BAB II LANDASAN TEORITIK
A. Perencanaan Karier 1. Teori Perencanaan Karier E.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling jabatan yang berpegang pada teori Trait-Factor. Frank Parsons menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai yaitu : petama, pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan kelemahan serta cirri-ciri lainnya.
Kedua, pengetahuan tentang
keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang balas kerja dan kesempatan untuk maju dalam berbagai bidang pekerjaan. Ketiga, berpikir secara rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok fakta di atas. Jadi, langkah yang pertama menggunakan analisis diri; langkah kedua; memanfaatkan informasi jabatan (vocational information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berfikir rasioanal guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian yang memiliki relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan dengan
tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan. Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2006) merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor counseling dalam suatu karangan yang dimuat dalam Theories of counseling sebagai berikut : a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreativitas, wujud minat serta ketrampilan yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan cirri-ciri kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan dapat diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis. Data hasil testing memberikan
gambaran
deskriptif
tentang
individualitas
sesorang yang lebih dapat diandalkan daripada intropeksi atau refleksi terhadap diri sendiri. b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan yang berlainan dengan kemampuan dan ketrampilan yang dituntut pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan. Juga wujud minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lainan dengan pola minat yang ditemukan pada orang berkarir diberbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian dibuthkan informasi pekerjaan
(vocational information), yang tidak hanya mendeskripsikan tugas-tugas yang dilakukan, tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya mencapai sukses dalam suatu bidang pekerjaan. c. Sesuai dengan pola berfikir pada butir (b), kurikulum suatu program studi menunut sejumlah kualifikasi tertentu. Calon (maha) siswa akan belajar lebih mudah dan dengan hasil yang lebih memuaskan, kalau pola kemampuan dan minatnya sesuai dengan pola kualifikasi tertentu yang dituntut dari seorang (maha) siswa yang mengikuti program studi tertentu. Dengan demikian informasi pendidikan (educational information) yang dibutuhkan bukan hanya mendeskripsikan isi dari suatu program studi, tetapi juga menggambarkan pola kualifikasi (human capacities) yang dituntut. d. Setiap individu mampu, berkeinginan dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik, sehingga dia akan menggunakan
keseluruhan
kemampuannya
semaksimal
mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sndiri secara memuaskan. Perencanaan yang matang menurut pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu panjang (long range goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu pendek (short
range goals). Secara ideal, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan intermediar yang semakin mendekatkan orang pada tujuan jangka waktu panjang. Kegunaan dari perencanaan yang matang adalah meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih diantara alternatif-alternatif yang tersedia. Hasil dari perencanaan adalah keputusan tentang sesuatu yang dipilih secara sadar, biasanya dari antara sejumlah alternatif yang dapat dipilih. Perencanaan bukan sekedar langkah mengawang-awang atau tingkah laku mencoba-coba saja (Winkel dan Sri Hastuti, 2006). Bimbingan karir merupakan bimbingan yang juga perlu diterapkan dalam bimbingan dan konseling di sekolah, karena bimbingan ini diperlukan untuk masa depan siswa atau individu untuk memeprolah pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan bakat dan minatnya. Bimbingan karir adalah kegiatan dan layanan pemberian bantuan kepada para siswa dengan tujuan agar siswa memperoleh pemahaman dunia kerja dan akhirnya mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun perencanaan karir (Munandir, 1996). Sukardi (1994) bahwa berkaitan dengan sekolah, bimbingan karir merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang membantu siswa melalui perantara kurikuler yang dapat membantu terutama dalam perencanaan karir, pembuatan keputusan, perkembangan keterampilan, atau keahlian, informasi karir dan pemahaman diri. Dari pengertian-pengertian bimbingan karir diatas maka pada dasarnya bimbingan karir merupakan
suatu bantuan yang diberikan
kepada siswa yang berkesinambungan, memberikan informasi tentang dunia kerja, memberi pemahaman tentang kemampuan diri, membantu menentukan tujuan karir, pemilihan karir dan perencanaan karir serta tentang lingkungan kerja. Bimo Walgito (2004) menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya bimbingan karir di sekolah yaitu: a. Agar siswa dapat memahami nilai dirinnya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan minat, bakat, sikap dan cita-citannya. b. Agar siswa menyadari dan memahami nila-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat. c. Agar siswa mengetahui beberapa jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada didalam dirinya, mengetahui jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu. Memahami hubungan usah dirinya yang sekarang dengan masa depannya. d. Agar siswa menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. e. Agar siswa dapat
merencanakan
masa depannya serta
menemukan karir dan kehidupannya yang serasi.
Dari uraian di atas, bimbingan
karir merupakan usaha untuk
mengetahui dan memahami diri, memahami apa yang ada didalam diri sendiri dengan baik dan dipihak lain untuk mengetahui dengan baik pekerjaan apa yang saja yang ada dan persyaratan apa yang dituntut untuk pekerjaan itu. Dengan demikian siswa dapat memadukan apa suatu pekerjaan atau karir dengan kemampuan atau potensi yang ada di dalam diri siswa. Jika terdapat hambatan dan bagaimana siswa mengetahui dan memecahakan hambatan yang berhubungan dengan karir siswa dimasa mendatang.
2. Jenis Perencanaan Karir Perencanaan yang matang menuntut pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam angka panjang (long-range goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka pendek (short-range goals). Secara ideal, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan intermediary yang semakin mendekatkan siswa kepada tujuan jangka panjang. Gaya hidup (life style) yang ingin dicapai termasuk tujuan dalam jangka panjang misalnya, dan nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin direalisasikan dalam hidup. Sertifikat, ijasah yang dipersiapkan untuk memegang suatu rencana pekerjaan dimasa depan, termasuk tujuan dalam jangka pendek. Kegunaan dari perencanaan karir dimasa depan adalah untuk meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih alternatif-alternatif yang ada. Seadainya siswa hanya memikirkan tujuan
jangka pendek saja, tanpa jelas menghubungkan dengan suatu tujuan jangka panjang (karirnya dimasa depan) terdapat kemungkinan bahwa suatu tujuan jangka pendek yang telah dicapai ternyata tidak selaras dengan tujuan jangka panjang. Kematangan perencanaan karir untuk jangka panjang juga tergantung dari corak pendidikan yang diterima dari dalam keluarga. Hasil dari perencanaan ialah suatu keputusan yang dipilih secara sadar, biasanya dari antara jumlah tingkat pertama, lain juga disekolah lanjut tingkat atas dan lain pula dijenjang perguruan tinggi. Namun kebanyakan pilihan itu menyangkut tujuan jangka pendek, yang merupakan tujuan penunjang dari tujuan jangka panjang.
Setelah
membuat keputusan siswa mendaftarkan diri untuk diterima dalam suatu program akademik, suatu program pendidikan latihan prajabatan atau suatu program ekstrakurikuler. Siswa tersebut diterima atau tidak dalam program yang dipilih, bukan keputusan siswa tersebut melainkan keputusan dari instansi atau pejabat yang berwenang. Keputusan ini akan semakin dimudahkan bila instansi tersebut yakin bahwa pilihan siswa telah dipikir secara matang dan merupakan suatu hasil perencanaan, bukan sekedar langkah yang mengawang-awang atau hanya mencoba-coba saja.
3. Faktor-Faktor Yang Menentukan dalam Perencanaan Karir Siswa Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Dengan kata lain siswa memiliki gambaran tentang informasi yang relevan dan menafsirkan makna bagi dirinya sendiri dan membuat pilihan-pilihan yang dapat dipertanggung
jawabkan. Oleh karena itu konselor sekolah harus
membantu siswa dalam memperoleh informasi yang relevan dan memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan karir dalam bentuk kelompok maupun individual. Berikut ini adalah faktor-faktor menurut Williamson yang diperlukan dalam membuat perencanaan karir siswa (WS Winkel & Sri Hastuti, 2006) : a) Informasi tentang diri sendiri yaitu meliputi data tentang : (1) kemampuan intelektual ; (2) bakat khusus di bidang studi akademik; (3) minat-minat baik yang bersifat luas maupun lebih khusus; (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studi inti; (5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai relevansi terhadap suatu program studi akademik, suatu program latihan pra jabatan dan suatu bidang jabatan, seperti berani berbicara dan bertindak, kooperatif, sopan dapat diandalkan, bijaksana, rajin, berpotensi, dalam bidang kepemimpinan, rapi, tekun, toleran, tahan dalam situasi yang penuh ketegangan, terbuka, jujur, dan
berwatak baik; (6) perangkat kemahiran kognitif, seperti kemampuan mengatur arus pikiran sendiri dalam menghadapi suatu permasalahan, kemampuan menguraikan secara lisan dan tertulis, kemampuan mengatur dirinya sendiri, kemampuan memahami dan berbicara bahasa asing dan kemampuan menghadap orang lain; (7) nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masa depan; (8) bekal berupa keterampilan khusus yang dimilki dalam bidang adnistrasi/tata usaha, kesenian, olaharaga, mekanik, serta koordinasi motorik, yang semuanya sangat relevan bagi program perencanaan karir yang diinginkan; (9) kesehatan fisik serta mental; (10) kematangan vokasional. b) Data tentang keadaan keluarga dekat juga dimasukan dalam lingkup informasi tentang gambaran diri sendiri yang sebenarnya termasuk data sosial. Namun, keadaan keluarga sebagai lingkungan hidup yang paling bermakna bagi individu yang sehari-hari bersama keluarga ikut berpengaruh besar terhadap pembentukan gambaran diri. Keadaan keluarga dekat ini meliputi tentang; (1) Posisi anak dalam keluarga; (2) pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laki-laki dan perempuan; (3) harapan keluarga untuk masa depan anak; (4) taraf sosial ekonomi kehidupan keluarga,; (5) gaya hidup dan suasana keluarga; (6) taraf pendidikan orangtua; (7)
sumber konflik orang tua dan anak; (8) status perkawinan; (9) tinggal dirumah selain orang tua sendiri dan kakak adik. Konsep diri merupakan benang merah dalam menciptakan satu kesatuan yang terpadu dari seluruh proses perkembangan karir, termasuk perencanaan karir dan pengambilan keputusan. Penilaian siswa terhadap diri sendiri tentang kemampuan intelektual , bakat khusus dibidang studi akademik dan berbagi ketrampilan
khusus
mempunyai
relevansi
terhadap
perencanaan karir siswa, karena jika siswa telah menilai gambaran tentang dirinya sendiri maka siswa cenderung berperilaku sesuai dengan persepsinya. c) Informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi perencanaan
karir,
khususnya
informasi
pendidikan
(educational information) dan infomasi jabatan (vocational information), yang bersama-sama dikenal dengan informasi karir (career information). Pemberian informasi ini bertujuan agar
siswa
mempunyai pemahaman
tentang
jenis-jenis
pekerjaan yang ada didalam masyarakat, mengenai informasiinformasi jenis pendidikan kelanjutan studi dan mengenai prospek informasi pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat di masa depan.
4. Tantangan-tantangan
konselor
sekolah
dalam
membantu
membuat perencanaan karir siswa Konselor sekolah dalam membantu siswa membuat perencanaan karir
siswa
tidaklah
mudah,
karena
konselor
sekolah
harus
mempertimbangkan beberapa aspek yang ada didalam diri siswa. Berikut ini beberapa tantangan konselor sekolah dalam membantu perencanaan karir siswa (Winkel & Sri Hastuti, 2006) : 1) Harus mempertimbangkan taraf perkembangang vokasional siswa 2) Harus
menghindari
bahaya
yang
terkandung
dalam
memberikan saran tetntang pilihan yang dibuat, karena sebaiknya mungkin tidak dimengerti oleh siswa dan hanya mengikuti saran saja. 3) Harus dihindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang kemungkinan konseli akan berhasil atau gagal dalam megambil suatu jalur. Setelah siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri sendiri dan tentang lingkungan kehidupannya, dia tetap bebas memilih. 4) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir yang cocok bagi konseli dan akan memuaskan baginya. Maka dapat dianggap bijaksana jika seorang siwa membuat beberapa alternatif dalam urutan prioritas; pilihan pertama, kedua dan seterusnya.
5) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar keinginan saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari sudut pandang yang diinginkan , juga harus ditinjau dari sudut pandang apakah dimungkinkan, dan dapat membawa hasil yang diharapkan seandainya dipilih.
B. Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada sekelompok individu yang berjumlahkan 10-15 orang yang dipimpin oleh konselor atau pemimpin kelompok dimana membahas masalah yang bersifat umum dan aktual yang menjadi kepeduliaan para anggota
kelompok
untuk
mengembangkan
dinamika
kelompok,
pengembangan kepribadian, sosial, belajar dan karier. Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam kelompok (Prayitno, 1996). Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan untuk membahas permasalahan siswa yang memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan menggali dan mengembangkan potensi diri individu. Dalam kelompok ini semua anggota kelompok bebas mengeluarkan pendapat. Semua yang dibicarakan bermanfaat bagi semua anggota kelompok. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi remaja karena
memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, permasalahan, perasaan. Menurut Sukardi (2002)
layanan bimbingan kelompok adalah
layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna unuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota kelompok, anggota keluarga dan masyarakat
serta
untuk
mempertimbangkan
dalam
pengambilan
keputusan. Menurut Romlah (2002) bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bimbingan kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada peserta didik atau siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak.
2. Tahap- Tahap Bimbingan Kelompok Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut (Prayitno, 1996) ada empat tahapan, yaitu: a. Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada
tahap
ini
pada
umumnya
para
anggota
saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana
cara
menyelesaikannya.
Asas
kerahasiaan
juga
disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka. b. Tahap II Peralihan Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya
yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat. Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiaatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama. c. Tahap III Kegiatan Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati. Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu: 1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan. 2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu. 3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
4. Kegiatan selingan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan. d. Tahap IV Pengakhiran Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: 1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. 2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan. Setelah
kegiatan
kelompok
memasuki
pada
tahap
pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka seharihari. 3. Teknik-Teknik Bimbingan kelompok Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak manfaat selain dapat untuk memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana terbangun dan membuat siswa tidak bosan dalam mengikuti kegiatan. Seperti yang dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2001) “Bahwa teknik merupakan bukan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin kelompok.” Sehingga dapat dikatakan jika selain sebagai alat untuk mencapai tujuan, teknik pemilihan juga harus disesuaikan dengan karakteristik konselor atau pemimpin kelompok. Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam bimbingan kelompok antara lain diskusi, ceramah, psikodrama, sosiodrama, games, kerja kelompok, karya wisata (field trip), pemberian informasi, pemecahan
masalah (problem solving), permainan peran (role playing). Dari bermacam-macam teknik yang ada, untuk bimbingan kelompok dalam upaya perencanaan karier pada siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa tidak semua digunakan, oleh sebab itu akan dipilih teknik yang sekiranya memenuhi standar yang dapat membantu perencanaan karier padsa siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa. Teknik tersebut antara lain : a.
Teknik pemberian informasi Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah yaitu pemberian penejelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
b.
Diskusi kelompok Teknik diskusi ini sebenarnya sering dipraktekan di kelas. Pemimpin diskusi yang baik, akan sanggup dengan cepat mengambil tindakan-tindakan menghadapi ketimpangan-ketimpangan. Diskusi diawali dengan penguraian materi yang terkait oleh seseorang atau beberapa orang. Setelah itu dibuka sesi tanggapan atau pertanyaan yang berfungsi untuk memperdalam pemahaman kelompok mengenai materi itu.
c.
Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah merupakan proses kreatif dimana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusankeputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan niali hidupnya. Teknik ini mengajarkan pada individu bagaimana pemecahan masalah secara sistematis. d.
Permainan peran (role play) Bennet (Dalam Tatiek Romlah, 2001) mengemukakan bahwa
permainan
peran
adalah
suatu
alat
belajar
yang
menggambarkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian tentang hungungan antar manusia dengan jalan memerankan situasisituasi yang pararel dengan yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya. e. Games Penyelenggaraan games ini memiliki tujuan yang berbedabeda. Ada yang untuk having fun saja, juga untuk penyampaian materi tertentu. Namun, sejatinya, dalam permainan ini tentu ada pesan yang bisa diambil. Bermain game pada intinya bersifat sosial dan melibatkan belajar dan memenuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, kontrol emosional dan adopsi peran-peran pemimpin dan pengikut dari sosialisasi. C. Keefektifan Bimbingan Kelompok Dalam Perencanaan Karier Menurut Sukardi Bimbingan kelompok memiliki kelebihan-kelebihan antara lain yaitu: Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan
membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya, memiliki pemahaman yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan, menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok, menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik, melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula. Berdasarkan teori perkembangan karir Williamson (dalam Munandir, 1996) maka siswa SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa Pada fase ini anak mengembangkan bakat, minat, kebutuhan
dan potensi yang akhirnya
dipadukan dalam struktur gambaran diri. Gambaran diri ini meliputi beberapa hal diantaranya (1) kemampuan intelektual ; (2) bakat khusus dibidang studi akademik; (3) minat-minat baik yang bersifat luas maupun lebih khusus; (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studi inti; (5) sifat-sifat kepribadian; (6) Posisi anak dalam keluarga; (7) pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laki-laki dan perempuan; (8) harapan keluarga untuk masa depan anak; (9) taraf sosial ekonomi kehidupan keluarga; (10) gaya hidup dan suasana keluarga; dan lain sebagainya sebagaimana dibahas dalam teori. Perencanaan karir merupakan bagian dari perencanaan kehidupan seseorang. Berdasarkan teori perkembangan karir yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa
yang memasuki tahap ini harus mampu menentukan arah yang jelas tentang karir yang akan dipilih sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Berdasarkan fungsi atau kegunaan metode bimbingan kelompok maka dalam perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa, bimbingan kelompok membantu siswa mengeksplorasi tentang bakat, minat dan potensinya dan dapat merencanakan kariernya dengan sebaik mungkin.
D. Penelitian Yang Terkait Penelitian yang dilakukan oleh oleh Afifah (2005) terhadap siswa kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007, termasuk kategori efektif dengan persentase 79.43%. Besarnya pengaruh tersebut yaitu 38.3%. “Ada pengaruh antara bimbingan kelompok dengan perencanaan karier pada siswa kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007” diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa, bimbingan kelompok berpengaruh cukup signifikan terhadap peserta didik dalam merencanakan karier sebesar 38.3%. Penelitian Listiana (2006) meneliti tentang “ Keefektifan bimbingan kelompok dalam perencanaan karier SMA Negeri 1 Kudus mengemukakan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk perencanaan karier peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai hitung Z = 4, 264 > nilai tabel Z = 1,94.
E. Hipotesis Penelitian Layanan
bimbingan
kelompok
efektif
dalam
meningkatkan
perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa.