17
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Perspektif Teoritis 2.1.1 Kedudukan Fungsional Seorang Penulis Naskah
Penulis Naskah adalah orang yang bekerja sama dengan produser dan sutradara dalam mengemas konsep ide dasar kreatif menjadi konsep script non drama televisi8. Melakukan revisi naskah hingga final dan siap untuk diproduksi. Mempertimbangkan berbagai unsur komersial dan target penonton yang umumnya tidak terbatas. Melakukan analisis jam penayangan program non drama televisi ini dan memperhitungkan aspek psikologis penonton. Turut serta dalam penentuan pemilihan host, reporter dan pengisi voice over.
Penulis naskah adalah orang yang menulis cerita atau konsep dan skenario atau menulis skenario saja (cerita dari pihak lain) untuk tayangan drama, berita ataupun non drama. Dalam bahasa inggris penulis naskah atau skenario disebut sebagai scriptwriter. Penulis naskah sebagai bagian dari tim kerja kreatif yang berkewajiban menciptakan cerita skenarionya ataupun skenarionya saja. Skenario yang 8
Naratama. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia. 2004. Hal : 42
18
diciptakan mestilah satu skenario yang utuh, yang bisa divisualisasikan oleh sutradara.9 Peneliti yang mempunyai job desk sebagai seorang penulis naskah secara tidak langsung terpanggil untuk mencoba membenarkan teori tersebut dengan membuatkan suatu konsep yang handal dan memadai. Terdiri dari konsep kreatif, konsep produksi, dan konsep teknis. Konsep yang disiapkan tak lepas dari benang merah berupa hasil akhir naskah yang berkualitas dengan berbagai kelengkapan dan proses untuk membentuknya. 2.1.2 Tanggung Jawab Penulis Naskah Dalam Menghasilkan Ide
Penulis Naskah adalah orang yang bertugas menulis dan mengembangkan suatu ide atau gagasan menjadi suatu karya yang nantinya dapat diaplikasikan menjadi sebuah program. Penulis Naskah adalah orang yang menciptakan konsep, narasi, dan dialog untuk permainan komersial atau film laga hidup atau animasi.10 Sebagai seorang Penulis Naskah harus memiliki kemampuan mengubah ide ke dalam bentuk naskah yang merupakan hasil imajinasi dari sebuah proses penginderaan terhadap stimuli menjadi suatu bentuk tulisan yang menarik dan memiliki makna baik untuk dirinya maupun orang lain11. Memberikan pemahaman bahwa “Setiap tontonan di televisi baik itu 9
Kinosyan, Jadi Penulis Naskah? Gampang Kok, Jakarta 2008, Hal : 6
10
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Raja Grafindo, 1998. Hal 32
19
program jenis drama maupun non drama atau film di bioskop sekalipun, tak lepas dari peran Penulis Naskah. Sebab, bagus tidaknya hasil sebuah tontonan program acara ataupun film tersebut, pertama-tama tergantung dari kualitas naskah atau skenario yang ditulis oleh Penulis Naskah”. Jadi, kini kita tahu bahwa peran Penulis Naskah sangatlah penting dalam sebuah tontonan program acara maupun film. Namun dibalik dari hasil itu semua, tak pelak seorang penulis naskah mempunyai peran, dan tanggung jawabnya, yaitu : 1) Mengembangkan gagasan 2) Berpikir terbuka 3) Menanggalkan ego dan menangkap semua umpan balik tanpa melibatkan emosi. 4) Bertanya kembali kepada pengkritik dan pemberi umpan balik, siapa tahu masih bisa di gali masukan yang berharga dari orang mengenai tulisan kita.
2.1.3 Peran Penulis Naskah
Dalam dunia pertelevisian, ada empat jenis program televisi yang umumnya di ketahui oleh penulis, yaitu Program Drama, Program Non Drama, Program Berita atau News dan program Dokumenter. Dari keempat jenis program, membutuhkan naskah sebagai salah satu pilar untuk membuat sebuah konsep dari suatu program menjadi program yang di inginkan, namun memiliki format, sifat 11
Tommy Suprapto, Berkarir di Bidang Broadcasting, Media Presindo, Yogyakarta, 2006
20
dan karakteristik penulisan yang berbeda. Pada program Drama dikenal istilah skenario untuk menyebut naskah yang harus dimainkan oleh talent. Sedangkan untuk naskah program Non Drama dan News umumnya dikenal dengan istilah naskah.
Naskah juga berfungsi sebagai pengendalian siaran agar tepat waktu dan sesuai visi dan misi program. Karena fungsi dari Penulis naskah itu sendiri antara lain12 :
1) Memberi kemudahan dalam perencanaan produksi 2) Menjadi medium berpikir kreatif 3) Menjadi sarana komunikasi seluruh kerabat kerja produksi 4) Menjadi acuan penyusunan jadwal kegiatan
Penulisan Naskah untuk film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah scenario. Skenario merupakan bentuk tertulis dari gagasan atau ide yang menyangkut penggabungan antara gambar dan suara, dimaksudkan sebagai pedoman dalam pembuatan film, sinetron atau program televisi.Beberapa pakar sinematografi mengemukakan bahwa skenario itu menjadi jiwa dan darah dalam produksi film atau cerita televisi.
Naskah yang dibuat haruslah memiliki karakteristik tersendiri agar menjadi sebuah nasah yang baik dan benar anatara lain13 :
12
Tommy Suprapto, Berkarir di Bidang Broadcasting, Media Presindo, Yogyakarta, 2006 Hal : 67
21
1) Jelas. Kejelasan menempati prioritas utama dalam penulisan naskah. Kata dan kalimat yang disusun harus dimengerti. 2) Ringkas. Satu ide untuk satu kalimat. Hindari untuk anak kalimat. 3) Sederhana. Kata – kata yang digunakan harus sederhana, tidak rumit, atau tidak teknis-ilmiah yang kurang dikenal di kalangan awam. 4) Aktif. Gunakan kalimat aktif bukan pasif 5) Imajinatif. Naskah harus mampu mengembangkan imajinasi pendengar hanya dengan kekuatan kata – kata, suara dan dukungan music.
Adapun yang dimaksud dengan skenario adalah naskah televisi yang digunakan sebagai acuan utama. Suatu skenario sudah bisa disebut baik, jika memenuhi kriteria fungsional. Dalam arti sebuah skenario dapat menjadi blueprint dan pegangan bagi para kreator dalam membuat program televisi. Namun, lebih bagus lagi jika sekaligus memenuhi kriteria substansial. Naskah yang sudah mampu memberikan sebuah bayangan kepada setiap pembacanya mengenai isi dan makna yang berada didalamnya, sama halnya seperti karya tulis lainnya seperti novel, cerpen, roman, puisi, prosa,dan sebagainya. Kedua teori tersebut menjadi standar dasar bagi sebuah skenario agar menjadi karya tulis yang mandiri dan berguna bagi setiap orang.14
13
Asep Samsul M.Romli Broadcast Journalism : Panduan Menjadi Penyiar, Reporter & Scrpt Writer, Nuansa, Bandung, 2004. Hal : 80
14
www.rizkiprod.co.cc/Script Writer, 2 Januari 2012 Jam 23.30
22
Adapun di bawah ini yang merupakan proses kerja Penulis naskah dari pra produksi hingga pasca produksi, yaitu sebagai berikut: 1)
Pra Produksi Pra produksi adalah tahap awal penciptaan suatu karya kreatif berbagai
macam program penyiaran. Pada tahap ini penulis naskah mempunyai peranan penting, karena penulis naskah mulai mempersiapkan naskah sebagai syarat kelancaran untuk proses produksi. “Produksi akan berjalan baik ketika semua proses di pra produksi sudah dilakukan dengan baik. Segala kekurangan dalam pra produksi hendaknya segera diselesaikan agar tidak menggangu kelancaran pada proses berikutnya yakni produksi”. 15 Dan dalam persiapan produksi atau pra produksi, ada tiga orang “Juru Kunci” yang sangat berpengaruh dalam penentuan pelaksanaan produksi. Mereka adalah Produser, Sutradara, dan Penulis Naskah.16 Pada tahap pembuatan naskah nantinya, yaitu di tahap pra produksi ini kita perlu mencari dan menentukan dahulu beberapa hal yang berkaitan dengan cerita yang akan kita tulis, yaitu sebagai berikut: a)
Tema Tema adalah ide atau persoalan pokok yang merupakan gagasan pemikiran
15
Umbara dan Pintoko, 2009:163.How To Become a Cameraman. Jakarta: Motion Publish.
16
Naratama, 2004, 44Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia.
23
yang menjadi dasar kepada sebuah karya. b)
Ide cerita Ide cerita merupakan hasil pengendapan dan perenungan pengalaman
hidup yang panjang dari seorang penulis. Semakin banyak pengalaman hidup seseorang, semakin banyak pula idenya. Ide banyak ditemukan di mana saja, dari mana saja dan dalam keadaan apa pun. Menurut Josip Novakovich dalam menulis bahwa ”seorang pengarang perancis, Claude Simone, mendapatkan ide-ide untuk membuat novelnya hanya dengan cara mengitari satu blok di kotanya setiap hari”.17 Dari pengalaman itu, Josip hanya ingin mengatakan bahwa sebenarnya mencari ide cerita itu sangatlah mudah. Begitu pun dengan ini, penulis mendapatkan ide setelah saling berdiskusi dan memberikan masukan antar anggota baik diluar maupun didalam waktu rapat tim berlangsung, dari apa yang meraka amati sebelumnya. Memunculkan gagasan terasa lebih berat karena tidak pernah diajari bagaimana menggali ide secara nyaman dan menyenangkan. Ide adalah sesuatu yang berada dalam kehidupan sehari – hari. Cara mencari inspirasi yang lebih realistis adalah dengan cara turun ke jalan. Bergaul dengan masyarakat, kegelisahan mereka, cita-cita mereka, penderitaan mereka dan segala aspek yang lainnya. Kita akan kaya pengalaman dan pandangan banyak orang yang menghadapi berbagai macam situasi. Mencari inspirasi yang benar berarti riset 17
Elizabeth Lutters 2006, 47,Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta : PT Grasindo
24
dan observasi18. Untuk mendapatkan ide bukanlah perkara yang sulit, jika kita mau menjemputnya. Ide tidak mungkin datang begitu saja, tanpa kita melakukan usaha-usaha untuk menjemput datangnya ide tersebut. Secara lebih khusus ada beberapa hal yang bisa memunculkan ide baru kepada penulis yaitu : 1) Banyak membaca. 2) Menjawab pertanyaan dari orang lain. 3) Berdiskusi dengan orang lain. 4) Peka terhadap lingkungan sekitar.19
c)
Latar atau Setting Di acara ini latar dari tempat-tempat yang dikunjungi hanya seperti butik
dan beberapa tempat yang bertemakan hijab yang dimodifikasi agar terkesan lebih menarik. d)
Judul Program dokumenter televisi ini berisi judul “Inside Jakarta”. Hal ini
memudahkan penonton mengingat tayangan yang menyeritakan tentang Jakarta dari sisi yang berbeda.
18
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, Pinus Book Publisher, Yogyakarta, 2007
19
Nurheti Yuliarti, Menjadi Penulis Profesional 2008, 29 Hal : 26
25
e) Sinopsis Sinopsis adalah ringkasan cerita. Sinopsis biasanya berupa inti sari dari isi program yang memuat semua data dan informasi terhadap naskah yang akan disusun. Setelah mempunyai rumusan garis besar materi biasanya dengan mudah akan muncul suatu garis besar jalan cerita. Dalam sebuah penulisan naskah peran sinopsis cukup penting guna mengetahui isi naskah yang akan dibuat.20 Langkah-langkah dalam membuat sinopsis adalah temukan tema atau ide pokok tulisan dari naskah yang akan dibuat, buatlah alur atau jalan ceritanya, kemudian pilihlah bagian-bagian yang penting dan pokok lalu mulailah untuk menyusun sinopsis secara baik dan benar.21 Beberapa hal yang harus termuat dalam sinopsis, pada non drama sama halnya dengan film dan sinetron, yaitu isi cerita, tokoh yang terlibat, lokasi dan waktu kejadian, inti pembicaraan, keinginan dan tujuan dari program tersebut, dan hambatan yang terjadi dan bagaimana cara penanggulangannya. Panjang sinopsis disesuaikan dengan kebutuhan. Salah satunya dapat diukur dari lama waktu tayang atau durasi. Untuk tayangan dokumenter televisi seperti “Inside Jakarta” yang berdurasi 15 menit. f)
Treatment Sebelum membuat naskah adapun halnya yang sangat penting sebelum
20
Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta : PT Grasindo 2006, Hal : 61
21
Ruskandar, 2001, 30
26
menulis naskah
yaitu membuat konsep Treatment. Treatment adalah uraian
pendek secara deskriptif tentang bagaimana suatu episode suatu program. Dengan membaca Treatment kita mendapat gambaran urutan visual yang nampak pada screen. Dalam hal ini, kita akan dengan mudah memindah-mindahkan letak urutan posisi scene jika memang masih terasa kurang sesuai agar benar-benar tepat, benar dan menghasilkan rangkaian yang sangat menarik. g)
Naskah Naskah adalah komposisi tertulis yang di rancang untuk pedoman
sutradara sebagai dasar setiap sekuen gambar. Naskah juga mempunyai dua fungsi yaitu: Fungisonal (Sebagai pedoman kerja) dan Substansi (Sebagai bagian dari proses shooting). Dalam penulisan naskah, Penulis naskah juga memperhatikan siapa yang akan menjadi target penontonnya, bahasa naskah yang seperti apa, serta gimmick dan funfare pada usia target yang di tuju. 2)
Produksi Satu tanggung jawab penting Penulis naskah telah diselesaikan pada
tahapan pra produksi. Memasuki tahapan produksi dan kini saatnya seorang sutradara mengambil alih pimpinan karena tugas Penulis naskah berhenti jika sutradara telah mengambil alih cerita, bagaimanapun juga sutradara berwenang untuk melakukan tugasnya sebagai pimpinan produksi. ”Akan tetapi kerja sama yang kompak antara produser, sutradara serta Penulis naskah atau disebut juga tiga korporasi sangat diperlukan karena mereka
27
adakah kunci utama dalam setiap pengambilan keputusan”.22 Pada tahap produksi, Penulis naskah lebih banyak melakukan kegiatan dalam segi pengarahan dan memperhatikan narasumber ketika melakukan kegiatan shooting, apakah sudah sesuai harapan yang diinginkan dengan naskah yang sudah dibuat. Selain itu, seorang Penulis naskah ikut membantu mendampingi sutradara dan kameraman dalam memvisualisasikan sebuah naskah menjadi gambar yang enak dan menarik untuk ditonton. Sebagai Penulis naskah harus siap berbesar hati, serta siap menerima hasil akhir setelah naskah diproduksi dan mulai dibuat visualisasi menjadi sebuah gambar untuk selanjutnya di susun dan dijadikan sebuah tayangan untuk program yang dibuatnya. 3) Pasca Produksi
Pada tahapan pasca produksi, seorang Penulis naskah masih mempunyai tugas untuk mengawasi proses editing berlangsung. Bersama sutradara dan editor melakukan pemilihan gambar dalam usaha untuk menjaga agar sesuai berjalan dengan alur cerita yang sudah ada, namun terlebih lagi apabila terjadi perubahan di dalam alur ceritanya. Pada tahap ini Penulis naskah menyiapkan naskah voiceover ,dan melakukan pengarahan naskah, pengucapan suara, intonasi, ritme kepada pengisi voice over, yang prosesnya di dampingi oleh sutradara dan editor. Tak hanya itu, 22
Rukmananda, Menjadi Sutradara televisi dengan single dan multi camera 2004, hal : 26
28
pada tahap proses ini Penulis naskah masih harus dituntut untuk menyiapkan segala hal yang diperlukan sebagai keselarasan hasil akhir editing dan membuat laporan sebagai pertanggung jawaban terhadap hasil proses produksi. 2.1.4 Media Televisi
Televisi secara harfiah artinya melihat dari jauh, namun demikian dalam pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar bersama dengan sinyal-sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima dalam jarak yang cukup jauh. Kedua, televisi penerima sinyal tersebut mengubahnya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat dan didengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa televisi adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh.23 Fred Wibowo dalam bukunya “Teknik Produksi Program Televisi”, televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual baru merupakan medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat
secara
luas.
Hal
ini
disebabkan
oleh
satelitdan
pesatnya
perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Unsur esensial dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa 23
Ibid. Hal. 2
29
verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti pesan, informasi, pengajaran, ilmu, dan hiburan.24 Televisi sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu.Artinya, televisi dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancarannya (menguasai ruang) tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai waktu). Hal tersebut berarti bahwa meskipun televisi mampu memberikan informasi secara global, serempak kepada khalayak luas, namun televisi tidak bisa menguasai waktu, atau mengulang proses komunikasi massa yang sudah terjadi pada waktu tertentu.25 Maka dengan demikian, Televisi merupakan salah satu media elektronik yang memberikan informasi atau pesan secara cepat kepada masyarakat di segala penjuru melalui pemancar. Bagus tidaknya informasi yang diterima oleh masyarakat, semua itu tergantung dari baik buruknya pemancar di daerah masingmasing. 2.1.5 Program Dokumenter Televisi Stasiun televisi menyajikan berbagai jenis program yang beragam dan sangat banyak jumlahnya. Pada dasarnya, apa saja dapat dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program tersebut dapat menarik minat masyarakat atau khalayak untuk menonton, tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan atau peraturan yang berlaku. Dalam membuat sebuah program acara, masingmasing individu yang ada dalam staf produksi dituntut untuk memiliki kreativitas 24 25
Fred Wibowo.2007.Teknik Produksi Program Televisi. Pinus: Yogyakarta. Hal 5 Ibid. Hal 6
30
yang tinggi agar mampu menghasilkan sebuah program yang menarik dan terbilang baru atau tidak hanya ikut-ikutan saja. Dokumenter televisi sebagai salah satu bentuk program berawal dari sebuah film dokumenter. Gaya dan bentuk film dokumenter memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan sebuah peristiwa nyata dan apa adanya. Ketika teknologi audio visual berkembang, salah satunya muncul televisi, maka gaya dan bentuk dokumenter pun ikut berkembang. Akhirnya bentuk film dokumenter terpecah menjadi dua kategori produksi, film dokumenter dan televisi dokumenter26. Tema atau topik dalam dokumenter televisi dikemas dengan gaya bercerita yang berbeda-beda. Namun pada umumnya menggunkan narasi (kadang dengan voice over – hanya terdengar suara tanpa wajah yang mnyuarakan tampak di layar), menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual. Perkembangan pendekatan dokumenter dalam program televisi sudah begitu pesat. Untuk membedakannya dengan film, dokumenter yang diproduksi untuk televisi cenderung menggunakan tipe shot close up, medium close up, medium shot, dan sebagainya. Durasi dokumenter televisi pun hanya 24 menit. Dengan demikian, dapat disimpulkan dokumenter televisi merupakan alternatif
program
tayangan
yang
menyajikan
sebuah
informasi
atau
menyampaikan pesan secara nyata. Tidak direka-reka dan benar-benar pernah terjadi, atau sedang terjadi. Dengan durasi singkat, dokumenter televisi harus 26
Gerzon R. Ayawaila. 2008. Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi. FFTV-IKJ: Jakarta. Hal 22
31
mengemas secara apik segala informasi mendetail berhubungan dengan tema yang sedang diangkat. 2.1.6 Naskah Program Dokumenter Televisi Pada umumnya, menulis naskah dokumenter televisi tak banyak berbeda dari naskah-naskah lainnya. Naskah awal pertama-tama dibentuk menjadi sebuah treatment untuk kemudian ditulis ulang atau dievaluasi kembali menjadi sebuah skenario. Ada pula yang hanya memperbaiki penulisan dari treatment nya saja. Naskah bisa dijadikan alat bantu berbagai pihak karena naskah memang dijadikan referensi untuk semua pihak yang terlibat di dalam sebuah produksi. Naskah mengkomunikasikan isi sebuah program acara ke semua tim, termasuk sutradara. Hal ini perlu dilakukan, apakah kelak nantinya sutradara akan menambahkan footage atau tidak di dalam acara tersebut. Bagi juru kamera, naskah diperlukan untuk mengetahui tingkat kesulitan di lapangan. Seorang editor pun berpandu pada naskah. Intinya, baik atau buruk sebuah acara, atau film, semua tergantung dari kualitas naskah yang dibuat. Karena dalam naskah, diperlihatkan bagaimana realita atau kejadian apa adanya tersebut dapat diketengahkan secara dramatik. Saat menulis naskah, harus diperhatikan mengenai penyusunan konstruksi visual dan narasi, agar keduanya tidak mengambang serta tumpang tindih. Selain itu perlu diperhatikan pula informasi visual, agar tidak terjadi pengulangan yang menyebabkan narasi atau wawancara kehilangan motivasi untuk menunjang gambar, dan itu akan membuat penonton bosan.
32
Dengan demikian prinsip penyusunan konsep naskah Dokumenter dari pra produksi hingga pasca produksi meliputi berbagai hal. Dimulai dari riset hingga menemukan ide, penyusunan premis hingga membuat sinopsis serta treatment, juga naskah syuting. Naskah yang dibuat haruslah memiliki karakteristik tersendiri agara menjadi sebuah naskah yang baik dan benar anatara lain27 : 6) Jelas. Kejelasan menempati prioritas utama dalam penulisan naskah. Kata dan kalimat yang disusun harus dimengerti. 7) Ringkas. Satu ide untuk satu kalimat. Hindari untuk anak kalimat. 8) Sederhana. Kata-kata yang digunakan harus sederhana, tidak rumit, atau tidak teknis-ilmiah yang kurang dikenal di kalangan awam. 9) Aktif. Gunakan kalimat aktif bukan pasif 10) Imajinatif. Naskah harus mampu mengembangkan imajinasi pendengar hanya dengan kekuatan kata – kata, suara dan dukungan music. Untuk karya visual seperti dokumenter, baik itu juga dokumenter televisi, dokumenter seri serta feature, harus lebih memperhatikan lagi perbandingan visual dan teks serta kualitas informasi yang disampaikan. Meskipun penampilan gambar lebih ekonomis dibanding komentar atau narasi. Seperti halnya 27
Asep Samsul M.Romli. 2004.Broadcast Journalism: Panduan Menjadi Penyiar, Reporter & Scrpt Writer. Nuansa: Bandung. Hal 80
33
dokumenter sejarah, terkadang gambar perlu ditunjang narasi atau komentar, atau dapat pula wawancara sehingga porsi gambar seimbang dengan narasi28. 2.1.7 Proses Kreatif Penulisan Naskah Dokumenter Televisi Menurut Yudhistira Massardi dalam buku Naratama penulis naskah adalah orang yang bekerja sama dengan produser dan sutradara dalam mengemas konsep ide dasar kreatif menjadi konsep script non drama televisi29 . Melakukan revisi naskah hingga final dan siap untuk diproduksi. Mempertimbangkan berbagai unsur komersial dan target penonton yang umumnya tidak terbatas. Melakukan analisis jam penayangan program non drama televisi ini dan memperhitungkan aspek psikologis penonton. Turut serta dalam penentuan pemilihan host, reporter dan pengisi voice over. Menurut Kinoysan dalam bukunya yang berjudul “Jadi Penulis Naskah? Gampang Kok!” Penulis naskah adalah orang yang menulis cerita atau konsep dan skenario atau menulis skenario saja (cerita dari pihak lain) untuk tayangan drama, berita ataupun non drama. Dalam bahasa inggris penulis naskah atau skenario disebut sebagai sebagai penulis naskah. 30 Penulis naskah sebagai bagian dari tim kerja kreatif yang berkewajiban menciptakan cerita skenarionya ataupun skenarionya saja. Skenario yang diciptakan mestilah satu skenario yang utuh, yang bisa divisualisasikan oleh 28
Anton Mabruri KN. 2011.Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara Televisi Non Drama, News & Sport. Depok: Mind 8 Publishing House. Hal 110 29 30
Naratama.2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia. Hal 42
Kinoysan. 2008.Jadi Penulis Naskah? Gampang Kok, Jakarta. Hal15 30 Kinoysan. 2008.Jadi Penulis Naskah? Gampang Kok, Jakarta. Hal15
34
sutradara 31 . Penulis naskah juga merupakan orang yang bertugas menulis dan mengembangkan suatu ide atau gagasan menjadi suatu karya yang nantinya dapat diaplikasikan menjadi sebuah program. Penulis naskah adalah orang yang menciptakan konsep, narasi, dan dialog untuk permainan komersial atau film laga hidup atau animasi32. Sebagai seorang penulis naskah harus memiliki kemampuan mengubah ide ke dalam bentuk naskah yang merupakan hasil imajinasi dari sebuah proses penginderaan terhadap stimuli menjadi suatu bentuk tulisan yang menarik dan memiliki makna baik untuk dirinya maupun orang lain33. Memberikan pemahaman bahwa “Setiap tontonan di televisi baik itu program jenis drama maupun non drama atau film di bioskop sekalipun, tak lepas dari peran penulis naskah. Sebab, bagus tidaknya hasil sebuah tontonan program acara ataupun film tersebut, pertama-tama tergantung dari kualitas naskah atau skenario yang ditulis”.34 Jadi, penulis naskah adalah seseorang yang bertanggung jawab penuh akan naskah suatu program acara maupun film. Sebelum membuat naskah hal utama yang dilakukan adalah membuat konsep kreatif, konsep produksi, dan konsep teknis. Konsep yang disiapkan tak lepas dari benang merah berupa hasil akhir naskah yang berkualitas dengan berbagai kelengkapan dan proses untuk membentuknya.
31 32
Kinoysan. 2008. Jadi Penulis Naskah? Gampang Kok. Jakarta. Hal 6
Soerjono Soekanto. 1998. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo: Jakarta. Hal 32 Tommy Suprapto. 2006. Berkarir di Bidang Broadcasting. Media Presindo: Yogyakarta. Hal 34 Lutters (2006:xiv) 33
35
Perencanaan kreatif atau bisa juga disebut ke dalam proses kreatif merupakan cara yang diberikan kepada orang-orang kreatif sebagai pedoman dalam membuat suatu program acara televisi. Perencanaan kreatif bagi orangorang kreatif sering dianggap hasil terjemahan dari berbagai informasi mengenai produk pasar dan khalayak sasaran ke dalam suatu posisi tertentu di dalam komunikasi yang kemudian dapat dipakai untuk merumuskan tujuan program acara.
Pengerjaan
perencanaan
kreatif
menncakup
pelaksanaan
dan
pengembangan konsep atau ide yang dapat mengemukakan perencanaan dasar dalam membentuk komunikasi yang efektif. Proses dan teknik pembuatan suatu program acara pasti melalui proses yang panjang, proses ini dikenal dengan istilah perencanaan kreatif35. Proses kreatif merupakan sebuah proses berfikir untuk menciptakan atau mengkreasikan sesuatu dengan kemampuan inderawi yang dimiliki. Apakah itu merupakan sesuatu yang nyata atau tidak. Dapat pula ditambah dengan imajinasi bebas tanpa dibatasi oleh kekhawatiran yang sifatnya subyektif. Orang kreatif memiliki kebebasan dalm berfikir dan bertindak. Proses kreatif dapat pula dikatakan sebagai sebuah proses yang dijalani oleh seseorang. Mulai dari persiapan atau perencanaan, hingga mendapatkan hasil dari proses tersebut. Hal terpenting adalah seseorang harus memiliki unsur originalitas dalam memperoleh ide-ide tersebut.
35
Rhenald Kasali. 1992.Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. PT Pustaka Utama Grafiti: Jakarta. Hal 81
36
Di dalam membuat karya visual berupa dokumenter televisi dibutuhkan kepekaan seorang penulis naskah terhadap dunia di sekitarnya. Memahami isu-isu yang sedang hangat atau ramai dibicarakan. Atau bahkan mencari benang merah atas suatu hal yang menarik untuk diperbincangkan.Ide pun datangnya bisa darimana saja. Bisa melalui riset di internet, membaca buku, Koran, majalan dan sebagainya. Untuk mendapatkan ide bagi pembuat program dokumenter televisi diperlukan kepekaan serta rasa keingintahuan yang tinggi. Bukan berdasarkan daya khayal atau imajinasi semata. Diperlukan pula diskusi kepada semua pihak yang ahli atau paham dengan apa yang akan dibuat. Setelah menemukan ide, mulailah dengan membuat naskah kasar. Meskipun baru berupa naskah kasar namun informasi harus jelas dan lengkap. Agar proposal yang akan kita tawarkan ke televisi mendapat persetujuan. Tak banyak yang berbeda dari penyusunan konsep naskah Dokumenter dengan Feature, yakni terbagi ke beberapa langkah mulai dari ide, premis, sinopsis, treatment, naskah syuting atau skenario hingga tahapan terakhir yaitu naskah editing. Survey atau hunting lokasi serta riset tambahan sebagai penguat dari naskah yang nantinya akan dibuat. Riset disini adalah mengumpulkan data-data atau informasi melalui observasi mendalam mengenai subjek, peristiwa, dan lokasi sesuai tema yang akan diketengahkan. Barulah kemudian penulis naskah dan sutradara mengevaluasi hasil riset, mengetahui serta menetapkan dengan pasti mana informasi penting dan tidak penting, informasi mana yang perlu diperdalam lagi, sebab akibat peristiwa untuk menunjang unsur dramatik, dan demi efisiensi
37
kerja ketika proses syuting nantinya, tidak mengalami kekurangan atau kelebihan materi. Dalam merancang atau menulis naskah, peran antara tokoh dan narasumber perlu diperjelas.Tokoh atau subjek utama memiliki peranan fungsional untuk mengetengahkan realitas dari peristiwa, sekaligus memberi sentuhan dramatik pada cerita.Menuturkan potret atau biografi dengan subjek yang sudah meninggal perlu pendekatan khusus, terutama dalam kreativitas.Untuk mengisi ketidakhadiran si tokoh yang sudah tidak ada, perlu ditampilkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan kehidupannya. Fungsi treatment tak hanya berisi urutan shoot dan adegan, tetapi juga secara konkret berisi yang berkaitan dengan judul dan tema. Treatment inilah yang menjadi acuan sutradara ketika memulai shooting. Sementara skenario baru ditulis ketika masuk ke proses pasca produksi. Itupun untuk kepentingan editor, dan sudah dalam bentuk naskah editing. Dalam treatment harus dijelaskan susunan yang akan divisualkan dalam karya dokumenter nantinya. Jika ada wawancara, dalam treatment juga perlu dijelaskan, meski isi wawancara tidak perlu ditulis secara menyeluruh.Tak hanya itu, sebuah treatment harus memberikan alur cerita yang jelas serta atmosfer pada penataan suara yang diperlukan. 2.1.8 Teori Komunikasi Para pakar menilai bahwa ilmu komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilburr
38
Schramm dalam buku Hafied Cangara menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. 36 Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia.Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh hampir semua agama telah ada sejak Adam dan Hawa.37 Dengan demikian, komunikasi merupakan sebuah kebutuhan sosial yang diperlukan masyarakat semenjak dilahirkan ke muka bumi ini hingga akhir hayatnya. Tanpa berkomunikasi, masyarakat tidak akan mungkin terbentuk menjadi manusia yang seutuhnya. 2.1.9 Komunikasi Massa Komunikasi yang dilakukan melalui media massa secara garis besar memiliki dua fungsi pokok: Fungsi terhadap masyarakat (Societal-function) dan Fungsi terhadap individu (individual-functtion). Menurut Samuel L Becker (1985) fungsi komunikasi massa terhadap individu : 1) Pengawasan atau pencarian komunikasi; 2) Mengembangkan konsep diri; 3) Fasilitas dalam hubungan sosial; 4) Substitussi dalam hubungan social; 5) Membantu melegakan emosi; 36
Hafied Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta. Hal 1-2
37
Ibid. Hal 4
39
6) Sarana pelarian dari keterangan dan keterasingan 7) Sebagai bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi. 38 De vito mengatakan bahwa popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat dipertahankan apabila mereka menjalankan berbagai fungsi pokok. 1) Fungsi menghibur Bahwa media mendesain program - program mereka untuk menghibur khalayak. Tentu saja sebenernya mereka memberi hiburan itu untuk mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan. 2) Fungsi menyaksikan Meskipun fungsi media massa yang paling jelas adalah menghibur, namun fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade). persuasi dapat datang dalam bentuk, misalnya : a) Mengukuhkan atau memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang. b) Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang. c) Menggerakan orang untuk melakukan sesuatu dan d) Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu. 3) Fungsi menginformasikan Menurut de vito sebagian besar informasi kita dapat bukan dari sekolah melainkan dari media. 4) Fungsi membius
40
Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotizing) ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakian tertentu telah diambil. 5) Fungsi menciptakan rasa kebersatuan Salah satu fungsi komunikasi massa yang banyak orang tidak menyadarinya adalah kemampuan membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok.39 Komunikasi massa menurut Bitner seperti yang tertuang dalam buku Jalaluddin Rakhmat adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. 40 Komunikasi massa juga diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogern, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.41 Dengan demikian komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi atau menyampaikan sesuatu pesan kepada sebagian besar yang berada di seluruh penjuru dengan melalui media massa. Baik media cetak maupun elektronik. Kini 38
Sasa djuarsa sendajaja, Pengantar ilmu komunikasi, (pusat penerbitan universitas terbuka), hal : 20 2004 39
Sutaryo, sosiologi komunikasi, arti bumi intaran , hal 91-95
40
Jalaluddin Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rossdakarya: Bandung. Hal 188
41
Ibid. Hal 189
41
perkembangan media massa sebagai jembatan proses komunikasi juga sudah semakin luas dan tersebar ke seluruh penjuru. 2.2 Perspektif Fenomologis
Dari fenomena perkembangan dokumenter televisi saat ini, dari tahun ke tahun tentu banyak mengalami perubahan. Awalnya dokumenter dianggap sebagai sebuah film berdasarkan realita yang ada. namun kini, dokumenter bisa dikemas semenarik mungkin untuk tayangan sebuah acara televisi. Seperti yang dilansir dari buku Film Pinggiran karya Gatot Prakosa, bahwa kini dokumenter digunakan kembali sebagai suatu karya dimana menunjukkan persoalan yang dipersembahkan kembali. Perkembangan film dokumenter saat ini dalam hal bentuk dan pendekatan tentu berkaitan dengan perkembangan media audiovisual serta industri film yang terus berlangsung hingga kini. Hal inilah yang membuat film dokumenter bisa masuk ke layar kaca televisi sebagai sebuah program acara suatu stasiun tv yang ada seperti saat ini. Bukan hal mudah bagi stasiun televisi untuk membuat tayangan seperti ini. Bagaimana meyakinkan penonton bahwa tayangan ini bukan sekedar menghibur, namun memberikan beberapa edukasi serta sisi lain yang tak didapatkan dalam program lainnya. Namun pada lama kelamaan, era tahun 2000 mulai marak dokumenter televisi masuk ke stasiun televisi. Masing-masing stasiun televisi memiliki program televisi dokumenter andalannya, seperti SCTV, Metro tv dengan Eagle Awardsnya, Kompas Tv dengan Ekspedisi Cincin Api nya, dan berbagai program lain yang tak kalah menarik dari tayangan di luar dokumenter.