BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Bank Pengertian bank sering disamakan dengan pengertian perbankan. Padahal ada dua hal yang sangat berbeda. Bank hanya mencakup aspek kelembagaan. Menurut Taswan (2012) ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu : 1.
2.
3.
Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah Departement Store of Finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan. Menurut Dictionary of Banking and Financial Service by Jerry Rosenberg bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito dan membayar atas dsar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 (revisi UU No. 14 Tahun 1992) bahwa yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (Surplus Spending Unit) kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (Deficit Spending Unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan
10
kesejahteraan rakyat banyak. Pada pengertian di atas tampak sangat statis, bank sebagai lembaga atau badan usaha.Sedangkan pengertian perbankan sangat dinamis. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha tersebut adalah menyangkut jasa keuangan. 2.1.2 Karakteristik Bank Pemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank. Menurut Taswan (2012) terdapat beberapa karakteristik bank antara lain : 1.
2.
3.
4.
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan (Financial Intermediary) antara pihak - pihak yang memiliki kelebihan dana (Surplus Spending Unit) dengan mereka yang membutuhkan dana (Deficit Spending Unit), serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Kegiatan tersebut dilakukan atas dasar falsafah kepercayaan. Bank juga merupakan industri yang kegiatannya mengandalkan kepercayaan sehingga harus selalu menjaga kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dengan pemeliharaan kecukupan modal, kualitas aktiva, manajemen, pencapaian profit dan likuiditas yang cukup. Pengelola bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup sesuai dengan penanamannya. Hal tersebut perlu dilakukan karena bank dalam usahanya selain menanamkan dana dalam aktiva produktif juga memberikan komitmen jasa - jasa lainnya yang menghasilkan Fee Based Income (Pendapatan Non Bunga). Untuk itu strategi penghimpunan dan penempatan dana bank perlu dilakukan secara hati-hati agar likuiditas terpelihara dan profitabilitas tercapai secara wajar. Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter yang mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan.
11
5.
Secara operasional bank mempunyai ciri khas yaitu aktiva tetapnya relatif rendah, hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan perbandingan antara aktiva dengan modal (Financial Leverage).Bank mempunyai beberapa keunikan yang tidak dimiliki oleh lembaga keuangan lainnya.
2.1.3 Keunikan Bank Dalam buku Taswan (2012), Anthony Saunders (2004) menyebutkan bahwa bank mempunyai keunikan sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
Ada peran monitor to monitor. Bank sebagai lembaga perantara telah menghimpun dana dari deposan dan menempatkannya kembali ke kredit. Deposan akan memonitor bank dan bank memonitor debitur. Dengan dukungan pengelolaan informasi yang baik, maka biaya informasi untuk monitoring bagi deposan menjadi rendah dibandingkan monitoring langsung oleh Deposan ke pengguna dana (debitur). Keputusan pemberian kredit oleh bank akan memberikan efek positif berupa Good News. Perusahaan yang menerima kredit bank akan direspon positif oleh pasar, mengingat perusahaan yang telah diseleksi atau dievaluasi dan kemudian layak diberikan kredit adalah perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik. Loan Agreement memiliki kandungan informasi yang positif sebagai sinyal prospek debitur yang dibiayai oleh bank, karena bank dianggap memiliki Privat Information yang sangat baik mengenai kondisi debiturnya. Informasi ini pada akhirnya akan direaksi oleh pelaku pasar di bursa, sehingga harga saham atau obligasinya bisa meningkat. Bank mampu memerankan transfer kekayaan dari yang tua ke yang yang muda (Intergenerational Walth Transfer). Generasi tua sudah pension, sudah mapan, suka menabung atau tidak produktif lagi, sedangkan generasi muda masih giat berusaha, masih produktif. Yang muda bisa menggunakan dana dari yang tua melalui peminjaman di bank untuk kepentingan yang produktif. Bank dapat bertindak sebagai asset transformer. Dalam hal ini bank bisa menerbitkan klaim keuangan berupa surat berharga obligasi, deposito dan lainnya kemudian menempatkannya dalam bentuk kredit, penyertaaan atau yang lain. Bank telah mengubah bentuk sumber dana ke penempatan dan dalam bentuk yang beragam.
12
2.1.4 Initial Public Offering (IPO) Penawaran umum atau sering juga disebut go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaanya. Dalam pasar financial, Initial Public Offering (IPO) (bahasa Indonesia : penawaran umum perdana) adalah penjualan pertama saham umum sebuah perusahaan kepada investor umum. Perusahaan tersebut akan menerbitkan hanya saham- saham pertama. Namun juga menawarkan saham kedua, biasanya perusahaan tersebut akan merekrut seorang banker investasi untuk menjamin penawaran tersebut dan seorang pengacara korporat untuk membantu menulis prospektus. Penjualan saham diatur oleh pihak berwajib dalam pengaturan financial dan jika relevan, sebuah bursa saham. Biasanya menjadi sebuah persyaratan untuk mengungkapkan kondisi keuangan dan prospek sebuah perusahaan kepada para investor (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/penawaranumum). Dana yang diperoleh dari go public digunakan untuk : 1. 2. 3. 4. 5.
Ekspansi atau perluasan; Memperbaiki struktur permodalan; Meningkatkan investasi di anak perusahaan; Melunasi sebagian utang; Menambah modal kerja.
Di negara - negara maju, salah satu indikator keberhasilan perusahaan apabila suatu perusahaan dicatat dan diperdagangkan di pasar modal. Menurut
13
Sunariyah (2006) ada beberapa alasan mengapa perusahaan ingin go public dan menjual sahamnya kepada masyarakat, yaitu antara lain : 1. 2. 3. 4.
Meningkatkan modal dasar perusahaan Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi) Nilai perusahaan.
Dari segi perusahaan, dana yang masuk dari masyarakat ke perusahaan akan memperkuat posisi permodalan, khususnya utang berbanding modal. Dana dapat digunakan untuk ekspansi diversifikasi produk, atau mengurangi utang. Jadi, dengan menjual saham baru kepada masyarakat akan meningkatkan kemampuan perusahaan. Pemegang saham yang sudah lama menanam modal dalam perusahaan, dengan menjual sahamnya kepada masyarakat akan memberikan indikasi beberapa harga saham perusahaan menurut pandangan masyarakat. Hal ini dapat memberi kesempatan bagi penanam modal lama untuk menunaikan seluruh atau sebagian saham miliknya dengan laba. Pemegang saham lama dapat mengadakan diversifikasi penanaman dananya. Karena dengan melakukan penanaman modal pada suatu perusahaan akan menimbulkan risiko yang cukup tinggi. Para pemegang saham mempunyai kesempatan untuk mencari dana dari lembaga - lembaga keuangan tanpa melepaskan sahamnya. Apabila saham yang dimiliki likuid, maka dapat acceptable sebagai agunan dan bisa dijadikan pembayaran untuk mengambil alih perusahaan lain. Lalu terjadi apa yang disebut share swap, yaitu membeli perusahaan lain tanpa mengeluarkan uang kontan, tetapi membayar dengan saham yang listed di bursa.
14
Go public memungkinkan masyarakat maupun manajemen mengetahui nilai perusahaan, yaitu dicerminkan pada kekuatan tawar menawar saham. Apabila perusahaan diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek pada masa yang akan datang, nilai saham menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang mempunyai prospek maka harga saham menjadi rendah. Suad Husnan (2005) menyatakan bahwa terdapat dua alasan mengapa perusahaan melakukan go public, yakni : 1. 2.
Untuk perluasan usaha dan perusahaan tidak ingin menambah utang baru. Untuk mengganti sebagian utang dengan ekuitas yang diperoleh dari penawaran perdana.
Menurut Veithzal Rivai (2007), sebuah perusahaan (emiten) yang akan go public harus memenuhi ketentuan - ketentuan BAPEPAM tentang : 1. 2. 3. 4.
Tata cara pendaftaran dalam rangka penawaran umum. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum. Pedoman mengenai bentuk dan isi prospektus ringkas dalam rangka penawaran umum. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan dalam rangka penawaran umum.
Perusahaan yang beroperasi sebagai perusahaan publik pada dasarnya harus siap dengan berbagai konsekuensi dan permasalahannya, yaitu memenuhi ketentuan yang berlaku dalam perundang - undangan beserta aturan pelaksanaan yang mengikutinya. Sebagai perusahaan publik para pemilik lama ataupun para pendiri harus menerima keterlibatan pihak - pihak lain, bahkan para pesaing
15
sekalipun. Menurut Sunariyah (2006) perusahaan publik harus memenuhi beberapa kesanggupan, yaitu antara lain : 1. Keharusan untuk melakukan keterbukaan (full disclosure) 2. Keharusan untuk mengikuti peraturan - peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan 3. Gaya manajemen perusahaan berubah dari informal menjadi formal 4. Kewajiban membayar deviden bila perusahaan mendapatkan laba 5. Senantiasa berusaha meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan. 2.1.5 Tahapan-tahapan Penawaran Umum Internal Perusahaan
1. Rencana go public 2. RUPS 3. Penunjukan : Underwriter Profesi Penunjang Lembaga Penunjang 4. Mempersiapka n dokumendokumen 5. Konfirmasi sebagai Agen Penjual oleh Penjamin Emisi 6. Kontrak Pendahuluan dengan Bursa Efek 7. Penandatanga nan Perjanjian 8. Public Expose
BAPEPAM
Pasar Perdana
Pasar Sekunder
1. Emiten 1. Penawaran 1. Emiten menyampaikan oleh Sindikasi mencatatka Pernyataan Penjamin dan n efeknya di Pendaftaran Agen Penjual Bursa 2. Expose Terbatas di 2. Penjatahan 2. Perdaganga BAPEPAM kepada n efek di 3. Tanggapan atas : pemodal oleh Bursa Kelengkapan sindikasi dokumen Penjamin Kecukupan dan Emisi dan kejelasan emiten informasi 3. Penyerahan Keterbukaan efek kepada (dari aspek pemodal hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen) 4. Komentar tertulis dalam waktu tertentu 5. Pernyataan Pendaftaran dinyatakan efektif Gambar 2.1 Skema Proses Penawaran Umum
Pelaporan
1. Laporan Berkala (seperti: laporan tahunan dan semestera n) 2. Laporan Kejadian Penting dan Relevan (seperti: akuisisi, pergantia n Direksi)
Dalam melakukan penawaran umum, perusahaan harus melalui beberapa tahapan. Seperti yang dijelaskan dalam gambar 2.1, Veithzal Rivai (2007) tahapan
16
- tahapan yang dilalui sebuah perusahaan yang akan melakukan penawaran antara lain : 1.
2. 3.
Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal (investor) oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk. Pernyataan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa.
2.1.6 Manfaat Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) Menurut Veithzal Rivai (2007), manfaat penawaran umum saham antara lain: 1. 2. 3. 4. 5.
Diperolehnya dana segar yang relatif besar dan diterima sekaligus; Biaya relatif murah; Proses relatif mudah; Pembagian dividen berdasarkan keuntungan; Perusahaan dituntut lebih terbukasehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme; 6. Penawaran umum saham memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial; 7. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (sebagai media promosi); 8. Penawaran umum saham dapat memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham; 9. Penawaran umum saham merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan; 10. Penawaran umum saham bisa menggunakan jasa penanggung (guarantor) apabila Debt Equity Ratio (DER) emiten tinggi. 2.1.7 Persiapan untuk Melakukan Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) Menurut Veithzal Rivai (2007) dalam rangka penawaran umum, emiten harus mempersiapkan hal - hal sebagai berikut ini :
17
1.
Manajemen perusahaan menetapkan rencana mencari dana melalui go public; 2. Perusahaan meminta persetujuan rencana go public kepada para pemegang saham dan perubahan anggaran dasar dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham); 3. Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan kelengkapan dokumen berikut ini : a. Penjamin emisi (underwriter) untuk menjamin dan membantu emiten dalam proses emisi. b. Profesi penunjang seperti : 1) Akuntan publik (auditor independen) untuk melakukan audit atas laporan keuangan emiten untuk dua tahun terakhir; 2) Notaris untuk melakukan perubahan atas anggaran dasar, membuat akta perjanjian - perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat; 3) Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). c. Lembaga penunjang : 1) Wali amanat akan bertindak selaku wali bagi kepentingan pemegang obligasi (untuk emisi obligasi); 2) Penanggung (guarantor); 3) Biro Administrasi Efek (BAE); 4) Tempat Penitipan Harta (Kustodian). 4. Perusahaan mempersiapkan kelengkapan dokumentasi emisi. 5. Perusahaan melakukan kontrak mempersiapkan kontrak pendahuluan dengan bursa efek. 6. Perusahaan melakukan penandatanganan perjanjian-perjanjian emisi. 7. Khusus penawaran obligasi atau efek lainnya yang bersifat utang, terlebih dahulu harus memperoleh peringkat yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemeringkat Efek. 8. Perusahaan menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumendokumennya kepada Bapepam, sekaligus melakukan ekspose terbatas di Bapepam. 9. Penawaran umum dalam hal ini adalah meliputi penawaran efek yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia atau kepada warga negara Indonesia dengan menggunakan media massa atau ditawarkan kepada lebih dari (seratus pihak, atau telah dijual kepada lebih dari lima puluh pihak dalam batas nilai serta batas waktu tertentu). 10. Penawaran efek di wilayah Republik Indonesia meliputi penawaran efek yang dilakukan oleh emiten dalam negeri atau asing, baik kepada
18
11.
12.
13.
14.
pemodal Indonesia, maupun asing, yang dilakukan di Wilayah Republik Indonesia melalui prinsip keterbukaan. Ketentuan penawaran umum berlaku juga bagi emiten dalam negeri yang melakukan penawaran umum di luar negeri kepada warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan dalam rangka melindungi warga negara Indonesia yang melakukan investasi dalam efek yang ditawarkan oleh pihak tersebut di luar wilayah Republik Indonesia. Penawaran efek kepada lebih dari seratus pihak tersebut tidak dikaitkan dengan apakah penawaran tersebut diikuti dengan pembelian efek atau tidak. Sementara itu, penjualan efek kepada lebih dari lima puluh pihalk tersebut lebih ditekankan kepada realisasi penjualan efek dimaksud tanpa memperhatikan apakah penjualan tersebut dilakukan melalui penawaran atau tidak. Media massa yang dimaksud adalah surat kabar, majalah, film, televise, radio dan media elektronik lainnya serta surat, brosur dan barang cetak lain yang dibagikan kepada lebih dari seratus pihak. Jumlah seratus pihak dalam penawaran efek dan lima puluh pihak dalam penjualan efek sebagaimana dimaksud dalam angka ini dapat berubah sesuai dengan perkembangan pasar modal. Perubahan tersebut ditetapkan lebih lanjut oleh Bapepam.
2.1.8 Keuntungan dan Kerugian Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) Perusahaan - perusahaan yang hendak melakukan penawaran umum perlu mempertimbangkan beberapa faktor untung dan rugi dari penawaran umum. Menurut Jogiyanto (2008) keuntungan dari penawaran umum, diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
2.
Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang, untuk perusahaan yang tertutup calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah going public, informasi keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham, untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya,
19
3.
pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah going public. Nilai pasar perusahaan diketahui, untuk alasan - alasan tertentu nilai pasar perusahaan perlu untuk diketahui.
Disamping keuntungan dari penawaran umum, Jogiyanto (2008) juga menjelaskan beberapa kerugiannya yaitu sebagai berikut ini : 1.
2.
3.
Biaya laporan yang meningkat, untuk perusahaan yang sudah going public setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan laporan kepada regulator. Laporan - laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil. Pengungkapan (disclosure), beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedang pemilik enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai. Ketakutan untuk diambil alih, manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan going public. Manajer perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer yang baru jika perusahaan diambil alih.
2.1.9 Penawaran Umum di Pasar Perdana dan Pasar Sekunder Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan umumnya menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditor berupa utang, pembiayaan bentuk lain, penerbitan surat-surat utang atau pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan istilah go public.
20
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan umumnya menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal, untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan untuk go public. Penjamin (underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan akan membantu dalam penentuan harga perdana saham serta membantu memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor. Secara teoritis, penawaran saham - saham di pasar perdana dapat terjadi kemungkinan penawaran harga yaitu : apakah emisi-emisi tersebut overpricing ataukah underpricing. Menurut Husnan (2005) untuk mengetahui apakah emisi saham perdana overpricing atau underpricing di bawah ini diuraikan dua alternatif pendekatan yang digunakan, yaitu : 1.
Dengan cara menaksir harga teoritis saham tersebut dibandingkan dengan harga yang ada di pasar perdana. Jika harga di pasar perdana lebih tinggi dari harga teoritis, saham tersebut dinilai overvalue. Sebaliknya, jika lebih rendah diklasifikasikan undervalue.
2.
Membandingkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari saham saham yang baru dijual tersebut dengan memperhatikan faktor risiko. Jika tingkat keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan, hal ini berarti nilai saham tersebut undervalue. Sebaliknya jika tingkat keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari tingkat keuntungan yang diharapkan maka saham tersebut undervalue.”
21
Pendekatan yang akan digunakan dalam menganalisis harga perdana ini adalah dengan membandingkan antara tingkat return sesungguhnya dengan tingkat return yang diharapkan sehingga : a.
Jika tingkat return sesungguhnya > return yang diharapkan, maka saham tersebut dikatakan sebagai saham yang undervalue.
b.
Jika tingkat return sesungguhnya < return yang diharapkan, maka saham tersebut dikatakan sebagai saham yang overvalue.
Pada dasarnya, hampir semua investor berminat untuk membeli saham di pasar perdana dengan harapan memperoleh keuntungan pada saat harga tersebut akan naik di pasar sekunder. Namun dalam prakteknya harga saham pada pasar perdana adalah harga yang terjadi karena hasil negoisasi antara penjamin emisi (underwriter) dengan calon emiten. Oleh karena itu, harga perdana ini disebut juga dengan harga negoisasi (negotiation price). Berbeda dengan pasar perdana, pasar sekunder adalah pasar yang terjadi ketika suatu efek dicatatkan dan diperdagangkan di bursa. Disebut sekunder karena pihak yang melakukan perdagangan adalah para pemegang saham dan calon pemegang saham. Uang yang mengalir dalam pasar sekunder, tidak lagi mengalir ke dalam perusahaan yang menerbitkan efek akan tetapi berpindah atau bergerak dari pemegang saham yang satu ke pemegang saham yang lain. Dengan demikian, emiten tidak berhubungan langsung dengan pasar sekunder, akan tetapi memiliki kepentingan atas naik turunnya harga saham di pasar sekunder. Sebagai tambahan, apabila dilihat dari segi kepentingan pemodal dalam membeli dan menjual saham, maka terdapat beberapa perbedaan antara
22
pasar perdana dan pasar sekunder seperti yang dijelaskan Veithzal Rivai (2007) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1 Perbedaan Pasar Perdana dan Pasar Sekunder
No Keterangan 1 Harga
Pasar Perdana Pasar Sekunder Tetap, ditentukan oleh Berfluktuasi, ditentukan oleh penerbit surat berharga pengaruh suuply dan demand 2 Biaya Tidak dikenai biaya komisi Dibebankan biaya komisi 3 Jangka Waktu Penjualan Terbatas Tidak Terbatas 4 Cara Memesan Dilaksanakan melalui agen Dilaksanakan oleh anggota bursa penjual
2.1.10 Kinerja Pengertian kinerja dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005), yaitu : “Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.” Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen Kinerja adalah keseluruhan kegiatan perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing - masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Sedangkan pengertian kinerja menurut Rivai dan Basri (2005) adalah : “Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama.” Jadi pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kegiatan operasional perusahaan berupa tindakan dan aktivitas suatu organisasi pada periode tertentu sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja adalah penilaian tingkat efektifitas dan efisiensi dari aktivitas organisasi.
23
2.1.11 Penilaian Kinerja Menurut Mulyadi (2005) tujuan utama dari penilaian kinerja adalah “Untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi.” Penilaian kinerja dapat digunakan sebagai media untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya, melalui umpan balik yang dihasilkan kinerja pada waktunya serta pemberian penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Penilaian kinerja dapat digunakan oleh seorang manajer untuk memperoleh dasar yang obyektif dalam memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang dilakukan masing - masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan
secara
keseluruhan.
Semua
ini
diharapkan
agar
dapat
memberimotivasi dan rangsangan pada masing - masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien. Menurut Mulyadi (2005), penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama yaitu: a.
b.
Tahap persiapan, terdiri dari tiga tahap rinci: 1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab. 2. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja. 3. Pengukuran kinerja sesungguhnya. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci: 1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar. 3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan 24
untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan. Menurut Hansen dan Mowen (2009), Ukuran kinerja diturunkan dari visi, strategi
dan
tujuan
perusahaan.
Ukuran
-
ukuran
tersebut
harus
diseimbangkan dengan ukuran lain yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ukuran Lag, berupa ukuran hasil dari usaha masa lalu. Ukuran Lead, berupa faktor yang menggerakkan kinerja masa depan. Ukuran Objektif, ukuran yang bisa langsung dihitung dan diverifikasi. Ukuran Subjektif, berupa ukuran yang lebih bersifat praduga. Ukuran Keuangan, ukuran yang dinyatakan dalam istilah moneter. Ukuran non keuangan, ukuran yang dinyatakan menggunakan unit unit non moneter. Ukuran Eksternal, berkaitan dengan pelanggan dan pemegang saham. Ukuran Internal, berkaitan dengan proses dan kemampuan menciptakan nilai bagi pelanggan.
Menurut Sony Yuwono, et all, (2007) Pengukuran kinerja yang efektif setidaknya harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Didasarkan pada masing masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai dengan perspektif pelanggan. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran - ukuran kinerja yang customer-validated. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan. Memberikan umpan balik untuk membantu masalah-masalah yang ada kemungkinan perbaikan.
2.1.12 Manfaat Penilaian Kinerja Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis yang dikutip oleh Suwatno (2011) mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu: a.
Performance Improvement, yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja.
25
b.
c. d.
e. f. g.
h. i.
j.
Compensation Adjustment, yaitu membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya. Placement Decision, yaitu menentukan promosi, transfer dan demotion. Training and Development Needs, yaitu mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal. Carrer Planning and Development, yaitu memandu untuk menentukan jeniskarir dan potensi karir yang dapat dicapai. Staffing Process Deficiencies, yaitu mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai. Informational in accuracies and job–designerrors, yaitu membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi jobanalysis,job-design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia. Equal employment opportunity, yaitu menunjukkan bahwa placement decision tidak diskriminatif. External challenges. Kadang - kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan dan lain - lainnya. Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian kinerja, faktor - faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai. Feedback, yaitu memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi pegawai itu sendiri.
2.1.13 Karakteristik dalam Pengukuran Kinerja Menurut Gasperz (2005), karakteristik yang biasa digunakan oleh organisasi kelas dunia untuk mengevaluasi
sistem pengukuran kinerja
menggunakan Balance Scorecard adalah 1. 2.
Biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran kinerja tidak lebih besar daripada manfaat yang diterima. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program Balance Scorecard. Berbagai masalah yang berkaitan dengan kinerja beserta
26
kesempatan - kesempatan untuk meningkatkannya harus dirumuskan secara jelas. 3. Pengukuran harus terkait langsung dengan tujuan - tujuan strategis yang dirumuskan. Setiap tujuan strategi yang dirumuskan dalam kisi strategis (strategic grid) harus memiliki paling sedikit satu pengukuran. 4. Pengukuran harus sederhana serta memunculkan data yang mudah untuk digunakan, mudah dipahami, dan mudah melaporkannya. 5. Pengukuran harus dapat diulang terus - menerus, sehingga dapat diperbandingkan antara pengukuran pada satu titik waktu dan pengukuran pada waktu titik yang sama. 6. Pengukuran harus dilakukan pada sistem secara keseluruhan, yang menjadi ruang lingkup Balance Scorecard. 7. Pengukuran harus dapat digunakan untuk mencapai target, mengarah ke peningkatan keinerja di masa mendatang. 8. Ukuran - ukuran kinerja dalam program Balance Scorecard yang diukur itu seharusnya telah dipahami secara jelas oleh semua individu yang terlibat, terutama mengenai keterkaitan ukuran - ukuran kinerja itu dengan sasaran program Balance Scorecard. 9. Pengukuran seharusnya melibatkan semua individu yang berada dalam proses terlibat dalam program Balance Scorecard. 10. Pengukuran harus diterima dan dipercaya sebagai sahih (valid) oleh mereka yang akan menggunakannya. Hal ini berarti data sebagai hasil pengukuran harus akurat, dapat diandalkan, dapat diversifikasi, dan lain - lain. 11. Pengukuran harus berfokus pada tindakan korektif dan peningkatan, bukan sekadar pada pemantau (monitoring) atau pengendalian. Berdasarkan hal tersebut, Balance Scorecard merupakan suatu tools yang efektif saat ini digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan baik itu dari keuangan maupun non keuangan. 2.1.14 Penilaian Kinerja Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia, kriteria kinerja bank yang ideal jika dilihat dari sisi keuangan yaitu :
27
No. Rasio 1 NPL 2 LDR
3 ROA
4 BOPO
Tabel 2.2 Tingkat Kesehatan Bank Ketentuan Keterangan PBI No.6/9/PBI/2004; SE BI No.6/73/INTERN < 5% DPNP tanggal 24 Desember 2004 75% - 85% PBI No.6/10/PBI/2004; SE BI No.6/23 DPNP tanggal 31 Mei 2004 ≥ 2% = Sangat Baik 1,25% - 2% = Baik 0,5% - 1,25% = Cukup Baik PBI No.6/10/PBI/2004 0% - 0,5% = Kurang Baik ≤ 0% = Tidak Baik PBI No.6/10/PBI/2004; SE BI No.6/23 DPNP 92% - 94% tanggal 31 Mei 2004
5 Profit Margin
2.1.15 Konsep Balance Scorecard (BSC) Pada awalnya, Balanced Scorecard diciptakan untuk mengatasi problem tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang hanya berfokus pada perspektif keuangan saja dan cenderung mengabaikan perspektif non keuangan. Menurut Kaplan dan Norton (2000), menyimpulkan bahwa hasil studinya tersebut untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan / konsumen, proses internal bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard (BSC) terdiri dari dua kata yaitu Balanced dan Scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan datang sedangkan balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur kinerja seseorang diukur secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern (Mulyadi, 2005).
28
Menurut Mulyadi (2005) keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan strategis adalah mampu menghasilkan rencana strategi yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Komprehensif Koheren Seimbang Terukur.
2.1.16 Perspektif Balanced Scorecard (BSC) Metode Balanced Scorecard memberikan kerangka komprehensif untuk menjabarkan visi ke dalam sasaran - sasaran strategi. Sasaran - sasaran strategi yang komprehensif dapat dirumuskan karena metode Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton : 2000) menggunakan empat perspektif : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Ringkasan penjabaran dari keempat perspektif itu adalah sebagai berikut : 1. 2.
3.
4.
Financial Perspective, memberikan sasaran keuangan yang perlu dicapai oleh organisasi dalam mewujudkan visinya. Customer Perspective, memberikan gambaran segmen pasar yang ditujudan pelanggan beserta tuntutan kebutuhan yang dilayani oleh organisasi dalam upaya untuk mencapai sasaran keuangan tertentu. Internal and Proses Business Perspective, memberikan gambaran proses yang harus dibangun untuk melayani pelanggan dan untuk mencapai sasaran keuangan tertentu. Learning and Growth perspective, merupakan pemacu untuk membangun kompetensi personel, prasarana sistem informasi dan suasana lingkungan kerja yang diperlukan untuk mewujudkan sasaran keuangan, pelanggan, proses bisnis internal.
2.1.17 Karakteristik Balance Scorecard (BSC) Kaplan dan Norton (2000) menyebutkan bahwa Balanced Scorecard merupakan sebuah sistem manajemen untuk mengimplementasikan strategi,
29
mengukur kinerja yang tidak hanya dari sisi finansial semata melainkan juga melibatkan sisi non finansial, serta untuk mengkomunikasikan visi, strategi dan kinerja yang diharapkan. Dengan kata lain pengukuran kinerja tidak dilakukan semata - mata untuk jangka pendek saja, tetapi juga untuk jangka panjang. Sehingga suatu organisasi menggunakan fokus pengukuran Balanced Scorecard dalam rangka untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting, yaitu: a.
Menterjemahkan Visi Dan Misi Organisasi Untuk menentukan ukuran kinerja perusahaan, visi organisasi dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh organisasi di masa mendatang yang biasanya dinyatakan dalam suatu pernyataan atau beberapa kalimat singkat. Untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, perusahaan perlu merumuskan suatu strategi. Tujuan adalah kondisi perusahaan yang akan diwujudkan di masa mendatang dan merupakan penjabaran lebih lanjut visi perusahaan yang mana menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk merumuskannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini dijabarkan ke dalam sasaran sasaran strategik dengan ukuran - ukuran pencapaiannya.
b.
Komunikasi dan hubungan Balanced Scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen karena oleh tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu, Balanced
30
Scorecard menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari tiga kegiatan : 1. 2. 3. c.
Comunicating and educating Setting Goals Linking Reward to Performance Measures
Rencana Bisnis Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi saat mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai keunggulannya masing - masing saling bersaing antara satu dengan yang lainnya. Keadaan tersebut membuat manajer mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan ide - ide yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Akan tetapi dengan menggunakan Balanced Scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan ke arah tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
d. Umpan Balik dan Pembelajaran Proses keempat ini akan memberikan strategic learning kepada perusahaan. Dengan Balanced Scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek, dari tiga perspektif yang ada yaitu : konsumen, proses bisnis internal
31
serta pembelajaran dan pertumbuhan untuk dijadikan sebagai umpan balik dalam mengevaluasi strategi. Gambar 2.2 Balanced Scorecard Sebagai Strategi Dalam Suatu Manajemen Memperjelas dan Menerjemahkan Visi dan Strategi Memperjelas Visi Menghasilkan Konsensus
Mengkomunikasikan dan menghubungkan Mengkomunikasikan dan mendidik Menetapkan tujuan Mengaitkan imbalan dengan ukuran kinerja tonggak
Balance Scorecard
Merencanakan dan Menetapkan Sasaran Menetapkan sasaran Memadukan inisiatif strategis Mengalokasikan sumber daya Menetapkan tonggak – tonggak penting
Umpan Balik dan Pembelajaran Strategis Mengartikulasikan visi bersama Memberikan umpan balik strategis Memfasilitasi tinjauan ulang dan pembelajaran strategis
Kaplan dan Norton. 2000
Balanced Sorecard merupakan sekelompok tolok ukur kinerja yang terintegrasi yang berasal dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan di seluruh organisasi. Suatu strategi pada dasarnya merupakan suatu teori tentang bagaimana mencapai tujuan organisasi. Dalam pendekatan Balanced Scorecard, manajemen puncak menjabarkan strateginya kedalam tolak ukur kinerja sehingga karyawan memahaminya dan dapat melaksanakan sesuatu untuk mencapai strategi tersebut (Wijaya, 2009).
32
2.1.18 Hubungan Balanced Scorecard (BSC) dengan Kinerja Dalam Balanced Scorecard dibagi empat sudut pandang. Pengelompokan key success factors dapat dilakukan menurut empat sudut pandang yang dijelaskan sebagai berikut : 1.
Financial Perspective Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yaitu : a. Kualitas Aset - NPL (Non Performing Loan) Merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan dengan rumus : NPL
=
Kualitas Produktif Bermasalah Aktiva Produktif
b. LDR (Loan to Deposit Ratio)
adalah rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dana pihak ketiga seperti tabungan, giro dan deposito) dengan rumus :
LDR =
Total Kredit yang diberikan Total dana pihak ketiga
x
100%
c. Return On Asset (ROA) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari seluruh aktiva yang dimiliki dengan rumus : Return On Assets
=
Laba Sebelum Pajak Total Aktiva
33
d. Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya atau rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional dengan rumus :
BOPO =
Biaya (Beban) Operasional Pendapatan Operasional
e. Net Profit Margin Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan dengan rumus :
Net Profit Margin 2.
=
Laba Setelah Pajak Penjualan
Customer Perspective Berdasarkan Jurnal Penelitian Venda Arsema Laksmita (2011), pengukuran yang dilakukan pada perspektif pelanggan adalah : a.
Kepuasan Nasabah. Mengukur dan mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan nasabah atas pelayanan yang diberikan oleh bank bjb. Untuk mengetahui menggunakan kuesioner skala likert. Kepuasan Nasabah
=
Jumlah total nilai rata - rata responden Total pernyataan responden
34
b. Market Share. Market share digunakan untuk mengetahui seberapa luas tingkat pemasaran.
Market Share =
Total Penjualan bank bjb Total Penjualan bank di Indonesia
c. Profitabilitas Konsumen. Untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang diperoleh bank bjb dari produk yang ditawarkan kepada konsumen (nasabah) dengan rumus :
Profitability =
Laba bersih sebelum pajak x 100% Penjualan bersih
3. Internal Business Process Perspective Berdasarkan Jurnal Penelitian Venda Arsema Laksmita (2011), pengukuran yang dilakukan untuk perspektif proses bisnis internal adalah : a.
Tingkat Inovasi Perusahaan / Network Growth Ratio (NGR) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan produk jasa yang baru terhadap total jasa yang ditawarkan.
NGR = b.
Delta Unit Kerja x 100% Total Unit Kerja
Proses Operasi PelayananAETR Untuk mengukur seberapa besar tingkat kualitas pelayanan yang diberikan kepada nasabah. AETR =
Biaya Administrasi x 100% Total Pendapatan
35
4. Learning and Growth Perspective Berdasarkan Jurnal Penelitian Venda Arsema Laksmita (2011), pengukuran yang dilakukan untuk Learning and Growth Perspective adalah : a. Tingkat Kepuasan Karyawan Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kepuasan karyawan selama bekerja dalam suatu perusahaan. Untuk mengetahui
tingkat
kepuasan
karyawan
dengan
kuesioner
menggunakan skala likert.
Kepuasan Karyawan =
Total nilai rata - rata responden x 100% Jumlah pernyataan responden
b. Tingkat Produktivitas Karyawan Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas kerja karyawan perusahaan dalam bekerja pada bank bjb.
Produktivitas Karyawan =
Penjualan Bersih x 100% Total keuntungan jasa
c. Tingkat Pelatihan Karyawan Tolok ukur digunakan untuk mengukur seberapa sering perusahaan memberikan pelatihan dan pengembangan kepada sumber daya manusia yang dimilikinya.
Karyawan Terampil =
Total Karyawan yang memperoleh pelatihan Total Karyawan
2.1.19 Evaluasi Kinerja Perbankan Saat ini lingkungan perbankan lebih kompetitif, sehingga menyebabkan lembaga - lembaga perbankan untuk mengevaluasi secara hati - hati risiko yang 36
ditanggung dalam melayani kebutuhan - kebutuhan publik. Kelompok - kelompok yang berkepentingan dalam mengevaluasi kinerja bank: 1.
Para pemegang saham : pihak - pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh kinerja bank.
2.
Manajemen bank : pihak yang dievaluasi atas basis sebaik bagaimana kinerja bank relatif terhadap tahun sebelumnya dan dibanding dengan bank - bank sejenis.
3.
Regulator : pihak yang berkepentingan dengan keamanan dan kesehatan sistem perbankan dan penjagaan kepercayaan publik.
4.
Para deposan : pihak yang berkepentingan dengan bagaimana bank bekerja, khususnya jika jumlah deposito mereka tidak dijamin dan harus bergantung pada dana bank bagi kelangsungan operasi mereka.
5.
Komunitas bisnis dan publik umum : pihak yang berkepentingan dengan kinerja bank untuk perluasan akses kredit & jasa keuangan mereka.
Pengukuran akhir kinerja bank adalah nilai saham biasanya. Faktor - faktor internal adalah area manajemen bank yang para pegawai dan staf bank mempunyai kontrol yang cukup. Faktor - faktor eksternal adalah aspek - aspek lingkungan pasar bank yang manajemen tidak mempunyai kontrol langsung. Tiga aspek kinerja internal : 1.
Perencanaan bank,
2.
Teknologi, dan
3.
Pengembangan pegawai.
37
Langkah pertama, perencanaan internal : tujuan - tujuan bank akan dinyatakan. Setiap tujuan bank dikembangkan, mereka diterjemahkan dalam sasaran - sasaran yang spesifik dan dapat dikuantifikasi. Dengan sasaran - sasaran yang dikuantifikasi, manajemen memformalkan proses perencanaan. Perencanaan bank secara formal dinyatakan dalam: 1. anggaran dan 2. perencanaan strategik. Anggaran / perencanaan profit : pernyataan mendalam yang diharapkan untuk menurunkan tujuan - tujuan ini pada level departemen bank. Perencanaan strategik mencoba untuk mengantisipasi perkembangan kondisi - kondisi internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pencapaian atas sasaran - sasaran bank dalam jangka panjang. Perencanaan strategik berkaitan dengan efektivitas dalam mencapai sasaran - sasaran, sedangkan anggaran berfokus pada efisiensi biaya. Langkah kedua, teknologi : otomasi operasi dapat mengembangkan kinerja internal dalam sejumlah cara, misalnya: a.
Penyediaan informasi yang lebih tepat waktu & akurat.
b.
Jasa-jasa keuangan yang terotomasi. Dalam jangka panjang, otomasi dapat mengurangi biaya operasi.
Langkah ketiga, pengembangan pegawai : dilakukan karena bank - bank komersial mensyaratkan angkatan kerja dengan keahlian tinggi. Pelatihan yang berkelanjutan bagi pegawai untuk menyesuaikan dengan perubahan - perubahan dalam regulasi bank adalah penting. Kinerja eksternal tercermin dalam kemampuan bank untuk secara sukses menanggulangi para pelanggan, pesaing, regulator dan publik.
38
2.1.20 Penilaian Kinerja Bank Setelah IPO Produktifitas yang dilakukan perusahaan sebagai kemampuan perusahaan untuk memberikan nilai terhadap perusahaan adalah kinerja perusahaan. Penilaian kinerja sangat penting bagi perusahaan yang telah go public. Perusahaan go public adalah perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga dituntut untuk meningkatkan kinerjanya. Pada prinsipnya setiap perusahaan yang melakukan IPO bertujuan untuk menghimpun dana dari masyarakat melalui pelepasan saham. Dengan adanya penyertaan saham dari masyarakat ini, akan membantu bank dalam pemenuhan modal. Namun yang jadi permasalahannya adalah penghimpunan dana dari masyarakat apakah berdampak positif terhadap kinerja keuangan bank dan peningkatan laba bank khususnya, hal ini masih perlu dilakukan penilaian dan analisa yang mendalam terhadap laporan keuangan tersebut. Maka dari itu, diperlukan suatu tools untuk mengukur kinerja tersebut.
2.2
Kerangka Pemikiran Bertambahnya modal yang dapat dihimpun dalam suatu periode oleh suatu
perekonomian akan dapat menaikkan pendapatan nasional dan kesempatan kerja bagi perekonomian tersebut. Modal yang tersedia dalam perekonomian mempunyai hubungan positif dengan pendapatan nasional. Jika pada suatu periode terjadi pertambahan modal (Investasi), pendapatan nasional akan meningkat. Demikian juga dengan penanaman modal (Investasi) pengaruhnya terhadap kesempatan kerja. Semakin banyak penanaman modal terjadi, maka
39
semakin bertambah pula tenaga kerja yang dibutuhkan. Kesempatan kerja meningkat dan pendapatan masyarakat tersebut akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Hal ini akan mendorong sektor perusahaan untuk meningkatkan kegiatan usahanya dan perekonomian nasional (produk nasional) akan mengalami perkembangan. Pemerataan hasil - hasil pembangunan dapat diciptakan dari adanya pendistribusian kepemilikan perusahaan kepada masyarakat melalui penjualan saham perusahaan di pasar modal. Jika kinerja perusahaan yang menjual saham ke masyarakat (go public) meningkat, masyarakat akan menerima penghasilan dari saham yang dimiliki berupa deviden dan capital gain. Sebagaimana layaknya suatu perusahaan yang setiap saat atau secara berkala perlu melakukan analisis terhadapa kinerja perusahaan tersebut, demikian pula halnya dengan bank yang selain untuk kepentingan manajemen, pemilik ataupun pemerintah (melalui Bank Indonesia) sebagai upaya untuk mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus untuk memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnisnya untuk masa yang akan datang. Analisis kinerja ini dilakukan meliputi seluruh aspek, baik operasional maupun non operasional bank tersebut. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja suatu bank yang juga lazim dianut oleh bank - bank di dunia, selain yang umum berlaku di Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang dikenal dengan “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank”. Kinerja keuangan perusahaan perlu diukur dan dievaluasi untuk menentukan sejauh mana keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai
40
tujuannya. Dalam hal ini peneliti perlu menganalisis kinerja bank bjb dengan menggunakan metode Balance Scorecard (BSC), dimana nantinya melalui pengukuran ini diharapkan akan menghasilkan informasi mengenai kinerja perusahaan sehingga kinerja tersebut dapat diukur dan dievaluasi, dimana dari hasil pengukuran tersebut dapat diperoleh informasi yang nantinya akan sangat dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan. Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank senantiasa disesuaikan agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya, baik saat ini maupun waktu yang akan datang. Bagi perbankan, hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang. Sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank. Berdasarkan uraian diatas, dapat kami sampaikan kerangka pemikiran sebagai berikut : Customer Perspective Kepuasan Nasabah Market Share Profitabilitas Konsumen
Internal and Business Process Persepective NGR AETR
Learning & Growth Perspective Kepuasan Karyawan Produktivitas Karyawan Pelatihan Karyawan
Balance Scorecard (BSC)
Financial Perspective NPL LDR Profit Margin ROA BOPO
Evaluasi Kinerja setelah IPO
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran (Sumber dari Jurnal Venda Arsenia Laksmita Universitas Diponegoro Semarang)
41
Tabel 2.3 Jurnal Penelitian Sebelumnya
Author Tahun Adhisyah 2011 fitri Evalina Ikhsan
Venda Arsenia Laksmita
2011
Judul Analisa kinerja perusahaan : sebelum dan sesudah Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio Operating Return On Asset, Operating Cash Flow, Sales Growth, Total Asset Turn Over, Cash Flow to Net Income dan Cash Flow Return On Sales sebelum dan sesudah melakukan IPO. Analisa Berdasarkan Pengukuran pada hasil Kinerja pengukuran tiap Perusahaan perspektif dalam dengan Balanced Metode Scorecard Bank Balance Jateng Cabang Scorecard Utama (Studi Semarang Kasus pada konsisten pada PT. Bank perspektif Jateng nonkeuangan. Cabang Sedangkan, pada Utama hasil Semarang) pengukuran kinerja secara keseluruhan dengan Balanced Scorecard, Bank
Perbedaan Objek Penelitian berbeda
Persamaan Menggunak an Metode yang sama yaitu Balance Scorecard dan mengalami penurunan kinerja perusahaan serta metode analisis data menggunak an uji ratarata (Paired T-Samples)
Objek Penelitian berbeda dan Uji Analisis Data yang digunakan oleh Venda Arsenia Laksmita dalam penelitian ini adalah uji analisis faktor sedangkan Peneliti menggunak an Paired TSamples
Menggunak an Metode yang sama yaitu Balance Scorecard
42
Nur Inayah
2013
Jateng Cabang Utama Semarang lebih konsisten pada perspektif keuangan dan tidak konsisten dengan perspektif nonkeuangan. Hal ini disebabkan Bank Jateng Cabang Utama Semarang belum menerapkan Balanced Scorecard dengan komprehensif, koheren, seimbang dan terukur. Analisa Berdasarkan Objek Kinerja analisis yang Penelitian Keuangan dilakukan berbeda Perusahaan terhadap tingkat Sebelum kesehatan dan finansial PT. Sesudah Go Jasa Marga Tbk, Public di PT maka dapat Jasa Marga diambil kesimpulan sebagai berikut : Secara keseluruhan ditinjau dari tren likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Jasa Marga Tbk pada periode sesudah go
Menggunak an Metode yang sama yaitu Balance Scorecard dan Metode Penelitian menggunak an pendekatan Kualitatif
43
public lebih baik dan lebih sehat dibanding dengan periode sebelum go public. Meskipun hanya tingkat solvabilitas yang menurun dibanding dengan periode sebelum go public. Akan tetapi jika ditinjau dari tren tingkat kesehatan finansial berdasarkan skor menurut SK menteri BUMN No: KEP100/MBU/2002 ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Jasa Marga Tbk pada periode sesudah go public lebih baik dan lebih sehat dibanding dengan periode sebelum go public tanpa terkecuali.
44
2.3
Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat
perbedaan
Kinerja
sebelum
dan
setelah
IPO
berdasarkan metode Balance Scorecard (BSC) pada bank bjb”. 2.3.1 Hipotesis Kerja 1.
Financial Ha1 = Jika NPL setelah IPO
NPL sebelum IPO, maka hipotesis diterima. Ha3 = Jika ROA setelah IPO > ROA sebelum IPO,maka hipotesis diterima. Ha4 = Jika BOPO setelah IPO < BOPO sebelum IPO, maka hipotesis diterima. Ha5= Jika Net Profit Margin setelah IPO > Net Profit Margin sebelum IPO, maka hipotesis diterima.
2. Customer Ha1 = Jika Kepuasan Nasabah setelah IPO > Kepuasan Nasabah sebelum IPO, maka hipotesis diterima. Ha2 = Jika Market Share setelah IPO > Market Share sebelum IPO, maka hipotesis diterima.
45
Ha3 = Jika Profitabilitas Konsumen setelah IPO > Profitabilitas Konsumen sebelum IPO, maka diterima. 3. Internal Business Process Ha1 = Jika Tingkat Inovasi Perusahaan setelah IPO > Tingkat Inovasi Perusahaan sebelum IPO, maka hipotesis diterima. Ha2 = Jika Proses Operasi Pelayanan setelah IPO > Proses Operasi Pelayanan sebelum IPO, maka hipotesis diterima. 4. Leaning and Growth Ha1 = Jika Kepuasan Karyawan setelah IPO > Kepuasan Karyawan sebelum IPO, maka hipotesis diterima. Ha2 = Jika Produktivitas Karyawan setelah IPO > Produktivitas Karyawan sebelum IPO, maka hipotesis diterima. Ha3 = Pelatihan Karyawan setelah IPO > Kepuasan Karyawan sebelum IPO, maka Hipotesis diterima.
46