BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Seni Bonsai Seni bonsai merupakan tradisi kuno yang telah berusia ribuan tahun lamanya. Sebagaimana halnya karya seni lukis, tari, pahat, musik, dan seni lainnya, bonsai pada dasranya merupakan hasil karya yang mengekspresikan rasa seni penciptanya. Untuk membentuk bonsai yang bermutu diperlukan rasa estetika dan sentuhan seni yang halus . merupakan kepuasan dan kebahagian yang tiada batasnya bagi para seniman bonsai apabila dapat menemukan dan kemudian mengembangakan rasa kepekaan seni untuk membentuk tanaman menjadi bonsai. Bonsai adalah suatu bentuk seni (a piece of art) yang dapat disebut sebagai seni yang tidak pernah kenal akhir (a never ending art) atau suatu seni yang terus menerus hidup (a living art). Sebagaimana pada seni lukis atau seni patung, pada seni bonsai terdapat elemen-elemen dasar mengenai komposisi, keseimbangan, perspektif, kedalaman, tekstur, dan warna. Kesemua elemen tersebut menyatu secara seimbang, selaras, serasi, dengan tetap menampilkan kesan alami. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa bonsai merupakan suatu hasil karya seni tanaman bernilai tinggi yang tidak kalah dengan hasil karya seni lainnya. Karya seni bonsai berbeda dengan karya seni lainnya seperti lukisan, patung, benda keramik, dan sebagainya yang bentuknya tidak dapat berubah-ubah. Bonsai merupakan suatu karya yang dapat berubah terus menerus dalam upayanya mempertahankan hidup. Namun, antara seni bonsai dan seni lainnyajuga terdapat kesamaan. Nilai seninya dapat bertambah terus sejalan dengna bertambahnya usia karya itu sendiri. Sebagai karya seni bonsai harus terus menerus dirawat dan dibentuk karena pertumbuhannya terus berlanjut tidak seperti karya seni benda mati. Disitulah letak daya tarik sekaligus tantangan tersendiri dalam seni bonsai.
1
Asal dirawat dan dipelihara dengan baik umur bonsai akan terus bertambah. Dalam hal ini dituntut untuk menghadapinya secara berkesinambungan dan beraturan ketat. Pembuat bonsai tidak mengenal titik tuntas bonsai, kecuali bonsai itu sendiri mati. Akan tetapi, disini kita tidak membicarakan kematian bonsai melainkan untuk meneruskan dan memperpanjang usianya. Bonsai merupakan karya seni perpaduan antara karunia Tuhan dengan sentuhan tangan manusia. Bila pohon itu tidak diberi sentuhan apapun maka tidak dapat disebut dengan bonsai, melainkan hanya sebagai tanaman hias dalam pot atau hachiue. Justru karena diberi bentuk itulah maka di beri nama bonsai. Namun, yang penting adalah jangan sampai memberikan banyak luka pada pohon itu, agar tetap berkesan alami. Menciptakan bonsai merupakan sesuatu yang menyenangkan karena memiliki pesona seni dan imajinasi yang tidak terhingga. Yang pasti adalah kesenangan untuk memelihara bonsai itu sendiri serta rasa puas karena mampu menciptakan miniatur alam raya. Rasa tersebut merupakan suatu tantangan yang tidak akan dapat diperoleh selain dari kesenangan menciptakan bonsai. Keindahan karya seni, dalam hal ini karya seni bonsai, dipengaruhi oleh tingkat pemahaman dan wawasan, sesuai dengan jiwa, cita rasa, serta kepribadian sipembuat. Memang keindahan tidak memiliki patokan yang eksak atau pasti. Namun, paling tidak harus sesuai dengan criteria seni yang sudah ada dan telah dianggap sebagai tolak ukur penilaian keindahan karya seni bonsai. Berdasarkan kesungguhan penjiwaan terhadap seni bonsai yang tetap mengutamakan keindahan alam itulah maka terbentuk kriteria-kriteria bonsai yang baik. Yang terpenting bonsai yang telah dibentuk itu tetap wajar, tidak terlalu banyak diberi sentuhan tangan pembuatnya. Pepohonan yang berada ditengah-tengah pemandangan alam memiliki wujud keindahan yang khas, yang tidak dapat dibuat dengan tangan manusia. Membuat bonsai yang bagus adalah dengan cara mengembangkan imajinasi kita meniru wujud keindahan yang paling terkesan pada pemandangan alam tersebut dalam suatu wadah. Perhatikan saja sebuah pohon dialam yang tumbuhnya cenderung menjurus ke arah air di lereng bukit atau pohon yang batang, cabang, ranting, dan daunnya tertiup angin kencang. Kita juga dapat melihat pohon dialam yang
2
tumbuhnya
miring, berkelok-kelok. Ada yang batangnya sebagian terkelupas
karena pengaruh cuaca. Alam juga menampilkan pohon yang tumbuhnya tegak lurus dan mendapat sinar matahari penuh, sehingga daunnya rimbun dibagian puncak seperti sebuah kanopi. Kesemuanya itu tertangkap oleh mata kita dan peristiwa alam tersebut dicoba untuk diterjemahkan dengan baik berbentuk tanaman dalam pot. Kebanyakan orang mengatakan bahwa bonsai merupakan miniatur alam dengan pohon sebagai peran utamanya di dalam pot. Akan tetapi, bagaimana sesungguhnya cara mengekpresikan miniatur alam itulah yang disebut dengan kriteria seni bonsai. Disitulah letak kesulitannya disamping merupakan tantangan tersendiri. Perlu diperhatikan bahwa meskipun bonsai dapat dibuat secara bebas bukan berarti tidak memiliki aturan tertentu dalam pembuatannya, sebab kesan alamiah harus muncul pada wadah yang luasnya terbatas. Pembuat bonsai harus dapat membuat bonsai terkesan alami. Tidak dapat membuat miniatur atau meniru alam semesta. Sebaiknya bonsai dapat menampilkan rasa keindahan pribadi dan kepekaan yang dimiliki si pembuat. Caranya dapat dengan memotong, memberi bentuk, atau melilitkan kawat pada batang pohon sehingga terkesan tua yang alamiah. Dari hasil karyanya itulah dapat terlihat cita rasa serta penghayatan si pembuatnya. Lewat seni bonsai kita bisa belajar tentang keanggunan cinta terhadap alam semesta dan kebenaran spiritual secara universal. Dengan cara menekuni pembuatan bonsai, dapat dikatakan bahwa manusia yang kebanyakan dipenuhi oleh urusan duniawi kembali ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena sebelum membicarakan manusia sebagai pembuat bonsai, terlebih dahulu perlu disadari bahwa pohon sebagai pemeran utama dalam pembuatan bonsai hanya dapat terwujud sebagai suatu karya seni semata-mata atas karunia Tuhan, pencipta alam semesta. Pada zaman dahulu bonsai mengekspresikan keindahan yang tidak mementingkan keduniawian (datsuzokuteki de kooga) yang disebut dengan ragam bunjingi. Dapat pula bonsai mengekspresikan keindahan yang jelas-jelas terlihat dibentuk dan berkesan barang ajaib. (kottooshumiteki) seperti honkaku bonsai yang sangat populer. Kini soosaku bonsai atau bonsai yang
3
dibentuk oleh tangan manusia, tetapi tetap berkesan alamiah serta sesuai dengan keinginan hati pencipta bonsai lebih disukai.
2.1.2 Pengertian Bonsai Secara harfiah bonsai berasal dari kata bon dan sai. Bon bermakna wadah yang dangkal berupa pot atau tatakan. Sai berarti tanaman. Jadi, bonsai adalah pohon atau tanaman yang terdapat di dalam suatu wadah atau pot yang dangkal. Bonsai adalah tanaman yang dikecilkan dalam pot, tetapi tidak setiap tanaman kecil dalam pot adalah bonsai. Bonsai dapat juga digolongkan tanaman hias dalam pot, tetapi tidak setiap tanaman hias dalam pot adalah bonsai. Tanaman hias dalam pot dipupuk dan disirami sehingga tumbuh menjadi besar. Bonsai juga dipupuk dan disirami tetapi kemudian dibentuk dan didesain secara artistik sebagai suatu karya seni yang terkesan alami dan antik. Istilah bonsai mulai dipergunakan pada tahun 1818. Meskipun kata bonsai ditulis dengan huruf kanji tetapi dibaca dengan bunyi lafal hachiue. Jadi, kesannya bonsai dan hachiue serupa. Padahal di zaman sekarang orang secara jelas membedakan keduanya, karena bonsai dan hachiue memiliki perbedaan yang sangat kontras. Hachiue hanya merupakan tanaman yang ditumbuhkan didalam pot untuk dinikmati bunga, atau daun, atau buahnya saja (shokubutsubi). Bonsai merupakan pohon yang sengaja dipindahkan kedalam pot yang dangkal serta kecil, lalu dibentuk dan di beri pupuk agar dapat berumur panjang untuk mengekspresikan keindahan alam (shizenbi) dengan menggunakan daya hidup dari pohon tersebut. Berdasarkan perbedaan tersebut, boleh dikatakan bahwa bonsai merupakan suatu hasil karya seni yang sengaja di buat dengan tujuan untuk dijadikan sebagai hiasan yang dapat mengekspresikan keindahan alam melebihi keindahan alam yang natural (tennenshizen ijoo no shizenbi). Bonsai merupakan seni pohon kecil yang tumbuh kokoh dan bersahaja di dalam pot sebagai hasil pemungilan dan training (proses penyempumaan bentuk pohon). Pada umumnya training tersebut memerlukan waktu bertahun-tahun agar
4
menampakkan keindahan alam yang terdalam selama proses pengolahan. Untuk membuat suatu bonsai yang balk sangat diperlukan kesabaran dan perhatian yang penuh.
2.1.3 Pembuatan Bonsai Memang pencipta bonsai dapat membuat bonsai secara bebas sesuai dengan keinginannya. Akan tetapi akankah bonsai yang dihasilkan sudah memenuhi kriteria keindahan alamiah ? Belum tentu. Bonsai yang bagus sebaiknya tetap memenuhi 7 persyaratan keindahan alamiah sebagai berikut. 1. Perbandingan jumlah dan besar dahan serasi dengan besar dan tinggi batang pohon. 2. Berakar kokoh yang berdiri stabil dan mencengkeram kuat pada tanah serta menyebar kesegala arah. 3. Corak kulit batang mempunyai keindahan yang mantap serta serasi dengan letak dahan-dahan lainnya. 4. Batang dan dahan berwarna tua. 5. Di setiap dahan terdapat ranting-ranting kecil yang seimbang dan berdaun lebat. 6. Pada permukaan dan sekeliling akarnya terlihat ada perubahan yang indah. 7. Berkesan memiliki daya tahan terhadap segala bencana, mempunyai kekuatan untuk hidup, dan melimpahkan aura kehidupannya secara keseluruhan(tegar)
Hal yang perlu mendapat perhatian (kyoochoo) adalah akar, besar batang, dan kegagahan pohon itu sendiri agar kelihatan indah. Memberikan perhatian di sini maksudnya bukan mengekspresikan secara berlebih-lebihan (kochoo), tetapi menghilangkan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Dengan kata lain tindakan menyederhanakan (tanjunka) bentuk pohon juga merupakan langkah untuk membuat pusat atau titik perhatian (shooten). Bonsai yang baik dapat tercipta apabila pencipta memberi tekanan pada suatu bagian yang dirasa terindah dari
5
suatu pohon. Wujud alam yang kompleks perlu disederhanakan. Dalam hal ini perasaan manusia sangat mempengaruhi. Dapat saja kita kadang-kadang ragu untuk memotong-motong dahan karena merasa sayang dan cenderung untuk mempertahankan banyak dahan. Akan tetapi, bila hanya mengecilkan wujud pohon yang seadanya saja maka hal ini akan membuat bonsai menjadi tidak begitu berkesan. Penyederhanaan diperlukan untuk meningkatkan kesan seni pada Batang bisa saja besar atau kecil, yang penting dapat memberikan ekspresi kemegahan (yuudai). Sebaiknya batang berdiri kuat mulai dari akar seolah-olah memiliki sumbu yang kuat di dalamnya. Harus dingat bahwa semua pohon di alam batangnya tidak ada yang membelok secara tajam pada bagian di dekat akar. Hal ini berlaku pada pembuatan segala ragam bonsai. Batang terdiri secara alamiah dan tidak berdahan pada ketinggian 1/3 (sepertiga) dari tinggi pohon bagian bawah. Batang sebaiknya berukuran besar. Hal ini bukan berarti bonsai berbatang kecil tidak mempunyai nilai yang baik. Bonsai berbatang kecil tetap mempunyai daya tarik tersendiri. Entah itu berkesan jenaka atau berkesan seperti mainan yang menggemaskan sehingga menimbulkan suasana dan perasaan rileks (kutsurogeru bonsai). Oleh karena itu, meskipun bonsai berbatang besar kelihatannya lebih gagah dan bagus, tidaklah berarti bonsai yang berbatang kecil kalah nilainya. Bonsai berbatang besar maupun kecil mempunyai nilai tersendiri. Secara umum bentuk batang yang ideal adalah berdiri tanpa kesan terpaksa, besarnya batang dari bagian bawah ke atas semakin mengecil, dan tidak ada bekas luka dibenahi. Jika ingin diberi tekukan jangan sampai terlihat bekasnya, seolaholah memang aslinya demikian. Agar keindahan tekukan batang terlihat, sebaiknya dahan-dahan dipangkas dan disisakan sedikit ranting saja. c.
Kesan tua Kesan tua pada bonsai merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan pula.
Kesan tua yang ideal adalah dari kulit batang yang kelihatan tua (keropos). Masalahnya ketuaan pohon tidak dapat dibuat begitu saja, hanya dapat diciptakan
6
melalui perjalanan waktu yang cukup lama. Kesan tua tidak boleh merupakan sekedar sisa kehidupan pohon. Sebaiknya kesan tua tersebut tidak kehilangan keindahan dari ketuaan asli yang dimilikinya. Meskipun suatu bonsai diburu dari hutan dan berkulit tua, tetapi bila tidak serasi dengan keadaan batangnya maka nilainya menjadi rendah. Begitu juga pohon yang tidak menunjukan aura kehidupannya, tidak jelas masih hidup atau hampir mati, nilainyapun berkurang. Agar bonsai mengeluarkan aura kehidupan, setiap batangnya harus berkesan kokoh dan memancarkan keindahan kehidupan tanaman itu sendiri di Jepang banyak sekali bonsai-bonsai yang umurnya telah lebih dari puluhan bahkan ratusan tahun. Bonsai seperti itulah yang sesungguhnya memiliki nilai tinggi yang murni. Penyebabnya kesan tua yang dimiliki bonsai itu mernang diperoleh dari keberadaanya yang telah sekian lama di dunia. Bukan dibuat agar menyerupai pohon yang sudah tua. Dari hal itu saja dapat diketahuai bahwa dalam pembuatan bonsai diperlukan ketekunan serta kesabaran agar dapat bertahan sampai berpuluh-puluh tahun bahkan seratus tahun. Pada umumnya ada beberapa tahap untuk membuat dan membentuk bonsai sampai dengan tahap akhir. Bonsai yang baru diperoleh langsung dari hutan atau dibeli dari toko sebagai bahan yang belum dibentuk disebut araki. Jika akar araki ini telah mencengkeram secara sempurna dan telah sampai pada tahap siap untuk dibentuk atau ditraining maka masuk dalam tahap tanegi. Suatu pohon yang telah memasuki tahap tanegi inilah yang dapat mulai dibentuk menjadi bonsai. Pembentukan bonsai dapat dikategorikan menjadi dua macam. Yang pertama sentei (pemangkasan) seperti pemangkasan dahan, akar dan daun. Yang kedua adalah seishi (pembentukan batang), misalnya melilitkan kawat pada batang atau dahan. Secara umum tahapan pembuatan bonsai terdiri dari empat langkah, yakni pemungilan, training, penuaan, dan penanaman dalam pot. 1. Pemungilan Pohon yang dibuat bonsai dapat menjadi mungil karena ditanam di dalam
7
pot yang tanahnya terbatas dan mengakibatkan potion tumbuh secara terbatas pula. Agar dapat mengatur pertumbuhan sebaiknya akar tunggang dipotong. Dengan cara ini makanan yang dikirim ke bagian-bagian atas akar menjadi sedikit dan mengakibatkan pertumbuhan batang, cabang, ranting, dan daun menjadi mengecil tetapi tetap kompak.
2. Training Ada beberapa hal perlu diperhatikan dalam tahap training atau pembentukan ini.
a. Menentukan gaya bonsai sesuai dengan keinginan pembuatnya. Gaya yang dipilih harus tetap cocok dengan kepribadian pohon yang akan dibentuk. b. Menentukan sisi depan dan belakang. Sisi pohon yang terasa paling indah saat dipandang ditentukan sebagi sisi depan atau muka.
3. Penuaan Bonsai tidak harus selalu betul-betul tua, tetapi harus dapat memberikan kesan tua dan berpenampilan antik-estetik.
Pohon muda cenderung
tumbuh menyerong ke atas sehingga harus dirundukan dahan-dahannya agar menyerupai pohon tua yang pada umumnya tumbuh mendatar atau atau bahkan merunduk. Akar-akar harus diusahakan supaya tumbuh dari pangkal batang pohon, terlihat menjalar di atas permukaan tanah. Bila perlu kulit batang sedikit dikupas dan akar yang menjalar di atas tanah diatur secara alamiah agar dapat menunjang penampilan tuanya.
4. Penanaman di dalam pot Pot yang digunakan untuk menanam bonsai harus sebanding nilainya dengan bonsai yang akan ditempatkan di dalamnya. Maksud sebanding di sini adalah pohon dan pot harus sama-sama serasi. Pada umumnya bonsai
8
ditanam di pot yang dangkal kecuali bonsai bergaya air terjun yang harus ditanam pada pot yang dalam.
2.2 Media Audio Visual 2.2.1 Pengertian Media Secara umum media diartikan sebagai suatu alat atau sarana yang dipakai untuk suatu tujuan tertentu. Menurut Sudjana (1990 : 3-4) terdapat beberapa media yang dapat digunakan sebagai media pendidikan, diantaranya : media grafis, media tiga dimensi, media proyeksi dan penggunaan lingkungan. Istilah media Audio visual memiliki nama lain: media pandang dengar, media rupa rungu, media elektronik, multimedia, media rekam. (Tabrani, 1997:9). Melalui media ini proses penyampaian pesan dirasakan cukup efektif karena merangsang indera pendengaran dan penglihatan manusia, sehingga pesan akan cepat terekam oleh otak. Bila radio merupakan perpanjangan indera pendengaran kita, foto perpanjangan indera penglihatan kita, film merupakan gabungan keduanyam, maka TV merupakan pula perpanjangan dari indera peraba kita yang mencakup partisipasi maksimal dari semua indera kita. Persepsi indera peraba bersifat spontan, seketika, instan, tapi bukan sektoral atau spesialis. la bersifat total, sinaesthesi, melibatkan semua indera. (MeLuhan, 1964:290-291). Berdasarkan metode Russel H. Colley yaitu pendekatan 6-M strategi media dapat dikembangkan berdasarkan: 1. Merchandise, penganalisaan kekutan dan kelemahan media yang direncanakan dengan berbagai media pendukung lainnya. 2. Market, analisi terhadap pasar sekarang ini apakah potensial untuk dikembangkan kelak. 3. Motives, analisi terhadap latar belakang pengguanan media. 4. Message,
analisis
terhadap
hal
mempengaruhi sasaran.
9
yang
akan
disampaikan
untuk
5. Media, analisis terhadap media pendukung lainnya guna menunjang media utama. 6. Measurement. Semua hal tersebut di atas memerlukan suatu ukuranukuran
yang
perlu
diperhatikan untuk menentukan prospek atau
keberhasilan di masa yang akan dating. 2.2.2 Audio Visual Klasifikasi Alat-alat Audio Visual Sebelum kita mulai dengan uraian tentang alat-alat visual dua dimensi di atas bidang yang tidak transparan atau tidak tembus cahaya, terlebih dahulu akan kita jelaskan klasifikasi alat-alat
audio-visual
dengan contoh-contohnya.
Klasifikasi dan contoh-contoh itu sebagai berikut: 1. Alat-alat audio, yaitu alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi atau suara. Contoh: Cassete, tape recorder, dan radio. 2. Alat-alat visual, yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat visual atau alat alat peraga terbagi atas: a. Alat-alat visual dua dimensi yang terbagi menjadi dua: 1. Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan. contoh: Gambar di atas kertas atau karton, gambar yang diproyeksikan dengan opaque-projektor, lembran balik, wayang beber, grafik, diagram, bagan, poster, gambar, hasil cetak saring foto. 2. Alat visual dua dimensi pada bidang yang transparan. Contoh: Slide, filmstrip, lembaran transparan untuk overhead projector. b. Alat-alat visual tiga dimensi. Disebut tiga dimensi karena mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi. Contoh: Benda asli, model, contoh barang atau specimen, alat tiruan sederhana atau mock-up. Termasuk di dalamnya diaroma, pameran dan bak pasir.
10
3. Alat-alat audio visual, yaitu alat-alat yang dapat menghasilkan rupa dan suara dalam satu unit. Contoh: film bersuara dan televisi. 2.3. Minat-minat Dewasa Awal 2.3.1. Minat Pribadi dan Rekreasi Satu diantara bagian besar minat-minat adalah minat pribadi. Minat pribadi itu merupakan suatu daya yang mengarah ke individu untuk memanfaatkan waktu luangnya dalam melaksanakan hal yang paling disenangi untuk diiakukan. Terdapat banyak hal yang paling disenangi untuk diiakukan seorang dewasa awal. Pada prinsipnya proses perubahan dalam rekreasi tidak terlepas dari proses pertumbuhan minat secara umum. Secara praktis, proses perubahan rekreasi lebih ditekankan pada adanya perubahan pola hidup. Ini bersangkutan dengan tiga aspek yaitu pertambahan usia, perubahan status perkawinan dan perubahan status jabatan atau pekerjaan, tiga hal ini yang penting dan utama.
2.3.2 Pola Rekreasi Awal Pola rekreasi awal sebagai pengisi waktu luang dalam menjalankan minatminat pribadi, terdapat banyak macamnya. Tiga diantara penggolongan pola itu yang mempunyai kedudukan penting dan utama. Berdasarkan orientasi tempat penggunaan waktu luang, pola rekreasi dewasa awal terbagi
atas dua kelompok besar yaitu: yang diorientasikan
penggunaannya dalam ruang atau "home centered use", dan yang diorientasikan pada luar ruangan atau masyarakat lingkungan atau "community centered use" (R.I. Havighurst dan K. Feigenbaum; leisure an life style ; 1959). Orientasi pertama yang melahirkan pola rekreasi antara lain, mendengar radio dan bercakap-cakap, jahit-menjahit, menonton televisi, bermain kartu dan lain-lain. Orientasi kedua melahirkan pola antara lain, memancing
ikan, membonsai,
kegiatan-kegiatan kepramukaan dan teater, klub pecinta alam dan masih banyak lagi.
11
2.3.3. Ragam Rekreasi Awal Rekreasi yang sangat banyak dilakukan oleh orang dewasa awal pada umumnya bercakap, olahraga dan mengerjakan hobi diantaranya hobi memelihara tanaman seperti anggrek, membonsai dan lain-lain.
2.4 Tinjauan Faktual (empirik) 2.4.1 Kebutuhan Informasi Tentang Seni Bonsai Terhadap Pemula Analisa kondisi masyarakat pemula terhadap bonsai Menurut data empirik dari wawancara dengan beberapa pakar Bonsai bahwa masyarakat sekarang ini khususnya para pemula sangat kurang sekali pelayanan terhadap mereka, terutama sarana yang mewadahi mereka ketika ingin mempelajari seni bonsai secara mendalam. Sehingga pemula sekarang ini hanya bisa mempelajarinya dari buku-buku terbitan lama dan tidak memiliki sarana penunjang lainnya, karenanya lebih banyak dibohongi oleh para pebisnis yang mengejar keuntungan semata. Tidak berfungsinya organisasi bonsai sebagaimana visi dan misi yang diembannya, terutama program pelatihan atau praktek langsung yang diadakan PPBI sudah tidak aktif lagi. Kekurang pahaman akan seni bonsai karena kurangnya literatur yang memuat keterangan mengenai seni bonsai, literatur yang ada saai ini sebagian besar terbitan tahun 90-an yang diperbaharui dari segi penampilan saja (cover) sehingga wawasan terhadap seni bonsai yang terus berkembang sangat kurang sekali.
2.4.2Gagasan Awal Dengan melihat kenyataan dilapangan ternyata keingintahuan pemula akan seni merangkai seni bonsai cukup besar, sehingga perlu adanya sarana informasi yang menjawab keinginan masyarakat pemula.
Walaupun ada buku yang
membahas tentang seni merangkai bonsai, namun buku itu terbitan lama dan hanya satu pengarang saja, sehingga keinginan belajar dari pemula sangat pemula sangat berkurang dikarenakan sulit dipahami.
12
Media audio visual dirasakan sangat dapat menjawab kebutuhan para pemula, hal tersebut dilihat dari kelebihan yang ditawarkan oleh media audio visual, dan melihat kenyataan film pelatihan dapat mempengaruhi kebiasaan penontonnya. Selain itu walaupun film pelatihan sangat dianggap sebagai media yang bersifat formal, tetapi ternyata dapat dimanfaatkan sebagai media hiburan yang bersifat hobi yang sangat menyenangkan, karena dengan menonton komunikasi verbal dan visual terjadi bersamaan sehingga proses penyampaian pesan dapat lebih cepat ditangkap. Keunggulan lainnya media lebih efektif dari pada buku.
13