BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Multi Level Marketing Multi Level Marketing berasal dari bahasa Inggris, dimana multi berarti banyak, level berarti tingkat, sedangkan marketing berarti pemasaran. Jadi Multi Level Marketing adalah pemasaran yang berjenjang banyak. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.1 Pemasaran juga dapat diartikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan agar memudahkan terjadinya penjualan atau perdagangan.2 Multi Level Marketing atau MLM disebut juga Network Marketing, Multi Generation Marketing, dan Uni Level Marketing. Namun, dari semua istilah tersebut, yang paling popular adalah istilah Multi Level Marketing. Pengertian Multi Level Marketing atau disingkat MLM adalah sebuah sistem pemasaran modern melalui jaringan distribusi yang dibangun secara permanen dengan memposisikan pelanggan perusahaan sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa Multi Level Marketing adalah pemasaran berjenjang melalui jaringan distribusi yang dibangun dengan menjanjikan konsumen (pelanggan) sekaligus sebagai tenaga pemasaran.3
1
Philip Kotler dan Armstrong, Marketing Management, Alih Bahasa: Benyamin Molan, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Indeks, 2007), hal.1 2 Ibid, hal. 2 3 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Cet. ke-III, (Jakarta: Amzah, 2015), hal. 613
14
15
MLM ini disebut juga sebagai network marketing. Disebut demikian karena anggota kelompok tersebut semakin banyak, sehingga membentuk sebuah jaringan kerja (network) yang merupakan suatu sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan kerja berupa sekumpulan banyak orang yang kerjanya melakukan pemasaran.4 Sebagian orang ada juga yang menyebut MLM sebagai bisnis penjualan langsung atau direct selling.5 Pendapat ini berdasarkan pelaksanaan penjualan MLM yang dilakukan secara langsung oleh juru jual kepada konsumen. Aktifitas penjualan tersebut dilakukan oleh seorang penjual disertai penjelasan, presentase dan demo produk. Di Indonesia saat ini penjualan langsung atau direct selling baik yang single level maupun multi level bergabung dalam suatu asosiasi yaitu Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Organisasi ini merupakan anggota KADIN, bagian dari World Federation Direct selling Association (WFDSA).6 MLM merupakan konsep yang memberikan kesempatan kepada konsumen untuk turut terlibat sebagai penjual dan memperoleh manfaat dan keuntungan di dalam garis kemitraannya. Dalam istilah MLM, anggota dapat disebut pula sebagai distributor atau mitra niaga. Jika mitra niaga mengajak orang lain untuk menjadi seorang anggota sehingga jaringan pelanggan atau pasar
4
Gemala Dewi, et al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hal.
187 5
Direct Selling atau penjualan langsung adalah penjualan produk atau jasa tanpa menggunakan kios atau toko eceran, distributor, jasa pialang, pemborong atau setiap bentuk perantara dagang yang lain. Lihat Norman A. Hart et al, Kamus Marketing, Cet. ke-III, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 68 6 Ahmad Mardalis dan Nur Hasanah, ”Multi-Level Marketing (MLM) Perspektif Ekonomi Islam”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 1, No.1, Februari 2016
16
semakin besar atau luas, itu artinya mitra niaga telah berjasa mengangkat omzet perusahaan. Atas dasar itulah kemudian perusahaan berterimakasih dengan bentuk memberi sebagian keuntungannya kepada mitra niaga yang berjasa dalam bentuk insentif berupa bonus, baik bonus bulanan, tahunan, maupun bonus-bonus lainnya.7 MLM merupakan pemasaran yang dilakukan banyak level atau tingkatan, yang biasanya dikenal dengan istilah up line (tingkat atas) dan down line (tingkat bawah). Up line dan down line umumnya mencerminkan hubungan pada level yang berbeda vertical maupun horizontal. Karena itu seseorang akan disebut up line apabila telah mempunyai down line, baik berjumlah satu maupun lebih. Bisnis MLM menggunakan sistem jaringan, meskipun masing-masing perusahaan distributor menyebut dengan istilah yang berbeda-beda.8 Promotor (upline) adalah anggota yang sudah mendapatkan hak keanggotaan terlebih dahulu, sedangkan bawahan (downline) adalah anggota baru yang mendaftar atau direkrut oleh promotor. Dalam MLM ada dikenal istilah member, yaitu orang yang berjasa dalam menjualkan produk perusahaa secara tidak langsung, dengan membangun formasi jaringan. Posisi member dalam jaringan MLM ini, tidak lepas dari dua posisi: 1. Pembeli langsung, manakala sebagai member, dia melakukan transaksi pembelian secara langsung, baik kepada perusahaan maupun melalui distributor atau pusat stock.
7
Veithzal Rivai, Islamic Marketing, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal.
298 8
Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, Cetakan Pertama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 209
17
2. Makelar, karena dia telah menjadi perantara melalui perekrutan yang telah dia lakukan bagi orang lain untuk menjadi member dan membeli produk perusahaan tersebut. Inilah praktek yang terjadi dalam bisnis MLM yang menamakan multilevel marketing, maupun refereal business. Pada sistem MLM, ada point yang bisa didapatkan oleh anggota jika ada pembelian langsung dari produk yang dipasarkan, maupun melalui pembelian tidak langsung melalui jaringan keanggotaan. Tetapi kadang point bisa diperoleh tanpa pembelian produk, namun dilihat dari banyak dan sedikitnya anggota yang bisa direkrut oleh orang tersebut, yang sering disebut dengan pemakelaran.9
B. Macam-macam Multi Level Marketing Secara garis besar, macam-macam MLM di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Sistem Binary Plan Sistem Binary Plan ini mengutamakan pengembangan jaringan hanya dua leg saja dan mengutamakan keseimbangan jaringan. Semakin seimbang jaringan dan omset bisnis dalam perusahaan MLM seperti ini, semakin besar bonus yang terima. Namun jika tidak seimbang, maka bonus-bonus tersebut mengalir deras ke dalam perusahaan. Biasanya sistem Binary Plan ini diusung perusahaan-perusahaan MLM yang dibuat oleh orang Indonesia. Biasanya perkembangan jaringan perusahaan yang menggunakan sistem Binary Plan
9
Andi Setiawan, “Multi Level Marketing (MLM) Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah”, Jurnal STAIN Jurai Siswo Metro, hal. 4 dalam http:// www.journal.stainmetro.ac.idindex.phpkronikaarticleviewFile1005948 diakses pada 16 Februari 2017 pukul 10.20 Wib
18
relatif cepat sekali. Mitra-mitranya cepat mendapat bonus besar. Agar terlihat semakin mudah mendapatkan uang, mitra-mitra dari perusahaan seperti ini menerapkan aturan mendapatkan uang sebagai bonus dari perekrutan mitra yang mereka ajak (bonus sponsoring). Ini artinya mereka seperti halnya memperjualbelikan orang-orang (trafficking) dalam cara halus. Sistem ini biasanya memberikan bonus besar di awal karir saja sebagai iming-iming bahwa menjalankan bisnis MLM bersistem binary ini sangat mudah. Kenyataannya sistem binary ini menciptakan kesimpulan bahwa yang diuntungkan adalah mitra yang join di awal. Karenanya, MLM dengan sistem ini tidak pernah mendapatkan sertifikasi syariah bagi sistemnya.10
Dalam perusahaan seperti ini biasanya juga memungkinkan sesorang untuk membeli posisi tertentu sehingga seseorang dapat memperoleh peringkat tertentu tanpa bersusah payah mengerjakannya. Ini juga memungkinkan seseorang memiliki beberapa posisi dengan satu nama pribadi yaitu milik orang itu sendiri.11
10
Ibid, hal. 6-7 Ibid, hal. 7
11
19
2. Sistem Matrix Sistem matrix ini pengembangan jaringannya menggunakan konsep hanya 3 frontline saja dan begitu pula selanjutnya ke bawah. Jenis sistem ini muncul untuk mengakali sistem binary yang dianggap money game.12
3. Sistem Break Away Sistem ini pengembangan jaringannya mengutamakan kelebaran. Semakin banyak frontline, semakin besar pula bonus yang diterima. Namun kelemahannya adalah seorang agen harus mengurus semuanya sendiri. Sistem ini juga memungkinkan downline untuk melebihi upline-nya. Bonus yang didapat mitranya biasanya kecil di awal, namun besar di peringkat atas. Dikarenakan bonus member di awal karirnya kecil, maka biasanya perusahaan seperti ini mengandalkan iming-iming bonus perekrutan.13
Dengan kita mengetahui sistem marketing bisnis plan yang ditawarkan oleh perusahaan, serta keyakinan akan kesuksesan yang memungkinkan untuk 12
Ibid, hal. 7 Ibid, hal. 8
13
20
dapat diraih dengan menyetujui segala syarat serta konpensasi yang ada. Maka kerja membesarkan bisnis MLM yang kita pilih bisa dapat lebih terarah dengan baik.14
C. Cara Kerja Multi Level Marketing MLM adalah menjual atau memasarkan langsung suatu produk baik berupa barang atau jasa konsumen sehingga biaya distribusi dari barang yang dijual atau dipasarkan tersebut sangat minim bahkan sampai ke titik nol, yang artinya bahwa dalam bisnis MLM ini tidak diperlukan biaya distribusi. MLM juga menghilangkan biaya promosi dari barang yang hendak dijual karena distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor dengan sistem berjenjang.15 Mekanisme operasional pada MLM ini yaitu, seorang distributor dapat mengajak orang lain untuk ikut juga sebagai distributor kemudian, orang lain itu dapat pula mengajak orang lain lagi untuk ikut bergabung. Begitu seterusnya, semua yang diajak dan ikut merupakan suatu kelompok distributor yang bebas mengajak orang lain lagi sampai level yang tanpa batas. Inilah salah satu perbedaan MLM dengan pendistribusian secara konvensional yang bersifat single level. Pada pendistribusian konvensional, seorang agen mengajak beberapa orang bergabung ke dalam kelompoknya menjadi penjual atau sales atau disebut juga “wiraniaga”. Pada sistem single level ini, para wiraniaga tersebut meskipun mengajak temannya, hanya sekedar pemberi referensi yang secara organisasi tidak 14
Ibid, hal. 8 Firman Wahyudi, “Mutli Level Marketing Dalam Kajian Fiqh Muamalah”, Jurnal AlBanjari, Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2014, hal. 166-167 dalam httpjurnal.iainantasari.ac.idindex.phpal-banjariarticleviewFile396309. Diakses pada 16 Februari 2017 pukul 10.20 Wib 15
21
dibawah koordinasinya melainkan terlepas. Mereka berada sejajar sama-sama sebagai distributor.16 Dalam MLM, terdapat unsur jasa. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya seorang distributor yang menjualkan barang yang bukan miliknya dan ia mendapat upah dari presentase harga barang. Selain itu jika ia dapat menjual barang tersebut sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka ia mendapatkan bonus yang ditetapkan perusahaan.17 Pada dasarnya cara kerja pemasaran dengan strategi MLM berorientasi pada prestasi dari setiap anggota atau distributornya. Para distributor dituntut untuk menjual produk sesuai target dan membangun jaringan seluas-luasnya. Adapun cara kerja pemasaran dengan strategi MLM adalah:18 1. Pertama-tama Anda akan disponsori oleh seorang distributor perusahaan MLM. Sponsor Anda adalah distributor yang lebih dahulu bergabung dengan perusahaan MLM. Tugas Anda antara lain menjual produk-produk perusahaan MLM dan mencari mitra bisnis baru sebanyak mungkin untuk bergabung menjadi distributor, hingga membentuk suatu jaringan yang luas. 2. Membayar uang pangkal/pendaftaran. Untuk dapat didaftar sebagai anggota atau distributor, setiap orang diwajibkan membayar sejumlah uang yang sudah ditentukan besarnya. Uang pendaftaran ini biasanya akan diserahkan ke stockiest terdekat bersamaan dengan formulir pendaftaran yang telah diisi oleh prospek atau calon distributor. Setelah membayar uang pangkal seorang
16
Gemala Dewi, et al, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005),
hal. 188. 17
Mardani, Hukum Perikatan..., hal. 210 Andi Setiawan, Multi Level Marketing..., hal. 8
18
22
distributor baru akan mendapatkan berbagai fasilitas misalnya buku pedoman, kartu anggota, literatur perusahaan, majalah, selebaran berkala, informasi produk, formulir-formulir pesanan, nasehat bisnis, dan contoh-contoh produk.19 3. Menandatangani perjanjian atau kontrak. Seorang anggota/distributor yang sudah membayar sejumlah uang pangkal tadi, kemudian akan menandatangani suatu kontrak yang bersifat mengikat distributor dan perusahaan. Seorang distributor harus mematuhi berbagai peraturan yang sudah ditetapkan, sedangkan perusahaan berkewajiban untuk menyediakan produk, memberikan berbagai bonus atau komisi, memberikan layanan sebagaimana dijanjikan dalam marketing plan perusahaan, dan pedoman agar para distributor dapat menjalankan bisnisnya
dengan benar. Setiap anggota berhak untuk
mendapatkan produk-produk dari perusahaan dengan harga distributor atau harga grosir.20 4. Melaksanakan aktivitas penjualan produk. Para distributor kemudian melakukan kegiatan menjual produk-produk perusahaan kepada konsumen. Sebagian besar penjualan langsung/direct selling ini merupakan personal selling/face to face, diawali dengan suatu rekomendasi atau pendekatan langsung. Para distributor biasanya memberikan penjelasan tentang produkproduk perusahaan dan meyakinkan akan manfaat, keunggulan, atau kualitas agar orang bersedia untuk membelinya.21 5. Mengembangkan jaringan. Selain bertugas menjual produk secara langsung kepada konsumen, setiap distributor juga harus mengembangkan jaringan 19
Ibid, hal. 8 Ibid, hal. 9 21 Ibid, hal. 9 20
23
penjualan seluas-luasnya. Untuk dapat membangun jaringan, setiap distributor harus mencari prospek. Ada beberapa strategi untuk mendapatkan prospek, yaitu kembangkan jaringan seluas-luasnya, jelajahi seluruh pasar, temui orangorang tempat prospek bergantung, dan tampakkan diri sebagai agen. Apabila distributor berhasil dalam mengembangkan jaringan, maka perusahaan akan memberikan berbagai imbalan dalam bentuk bonus, potongan harga, dan insentiv-insentiv lainnya. Strategi MLM bertumpu pada pengembangan jaringan, sehingga semakin banyak seorang distributor berhasil merekrut anggota baru maka penghasilan atau bonusnya semakin besar.22
D. Multi Level Marketing Dalam Pandangan Hukum Ekonomi Syariah Semua bisnis yang menggunakan sistem MLM, dalam literatur fiqh termasuk dalam kategori muamalah yang dibahas dalam bab al-buyu’ (jual-beli). Dalam kajian fiqh kontemporer, bisnis MLM ini dapat ditinjau dari dua aspek yaitu: (1) produk barang atau jasa yang dijual; dan (2) sistem penjualannya (selling marketing).23 Pertama, berkaitan dengan produk atau barang yang dijual apakah halal atau haram tergantung kandungannya, apakah terdapat sesuatu yang diharamkan Allah seperti unsur babi, khamr, bangkai atau darah. Begitu pula dengan jasa yang dijual apakah mengandung unsur kemaksiatan seperti praktik perzinaan,
22
Ibid. Anita Rahmawaty, “Bisnis Multilevel Marketing”.., hal. 77
23
24
perjudian, gharar dan spekulatif.24 Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 275:
َا ِن َ إ ٌُٕ ُٕي َق ٚ ٍِ َ ُ ي ٌَ ٰ َۡٙ ط ٱنّش ۡعَٙ ُ لت ۡ َا ٱ ًَإ ِ َو َ َش َد ٔ َ ۡعَٙ لت ۡ ٱ
َا ْ ن َٰٕا ِت َ ٱنش ٌُٕ ُه َأۡك ٚ َ ٍِٚ َز ٱن ُّ ُ َط َث َخ َر ٚ ِ٘ َز ُ ٱن ُٕو َق ٚ َا ًَ ك ُٕٓا ْ َان ُىۡ ق ََٓ ِأ َ ت ِك َن ٰ ر َظ ِۚ لي ۡ ٱ َّ ُ َ ٱنه َم َد َأ ٔ ْ ۗ َٰٕ ا ِت ُ ٱنش ِثۡل ي
ِۦ ِّ َت ٍِ س يَٞح ِظ َٕۡػ ُۥ ي َِ َآء ٍَ ج ًَ ْ ف ۚ َٰٕ ا ِت ٱنش َّ ِۖ َٗ ٱنه ِن ُٓۥ إ ُِ َوۡس َأ ٔ َ َف َه َا ع ُۥ ي َّ َه َٰٗ ف َٓ َٱَر ف َا ِٓٛ ُىۡ ف ْ ِۖ َاس ُُ ٱن َب ٰ َۡص ح َ أ ِك َٰٓئ ْل ُٔ َأ َ ف َاد ٍَۡ ػ َي ٔ )٥٧٢( َ ٌُٔ ِذ َن ٰ ر Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.25 Dalam QS. Ash-Shaff: 10-13 juga di sebutkan:
َٰٗ َه ُىۡ ػ ُك ُن أد َ َۡم ْ ْ ُٕا َُ َاي َ ء ٍِٚ َز َا ٱن ُٓ َٚ َٰأ ٓ ٘ )٠١( ٞىِٛ َن ٍ أ َاب َز ٍِۡ ػ ُى ي كِٛ ُُج ذَٞج َٰس ِج ذ ِٙ َ ف ٌُٔ ِذ َْٰ ذج َُ ٔ ِۦ ِّ ُٕن َع َس ٔ ِ َّ ِٱنه ٌ ب َُٕ ُِ ُؤۡي ذ 24
Ibid, hal. 78 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Terjemahnya.., hal. 47
25
25
ُۡى ِك َن ٰ ر
ُۚۡى ِك فغ ََُ َأ ٔ
ُۡى ِك َن ٰ َۡو ٔ ِأ ت
َّ ِ ٱنه
مِٛ ِ َث ع
ِۡش َغۡف ٚ )٠٠( َ ٌُٕ ًَ َغۡن ُىۡ ذ ُُر ٌِ ك ُىۡ إ َك نٞۡسَٙ خ ٍِ ِ٘ ي َجۡس ذَٰٞخ ٍَ ُىۡ ج ِمۡك ُذۡخ َٚ ٔ ُۡى َك ُٕت َُ ُىۡ ر َك ن َٰخ ِ ٍَ جِٙ فَٞح ِث َٛ َ ط ٍِ َٰك َظ َي ٔ ُ َٰس ٌَِۡ لأ ۡ َا ٱ ِٓ َخۡذ ذ َٰٖ ُرۡس َأ ٔ
)٠٥( ُ ىِٛ َظ لػ ۡ ُ ٱ َٕۡص لف ۡ َ ٱ ِك َن ٰ ر ۚ ٌَۡذ ٞ ػ
ۗ ةِٚ ٞ َش قَٞدۡح َف ٔ ِ َّ ٍ ٱنه َِ يَٞصۡس َ َۖا َُٕٓ ِث ُذ ذ )٠١( َ ِني ُِ ُؤۡي لي ۡ ِ ٱ ِش َّش َت ٔ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih. (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungaisungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ´Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.26 Selanjutnya dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim juga disebutkan:
َُ ّ َ انه ِٙ سض َ ِ َّ ِانه ْذ َث ِ ػ ٍْ ِت ِش َات ْ ج ٍَ َػ ٔ َّ ُ َٗ انه َه ِ ص َّ َ انه ْل ُٕ َع َ س ِغ ًَ ُ ع ََّ َا أ ًُ ْٓ َُ ػ َح َ َك ًِ َت ُٕ َْ ٔ ِ ْخ َر َ انف َاو ُ ػ ُٕل َق ٚ َ َى َه َع ٔ ِ ّْ َٛ َه ػ ْش ِ ًَ َ اخل ْغ َٛ َ ت َو َش ُ د َّ ُٕن َع َس ٔ َ َّ َ انه ٌِ إ َا ٚ َ ْم ِٛ َق و ف َِا ُْ َص َاأل ٔ ِ ِش ِٚ ْض ُِ َاخل ٔ ِ َح ْر َٛ ًْ َان ٔ َا َِٓ َئ ِ ف َح ْر ٛمل ََ ا ْو ُٕ ُذ َ ش ْد َٚ َأ َس ِ أ َّ َ انه ْل ُٕ َع س ُٕ ُه َا اجل ِٓ ُ ت ٍَ ْْ ُذ َذ ٔ ُ ٍُ ُف َا انغ ِٓ َٗ ت ْه ُط ذ 26
Ibid, hal. 552
26
ٌَا و َش َد ُٕ َْ َ ال َاال َق ُ ؟ ف َاط َُاان ِٓ ُ ت ِخ ْث َص ْر َغ َٚ ُٔ د ّْ ِ َٛ َه ُ ػ َّ َٗ انه َه ِ ص َّ ُ انه ُل ُٕ َع َ س َال َ ق ُى ث ٌِ َ َ إ ُٕد َٓ ُٛ ان َّ َ انه َم َاذ َ ق ِك َن َر ْذ ُِ َ ػ َى َه َع ٔ ِْ ُ ُٕ َه ًَ َا ج َٓ ُٕ ي ُذ ْ ش ِى ْٓ َٛ َه َ ػ َو َش َا د ًَ َ ن َّ انه )ِ َّٛ َه ٌ ػ َق رف َُ ُ (ي َّ َُ ًَ ُٕا ث َه َك َأ ُ ف ِْ ُٕ َاػ َ ت ُى ث Dari Jabir bin Abdillah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda di Makkah pada tahun penaklukan Kota Makkah (Fath Makkah, 8 H), “Sesungguhnya, Allah melarang jual-beli minuman keras, bangkai, babi, dan berhala.” Ada orang bertanya, “Ya Rasulullah, apa pendapat Anda tentang lemak bangkai karena ia biasa digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit, dan dipakai untuk menyalakan lampu?” Beliau bersabda, “Tidak, ia haram.” Kemudian, setelah itu, Rasulullah Saw. bersabda, “Allah melaknat orang-orang Yahudi karena ketika Allah mengharamkan atas mereka (jual-beli) lemak bangkai mereka malah memprosesnya dan menjualnya, lalu mereka memakan hasilnya.” (Muttafaq „Alaih).27 Kedua, berkaitan dengan sistem penjualannya, bisnis MLM tidak hanya sekedar menjalankan penjualan produk barang, melainkan juga produk jasa, yaitu jasa marketing yang berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketing fee, bonus, dan sebagainya tergantung level, prestasi penjualan dan status keanggotaan distributor. Jasa marketing yang bertindak sebagai perantara antara produsen dan konsumen ini, dalam terminologi fiqh disebut sebagai “Samsarah/simsar”.28 Menurut Sayid Sabiq, Simsar adalah:
ِغ ُ َائ ْث ان
ٍْ َ َٛ ت
َط ُ َع َٕ َر ٚ
ِ٘ ْ َز َان ُٕ ُْ َاس ْغ ًِ َنغ ا
ْغ ِ َٛ َث ِ ان َح ِٛ َه ًَ ِ ػ ْم ِٛ ْٓ َغ ِر ْ ن ِ٘ َش ْر ُّش ًْ َان ٔ 27
Imam Al-Hafidz ibnu Hajar Al-„Asqalany, Bulughul Maram Five in One, terj. Lutfi Arif, Adithya Warman, dan Fakhruddin, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2012), hal. 457 28 Anita Rahmawaty, “Bisnis Multilevel Marketing” …, hal. 78
27
Simsar adalah orang yang menjadi perantara antara penjual dan pembeli untuk mempermudah pelaksanaan jual beli. Kegiatan samsarah (perantara) dalam bentuk distributor, agen, member atau mitra niaga termasuk akad ijarah29, yaitu transaksi memanfaatkan tenaga dan jasa orang lain dengan imbalan atau ujrah. Akad samsarah ini hukumnya dibolehkan oleh para ulama, seperti Ibnu Sirin, „Atha‟, Ibrahim, Hasan, dan Ibnu Abbas.30 Insentif yang diberikan harus memperhatikan dua kriteria, yaitu: 1. Prestasi penjualan produk; 2. Banyaknya down line yang dibina, sehingga ikut menyukseskan kinerjanya. Sedangkan dari sisi syariah, pemberian insentif harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut. 1. Adil. Insentif (bonus) kepada seseorang (up line) tidak boleh mengurangi hak orang lain yang ada di bawahnya (down line), sehingga tidak ada yang dizalimi. 2. Terbuka. Pemberian insentif juga harus diinformasikan kepada seluruh anggota, bahkan mereka harus diajak musyawarah dalam menentukan insentif dan pembagiannya.
29
Ijarah juga dapat berarti akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembiayaan upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership milikiyyah atas barang itu sendiri. Lihat Isriani Hardini dan Muh. H. Giharto, Kamus Perbankan Syariah, Cet. keII, (Bandung: PT Kiblat Buku Utama, 2012), hal. 45 30 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat..., hal. 616
28
3. Berorientasi kepada al-falah (keuntungan dunia dan akhirat). Keuntungan dunia artinya keuntungan yang bersifat materi. Sedangkan keuntungan akhirat bahwa kegiatan bisnisnya merupakan ibadah kepada Allah SWT.31 Namun demikian, untuk keabsahan bisnis ini harus memenuhi syaratsyarat, di antaranya adalah: distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan, tidak menipu dan tidak menjalankan bisnis yang haram dan syubhat. Selain itu, distributor berhak menerima imbalan setelah berhasil memenuhi akadnya. Sedangkan pihak perusahaan yang menggunakan jasa marketing harus segera memberikan imbalan para distributor dan tidak boleh menghanguskan atau menghilangkannya.32 Allah SWT berfirman dalam surat an-Nisa: 29:
ُْٕٓ ا ُه َأۡك َا ذ ا ن ُْٕ َُ َاي َ ء ٍِٚ َز َا ٱن ُٓ َٚ َٰأ ٓ ٘ ٌُٕ َ َك ٌَ ذ َآ أ إن ِ ِ طم َِ ٰ ل ب ۡ ِٱ ُى ب َۡكَٙ ُى ت َك َن ٰ َۡو ٔ أ ُٕٓا ْ ُه َقۡذ ذ
َا َن ٔ
ُۚۡى ُِك ي
َٞاض َش ذ
ٍَ ػ
َج ً َٰس ِج ذ
)٥٢( اٞىِٛ َد ُىۡ س ِك َ ت ٌَا َ ك َّ َ ٱنه ٌِ ُىۡۚ إ َك ُغ ََف أ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.33 Selanjutnya dalam surat al-A‟raf ayat 85 disebutkan:
31
Ibid, hal, 619 Anita Rahmawaty, Bisnis Multilevel Marketing Dalam Perspektif Islam…, hal. 78 33 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Terjemahnya..., hal. 83 32
29
َِٕۡ و َق ٰ َ ٘ َال ا ق ۚ ٞۡبَٙ ُؼ ُىۡ ش َْا َخ ٍ أ ََ َٚۡذ َٰٗ ي ِن َإ ٔ َۡذ ُۥۖ ق ُِ ۡسَٙ ٍ غ َِٰ ِل ٍِۡ إ ُى ي َك َا ن َ ي َّ ْ ٱنه ُٔا ُذ عت ۡ ٱ ََۡٙ ل لك ۡ ْ ٱ ُٕا َٔۡف َأ ُىۡۖ ف ِك َت ٍِ س يَٞح ُِ َٛ ُى ت َخۡك َآء ج ُۡى َْ َآء َٚۡػ َ أ َاط ُْ ٱن ُٕا َغ َةۡخ َا ذ َن ٔ َ ٌَا ضِٛ لي ۡ َٱ ٔ َۚا ِٓ َد ٰ ِۡص ل َ إ َغۡد ِ ت َسۡض لأ ۡ ٱِٙ ْ ف ُٔا ِذ ُفۡع َا ذ َن ٔ )٥٢( َ ِني ُِ ُؤۡي ُى ي ُُر ٌِ ك ُىۡ إ َك نٞۡسَٙ ُىۡ خ ِك َن ٰ ر Artinya: Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu´aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.34 Dalam surat al-Baqarah ayat 233 juga disebutkan:
َا َه ُىۡ ف َك َد ٰ َۡٔ ل ْ أ ُٕٓا ِؼ َشۡض َظۡذ ٌَ ذ ُىۡ أ َدذ َس ٌِۡ أ َإ ٔ ُى ۡذَٙ َاذ َآ ء ُى ي َىۡذ َه َا ع ِر ُىۡ إ ۡكَٙ َه َ ػ َاح ُُ ج َّ َ َ ٱن ه ٌَ ْ أ ُٕٓا ًَ َٱعۡن ٔ َ َّ ْ ٱنه ُٕا َق َٱذ ٔ ِۗ ُٔف َغۡس لي ۡ ِٱ ب )٥١١( ِٞري َص َ ت ٌُٕ َه َغۡي َا ذ ًِ ت Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.35
34
Ibid, hal. 161 Ibid, hal. 37
35
30
Mengenai beberapa bisnis MLM atau hanya berkedok MLM yang masih meragukan (syubhat) ataupun yang sudah jelas ketahuan tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari kehalalan produknya, system marketing fee, legalitas formal, pertanggung jawaban, tidak terbebasnya dari unsur-unsur haram seperti riba (permainan bunga atau penggandaan uang), dzulm, gharar (merugikan nasabah dengan money game), maysir (perjudian) sebaiknya ditinggalkan.36 Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh yang berbunyi:
َاس َ ِٖش َض َال َٔ َس َٖش َض ال Tidak boleh membahayakan diri atau orang lain 37
Ada MLM yang membuka pendaftaran keanggotaan (member), dengan mensyaratkan kepada member untuk membayar sejumlah uang tertentu untuk menjadi member dan setelah menjadi member, ia akan menerima suatu produk tertentu yang diberikan oleh pihak perusahaan. Ini berarti, terjadi pembayaran dari satu pihak yang kemudian diikuti oleh pemberian barang dari pihak lainnya, sehingga terjadi akad bai’ (jual beli). Selain itu, dia secara otomatis mendapat kesempatan untuk mencari orang yang akan menjadi downline-nya. Jika dia berhasil mencari sejumlah downline (sesuai kesepakatan dengan perusahaan), maka dia berhak atas bonus dari perusahaan. Pencarian orang ini sifatnya tidak mengikat, artinya si member tidak berkewajiban untuk itu, hanya sebatas berhak saja. Bila ingin mendapatkan bonus, maka tentu dia harus mencari
36
Madani. Fiqh Ekonomi Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 314 Abbas Arfan, 99 Kaidah Fiqh: Muamalah Kulliyyah, Cet. ke-II, (Malang: UIN-Maliki Press, 2013), hal.74 37
31
downline, tapi bila tidak juga tidak apa-apa. Hal seperti ini menimbulkan akad ju‟alah. Dalam MLM tipe ini, terjadi dua akad dalam waktu yang bersamaan: akad bai’ dan akad ju’alah. Bai’ berarti jual beli, sedangkan ju‟alah berarti memberikan upah kepada seseorang yang telah melakukan pekerjaan untuknya.38 Jual beli diartikan juga dengan menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.39 Berkaitan dengan terjadinya dua akad dalam waktu yang bersamaan, terdapat hadis Nabi Saw. yang melarangnya, yaitu:
ُُٕ ل َع َٗ س َٓ َ َال ُ ق ّْ َُ ُ ػ َّ َ انه ِٙ َض ُ س ّْ َُ َػ ٔ ٍَ ْ َ ػ َى َه َع ٔ ِ ّْ َٛ َه ُ ػ َّ َٗ انه َه ِ ص َّ انه َذ ُ ًْ َد أ َِا ُ َٔ (س َح ٍ ْؼ َٛ ت ِٙ ْ ف ٍْ ِ َٛ َر ْؼ َٛ ت ٍْ ُ َات ٔ ِ٘ ُ ِز ْي ِٖش انر َّ ُ َذ َذ َص ٔ ِٙ ُ َائ َغ َُان ٔ )َ ٌَا ِث د Dari Abu Hurairah r.a berkata, “Rasulullah Saw. melarang dua jual-beli dalam satu transaksi.” Riwayat Ahmad dan An-Nasa’i. Hadits ini sahaih menurut Al-Tirmidzi dan Ibnu Hibban.40
Transaksi adalah pertukaran barang-barang atau jasa-jasa pada tingkat harga tertentu atau dalam jumlah uang tertentu.41 Sedangkan dua jual-beli ini berarti akad. Artinya, dilarang melakukan dua akad dalam stau transaksi. MLM jelas mempraktekkan dua akad dalam satu transaksi, yaitu bai‟ dan ju‟alah. 38
Madani. Fiqh Ekonomi Syari’ah..., hal. 314 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), hal. 67 40 Imam Al-Hafidz ibnu Hajar Al-„Asqalany, Bulughul Maram Five in One..., hal. 469 41 Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, Manajemen Keuangan Satu, Edisi 3, (Jakarta: PT. Prehanllindo, 2001), hal. 499 39
32
Dari sisi akad, ada beberapa MLM yang bai’-nya terancam rusak (fasid). Ini terjadi pada beberapa MLM yang mensyaratkan pembelian produk untuk menjadi member, tapi pada prakteknya justru seperti jual beli. Calon member membayar biaya pendaftaran dan perusahaan memberinya produk tertentu, sehingga secara lahiriah adalah jual beli. Tapi calon member ketika memberikan uang tidak berniat membeli barang melainkan niatnya adalah menjadi member, sehingga ijab dari pihak member ini kabur. Maka dari itu, jual belinya fasid, karena salah satu rukunnya tidak jelas. Selain itu, calon member juga harusnya tidak melakukan akad dengan terpaksa. Artinya jika niatnya menjadi member, seharusnya calon member tidak menyesal jika ternyata ia harus membeli produk tertentu dari perusahaan tersebut. Secara realitas, kini perusahaan MLM sudah banyak tumbuh di dalam dan luar negeri. Bahkan, di Indonesia sudah ada yang secara terang-terangan menyatakan bahwa MLM tersebut sesuai syariat, seperti Ahad-Net, MQ-Net, dan lain-lain. Produk dan usaha MLM yang menjalankan Prinsip Syariah, memperoleh sertifikat halal dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI). Untuk MLM yang berdasarkan Prinsip Syariah ini, hingga sejauh ini memang diperlukan akuntabilitas dari MUI.42 Agar bisnis MLM ini sesuai dengan syariah, maka harus dipenuhi beberapa syarat sebagai berikut: 1. Produk yang dipasarkan harus halal, thayib (berkualitas), dan menghindari syubhat.
42
Gemala Dewi, et al, Hukum Perikatan Islam..., hal. 190
33
2. Sistem akadnya harus memenuhi kaidah dan rukun jual beli sebagaimana yang terdapat dalam hukum Islam. 3. Kegiatan operasional, kebijakan, corporate culture, dan sistem akuntansinya harus sesuai denga syariah. 4. Tidak ada upaya untuk melakukan mark up harga barang melampaui batas kewajaran (misalnya dua kali lipat), sehingga anggota terzalimi dengan harga yang sangat mahal, tidak sepadan dengan kualitas dan manfaatnya. 5. Struktur manajemennya memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang terdiri dari para ulama yang memahami masalah ekonomi. 6. Formula insentif harus adil, tidak menzalimi down line dan tidak menempatkan up line hanya sebagai anggota yang menerima pasif income tanpa bekerja. 7. Pembagian bonus harus mencerminkan usaha masing-masing anggota. 8. Tidak ada eksploitasi dalam aturan pembagian bonus antara orang yang awal menjadi anggota dengan yang akhir (belakangan) 9. Bonus yang diberikan harus jelas angka nisbahnya sejak awal. 10. Tidak menitikberatkan kepada barang-barang tersier ketika umat masih bergelut dengan pemenuhan kebutuhan primer. 11. Cara penghargaan kepada mereka yang berprestasi tidak boleh mencerminkan sikap hura-hura dan pesta pora karena sikap tersebut tidak sesuai dengan syariah. 12. Perusahaan MLM harus beorientasi kepada kemaslahatan ekonomi umat.43
43
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, hal. 618-619
34
E. Fatwa DSN MUI NO. 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Dunia semakin maju, teknologi semakin canggih dan sistem perdagangan pun semakin banyak dan beraneka ragam. Salah satu bentuk trend bisnis yang saat ini menjamur di masyarakat adalah sistem penjualan berjenjang atau yang lebih dikenal dengan istilah Multi Level Marketing. Sistem Multi Level Marketing mengehendaki konsumennya untuk melakukan penjualan barang kepada konsumen lain dan merekrut konsumen lain untuk ikut sebagai tenaga pemasaran dalam suatu jaringan kerja. Namun karena mudahnya mencari keuntungan dalam bisnis model ini banyak orang yang meragukan kehalalan sistemnya, dan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bisnis yang haram. Sehingga hal tersebut membuat Dewan Syariah Nasional MUI sebagai lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa akan adanya suatu hal yang baru yang berkaitan dengan aktivitas umat Islam termasuk dalam hal perdangangan, memandang perlu untuk mengeluarkan fatwa tentang sistem perdangangan yang mengusung sistem penjualan berjenjang dalam kerjanya agar umat Islam tidak terjerumus ke dalam pandangan yang salah, terlebih lagi kepada bisnis yang tidak halal. Adapun fatwa tersebut adalah Fatwa DSN MUI NO. 75/DSN MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah. Dimana ketentuan-ketentuannya adalah sebagai berikut:
Pertama
:Ketentuan Umum 1. Penjualan Langsung Berjenjang adalah cara penjualan barang atau jasa melalui jaringan pemasaran yang dilakukan
35
oleh perorangan atau badan usaha kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut. 2. Barang adalah setiap benda berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat dimiliki, diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. 3. Produk jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau pelayanan untuk dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Perusahaan adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang dan atau produk jasa dengan sistem penjualan langsung yang terdaftar menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. 5. Konsumen adalah pihak pemakai barang dan atau jasa, dan tidak untuk diperdagangkan. 6. Komisi adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan yang besaran maupun bentuknya diperhitungkan berdasarkan prestasi kerja nyata, yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang dan atau produk jasa. 7. Bonus adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha atas penjualan, karena berhasil melampaui target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan perusahaan. 8. Ighra’ adalah daya tari luar biasa yang menyebabkan orang lalai terhadap kewajibannya demi melakukan halhal atau transaksi dalam rangka mempereroleh bonus atau komisi yang dijanjikan. 9. Money Game adalah kegiatan penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan/pendaftaran Mitra Usaha yang baru/bergabung kemudian dan bukan dari hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk namun produk yang dijual tersebut hanya sebagai kamuflase atau tidak mempunyai mutu/kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan. 10. Excessive mark-up adalah batas marjin laba yang berlebihan yang dikaitkan dengan hal-hal lain di luar biaya. 11. Member get member adalah strategi perekrutan keanggotaan baru PLB yang dilakukan oleh anggota yang telah terdaftar sebelumnya. 12. Mitra usaha/stockist adalah pengecer/retailer yang menjual/memasarkan produk-produk penjualan langsung. Kedua
: Ketentuan Hukum Praktik PLBS wajib memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
36
1. Adanya obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa; 2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram; 3. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat; 4. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up), sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas/manfaat yang diperoleh; 5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS; 6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan; 7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa; 8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan ighra’. 9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama dengan anggota berikutnya; 10. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat dan lainlain; 11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya tersebut; 12. Tidak melakukan kegiatan money game. Ketiga
:Ketentuan Akad Akad-akad yang
dapat
digunakan
dalam
PLBS
adalah:
1. Akad Bai‟/Murabahah merujuk kepada substansi Fatwa No. 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah; Fatwa No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah; 2. Akad Wakalah bil Ujrah merujuk kepada substansi Fatwa No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah; 3. Akad Ju‟alah merujuk kepada substansi Fatwa No. 62/DSN-MUI/XII/2007 tentang Akad Ju‟alah;
37
4. Akad Ijarah merujuk kepada substansi Fatwa No. 9/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah. 5. Akad-akad lain yang sesuai dengan prinsip syariah setelah dikeluarkan fatwa oleh DSN-MUI.
Keempat
:Ketentuan Penutup 1. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan sesuai prinsip syariah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.44
F. Penelitian Terdahulu Sejauh pengetahuan dan pengamatan penulis, hingga saat ini, sebenarnya sudah banyak kajian yang membahas masalah Multi Level Marketing dalam bentuk karya ilmiah skripsi. Oleh karena itu, disamping untuk mengetahui posisi penulis dalam melakukan penelitian ini, penulis juga berusaha untuk melakukan review terhadap beberapa literatur atau buku yang ada kaitannya atau relevan terhadap masalah yang menjadi objek dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan diantaranya adalah sebagai berikut: Skripsi yang ditulis oleh Lulu Ainun Nikmah yang berjudul “ Analisis Sadd Az-Zari’ah Terhadap Pelarangan Multi Level Marketing (MLM) Haji Oleh Majelis Ulama Indonesia.”45 Penelitian milik Lulu tersebut bertujuan untuk
44
Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa No. 75/DSN-MUI/VII/2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah, (Jakarta: tp, 2009), hal. 5-8 45 Lulu Ainun Nikmah“ Analisis Sadd Az-Zari’ah Terhadap Pelarangan Multi Level Marketing (MLM) Haji Oleh Majelis Ulama Indonesia.” (Jurusan Muamalah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013). Dalam httpdigilib.uinsby.ac.id10645. Diakses pada 5 Februari 2017 Pukul 20.00 Wib.
38
mengetahui alasan mengapa MLM Haji dilarang oleh MUI dan bagaimana pandangan Sadd Az-Zari’ah Terhadap Pelarangan Multi Level Marketing (MLM) tersebut. Persamaannya penelitian tersebut dengan penelitian peneliti adalah terletak pada bentuk pemasaran kontemporer yang diteliti yaitu sistem Multi Level Marketing. Sedangkan perbedaannya yaitu jika penelitian peneliti menggunakan analisis Fatwa DSN-MUI sedangkan pada penelitian Lulu menggunakan tinjauan Sadd Az-Zari’ah (Metode Istinbat Hukum). Skripsi yang ditulis oleh Alaiya Hikmawati yang berjudul, “Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Pada PT. Avail Elok Indonesia Distributor Jepara”.46 Skripsi tersebut bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran yang meliputi segmentasi pasar, produk, harga, distribusi dan strategi promosi yang ada pada PT. Avail Elok Indonesia distributor Jepara. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian peneliti adalah objek yang menjadi fokus penelitiannya yaitu sistem pemasaran berjaring / MLM. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian milik Alaiya tersebut menggunakan tinjauan hukum positif sedangkan pada penelitian penelitian peneliti menggunakan tinjauan hukum islam khususnya Fatwa Dsn MUI No. 75 Tahun 2009. Skripsi yang ditulis oleh Ibnu Rijal Silmi yang berjudul “Analisis Sistem Pemasaran Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Pada PT. Arminareka Perdana Jakarta”.47 Penelitian milik Ibnu Rijal tersebut dilakukan untuk
46
Alaiya Hikmawati, “Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Pada PT. Avail Elok Indonesia Distributor Jepara”, (Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Ulama‟ Jepara, Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013). Dalam httpeprints.unisnu.ac.id29411.%20ROMAWI%20NEW.pdf. Diakses pada 28 Februari 2017 Pukul 11.00 Wib. 47 Ibnu Rijal Silmi “Analisis Sistem Pemasaran Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Pada PT. Arminareka Perdana Jakarta”, (Jurusan Manajemen Dakwah UIN Syarif
39
mengetahui kesesuaian sistem pemasaran yang digunakan PT Arminareka Perdana Jakarta terhadap fatwa No. 83/DSN-MUI/VI/2012. PT Arminareka Perdana Jakarta yang menjadi tempat penelitian Ibnu Rijal tersebut dalam pemasaran produknya menggunakan sistem penjualan langsung berjenjang / direct selling yang merupakan salah satu dari sistem MLM.
Sehingga persamaan
penelitian milik Ibnu Rijal tersebut dengan penelitian peneliti adalah dalam hal objek formalnya yaitu sistem pemasaran berjenjang /MLM.
Sedangkan
perbeadaaannya adalah fatwa yang digunakan untuk menganalisis sistem pemasaran tersebut. Ibnu Rijal menggunakan Fatwa DSN-MUI No. 83 Th 2012 sedangkan pada penelitian peneliti menggunakan Fatwa DSN-MUI No. 75 Th 2009. Skripsi yang ditulis oleh Ami Sholihati yang berjudul “ Tinjauan Hukum Islam Tentang Intensiv Pasif Income Pada Multilevel Marketing Syariah di PT. K-link Internasional”.48 Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah masih berkisar pada bentuk bisnis MLM. Perbedaannya yaitu bahwa pada skripsi tersebut hanya membahas masalah pendapatan pasif dalam sistem bisnis MLM. Sedangkan pada penelitian peneliti ini lebih kearah sistem pemasarannya. Skripsi yang ditulis oleh Muhamad Amin yang berjudul “Strategi Pemasaran MLM (Multi Level Marketing) Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus
Hidayatullah, Jakarta, Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013). Dalam http://www. repository.uinjkt.ac.iddspacebitstream123456789307001 IBNU % 20 RIJAL % 20SILMIFDK.pdf. Diakses pada 5 Februari 2017 pukul 10.20 Wib. 48 Ami Sholihati, “ Tinjauan Hukum Islam Tentang Intensiv Pasif Income Pada Multilevel Marketing Syariah di PT. K-link Internasional”, (Jurusan Muamalah IAIN Wali Songo Semarang, Skripsi Tidak Diterbitkan, 2012). Dalam http://www. library. walisongo.ac.iddigilibfilesdisk1137jtptiain--amisholiha-6816-1-082311001.pdf. Diakses pada 15 Januari 2017 pukul 11.00 Wib.
40
Pada PT. Natural Nusantara Cabang Purwokerto).49 Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah masih berkisar pada bentuk bisnis MLM yaitu pada bentuk pemasarannya. Sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian peneliti ini hanya menganalisa sistem pemasaran berjaring dengan ketentuan Fatwa DSN MUI No. 75 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penjualan Langsung Berjenjang Syariah. Sedangkan pada penelitian milik Muhamad Amin tersebut selain meneliti strategi pemasaran MLM dalam perspektif Ekonomi Islam secara umum juga meneliti apakah dalam strategi pemasaran MLM pada PT. Natural Nusantara Cabang Purwokerto juga terdapat sistem money gamenya. Skripsi yang ditulis oleh Ayyudiana Niyati Mufidah yang berjudul “ Bisnis Multi Level Marketing (MLM) K-Link Menurut Hukum Islam.50 Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu objek formalnya sama-sama membahas MLM. Sedangkan pada objek material, penelitian ini lebih mengarah kepada MLM perspektif Hukum Islam secara umum, sedangkan pada penelitian peneliti lebih khusus pada pandangan Fatwa DSN-MUI tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah. Skripsi yang ditulis oleh Nur Ajizah yang berjudul “Tijauan Hukum Islam Terhadap Sistem Multi Level Marketing (MLM) Pada PT Duta Network
49
Muhamad Amin, “Strategi Pemasaran MLM (Multi Level Marketing) Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pada PT. Natural Nusantara Cabang Purwokerto)”. (Jurusan Ekonomi Syariah IAIN Purwokerto, Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016) dalam httprepository.iainpurwokerto.ac.id3021COVER_BABI-BABV_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Diakses pada 5 Februari 2017 Pukul 10.10 Wib. 50
Ayyudiana Niyati Mufidah,“ Bisnis Multi Level Marketing (MLM) K-Link Menurut Hukum Islam”. (Jurusan Hukum Bisnis Syariah UIN Maliki Malang, Skripsi Tidak Diterbitkan, 2012) dalam http://www.etheses.uin-malang.ac.idideprint1314. Diakses pada 5 Februari 2017 pukul 10.00 Wib.
41
Indonesia (Studi Kasus Team Ninja Bangkit Tulungagung)”.51 Fokus skripsi tersebut yaitu pandangan Hukum Islam pada penerapan sistem bisnis MLM oleh Team Ninja Bangkit Tulungagung. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian peneliti yaitu sama-sama membahas tentang bisnis yang menerapkan konsep penjualan berjenjang atau MLM. Perbedaannya yaitu, Nur Ajizah meneliti perusahaan MLM yang berbasis konvensional sedangkan peneliti pada perusahaan MLM yang mengusung konsep Halal Network tetapi tetap memakai sistem pemasaran berjenjang layaknya MLM konvensional. Selain itu tinjauan yang digunakan sebagai analisa temuan penelitian, Nur Ajizah menggunakan Hukum Islam secara umum, sedangkan Peneliti memakai Fatwa DSN MUI NO 75 Tahun 2009 yang merupakan hasil ijtihad para ulama kontemporer.
51
Nur Ajizah “Tijauan Hukum Islam Terhadap Sistem Multi Level Marketing (MLM) Pada PT Duta Network Indonesia (Studi Kasus Team Ninja Bangkit Tulungagung)”. (Jurusan Hukum Ekonomi Syariah IAIN Tulungagung, Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014). Dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2597/7/BAB%20II.pdf. Diakses pada 23 Februari 2017 Pukul 16.05 Wib.