1
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1
Hakikat Sikap
2.1.1
Pengertian Sikap Secara historis Azwar mengemukakan,istilah „sikap‟ (attitude) digunakan
pertama kali oleh Herbert Spencertahun 1862 yang diartikan sebagai status mental seseorang. Sejumlah ahli psikologi seperti Louis Thurstone,Rensis Likert,Charles Osgood menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mana dapat memihak (favorable) maupun tidak memihak (unfavorable) pada suatu obyek tertentu (dalam gunarsa,2007:12) Onong (1983:89), mengemukakan bahwa:“sikap adalah kecenderungan memberikan reaksi positif atau negatif terhadap suatu stimulus atau kelompok stimulus. Dengan istilah lain,sikap dapat di katakan sebagai respon yang konsisten terhadap suatu kategori stimulus.”berdasarkan pengertian ini, berarti sikap merupakan sikap atau kecenderungan untuk bertindak dalam bentuk tertentu apabila seseorang di hadapkan kepada stimulus tertentu. Mar‟at (Onong, 1983:89) mengartikan:“sikap sebagai kesiapan mental dan syaraf, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah pada respon individu terhadap semua obyek dan situasi yang terkait dengannya untuk bertindak.”Kemudian Sobur (2004:356-357) mengatakan bahwa: “Sikap merupakan pengalaman subyektif.asumsi ini menjadi dasar untuk berbagai pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan pengamatannya atas perilakunya sendiri. Sikap merupakan pengalaman tentang suatu masalah atau obyek, dari sisi dimensi penilaian.Jika kita 10
2
memiliki sikap pada suatu obyek, kita tidak cuma mengalaminya sebagai sesuatu yang hingga batas tertentu yang di inginkan, atau lebih baik, atau lebih buruk. Walaupun terdapat kesepakatan bahwa ada unsur penilaian dalam sikap, belum ada kesepakatan tentang apakah sikap hanya mengandung unsur penilaian dalam sikap,belum ada kesepakatan tentang apakah sikap hanya mengandung unsur penilaain saja.Bahkan diantara para peneliti yang mendefinisikan sikap secara lebih sempit, masih ada yang bersedia mengukur sikap dengan tolok ukur unsur penilaian dalam suatu kontinum”. Pendapat di atas menunjukan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku sosial. Ini adalah asumsi yang paling menarik mengenai sikap dan mempunyai implikasi-Implikasi sebagai berikut :(a) jika ucapan seorang tentang sikap tidak sesuai dengan perilaku sosialnya yang lain, akan sulit mengetahui arti ucapan itu,(b)meskipun
orang
mungkin
terdorong
untuk
memperoleh,mendekati,
mendukung dan sebagainya, obyek yang mereka nilai positif ini tidak mungkin menjadi satu –satunya motif perilaku sosial yang relevan dan penting tidaknya dalam suatu situasi harus di tentukan di lapangan, (c) mengatakan bahwa sikap menimbulkan perilaku (atau sebaliknya) sering menimbulkan pertanyaan tentang hakikat proses antaranya. Dari berbagai definisi sebagaimana diuraikan di atas dapat dikemukakan beberapa
hal
tentang
sikap
yaitu
(1)
sikap
adalah
kecenderungan
bertindak,berpikir,berpersepsi dan merasa dalam menghadapi obyek,ide,situasi, atau nilai sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap biasa berupa orang, benda,tempat,gagasan,situasi,atau
kelompok.
Dengan
demikian
pada
kenyataannya, tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri.(2)sikap bukanlah sekedar rekaman masa lampau, namun juga menentukan apakah seorang harus
3
setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu menentukan apa yang di sukai, di harapkan dan apa yang harus di hindari. (3) Sikap relative lebih menetap berbagai penelitian menunjukkan bahwa sikap politik kelompok kategori dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. (4) Sikap mengandug aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.(5)Sikap timbul dari pengalaman, tidak di bawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar.Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah (dalam Gunarsa,2007:12) Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Obyek sikap sebenarnya dapat berbentuk segala sesuatu yang berbeda di sekeliling individu, dalam hal ini obyek tersebut berada dalam lingkungan atau dunia individu dalam arti psikologis individu tersebut. Obyek sikap tidak hanya berupa benda maupun orang-orang,tetapi juga peristiwa-peristiwa,pemandanganpemandangan,lembaga-lembaga,norma-norma,nilai-nilai dan sebagainya. Menurut Brigham ada beberapa ciri-ciri sifat dasar dari sikap,yaitu: (1) Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku,(2) Sikap ditujukan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori,dalam hal ini skema yang dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengkategorikan target obyek dimana sikap diarahkan,(3) Sikap dipelajari,(4) Sikap mempengaruhi prilaku
4
mengukuhi suatu sikap yang mengarah pada suatu obyek memberikan suatu alasan untuk berprilaku mengarah pada obyek itu dengan cara tertentu (Hudaniyah 2003:97). Sikap membantu kita merasa menjadi bagian dari komunitas, dikatakan sikap yang memiliki fungsi penyesuaian sosial. Sebagai contoh adalah seorang yang menahan keyakinan dan sikap pada kelompok religious atau partai politik tertentu karena kawan, keluarga, dan tetangga. Demikian isi aktual keyakinan dan sikap mereka kurang penting dibandingkan ikatan sosial yang diberikanya. Sampai tingkat memiliki fungsi penyesuaian sosial, sikap dapat berubah. Pendapat atau opini sangat erat berkaitan dengan sikap, bahkan kedua konsep tersebut acap kali digunakan dalam definisi-definisi mengenai sikap. Tidak jarang dijumpai pula pemakaian istilah sikap dan pendapat yang disamakan atau diperlukan artinya. Sebenarnya kedua istilah ini tidak sama persis maknanya. Dengan kata lain, antara sikap dan pendapat pengertian yang berbeda.Pendapat atau opini menurut Cutlip da Center (1961:59) bahwa: “Opinions adaptattuges to the demandsof soscial situations; but heving adapted them, Opions appearto become ingredients in the constant, gradual reformulations of attitudies.”Makna dari pendapat diatas yaitu hubungan erat antara sikap dan pendapat dengan sendirinya menyimpulkan bahwa suatu pendapat dapat dinyatakan (expressed), dan
dapat
juga
tidak
dinyatakan,
tetapi
ada
ataupun
tidak
disadari
(laten).Selanjutnya,mungkin sekali suatu pendapat telah tersebar tetapi tidak dinyatakan dalam bentuk internal public opion yang berbeda dengan external public opions(dinyatakan)
5
Berdasarkan uraian diatas, maka hubungan antara pendapat dan sikap pribadi manusia terdapat hubungan yang erat, pengalaman pribadi menentukan sikap serta sikap juga tergantung pada pengalaman masyarakatnya sendiri, yaitu lingkungan yang memberi kepada Individu kaidah serta norma tentang apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah, dalam kaitan dengan inilah, orang menentukan sikapnya membentuk pendapat. Winkel
(1996:104)mengemukakan
bahwa:
“orang
bersikap
tertentu,cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu,berguna/berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai baik untuknya dia mempunyai sikap yang positif dan bila obyeknya dinilai jelek dia mempunyai nilai negatif.” Pendapat ini memberikan makna bahwa bila Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat maka berusaha untuk memiliki sikap yang positif terhadap kegiatan tersebut. Sebaliknya bila program tersebut, dinilai kurang memberikan manfaat bagi pengembangan usaha mereka, maka cenderung untuk tidak memiliki sikap positif. Konsep ini juga dipertegas oleh Umar (2000: 25) yaitu: “Sikap adalah menempatkan seorang kedalam satu pikiran menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhi sesuatu tersebut.” Dengan demikian sikap merupakan kemampuan internal yang sangat berperan sekali dalam mengambil keputusan, tindakan, apalagi bila terbuka kemungkinan untuk bertindak.Masyarakat yang memiliki sikap yang jelas mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan alternatif untuk bertindak” Melalui tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu yang pada gilirannya akan mempengaruhi prilakunya.Kepercayaan suatu pemikiran yang deskriptif dimiliki seorang tentang
6
suatu yang disadari atas pengetahuan, pendapat dan keyakinan nyata. Sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap sesuatu obyek atau gagasan. Pendapat diatas menunjukkan bahwa sikap merupakan susunan proses, motivasi, emosi, persepsi dan kognisi yang terus menerus dalam hubungan dengan beberapa aspek dari dunia individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa aspek-aspek dari dunia kehidupan sangat kompleks, baik yang berwujud lingkungan fisik maupun sosial. Karena itu maka pola-pola tingkah laku seseorang akan bervariasi antara satu dengan yang lainya dalam memberikan respon terhadap suatu obyek. Hal ini terjadi karena di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga reaksi individu terhadap suatu obyek bersifat khas. Selanjutnya sikap seseorang terhadap suatu obyek tertentu dapat bersifat positif dan negatif yang dinyatakan secara verbal ataupun non verbal. Dalam kaitan ini sikap tidak langsung dapat diamati, melainkan harus ditafsirkan terlebih dahulu dan tingkah laku yang nampak, baik verbal maupun non verbal. Hal ini mengandung pengertian bahwa sikap pada dasarnya masih bersifat rencana reaksi terhadap suatu obyek. Dengan perkataan lain sikap, baru merupakan kesiapan bertindak dan belum merupakan tindakan itu sendiri. Gagne (dalam Winkel 1996: 104) menyebutkan bahwa:“sikap sebagai keadaan internal yang mempengaruhi Pilihan tindakan individu terhadap obyek sikap seperti orang atau peristiwa.” Sikap tidak selalu menentukan tingkah laku, melainkan lebih atau kurang menentukan tindakan tertentu, karena alasan itulah, sikap sering dilukiskan sebagai kecenderungan memberikan respon. Dalam kaitan ini bahwa sikap
7
dikatakan sebagai respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu diharapkan pada suatu stimulus yang menghedaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya disadari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif, menyenangkan tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap. Sebagai suatu konsep dalam kajian psikologis, sikap mempunyai komponen-komponen tertentu. Onong Effendy Uchajana (1983: 90) mengatakan bahwa: “sikap itu terdiri atas
tiga
komponen
component),komponen
yaitu
perasaan
komponen (thefeeling
kognitif componenet)
(the
cognitive
dan
komponen
kecenderungan bertindak. (The action tendency component)” Komponen kognitif dari suatu sikap terdiri dari kepercayaan mengenai suatu obyek. Kognisi yang melekat pada sistem sikap itu merupakan evaluatif terhadap obyeknya yang meliputi penilaian menguntungkan atau tidak menguntungkan, diterima atau tidak dapat diterima, baik atau buruk dan lain-lain. Dengan kata lain komponen kognisi, terdiri dari keyakinan dan gagasan seseorang tentang suatu obyek dan diperoleh karena adanya keinginan untuk tetap konsisten dengan gagasan, keyakinan atau tingkahlakunya. Komponen afektif yaitu perasaan atau emosi seseorang tentang suatu obyek dapat bersifat positif atau negatif. Perasaan positif dinyatakan dalam bentuk hormat, menyenangi atau tidak menyenangi. Komponen perasaan dari suatu sikap menunjukkan adanya emosi dalam hubunganya dengan obyek. Suatu obyek dapat
8
dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai. Bobot emosional inilah yang membuat sikap mempunyai sifat mendesak atau bergerak dalam hubunganya dengan suatu obyek. Komponen
kecenderungan
bertindak
mencakupi
kesiapan-kesiapan
bertingkah laku yang berkaitan dengan sikap. Jika masyarakat bersikap positif terhadap obyek program SPKP, maka ia akan cenderung untuk membantu atau mendukung program tersebut Komponen kognisi atau kecenderungan, bertindak mempunyai konsistensi dengan dua komponen lainya yaitu komponen kognisi berisi persepsi dan kepercayaan, menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipresepsikan seseorang tentang obyek tertentu. Komponen afeksi yang merupakan perasaan atau emosi akan menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan (senang /tidak senang) terhadap obyek. Komponen kognisi berisi tendensi atau kecenderungan bertindak akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan dan kesiapan seseorang untuk bertindak terhadap suatu obyek. 2.2
Tinjauan Tentang Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)
2.2.1
Pengertian Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) adalah aktifitas masyarakat
perdesaan disektor riil berupa usaha yang memproduksi suatu bahan, bidang penjualan atau pemasaran maupun yang berbentuk jasa. Sehubungan dangan pengertian diatas, maka untuk mengelola kegiatan ini, tetap mengacu pada prinsip
9
dan kebijakan PNPM sebagaimana dalam Petunjuk Teknis Oprasional (Tim Koordinasi Pusat PNPM PPK 2008:03) yaitu: (a) kemudahan, artinya setiap pengelolaan dana pinjaman bergulir dilakukan secara sederhana dan bisa dimengerti oleh masyarakat luas. (b) Terlembagakan, artinya tatacara dan prosedur dalam pengelolaan dana pinjaman bergulir diupayakan agar melembaga menjadi suatu sistem yang baku sebagai hasil kesepakatan masyarakat. (c) Keberdayaan,artinya proses pengelolaan dana dan pengambilan keputusan mengenai pengelolaan dilakukan secara profesional dengan mempertimbangkan upaya menumbuhkan dan meningkatkan sumberdaya dan kemampuan masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya. (d) Pengembangan artinya setiap keputusan pengelolaan dana modal usaha harus dapat mendorong tercapainya pengembangan dana desa. (e) Akuntabilitas, artinya setiap pengelolaan dana dan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat”
2.2.2
Sasaran Program Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPKP) Sasaran Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) adalah
masyarakat yang memiliki usaha tertentu, serta usaha itu berkembang secara sehat. Bantuan dana yang di berikan ini diharapkan mampu untuk mencukupi kebutuhan biaya oprasional dan meningkatkan pemupukan modal. Jangka waktu maksimal adalah 12 bulan dengan cara dan jadwal pengembalian secara bertahap (disarankan sebulan sekali)atau cicilan disesuaikan dengan jenis usaha atau kegiatannya. Penentuan jangka waktu pinjaman dan jadwal pengembalian harus di sepakati oleh semua anggota kelompok dan dituangkan secara tertulis dalam usulan kegiatan, berdasarkan penilaiaan UPK sebelum ditetapkan dalam musyawarah antar desa. Pengembalian pinjaman dibayarkan oleh kelompok melalui TPK untuk diteruskan kepada UPK dan di simpan dalam rekening pengembalian. Pada intinya penggunaan jasa pinjaman adalah untuk pembiayaan oprasional UPK,
10
menutup kerugian karena adanya kredit macet,menambah atau pemupukan modal dana pinjaman bergulir serta kegiatan lainnya
yang bermanfaat bagi
masyarakat.Pengalokasian pengguna jasa pinjaman berdasarkan atas perhitungan yang dilakukan UPK sesuai kebutuhan dan kondisi kesehatan UPK dan selanjutnya di bahas dan di tetapkan musyawarah antar desa. Jika kelompok peminjam di suatu desa tidak melunasi pinjamannya pada jangka waktu yang sudah di tentukan(sesuai perjanjiannya) maka desa tersebut tidak sepenuhnya mendapatkan dana perguliran senilai pinjaman yang telah diterima sebelumnya. Besar dana yang tidak akan di gulirkan ke desa tersebut berdasarkan kesepakatan dalam musyawarah antar desa pada tahap selanjutnya desa tersebut tidak berhak lagi mendapat bantuan dana PNPM sampai dengan pinjamannya di bayar lunas. 2.2.3 Komponen-Komponen Terhadap Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan Untuk mengetahui seluk beluk pengelolaan dana Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) Dipaparkan proses pengelolaanya sebagai berikut: 1. Proses perencanaan kegiatan Sejak tahap sosialisasi perlu di jelaskan kepada masyarakat tentang syarat minimal kelompok yang dapat mengajukan pinjaman untuk kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan (SPKP), maupun syarat kelompok yang layak menerima pinjaman. Setelah memenuhi syarat sebagai kelompok yang layak menerima pinjaman, dilanjutkan dengan penyusunan usulan oleh kelompok dibantu oleh Tim Penulis Usulan (TPU).Penyusunan usulan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) telah menyertakan rencana kegiatan/usulan
11
anggota atau rencana kegiatan/usaha bersama yang didalamnya telah memuat rencana biaya yang dibutuhkan, serta penilaian atau perhitungan kelayakan usaha kelompok bersama. Usulan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) tersebut, selanjutnya
diperiksa
atau
dinilai
kelayakan
kelompok
pengusul
dan
kemanfaatannya oleh tim verifikasi. Hasil penelitian kelayakan manfaat usulan kegiatan dan kelompok pengusul yang berupa rekomendasi tim ferefikasi dijadikan dasar penentuan oleh musyawarah antar desa untuk menentukan peringkat usulan yang akan didanai oleh PNPM. Peringkat usulan kegiatan di susun dengan membahas dan mengkompetesikan secara sehat dari semua usulan desa-desa, baik berupa usulan prasarana, kegiatan bidang pendidikan,kegiatan bidang kesehatan maupun kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat, kecuali usulan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP). Usulan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan dibahas dan dikompetesikan tersendiri antara usulan-usulan simpan pinjam kelompok perempuan (SPKP) dari masing-masing desa, dengan alokasi minimal 25% dana alokasi kecamatan. 2. Tahap Persiapan Pelaksanaan Sebagaimana dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO),usulan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) pada waktu penulisan usulan yang akan diajukan kemusyawarah antar desa telah menyertakan rencana usaha anggota atau rencana Usaha bersama beserta rician pembiayaan sebagai dasar penilaian
12
kelayakan suatu kegiatan.Namun demikian penilaian kelayakan yang diberikan oleh tim ferifikasi belum sampai pada aspek kelayakan secara teknis tetapi lebih kepada kelayakan pemenuhan kelompok layak kridit dan kemanfaatan bagi masyarakat miskin. 3. Kegiatan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) Mengenai usulan kegiatan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) yang dalam musyawarah antar desa diputuskan masuk dalam peringkat atas, maka langkah-langkah berikutnya adalah,melakukan perbaikan dan penyempurnaan usulan kegiatan tersebut. Proses perbaikan dan penyempurnaan rencana kegiatan di mulai dari usulan desa yang mendapat ranking RAB yang pasti,baru dilanjutkan perbaikan dan penyempurnaan usulan kegiatan usaha simpan pinjam perempuan (SPKP) peringkat nilai batas alokasi dana bantuan kecamatan habis, untuk semua kegiatan yang mendapatkan perioritas. 4. Pemeriksaan Usulan Kegiatan Pendamping lokal akan melakukan pemeriksaan usulan kegiatan usaha Program Simpan Pinjam Perempuan (SPKP) yang mendapatkan prioritas akan didanai. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjamin kualitas suatu kegiatan dan memastikan kembali kelayakan secara teknis dari usulan kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) tersebut. Perbaikan
dan
penyempurnaan
usulan
perlu
dilakukan
adalah:
(1)Penyusuian rencana usaha anggota jika terjadi perubahan harga (2) Menyiapkan rencana Penanganan jika di perkirakan akan muncul dampak
13
lingkungan atau mengganggu kegiatan masyarakat sekitar.(3) Memastikan cara dan jadwal pembayaran atau pengembalian pijaman (cicilan) yang akan dilakukan kelompok misalnya”sebulan sekali, dua bulan sekali atau lainnya. (4) Membuat tabel penghitungan jasa pinjaman berdasarkan jangka waktu pinjaman dan jadwal pembayaran yang telah di sepakati oleh kelompok. (5) Membuat perhitungan kelayakan usaha. (6)Membuat rencana kerja pelaksanaan atau provisional kegiatan. 5. Pengembangan Usaha Proses pengembangan adalah siklus dari proses manajemen yang dilakukan apabila telah dapat diselesaikan proses evaluasi dan pelaporan. Proses pengembangan bersifat inovatif, artinya berdasarkan kenyataan-kenyataan yang telah dicapai. Dicoba untuk dikembangkan ke arah hal-hal yang baru, sehingga dapat lebih memperbaiki dan sekaligus mengembangkan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) yang lebih baik,seperti bidang kegiatan usaha dan keterlibatan masyarakat, dalam mengembangkan usaha guna untuk memperoleh hasil yang optimal. Oleh sebab itu, dalam proses pengembangan harus dilakukan analisis terhadap hasil masing-masing komponen atau hubungan timbal balik antara komponen yang satu dengan yang lain, sehingga dapat ditemukan pemikiran atau gagasan untuk mengembangkan program-program selanjutnya.Dalam tahap ini juga di lihat sederetan kelemahan, kekurangan serta hambatan,dan hasil analisis mengenai komponen ini dikembangkan program yang lebih baik.
14
Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) sebagai salah satu jenis bantuan yang diberikan kepada masyarakat di harapkan dapat dikelola dengan baik,guna mewujudkan suatu pengembangan usaha yang solid dan secara efektif. Batasan tentang efektivitas/keefektivan dalam hal ini adalah kemampuan untuk memanfaatkan masing-masing fungsi yang ada, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. 2.3 Faktor-Faktor Yang Menghambat Sikap Menurut Rivai (2004:248) mengatakan bahwa: “seseorang dapat mempunyai berbagai sikap tetapi dalam hal ini terbatas pada yang berkaitan dengan pekerjaan. Dalam hal ini ada tiga sikap yang sangat mempengaruhi terhadap suatu pekerjaan yaitu (a) Kepuasan kerja (job satisfaction), (b)keterlibatan kerja (job involvement) (c) komitmen pada Organisasi.” Kepuasan kerja merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya.Seorang dengan tingkat kepuasan tinggi menujukan sikap yang positif terhadap pekerjaan itu .Seseorang yang tidak puas dengan pekerjaanya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya itu. Para ahli psikologi sosial beranggapan bahwa komponen sikap dimaksud adalah selaras dan konsisten. Dalam arti bahwa komponen kognisi mempengaruhi efeksi dan selanjutnya mempengaruhi kognisi seseorang. Perubahan kognisi, berupa peroleh informasi yang membentuk persepsi atau pengetahuan baru akan mempengaruhi efeksi, berupa perubahan tingkat kesenangan atau ketidak
15
senangan dan pada gilirannya akan mempengaruhi kognisi berupa cenderung untuk bertingkah laku terhadap obyek sikap tertentu. Obyek yang dihadapi seseorang menentukan apakah sikapnya itu termasuk sikap individual atau sikap sosial.oleh karena itu sikap individu adalah sikap yang terdapat pada seorang dalam hubungannya dengan kesukaannya atau ketidak sukaannya secara pribadi terhadap suatu obyek. Sikap sosial adalah sikap yang terdapat pada sekelompok dalam masyarakat atau seluruh masyarakat yang dimanifestasikan dengan bentuk kegiatan yang sama dan dilakukan secara berulang.” Urain
diatas
menggambarkan bahwa perubahan sikap seseorang
tergantung dari kebutuhannya. Oleh karena itu ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan sikap yaitu: 2.3.1
Faktor Internal (internal or group Faktors) Faktor internal erat kaitannya dengan proses psikologis seseorang yang
diarahkan pada suatu obyek dan menyangkut kepribadian sesorang yang terkait dengan kebutuhan,motifasi dan citra diri. Untuk jelasnya ketiga hal ini akan di uraikan sebagai berikut: 1. Kebutuhan Moohead dan Griffin (dalam Dimyati Mahmud (1990:161) mengatakan bahwa, “We can start to understand attitude by looking at need deficiencies and goals directed behaviors,” Maksudnya pemahaman tentang sikap diawali dengan adanya kebutuhan dan memiliki sasaran langsung dengan prilaku. Kebutuhan yang merupakan segi pertama dari sikap,timbul dalam diri seseorang apabila ia
16
merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara yang dimiliki dengan apa yang seharusnya dimiliki, baik dalam arti fisiologis maupun pisikologis. Untuk melakukan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) maka sangat diperlukan sikap yang baik bagi masyarakat. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa sikap warga masyarakat itu tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Sikap yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap Program SPKP nampak pada beberapa prilaku seperti mampu menggerakkan kemauan, kemandirian, ketekunan dan keuletan untuk melakukan sesuatu atau ingin dicapai dalam mengembangkan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP). Sikap warga masyarakat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan.Oleh sebab itu seseorang warga masyarakat yang memiliki sikap positif, karena merasa ada sesuatu kebutuhan yang harus dipenuhi . Pentingnya kebutuhan warga masyarakat dalam melakukan sesuatu ditegaskan oleh Nasution (1988:78) disebabkan karena: “(1) kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas, (2) kebutuan untuk menyenangkan perasaan orang lain, dan (3) kebutuhan untuk mencapai hasil.”Kebutuhan untuk mengembangkan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) dengan penuh perhatian merupakan suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, maka bagi masyarakat tersebut akan berhasil dengan baik kalau disertai dengan rasa senang dalam melaksanakan pengembangan SPKP.
17
Warga masyarakat yang memiliki kebutuhan yang tinggi, untuk berbuat sesuatu berarti juga membuat perasaan senang dalam dirinya. Oleh karena itu ukuran derajat kesuksesan seseorang warga masyarakat dapat dinilai dan memiliki arti keberhasilan, bila mampu memajukan usaha yang dimilikinya secara optimal. Sesuatu pekerjaan atau kegiatan akan berhasil, kalau disertai dengan pujian (reinforcement). Aspek reinforcement ini merupakan dorongan atau bentuk pengakuan orang terhadap hasil karya warga masyarakat dalam hal ini pengakuan dari konsumen. Kemudian indikasi lain yang nampak dalam prilaku warga masyarakat memiliki sikap yang positif terhadap Program SPKP adalah kemampuan dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi. Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan atau keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap warga masyarakat terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak tergantung pada keadaan lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan berbagai kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi warga masyarakat untuk berusaha agar memeperoleh keunggulan. 2. Motivasi untuk melakukan aktivitas kerja Untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya melahirkan dorongan atau motifasi. Motifasi untuk mengembangkan SPKP merupakan usaha pemenuhan kebutuhan yang dianggap kekurangan secara terarah. Dorongan atau motivasi, untuk melakukan sesuatu selalu berorientasi pada tindakan tertentu. Dorongan
18
yang berorientasi pada tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti dari motivasi kerja. Seorang warga masyarakat yang memiliki dorongan dalam hati untuk melakukan aktivitas akan nampak pada kepemilikan kemampuan dan minat terhadap pekerjaan itu. Sehubungan dengan itu menurut Revai (2004:226) bahwa: “Kemampuan adalah segala daya upaya atau kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. “Setiap warga masyarakat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam mengembangkan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP). Warga masyarakat yang mempunyai kemampuan professional tinggi akan mempunyai motivasi kerja yang tinggi pula, jika dibandingkan dengan warga masyarakat yang mempunyai kemaampuan yang rendah. Oleh karena itu warga masyarakat dalam mengembangkan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) Nampak lebih meningkat. Dan hal tersebut menurut Monks dikutip oleh Mahmud (1994 : 103) bahwa, “Faktor kemampuan dapat memperkuat motivasi kerja seseorang untuk melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mengemangkan potensi dan bakat yang dimiliki.” Muhibbin Syah (2003:136) mengatakan bahwa:“Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil pekerjaan dalam suatu aktivitas tertentu. “Contoh adalah seorang warga masyarakat yang menaruh minat besar pada suatu obyek kegiatan mengembangkan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) akan memusatkan perhatian yang lebih banyak terhadap obyek tersebut. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif
19
memungkinkannya untuk belajar lebih giat, dan ahirnya mencapai hasil yang diinginkan. Kemudian Winkel (1991: 188) mengatakan bahwa: “Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada suatu obyek dan merasa senang mempelajari obyek itu. Minat monumental ialah perasaan tertarik pada suatu topik yang sedang di bahas atau di pelajari,untuk itu kerap digunakan istilah perhatian.antara minat dengan berperasaan senag terdapat hubungan timbak balik,sehingga tidak mengherankan kalau seorang berperasaan tidak senang,juga kurang berminat,dan sebaliknya.” Apabila seorang warga masyarakat mengembangkan program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) maka dapatlah dikatakan bahwa warga msyarakat tersebut mempunyai minat terhadap pekerjaan itu. Oleh karena itu minat tidak dapat dipisahkan dengan sikap. dalam hal ini minat yang di miliki oleh
warga
masyarakat
akan
memungkinkan
terlaksananya
aktifitas
mengembangkan SPKP dengan baik. Persoalan motifas warga masyarakat mengelola Simpan Pinjam Kelompom Perempuan (SPKP) mempunyai keterkaitan erat dengan adanya minat yang dimiliki oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seorang warga masyarakat melihat ciri-ciri atau karekterikstik situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat, dirasakan, dan dilakukan oleh warga masyarakat dan berkaitan dengan panggilan profesinya sudah tentu akan membangkitkan minatnya, untuk melaksanakan panggilan profesi tersebut. Uraian diatas menunjukkan bahwa minat warga masyarakat merupakan cenderung jiwa untuk mengembangkan usaha yang menjadi tumpuan hidupnya
20
dan biasanya disertai dengan perasaan senang. Namun demikian minat itu timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman,kebiasaan pada waktu bekerja.Jadi jelas minat masyarakat terhadap program, akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan untuk mengembangkan usaha Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP). 3. Tujuan untuk meningkatkan citra diri Perlu diketahui bahwa harga diri bertalian dengan suatu tujuan sosial. Seorang warga masyarakat melakukan suatu usaha karena untuk meningkatkan harga diri atau menaikkan status sosial. Dengan kata lain bahwa adanya usaha yang tekun dan dalam mengembangkan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)juga didasari oleh adanya upaya untuk meningkatkan status sosial. Anoraga dan Suyati (1987:89) mengatakan bahwa: “dalam rangka mencapai suatu diperluka dua hal penting bagi seorang pekerja yakni komitmen terhadap tugas yang tinggi dan memiliki ketelitian dalam kerja untuk menghindari resiko yang tinggi.” Komitmen dapat diartikan sebagai kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta budaya kerja yang dianut. Ketiadaan komitmen dalam melakukan aktifitas mengakibatkan pelaksanaan pekerjaan tersebut sering diterjemahkan secara keliru tanpa mengacu pada aturan yang sudah disusun. Apabila seorang warga masyarakat mempunyai motivasi kerja yang tinggi maka salah satu prilaku yang dimiliki warga masyarakat tersebut, adalah telah menetapkan tujuan yang hendak dicapai, biasanya warga masyarakat tersebut
21
akan mengerahkan segala tenaga, waktu dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan itu. Warga masyarakat yang demikian tidak akan senang melihat sesuatu tugas yang tidak terselesaikan dengan baik,apalagi terbengkalai. Karena kesungguhan yang demikian, tidak jarang warga masyarakat yang mempunyai harga yang tinggi tidak disenangi oleh rekan-rekan sekerjanya. Bahkan tidak mustahil itu di tuduh sebagai warga masyarakat yang suka menyendiri,sombong, tidak mau bergaul,dan berbagai tuduhan negatif lainnya. Salah satu bentuk komitmen seorang warga masyarakat yang mempunyai motifasi kerja yang baik ia ingin selalu memperoleh umpan balik dengan segera dari hasil kerja atau usaha yang telah dilakukan.Warga masyarakat dengan motif kerja yang tinggi ingin mengetahui dengan segera hasil penilaian terhadap aktivitas usahanya,dan dengan demikian memperoleh informasi yang tepat tentang sampai sejauh mana berhasil mendekati pencapaian tujuannya. Hal ini juga ditegaskan oleh Hadiyanto,mengemukakan ciri-ciri orang ingin meningkatkan citra diri orang lain: “menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa, menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan,sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar, tidak terhambat mengemukakan pendapat, berani menantang resiko,suka mencoba,peka terhadap keindahan dan segi-segi
estetika
dari
lingkungannya.”(http://www.alazhar-
kemang.net/indo/yayasan/yayasan3.htm) Seorang warga masyarakat yang memiliki tujuan tertentu dalam mengelola Program simpan pinjam kelompok perempuan (SPKP) senantiasa menghindari resiko yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya
22
2.3.2
Faktor Eksternal ( eksternal or group factors ) Faktor ekternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu (luar
diri seseorang ) Adapun faktor-faktor ekternal yang ikut menentukan sikap itu antara lain 1:Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap; 2)Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaian sikap Gerungan (dalam rahayuningsih 2008:128) faktor-faktor ekternal turut mempengaruhi terbentuknya sikap,adalah :”dalam pembentukan dan perubahan attitude selain dari faktor-faktor internal maka yang turut menentukannya juga ialah antara lain sifat, isi pandangan baru yang ingin diberikan,siapa yang mengemukakannya dan siapa yang menyongkong pandangan baru tersebut, dengan cara pandangan bagaimanakan pandangan itu diterangkan dan dalam situasi
manakah
attitude
baru
itu
diperbincangkan
(situasi
interaksi
kelompokkan,situasi orang sendiriankah dan lain-lain”. Menurut Kartono(2002:297) bahwa sikap merupakan organisasi dari unsur-unsur kogniti,emosional,dan momen-momen kemauan yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lampau sehingganya sifatnya sangat dinamis dan memberikan pengarahan pada tingkah laku. Ada dua faktor utama yang memyebabkan terjadinya perubahan sikap yaitu faktor personal (internal or group factors) dan faktor situasional (eksternal of group factor).Faktor internal erat kaitannya dengan proses psikologis seseorang yang diarahkan pada suatu obyek dan menyangkut kepribadiaan seseorang yang terkait dengan kebutuhan,motivasi ,harga diri.Faktor eksternal erat kaitanya dengan
23
pandangan atau pengalaman yang diberikan /diterima oleh seseorang dalam suatu situasi tertentu atau datangnya dari lingkungan. Informasi merupakan pengalaman yang dapat mengubah sikap seseorang terhadap suatu obyek. Informasi baru yang dapat membentuk sikap seseorang adalah Informasi yang berhubungan dengan sikap yang dimilikinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar dan hasil
perkembangan
atau
sesuatu
yang
diturunkan.
sikap
merupakan
kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi sesuatu dapat diperoleh dan diubah melalui interaksi dengan manusia lain baik dirumah, di sekolah maupun di masyarakat. Berdasarkan berbagai teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa sikap masyarakat merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai terhadap Program
Simpan Pinjam Kelompok
Perempuan (SPKP), yang tercermin pada prilaku terstruktur yang merupakan gabungan antara afeksi, kognisi dan kecendrungan bertindak dan penilaian terhadap obyek. 2.4
Kerangka Berfikir Keberhasilan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP)
sangat ditentukan oleh sikap positif yang dimiliki oleh masyarakat dalam merespon program tersebut. Sikap positif masyarakat tersebut dapat diwujudkan melalui peran serta meliputi kepemilikan pengetahuan, rasa tanggungjawab dan ketrampilan dalam mengelola usaha. Ketrampilan masyarakat penggunaan pengetahuan dan teknik-teknik tertentu dalam mengelola usaha, menghasilkan
24
sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Kemudian tanggungjawab dan komitmen mengandung makna bahwa Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) merupakan bentuk pengakuan dan kemauan warga masyarakat untuk mengoptimalkan pengelolaan usaha dan mengembalikan dana yang telah dipinjamkan tersebut sesuai batas waktu yang telah ditentukan. Pada sisi lain, ketidak berhasilan pengelolaan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP) dapat juga disebabkan oleh adanya sikap negatif dari masyarakat terhadap Program tersebut. Sikap negatif masyarakat terhadap program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan seperti menunda pekerjaan, menggunakan dana bantuan yang tidak sesuai rencana dan memiliki prilaku gaya hidup konsumtif dari gaya hidup produktif. Ketiga perilaku ini merupakan faktor penghambat dalam mengembangkan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP). Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami sikap masyarakat terhadap pengembangan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan
(SPKP)
merupakan sesuatu yang sangat mendasar dan sekaligus sebagai titik awal dalam menentukan keberhasilan dalam mengelola kegiatan usaha, sehingga dapat mengembalikan dana yang telah dipinjamkan tersebut kepada pengurus, guna disalurkan kepada orang lain yang membutuhkannya. Hubungan fungsional antara sikap masyarakat dengan pengembangan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ( SPKP ) yaitu jika sikap masyarakat semakin tinggi kualitasnya, maka pengembangan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ( SPKP )
25
juga akan berhasil, sebaliknya jika sikap masyarakat rendah kualitasnya maka pengembangan Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ( SPKP ) juga akan rendah.