan” Sedangkan menurut Antonio mengutip pendapat al-Syarbasyi yaitu : “akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shabib almal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola, dan keuntungan usaha secara dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola” Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 105 paragraf 4, memberikan pengertian mudharabah yaitu :Mudharabah adalah akad kerja sama antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah merupakan akad antara dua belah pihak atau lebih, antara pemilik modal (shahib almal) dengan pengelola usaha (mudhararib) dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang dibagi berdasarkan kesepakatan yang tertuang di dalam kontrak, dimana bila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka kerugian tersebut
24
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola usaha (profit and lost sharing). b. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah Rukun dan ketentuan syariah akad mudharabah menurut Sri dan Wasilah (2009 : 124) : a) Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah : Rukun Mudharabah ada empat, yaitu : 1. Pelaku, terdiri atas : pemilik dana dan pengelola dana 2. Objek Mudharabah, berupa : modal dan kerja 3. Ijab Kabul/Serah terima 4. Nisbah Keuntungan Ketentuan Syariah Mudharabah, adalah sebagai berikut : 1. Pelaku a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh. b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim. c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
25
mengawasi. 2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja) a. Modal 1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau asset lainnya (dinilai
sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya. 2) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya modal, berarti pemilik dana
tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola dana harus bekerja. 3) Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari
keuntungan. 4) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk mudharabah kembali kemodal
mudharabah, dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizing pemilik dana. 5) Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan modal kepada orang
lain dan apabila terjadi maka dianggap terjadi pelanggaran kecuali atas seizing pemilik dana. b. Kerja 1) Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterlampilan, selling
skill, management skill, dan lain-lain.
26
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik
dana. 3) Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah. 4) Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak. 5) Dalam hal ini pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah. 3. Ijab Qabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak – pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui korespondensi atau menggunakan cara – cara komunikasi modern. 4. Nisbah Keuntungan a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara
27
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Jika memang dalam akad tersebut tidak dijelaskan masing-masing porsi, maka pembagiannya menjadi 50% dan 50%. b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan menyatakan
nilai nominal tertentu Karena dapat menimbulkan riba c. Manfaat Mudharabah Manfaat Akad mudharabah yang dapat dirasakan oleh pihak bank sebagai pihak shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib, yaitu sebagai berikut: 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spred. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas (cash flow) usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benarbenar terjadi itulah yang akan dibagikan.
28
5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah atau al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. d. Risiko Mudharabah Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi. Diantaranya: 1. Side streming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur
7. Musyarakah 1. Pengertian Musyarakah Pengertian musyarakah menurut Merzal (2004 : 60) adalah : Musyarakah adalah akad kerja sama diantara dua belah pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan menurut Slamet (2005 : 132) “musyarakah merupakan akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan”. Pengertian musyarakah berdasarkan PSAK No. 106 yaitu :
29
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset atau asset nonkas yang diperkenankan oleh syariah. Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan musyarakah merupakan semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama – sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang wujud maupun tidak berwujud. a. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Musyarakah Rukun musyarakah ada empat, yaitu : 1. Pelaku terdiri atas para mitra 2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja 3. Ijab qabul/serah terima 4. Nisbah keuntungan Ketentuan Syariah Musyarakah, adalah sebagai berikut : 1. Pelaku : para mitra harus cakap hukum dan baligh 2. Objek musyarakah Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya dengan akad musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja. a. Modal
30
1) Modal yang diberikan harus tunai 2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, asset perdagangan, atau asset tidak berwujud seperti : lisensi, hak paten, dan sebagainya. 3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama. 4) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. 5) Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola asset kemitraaan. 6) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya. 7) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri. 8) Pada prinsipnya musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal, seorang mitra tidak bisa menjaminkan modal mitra lainnya, karena musyarakah didasarkan prinsip al ghunmu bi al ghurmi hak untuk mendapat keuntungan berhubungan dengan risiko yang diterima. 9) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang oleh syariah.
31
b. Kerja 1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksaaan musyarakah. 2) Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra menyatakan tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut. 3) Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama. 4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya. 5) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah. 6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan diluar wilayah tugas yang ia sepakati, berhak memperkerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut. 7) Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri. 3. Ijab Qabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
32
4. Nisbah a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga resiko perselisihan diantara para mitra dapat dihilangkan. b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba. d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan. e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena hal ini sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama resiko. f. Pada
prinsipnya
keutungan
milik
para
mitra
namun
diperbolehkan
mengalokasikan keuntungannya untuk pihak ketiga bila disepakati, misalnya untuk organisasi kemanusiaan terntentu atau untuk cadangan.
33
8. Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah 1. Pengertian Bagi Hasil Perbedaan antara sistem ekonomi islam dengn sistem ekonomi lainnya adalah terletak pada penerapan bunga. Dalam ekonomi islam, bunga dinyatakan sebagai riba yang diharamkan oleh syariat islam. Sehingga dalam ekonomi yang berbasis syariah, bunga tidak diterapkan dan sebagai gantinya diterapkan sistem bagi hasil yang dalam syariat islam dihalalkan untuk dilakukan. Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. Menurut Slamet (2005 : 56) dalam prakteknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat didasarkan pada dua cara sebagai berikut :
34
a. Profit Sharing (bagi laba) Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. b. Revenue Sharing (bagi pendapatan) Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasar pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Menurut Edy ()2005 : 45) beliau berpendapat didalam penerapan system bagi hasil islam memandang uang sebagai flow concept. Uang harus berputar dalam perekonomian. Islam tidak mengenal time value of money karena metode ini menambahkan nilai kepada uang semata – mata dengan bertambahnya waktu dan bukan usaha. Islam justru mengenal value money, yaitu waktu memiliki nilai ekonomi. Sesuai ajaran islam, manajemen moneter yang efisien dan adil tidak didasarkan pada penerapan metode bunga. Muhammad (2005:105) menyatakan bahwa pengertian bagi hasil adalah: Pengertian bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) bagi hasil dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan: distribusi beberapa bagian dari laba pada para
35
pegawai dari suatu perusahaan. Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.
Menurut Djaslim Saladin (2000:74) : Sistem Bagi Hasil adalah Perjanjian pembagian keuntungan dan atau kerugian dengan besar pembagian tertentu dari sejumlah dana antara pihak pemilik dana dengan pihak yang menggunakan dana. Berikut contoh perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah yang sesuai system yang ditetapkan oleh Slamet (2005 : 137) : 1) Contoh Kasus Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah Bank Mandiri melakukan kerja sama bisnis dengan bapak Arif, seorang pedagang buku dipasar, menggunakan akad mudharabah Bank Mandiri sebagai pemilik dana dan Arif sebagai pengelola dana. Bank Mandiri memberikan modal kepada Arif sebesar Rp 20.000.000 sebagai modal usaha pada tanggal 1 januari 2011 dengan nisbah bagi hasil Bank Mandiri : Arif = 30% : 70%. Pada tanggal 29 febuari 2011, bapak Arif memberikan laporan laba rugi penjualan buku sebagai berikut : Penjualan
Rp 2.000.000
Harga Pokok Penjualan
(Rp 800.000)
Laba Kotor
Rp 1.200.000
36
Biaya – Biaya
(Rp 500.000)
Laba Bersih
Rp 700.000
Hitunglah pendapatan yang diperoleh Bank Mandiri dan Arif dari kerja sama bisnis tersebut pada tanggal 29 febuari 2011 bila kesepakatan pembagian hasil tersebut menggunakan metode :
Metode Profit Sharing Bank Mandiri : 30% x Rp 700.000 (Laba Bersih) = Rp 210.000 Arif
: 70% x Rp 700.000 (Laba Bersih) = Rp 490.000
Metode Revenue Sharing Bank Mandiri : 30% x Rp 1.200.000 (Laba Kotor) = Rp 360.000 Arif
: 70% x Rp 1.200.000 (Laba Kotor) = Rp 840.000
2) Contoh Kasus Perhitungan Bagi Hasil Musyarakah Mitra usaha PT. Jaya melaporkan laba rugi tahun 2004 sebagai berikut : Penjualan
Rp 800.000.000
37
Harga Pokok Penjualan
(Rp 500.000.000)
Laba Kotor
Rp 300.000.000
Beban Operasi
(Rp 100.000.000)
Laba Operasi
Rp 200.000.000
Menurut kesepakatan pembiayaan musyarakah adalah bersifat permanen sampai dengan maret 2005, nisbah bank syariah : PT. Jaya 50 : 50 apabila laba, sedangkan apabila rugi, nisbah adalah sesuai dengan perbandingan modal, yaitu bank syariah : PT. Jaya = 60 : 40 (modal bank syariah = Rp 300.000.000, - dan modal PT.Jaya = Rp 200.000.000,-). Bagi hasil dihitung dari laba operasi yang diperoleh mitra pengelola usaha diatas. Bank Syariah akan mengakui pendapatan bagi hasil pembiayaan Musyarakah sebesar 50% x Rp 200.000.000 = Rp 100.000.000.
2. Perbedaan Sistem Bunga Dengan Sistem Bagi Hasil Hal yang mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non syari’ah dan syari’ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah.
38
Perbedaan sistem bunga dan sistem bagi hasil pada lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syari’ah terdapat pada tabel dibawah ini. Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil Hal
Sistem Bunga
Sistem Bagi hasil
Penentuan besarnya
Sebelumnya
Sesudah berusaha,
hasil
sesudah ada untungnya
Yang ditentukan
Bunga, besarnya nilai
Menyepakati proporsi
sebelumnya
rupiah
pembagian untung untuk masing – masing pihak, misalnya 50:50, dst
Jika terjadi kerugian
Ditanggung nasabah
Ditanggung kedua
saja
belah pihak, nasabah dan lembaga
Dihitung dari mana?
Titik perhatian
Dari dana yang
Dari untung yang
dipinjamkan, fixed,
bakal diperoleh,
tetap
belum tentu besarnya
Besarnya bunga yang
Keberhasilan proyek /
39
proyek/usaha
Berapa besarnya?
harus dibayar
usaha jadi perhatian
nasabah/pasti
bersama : nasabah
diterima bank
dan lembaga
Pasti. (%) kali jumlah
Proporsi (%) kali
pinjaman yang telah
jumlah untung yang
pasti diketahui
belum diketahui = belum diketahui
Status hukum
Berlawanan dengan
Melaksanakan QS.
QS. Luqman : 34
Luqman : 34
Sumber : Muhammad, Manajemen Bank Syariah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005:76
40
9. Laba Selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. 1. Pengertian Laba Bersih Pengertian
Laba
menurut
Komarudin
Sastradipoera
(2004:269),
dapat
didefinisikan dengan tiga cara, salah satunya yaitu pengertian laba dalam bisnis perbankan adalah Jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan (income) diatas pengeluaran (expenditure) bank yang dapat dinyatakan dengan rumus: Y-Ex . Selanjutnya pengertian laba menurut Soemarso (2005:230) adalah Selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Oleh karena laba adalah hasil pengurangan beban terhadap pendapatan, maka kunci kelayakan penetapan laba atau rugi adalah menetukan jumlah pendapatan yang dihasilkan dan jumlah beban yang terjadi dalam periode yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud dengan laba bersih menurut Warren, Reeve dan Fess (2005:25) yaitu Kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kemudian menurut Muhammad (2002:121) yang dimaksud dengan laba bersih adalah sebagai berikut:
41
Laba bersih adalah mencerminkan perubahan bersih terhadap posisi ekuitas setelah dikurangi hak atau klaim termasuk bunga utang jangka panjang dan pajak penghasilan, yang hanya akan menjadi laba pemegang saham bila nilai penanaman mengalami kenaikan atau terdapat pengumuman deviden. Dari definisi diatas akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan laba adalah selisih dari semua pendapatan atau aktiva dengan seluruh biayabiaya atau kewajiban.
2. Jenis-jenis Laba Untuk mengetahui jenis-jenis laba maka laporan keuangan (income statement) menjadi landasannya, dimana laba terbagi empat yaitu sebagai berikut: a. Laba kotor Laba kotor yaitu laba yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan setelah dikurangi oleh harga pokok penjualan (HPP). b. Laba operasional Laba operasi yaitu laba yang bersumber dari rencana aktivitas perusahaan yang dicapai setiap tahunnya. Angka itu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai balas jasa pemilik modal. c. Laba sebelum pajak
42
laba sebelum pajak yaitu hasil dari laba operasional ditambah dengan pendapatan-pendapatan lainnya yang kemudian dikurangi oleh biaya-biaya sebelum dikurangi pajak. d. Laba setelah pajak atau laba bersih Laba setelah pajak adalah laba perusahaan yang telah dikurangi pajak, sedangkan pada perusahaan-perusahaan yang Islami tentunya setelah dikurangi Zakat. Laba bersih yang diperoleh perusahaan selanjutnya dijadikan landasan dasar perhitungan pembagian deviden.
3. Tujuan Perhitungan Laba Bagi setiap perusahaan, perhitungan laba adalah suatu hal yang sangat penting karena ada tujuan perhitungan laba, yaitu sebagai berikut: 1. Tujuan intern, dimana besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan merupakan dasar petunjuk tentang kualitas pimpinan perusahaan, selain itu laba yang diperoleh perusahaan merupakan bahan analisis untuk perbaikan perusahaan periode selanjutnya. 2. Tujuan ekstern, dimana laba dijadikan sebagai bahan pertanggungjawaban dan perhitungan para pemegang saham, pajak, emisi saham dibursa efek dan sebagai bahan pertimbangan permohonan kredit pada bank lain. Sedangkan dalam perhitungan Akuntansi Syari’ah kesejahteraan dan laba merupakan dasar dalam penentuan zakat, baik zakat individu mupun zakat perusahaan
43
(lembaga). Konsep laba secara umum memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan atau bank
maupun bagi pihak luar yang berkepentingan dengan
perusahaan, diantaranya yaitu sebagai berikut: 1. Konsep laba sebagai transfer kesejahteraan bagi pihak-pihak lain. 2. Sebagai penentu besarnya bonus karyawan dan deviden yang diberikan kepada investor. 3. Laba sebagai ukuran usaha dan prestasi manajemen perusahaan. 4. Sebagai petunjuk untuk melakukan investasi. 5. Laba persaham (Earning per share) berdasarkan jumlah laba merupakan indikator penting dimana nilai saham tergantung pada pembuatan keputusan investor.
44
C. Penelitian Terdahulu Nama peneliti
Judul Peneliti
Diana Nugraha
Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Laba Bersih Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Periode 2006 – 2011
(2012)
Hasil Peneliti a. Berdasarkan hasil perkembangan pembiayaan dan laba bersih, bahwa bagi hasil secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan mudharabah pada bank muamalat. b.Melalui uji t bahwa pembiayaan bagi hasil memiliki pengaruh signifikan terhadap penyaluran laba bersih dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,556%.
Dwi Afrianto Ramadhani (2012)
Pengaruh Pembiayaan 1. Secara simultan Mudharabah dan pembiayaan mudharabah Musyarakah Terhadap dan musyarakah Besarnya Pendapatan Bagi memiliki pengaruh yang Hasil (Studi Kasus Pada sangat kuat dan positif PT. Bank Muamalat dan terhadap pendapatan PT.Bank Syariah Mandiri) bagi hasil. 2. Secara parsial pembiayaan mudharabah dan musyarakah memiliki pengaruh yang sangat kuat dan positif terhadap pendaptan bagi hasil.
Ratih Sheptiani Marwanti (2010)
Pengaruh Studi Bagi Hasil 1. Bagi hasil pembiayaan Pembiayaan Mudharabah Mudharabah pada Bank Terhadap Laba Bersih Syariah Mandiri periode (Studi Kasus Bank Syariah 2003 – 2008 selalu mengalami peningkatan
45
Mandiri)
dengan rata – rata pertumbuhan setiap tahunnya mencapai 136,1%. 2. Selama periode tahun 2003 – 2008 tingkat laba bersih yang diperoleh bank syariah mandiri berfluktuatif cenderung naik.
Heri (2013)
Pengaruh Bagi Hasil 1. Berdasarkan hasil analisis Pembiayaan Mudharabah regresi menyatakan dan Pembiayaan bahwa variabel Musyarakah Terhadap mudharabah Laba Bersih yang Terdapat memiliki pengaruh di Perbankan Syariah yang positif Indonesia. terhadap laba bersih pada perbankan syariah Indonesia. 2. Berdasarkan hasil analisis regresi menyatakan bahwa variabel musyarakah memiliki pengaruh yang positif terhadap laba bersih pada perbankan syariah di Indonesia.
Dwi Hartanto (2012)
Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah Terhadap Pendapatan Bagi Hasil (Studi Kasus : PT. Bank Syariah Mandiri)
1. Pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah secara bersama – sama simultan mempunyai hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah.
46
Qudsiah Firdausi (2012)
Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah Terhadap Laba Bersih
2.
Variabel pembiayaan mudharabah mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah.
3.
Variabel pembiayaan musyarakah mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan bagi hasil mudharabah.
1. Pembiayaan mudharabah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih. 2. Pembiayaan musyarakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih. 3. Secara simultan pembiayaan mudharabah dan musyarakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih.
Susanti (2012)
Pengaruh Bagi Hasil 1. Bagi hasil pembiayaan Pembiayaan Mudharabah mudharabah dan Pembiayaan mempunyai pengaruh Musyarakah Terhadap yang signifikan Laba Bersih (Studi Kasus : terhadap laba bersih. PT. Bank Muamalat
47
Indonesia Tbk)
2. Bagi hasil pembiayaan musyarakah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih. 3. Secara simultan bagi hasil pembiayaan mudharabah dan musyarakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih.
48
D. Kerangka Pemikiran Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kausal. Metode penelitian kausal digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent variabel) terhadap variabel terikat (dependent variabel), yaitu pengaruh pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap laba bersih di perbankan syariah.
Pembiayaan Mudharabah (X1) Laba Bersih (Y) Pembiayaan Musyarakah (X2)