Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan 1. Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar antara lain untuk lahan non pertanian, sawah, lahan kering, perkebunan, hutan dan badan air. Penggunaan lahan terbesar terbesar adalah untuk lahan kering yaitu sebesar 25.737,84 ha (33,26%) yang meliputi tegalan, padang gembala dan penggunaan lainnya. Penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk lahan sawah yaitu 22.562,45 ha (29,16%). Penggunaan lahan terbesar selanjutnya adalah adalah untuk lahan non pertanian yang merupakan wilayah
permukiman
adalah
sebesar
20.981,09
ha
(27,11%)
(Karanganyar Dalam Angka, 2013). Proporsi penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar secara rinci rinci dapat dilihat pada Gambar 2.1 2.1. Perkebunan; 4,35%
Hutan; 6,10% Badan Air ; 0,01% Non Pertanian; 27,11%
Lahan Kering; 33,26% Sawah; 29,16%
Gambar 2.1. Proporsi Penggunaan Lahan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
Penggunaan lahan untuk lahan kering terdistribusi busi di Kecamatan Tawangmangu 5605,16 ha (21,78%), Kecamatan Jatiyoso 4165,56 ha (16,18%) dan Kecamatan Gondangrejo 2846,17 ha (11,06%). Luas lahan kering terkecil rkecil terdapat di Kecamatan Colomadu 145,57 ha (0,57%). II-1
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Lahan sawah terdistribusi di Kecamatan Kebakkramat 2258 ha (10,01%), Kecamatan Mojogedang 2026 ha (8,98%), dan Kecamatan Jumapolo 1896 ha (8,40%). Luas lahan sawah terkecil terdapat di Kecamatan Colomadu madu 520 ha (2,3%). Lahan non pertanian terdistribusi di Kecamatan Jumapolo 2070 ha (9,87%), Kecamatan Mojogedang 2047,43 ha (9,76%) dan Kecamatan Gondangrejo 1747,8 ha (8,33%). Luas lahan non pertanian terkecil terdapat di Kecamatan Tawangmangu 529,35 ha (2,52%). 6000
Luas (Ha)
5000 4000 3000 2000 1000 Jenawi
Kerjo
Mojogedang
Kebakkramat
Gondangrejo
Colomadu
Jaten
Tasikmadu
Karanganyar
Karangpandan
Ngargoyoso
Tawangmangu
Matesih
Jumantono
Jumapolo
Jatiyoso
Jatipuro
0
Kecamatan Non Pertanian
Sawah
Lahan Kering
Gambar 2.2. Penggunaan Lahan Sawah, Non Pertanian dan Lahan Kering di Masing Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 (Karanganyar Dalam Angka, 2013)
Penggunaan lahan untuk kawasan hutan tersebar di 7 kecamatan, yaitu
Kecamatan
Jatipuro,
Jatiyoso,
Matesih,
Tawangmangu,
Ngargoyoso, Karanganyar dan Jenawi. Luas lahan hutan terbesar terdapat di Kecamatan Ngargoyoso seluas 2.775,98 Ha atau 58,79% dari luas seluruh hutan di Kabupaten Karanganyar. Kemudian diikuti Kecamatan Jenawi seluas seluas 1.601 Ha (33,90%) dan luas hutan terkecil terdapat di Kecamatan Jatiyoso seluas 25 Ha (0,53%). II-2
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Lahan perkebunan di Kabupaten Karanganyar terdapat di 8 (delapan) kecamatan yaitu Kecamatan Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan,
Karanganyar,
Tasikmadu,
Mojogedang,
Kerjo
dan
Jenawi. Luas perkebunan terbesar terdapat di Kecamatan Kerjo dengan luas 1.395,3 Ha (41,45% dari luas keseluruhan perkebunan di Kabupaten Karanganyar), diikuti Kecamatan Ngargoyoso seluas 784,68 Ha
(23,31%).
Luas
perkebunan
terkecil
terdapat
di
Kecamatan
Tasikmadu yaitu seluas 0,64 Ha (0,019%). Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun mengalami
fluktuasi
(Gambar
2.3).
Jika
dibandingkan
tahun
sebelumnya, penggunaan lahan pada tahun 2012 untuk lahan sawah dan lahan kering mengalami peningkatan, sedangkan penggunaan lahan untuk lahan non pertanian mengalami penurunan. 23000,00
Luas Lahan (ha)
22500,00 22000,00 21500,00 21000,00
Sawah
20500,00
Non Pertanian
20000,00
Lahan Kering
19500,00 19000,00 2010
2011
2012
Tahun
Gambar 2.3. Fluktuasi Penggunaan Lahan Sawah, Non Pertanian dan Lahan Kering di Kabupaten Karanganyar
Perubahan penggunaan lahan merupakan akibat dari pesatnya pembangunan di berbagai bidang dan semakin bertambahnya jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar.
Meningkatnya jumlah penduduk
menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan baik untuk kebutuhan pembangunan di berbagai sektor maupun untuk tempat tinggal. Oleh karena itu, terjadi perebutan penggunaan lahan terutama di sektor pertanian dan non pertanian. II-3
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
2. Lahan Kritis Lahan kritis di Kabupaten Karanganyar tersebar hampir di seluruh kecamatan atan kecuali Kecamatan Matesih. Matesih. Luas lahan kritis di Kabupaten Karanganyar nganyar mencapai 31.481,29 Ha, dengan lahan kritis terluas terdapat di Kecamatan Jumantono yaitu seluas 4.285,44 Ha (13,61%).
Kemudian
diikuti
oleh
Kecamatan
Gondangrejo
seluas
4.011,99 Ha (12,74%) dan Kecamatan Tawangmangu seluas 3.061,14 Ha
Kerjo
Jenawi
Mojogedang
Kebakkramat
Gondangrejo
Colomadu
Jaten
Tasikmadu
Karanganyar
Karangpandan
Ngargoyoso
Tawangmangu
Matesih
Jumantono
Jumapolo
Jatiyoso
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Jatipuro
Luas Lahan Kritis (Ha)
(9,72%).
Kecamatan
Gambar 2.4. 4. Luas Lahan Kritis menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Lahan kritis dapat terjadi karena kondisi alam seperti lahan yang tandus dan kemiringan yang terjal. Pada lahan tandus dan kemiringan terjal, tanaman sulit tumbuh dan pengelolaannya membutuhkan biaya besar. Selain itu lahan kritis dapat terjadi akibat kegiatan manusia seperti penebangan hutan, penggundulan lahan sehingga lahan terbuka dan mudah tererosi yang menyebabkan lapisan tanah bagian atas yang subur menjadi njadi habis. habis
II-4
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
3. Hutan Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Karanganyar seluas 7.877,40 Ha yang terdiri atas kawasan cagar alam, taman wisata, taman hutan rakyat, hutan lindung dan hutan kota. kota. Hutan lindung merupakan jenis hutan terluas di Kabupaten Karanganyar Karangan dengan luas mencapai 7.509,48 Ha a (95,33%). (95,3 Kemudian diikuti taman hutan rakyat seluas 231,30 Ha (2,94%) %) dan taman wisata seluas 64,12 ha (Gambar 2. 2.5). 0,79%
0,81%
0,13%
2,94% Cagar Alam Taman Wisata Taman Hutan Raya Hutan Lindung
95,33%
Hutan Kota
Gambar 2.5.. Kawasan Hutan menurut Fungsi/Status di Kabupaten Karanganyar
Taman wisata alam di Kabupaten Karanganyar adalah Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 264/Kpts/-Um/10/1968 264/Kpts/ Um/10/1968 tanggal 12 Oktober 1968. Berdasarkan administrasi pemerintahan, Taman Wisata Alam Grojogan Sewu termasuk suk dalam wilayah Kelurahan Tawangmangu dan Kelurahan Kalisoro,, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Secara administratif pengelolaan termasuk dalam Resort KSDA Lawu Utara, SSWK Surakarta. Konfigurasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan daerah ah pegunungan dengan topografi bergelombang. Jenis tanah h andosol coklat dan batuan vulkanik muda, dengan ketinggian 1.100 m di atas permukaan laut. II-5
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Gambar 2.6. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
B. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman
hayati
(flora
dan
fauna)
di
Kabupaten
Karanganyar antara lain terdapat di Kecamatan Ngargoyoso yaitu Kawasan Taman Hutan Rakyat K.G.P.A.A. Mangkunagoro I dan Kawasan Telaga Madirdo, serta di Kecamatan Tawangmangu yaitu Kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Flora dan Fauna yang terdapat pada kawasan-kawasan tersebut hampir sama karena termasuk dalam habitat Gunung Lawu . 1. Taman Hutan Rakyat Ngargoyoso K.G.P.A.A. Mangkunagoro I Tanaman K.G.P.A.A.
atau
flora
Mangkunagoro
yang I
terdapat
adalah
Pinus
di
Tahura
(Pinus
Ngargoyoso
merkusii),
Kina
(Chinchona sp), Agathis (Agathis loranthifolia), Akasia (Acasia decures), Kayu Betupuk, Pasang (Quercus sp), Puspa daun Merah dan Ndokndokan. Tanaman perdu di kawasan ini didominasi oleh Kerinyu (Eupatorium adoratum), sedangkan tanaman bawah didominasi alangalang, paku-pakuan, rumput gajah, kingkongan dan pakis. Suatu jenis tanaman yaitu plorot dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai tumbuhan obat untuk memperlancar persalinan.
II-6
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Fauna yang dapat dijumpai adalah Macan Tutul Kumbang (Panthera Pardus), Kijang (Muntiacus muncak), Kera abu-abu ekor panjang (Macaca fascicularis), Biawak, Ular, Landak, Burung Kapinis pohon, Burung Walet, Burung Kutilang, Burung Emprit, Burung Dekukur, Burung Jalak Lawu, Burung Ciblek, Burung Prenjak Kuning, Burung Prenjak Sayap Garis, Burung Kapasan Timur, Burung Sepah Hutan, Elang Ular, Elang Bido, Elang Jambul Hitam, Elang Belalang, Ayam Hutan.
Gambar 2.7. Keanekaragaman Hayati di Kecamatan Ngargoyoso
2. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Tawangmangu Tanaman yang mendominasi kawasan ini adalah Pinus (Pinus merkusii), yang ditanam Tahun 1952. Penyusun tegakan lainnya adalah hutan alam dengan pepohonan berukuran besar dan rindang, seperti Banda
(Arthocarpus
elastica).
Sedangkan
vegetasi
alami
tumbuh
dilereng-lereng kawasan hutan yaitu Suren (Toona sureni), Puspa
II-7
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
(Schima walichii), Bulu Karet (Ficus elastica), Beringin (Ficus, sp), dan Kayu Manis (Cinamommum burmanii). Fauna yang dapat dijumpai adalah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Tupai (Tupaia sp.), Luwak (Pharadoxurux hermaphroditus), Landak (Hystrix javanica), Jalak Putih (Sturnus melanopterus), Jalak Gading (Sturnus poliocephalus), Kutilang (Phycnonotus aurigaster), Srigunting (Dicrurus macrocercus), Prenjak (Prinia familiaris), Burung Madu (Melliphagidae).
Gambar 2.8. Keanekaragaman Hayati di Kecamatan Tawangmangu (Gunung Lawu) II-8
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Dari hasil pengamatan terhadap keanekaragaman hayati di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun mengalami penurunan jumlah dan populasi jenis. Hal ini disebabkan adanya bencana alam, kerusakan
hutan
dan
lahan,
eksploitasi
serta
meningkatnya
pembangunan. Jenis flora yang mengalami penurunan yang signifikan di Kabupaten Karanganyar adalah jenis tanaman pakis, liwung, tanaman obat, anggrek lawu, kayu towo dan lotrok yang disebabkan pengambilan yang berlebihan oleh masyarakat untuk kepentingan bisnis, pengobatan, cendera mata dan sebagainya. Untuk mengantisipasi kepunahan atau semakin berkurangnya jenis flora dan fauna, perlu dilakukan upaya perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati.
C. Air Air adalah suatu bahan cair dengan komposisi kimia H2O yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas. Kuantitas air sangat dipengaruhi oleh faktor lokasi, keadaan fisik serta penggunaan lahan dari suatu wilayah. Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu
terhadap
air
tersebut.
Pengujian
yang
biasa
dilakukan adalah uji kimia, fisik biologi atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air dapat berubah dari keadaan normalnya sehingga air kurang berguna bagi kebutuhan tertentu atau semua kebutuhan dibandingkan dengan apabila air itu berada dalam keadaan alamiahnya. Perubahan/ penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normalnya disebut polusi air. II-9
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang dimaksud
dengan
pencemaran
air
adalah
masuknya
atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Berdasarkan
definisi
pencemaran
air,
penyebab
terjadinya
pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat ke dalam
air
yang
menyebabkan
kualitas
air
tercemar
sehingga
mengganggu fungsi air. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar (polutan), yang pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kegiatan Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dilaksanakan ekosistem.
secara
terpadu
Keterpaduan
dengan
tersebut
menggunakan
dilaksanakan
pendekatan
melalui
tahapan
perencanaan, implementasi, pengamatan dan evaluasi. Ruang lingkup pengendalian pencemaran air menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 meliputi inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air, penetapan daya tampung beban pencemaran air, penetapan baku mutu air limbah, penetapan
kebijakan
pengendalian
pencemaran
air,
perizinan,
pemantauan kualitas air, pembinaan dan pengawasan dan penyediaan informasi.
II-10
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
1. AIR SUNGAI Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Sungai mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang pengembangan suatu daerah, diantaranya sebagai sumber air minum, industri, pertanian dan lain sebagainya. Dari segi pemanfaatan lahan, daerah hulu relatif sederhana dan bersifat alami seperti hutan dan perkampungan kecil. Semakin ke arah hilir keragaman pemanfaatan lahan meningkat. Sejalan dengan hal tersebut suplai limbah cair dari daerah hulu yang menuju daerah hilir pun menjadi meningkat. Pada akhirnya daerah hilir merupakan tempat akumulasi dari proses pembuangan limbah cair yang dimulai dari hulu. Penurunan kualitas air sungai terjadi sebagai akibat pembuangan limbah yang tidak terkendali akibat aktivitas pembangunan di sepanjang sungai, sehingga tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan. Salah satu upaya pengendalian pencemaran air yang dilakukan Pemerintah
Kabupaten
Karanganyar
pemantauan
kualitas
air
pengukuran
parameter
sungai kualitas
adalah
secara air
dengan
rutin.
melakukan
Pengamatan
dilakukan
dalam
dan
rangka
pemantauan kualitas air. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD dan sebagainya), dan biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagaianya). Parameter-parameter kualitas air dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
82
Tahun
2001
tentang
Pengelolaan
Kualitas
Air
dan
Pengendalian Pencemaran Air. Pemantauan dilakukan pada sungaisungai yang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah, antara lain sebagai berikut :
II-11
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
a. Sungai Ngringo Sungai Ngringo termasuk dalam DAS Bengawan Solo dan SubDAS Mungkung yang berhulu di lereng Gunung Lawu. Berdasarkan kontinuitas alirannya Sungai Ngringo termasuk sungai intermitten river yang berarti sungai yang mangalir selama musim penghujan saja dan tidak mengalir selama musim kering (kecuali ada hujan), karena pada musim
kering
letak
air
tanah
berada
di
bawah
dasar
sungai.
Berdasarkan pemberian air tanah kepada sungai, Sungai Ngringo termasuk sungai influen yang berarti sungai yang aliran airnya menyokong air tanah. Sungai Ngringo mengalir melalui Kecamatan Jaten. Penggunaan lahan di sepanjang Sungai Ngringo digunakan untuk lahan pertanian, permukiman, peternakan dan industri. Peningkatan berbagai macam kegiatan tersebut menyebabkan peningkatan buangan limbah
dimana
Sungai
Ngringo
dimanfaatkan
sebagai
tempat
pembuangan limbah. Industri yang memanfaatkan Sungai Ngringo sebagai tempat membuang limbah cair sebanyak 10 (sepuluh) industri yang terdiri atas industri tekstil dan industri makanan. Industri-industri tersebut telah memiliki ijin pembuangan limbah cair (IPLC).
Hulu
Hilir Gambar 2.9. Sungai Ngringo
II-12
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di bagian hulu Sungai Ngringo dari tahun 2009-2013 2009 untuk parameter TDS, TSS, Phosphat, COD dan BOD masih memenuhi baku mutu air Kelas IV berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Air pada bagian hulu Sungai Ngringo ini masih dapat dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut. Sedangkan pada pada bagian hilir Sungai Ngringo menunjukkan bahwa kualitas air masih memenuhi baku mutu air kelas IV kecuali untuk parameter BOD (kecuali tahun 2010 2010 masih memenuhi baku mutu air kelas IV). BOD merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada perairan dimana nilai BOD tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar bahan organik. Limbah organik dihasilkan dari berbagai
kegiatan
Peningkatan
seperti
kadar
industri, industri,
BOD
Sungai
permukiman dan peternakan. Ngringo
dari
hulu
ke
hilir
mengindikasikan bahwa semakin ke hilir kualitas air sungai semakin menurun atau telah terjadi pencemaran di bagian hilir.
300
Konsentrasi (mg/L)
250 200
2009 2010
150
2011
100
2012 50
2013
0 TDS
TSS
Phosphat
COD
BOD
Parameter Kualitas Air
Gambar 2.10. Kualitas Air Sungai Ngringo Bagian Hulu
II-13
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
600
Konsentrasi (mg/L)
500 400
2009 2010
300
2011
200
2012 100
2013
0 TDS
TSS
Phosphat
COD
BOD
Parameter Kualitas Air
Gambar 2.11.. Kualitas Air Sungai Ngringo Bagian Hilir
b. Sungai Pengok Sungai Pengok sepanjang 14,3 km bermuara di Sungai Bengawan Solo. Berdasarkan kontinuitas alirannya Sungai Pengok termasuk sungai intermitten river yang berarti sungai yang mengalir selama musim penghujan saja dan tidak mengalir selama musim kering (kecuali ada hujan), karena pada musim kering letak air tanah berada di bawah dasar sungai. Berdasarkan pemberian air tanah kepada sungai, Sungai Pengok termasuk sungai influen yang ng berarti sungai yang aliran airnya menyokong air tanah. Industri yang membuang limbah cair ke Sungai Pengok sebanyak 7 (tujuh) industri terdiri atas 6 (enam) (enam) industri tekstil dan 1 (satu) industri Sodium siklamat. Dari 7 (tujuh)) industri tersebut sebanya sebanyak 6 (enam)) industri sudah memiliki ijin pembuangan limbah cair (IPLC).
II-14
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Gambar 2.12. Sungai Pengok
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di bagian hulu
Sungai Pengok dari tahun 2009-2013 menunjukkan bahwa
kualitas air masih memenuhi baku mutu air Kelas IV berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air kecuali untuk parameter BOD. Nilai BOD yang memenuhi baku mutu air kelas IV hanya pada pengukuran tahun 2011 yaitu 6,18 mg/l. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 42,6 mg/l, nilai BOD pada tahun 2013 telah mengalami penurunan (3,8 mg/l). Sedangkan pada bagian hilir Sungai Pengok menunjukkan bahwa kualitas air masih memenuhi baku mutu air kelas IV kecuali untuk parameter COD dan BOD. Nilai COD yang memenuhi baku mutu air kelas IV hanya pada pengukuran tahun 2011 yaitu 74,06 mg/l sedangkan pengukuran nilai BOD dari tahun 2009-2013 jauh melebihi baku mutu yang ditetapkan. Nilai COD dan BOD yang tinggi pada perairan mengindikasikan adanya bahan organik yang tinggi.
II-15
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
500 450 400 350
2009
300
2010
250
2011
200 150
2012
100
2013
50 0 TDS
TSS
Phosphat
COD
BOD
Gambar 2.13.. Kualitas Air Sungai Pengok Bagian Hulu
1200 1000 2009
800
2010 600
2011 2012
400
2013
200 0 TDS
TSS
Phosphat
COD
BOD
Gambar 2.14. 2.14. Kualitas Air Sungai Pengok Bagian Hilir
c. Sungai Sroyo Sungai Sroyo sepanjang 14,68 km bermuara di Sungai Bengawan Solo. Berdasarkan kontinuitas alirannya Sungai Sroyo termasuk sungai intermitten river yang berarti sungai yang mengalir selama musim penghujan saja dan tidak mengalir selama musim kering (kecuali ada hujan), karena pada musim kering letak air tanah berada di bawah dasar sungai. Berdasarkan pemberian air tanah kepada sungai, Sungai II-16
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Sroyo termasuk sungai influen yang berarti sungai yang aliran airnya menyokong air tanah. Sungai Sroyo dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan air limbah oleh industri-industri yang berada di sepanjang daerah aliran sungai antara lain industri tekstil, pabrik gula, industri etanol dan rumah sakit. Industri yang membuang limbah ke Sungai Sroyo sebanyak 11 (sebelas) industri dan industri-industri tersebut telah memiliki ijin pembuangan air limbah (IPLC).
Hulu
Hilir Gambar 2.15. Sungai Sroyo
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di bagian hulu Sungai Sroyo tahun 2013 menunjukkan bahwa kualitas air masih memenuhi baku mutu air Kelas IV berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
82
Tahun
2001
tentang
Pengelolaan
Kualitas
Air
dan
Pengendalian Pencemaran Air. Sedangkan pada pengukuran tahuntahun sebelumnya nilai BOD masih memenuhi baku mutu yang ditentukan kecuali pada tahun 2012 yang mencapai 20,3 mg/l. Pengukuran pada bagian hilir Sungai Sroyo menunjukkan bahwa kualitas air masih memenuhi baku mutu air kelas IV berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air kecuali untuk parameter COD (153,3 mg/l) dan parameter BOD (52,8 mg/l). Jika dibandingkan dengan pengukuran tahun
II-17
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
sebelumnya terdapat peningkatan konsentrasi parameter TDS dan TSS meskipun masih memenuhi baku mutu air kelas IV. IV
350 Konsentrasi (mg/L)
300 250 2009
200
2010 150
2011
100
2012
50
2013
0 TDS
TSS
Phosphat
COD
BOD
Parameter Kualitas Air
Gambar 2.16. Kualitas Airr Sungai Sroyo Bagian Hulu
350 300
Konse
250 2009
200
2010 150
2011
100
2012
50
2013
0 TDS
TSS
Phosphat
COD
BOD
Parameter Kualitas Air
Gambar 2.17.. Kualitas Air Sungai Sroyo Bagian Hilir
II-18
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
d. Sungai Siwaluh
Hulu
Hilir Gambar 2.18. Sungai Siwaluh
Hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di bagian hulu dan hilir Sungai Siwaluh pada tahun 2013 menunjukkan bahwa kualitas air masih memenuhi baku mutu air Kelas III berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air kecuali untuk parameter BOD pada bagian hulu sungai yaitu 8,5 mg/l. Air sungai Siwaluh masih dapat dimanfaatkan untuk pembudidayaan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.
Konsentrasi (mg/L)
600 500 400 300 200
135 46
100
0,073
15,22
5,33
Phosphat
COD
BOD
0 TDS
TSS
Parameter Kualitas Air
Gambar 2.19.. Kualitas Air Sungai Siwaluh Bagian Hulu II-19
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
Konsentrasi (mg/L)
300
2013
278
250 200 150 100 45
23,94
50
0,17
8,55
0 TDS
TSS
Phosphat
COD
BOD
Parameter Kualitas Air
Gambar 2.20. Kualitas Air Sungai Siwaluh Bagian Hilir
Dibandingkan tahun sebelumnya, pada bagian hulu sungai terdapat peningkatan konsentrasi TDS, COD dan BOD yang cukup signifikan. Limbah yang dibuang ke Sungai Siwaluh sebagian besar berasal dari RSUD Karanganyar. Penentuan nentuan status mutu air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dapat menggunakan Metoda STORET atau Metoda Indeks Pencemaran. Metoda Indeks pencemaran digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diijinkan (Nemerow, 1974). Indeks ini berkaitan dengan senyawa pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukkan dan dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau u sebagian dari suatu sungai. Dalam perhitungan indeks pencemaran ini didasarkan pada titik pengambilan sampel dan pada parameter yang telah ditentukan yaitu TSS, BOD, COD, PO4-P, dan pH. Baku mutu air yang digunakan adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah h Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hasil perhitungan indeks pencemaran II-20
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
pada masing-masing titik pengambilan sampel tersaji pada Tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1. Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran No 1 2 3 4 5 6 7 8
Titik Pengambilan Sampel Ngringo Hulu Ngringo Hilir Pengok Hulu Pengok Hilir Sroyo Hulu Sroyo Hilir Siwaluh Hulu Siwaluh Hilir
3,23 4,36 1,85 5,93 1,31 6,21 3,16 1,73
Berdasarkan
Gol. I cemar ringan cemar ringan cemar ringan cemar sedang cemar ringan cemar sedang cemar ringan cemar ringan
hasil
2,39 3,06 1,16 4,97 0,86 5,54 2,43 1,04
Indeks Pencemaran Gol. II cemar ringan 1,30 cemar ringan 1,98 cemar ringan 0,76 cemar ringan 3,82 kondisi baik 0,83 cemar sedang 4,33 cemar ringan 1,09 cemar ringan 0,70
perhitungan
Gol. III cemar ringan cemar ringan kondisi baik cemar ringan kondisi baik cemar ringan cemar ringan kondisi baik
indeks
0,80 1,12 0,74 2,58 0,82 3,20 0,74 0,68
Gol. IV kondisi baik cemar ringan kondisi baik cemar ringan kondisi baik cemar ringan kondisi baik kondisi baik
pencemaran
yang
tercantum pada Tabel 2.1, dapat disimpulkan bahwa kualitas perairan sungai Ngringo, sungai Pengok dan Sungai Sroyo di Kabupaten Karanganyar dari arah hulu ke arah hilir mengalami penurunan kualitas yang ditandai dengan meningkatnya nilai indeks pencemaran dimana pada daerah hilir sudah tercemar ringan. Pada Sungai Siwaluh, kualitas air di bagian hulu dan hilir sungai masih dalam kondisi baik. Kondisi kualitas air yang sudah tercemar memerlukan upaya pengendalian pencemaran
untuk
mengembalikan
kualitas
air
agar
dapat
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.
2. AIR DANAU/ SITU/ EMBUNG
Danau/ situ/ waduk/ embung adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Ketersediaan sumber daya air, mempunyai peran yang sangat mendasar untuk menunjang pengembangan ekonomi wilayah. Waduk sering juga disebut danau buatan yang besar. II-21
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Pembangunan waduk/ embung diperuntukkam untuk berbagai keperluan antara lain pembangkit listrik, irigasi, pengendalian banjir, sumber baku air minum, air industri, penggelontoran, air perikanan, tempat pariwisata. ariwisata. Di Kabupaten Karanganyar terdapat 2 (dua) buah waduk yaitu Waduk Lalung dan Waduk Delingan. Kapasitas masing masing-masing waduk adalah 5.000.000 m3 dan 4.000.000 m3. Air dari kedua waduk tersebut dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan perikanan. 250 200 Konsentrasi
waduk delingan
150
waduk lalung
100 50 0
Parameter Kualitas Air
Gambar 2.21.. Kualitas Air Waduk di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013
Pemantauan kualitas air yang dilakukan di Waduk Deling Delingan dan Waduk Lalung menunjukkan kualitas air pada kedua waduk tersebut masih memenuhi baku mutu air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan ehatan Nomor. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air kecuali pada kandungan bakteri Coliform total di Waduk Delingan tidak memenuhi baku mutu tersebut. Jika dibandingkan pengukuran tahun sebelumnya terdapat peningkatan konsentrasi nsentrasi pencemar air. Air waduk Delingan dan waduk Lalung dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan usaha perikanan perikanan.
II-22
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
3. AIR SUMUR Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah dimanfaatkan sebagai bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan pemukiman penduduk akan menimbulkan kenaikan permintaan air tanah. Karena keberadaan ai air tanah yang terbatas dan penggunaan yang terus meningkat akan mengakibatkan kerusakan yang berdampak luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Agar air tanah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air bersih dan bahan baku air minum harus memenuhi pe persyaratan yang ditetapkan pemerintah yaitu yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Men.Kes/Per/IX/1990 Tahun 1990 tentang Syarat Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pemantauan kualitas air tanah (sumur gali) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013 dilaksanakan pada 7 (tujuh) buah sumur yang meliputi daerah industri, pemukiman dan pemukiman dekat wilayah industri. Pemantauan kualitas air yang dilakukan meliputi pemantauan
Konsentrasi (MPN/100 ml)
kualitas fisik, kimia dan biologis. 2500 2000 1500 1000 500 0
Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 2.22. Konsentrasi Bakteri Coliform Colifo Total di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013
II-23
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
Pemantauan
kualitas
biologis
didasarkan
pada
2013
kehadiran
kelompok-kelompok kelompok mikroba tertentu seperti mikroba (penyakit perut), pencemar (terutama Coli), penghasil toksin dan sebagainya. Berdasarkan hasil pemantauan n seperti pada Gambar 2.22 terlihat bahwa semua air sumur yang diambil sampelnya mengandung bakteri Coliform Total. Sedangkan
berdasarkan erdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyatakan bahwa air yang yang layak untuk diminum adalah air yang tidak mengandung bakteri Koliform. Adanya kandungan bakteri coliform dalam air mengindikasikan adanya polusi kotoran akibat kondisi
Konsentrasi (mg/L)
sanitasi yang buruk. 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 2.23.. Konsentrasi Total Zat Padat Terlarut (TDS) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013
Kualitas air secara fisik salah satunya ditentukan oleh parameter TDS
(Total
Zat
Padat
Terlarut).
Total
padatan
terlarut
(TDS)
menunjukkan banyaknya partikel padat yang terdapat di dalam air. Padatan ini terdiri atas senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya. garam Berdasarkan hasil pemantauan pada Gambar 2.23 menunjukkan kualitas air sumur pada semua lokasi pengambilan sampel masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratka dipersyaratkan
II-24
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Air
yang
mengandung
padatan
terlarut
yang
tinggi
akan
memberikan rasa yang tidak enak pada lidah, rasa mual yang disebabkan oleh natrium sulfat dan magnesium sulfat.
Kesadahan (mg/L)
300 250 200 150 100 50 0
Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 2.24.. Konsentrasi Kesadahan (CaCO3) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2013
Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya biasa disebut kesadahan air. Dari hasil pemantauan kualitas air pada Gambar 1.26 terlihat bahwa kualitas air pada semua titik pengambilan sampel masih memenuhi baku mutu kesadahan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan
Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum namun keberadaannya tetap tidak dikehendaki karena dapat menyumbat pipa dan keran serta mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun jadi kurang kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur Ca atau Mg. II-25
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Air dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri jika memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologis yang merupakan satu kesatuan, sehingga apabila ada satu parameter yang tidak memenuhi syarat, maka air tersebut tidak layak untuk digunakan. Dari hasil analisa kualitas air yang dilakukan terlihat bahwa air sumur yang diambil sampelnya tidak ada yang memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum baik untuk parameter fisika, kimia dan biologis karena mengandung bakteri Koliform.
D. Udara
Udara merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi makhluk hidup yang berbentuk gas. Udara menyelubungi bumi dengan komposisi gas nitrogen (N2) 78%, oksigen (O2) 20,9%, dan sisanya terdiri dari gas-gas Ar, CO2, Ne, He, CH4, Kr, Ze, NO2 dan O3. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/ atau komponen lain yang ada di udara bebas. Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi. Udara
sangat
penting
untuk
dipelihara
dan
ditingkatkan
kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal. Banyaknya emisi udara akibat aktivitas manusia dapat mengakibatkan pengotoran udara, sehingga dapat mengubah komposisi udara yang akan berdampak terhadap penurunan dan pencemaran kualitas udara ambien. II-26
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran udara, yaitu masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara
ambien
tidak
dapat
memenuhi
fungsinya.
Pencemaran udara dapat terjadi melalui proses alami maupun oleh kegiatan antropogenik. Sumber pencemaran udara secara alam dapat disebabkan oleh letusan gunung berapi, asap kebakaran hutan, debu, dekomposisi biotik dan lain-lain. Kegiatan antropogenik yang dapat menyebabkan
terjadinya
transportasi,
industri,
pencemaran pembuangan
udara
antara
sampah
lain
kegiatan
(dekomposisi
atau
pembakaran), pertanian dan sebagainya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, sumber emisi pencemaran udara dapat dikelompokkan menjadi : a. Sumber bergerak, yaitu sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor. b. Sumber bergerak spesifik, yaitu sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya. c. Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. d. Sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat yang berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah. Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar udara dapat berupa partikel (debu, aerosol, timah hitam, kabut, asap), gas/ senyawa kimia (hidrokarbon, SO2, NO2, CO, H2S, NH3) dan energi (suhu, kebisingan). Berdasarkan dari kejadian, terbentuknya pencemar dapat dibedakan menjadi pencemar primer, yaitu diemisikan langsung oleh sumber dan II-27
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
pencemar sekunder, yaitu pencemar yang terbentuk karena reaksi di udara antara berbagai zat.
Gambar 2.25. Kegiatan Transportasi, Sumber Pencemaran Udara
Gambar 2.26. Kegiatan Industri, Sumber Pencemaran Udara
Untuk
mengetahui
kualitas
udara
ambien
di
Kabupaten
Karanganyar dilakukan pemantauan kualitas udara yang dilaksanakan pada 4 (empat) lokasi pengukuran yang mewakili wilayah perkantoran II-28
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
dan perdagangan (Karanganyar Kota/Depan Kota/Depan Kantor Bupati Bupati), wilayah dengan lalu lintas padat (Depan (Depan Sektor Jaten/Pertigaan Palur), wilayah sekitar industri (Pemukiman ( Sumberejo,Kebakkramat) Kebakkramat) dan wilayah
Konsentrasi (µg/m3)
permukiman (Pemukiman Jaten Jl. Tengger). 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
2012 2013
Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 2.27.. Konsentrasi Gas Karbon monoksida (CO) di Kabupaten
Konsentrasi (µg/m3)
Karanganyar Tahun 2012-2013
60 50 40 30 20 10 0
2012 2013
Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 2.28.. Konsentrasi Gas Sulfur Dioksida (SO2) di Kabupaten Karanganyar Tahun 2012-2013
II-29
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
40 35 30 25 20
2012
15
2013
10 5 0 Karanganyar Kota
Palur
Kebakkramat Pemukiman Jaten
Gambar 2.29.. Konsentrasi Gas Nitrogen Dioksida (NO2) di Kabupaten
Konsentrasi (µg/m3)
Karanganyar Tahun 2012-2013
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
2012 2013
Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 2.30.. Konsentrasi Partikulat dalam Udara di Kabupaten Karanganyar Tahun 2012-2013
Dari data pada Gambar 2.27 2 sampai dengan Gambar 2.30 diatas terlihat bahwa unsur pencemar udara yang berupa gas Karbon monoksida (CO), Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2) dan partikulat masih dibawah baku mutu udara ambien menurut Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien dii Propinsi Jawa Tengah. II-30
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
Hasil
analisa
dari
keempat
lokasi
menunjukkan
2013
bahwa
konsentrasi polutan udara tertinggi terdapat di wilayah Palur yang merupakan wilayah dengan kondisi arus lalu lintas yang sangat padat. Pencemaran udara dapat berdampak terhadap manusia, hewan, tumbuhan, iklim maupun benda. Dampak terhadap manusia meliputi aspek
kesehatan,
estetika.
kenyamanan,
Terhadap
pertumbuhan,
sakit
keselamatan,
tumbuhan dan
perekonomian
berdampak
kematian
akibat
pada
dan
lambatnya
terganggunya
proses
fotosintesa. Sedangkan pada hewan dapat menyebabkan keracunan, sakit dan kematian. Gas-gas pencemar dapat merubah struktur awan, perubahan terhadap
temperatur perubahan
dan iklim/
proses
presipitasi
lingkungan
global
yang
berpengaruh
seperti
terjadinya
pemanasan global, lubang atau penipisan lapisan ozon, efek rumah kaca, hujan asam dan naiknya permukaan air laut. Terhadap benda, gas -gas pencemar dapat menyebabkan karat/ korosi pada logam, beton, batu, karet, bahan plastik dan tekstil. Pencemaran udara lainnya yang dapat terjadi adalah kebisingan. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan dinyatakan dalan satuan desibel. Bising dapat bersumber dari sumber diam dan sumber bergerak. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan jenis sumber suara, jarak dari sumber suara, serapan di atmosfir, angin, temperatur, penghalang, serapan oleh tanah dan refleksi. Gangguan kebisingan dapat berakibat buruk bagi manusia, baik secara fisik maupun psikis. Gangguan fisikadalah gangguan yang langsung terjadi pada faal manusia, seperti terganggunya peredaran darah,
otot-otot
menjadi
tegang,
gangguan
tidur,
gangguan
pendengaran, gangguan pencernaan dan gangguan pada sistem saraf.
II-31
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Sedangkan gangguan psikis adalah gangguan yang berp berpengaruh secara tidak langsung terhadap manusia dan sukar untuk diukur, hal ini tergantung kepada keadaan pribadi masing-masing, masing masing, lingkungan dan sifat
bising
itu
sendiri.
Dampak
kebisingan
terhadap
manusia
dipengaruhi beberapa faktor antara lain intensitas kebisingan, kebisingan, frekuensi kebisingan, jenis kebisingan, lama pemaparan, lama tinggal, umur dan
Kebisingan (dBA)
kerentanan individu.
80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
2012 2013
Lokasi Pengambilan Sampel
Gambar 2.31. Tingkat Kebisingan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 2012-2013
Dari Gambar 2.31 2 diatas terlihat bahwa tingkat kebisingan di Kabupaten ten
Karanganyar
Keputusan
Menteri
masih
Negara
memenuhi
Lingkungan
baku Hidup
mutu Nomor
menurut :
KEP KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan kecuali di wilayah Palur yang merupakan wilayah padat lalu lintas sedikit melebihi baku mutu. Pengendalian ian kebisingan dapat dilakukan melalui pengurangan kebisingan pada sumbernya, penempatan penghalang dan pemakaian alat pelindung diri untuk melindungi telinga dari suara dengan menggunakan tutup telinga, ear muffs atau ear plugs. Pengurangan kebisingan pada a sumbernya dapat dilakukan dengan cara mengurangi vibrasi sumber kebisingan, menutupi sumber suara, melemahkan II-32
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
kebisingan dengan bahan penyerap atau peredam suara. Penempatan penghalang
bertujuan
memperpanjang
jarak
untuk antara
menghalangi sumber
bising
merambatnya dan
manusia
suara, serta
melindungi ruang tempat manusia atau makhluk lain berada dari suara.
E. Laut, Pesisir dan Pantai
Tidak
ada
wilayah
laut,
pesisir
dan
pantai
di
Kabupaten
Karanganyar.
F. Iklim
Berdasarkan klasifikasi “Koppen” yang membagi iklim dalam lima kategori utama yang meliputi iklim Am, Af, Aw, Cf dan Cw, Kabupaten Karanganyar termasuk dalam tipe iklim Am dan Cf. Tipe iklim Am adalah tipe iklim A yang mempunyai satu atau dua bulan kering, tetapi curah hujan pada bulan-bulan yang lain cukup tinggi dengan rata-rata tahunan lebih besar dari 2.500 mm. Tipe iklim A adalah daerah yang memiliki suhu rata-rata di atas atau sama dengan 18˚C dengan jumlah curah hujan tahunan jatuh pada musim dingin dan lebih dari 20 (t+14) jika kebanyakan hujan jatuh pada musim panas. Tipe iklim Cf adalah tipe iklim C yang tanpa periode kering. Tipe iklim C adalah tipe iklim yang menunjukkan daerah dengan suhu bulan terdingin antara 18˚C s/d -3˚C, suhu bulan terpanas > 10˚C, dengan jumlah hujan sama dengan tipe iklim A. Tipe iklim ini khusus berada pada pegunungan dengan elevasi >800 m diatas permukaan laut.
II-33
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
6000 5000 Colomadu
4000
Tasikmadu 3000
Mojogedang
2000
Jumapolo
1000
Karangpandan Tawangmangu Rata-Rata
Desember
Nopember
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Pebruari
Januari
0
Rata-Rata
Gambar 2.32. 2. Curah Hujan di Kabupaten Karanganyar
Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan adalah 116,6 hari dengan rata rata-rata curah ah hujan 5.965,9 mm. mm Rata-rata rata curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari yang mencapai m 1450 mm (19 hari hujan), Bulan Desember 1201,6 mm (21,3 hari hujan) dan Bulan Pebruari 1075,8 mm (14,3 hari hujan). hujan) Sedangkan rata-rata rata curah hujan terendah yang terjadi pada Bulan Juli, Agustus dan September,, dimana tidak terjadi hujan sama sekali (0 mm).
G. Bencana Alam
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Ketidakberdayaan manusia dan kurang baiknya manajemen keadaan darurat, dapat menyebabkan kerugian materiil maupun moril bahkan nyawa. Tinggi rendahnya kerugian akibat bencana tergantung pada kemampuan manusia manusia untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahan manusia itu sendiri.
II-34
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karanganyar bencana b alam yang terjadi di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2013 antara lain : 1. Banjir Banjir
yang
terjadi
akibat
meluapnya
Sungai
Bengawan
Solo
mengakibatkan area seluas 1,5 ha terendam dan 200 jiwa mengungsi. Banjir ini terjadi di kecamatan Jaten tepatnya di dusun Daleman dan dusun Jomboran Desa Ngringo serta dusun Dalon Desa Sroyo. 2. Kebakaran hutan/lahan utan/lahan Terjadi
di
desa
Berjo,
kecamatan
Ngargoyoso
dengan
luas
hutan/lahan yang terbakar diperkirakan mencapai 3 ha dan kerugian diperkirakan mencapai Rp. 1.500.000.000,-. 1.500.000.000, 3. Bencana tanah longsor Terjadi di 9 (sembilan sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan Jatipu Jatipuro, Jatiyoso, Jenawi, Karanganyar, Karangpandan, Kerjo, Ngargoyoso, Matesih dan Tawangmangu dengan jumlah korban meninggal sebanyak 1 (satu) orang di Kecamatan Jatiyoso dan total kerugian diperkirakan
Perkiraan Kerugian (Rp.)
mencapai Rp. 389.762.770,-. 389.762.770 160.000.000 140.000.000 120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 -
Kecamatan
Gambar 2.33. Perkiraan Kerugian Akibat Tanah Longsor di Masing Masing-Masing Kecamatan
II-35
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah
2013
Bencana alam tidak hanya mengakibatkan kerugian materiil (harta benda), menimbulkan luka atau cedera fisik bahkan kehilangan nyawa tetapi juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Mengingat dampak yang luar biasa tersebut, maka penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara yang tepat. Penanggulangan bencana merupakan segala upaya kegiatan yang dilakukan
meliputi
kegiatan
pencegahan,
penjinakan
(mitigasi),
penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi. Penanggulangan
bencana
alam
bertujuan
untuk melindungi
masyarakat dari bencana alam dan dampak yang ditimbulkannya sehingga
harus
memperhatikan
prinsip-prinsip
penanggulangan
bencana alam. Prinsip penanggulangan bencana menurut UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan
berhasil
guna,
transparansi
dan
akuntabilitas,
kemitraan,
pemberdayaan, non diskriminatif serta nonproletisi.
II-36