BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Faktor Internal Dalam Kerangka Budaya Perilaku minat dipengaruhi oleh internal konsumen yang meliputi: (1) faktor budaya konsumen, (2) tingkat sosial, (3) karakteristik pribadi atau individu, dan (4) faktor psikologis (Kotler, 2000:161; Lamb et al., 2001:201). Sedangkan menurut Engel et al., (1994:46) internal konsumen terdiri atas: (1) budaya, (2) kelas sosial, (3) pribadi, (4) keluarga, dan (5) situasi. Dan juga merujuk kepada artikel yang dijabarkan oleh Slamet (1994:97), Weber (dalam Hettne, 2001), serta Plumer (dalam Suryawan 2004:27). 1. Budaya Konsumen Budaya
merupakan karakter sosial konsumen yang membedakannya dari
kelompok kultur yang lainnya (nilai, bahasa, mitos, adat, ritual, dan hukum) yang telah menyatu dalam kebiasaan mereka sehari-hari. Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, konsumen tidak dilahirkan untuk secara spontan mengerti tentang nilai dan norma atas kehidupan sosial, melainkan mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan lingkungannya. Masing-masing budaya terdiri atas sub-budaya memberikan lebih banyak ciri-ciri
yang lebih kecil yang
dan sosialisasi khusus
bagi anggota-
anggotanya. Sub budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Sub-budaya tersebut akan membentuk suatu segmen pasar dan memerlukan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2. Kelas Sosial Pada dasarnya masyarakat memiliki kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang 7
8
serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal. Di Amerika kelas sosial dibagi atas: (1) kelas atas (kapitalis, menengah atas), (2) kelas menengah (kelas pekerja/karyawan), (3) kelas bawah (pekerja miskin) (Lamb et al., 2001:211). Menurut Rusidi (1992) bahwa gerak maju Organisasi tergantung pada faktor yang bersifat internal (faktor organisasi yang terdiri dari aspek keorganisasian dan aspek keanggotaannya) dan bersifat eksternal (faktor-faktor fisik sosial dan ekonomi dimana organisasi itu berada, serta factor pembinanya termasuk kebijakan-kebijakan pemerintah). Secara rinci beliau mengidentifikasi faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembangan organisasi sebagai berikut faktor internal meliputi aspek organisasi. Pertama, Tentang sistem dan proses organisasi. Kedua, Kemampuan, sikap mental, motivasi, dan persepsi dari anggota. Ketiga, Kegiatan organisasi. Keempat, Struktur modal dan kemampuan keuangan organisasi. Dan Aspek keanggotaan dapat dijabarkan. Pertama, Keterlibatan masyarakat yang ikut berpartisipasi. Kedua, Ciri individu organisasi. Ketiga, Partisipasi anggota dalam hal pengambilan keputusan, permodalan dan pemanfaatan pelayanan dalam kegiatan organisasi. Syah (2006) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi individu untuk termotivasi berbagung keadalam suatu organisasi, yaitu melalui pendekatan internal dan eksternal. Pertama, Fisik individu. Kedua, Psikologis individu meliputi bakat individu, sikap mental individu, minat individu, motivasi individu, intelegensi individu dan kepercayaan (agama) individu. Dan faktor eksternal meiputi atas lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. Faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan (Slamet, 1994:97). secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota
9
masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi (Slamet, 1994:137). Sedangkan
menurut
Weber
menekankan
nilai-nilai
budaya
dan
mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai-nilai agama (dalam Hettne, 2001). Menurut Plumer (dalam Suryawan, 2004:27), beberapa dimensi faktor internal yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah: 1. Pengetahuan dan keahlian Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. hal ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada 2. Pekerjaan masyarakat Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. seringkali alasan yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi. 3. Tingkat pendidikan dan buta huruf Faktor ini sangat berpengaruh bagi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada. 4. Jenis kelamin Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan kemampuanmasyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan. 5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta
10
metodologi yang digunakan. seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada. Jadi Faktor Internal dalam penelitian ini dapat dijabarkan dari yang disebutkan oleh Plumer (dalam Suryawan, 2004:27), yaitu kepercayaan terhadap budaya tertentu. Hal tersebut dapat menjadi kajian untuk meneliti dimensi dari faktor internal unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club di Universitas Widyatama.
2.1.2. Citra Merek Dalam Kerangka Organisasi Kajian pustaka citra merek pada penelitian ini merujuk pada artikel yang ditulis oleh Patterson (1999, dimuat dalam Parker, 2009:176), Kapferer (2008:11,21), Keller (2008:51), Martinez, Polo dan de Chernatony (2008:109), Carrilat, Harris dan Lafferty (2010:110), serta Nakhleh (2012:540). Pada dasarnya, merek adalah sebuah nama yang mempengaruhi konsumen dan menjadi kriteria penelitian. Kemampuan merek untuk dapat mempengaruhi konsumen bergantung pada representasi dan hubungan yang dapat dibangun oleh merek tersebut. Representasi ini terbangun oleh sebuah sistem yang ada dalam benak konsumen, dimana sistem ini dibangun berdasarkan asosiasi – asosiasi dari merek tersebut yang saling berhubungan sehingga membentuk sebuah pencitraan terhadap merek tersebut. Pencitraan ini yang kemudian menjadi dasar sebuah konsep yang bernama citra merek. Patterson (1999) yang dimuat dalam Parker (2009:176) menyebutkan : “Brand image is asubjective perception, a mental representation of functional and non-functional information regarding the product or service.” Definisi ini mengarahkan citra merek kepada sifat subyektif dan kaitannya dengan menyampaikan informasi mengenai produk atau jasa tentang aspek fungsional maupun non fungsional. Secara lebih luas, Kapferer (2008:11) menyatakan : “Brand image is an interconnected system of mental associations which affects the power of a brand to influence buyers.”
11
Disini dikemukakan bahwa citra merek merupakan sebuah sistem berkesinambungan yang menjadi kekuatan merek dalam mempengaruhi pembeli. Kapferer (2008:21) juga menambahkan : “Brand image is the collective representation which is shaped over time by the accumulated experiences of one self, of close relations, by word mouth and advertising.” Definisi ini menyampaikan bahwa terbentunya citra merek berlangsung melalui proses yang mengakumulasikan pengalaman didukung dengan adanya kedekatan hubungan, dan upaya komunikasi pemasaran melalui mulut ke mulut maupun periklanan. Citra merek juga didefinisikan sebagai preferensi konsumen terhadap merek tertentu, seperti yang dikemukakan berikut ini : 1) “Brand image is customers ‘ perceptions about a brand as reflected by the brand associations held in consumer memory.” (Keller, 2008:51) 2) “Brand image is the consumer’s perception about the product and the manner in which a specific brand is positioned in the market.” (Nakhleh, 2012:540) Proses pembentukan citra merek dikemukakan oleh Carrilat, Harris dan Lafferty (2010:110) yang menyebutkan bahwa : “The transfer of brand image is viewed as the process by which the meanings and symbols associated with one entity become associated with another entity.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa citra merek terbentuk melalui proses mengasosiasikan pengertian-pengertian dan simbol-simbol dari sesuatu (dalam hal ini adalah merek) dengan hal – hal lain. Berdasarkan konsep-konsep yang dikemukakan oleh Patterson (1999, dimuat dalam Parker, 2009:176), Kapferer (2008:11,21), Keller (2008:51), Carrilat, Harris dan Lafferty (2010:110), serta Nakhleh (2012:540), penelitian ini mengadopsi konsep citra merek dari Kapferer (2008:11,21), Keller (2008:51), serta Nakhleh (2012:540) karena gabungan ketiga konsep tersebut mengarahkan sebuah pemahaman lengkap akan citra merek, tidak hanya sebagai kumpulan informasi atau asosiasi mengenai merek dalam benak pelanggan saja.
12
Definisi citra merek yang digunakan dalam penelitian ini ada citra merek sebegai persepsi konsumen tentang merek, terkait dengan asosiasi merek tersebut dalam benak pelanggan, dan menggambarkan posisi merek tersebut dalam pasar, serta terbentuk melalui akumulasi pengalaman pelanggan, hubungan dekat dengan merek maupun usaha promosi dari merek tersebut. Definisi ini dibentuk untuk menggambarkan citra merek secara komperhensif, termasuk asal informasi citra merek dan bagaimana citra merek dapat terbentuk. Pengukuran citra merek dalam penelitian ini mengadopsi konsep dari penelitian Martinez, Polo dan de Chernatony (2008:109). Untuk gambaran umum citra merek, Martinez, Polo dan de Chernatony (2008:117) mengadopsi indikatorindikator dari asosiasi merek milik Aaker (1996), didasarkan konsep bahwa citra merek merupakan kumpulan asosiasi dari sebuah merek terhadap aspek-aspek tertentu yang membangun keunikan produk atau merek tersebut. Kotler dan Keller (2012:164) mendefinisikan asosiasi merek sebagai seluruh pikiran, perasaan, persepsi, citra, pengalaman, kepercayaan, sikap yang berkaitan dengan merek. Asosiasi merek dalam pengukuran citra merek menurut Aaker (1996:111) terbagi menjadi empat aspek yaitu : 1) Nilai yang ditawarkan Aspek ini mengambil sudut pandang merek sebagai produk, mentitikberatkan pada nilai yang ditawarkan oleh merek Indikator pengukurannya antara lain :
Merek menawarkan nilai yang sepadan dengan uang yang dikeluarkan.
Ada alasan untuk membeli merek daripada memilih pesaing merek tersebut.
2) Kepribadian merek Aspek ini mengambil sudut pandang merek sebagai manusia atau konsumen. Kepribadian merekakan menghubungkan dengan manfaat emosional dan ekspresi diri terhadap merek, selain membangun dasar hubungan pelangganmerek dan diferensiasi. Indikator pengukurannya antara lain :
Merek memiliki kepribadian.
Merek memiliki daya tarik.
Tipe pembeli merek tergambar jelas.
13
3) Asosiasi organisasi Aspek ini mengambil sudut pandang sebagai organisasi. Organisasi disini adalah orang-orang, nilai-nilai, dan program-program yang ada di balik merek tersebut. Indikator pengukurannya antara lain :
Merek dibuat oleh organisasi terpercaya.
Merek dari organisasi yang dikagumi.
Merek berkaitan dengan organisasi berkredibilitas baik.
4) Pembedaan Aspek ini mengungkapkan bahwa merek memiliki keunikan dan berbeda dari pesaingnya. Dalam pengukuran citra merek, penelitian ini mengadposi keempat aspek diatas (Nilai yang ditawarkan, Kepribadian Merek, Asosiasi Organisasi, dan Pembedaan) sebagai sub variabel, namun dengan beberapa modifikasi pada bagian indikator yang disesuaikan dengan merek dari unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club di Universitas Widyatama. Modifikasi tersebut antara lain : 1) Untuk dimensi nilai yang ditawarkan, selain kedua indikator yang disebutkan diatas, ditambahkan satu indikator lainnya, yaitu kualitas yang dirasakan. Kualitas berkaitan dengan prestise dan kehormatan merek, melengkapi nilai yang sebelumnya hanya menyorot fungsionalitas dan kepraktisan pembelian serta penggunaan merek tersebut. 2) Untuk dimensi kepribadian merek, pengukuran mengadaptasi atribut-atribut dari Lima Model Besar dari Aaker (1997:352) dimuat dalam Kotler dan Keller (2012:157). Model ini menjabarkan 5 (lima) komponen utama kepribadian merek dan kepribadian merek terkait dengan :
Kesungguhan Contoh : membumi, jujur, bermanfaat, menyenangkan.
Menggairahkan Contoh : berani, bersemangat, imajinatif.
Kompeten
14
Contoh : dapat diandalkan, cerdas, sukses.
Mempesona Contoh : memiliki kelas tersendiri.
Tangguh Contoh : kemampuan bertahan. Karakter-karakter yang diambil dari Lima Model Besar Aaker untuk
menggambarkan kepribadian merek unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club di Universitas Widyatama dalam penelitian ini adalah asli dari komponen Kesungguhan, rasa semangat untuk komponen Menggairahkan, cerdas untuk komponen Kompeten, mewah untuk komponen Mempesona, dan kemampuan bertahan untuk komponen Tangguh. Dengan kata lain, dimensi citra dari unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club antara lain nilai yang ditawarkan, pembedaan dan prestasi yang diwujudkan oleh merek tersebut.
2.1.3. Faktor Minat Dalam Kerangka Rasa Ketertarikan Untuk Bergabung Menurut Djamarah (2008:132), Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Hal yang sama dikemukakan oleh Slamet (2010:180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Seorang individu yang berminat terhadap sesuatu yang diminati itu sama sekali tidak akan menghiraukan sesuatu yang lain. Menurut Getels, (dalam Djamarah, 2008:75) “an interest is a characteristic dispositition, organized trough experience, wich impels an individual to seek out particular object, activies, understanding, skiil, or goals for attention or acquisition.” Dengan demikian minat dapat diartikan sebagai kecenderungan sifat yang terorganisir berdasarkan dari pengalaman seseorang, yang mendorong seseorang
15
atau individu untuk mencari keterangan atau fakta-fakta dari sebuah objek, aktivitas atau kegiatan, pemahaman, kemampuan, tujuan perhatian atau murni ingin mahir dalam hal tertentu. Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pada pengalaman, minat berkembang sebagai hasil dari pada sesuatu kegiatan yang akan menjadi sebab yang akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama. Menurut Saiman (2009:72), menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi minat : 1) Faktor Dorongan Batin adalah rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. 2) Faktor Motif Sosial adalah minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal, disamping hal yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh motif sosial. 3) Faktor Emosional adalah faktor perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap obyek, misal perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Minat bukan merupakan suatu hal yang didapat sejak lahir, namun minat merupakan keseluruhan yang dapat berubah – ubah karena sejak kecil minat anak itu selalu mengalami perubahan. Jadi, minat dapat dikembangkan sesuai potensi pada diri seseorang. Menurut Luthans (2006:152), faktor yang mempengaruhi minat adalah : 1) Faktor Internal : yaitu segenap pikiran emosi dan persoalan dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi minat sehingga tidak dapat dipusatkan. Contoh : minat, ingatan, motivasi dan kemauan. 2) Faktor Eksternal : yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi minatnya. Contoh : lingkungan sekitar, sarana, prasarana, dan fasilitas yang digunakan. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi minat adalah rangsangan yang dating dari lingkungan ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan seseorang, minat seseorang terhadap obyek
16
atau sesuatu hal yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan juga dipengaruhi oleh motif sosial, perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap sesuatu keinginan tertentu yang dapat membangkitkan perasaan senang. Selain itu juga faktor yang mempengaruhi minat dapat berasal dari luar dan berasal dari dalam diri yang mempengaruhi minatnya. Dewanti (2008:67), mengemukakan 5 cara meningkatkan minat, yaitu : 1) Motivasi Motivasi adalah sesuatu dari diri seseorang yang mendorong untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Cara menimbulkan dorongan bisa melalui penerangan segi-segi yang baik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita ataupun yang diharapkan. 2) Training atau Pelatihan Merupakan pengingat kembali semangat untuk meningkatkan ilmu dan keterampilan serta memperbaiki adanya masalah-masalah untuk dapat berbuat lebih baik lagi. 3) Rangsangan dari luar juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk dapat membangkitkan minat 4) Menanamkan kesadaran dengan adanya suatu peringatan agar selalu sadar dalam meningkatkan motivasi dalam minatnya. 5) Kebiasaan dengan cara membiasakan diri untuk melakukan kegiatan agar dapat menimbulkan minat. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas mana dimensi operasional variabelnya dapat dikategorikan dalam bentuk model AIDA, dimana tahap menaruh perhatian (Attention), ketertarikan (Interest), pengambilan keputusan (Desire), dan Aksi (Action) dapat disimpulkan menjadi Operasional Variabel pada variable minat dalam metode penelitian di penelitian ini.
17
2.1.4. Penelitian Sebelumnya Penyusunan penelitian ini didukung dengan studi literatur berkaitan diantaranya merupakan hasil studi penelitian dari jurnal internasional dan dari penelitian sebelumnya mengenai Faktor Internal Mahasiswa dan Citra Merek terhadap Minat Konsumen. Analisis penelitian terdahulu dipaparkan pada tabel berikut ini : Tabel 2.1. Penelitian Sebelumnya Penelitian Gagan Sugandi
Musran Munizu
Teori atau Konsep yg diketengahkan Pengaruh Experential Marketing Tari Topeng dan Faktor Internal Masyarakat Kota Bandung Terhadap Minat untuk menonton Tari Topeng Pengaruh FaktorFaktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa eksperential marketing dan faktor internal masyarkat signifikan berpengaruh terhadap minat masyarakat dalam keinginan untuk menonton Pertunjukkan Tari Topeng di Kota Bandung.
Bandung, Indonesia 2011
Perpustakaan MM Universitas Padjajaran, Bandung
Perbedaan dengan Penelitian ini Faktor Internal Terhadap Minat
Berdasarkan nilai rata-rata (mean) indikatorindikator yang memiliki nilai tertinggi pada keseluruhan variabel adalah sebagai berikut : pertumbuhan penjualan (4,37); lama berusaha/ pengalaman usaha (4,46); penggunaan modal sendiri (4,11); ketersediaan bahan baku (4,43); permintaan pasar (4,17); akses permodalan dan sumber pembiayaan (4,05); pertumbuhan ekonomi (3,98); dan pendampingan (4,12). Kemudian indikator-indikator variabel yang paling rendah nilainya dipresepsikan adalah: pertumbuhan keuntungan/laba usaha (2,98); pendidikan formal (3,38); penggunaan teknologi modern dan pengendalian kualitas (3,15); kegiatan promosi yang intensif (3,13); penyiapan lokasi usaha dan informasi pasar (2,83); tingkat pendapatan
Sulawesi Selatan – Indonesia, 2010
Fakultas Ekonomu Universitas Hasanuddin
Faktor Internal Terhadap Minat
Hasil penelitian
Tempat dan waktu
Sumber
18
Penelitian
Teori atau Konsep yg diketengahkan
Adhi Rah Kusuma NIM CA4008004
Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kompetensi Tenaga Penjualan, Dan Citra Terhadap Minat Beli Ulang
Bambang Pujadi, S.E. NIM C4A008023
Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Melalui Sikap Terhadap Merek
Eva Sheilla Rahma NIM CA4006032
Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Merek Terhadap Minat Beli Dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian
Lia Natalia
Analisis Faktor Persepsi Yang Mempengaruhi Minat Konsumen Untuk Berbelanja Pada GIANT Hypermarket
Hasil penelitian masyarakat (2,78); dan bantuan permodalan (2,93). Hasil pengujian menunjukkan, secara statistik dapat dibuktikan bahwa kualitas pelayanan, kompetensi tenaga penjualan, dan citra perusahaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Dimana dari ketiga variabel tersebut, kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang paling besar sehingga implikasi kebijakan yang dijalankan harus difokuskan pada peningkatan pelayanan yang berkualitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra merek dapat ditingkatkan dengan meningkatkan persepsi kualitas dan kualitas pesan iklan. Selanjutnya, citra merek yang semakin tinggi akan mempengaruhi sikap terhadap merek dan selanjutnya meningkatkan minat beli. Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap citra merek dengan nilai korelasi sebesar 0,34; citra merek berpengaruh signifikan terhadap minat membeli dengan nilai korelasi sebesar 0,30, kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap minat membeli dengan nilai korelasi sebesar 0,32, dan minat membeli berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan nilai korelasi sebesar 0,60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara bersama-sama variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Secara parsial variabel lokasi,
Tempat dan waktu
Sumber
Perbedaan dengan Penelitian ini
Semarang – Indonesia, 2009
Program Pasca Sarjana Universitas Dipononegoro
Citra Merek Terhadap Minat
Semarang – Indonesia, 2010
Program Pasca Sarjana Universitas Dipononegoro
Citra Merek Terhadap Minat
Semarang – Indonesia, 2007
Program Pasca Sarjana Universitas Dipononegoro
Citra Merek Terhadap Minat
Bekasi – Indonesia, 2010
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Minat
19
Penelitian
Esthi Dwiyanti NIM C4A006438
2.2.
Teori atau Konsep yg diketengahkan
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Terhadap Layanan Internet Banking Mandiri
Tempat dan waktu
Hasil penelitian kelengkapan produk, kualitas produk, harga dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja, sedangkan variabel pelayanan dan kenyamanan tidah berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Sedangkan variabel yang paling dominan terhadap minat konsumen untuk berbelanja adalah promosi. Hasil analisa data menunjukkan bahwa model penelitian mempunyai kesesuaian yang baik, dan semua hipotesis penelitian dapat dibuktikan. Kesimpulan yang diambil adalah daya tarik iklan dan nilai pelanggan secara siginifikan berpengaruh terhadap minat beli. Namun kompetensi tenaga penjualan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli, meskipun berpengaruh positif pula pada minat beli.
Jakarta – Indonesia, 2008
Sumber
Program Pasca Sarjana Universitas Dipononegoro
Perbedaan dengan Penelitian ini
Minat
Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran dimaksudkan untuk menggambarkan paradigma
penelitian sebagai jawaban atas masalah penelitian. Dalam kerangka pemikiran tersebut terdapat dua variabel independen (Faktor Internal dan Citra Merek) yang mempengaruhi variabel dependen (Minat Organisasi). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh Faktor Internal Mahasiswa dan Citra Bandung Santo Club dalam menentukan minat untuk mengikuti secara aktif Unit Kegiatan Mahasiswa Bandung Santo Club di Universitas Widyatama, sehingga dengan
adanya
kedua
hal
tersebut
akan
mendorong Mahasiswa untuk
bergabung kedalam Organisasi secara aktif. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh Faktor Internal mahasiswa Universitas Widyatama dan Citra dari unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club Universitas Widyatama terhadap Minat untuk mengikuti
20
secara aktif kegiatan dari unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club di lingkungan Universitas Widyatama, sehingga dengan adanya ke-tiga hal tersebut peneliti mendapat kajian tentang hubungan antar variabel tersebut. Faktor internal mahasiswa dapat disebabkan oleh nilai-nilai budaya dan mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya dan juga dapat dipengaruhi khususnya nilai-nilai agama. Faktor perbedaan budaya yang berada di Lingkungan Universitas Widyatama telah perlahan-lahan mengalami perubahan dimana etnis Cina atau Tionghoa yang pada awal tahun 1995 begitu banyak untuk meanjutkan studi-jenjangnya di STIEB (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung) yang kini menjadi Universitas Widyatama, informasi ini diketahui dari pendiri unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club yang juga mahasiswa angkatan tahun 1995. Sedangkan
apabila membicarakan tentang Citra Merek, merupakan
persepsi masyarakat terhadap organisasi yang telah terbentuk dan produk yang dikeluarkannya. Citra dapat terbentuk melalui rangsangan yang datang dari luar sebagai suatu pesan yang menyentuh atau yang disebut informasi yang diterima seseorang. Bahwa citra merek adalah suatu baner yang dapat di pakai untuk dapat memayungi semua produk yang menggunakannya. Menurut peneliti terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan dari suatu citra merek, yaitu: 1) Pengakuan, merupakan kemampuan seorang individu atau masyarakat untuk mengenal dan mengingat suatu merek dalam benak dan pikiran mereka.
Pengakuan akan dapat menciptakan suatu keuntungan yang
bernilai dibandingkan dengan memasang iklan yang sering. 2) Reputasi, merupakan kekuatan merek yang dapat membangun status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena dimata seorang individu atau masyarakat suatu merek memiliki suatu track record yang baik. 3) Hubungan emosional, merupakan merek produk yang dapat membentuk asosiasi positif yang membuat konsumen menyukai suatu produk, hubungan emosional timbul antara sebuah merek dengan konsumennya.
21
4) Lingkup, merupakan pengetahuan produk dan menyangkut seberapa lebar scope dari produk yang mau menggunakan brand yang bersangkutan. Unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club memiliki citra yang sangat baik dan bahkan yang paling baik diantara jenis organisasi dengan yang lain. Prestasi dan pengalaman yang dimiliki oleh organisasi ini menimbulkan pencitraan yang baik dan hasil dari citra tersebut ternyata berdampak negatif bagi kelangsungan organisasi tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut, dimana faktor yang dihubungkannya adalah Minat mahasiswa untuk bergabung secara aktif dalam kegiatan unit kegiatan mahasiswa Bandung Santo Club di Universitas Widyatama. Dengan kerangka pemikiran tersebut diatas, maka dapat dibuat paradigma penelitian seperti terlihat pada gambar berikut ini : Faktor Internal Mahasiswa (X1)
Kepercayaan terhadap Budaya
Minat Mahasiswa (Y)
Citra Merek (X2)
Nilai yang ditawarkan Pembedaan Prestasi Organisasi
Gambar 2.1. Paradigma Penelitian
Menarik Perhatian Ketertarikan terhadap Objek
22
2.3.
Hipotesis Hipotesis yang akan dijawab dalam penelitian ini mengacu pada kajian
pustaka yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Berdasarkan kajian pustaka, maka beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H0 : YX1 X2 = 0
Faktor Internal Mahasiswa dan Citra Bandung Santo Club tidak berpengaruh terhadap Minat untuk mengikuti secara aktif UKM Bandung Santo Club.
H1 : YX1 X2 ≠ 0
Faktor Internal Mahasiswa dan Citra Bandung Santo Club berpengaruh terhadap Minat untuk mengikuti secara aktif UKM Bandung Santo Club.
H0 : YX1 = 0
Faktor Internal Mahasiswa tidak berpengaruh terhadap Minat untuk mengikuti secara aktif UKM Bandung Santo Club.
H1 : YX1 ≠ 0
Faktor Internal Mahasiswa berpengaruh terhadap Minat untuk mengikuti secara aktif UKM Bandung Santo Club.
H0 : YX2 = 0
Citra Bandung Santo Club tidak berpengaruh terhadap Minat untuk mengikuti secara aktif UKM Bandung Santo Club.
H1 : YX2 ≠ 0
Citra Bandung Santo Club berpengaruh terhadap Minat untuk mengikuti secara aktif UKM Bandung Santo Club.