perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KEHIDUPAN D.N AIDIT
A. Latar Belakang Kehidupan D.N. Aidit Dipa Nusantara Aidit atau D.N. Aidit adalah tokoh PKI yang dikenal melebihi tokoh-tokoh Partai PKI lainnya. Aidit muncul sebagai seseorang yang paling bertanggung jawab dalam pengarahan penerapan ideologi MarxismeLeninisme1 di Indonesia. Aidit juga bertanggung jawab sepenuhnya atas berbagai tindakan yang ditempuh Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1951-1965 yang membuat Indonesia kacau, salah satunya adalah peristiwa G 30S. Aidit adalah pemimpin muda PKI yang berani, bergerak cepat, dengan daya tahan fisik dan mental luar biasa, bahkan sejumlah kawannya terkadang tertinggal dengan geraknya. Selain itu, Aidit selalu menekankan pentingnya kesabaran revolusioner dalam perjuangan jangka panjang. Sedikit banyak orang yang menilai Aidit punya sejumlah cacat, baik sebagai pribadi maupun sebagai arsitek2 PKI.
Dari berbagai macam karakter Aidit, Impian Aidit hanyalah
menjadikan Indonesia yang sama rata sama rasa bagi seluruh rakyat, menjadikan masyarakat lebih baik, masyarakat tanpa kelas.
Marxisme – Leninisme adalah ajaran awal dari Komunis, Marxisme adalah adalah ideologi ciptaan Karl Max yang pada intinya menginginkan tentang adanya kedudukan sama rata sama rasa dengan sesama manusia, kemudian aliran Marxisme dikembangkan oleh Vladimir Lenin yang kemudian dinamakan ajaran Marxisme-Leninisme. https://id.wikipedia.org (diakses 29 Juni 2015 pukul 18.00 WIB) 2 Aidit menjadi pemimpin sekaligus pengatur strategi yang handal pada era partai komunis generasi ketiga, setelah generasi commit to userSemaun, dan Generasi Musso. https://id.wikipedia.org (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.45 WIB) 1
18
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
1. Masa Kecil D.N. Aidit Dipa Nusantara Aidit adalah pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) generasi ketiga.3 Dipa Nusantara Aidit terlahir dengan nama Achmad Aidit pada tanggal 30 Juli 1923. D.N. Aidit adalah anak tertua dari delapan bersaudara keturunan Melayu pada sebuah kampung di Pagarlarang, Tanjungpandang, Pulau Belitung. Ayahnya bernama Abdullah Aidit. Abdullah adalah seorang yang bekerja sebagai pejabat dinas kehutanan di Belitung, jabatan yang cukup bergengsi ketika itu. Abdullah Aidit menjadi seorang anggota parlemen dari Masyumi4 pada 1951, sampai dia mengundurkan diri pada 16 Juni 1954. Ibunya, Mailan lahir dari keluarga ningrat, ayah Mailan bernama Ki Agus Haji Abdul Rachman. Titel Ki mencirikan dia ningrat.5 Abdullah, ayah Aidit mempunyai delapan anak laki-laki. Dari hasil perkawinan dengan Mailan, lahir Aidit, Basri, Ibrahim (meninggal dunia ketika dilahirkan), dan Murad. Ayahnya kemudian menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Marisah dan melahirkan dua orang anak Sobron dan Asahan. Keenam anak Abdullah itu menyandang nama belakang Aidit. Nama belakang Aidit sebenarnya bukan nama marga, tetapi nama keluarga yang memang disandangkan kepada anak-anaknya.6 Achmad Aidit sebenarnya mempunyai dua
3
PKI generasi pertama pimpinan Semaun yang memberontak tahun 1926, PKI generasi kedua adalah generasi Musso yang melakukan pemberontakan di Madiun tahun 1948, PKI ketiga adalah generasi D.N Aidit https://id.wikipedia.org (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.50 WIB) 4 Masyumi adalah salah satu partai politik terbesar yang beraliran Islam pada tahun 1950an. https://id.wikipedia.org (diakses 21 Juni 2015 pukul 17.00 WIB) 5 Majalah Tempo, Anak Belantu Jadi Komunis, Tahun 2007, Koleksi Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm 54 6 Julious Pour, Gerakan commit 30 September to user “Pelaku, Pahlawan, Petualang, (Kompas : Jakarta, 2010), hlm 15
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
saudara tiri, yaitu Rosiah dan Muhammad Thaib. Kedua orang tersebut merupakan anak Marisah dengan suami sebelumnya.7 Achmad Aidit adalah yang paling mudah bergaul dari delapan anak Abdullah..8 Aidit mempunyai teman dari berbagai macam geng remaja di Belitung. Setidaknya, ada empat geng di sana: geng kampung, anak benteng, geng Tionghoa, dan geng Sekak. Geng kampung adalah kumpulan anak pribumi. Achmad dan adik-adiknya masuk kelompok tersebut. Anak polisi yang datang dari Jawa masuk kelompok anak benteng atau kerap juga disebut anak tangsi menyebut asrama tempat tinggal polisi. Kelompok ketiga adalah geng Tionghoa. Orang tua mereka berdagang di pasar dan pelabuhan Belitung. Karena tinggal di pasar, geng itu punya nama lain yakni geng sekak atau pasar.9 Dari geng inilah sifat Aidit sebagai anak yang aktif dalam berorganisasi mulai terlihat. Berasal dari keluarga terpandang, membuat keluarga Aidit gampang diterima oleh berbagai pihak, baik pada masyarakat setempat, aparat pemerintahan seperti polisi, orang-orang Tionghoa di pasar, dan none-none Belanda di Perusahaan Gemeenschapelijke Minjbouw Billiton, sebuah perusahan tambang timah milik Belanda. Perusahaan Gemeenschapelijke Minjbouw Billiton tersebut berdiri pada tahun 1825. Perusahaan Gemeenschapelijke Minjbouw Billiton dinasionalisasi10 pada era Soekarno, firma tersebut berubah menjadi PT
7
Majalah Tempo.,2007, Anak Belantu Jadi Komunis , Op Cit., hlm 55 Ibid., hlm 54 9 Julious Pour.,Op Cit., hlm 76 10 Dinasionalisasi artinya commit perubahan dari perusahaan asing menjadi aset to user nasional bangsa. https://id.wikipedia.org (diakses 23 Juni 2015 pukul 21.56 WIB) 8
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertambangan Timah Balitung, lalu ditutup pada April 1991 setelah stok timah di kawasan itu merosot.11 Anak-anak Abdullah selain mudah bergaul dengan tuan tuan Belanda, anak-anak Abdullah juga gampang masuk Hollandsch Inlandsche School (HIS), sekolah menengah pemerintah Belanda ketika itu.12 Di sekolah inilah Aidit dan saudara-saudaranya belajar dengan rajin. Sekolah tersebut merupakan lanjutan setelah lulus dari sekolah sebelumnya setingkat sekolah dasar (SD) saat itu. Meskipun di didik di sekolah Belanda, namun anak-anak Abdullah tumbuh dalam keluarga yang rajin beribadah. Abdullah adalah tokoh pendidikan Islam di Belitung. Dia pendiri “Nurul Islam”, organisasi pendidikan Islam dekat kawasan pecinan di kota itu. Sepulang sekolah, Aidit dan adik-adiknya belajar mengaji. Guru mereka Abdurrachman, adik ipar Abdullah. Setelah mengaji, Aidit dan adikadiknya menuju kesungai mengambil air. Sebagai kakak tertua, Achmad Aidit biasanya membawa jerigen paling besar. Pada saat itu, masyarakat di Jalan Belantu13 mengenal Achmad Aidit sebagai Muadzin14. Dareah Belitung pada waktu itu belum mempunyai pengeras suara guna mengumandangkan adzan. Achmad Aidit mempunyai suara yang amat lantang
dan
keras,
sehingga
membuat
Achmad
Aidit
kerap
diminta
mengumandangkan adzan.15 Pada waktu kecil Aidit bisa adalah seorang muslim yang taat.
11
Herman Dwi Sucipto, Kontroversi G30 S Antara Fakta Dan Rekayasa, (Yogyakarta: Palapa, 2013), Hlm 66 12 Majalah Tempo., 2007, Anak Belantu Jadi Komunis, Op Cit., hlm 54 13 Jalan Belantu adalah jalan tempat tinggal Abdullah, Ayah Aidit yang ada di Belitung, lihat majalah Tempo hlm 55 14 Majalah Tempo.,2007, Anak Belantu Jadi Komunis, Op Cit., hlm 55 commit to user 15 Herman Dwi Sucipto., Op Cit., hlm 667
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Pergaulan Achmad Aidit memang lebih maju daripada teman-temannya di sekitar rumahnya di Belitung. Selain gemar berkumpul dengan berbagai kelompok remaja, Aidit juga bergaul dengan buruh di Perusahaan timah Gemeenschapelijke Minjbouw Billiton. Letak perusahaan tersebut sekitar dua kilometer dari rumah Aidit. Setiap hari Aidit melihat buruh berlumur lumpur, bermandi keringat, dan hidup susah. Pihak Belanda dan tuan- tuan dari Inggris yang menjadi atasan para buruh, hanya menikmati hasilnya dengan hura-hura, tanpa melihat bawahannya yang sedang kesusahan dan menderita.16 Aidit melihat keadaan para buruh yang memprihatinkan yang membuat Aidit ingin menolong para buruh pabrik tersebut. Perusahaan Gemeenschapelijke Minjbouw Billiton tersebut menyediakan societet, semacam gedung khusus tempat petinggi perusahaan dan none-none Belanda menonton film terbaru sembari menenggak minuman keras. Para buruh tambang timah itu cuma bisa menelan ludah dan sesekali mengintip bioskop, meskipun apabila diketahui para buruh itu kerap kali dimarahi oleh mereka. Tertarik memahami hidup para buruh, Aidit mendekati mereka.17 Tidak mudah mendekati para buruh karena para buruh cenderung tertutup. Suatu hari Aidit melihat seorang buruh sedang menanam pisang di pekarangan rumah. Aidit menawarkan bantuan. Aidit membantu mencangkul dan sejak kejadian itu Aidit mulai bersahabat dengan buruh.18 Semakin lama hubungan Aidit dan para Buruh makin dekat. Kadang mereka mengobrol sambil menyeruput kopi dan makan singkong rebus.
16
Majalah Tempo.,2007, Anak Belantu Jadi Komunis, Op Cit., hlm 56 Ibid. commit to user 18 Ibid. 17
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Obrolan-obrolan santai Aidit dengan para buruh menjadikan Aidit mengetahui
kesulitan-kesulitan
para
buruh.
Oleh
karena
hal
tersebut
memunculkan rasa nasionalisme Aidit akibat penindasan yang dilakukan orangorang Belanda terhadap kaum buruh. Aidit menganggap para buruh sebagai saudara yang ditindas dalam negerinya sendiri. Dari kisah pergaulan dengan kaum buruh itulah yang menentukan jalan pikiran dan sikap politik Aidit setelah memasuki Jakarta beberapa tahun kemudian. Pergaulan dengan kaum buruh itu yang akhirnya membuat Aidit hingga dia menjadi pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI). Perubahan kepribadian Aidit terlihat saat dia memilih belajar marxis sebagai sebuah ideologi yang ingin memperjuangkan rakyat dan kaum buruh pada waktu itu. Kepribadian sendiri dipengaruhi oleh dua hal yaitu pengetahuan dan perasaan.19 Pengetahuan Aidit tentang kesulitan para buruh dan perasaan Aidit yang tidak tega melihat penindasan kaum buruh yang menjadikan Aidit serius mempelajari ajaran Marxis. Aidit datang ke Jakarta dan pertama kali bertemu dengan Mohamad Hakim Lukman saat mereka bergabung dengan Gerakan Indonesia Merdeka. Aidit tiga tahun lebih muda daripada Lukman, yang ketika itu baru 23 tahun. Aidit kemudian menjadi Ketua Dewan Politik Gerakan Indonesia Merdeka, dan Lukman anggota. Aidit dan Lukman kemudian tinggal di Yogya. Mereka menghidupkan majalah dwibulanan Bintang Merah. Di situlah keduanya lalu bertemu Njoto. Njoto saat itu 19 tahun. Pemuda berkacamata tebal itu adalah
Koenjaraningrat, Pengantar Ilmu (Jakarta : Aksara Baru, commit toAntropologi, user 1979), hlm 117 19
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
wakil PKI Banyuwangi dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). 20 Sejak itulah terjalin persahabatan antara Aidit, Njoto, dan Lukman. Aidit akhirnya berhasil menjadi ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1951-1965. Untuk mencapai posisi sebagai posisi ketua PKI Dipa Nusantara Aidit dibantu oleh Lukman dan Njoto.21 Mereka dikenal sebagai Three Musketer yang bahu membahu membawa PKI pada masa kejayaan sebagai partai Komunis terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Cina.
2. Masa Remaja dan Perjalanan ke Jakarta D.N Aidit a. Perjalanan karir Politik D.N Aidit Di Jakarta Pada tahun 1936-1938 Achmad Aidit atas keinginannya sendiri meminta kepada ayahnya, untuk pergi ke Jakarta. Di Jakarta, Aidit tinggal di rumah teman Ayahnya, yaitu Marto seorang mantri politik dikawasan cempaka putih, Jakarta. Setelah di Jakata Aidit bersekolah di Middestand Handel School (MHS) yaitu sebuah Sekolah Dagang di jalan Sabang, Jakarta Pusat. Di MHS tersebutlah bakat kepemimpinan dan idealisme Aidit yang berkobar-kobar langsung menonjol diantara kawan sebayanya. Di sekolah tersebut Aidit mengorganisasi kawannya melakukan bolos massal untuk mengantar jenazah pejuang kemerdekaan Muhammad Husni Thamrin, yang ketika itu akan dimakamkan. Di MHS tersebut Aidit tidak pernah menyelesaikan sekolahnya karena terlalu aktif di kegiatan luar
20
Majalah Tempo.2007, Anak Belantu Jadi Komunis, Op Cit., hlm 61 Transkripsi wawancaracommit denganto Rewang, Koleksi Arsip Nasional RI user tahun 2011 21
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
sekolah.22 Kegiatan diluar sekolah yang membuatnya tidak lulus sekolah adalah kebiasaan membolos Aidit. Saat pendudukan Jepang, Aidit harus berusaha mencari uang sendiri karena kiriman uang dari ayahnya di Belitung macet. Aidit harus mencari makan sendiri, kemudian dia membuka biro pemasaran iklan dan surat kabar bernama Antara. Selain itu Aidit juga berjualan buku dan majalah. Pekerjaan tersebut memberikan kesempatan kepada Aidit untuk membaca. Dia adalah pemuda yang tidak puas-puasnya membaca berbagai macam buku-buku dan gemar mendirikan perpustakaan-perpustakaan kecil.23 Dari kegemaran banyak membaca buku menjadikan Aidit mempunyai pengetahuan yang luas tentang keadaan Indonesia saat itu. Berdagang memang bukan pekerjaan baru untuk Aidit. Ketika masih tinggal di Belitung, setiap kali ada pertandingan sepak bola di Kampung Parit, Aidit selalu berjualan kerupuk dan nanas. Tak puas dengan perkembangan usahanya, Aidit kemudian mengajak seorang kawan yang tinggal satu kos dengannya, Mochtar, untuk bekerja sama. Mochtar tersebut seorang penjahit yang punya toko lumayan besar di Pasar Baru. Karena lokasi usahanya yang strategis, toko Mochtar segera menjadi tempat mangkal para aktivis masa itu, seperti Adam Malik dan Chaerul Saleh. Otomatis membuat jaringan relasi Aidit meluas.24 Aidit terjun dalam pergerakan pemuda pertama tama dia bergabung dengan Persatuan Timur Muda atau (Pertimu), perkumpulan tersebut dimotori
22
Majalah Tempo,2007, Sejak Awal Membaca Resiko, Koleksi Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm 62 23 Jacques Leclerc, Aidit Dan Partai Pada Tahun 1950,(Jakarta: LP3ES, 1982), hlm 66 commit to user 24 Majalah Tempo.,2007, Sejak Awal Membaca Resiko, Op Cit., hlm 63
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
oleh Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)25, dibawah pimpinan Amir syarifudin26 dan Dr. Adnan Kapau Gani27. Dalam organisasi tersebutlah minat politik Aidit makin menjadi-jadi. Pertemuan Aidit dengan Amir Syarifudin tersebut semakin membuat Aidit tertarik dengan dunia politik karena Amir Syarifudin merupakan ketua dari gerakan-gerakan sosialis yang memperjuangkan kaum buruh yang sesuai dengan apa yang dicita-citakan Aidit. Organisasi Pertimu sangat menarik hati Aidit, sebab tidak rasialis, dengan keanggotaan yang terdiri dari banyak etnis yang dikucilkan seperti Tionghoa, Arab, dan berbagai suku minoritas lainnya. Hanya dalam waktu singkat Aidit diangkat menjadi ketua umum Pertimu. Dibalik karier politiknya yang menjulang Aidit melakukan perubahan namanya dari Achmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit.28 Peubahan nama berlangsung secara resmi pada tahun 1946. Nama tesebut baru dipakai Aidit
25
Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO) memiliki tujuan yang sama dengan partai Indonesia namun bedanya partai Gerindo tersebut menjunjung azas kooperatif atau bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda, tetapi tetap bersikap tegas terhadap pemerintah Belanda, sebagai perkumpulan untuk masyarakat umum yang berusaha mencapai bentuk pemerintahan negara berdasarkan kemerdekaan di bidang politik, sosial, dan ekonomi. http://wartasejarah.blogspot.com (diakses 24 Juni 2015 pukul 19.50 WIB) 26 Amir Syarifuddin Harahap adalah seorang politikus sosialis dan salah satu pemimpin terawal Republik Indonesia. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri ketika Revolusi Nasional Indonesia sedang berlangsung. Berasal dari keluarga Batak Muslim, Amir menjadi pemimpin sayap kiri terdepan pada masa Revolusi. Pada tahun 1948, ia dieksekusi mati oleh pemerintah karena terlibat dalam pemberontakan komunis. https://id.wikipedia.org/wiki/Amir_Sjarifoeddin (diakses 22 Juni 2015 pukul 13.50 WIB) 27 Dr. Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat A.K. Gani (lahir di Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 16 September 1905 – meninggal di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia, 23 Desember 1968 pada umur 63 tahun) adalah seorang dokter dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II. https://id.wikipedia.org/wiki/Adenan_Kapau_Gani (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.50 WIB) commit to user 28 Majalah Tempo., 2007, Sejak Awal Membaca Resiko, Op Cit., hlm 63
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setelah notaris dan Burgelijke Stand29 mengeluarkan surat pengesahan untuk mengesahkan penggunaan nama Dipa Nusantara dipakai Aidit di nama depannya.30 Nama Dipa berasal dari tokoh pejuang kemerdekaan yaitu Pangeran Diponegoro. Aidit memilih pangeran Diponegoro karena kepahlawanannya melawan kolonial Belanda yang patut diteladani alasan lainnya karena tokoh Diponegoro berjuang untuk rakyat melawan pemerintah Belanda hal yang sangat dikagumi oleh Aidit.
Sedangkan Nusantara menggambarkan nama Indonesia
yang mempunyai banyak pulau – pulau yang biasa disebut Nusantara. Dari dua hal tersebut Aidit mengganti namnya menjadi Dipa Nusantara Aidit. Perubahan nama tersebut membuat Aidit lebih percaya diri dalam dunia perpolitikan di Indonesia nantinya. Pergantian nama tersebut juga dapat diartikan sebagai strategi politik dan nasionalisme Aidit di usia mudanya, ia menjadikan namanya sebagai gambaran kecintaan dan cita-cita kebangsaannya terhadap Indonesia.
b. Kisah Cinta Aidit, Meminang Lewat Sepucuk Surat Kisah cinta Aidit dimulai pada suatu siang di awal 1946 di kantor majalah dua bulanan Bintang Merah31 di Jalan Purnosari, Solo. Kantor majalah yang biasanya lengang lengau, kedatangan tamu tak diundang. Dua gadis berdiri di depan pintu. Mereka kemudian dijamu dua redaktur, Hasan Raid dan Dipa Nusantara Aidit. Dua gadis itu mengaku mahasiswi tingkat tiga Perguruan Tinggi
29
Burgelijke Stand adalah kantor catatan sipil milik pemerintah kolonial Belanda. https://id.wikipedia.org (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.50 WIB) 30 Julious Pour., Op Cit., hlm 17 31 Bintang Merah adalah majalah commit to userHarian terbitan Partai Komunis Indonesia (PKI) https://id.wikipedia.org (diakses 18 Juni 2015 pukul 14.44 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
Kedokteran di Yogyakarta. Gadis yang agak gemuk dan berpipi bulat memperkenalkan diri sebagai Soetanti.32 Soetanti yang disapa ”Bolletje”33 oleh teman-temannya datang lagi beberapa hari kemudian, dengan kawan lain yang lebih banyak. 34 Soetanti dan kawan-kawannya datang atas nama Sarekat Mahasiswa Indonesia. Mereka mengundang Aidit sebagai Ketua Departemen Agitasi dan Propaganda Partai Komunis Indonesia Solo untuk memberikan ”kuliah” soal politik dan keorganisasian. Karena urusan organisasi itulah Soetanti kerap bolak-balik Yogya-Solo. Kunjungan berikutnya tak lagi ke kantor Bintang Merah, tapi ke kantor PKI di Jalan Boemi 29. Dari pertemuan-pertemuan itu hubungan AiditSoetanti kian akrab. Aidit dan Soetanti, keduanya mempunyai watak yang bertolak belakang.35 Sebagai seorang ningrat Mangkunegaran, kakeknya seorang Bupati Tuban, Tanti punya banyak teman dari berbagai golongan. Predikat mahasiswi kedokteran membuatnya kian dihormati dalam organisasi dan dalam kehidupan sehari-hari. Hal terebut didukung sifat dasar Soetanti yang periang, gampang akrab, dan suka bicara ceplas-ceplos. Sedangkan Aidit, Anak seorang mantri kehutanan dari Belitung adalah seorang pemuda serius, tak pandai berkelakar, dan suka musik klasik. Hal yang dipikirkannya hanyalah bagaimana memajukan partai.
32
Majalah Tempo.,2007, Meminang Lewat Sepucuk Surat, Koleksi Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm 64 33 Bolletje adalah sebuah kata Belanda yang berarti bundar 34 Julious Pour, Op Cit., hlm 31 to user commit 35 Majalah Tempo.,2007, Meminang Lewat Sepucuk Surat, Op Cit., hlm 64
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Soetanti terpikat pada Aidit saat fasih mengutip filsafat Marxisme, mengurai revolusi Prancis36 dan Rusia. Setiap kali Aidit berpidato, Soetanti senantiasa menyimak di bangku paling depan. Meski akrab, Aidit-Tanti tak pernah terlihat berduaan. Suatu ketika, seusai pidato Aidit menghampiri Tanti lalu menyerahkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Bapak Moedigdo, ayah Tanti, seorang kepala polisi Semarang yang aktif di Partai Sosialis Indonesia. Surat itu adalah surat lamaran dari Aidit. Aidit menyampaikan niat meminang Soetanti. Moedigdo langsung setuju, maka, awal 1948, Aidit yang berusia 25 tahun, dan Soetanti yang berusia 24 tahun menikah secara Islam tanpa pesta di rumah KH Raden Dasuki, sesepuh PKI Solo yang bertindak sebagai penghulu. Moedigdo, Aminah, dan empat adik Soetanti datang.37 Murad dan Sobron dua adik Aidit yang mewakili keluarga Aidit dari Belitung. Saat bulan September 1948 “Peristiwa Madiun”38 meletus, Aidit menjadi buron dan melarikan diri ke Jakarta. Soetanti semakin sedih setelah ayahnya yang mendukung Amir Syarifuddin tewas ditembak dala pemberontakan PKI tahun 1948. Sewaktu mereka hidup di Jakarta, Aidit juga terlihat jarang ada di rumah. Soetanti hanya ditemani adik-adik Aidit saat melahirkan anak pertama Aidit,
36
Revolusi Perancis adalah suatu periode sosial radikal dan pergolakan politik di Perancis yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan lebih luas lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan.www.id.wikipedia.org/Revolusi Perancis (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.50 WIB) 37 Majalah Tempo.,2007, Meminang Lewat Sepucuk Surat, Op Cit., hlm 64 38 Peristiwa Madiun adalah sebuah konflik kekerasan yang terjadi di Jawa Timur bulan September – Desember 1948 antara pemberontak komunis PKI dan TNI. Peristiwa tersebut diawali dengan diproklamasikannya Negara Republik Soviet Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Kota Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifoeddin. commithttps://id.wikipedia.org/Peristiwa_Madiun to user (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.50 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Ibarruri Putri Alam, pada 23 November 1949.39 Suami istri tersebut jarang terlihat bareng kecuali dalam acara-acara resmi partai atau kenegaraan. Setelah Aidit menjabat sebagai Ketua Politbiro40 PKI pada 1951, ia semakin sibuk dengan bepergian ke luar negeri, mengunjungi, dan menghadiri rapat-rapat internasional komunis di Vietnam, Tiongkok, dan Rusia.41 Perjalanan kehidupan rumah tangga Aidit tidak pernah terdengar kabar Aidit berhubungan dengan perempuan lain, baik sebelum maupun setelah bertemu dengan Soetanti. Menurut sebagian teman-temannya, Aidit adalah orang sangat anti poligami. Ia pernah memarahi Njoto, wakil ketua II Comite Central PKI yang akan menikah lagi dengan seorang penerjemah asal Rusia.42 Semasa kepemimpinan Aidit, sikap anti poligami dan anti perselingkuhan tersebut hampir menjadi garis partai. Menurut Oey Hay Djoen43, bekas anggota parlemen dan Dewan Pakar Ekonomi PKI, mengatakan bahwa pada masa kepemimpinan Aidit banyak anggota dari PKI yang diberi peringatan bahkan ada yang diberi sangsi karena ketahuan selingkuh dengan istri orang.44
39
Majalah Tempo.,2007, Op Cit., hlm 64 Politbiro adalah semacam dewan eksekutif dalam partai. 41 Herman Dwi Sucipto., Op Cit., hlm 78-81 42 Majalah Tempo,2007, Meminang Lewat Sepucuk Surat, Op Cit., hlm 65 43 Oey adalah penerjemah buku-buku Marx, Engels, serta buku-buku klasik bukan untuk mempropagandakan Marxisme. Ia ingin agar pembacanya menggunakan metode berpikir kritis seperti yang dipakai Marx dan Engels. Marx tidak menciptakan teori, seluruh tulisannya adalah suatu polemik terhadap semua ilmu yang sudah ada. ”Jadi, ilmunya benar, tidak benar, itu yang harus dikrtisi. http://pascaries.blogspot.com/2007/07/oey-hay-djoen.html (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.55 WIB) commit to user 44 Herman Dwi Sucipto., Op Cit., hlm 78-81 40
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Petualangan Politik D.N. Aidit 1. Awal Karir Politik D.N Aidit Aidit adalah tokoh PKI yang mempunyai banyak pengetahuan di bidang politik. Dari situ muncul keterkaitannya dengan gerakan pembebasan dan demokratik bermula.45 Saat tahun 1939 juga, ketika Aidit masih berusia tujuh belas tahun, Aidit telah menjadi seorang pemimpin Persatuan Timur Muda (Pertimu) karena tertarik dengan organisasi tersebut yang berwatak non rasialis. Hal tersebut karena keanggotaan Pertimu
mencakup orang-orang miskin
keturunan Cina, Arab, dan golongan minoritas lainnya.46 Pada tahun 1939 itu juga Aidit bergabung dengan Barisan Muda Gerindo, yakni sebuah organisasi kepemudaan yang beraliran nasionalis sayap kiri dan dipimpin oleh Amir Sjarifuddin. Setahun kemudian ia telah menjadi pemimpinnya bersama dengan Wikana47, Ismail Widjaja dan A.M. Hanafi. Aidit mulai mengenal dengan Marxisme pada tahun 1942 saat masa pendudukan Jepang. Aidit mulai membaca buku Das Kapital karangan Karl Marx. Faktor keadaan Indonesia yang kacau saat itu turut membantu dalam Aidit untuk lebih memahami komunis selain belajar dari buku Karl Max tersebut. Aidit belajar buku Das Kapital Marxisme-Leninisme melalui pemberian dari seorang tokoh komunis tua yang menghidupkan kembali Partai Komunis Indonesia sejak tahun
45
Peter Edman, Komunisme Ala Aidit: Kisah Partai Komunis Indonesia Dibawah Kepemimpinan D.N. Aidit 1950-1965, (center for information analysis, 2007), hlm 60-61 46 Majalah Tempo.,2007, Sejak Awal Membaca Resiko, Op Cit., hlm 63 47 Wikana, Ismail Widjaja, dan A.M. Hanafi, adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Wikana termasuk dalam daftar orang yang menghilang dan diduga meninggal dibunuh dalam lembaran hitam tragedi Pembantaian di Indonesia 1965–1966 pasca peristiwa G30S. https://id.wikipedia.org/wiki/Wikana commit to user (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.00 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
1945, yakni Muhammad Jusuf. Perkenalan Aidit dengan Jusuf membawa pengaruh kuat dalam perkembangan politiknya. M. Jusuf melihat Aidit sebagai sosok orang yang cerdas dan mulai mengajarkan ajaran komunis pada Aidit. M. Jusuf mulai memasukkan ajaran-ajaran komunis yang saat itu sangat menarik perhatian Aidit karena ajaran komunis sesuai dengan apa yang dicita-citakan Aidit yakni memperjuangkan kaum buruh dan rakyat kecil. Usia yang masih muda membuat Aidit mudah dipengaruhi oleh M. Jusuf. Susahnya berhubungan dengan keluarga yang jauh di Belitung semakin membuat Aidit lebih mendalami komunis dan mulai meninggalkan Islam yang saat tersebut kurang begitu memperhatikan kaum buruh. Beberapa faktor itulah yang menyebabkan ajaran komunis yang diberikan M. Jusuf membuat Aidit sangat ingin menjadi anggota PKI. Pada tahun 1942, Aidit mulai aktif dalam gerakan buruh, dan menjadi Wakil Ketua Persatuan Buruh Angkutan. Aidit juga dipercaya menjadi pemimpin dalam sekolah politik Generasi Baru sampai tahun 1943.48 Di situlah ia terlihat berbeda dari temantemannya, terutama dalam ketertarikannya pada Marxisme yang demikian disiplin dan tertata. Situasi yang membuat Aidit semakin ingin lebih dan terus mendalami komunis sebagai pilihan hidupnya. Pada tahun 1943, Aidit resmi menjadi anggota PKI berkat ajakan dari M Jusuf. Di tahun yang sama, Aidit mulai mengenal MH Lukman yang menjadi sahabat dekatnya. Perkenalan itu terjadi di bawah ancaman samurai Jepang, dan melahirkan organisasi antifasis. Aidit yang baru masuk menjadi anggota PKI, ia telah mendirikan organisasi antifasisme tersebut kemudian diberi nama Gerakan Indonesia Merdeka (Gerindom), dan bergerak di bawah tanah. Namun ternyata
48
commit to user Peter Edman.,Op Cit., hlm 62
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
organisasi tersebut hanya mampu memberikan kontribusi kecil dalam mencapai tujuan-tujuannya dalam membantu perjuangan anti-Jepang. Usia gerakan tersebut sangat singkat. Pada tahun 1942-1943 para aktivis dan tokoh-tokohnya berhasil ditangkap Jepang. Banyak di antara anggotanya yang dihukum mati dalam aksi penumpasan tersebut, tetapi Aidit sanggup meloloskan diri.49 Aidit banyak mendptkan posisi ideal din dalam berbagai macam organisasi yang diikutinya. Posisi ideal yang begitu cepat diperoleh Aidit dalam beberapa organisasi sosial dan intelektual, serta gerakannya dalam mendirikan organisasi telah memperlihatkan kemampuan kepemimpinannya dalam organisasi. Hal itu pun ditunjang dengan minatnya yang tinggi pada aktivitas intelektual dalam sekolah politik yang kemudian menjadi landasan ideologis kuat bagi Aidit dalam menapaki karir politiknya.50 Dalam aktivitas politik intelektualnya, pada tahun 1944 Aidit bergabung dengan Angkatan Muda (AM) dan Asrama Angkatan Baru Indonesia (AABI), sebuah sekolah pendidikan politik yang didirikan oleh departemen propaganda dalam pemerintahan militer Jepang. Di organisasi tersebutlah Aidit mendapatkan kuliah dari para tokoh penting dalam pergerakan nasional, antara lain Soekarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin. Aidit kemudian bergabung dengan Barisan Pelopor (BP)51 yang merupakan organisasi para aktivis
49
Ibid. Transkripsi wawancara dengan Rewang, Koleksi Arsip Nasional RI tahun 2011 51 Barisan Pelopor (Suisyintai) adalah sayap pemuda dari Jawa Hokokai yang dibentuk Agustus 1944 oleh Jepang. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno, Sudiro, RP. Suroso, Otto Iskandardinata dan Dr. Boentaran Martoatmodjo. Pasca kemerdekaan, organisasi tersebut dikenal dengan nama Barisan Benteng. https://id.wikipedia.org/wiki/Barisan_Pelopor (diakses 19 Juni commit to user 2015 pukul 19.50 WIB) 50
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
yang tergabung dalam Hokokai.52 Barisan tersebut kemudian berubah menjadi Barisan Pelopor Istimewa (BPI) sebagai pasukan pengawal khusus Soekarno, di organisasi tersebut terlihat betapa kehadiran Soekarno telah memberikan pengaruh kepada Aidit.53 Kedekatan Soekarno dan Aidit di masa tersebutlah yang juga berpengaruh pada kedekatan mereka secara politik, yakni ketika Aidit menjadi ketua PKI dan Soekarno dengan Demokrasi Terpimpinnya membutuhkan dukungan politik.
2. Karir politik D.N Aidit Tahun 1945-1965 Perkenalan Aidit dengan Soekarno selama di asrama dan BPI, membawa pengaruh yang sangat dalam terhadap pandangan politik nasionalis Aidit. Kedekatan Aidit dengan Sukarno mulai terjalin sejak itu. Pada awal tahun 1945, Aidit menjadi aktivis Pemuda Angkatan Baru (PAB) sebagai organisasi yang separuhnya legal dengan tujuan membuka jalan bagi proklamasi kemerdekaan. Kelompok tersebutlah yang kemudian terlibat dalam aksi penculikan SoekarnoHatta pada malam 17 Agustus1945, namun Aidit tidak hadir dalam aksi tersebut.54 Aidit termasuk salah satu aktivis Menteng 31. Di dalam pusat kegiatan tersebutlah Aidit dan Lukman aktif bekerja bahu membahu bersama denganpara kaum muda lainnya seperti Wikana, Chaerul Saleh, Sidik Kertapati, Sukarni, B.M. Diah, Adam Malik, dan Sudiro. Gedung Menteng 31 memiliki peran penting dalam pembentukan sosok D.N Aidit. Dalam gedung tersebut Aidit terlibat dalam institute pendidikan politik Ngismatul Khoeriyah, “Perbandingan Pemikiran Tan Malaka dan D.N. Aidit”, Skripsi FKIP UMP, 2014 53 Peter Edman.,Op Cit., hlm 63 to user commit 54 Ibid. 52
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
Angkatan Baroe Indonesia di zaman pendudukan Jepang. Direkturnya Wikana, gurunya para tokoh pergerakan; Bung Karno, Hatta, Sjahrir, Moh.Yamin, Achmad Soebardjo, Iwa Kusumasumantri. Mata pelajaran yang diberikan ilmu hukum, filsafat, sosiologi, sejarah politik, dan ekonomi. Disitulah Aidit mendapat pendidikan politik secara sistematis. Sejak saat itu dia mengenal perbedaan antara Soekarno dan Hatta. Pada Bung Karno, dia seorang intelektual yang selalu mengintegrasikan diri dengan massa rakyat dan tokoh yang percaya terhadap aksi massa. Dengan indoktrinasi dan agitasi, mereka meresapkan ide-ide ilmiah kepada semuanya.55 Aidit kemudian ditangkap oleh Jepang dan dijebloskan ke penjara Jatinegara karena keterlibatannya dalam aksi Rapat Raksasa Ikada di lapangan Ikada, Gambir pada 19 September 1945, namun ia akhirnya berhasil meloloskan diri.56 Sayangnya, ia lagi-lagi ditangkap oleh pasukan Inggris dan kemudian dilimpahkan kepada Belanda yang mengasingkannya ke Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, selama tujuh bulan. Ia baru dibebaskan setelah dilakukan Perundingan Hoge Voluwe57 antara Belanda dan perwakilan Republik Indonesia pada 24 April 1946.58
55
Julious Pour., Op Cit., hlm 45 Ibid., hlm 20 57 Perundingan Hoge Voluwe adalah Perundingan yang berlangsung di Hooge Veluwe tersebut tidak membawa hasil sebab Belanda menolak konsep pertemuan Sjahrir-Van Mook-Clark Kerr di Jakarta. Pihak Belanda menolak memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatera tetapi hanya Jawa dan Madura serta dikurangi daerah-daerah yang diduduki oleh Pasukan Sekutu. Dengan demikian untuk sementara waktu hubungan Indonesia Belanda terputus, akan tetapi Van Mook masih berupaya mengajukan usul bagi pemerintahannya kepada pihak RI. http://azanulahyan.blogspot.com (diakses 27 Juni 2015 pukul 21.50 WIB) commit to user 58 Majalah Tempo.2007, Op Cit., hlm 70 56
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
Setelah dibebaskan, Aidit banyak menghabiskan waktu di organisasi Partai Komunis Indonesia. Saat itu tahun 1947, PKI sedang melangsungkan Kongres keIV, dan Aidit terpilih menjadi anggota Central Committee (CC) PKI. Dia juga terpilih sebagai Ketua Fraksi PKI, dan menjadi anggota KNIP. Memasuki tahun 1948, Aidit bekerja sebagai Sekretaris Dewan Eksekutif Front Demokrasi Rakyat (FDR), sebuah organisasi yang merupakan leburan dari PKI, Partai Sosialis, Partai Buruh dan Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo)59 yang dipimpin oleh Aidit.60 Kemudian, pada September 1948, Aidit terpilih menjadi anggota Politbiro PKI. Awal 1948 juga Aidit diserahi tugas untuk membidangi bidang Agitasi dan Propaganda (Agitprop), untuk menyebarkan lagi paham revolusioner dan antiimperialis. Di bawah bimbingan seniornya Alimin61, Aidit menerbitkan majalah dwi bulanan Bintang Merah, terbitan PKI yang punya arti strategis. Lalu pada Agustus 1948, Aidit menjadi anggota Comite Central (CC) PKI, dan mengurus agraria. Selama di parlemen, Aidit aktif mengumpulkan anggota-anggota KNIP62
59
Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) ialah organisasi yang diciptakan atas inisiatif Menteri Pertahanan saat itu, yaitu Amir Sjarifuddin, sebagai sayap pemuda dari Partai Sosialis Indonesia (PSI). Kongres yang diadakan pada 10 November-11 November 1945, mempersatukan tujuh organisasi setempat. Keanggotaannya dengan cepat berkembang menjadi sekitar 25.000 orang. Organisasi tersebut ikut serta dalam perjuangan bersenjata untuk merebut kemerdekaan dalam revolusi nasional Indonesia. Satuan-satuan Pesindo terlibat dalam pertempuran melawan pasukan-pasukan Britania. https://id.wikipedia.org (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.50 WIB) 60 Peter Edman.,Op Cit., hlm 64-65 61 Alimin adalah tokoh PKI sejak tahun 1926 dan juga merupakan tokoh pemimpin PKI sebelum D.N. Aidit. https://id.wikipedia.org (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.50 WIB) 62 Komite Nasional Indonesia Pusat (sering disingkat dengan KNIP) dibentuk berdasarkan Pasal IV, Aturan Peralihan, Undang-Undang Dasar 1945 dan dilantik serta mulai bertugas sejak tanggal 29 Agustus 1945 sampai dengan Februari 1950. KNIP merupakan Badan Pembantu Presiden, yang keanggotaannya terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat dari berbagai golongan commit to user dan daerah-daerah termasuk mantan Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari sayap kiri. Sebagai juru bicara sayap kiri dalam parlemen telah membuatnya terlibat langsung dan terus menerus dengan sekretaris sayap kiri yang terdiri dari Aidit, Njoto, Sudisman, Hasan Raid dan Peris Pardede.63 Sayang, kemudian terjadi peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun pimpinan Muso, yang menjadikan Aidit harus menyembunyikan diri. Pada pemberontakan PKI Madiun 1948, Muso dan Amir Syarifuddin adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pembunuhan-pembunuhan kejam. Muso dan Amir Syarifuddin adalah orang-orang yang memimpin secara langsung pemberontakan itu dan akhirnya dia terbunuh dalam satu pengejaran dan penggerebekan tanpa diadili.64 Walaupun Aidit termasuk pengikut yang paling dekat dengan Amir Syarifuddin namun dia sangat beruntung bahwa dia tidak terlibat dan ikut dalam usaha pengkhianatan itu, karena dekat menjelang peristiwa itu dia telah meninggalkan tanah air menuju Cina untuk memperdalam pengetahuannya
tentang
Marxisme
dan
Komunisme.65
Pada
peristiwa
pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun pimpinan Muso,66 sedikitnya, ada sekitar 8.000 orang pendukung dan simpatisan PKI yang tewas dalam peristiwa itu. Termasuk Amir Syarifuddin dan Musso. Aidit sendiri selamat, setelah Indonesia.https://id.wikipedia.org/wiki/Komite_Nasional_Indonesia_Pusat (diakses 19 Juni 2015 pukul 19.50 WIB) 63 Peter Edman.,Op Cit., hlm 66 64 Transkripsi wawancara dengan Rewang, Koleksi Arsip Nasional RI tahun 2011 65 Rosamona, Matinja Aidit Marsekal Lubang-Buaya, (Jakarta: InkopakHazera, 1967), hlm 13-14 66 Musso atau Paul Mussotte bernama lengkap Muso Manowar (lahir di Kediri, Jawa Timur tahun 1897 dan meninggal di Madiun, Jawa Timur, 31 Oktober 1948) adalah seorang tokoh komunis Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an dan dilanjutkan pada Pemberontakan Madiun 1948. Musso adalah salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut Stalin dan anggota dari Internasional Komunis di Moskow. commit to user https://id.wikipedia.org/wiki/Musso (diakses tanggal 24 Juni 2015 Pukul 09.00)
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
melarikan diri ke Singapura, dan Vietnam Utara, lalu ke China, dan kembali ke Indonesia, di pertengahan tahun 1950. Aidit menyebut peristiwa Madiun adalah provokasi pemerintah HattaSukiman-Nasir. Hal itu dibuktikannya bahwa dalam kabinet atau pemerintahan Hatta-Sukiman-Nasir diketahui duduk juga orang-orang dari partai atau aliran lain kecuali aliran Hatta-Sukiman-Nasir seperti partai Nasionalis, Katolik, Sosialis kanan, sebagaimana Aidit tahu juga bahwa yang memegang rol terpenting dalam kabinet tersebut ialah Hatta dan orang-orang Masyumi.67 Pada hakekatnya kabinet RI ke VI (kabinet Hatta-Sukiman-Nasir) adalah kabinet Masyumi yang dipimpin oleh Hatta. Sejak terbentuknya pada tanggal 29 Januari 1948, kabinet tersebut sepenuhnya menjalankan politik Masyumi dan provokasi Madiun adalah pelaksanaan daripada politik Masyumi yang paling penting, yaitu politik mengejar dan membunuh kaum komunis.68 PKI berpendapat bahwa apa yang disiarkan oleh lawan-lawan politik PKI mengenai peristiwa Madiun adalah pemutar balikkan kenyataan yang sesungguhnya dan merupakan penipuan serta fitnah. Oleh karena itu msyarakat umum harus diberi keterangan yang benar oleh pihak PKI sendiri.69 Aidit menjelaskan dalam pidatonya bahwa dalam soal peristiwa Madiun kaum komunis adalah pendakwa, petikan pidatonya: “……..Kami yakin, bahwa jika soal tersebut dibawa ke pengadilan bukanlah kami yang akan menjadi terdakwa, tetapi kamilah pendakwa. Kamilah yang akan tampil ke depan sebagai pendakwa atas nama Amir Syarifuddin, putera utama bangsa Indonesia yang berasal dari tanah Batak, atas nama Suripno, Maruto Darusman, Dr. Wiroreno, Dr. Rustam, Harjono, Jokosujono, Sukarno, Sutrisno, Sarjono dan beribu-ribu lagi putera Indonesia yang terbaik dari suku Jawa yang menjadi korban keganasan satu pemerintah yang dipimpin oleh borjuis Minangkabau, 67
Murad Aidit, Aidit Sang Legenda, (Jakarta: Panta Rei.2005), hlm 151 Ibid, hlm 152 commit to user 69 Ibid., hlm 145 68
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
Mohammad Hatta. Demikian kalau kita mau berbicara dalam istilah kesukuan, sebagaimana sekarang banyak digunakan oleh pembelapembela kaum pemberontak di Sumatera, hal yang sedapat mungkin ingin kami hindari. Ya, kami juga akan berbicara atas nama perwira-perwira, bintara-bintara, dan prajurit-prajurit TNI yang tewas dalam "membasmi Komunis" atas perintah Hatta, karena mereka juga tidak bersalah dan mereka juga adalah korban perang-saudara yang dikobarkan oleh Hatta”70
Peristiwa Madiun merupakan salah satu peristiwa pemberontakan yang dilakukan PKI pimpinan Musso untuk mengambil alih pemerinahan dengan mendirikan sebuah pemerintahan baru di Madiun. Tokoh-tokoh PKI yang terbunuh dalam peristiwa Madiun adalah Musso dan Amir Syarifudin. Pada waktu itu Aidit juga ditangkap, tetapi orang yang menangkapnya waktu itu tidak mengenalinya. Mereka hanya menemukan seorang anak muda yang botak dan berbadan pendek, tetapi mereka tidak tahu bahwa itu adalah Aidit, yang akhirnya dibebaskan. Aidit segera melarikan diri ke Jakarta, dan tetap melanjutkan perjuangannya dengan menyembunyikan identitas diri.71 Setelah kembali dari Cina pada pertengahan tahun 1950, Aidit segera terpilih sebagai Sektretaris Jenderal Central Committe (CC), dan ia pun mulai mengendalikan kepemimpinan melalui kelompoknya yang telah berhasil merebut kekuasaan dari para pemimpin partai yang berasal dari generasi yang lebih tua.72 Selanjutnya, Aidit dan kelompoknya berhasil mengeser kiblat PKI dari Rusia ke RRC. Cara Aidit membangun PKI sungguh sangat militan. Ia membangun jaringan-jaringan partai hingga ke massa bawah. Aidit membentuk berbagai organisasi-organisasi sayap yang berafiliasi kepada PKI, dan menempatkan kader-kadernya dalam berbagai organisasi profesi, 70
Peter Edman, Op Cit, hlm 98 Murad Aidit, Op Cit., hlm 115 to user commit 72 Peter Edman.,Op Cit., hlm 67 71
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
bahkan di tubuh militer sekalipun. Aidit juga menggerakan kader PKI untuk menyusup ke dalam tubuh partai-partai lain yang ada., terutama partai yang besar yang menjadi pesaingnya. Dengan ciri khasnya yang flamboyan, dan gaya kepemimpinannya yang karismatik tersebut, membuat PKI mendapat simpati luar biasa di masyarakat Indonesia.73 Di sisi lain, sejak tahun 1960 dalam masa Demokrasi Terpimpin, Soekarno aktif mendekat dan meminta dukungan PKI sebagai kekuatan untuk mengimbangi ketakutannya terhadap Angkatan Darat (AD). Hal tersebut tentu disambut baik oleh PKI di bawah Aidit. PKI sebelumnya juga telah mencari dukungan dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang salah satu pendirinya adalah Soekarno. Hal yang perlu diperhatikan adalah, dengan semakin meningkatnya dukungan presiden pada PKI, maka PKI memperoleh semacam lisensi yang lebih besar lagi agar kebijakan-kebijakan PNI dapat mendukung dan melindungi PKI. Namun ternyata memang PNI tahun 1960-an berbeda dari PNI sebelum kemerdekaan, akhirnya PKI memandang bahwa PNI dan presiden Soekarno adalah dua sumber dukungan yang terpisah, dan untuk memperoleh dukungannya mesti dilakukan dengan cara yang berbeda-beda.74 Di bawah kepemimpinan Aidit, PKI berubah haluan dari yang semula lebih banyak menggunakan taktik gerakan bawah tanah karena cap telah menikam Republik dari belakang pada peristiwa Madiun, menjadi berusaha aktif di tengah massa dalam rangka membangun front bersatu lebih luas dan bukannya membatasi diri dengan memenangkan kekuasaan melalui berbagai keberhasilan
73 74
Herman Dwi Sucipto. ,Op Cit., hlm 89 commit to user Peter Edman.,Op Cit., hlm 104-105
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
dalam parlemen, meskipun demikian bukan berarti perjuangan parlementer diabaikan sama sekali. Pada 7 Januari 1951, Aidit terpilih menjadi Sekretaris Jenderal CC PKI, kemudian menjadi Ketua Umum CC PKI. Usia Aidit saat menjabat pimpinan PKI masih di bawah 30 tahun. Begitupun dengan sahabatnya, tidak ada yang usianya melebihi 30 tahun. Di tangan golongan muda, PKI tumbuh dengan pesat menjadi partai yang kuat, dinamis, dan memiliki peran penting dalam percaturan politik nasional. Aidit sanggup membangun partai berbasis massa, dan memiliki anggota hingga tiga juta orang. Pengaruh Aidit telah mengarahkan PKI dalam upaya membangun sebuah partai massa yang akan memperjuangkan tujuan-tujuan Marxisme dalam masyarakat politik Indonesia.75 Pernyataannya tertuang dalam pidatonya atas nama politbiro dalam Sidang Pleno II: “………Tiap-tiap kedjadian menghendaki analisa jang dalam agar mendapat pemetjahan jang tepat. Semuanja ini akan dapat kita lakukan, asal kita tetap setia berpedoman kepada Marxisme-Leninisme, asal kita dengan curahan sepenuh hati dan djiwa menghadapi tiap-tiap kedjadian, asal kita senantiasa tidak lupa bahwa Partai kita adalah elemen jang objektif daripada situasi negeri kita dan hasil daripada perdjuangan kelas di dalam dan luar negeri”76 Pada bulan Agustus 1951 PKI menggerakkan kerusuhan-kerusuhan di kota Jakarta dan Bogor. Di Bogor banyak penduduk yang menjadi korban. Kabinet Sukiman melakukan penangkapan dan penggeledahan dirumah- rumah para pemimpin PKI. Oleh PKI peristiwa penangkapan dan penggeledahan tersebut disebut “ Razia Agustus 1951” dan dianggap sebagai provokasi pemerintah
75
Peter Edman.,Op Cit., hlm 67-68 Pidato D.N Aidit Atascommit Nama to Politbiro user dalam Sidang Pleno II tahun 1954, Arsip Koleksi Pribadi, hlm 2 76
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
Sukiman dalam mencari alasan untuk membubarkan PKI. Akibat tindakan pemerintah itu, sejumlah besar pimpinan PKI menjadi tahanan politik dan sebagian kecil melarikan diri. Dalam operasi penangkapan tersebut D.N. Aidit berhasil lolos dan melarikan diri ke Moskow, sedangkan PKI melaksanakan gerakan bawah tanah. Tahun 1953 momentum konsolidasi partai terjadi ketika meletus kerusuhan petani di Tanjung Morawa, Sumatra Utara, 6 Juni 1953. Kerusuhan tersebut digerakkan oleh kader PKI itu menjatuhkan kabinet Wilopo.77 Kesuksesn tersebut memompa semangat baru ke Partai Komunis Indonesia (PKI). Tahun 1953 D.N. Aidit kembali ke Indonesia dari Moskow. Dia muncul dengan konsep baru yang dikenal dengan “Jalan Demokrasi Rakyat bagi Indonesia”.78 Melalui konsep tersebut Aidit sekaligus menegaskan jalan yang revolusioner di samping cara-cara parlementer. Dengan berdasarkan MarxismeLeninisme dan alanisis mengenai situasi kondisi Indonesia sendiri, CC PKI di bawah pimpinan D.N. Aidit menyusun program partai untuk mencapai tujuannya, yaitu mengkomuniskan Indonesia. Aidit menjabat Ketua Komite Sentral (CC) dalam masa kepemimpinannya di PKI.79 Di pemerintahan, Aidit pernah menjadi Menteri Koordinator dan Wakil Ketua MPRS. Lobi-lobi yang dilakukan PKI dan gerakan politik Aidit, berhasil membujuk Soekarno agar menempatkan kaderkader PKI di jajaran pemerintahan.
77
Majalah Tempo, 2007, Dari Menteng ke Pusaran Kekuasaan, Koleksi Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta., hlm 73 78 Ibid. 79 Majalah Tempo., 2007,commit Berakhir Seperti Musso, Koleksi Perpustakaan to user Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm 68
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
Kampanye Nasakom80 yang yang dilakukan rezim Soekarno, merupakan bukti keberhasilan Aidit memainkan peran di antara kekuatan politik di Indoneia pada waktu tahun 1960. Kampanye Nasakom tersebut membuat pemerintah saat itu memberi pengakuan bahwa komunis, nasionalis, dan agama berada dalam posisi yang sama. Adanya Nasakom yang mempunyai kedudukan yang sama membuat Aidit merasa punya jalan untuk menempatkan kader-kader PKI dalam pemerintahan Soekarno. Aidit memaknai Nasakom dengan menempatkan kader PKI dalam setiap jajaran birokrasi, bahkan militer yang diwakili oleh Syam. Saat kepemimpinan Aidit, kader-kader PKI sangat piawai dalam memprovokasi massa serta lawan politiknya dengan berbagai gagasan jenius sekaligus kontroversial dengan logika yang baik, Aidit pernah melontarkan sebuah gagasan bahwa Pancasila sudah kurang efektif lagi dalam melihat kondisi Indonesia ke depan. Dia mengusulkan pembentukan Angkatan kelima, dengan cara mempersenjatai buruh dan petani dengan bantuan persenjataan dari RRC. Kampanye memberikan senjata kepada buruh dan tani tentu saja merupakan
80
Nasakom adalah konsep politik selama presiden Sukarno di Indonesia. Tersebut adalah akronim dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Pada 1956 Sukarno secara terbuka mengkritik demokrasi parlementer, yang menyatakan bahwa itu "didasarkan pada konflik inheren" yang berlawanan dengan gagasan Indonesia harmoni sebagai keadaan alami antar hubungan manusia. Sebaliknya, ia mencari sistem yang didasarkan pada sistem tradisional desa dengan menampilkan diskusi dan konsensus, dibawah bimbingan para tetua desa. Ia mengusulkan campuran antara tiga unsur nasionalisme, agama dan komunisme menjadi pemerintah koperasi 'Nas-A-Kom'. Hal tersebut dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia - tentara, kelompokkelompok Islam, dan komunis. Dengan dukungan dari militer, pada bulan Februari ia menyatakan 'Demokrasi Terpimpin', dan mengusulkan kabinet yang akan mewakili semua partai politik commit to userpenting. https://id.wikipedia.org /wiki/Nasakom (diakses tanggal 24 Juni 2015 Pukul 23.00)
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
tantangan bagi rival politik PKI yang paling kuat, yaitu Angkatan Darat. Tidak mengherankan bila AD Paling bersemangat menolak usul tersebut.81 Untuk mengembalikan dukungan massa pada PKI setelah peristiwa pemberontakan pada 1948, Aidit dan kawan-kawan berusaha keras membangun basis massa di bawah dengan pengorganisasian massa, mengambil hati rakyat kecil dengan program partai yang memihak rakyat kecil seperti kaum buruh dan tani sebagai kekuatan revolusinya. Hal tersebut termuat dalam salah satu pidatonya: “Kaum buruh mendjadi kekuatan pokok Revolusi oleh karena mereka, berhubungan dengan kedudukan sosialnja, adalah jang paling konsekuen berdjuang untuk Sosialisme, jaitu masjarakat jang bersih dari penghisapan atas manusia oleh manusia. Oleh karena kaum buruh paling konsekuen berdjuang untuk Sosialisme, artinja klas tersebut tidak akan berhenti berdjuang sebelum hapus segala bentuk penghisapan, maka mereka djuga paling konsekuen berdjuang melawan imperialisme dan sisa-sisa feodalisme untuk menjelesaikan tahap Revolusi sekarang, jaitu tahap nasional dan demokratis jang mutlak harus diselesaikan sebelum dapat memulai dengan membangun Sosialisme. Sosialisme tidak mungkin dibangun di negara jang tidak merdeka penuh. Kaum tani mendjadi kekuatan pokok Revolusi oleh karena mereka meliputi majoritet jang terbesar sekali dari Rakjat dan jang tertindas dari sisa-sisa feodalisme. Oleh karenanja, hakekat daripada Revolusi kita pada tahap sekarang tersebut adalah Revolusi agraria jang bertudjuan membebaskan kaum tani dari penghisapan feodal. Dengan demikian mendjadi djelas pula hakekat daripada tentara kita, jaitu kaum tani bersendjata, mereka adalah anak kaum tani atau masih ada hubungan keluarga jang dekat dengan kaum tani.Kaum buruh dan kaum tani adalah soko-guru Revolusi, pendorong madju Revolusi bersama-sama dengan Rakjat pekerdja lainnja. Tanpa kaum buruh dan kaum tani tidak mungkin sama sekali untuk membangun masjarakat apapun. Ja, tanpa kaum buruh dan kaum tani tidak mungkin ada masjarakat. Bajangkanlah betapa rupanja kita jang berkumpul dalam ruangan tersebut, djika tidak ada kaum tani dan kaum buruh jang memproduksi bahan pangan dan pakaian! Dasar masjarakat, jaitu penciptaan kekajaan materiil, adalah hasil tjiptaan kaum buruh dan tani. Merekalah jang menghasilkan sandang-pangan, menghasilkan segala apa jang memungkinkan kita hidup. Sudah tentu kita tidak boleh meremehkan peranan golongan-golongan lain dalam masjarakat, misalnja kaum
81
commit to user Herman Dwi Sucipto. ,Op Cit., hlm 90
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
keradjinan tangan, intelektual, pegawai negeri, anggota angkatan bersendjata dsb”82 Aidit memberikan jabatan ideal kepada kepada kedua temannya yakni Njoto dan Lukman di PKI. Aidit mengangkat Lukman menjadi wakil sekjen I dan Nyoto menjadi wakil sekjen II.83 Sebagai ketua PKI, Aidit mengamati politik secara umum, Lukman memimpin Front Persatuan, dan urusan agitasi dan propaganda diemban Nyoto. Tidak cuma berorganisasi saja, untuk meluaskan jaringan, mereka mendirikan sekolah dari tingkat dasar sampai universitas.84 Di tempat tersebut terlihat bahwa PKI sudah sedemikian maju dalam memikirkan kaderisasi anggota partai dengan membidik anak-anak muda melalui institusi pendidikan. Bahkan sampai sekarang di Indonesia tampaknya tidak ada satu partaipun yang serius memikirkan pendidikan sampai pada praksis mendirikan sekolah dan universitas. Pada Tahun 1955 Aidit membawa perolehan suara PKI pada Pemilu berada pada peringkat keempat setelah PNI, Masyumi, dan Nahdlatul Ulama. Maka PKI menjadi partai komunis terbesar di Negara non-komunis, dan terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan Cina.85 Aidit menyatakan bahwa hal itu terjadi karena kuatnya keyakinan dan idealisme anggota dan para kader, karena ketepatan garis politik PKI, karena kesetiaan dan keseriusan PKI dalam mempertahankan kepentingan sehari-hari massa kelas buruh, dan semakin meningkatnya
82
D.N. Aidit, Revolusi Indonesia dan Tugas-Tugas Mendesak PKI, (Jakarta: Yayasan Pembaruan, 1963) hlm 23-24 83 Jabatan wakil sekjen diganti menjadi ketua dan wakil ketua pada 1959 84 Majalah Tempo.,2007, The Three Musketeers, Koleksi Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, hlm 71 85 Majalah Tempo.,2007, commit Dari Menteng to user ke Pusaran Kekuasaan, Op Cit., hlm 74
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perjuangan PKI dalam rangka mewujudkan persatuan rakyat buruh dan seluruh bangsa.86 Perhatiannya terhadap kaum buruh tertuang dalam pidatonya: “Tak usah kiranja saja tekankan kepada Saudara-saudara betapa sedjak saat-saat permulaan gerakan kemerdekaan nasional kita, jaitu pada awal abad tersebut, kaum buruh melalui organisasi-organisasi mereka jaitu serikat buruh-serikat buruh telah memegang peranan aktif dalam melawan kolonialisme Belanda, kemudian dalam melawan pendudukan Djepang, dan kemudian dalam melawan agresi-agresi Belanda dan membela Republik. Kisah kepahlawanan pengambilalihan perusahaanperusahaan Belanda pada akhir tahun 1957 dan permulaan tahun 1958 djuga ditulis oleh kaum buruh jang terorganisasi bersama-sama dengan Rakjat pekerdja umumnja. Dan pengambilalihan itu dengan sekaligus menumpas kekuasaan Belanda atas ekonomi kita serta memberi dasar bagi penegakan ekonomi nasional.Sedjarah memang membuktikan bahwa kaum buruh benar-benar merupakan soko guru Revolusi Indonesia seperti dinjatakan di dalam Manipol. Sumbangan kaum buruh sungguh besar sekali dalam menjediakan dasar-dasar bagi pelaksanaan strategi dasar ekonomi seperti jang ditetapkan dalam Dekon, jaitu membangun susunan ekonomi yang nasional dan demokratis, jang antiimperialisme, dan anti-feodalisme”.87 Keberhasilan tersebut dicapai Aidit bersama kawan-kawannya dengan menata
organisasi
partai
secara
professional
sambil
meluaskan
basis
pendukungnya. Cara cara yang digunakan Aidit adalah dengan mendirikan jaringan sekolah, sejak tingkat dasar sampai universitas. Selain itu, PKI tampil sebagai pendukung militan, dalam mengikuti langkah politik Bung Karno, yang sejak Dekrit Presiden bulan Juni 1959, mulai tampil sebagai seorang pemimpin tunggal, dilengkapi gagasan membangun Demokrasi Terpimpin.88 Pada tahun 1957, dalam pemilihan daerah, jumlah suara untuk PKI meningkat hampir 40 persen, bahkan di beberapa daerah mereka mayoritas. Jumlah anggotanya yang semula hanya 4.000 orang meningkat puluhan kali 86
Peter Edman.,Op Cit., hlm 106 Ceramah D.N Aidit berjudul Serikat Buruh dan Serikat Madjikan, Ceramah dihadapan Pejabat dan Pegawai Perburuhan 17 Juni 1963, Koleksi Pribadi commit to user 88 Julious Pour.,Op Cit.,hlm 43 87
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
lipat. Aidit dengan bangga melaporkan bahwa jumlah perempuan
anggota
partai sudah mencapai 100 ribu. Pada usia 32 tahun Aidit sudah menjadi pemimpin salah satu kekuatan politik pasca-revolusi yang paling signifikan dan hidup. Pada tahun 1960, Soekarno melancarkan slogan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme). Dengan demikian peranan PKI sebagai mitra dalam politik Soekarno dilembagakan. Di bawah bendera Nasakom, kelompok Komunis secara de facto merupakan unsur terkuat dan dominan dibandingkan dengan dua unsur lainnya, baik kelompok Agama maupun kelompok Nasional.89 Soekarno memasukan Aidit dan Nyoto menjadi anggota Front Nasional untuk memperjuangkan Irian Barat sehingga berhasil diselesaikan pada 15 Agustus 1962 dan pada Maret 1962, Para pemimpin PKI, Aidit dan Njoto, diangkat menjadi menteri penasihat. Tahun 1963, Aidit diangkat menjadi Ketua Kehormatan Lembaga Ilmu Pengetahuan RRC. Dengan pengangkatan tersebut, menurut aturan protokoler China, dia tidak lagi dipanggil Kawan Aidit, melainkan harus lengkap bersama predikatnya, Kawan Aidit yang Bijaksana. Kuo Moujo, Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan China, menempatkan Aidit sejajar dengan Mao Zedong dan Joseph Stalin. Pada tahun 1965 meletus Gerakan 30 September, peristiwa yang juga mengakhiri petualang politik Aidit di Indonesia. Peristiwa Gerakan 30 September adalah peristiwa tentang penculikan dan pembunuhan jenderal-jenderal AD. Situasi politik Indonesia kemudian berubah kacau. Orang-orang saling tuduh. AD menuduh PKI ada di balik pembunuhan tersebut, sedangkan Aidit Pimpinan PKI D.N. Aidit, Kibarkancommit Tinggito Panji user Revolusi, (Djakarta : Jajasan Pembaruan, 1964), hlm 110 89
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
menyebut tragedi itu adalah murni konflik internal yang ada dalam AD. Pihak AD yang mengontrol ketat media massa, akhirnya bisa mengarahkan pendapat masyarakat agar menganggap gerakan itu merupakan otak Aidit. Sejak saat itu, gerakan politik Aidit hancur lebur. Dengan demikian dapat dipahami ada peristiwa G 30S merupakan suatu pristiwa yang terjadi akibat adanya persaingan antara PKI dan Angkatan darat. Persaingan tersebut juga dimotori oleh kedua negara besar yaitu Amerika dan Uni Soviet yang ingin memerikan pngaruh ideologinya di Indonesia. Amerika dengan kapitalis bersama AD sedangkan Soviet dengan Komunisnya bersama PKI. Dengan adanya peristiwa G 30S akhirnya Kapitalis yang memenangkan persaingan tersebut.
C. Kematian D.N Aidit Gerakan 30 September 1965 menjadikan Aidit sebagai tersangka utama upaya kudeta tersebut. Aidit ditangkap oleh Brigade IV Infanteri di Solo pada 22 November 1965, keesokan paginya Aidit ditembak mati di daerah Boyolali, Jawa Tengah . Banyak versi soal penangkapan dan kematian D.N. Aidit tetapi tidak pernah mendapat versi yang benar-benar dapat dipercaya di mana kuburnya berada. Akhir kisah Aidit bahwa dia bersembunyi di Gang Sidaredja, Sambeng, Solo di rumah Mbok Hardjo yang juga disewa oleh Pak Kasim sekeluarga. Melalui penggledahan yang sangat alot, akhirnya dari penjelasan Pak Kasim tersebutlah terungkap persembunyian Aidit di kamar tidurnya di balik almari makan yang sederhana. Dengan demikian selesailah sudah perjuangan Aidit, Ketua PKI, partai komunis yang terbesar di seluruh dunia di negara non-komunis, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
pemimpin tertinggi operasi perebutan kekuasaan dengan kekerasan atas Pemerintah Republik Indonesia, pemimpin tertinggi Kontrarevolusi PKI/G-30-S yang memimpikan mulai tanggal 1 Oktober adanya kekuasaan Dewan Revolusi untuk kemudian meningkat menjadi Pemerintah Republik Rakyat Indonesia yang membawa negara Indonesia menjadi negara komunis menggantikan Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.90 Aidit adalah sosok yang yang kontoversial yang mewarnai dunia perpolitikan di Indonesia pada tahun 1950-1965. Ia paham betul situasi sosial ekonomi rakyat Indonesia, dan sungguh-sungguh memanfaatkannya untuk membesarkan PKI. Hanya Aidit, seorang tokoh komunis militan yang pernah membawa Indonesia berada dalam hari-hari penuh semangat akan dinamika politik yang sarat akan kepentingan dan konflik.91 Kematian Aidit juga mengakhiri riwayat komunis dan khususnya PKI di Indonesia. PKI dibubarkan dan menjadi partai terlarang di Indonesia.
90 91
Majalah Tempo,2007, Op Cit, hlm 85 commit to user Herman Dwi Sucipto., Op Cit., hlm 90