BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar
modal
adalah
kegiatan
yang
bersangkutan
dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek, dalam undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995. Pasar modal dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjual belikan atau memperdagangkan sekuritas yang pada umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhruddin (2006). Pandji dan Piji (2003) Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjebatani hubungan antara pemilik modal dala hal ini disebut sebagai investor dengan pinjaman dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public). Berdasarkan Keputusan Presiden No. 60 / 1998, pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran
dan
permintaan
jangka
panjang
dalam bentuk efek.
Sedangkan pengertian klasik tentang pasar modal adalah suatu bidang
8
9
usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, obligasi, dan sekuritas efek. Pengertian Pasar modal Secara formal pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004). Tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik Eduardus Tandelilin, (2001). Pasar modal dari segi wujudnya merupakan pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok kepentingan yang berbeda untuk saling mengisi, yaitu pemodal di satu pihak dengan perusahaan yang membutuhkan dana di pihak lain. Pasar modal dalam artian lain adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Husnan (2004), mengartikan pasar modal sebagai pasar dengan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) dalam jangka panjang yang dapat diperjualbelikan di bursa, baik dalam bentuk utang ataupun dalam bentuk modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, publik, maupun perusahaan swasta. Pasar modal mempunyai beberapa daya tarik, diantaranya adalah pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai alternatif
10
pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan dana, pasar modal dapat menjadi alternatif pilihan pendanaan ekstern dengan biaya yang relatif rendah dari sistem perbankan. 2.1.2 Fungsi Pasar Modal Pasar
modal
dapat
berfungsi
sebagai
lembaga
perantara
(intermeadiaries), Eduardus Tandelilin (2001). Fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian, karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Secara umum pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Fungsi ekonomi dilaksanakan dengan menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrower dan para
lender tanpa harus terlibat
langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Pasar modal dapat menjadi alternative penghimpun dana selain sistem perbankan. Investasi sekuritas di pasar modal dianggap lebih efisien, karena hanya investasi yang menjadikan keuntungan yang tertinggi (sesuai dengan risikonya) yang mungkin memperoleh dana dari para lenders.
11
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal. Berdasarkan definisi pasar modal yang telah diuraikan, pasar modal merupakan pertemuan antara supply dan demand akan dana jangka panjang yang transferable. Oleh karena itu keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dandemand tersebut. Menurut Suad Husnan (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain: a) Supply
sekuritas,
berarti
banyak
perusahaan
yang
akan
menerbitkan sekuritas. Hal ini bukan hanya berarti bahwa banyak perusahaan yang bersediamenerbitkan sekuritas, tetapi juga berarti bahwa rencana penggunaan dana yang diperoleh dari penerbitan sekuritas tersebut memang menguntungkan. b) Demand akan sekuritas, berarti tersedia jumlah dana yang memadai untuk membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. Ini berarti harus terdapat sejumlah pihak yang mempunyai dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. c) Kondisi politik dan ekonomi yang stabil dan dinamis, merupakan syarat perkembangkan dunia bisnis. Perkembangan bisnis akan menyebabkan permintaan akan dana (baik dana jangka pendek maupun jangka panjang) meningkat. Peningkatan permintaan ini yang akhirnya akan mendorong berkembangnya pasar modal. d) Masalah kepastian hukum dan peraturan, sering merupakan
12
masalah yang menjadi penghambat. Peraturan yang melindungi para pemodal dari kecurangan (abuse) pihak emiten perlu ditegakkan. e) Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal, seperti Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang memberikan ijin (dengan memeriksa persyaratan) bagi calon emiten, Bursa Efek, para pialang, underwriter, akuntan, ahli hukum, dan sebagainya diwujudkan dengan profesionalisme kerja
untuk mendukung
beroperasinya pasar modal. 2.2 Harga Saham 2.2.1 Pengertian Harga Saham Darmadji dan Fakhruddin (2006) saham (stock atau share) dapat di definisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemelikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Pengertian
Definisi
saham
adalah
tanda
penyertaan
atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan
13
oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut Darmadji dan Fakhruddin, (2001). Saham adalah surat bukti atau kepemilikan bagian modal suatu perusahaan. Saham adalah salah satu sumber dana yang diperoleh perusahaan yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus membayarkan dividen, menurut Bambang Riyanto (2001). Suad Husnan (2004) mendefinisikan sekuritas sebagai secarik kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan perusahan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut. 2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Weston dan Brigham (2001) 1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS) Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. 2. Tingkat Bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
14
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan. b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu factor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
15
5. Tingkat Resiko dan Pengembalian Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
meningkat
maka
akan
mempengaruhi
harga
saham
perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima. 2.2.3 Jenis-Jenis Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), saham dapat di bagi menjadi dua jenis saham yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa, merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior atau akhir terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa). Karakteristik lain dari saham biasa adalah deviden dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote). Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletas pada pada 3 (tiga) hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, deviden tetap selama masa berlaku dari saham dam
16
memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian deviden terlebih dahulu. Saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa , karena jumlahnya yang sedikit. 2.3 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini di susun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan
dengan data keuangan
perusahaan. Lapoan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri dari atas Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Bagian Laba Yang Di Tahan Atau Laporan Modal Sendiri, Dan Laporan Perubahan Posisi Keuangan Atau Laporan Sumber Dan Penggunaan Data, Jumingan (2009). Dalam upaya untuk membuat keputusan yang rasional, pihak ekstern perusahaan maupun pihak intern perusahaan seharusnya menggunakan suatu alat yang mampu menganalisis laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Di bawah ini merupakan pengertian laporan keuangan dari beberapa ahli, antara lain :
17
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2006), dalam buku Analisis Laporan Keuangan, Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan
bisa
memberi
informasi
mengenai
perusahaan,
dan
digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan. Menurut Sofyan S. Harahap (2006), dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan,
laporan
keuangan
adalah
laporan
yang
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis keuangan adalah usaha untuk menemukan kelemahan kinerja keuangan yang dapat menimbulkan masalah dimasa yang akan datang dan untuk menentukan kekuatan kinerja keuangan yang dapat diandalkan. Peralatan analisis yang digunakan untuk menemukan kelemahan dan kekuatan tersebut adalah laporan keuangan yang mencakup neraca, laporan laba rugi, aliran kas serta laporan sumber dan penggunaan dana Martin (2002).
Analisis keuangan melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan, yaitu (1) Neraca merupakan ringkasan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada satu titik tertentu, biasanya pada akhir tahun. (2) Laporan Laba Rugi terditi dari penghasilan dan biata perusahaan pada
18
periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun takwim. Dari kedua laporan tersebut, beberapa laporan turunan dapat dihasilkan seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana dan laporan arus kas Van Horne and Wachowichz (2004).
Laporan
Keuangan
yang pengertiannya dapat
dilihat pada
keterangan sebelumnya dapat dianalisis melalui banyak cara. Sebelum melangkah lebih jauh, analisis laporan keuangan dapat didefinisikan bermacam-macam. Menurut Sofyan S.Harahap (2006), analisis laporan keuangan terbagi menjadi dua yaitu, analisis dan laporan keuangan. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaaan pada ssat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Sehingga dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan maenjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mmpunyai makna antar satu dengan yang lain antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan putusan yang tetap.
19
2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006), salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah menganalisa laporan keuangan perusahan. Analisa ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun.
Tujuan analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Screening Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan taanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding Memahami perusahan, kondisi keuangan dan hasil usahanya 3. Forecasting Analisa dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimas yang akan datang 4. Diagnosis Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi, baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah-masalah lain dalam perusahaan. 5. Evaluation Analisa dilakukan utnuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
20
2.4 Earning Per Share (EPS) 2.4.1 Pengertian Earnings Per Share (EPS) Merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. Earning Per Share adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan Fabozzi (2000). Tandelilin (2001), “Earning Per Share atau laba per lembar saham menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan atau jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang.” Nachrowi (2006), “ dalam berinvestasi di bursa, investor akan memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar saham (earning per share)”. EPS merupakan salah satu indicator yang dapat menunjukan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. Earning Per Share (EPS) Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M (2001) pengertian laba per lembar saham atau EPS yaitu merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin
21
besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Untuk menganalisis penyebab perubahan EPS dapat digunakan analisis rasiolaba Fabozzi (1999) Laba per lembar saham dapat dihitung dengan rumus : Net Income – Preferred Dividends EPS = Average Number of common share Outstanding
Keterangan: EPS
= Earnings Per Share
Net Income
= laba bersih setelah pajak
Preferred dividend = dividend saham preferen Average Number of common share outstanding = rata – rata jumlah saham yang beredar.
2.4.2 Faktor Penyebab Kenaikan Laba Per Saham : 1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih.
22
2.4.3 Sedangkan Penurunan Laba Per Saham Dapat Disebabkan Karena: 1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih. Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Weston dan Eugene (1993).
2.4.4 Penilaian Laba Perlembar Saham ( EPS ) Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba.
23
Neraca menunjukan posisi kekayaan, kewajiban financial dan modal sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukan berapa penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama 1 tahun). Alasan mengapa laba per lembar saham (EPS) disajikan di laporan laba rugi menurut Niswonger dkk (2000) adalah : “Jumlah absolute laba bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas perusahaan jika jumlah modal pemegang saham banyak berubah. Dalam kasus seperti itu profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar sahm (EPS). Perhitungan laba per lembar saham (EPS) menurut Niswonger dkk (2001) adalah : “Jika sebuah perusahaan hanya memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per lembar saham biasa ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Jika ada saham preferen sebelum di bagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.” 2.4.5 Hubungan Laba per lembar Saham (EPS) Terhadap Perubahan Harga Saham. Penelitian di Indonesia mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan harga saham sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang pentingnya laporan keuangan menghasilkan bahwa 52,86% responden
24
mengandalkan laporan keuangan. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba perlembar saham Triyono dan Jogiyanto, (2004). Dalam prakteknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS. 2. Mengejar Capital Gain jika bermain di bursa efek. 3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham. Mulyono (2000), sampai pada suatu kesimpulan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Mursidah
Nurfadillah
(2011)
membuktikan bahwa terdapat analisis pengaruh Earning Per Share, Debt to equity ratio dan Return On Equity terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia,Tbk dengan menggunakan metode regresi liniear berganda. Metode regresi ini menunjukkan bahwa semua variabel EPS, DER, dan ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia, Tbk. Hal ini dibuktikan dengan hasil statistik melalui uji F, dimana diperoleh nilai F hitungsebesar 22,597 dengan tingkat signifikan 0,000. Berdasarkan hasil analisis statistik uji t menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham hanya
25
Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE) sedangkan Debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia,Tbk. Diantara ketiga variabel independen yaitu Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER), maka Earning Per Share (EPS) merupakan variabel dominan yang mempengaruhi harga saham PT. Unilever Indonesia,Tbk dengan tingkat signifikansi 0,000. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa pergerakan (volatilitas) harga saham PT. Unilever Indonesia,Tbk sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang tercermin dari rasio-rasio keuangannya, melalui rasio Earning Per Share dan Return On Equity. Penelitian yang dilakukan oleh Taranika Intan (2009), data yang digunakalan adalah data sekunder. Penelitian ini menganalisis hubungan antara Dividen Per Share (DPS) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa parsial variabel Dividen Per Share (DPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan secara parsial variabel Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta secara simultan baik variabel dividen per share (DPS) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan go publik di BEI.
26
Tabel 2.1 Perbedaan dan Persamaan penelitian ini dan penelitian terdahulu NAMA PENELITI Mursida
VARIABEL
TAHUN 2003-
ALAT ANALISIS regresi
EPS
Nurfadillah
DER
Dari
2007
liniear
penelitian
berganda
mempunyai
ROE
HASIL penelitian
ini
dan
sebelumnya perbedaan
dan persamaaan di setiap penelitian yang di lakukan. Perbedaan terutama dilihat Taranika
DPS
2005-
regresi
dari segi tahun penelitian,
Intan
EPS
2007
linier
dan tempat penelitian yang
berganda
digunakan.
Sementara
persamaan,
yang
ada
dalam penelitian ini dan penelitian
sebelumnya
dapa dilihat dari judul, alat analisis,
serta
yang digunakan.
variabel
27
2.6 Kerangka Pemikiran Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada skema sebagai berikut : Laporan Keuangan
Jumlah Lembar Saham Yang Beredar
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)
Earning Per Share EPS
Penelitian Terdahulu Mursidah Nurfadillah (2011) membuktikan bahwa
Analisis
terdapat pengaruh Earning Per Share, Debt to equity ratio dan Return On Equity terhadap harga saham PT. Unilever Indonesia,Tbk Unilever Indonesia, Tbk. Harga Saham Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.7 Pengajuan Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat pengaruh “Earning Per Share terhadap Harga Saham PT. Timah(Persero), Tbk.”