BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A.
Teori Keagenan Menurut
Mardiyanto
(2009:6),Biaya
keagenan
timbul
akibat
ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham dan manajer serta antara pemegang saham dan kreditor. Pemegang saham adalah pemberi mandat (principal), sedangkan manajer adalah pelaksana (agent). Agency Theory atau biaya keagenan menurut Michael C. Jensen dan Wiliam H. Meckling dalam Joni dan Lina (2010) yang menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan (principal). Biaya agensi menurut Mayangsari dalam Joni dan Lina (2010) adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham. Pengawasan manajemen dapat dilakukan dengan audit laporan keuangan dan pembatasan pembuatan keputusan manajemen. Konsep agency theory menurut dalam Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang
8
9
modalnya terdiri atas saham, Pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka. Menurut Tarjo (2005) dalam Joni dan Lina (2010) ada tiga cara untuk meminimalkan biaya keagenan yaitu 1. Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen 2. Mengurangi free cash flow yang dikuasai manajemen, salah satu caranya dengan pembagian dividen 3. Meningkatkan leverage perusahaan. Menurut Eisenhardtdalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest),manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunictis dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Sebagai pelaksana, manajer seharusnya juga memiliki tujuan yang sama dengan pemegang sahamnya, yakni memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Akan tetapi karena manajer hanya mempunyai sebagian kecil saham perusahaan (kurang dari 100%), rasa memiliki perusahaan pada dirinya cenderung melemah.
10
Dampaknya manajer tidak ingin memaksimalkan kekayaan pemegang saham, tetapi justru memaksimalkan keuntungan pribadinya. Adanya ketidakselarasan tujuan antara manajer dan pemegang saham pada akhirnya
menimbulkan
biaya
keagenan.
Pemegang
saham
kini
harus
mengeluarkan sejumlah biaya yang meliputi : 1) Biaya pemantauan kinerja manajer 2) Biaya penataan struktur organisasi 3) Biaya oportunitas (opportunity cost), yakni biaya yang timbul karena perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang bisnis secara cepat dan tepat (akibat bebijakan manajer tidak sejalan dengan kebijakan pemegang saham).
Menurut Mardiyanto (2009:7) terdapat tiga bentuk mekanisme untuk mengatasi masalah keagenan, yaitu 1) Ancaman pemecatan Manajer terancam dipecat dari jabatannya, jika bertindak tidak sesuai dengan kebijakan pemegang saham. Akan tetapi, ancaman itu mungkin menjadi kurang efektif apabila kepemilikan saham tersebar pada banyak pemegang saham. 2) Ancaman pengambilalihan Apabila perusahaan diambil alih, manajer biasanya juga diganti oleh perusahaan
yang
pengambilalihan
mengambil itu
dapat
alih.
Dengan
digunakan
demikian
pemegang
ancaman
saham
untuk
11
mengingatkan manajer agar bertindak sesuai dengan tujuan pemegang saham. 3) Penataan Insentif Manajer Manajer agar menyeleraskan tujuannya dengan tujuan pemegang saham, pihak pemegang saham merancang berbagai insentif yang diharapkan akan meningkatkan komitmen manajer terhadap perusahaan. Biaya keagenan (agency cost) dalam kaitannya dengan leverage dan struktur modal, biaya keagenan timbul akibat ketidakselarasan kepentingan antara pemilik dan kreditor. Selaku pemilik uang, kreditor merasa perlu mengatur pemilik perusahaan sedemikian rupa sehingga uang dipinjamkan dapat kembali berikut bunganya. Beberapa bentuk pengaturan dari pihak kreditor, antara lain menentukan jenis dan jumlah kolateral, menetapkan tingkat likuiditas minimum (yang bisa memberi konsekuensi kepada para pemilik untuk mengurangi eksapansi bisnis) dan memutuskan secara ketat jumlah deviden yang dibayarkan. Segala macam aturan dari pihak kreditor ini sesungguhnya merupakan beban bagi pemilik yang diterimanya dari penghematan pajak. (Mardiyanto 2009)
B.
Struktur Modal
1.
Pengertian Struktur Modal Menurut Mardiyanto (2009:258) menyatakan struktur modal (capital
structure) didefinisikan sebagai komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan. Dengan demikian, struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi oleh utang jangka
12
pendek. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan). Sementara itu, utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Struktur modal menurut Gitman (2009) adalah “The Mix of long term debt and equity maintained by the firm”. Struktur modal perusahaan menggunakan perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Ada dua macam tipe modal menurut Gitman (2009) yaitu modal hutang (debt capital) dan modal sendiri (equity capital). Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau pendanaan sumebr yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berdiri dari dalam dan luar perusahaan (Ahmad Rodoni dan Herni Ali 2010:137). Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sedangkan modal sendiri adalah modal yang berasal dari pihak internal perusahaaan. Modal sendiri terbagi atas laba ditahan serta penyertaan kepemilikan perusahaan. Dengan kata lain struktur modal merupakan gambaran kebijaksanaan manajemen perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah ini mempunyai kaitan erat kapitalisasi. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan sangat mempengaruhi nilai perusahaan sumber dana internal perusahaan berasal dari kreditur dan pemilik
13
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan.
2.
Faktor-Faktor dalam Melakukan Struktur Modal
Menurut Brigham dan Houston (2011:188-189) faktor-faktor ketika melakukan keputusan struktur modal adalah : 1) Stabilitas Penjualan Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara aman mengambil utang dalam jumlah yang besar dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaannya yang penjualannya tidak stabil. 2) Struktur Aset Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Aset umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara tidak untuk asset dengan tujuan khusus. 3) Leverage Operasi Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko usaha yang lebih rendah. 4) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal eketernal. Selain itu biaya emisi yang berkaitan dengan
14
penjualan saham biasa akan melebihi emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual utang, mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang, namun pada waktu bersamaan, perusahaan tersebut sering kali menghadapi ketidakpastian yang lebih tinggi, cenderung akan menurunkan keinginan mereka untuk menggunakan utang. 5) Profitabilitas Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam junlah yang relatif tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal. 6) Pajak Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Jadi makin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka makin besar keunggulan total. 7) Kendali Pengaruh utang dibandingkan saham pada kondisi kendali suatu perusahaan dapat mempengaruhi struktur modal. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika situasi keuangan perusahaan begitu lemah sehingga penggunaan utang mungkin dapat membuat perusahaan menghadapi risiko gagal bayar, karena jika perusahaan gagal bayar, manajer kemungkinan akan kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi jika utang yang digunakan terlalu sedikit, manajemen menghadapi risiko pengambilalihan.
15
Jadi, pertimbangan kendali dapat mengarah pada penggunaan baik itu utang maupun ekuitas karena jenis modal yang memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan bervariasi dari situasi ke situasi yang lain. Apa pun kondisinya,
jika
manajemen
merasa
tidak
aman,
maka
manajemen
mempertimbangkan situasi kendali 8) Sikap Manajemen Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur modal akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur modal yang lain. Manajemen dapat melaksanakan pertimbangannya sendiri tentang struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif dibandingkan dengan yang lain, dan menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata perusahaan di dalam industrinya, sementara manajemen yang agresif menggunakan lebih banyak dalam usaha mereka untuk mendapat laba yang lebih tinggi. 9) Sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat. Tanpa mempertimbangkan analisis manajemen sendriri atas faktor leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat sering kali akan mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan sering kali akan membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat. 10) Kondisi pasar. Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting pada struktur modal optimal suatu perusahaan.
16
11) Kondisi Internal Perusahaan Kondisi internal suatu perusahaan sendiri juga dapat berpengaruh pada sasaran struktur modalnya. Perusahaan tersebut tidak menerbitkan saham, perusahaan tinggi terwujud dan tercermin pada harga saham. Selanjutnya perusahaan dapat menjual penerbitan saham biasa, menggunakan hasilnya untuk melunasi utang, dan kembali kepada sasaran struktur modalnya. 12) Fleksibilitas Keuangan Fleksibilitas keuangan jika dilihat dari sudut pandang operasional, berarti mempertahankan kecukupan “kapasitas pinjaman cadangan”. Menentukan cadangan memadai adalah sesuatu yang dilakukan berdasarkan pertimbangan, tetapi dengan jelas bergantung pada faktor-faktor yang termasuk kebutuhan dana yang diramalkan perusahaan, perdiksi kondisi pasar modal, keyakinan manajemen akan hasil ramalannya dan konsukensi dari kurangnya modal.
3.
Teori Struktur Modal
a.
Teori Modiglani dan Merton Miller Menurut Mardiyanto(2009:261) MM menggunakan beberapa asumsi untuk
menopang dalilnya yaitu individu dan perusahaan dapat meminjam atau meminjamkan pada tingkat bunga pasar yang sama, tidak ada risiko kebangkrutan dan tidak ada biaya transaksi atau hambatan untuk memperoleh informasi. Menurut Brigham dan Houston (2011:179) teori struktur modal modern bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modiglani dan Profesor Merton Miller (selanjutnya disebut MM) menerbitkan apa yang disebut sebagai artikel
17
keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan dengan sekumpulan asumsi yang patut dipertanyakan, bahwa nilai sebuah perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Atau dengan kata lain hasil yang diperoleh oleh MM menyatakan bahwa bagaimana cara perusahaan akan mendanai operasinya tidak memiliki pengaruh, sehingga struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan. Akan tetapi, asumsi-asumsi yang nenjadi dasar studi MM bukanlah asumsi yang realistis, sehingga hasil yang mereka peroleh boleh dipertanyakan. Brigham dan Houston (2011:179)menyatakan asumsi yang dikemukakan oleh Miller yaitu : 1. Tidak ada biaya pialang. 2. Tidak ada pajak. 3. Tidak ada biaya kebangkrutan. 4. Investor dapat meminjam dengan tingkat yang sama dengan perusahaan. 5. Seluruh investor memiliki informasi yang sama seperti manajemen tentang peluang investasi perusahaan dimasa mendatang. 6. EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang.
Merton Miller memodifikasi pernyataan tahun 1963 tanpa Modiglani, Miller memasukkan
dampak
pajak
pribadi.
Miller
mencatat
bahwa
obligasi
membayarkan bunga, yang dikenakan pajak sebagai penghasilan pribadi dengan tarif maksimal sampai 35 persen, sementara penghasilan dari saham sebagian berasal dari devidendan sebagian dari keuntungan modal. Selain itu, keuntungan
18
modal jangka panjang dikenakan pajak dengan tarif maksimum 15 persen, dan pajak ini dapat ditangguhkan sampai saham terjual dan keuntungannya direalisasikan (Brigham dan Houston, 2011:181). Miller mengemukakan bunga sebagai pengurang pajak menguntungkan penggunaan pendanaan utang tetapi perlakuan pajak atas penghasilan dari saham yang lebih menguntungkan penggunaan pendanaan ekuitas (Brigham dan Houston, 2011:181). Hasil M&M yang tidak relevan juga bergantung pada asumsi bahwa perusahaan tidak akan bangkrut, sehingga biaya kebangkrutan adalah tidak relevan. Biaya kebangkrutan memiliki dua komponen yaitu probabilitas dan biaya yang timbul jika terjadi kesulitan keuangan.Suatu perusahaan yang labanya relatif tidak stabil, jika semua hal lain dianggap sama akan menghadapi peluang kebangkrutan yang lebih besar dan sebaiknya menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil dibangdingkan dengan perusahaan yang lebih stabil. Hal ini konsisten dengan pendapat MM dimana bahwa perusahaan dengan leverage operasi tinggi, dan risiko usaha yang lebih tinggi sebaiknya membatasi penggunaan leverage keuangan (Brigham dan Houston, 2011:182). Menurut Dermawan Sjahrial (2008:179) teori struktur modal dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1.
Teori Struktur Modal Tradisional yang terdiri dari : a.
Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach)
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan
19
perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan juga. Karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya hutang konstan maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang semakin kecil akibat penggunaan hutang yang semakin besar, nilai perusahaan semakin meningkat. b.
Pendekatan Laba Operasi (Net Operating Income Approach)
Pendekatan ini dilihat bahwa biaya rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dalampendekatan laba bersih. Kedua penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilikmodal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Konsekwensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting. c.
Pendekatan Tradisional (Tradisional Approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik tingkat bunga hutang maupun tingkat kapitalisasi relatif konstan, akan tetapi setelah leverage atau rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu meningkat.
20
C. Trade Off Theory Trade off theory atau teori pertukaran adalah teori struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan (Brigham dan Houston,2011:183). Menurut Myres perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade off theory dalam menentukan struktur modal modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapaiketika penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal.
D. Teori Sinyal Dalam teori Asymetric Information diterangkan bahwa dalam pasar selalu ditemukan informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, penambahan utang baru, misalnya memberikan informasi bahwa perusahaan dapat dipercaya oleh pihak peminjam, sedangkan penerbitan saham baru dapat dianggap
21
bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan dalam hal pendanaan. Beberapa pengujian membuktikan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap penambahan utang dan berpengaruh negatif terhadap penerbitan saham baru. Menurut Brigham dan Houston (2011:185) informasi asimetris (Asymmetric Information) ialah situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek peruasahaan dibandingkan dengan dimiliki oleh investor. MM mengasumsikan bahwa investor maupun manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan. Namun, pada kenyataanya manajer sering kali memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan dengan informasi luar. Hal ini disebut dengan informasi asimetris (symmetric information,), dan ia memiliki pengaruh penting pada struktur modal yang optimal (Brigham dan Houston, 2011:184-185).
E.
Struktur Aktiva
1.
Pengertian Aktiva Aktiva (asset) adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Kriteria utama suatu aktiva (asset) adalah manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam asset tersebut, yaitu potensi untuk menberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung arus kas atau setara kas kepada entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang
22
produktif, dan dapat menghasilkan kas atau setara kas, atau mampu mengurangi pengeluaran kas atau menurunkan biaya. Aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan. Bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan dengan jelas diukur dalam satuan uang dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang kas. Menurut Kasmir (2011:39) dalam Tambipi (2013) aktiva adalah harta atau kekayaan yang dimiliki perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu. Menurut Aliminsyah (2007:2) dalam Tambipi (2013) aktiva (asset) adalah semua benda yang berwujud yang mempunyai nilai utang, yang akan mendatangkan manfaat dimasa yang akan datang, atau secara umum aktiva dapat dikatakan sebagai kekayaan (sumber daya) yang dimiliki perusahaan. Menurut Herry (2012:137) aktiva dalam manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa dimasa lalu. Menurut SAK No.16 tahun 2004 yang dimaksud dengan aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa dimasa lalu darimana manfaat ekonomis dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Menurut Wild et.al. dalam Mardi (2008) dan Tambipi (2013) “aktiva merupakan sisi kiri dari persamaan akuntansi yang terkait dengan sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan.” Sedangkan aset menurut PSAK No. 18 paragraf 08 dalam Mardi (2008) adalah “sumber daya yang: (1) dikendalikan oleh
23
perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lampau; dan (2) bagi perusahaan diharapkan akan menghasilkan manfaat ekonomis di masa depan.” Sumber daya ini merupakan investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba di masa depan melalui aktivitas operasi. Aktiva tidak hanya terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang serta aktiva tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan.
2.
Jenis - jenis Aktiva
Menurut Herry (2012: 140) dalam Tambipi (2013) berdasarkan cara dan lamanya perputaran, aktiva atau kekayaan perusahaan dapat dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tidak lancar, a.
Aktiva Lancar Aktiva Lancar adalah harta atau kekayaan yang segara dapat diuangkanpada
saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun. Aktiva lancar merupakan aktivayang paling likuid dibandingkan dengan aktiva lainnya. Jika perusahaanmembutuhkan uang membayar sesuatu yang segera harus dibayar misalnya utangyang sudah jatuh tempo, atau pembelian suatu barang atau jasa, uang tersebutdapat diperoleh dari aktiva lancar terdiri dari antara lain kas, bank, surat-suratberharga, piutang, persediaan, sewa dibayar dimuka, dan aktiva lancar lainnya.Penyusunan aktiva lancar ini biasanya dimulai dari aktiva yang paling lancar,artinya yang paling mudah untuk dicairkan, (Kasmir, 2008: 39).
24
Menurut Herry (2012:141) dalam Tambipi (2013) menjelaskan aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnyayang diharapkan akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsidalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan,tergantung mana yang paling lama. Untuk aktiva yang tergolong lancar, urutan penyajian dineraca haruslah berdasarkan pada urutan tingkat likuiditas. Kas merupakan aktiva yang paling likuid (lancar), lalu diikuti dengan investasi jangka pendek, piutang, persediaan, dan biaya dibayar dimuka. Pos-pos aktiva lancar dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya, sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuidsampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Menurut Hery (2012: 142-147), jenis aktiva termasuk didalam kelompok aktiva lancar antara lain: 1) Kas dan setara kas, karena kas merupakan aktiva yang paling likuid yang dimiliki perusahaan kas akan diurut atau ditempatkan sebagai komponen pertama dari aktiva lancar dalam neraca. Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos (kiriman uang lewat pos, money orders), dan deposit. Beberapa perusahaan menggunakan istilah “kas dan setara kas” dalam melaporkan kasnya. Kas sendiri terdiri dari uang kas yang disimpan dibank (cash in bank) dan uang kas yang tersedia di perusahaan (cash on hand). Sedangkan setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang dapat dikonversi atau dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang segera, biasanya kurang dari tiga bulan. 2) Investasi jangka pendek. Investasi dalam sekuritas utang (obligasi) dan sekuritas ekuitas (saham) dapat dikelompokan kedalam 1) Held to matuarity
25
securities (sekuritas yang dimiliki hingga jatuh tempo) adalah sekuritas hutang yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud dan kemampuan untuk memiliki sekuritas tersebut hingga jatuh tempo. 2)Available for sale securities (sekuritas yang tersedia dijual) adalah sekuritas utang dan juga dapat berupa sekuritas ekuitas yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud bukan untuk secara aktif diperjualbelikan, namun tersedia untuk dijual ketika kebutuhan perusahaan sewaktu-waktu meningkat. 3) Trading securities (sekuritas yang diperdagangkan) adalah sekuritas utang dan juga dapat berupa sekuritas ekuitas yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud untuk diperjualbelikan secara aktif dalam rangka mendapatkan keuntungan dari selisih harga jangka pendek. Dan 4) equity method securities (sekuritas metode ekuitas) adalah sekuritas ekuitas yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud untuk dapat mengendalikan atau mempengaruhi secara signifikan kegiatan operasi investasi. 3) Piutang, dalam praktiknya piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi piutang usaha, piutang wesel dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel disini adalah pihak yang telah berutang pada perusahaan,baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumalah uang. Sedangkan yang termasuk kedalam piutang lain-lain adalah piutang bunga (tagihan kreditor kepada debitur
26
sebagai hasil dari pemberian pinjaman uang), piutang dividen, piutang pajak, dan piutang karyawan. 4) Persediaan. Untuk perusahaan perdagangan, yang dimaksud persediaan adalah semua barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau belum laku dijual. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, persediaan meliputi persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. 5) Biaya dibayar dimuka. Biaya dibayar dimuka termasuk dalam aktiva lancar adalah pengeluaran-pengeluaran yang telah dilakukan untuk manfaat yang akan diterima dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama.
b. Aktiva Tidak Lancar Menurut Suharli (2006: 259) dalam Tambipi (2013) aktiva tak lancar terdiri dari investasi jangka panjang, aktiva tetap dan aktiva tak berwujud. Aktiva yang tidak dapat dikelompokan dalam aktiva lancar ataupun aktiva tetap akan dikelompokan pada aktiva lain-lain. Kelompok aktiva tak lancar termasuk dalam kegiatan investasi perusahaan. Sedangkan menurut Herry (2012: 147) aktiva tak lancar adalah aktiva yang tidak memenuhi aktiva lancar. Aktiva tidak lancar mencakup berbagai pos,yaitu investasi jangka panjang, aktiva tidak berwujud, dan aktiva tidak lancar lainnya. 1) Investasi jangka panjang. Investasi yang dimilki untuk tujuan jangka panjang dilaporkan di neraca dengan judul investasi. Sekuritas hutang
27
(obligasi) dan sekuritas ekuitas (saham) yang dibeli oleh perusahan dengan maksud bukan untuk menjual dalam waktu satu tahun mendatang akan diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang, (Herry, 2012: 148). Menurut Aliminsyah (2007: 205) dalam Tambipi (2013) Aktiva jangka panjang adalah investasi yang dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Beberapa investasi ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh tambahan pendapatan, untuk membina hubungan dengan perusahaan lain, atau untuk melakukan control. Tujuan lain adalah untuk memperoleh keuntungan apabila nilai aktiva yang berangkutan naik. 2) Aktiva tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit). Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap selainaktiva itu dimiliki oleh perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan). Yang dimaksud dalam aktiva tetap menurut Munawir dalam Monica, (2011: 18) meliputi a) Tanah yang di atasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi seperti lapangan, tempat parkir, dan lainsebagainya. b) Bangunan, baik bangunan kantor, toko, maupun bangunanpabrik. c) Mesin. d) Inventaris. e) Kendaraan dan perlengkapan atau alat lainnya,
28
3) Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed asets), adalah aktiva yang tidak memiliki wujud fisik dan dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi, maupun kontrak sosial, (Herry, 2012: 153) 4) Aktiva tidak lancar lainnya, adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalampenyelesaian, piutang jangka panjang. Menurut Herry (2012: 154) aktiva tidak lainnya adalah pos-pos yang dicantumkan dalam dalam kelompok aktiva tidaklancar lainnya sangat beragam dalam praktik. Umumnya, pos-pos ini meliputi biaya dibayar dimuka, biaya pensiun dibayar dimuka, piutang tidak lancar, aktiva pajak penghasilan yang ditangguhkan, dan aktiva dimilki untuk dijual.
3.
Pengertian Struktur Aktiva Menurut Weston dan Brigham dalam Tambipi (2013) strutktur aktiva adalah
perimbangan antara aktiva tetap dan total aktiva. Menurut Syamsudin dalam Wijayanto (2011:140 dan Tambipi (2013) struktur aktiva adalah penentuan berapa alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap. Menurut Bambang (2008) menjelaskan “struktur aktiva juga disebut perimbangan atau perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap”. Jadi struktur aktiva merupakan susunan dari penyajian aktivadalam rasio tertentu
29
yaituperbandingan antara aktiva lancar dengana aktiva tetap dari laporan keuangan yang nampak pada neraca didebet. Menurut Elsas dan Florysiak (2008) dalam Indrajaya,dkk (2011) aktiva tetap dapat dijadikan jaminan (collateral) dalam melakukan pinjaman utang dan karenanya dapat mereduksi biaya dari kesulitan keuangan (cost financial distress) dan ini akan semakin meningkat kapasitas tingkat utang yang menguntungkan perusahaan.
F.
Ukuran Perusahaan Menurut Riyanto (2008:313) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya
perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan dan nilai aktiva. Sedangkan menurut Scott dalam Torang (2012:93) ukuran perusahaan adalah suatu variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi. Pada umumnya perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah dalam memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil. Ini disebabkan karena perusahaan besar pada umumnya dapat memberikan jaminan dalam melakukan pelunasan hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil.
G.
Risiko Bisnis Risiko bisnis (business risk) yaitu ketidakpastian yang melekat dalam
proyeksi tingkat pengembalian aktiva (ROA) masa depan, merupakan satusatunya determinan terpenting dari struktur modal perusahaan. Perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang kecil jika permintaan akan produk yang dihasilkannya
30
stabil, jika harga-harga input dan produknya tetap relatifkonstan, jika perusahaan dapat menyesuaikan harga-harganya dengan bebas jika terjadi peningkatan biaya, dan jika sebagian besar biayanya adalah biaya variabel sehingga akan turun jika penjualan menurun. Hal-hal yang lain dianggap sama, semakin rendah risiko bisnis sebuah perusahaan, maka semakin tinggi rasio utang optimalnya. Menurut Brigham dan Houston (2011:159) Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor antara lain : 1. Varibilitas Permintaan Makin stabil permintaan akan produk suatu perusahan, maka jika hal-hal dianggap konstan, akan semakin rendah risiko konstantanya. 2.
Varibilitas harga jual Perusahaan yang dijual produknya kedalam pasar yang sangat labil akan menghadapi risiko usaha yang lebih besar dibandingkan perusahaan serupa yang harga keluarannya lebih stabil.
3.
Varibillitas Biaya Masukan Perusahaan yang biaya masukannya sangat tidak pasi akan menghadapi tingkat risiko usaha yang tinggi.
4.
Kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap perubahan harga masukan. Beberapa perusahaan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain untuk menyesuaikan harga keluarannya ketika biaya masukan meningkat. Makin besar kemampuan untyk menyesuaikan harga keluaran masukan meningkat. Makin besar kemampuan untuk
31
menyesuaikan harga keluaran untuk mencerminkan kondisi biaya, makin rendah tingkat risiko usahanya. 5.
Kemampuan untuk mengembangkan produk baru dengan cara yang tepat waktu dan efektif biaya. Perusahaan di dalam industry berteknologi tinggi seperti obat-obatan dan computer bergantung pada aliran konstan produkproduk baru, makin besar risiko usaha suatu perusahaan.
6.
Pemaparan risiko luar negeri. Perusahaan yang menghasilkan sebagian besar labanya di luar negeri akan menjadi subjek penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar. Begitu juga pula jika perusahaan beroperasi di suatu wilayah yang kondisi politiknya tidak stabil, perusahaan tersebut bisa jadi merupakan subjek dari risiko politik.
7.
Sejauh mana tingkat biaya-biaya merupakan biaya tetap : leverage operasi. Jika sebagian besar perusahaan merupakan biaya tetap, maka biaya tidak akan turun meskipun permintaan merosot, maka perusahaan terebut menghadapi tingkat risiko usaha yang relatif tinggi. Faktor ini disebut leverage operasi.
Masing-masing faktor diatas, sebagian ditentukan oleh karakteristik industry perusahaan, tetapi masing-masing faktor sampai tingkat tertentu juga akan dikendalikan oleh manajemen. Misalnya, sebagian besar perusahaan dapat melalui kebijakan pemasarannya, mengambil tindakan untuk menstabilkan unit prnjualan maupun harga jualnya. Akan tetapi stabilisasi ini mungkin membutuhkan komitmen dari pelanggan untuk membeli dalam jumlah tetap pada harga tertentu dimasa depan. (Brigham dan Houston, 2011:159)
32
Menurut Mardiyanto (2009:259) risiko bisnis dipengaruhi oleh empat hal yaitu : a. Perubahan penjualan (volume dan harga) b. Perubahan harga masukan (tenaga kerja dan biaya produksi lain) c. Kemampuan menyesuaikan perubahan harga keluaran akibat perubahan harga masukan d. Tingkat leverage operasi Perusahaan menghadapi risiko bisnis yang semakin rendah jika semakin stabil penjualan, makin mudah dan cepat dalam menyesuaikan harga keluaran akibat perubahan harga masukan dan makin rendah tingkat leverage operasi. Rendahnya risiko bisnis mendorong perusahaan untuk menambah proporsi utang dalam struktur modalnya (Mardiyanto, 2009:259).
H.
Pertumbuhan Penjualan Tingkat pertumbuhan (growth) pada dasarnya mencerminkan produktivitas
perusahaan dan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak internal (manajemen) maupun pihak eksternal (investor dan kreditor) perusahaan. Beberapa peneliti seperti Elim dan Yusfarita (2010), Mas’ud (2008) mengemukakan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) suatu perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal.Penelitian yang dilakukan oleh Cheng et al. (2010) juga menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Growth dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator pertumbuhan aktiva (assets growth) dan pertumbuhan penjualan (sales growth). Pertumbuhan aktiva (asset growth)
33
menggambarkan kenaikan atau penurunan aktiva setiap tahun, sedangkan pertumbuhan penjualan (sales growth) menggambarkan kenaikan atau penurunan penjualan setiap tahun. Menurut Brigham dan Houston (2001) pertumbuhan merupakan indikator yang bagi maju atau tidaknya suatu perusahaan.Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan, Perusahaan yang pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat. Menurut Brigham dan Houston (2001) perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
I.
Likuditas
1.
Pengertian Likuiditas Menurut Setiawan (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan yang
mempunyai likuiditas tinggi akan cenderung tidak melakukan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang.
34
Menurut Benny Alexandri dan Linna Ismawati (2007:16), likuiditas dapat diukur dengan : a.
Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutanghutang jangka pendeknya dengan menggunakan asset lancarnya.
b.
Rasio cepat (Quick Ratio) Rasio ini lebih jelas daripada rasio lancar karena hanya membandingkan asset likuid (mudah diuangkan) dengan hutang lancar. Persediaan tidak ikut dihitung karena persediaan diasumsikan memerlukan waktu yang lebih lama untuk direalisasikan menjadi kas.
2.
Macam-macam Likuiditas
Menurut Bambang Riyanto (2008) likuiditas dibagi menjadi dua yaitu a.
Likuiditas Intern (Likuiditas perusahaan) Likuiditas Intern adalah kemampuan menyediakan alat-alat likuid guna menghadapi kewajiban financial yang datang dari dalam diri perusahaan.
b.
Likuiditas ekstern (Likuiditas badan usaha) Likuiditas ekstern adalah kemampuan menyediakan alat-alat likuid guna menghadapi kewajiban financial yang datang dari luar perusahaan.
35
J.
Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitan yang dilakukan Indrajaya,dkk (2011) dengan judul
“Pengaruh
Struktur
Aktiva,
Ukuran
Perusahaan,
Tingkat
Pertumbuhan,
Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal ; Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007 dengan hasil penelitian berdasarkan analisis terhadap sampel saham periode 2004-2007 menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal (leverage), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal (leverage). Penelitian ini juga memiliki pengaruh simultan yang signifikan terhadap stuktur modal (leverage), besarnya pengaruh kelima variabel bebas tersebut terhadap variabel leverage sebesar 46,4%, sisanya yaitu 53,6 % dipengaruhi atau diterangkan oleh variabel-variabel lain, yang berada diluar model penelitian. Masdar Mas’ud (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Hubungannya terhadap Nilai Perusahaan”. Penelitiannya menggunakan variabel : Profitability (ROE, ROA,ROI), Size, Growth opportunity (sales growth dan asset growth), asset structure,cost financial distress (financial risk dan business risk), tax shields effects,struktur modal overall leverage (LEV), long term leverage (LLEV), nilai perusahaan (market to book value of asset ratio, price earning ratio, dan market
36
to book value of equity ratio). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitability berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hal ini konsisten dengan model signaling yang memprediksi perusahaan yang tinggi profitabilitasnya akan memberi sinyal “good news” dengan menggunakan porsi hutang yang besar. Size berpengaruh signifikan positif terhadap penentuan hutang dalam struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih terdiversifikasi, lebih mudah mengakses pasar, dan menerima penilaian kredit yang lebih tinggi untuk hutanghutangyang diterbitkannya. Growth opportunity berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, pertumbuhan perusahaan telah mencerminkan produktivitas perusahaan dan harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan (manajemen) maupun pihak eksternal (investor dan kreditor).Asset structure berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar asset structure maka akan asset yang dapat dijadikan jaminan (collateral) semakin besar, sehingga memungkinkan penggunaan hutang yang tinggi dalam struktur modal perusahaan. Cost off financial distress juga berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia menanggung risiko keuangan yang besar, tingginya variabilitas laba pemegang saham karena besarnya
beban
bunga
yang
dibayar
perusahaan.Dengan
analisis
ini
dapatdikatakan pula bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
37
Indonesia memiliki sikap gemar terhadap risiko karena dalam melakukan peminjaman kurang memperhitungkan cut-off antara hasil terhadap risiko. Non debt tax shield berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modalatau dengan kata lain variabel non debt tax shield tidak berpengaruh secarasignifikan terhadap struktur modal. Ini menandakan bahwa nilai depresiasi danamortisasi tidak cukup bermakna menambah cash flow perusahaan, sehingga tidak diperhitungkan dalam pemilihan penggunaan proporsi hutang perusahaan. Dan variabel struktur modal berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. M. Sienly Veronica Wijaya dan Bram Hadianto (2008) melakukanpenelitian yang berjudul Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran, Likuiditas, danProfitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel di Bursa EfekIndonesia: Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order. Penelitianyang menggunakan variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas sebagai variabel bebas. Dan variabel struktur modal sebagai variabel terikatnya, yang diproksikan dengan rasio nilai buku total hutang terhadap totalaktiva (LEV). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur aktivaberpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal, ukuranperusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.Halini berarti struktur aktiva dan ukuran perusahaan
tidak
modal.Likuiditas
berpengaruh berpengaruh
terhadapkeputusan negatif
dansignifikan
penentuan
struktur
terhadap
struktur
modal,.Selain itu diketahui pula bahwa variabellikuiditas merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadapstruktur modal.
38
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan Penjualan, dan Return On Assets terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Penelitiannya menggunakan struktur aktiva, tingkat pertumbuhan penjualan, dan return on assets sebagai variabel bebas.Dan struktur modal, yang diukur dengan rasio debt to total assets (DTA) sebagai variabel terikatnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal, pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, dan return on assets berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Kartini dan Tulus Arianto (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva, dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur. Penelitiannya menggunakan
struktur
kepemilikan,
profitabilitas
(net
profit
margin),
pertumbuhan aktiva, dan ukuran perusahaan sebagai variabel bebas. Dan struktur modal, yang diproksikan dengan rasio hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) sebagai variabel terikat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, profitabilitas berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal atau dengan kata lain tidak berpengaruh terhadap struktur modal, pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.
39
Penelitian yang dilakukan oleh (Asih, 2006) mengenai “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Sampel Perusahaan Properti Di Bursa Efek
Indonesia Selama Periode 1994-2004”, yakni terdapat 6 (enam)
variabel independen yang diteliti meliputi likuiditas, pertumbuhan perusahaan, prices earning ratio, operating leverage, profitabilitas dan struktur aktiva yang mempengaruhi variabel dependen yaitu struktur modal. Untuk variabel profitabilitas menunjukkan bahwa secara individual berpengaruh signifikan negative terhadap struktur modal.Dan untuk variabel struktur aktiva menunjukkan bahwa secara individual tidak berpengaruh terhadap struktur modal.Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa secara serentak dari keenam variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel struktur modal. Artinya, jika keenam variabel independen tersebut meningkat secara bersamaan maka akan meningkatkan struktur modal. Sedangkan, menurut hasil penelitian (Ali Kesuma, 2009) variabel profitabilitas mempunyai pengaruh berlawan arah dengan struktur modal.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama No
Variabel Judul Penelitian
Peneliti 1.
Hasil Penelitian Penelitian
Glen
Pengaruh Struktur
Struktur
Struktur Aktiva
Indrajaya,
Aktiva, Ukuran
Aktiva,
berpengaruh positif
Herlina,
Perusahaan, Tingkat
Ukuran
signifikan terhadap
40
Rini Setiadi
Pertumbuhan,
perusahaan,
struktur modal
(2011)
Profitabilitas, dan
Tingkat
(leverage), ukuran
Risiko Bisnis
Pertumbuhan,
perusahaan
Terhadap Struktur
Profitabilitas
berpengaruh positif,
Modal : Studi
dan Risiko
signifikan terhadap
Empiris Pada
Bisnis.
struktur modal,
Perusahaan Sektor
ukuran perusahaan
Pertambangan yang
berpengaruh negatif
Listing di Bursa
dan signifikan
Efek Indonesia
terhadap struktur
Periode 2004 – 2007
modal, sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak terpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal.
2.
Kartini
dan Struktur
struktur
Variabel struktur
Tulus Arianto Kepemilikan,
kepemilikan,
kepemilikan
(2008)
Profitabilitas,
profitabilitas
berpengaruh positif
Pertumbuhan
(net profit
dan signifikan
Aktiva, dan Ukuran
margin),
terhadap struktur
Perusahaan terhadap pertumbuhan
modal, profitabilitas
Struktur Modal pada aktiva, dan
berpengaruh negatif
41
Perusahaan
ukuran
tetapi tidak signifikan
Manufaktur
perusahaan
terhadap struktur
sebagai
modal atau dengan
variabel bebas kata lain tidak berpengaruh terhadap struktur modal, pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. 3.
Aviana Elim Pengaruh Struktur
struktur
Struktur aktiva
dan Yusfarita Aktiva, Tingkat
aktiva, tingkat berpengaruh negatif
(2010)
Pertumbuhan
pertumbuhan
dan tidak signifikan
Penjualan, dan
penjualan,
terhadap struktur
Return On Assets
dan return on
modal, pertumbuhan
terhadap Struktur
assets sebagai
penjualan
Modal pada
variabel bebas berpengaruh positif
42
Perusahaan
dan signifikan
Manufaktur di Bursa
terhadap struktur
Efek Jakarta.
modal, dan return on assets berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
4.
M. Sienly
Pengaruh Struktur
struktur
Struktur aktiva
Veronica
Aktiva, Ukuran,
aktiva, ukuran berpengaruh negatif
Wijaya dan
Likuiditas, dan
perusahaan,
dan tidak signifikan
Bram
Profitabilitas
likuiditas, dan
terhadap struktur
Hadianto
terhadap Struktur
profitabilitas
modal, ukuran
(2008)
Modal Emiten
sebagai
perusahaan
Sektor Ritel di
variabel bebas berpengaruh negatif
Bursa Efek
dan tidak signifikan
Indonesia
terhadap struktur modal. Maka struktur aktiva dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap keputusan penentuan struktur modal.
43
Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. 5.
6.
Suwarto dan
Pengaruh stabilitas
Stabilitas
Ada pengaruh
Ediningsih
penjualan, struktur
penjualan,
stabilitas
(2002)
aktiva, tingkat
struktur
penjualan, struktur
pertumbuhan dan
aktiva,
aktiva, tingkat
profitabilitas
tingkat
pertumbuhan dan
terhadap struktur
pertumbuhan
profitabilitas terhadap
modal pada
dan
struktur modal
perusahaan
profitabilitas
perdagangan
terhadap
eceran di BEJ pada
struktur
tahun 1998
modal
Asih
Analisis faktor-
Likuiditas,
Variabel profitabilitas
(2006)
faktor yang
pertumbuhan
menunjukkan bahwa
mempengaruhi
perusahaan,
secara individual
44
struktur modal
prices earning
berpengaruh
sampel perusahaan
ratio,
signifikan negative
properti di Bursa
operating
terhadap struktur
Efek Indonesia
leverage,
modal. Dan untuk
selama periode 1994 profitabilitas
variabel struktur
– 2004
dan struktur
aktiva menunjukkan
aktiva
bahwa secara individual tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa secara serentak dari keenam variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel struktur modal.
Sumber : Jurnal yang dipublikasikan
45
K.
Kerangka Pemikiran
a.
Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal Struktur aktiva perusahaan menggambarkan harta atau investasi yang
dimiliki oleh perusahaan.Aktiva perusahaan dibiayai dengan modal baik utang maupun ekuitas.Aktiva lancar yaitu aktiva yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat biasanya terdiri dari kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan dan beban dibayar dimuka.Sedangkan aktiva tetap yaitu aktiva yang diharapkan dapat digunakan lebih dari satu tahun.Diantaranya gedung, alat produksi investasi jangka panjang serta asset tidak berwujud. Oleh karena itu struktur aktiva dalam hal ini merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap yang didasarkan atas kedua komposisi yang diwakili keseluruhan penggunaan pendanaan dan melihat proporsi yang berbeda diantara komposisi tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hadianto (2008) dalam Handayani (2011) menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian Suwarto dan Ediningsih (2002) dalam Handayani (2011) menunjukkan adanya hubungan positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Hadianto (2008) Harjanti dan Tadelilin (2007), Kusumawati (2004), Darmawan (2008) serta Titman dan Wessels (1998) dalam Handayani (2011) yang memberikan hasil struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan Mardiana (2005), Hasan (2006), Nanok (2008), Cassar dan Holmes (2003) dalam Handayani (2011) memberikan hasil bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap
46
struktur modal. Saidi (2004) juga mengatakan bahwa srtuktur aktiva juga mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil pemaparan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H1 :Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal.
b.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar
kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Hasil dari banyak dari studi menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan menjadi faktor penting dalam penentu struktur modal. Beberapa peneliti menggunakan penjulan atau asset bernilai positif yang mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan, sehingga semakain besar alternatif pendanaan yang dapat dipilih dalam meningkatkan profitnya (Mardiana 2005). Tetapi Napa dan Mulyadi (1996) dalam Mardiana (2005) mengemukakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu dapat memungkinkan untuk perusahaan besar, tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, ada
47
kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar (Handayani, 2011). Dan banyak studi menemukan bahwa perusahaan yang besar lebih banyak menggunakan utang daripada perusahaan kecil (Chen dan Strange, 2006). Selain itu perusahaan besar memiliki default risk yang lebih rendah dan memiliki probabilitas sehingga menurut hipotesis trade off theory, semakin besar perusahaan maka dapat memakai utang lebih banyak, ini terkait rendahnya risiko perusahaan besar. Rendahnya risiko perusahaan juga akan menyebabkan biaya utang perusahaan juga lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil,sehingga mendorong akan perusahaan untuk menggunakan utang lebih banyak (Song, 2005). Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka penulis membuat hipotesis : H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
c.
Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal Menurut Gitman (2009) dalam Handayani (2011) risiko bisnis merupakan
risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang lebih rendah. Risiko bisnis perusahaan yang tinggi, memiliki peluang yang pailit yang lebih besar dan juga beban yang ditanggung perusahaan akan meningkat, seperti agency cost, biaya kebangkrutan, kesenjangan kreditur memberikan pinjaman dalam jumlah yang besar. Maka dengan ini perusahaan yang memiliki tingkat
48
risiko bisnis yang tinggi sebaiknya memiliki hutang yang lebih sedikit dan untuk menghindari terjadinya kebangkrutan. Penelitian Harjanti dan Tandelilin (2007) dalam Joni dan Lina (2010) berpendapat bahwa risiko bisnis perusahaan dapat digambarkan dengan mengukur fluktasi dari laba perusahaan. Perusahaan yang mengalami fluktasi laba menghadapi ketidakpastian kemampuan dalam hal mengumpulkan dana untuk melunasi pinjamannya kepada kreditur. Perusahaan yang memiliki banyak hutang akan mengakibatkan meningkatnya risiko kebangkrutan yang dialami perusahaan,karena semakin banyak kewajiban yang harus dipenuhi. Oleh sebab itu perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi agar menjaga porsi hutangnya agar tidak membahayakan going concern perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis membuat hipotesis H3 : Risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal.
d.
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Weston dan Copeland (1993:568) dalam Sulistiya, dkk mengungkapkan
bahwa rasio pertumbuhan mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan posisinya di tengah perekonomian secara keseluruhan dan disektor industrinya. Adapun pertumbuhan yang dimaksud disini ialah pertumbuhan yang timbul sebagai
pencerminan
produktivitas
perusahaan.
Clarke
et.al
(1990:26)
berpendapat bahwa pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan penjualanWeston dan Copeland (1993:579) mengungkapkan bahwa pertumbuhan
penjualan
merupakan
salah
satu
penentu
leverage
perusahaan,mengingat tingkat pertumbuhan penjualan merupakan ukuran sampai
49
sejauh mana laba persaham dari perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage. Sebagai contoh pembiayaan dengan hutang dengan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham (tingkat pertumbuhan ini sering juga diartikan sebagai tingkat laba yang tinggi). Hal ini dapatdisimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh yang positif terhadap pemakaian hutang.Clarke et.al (1990:27) menyatakan bahwa pembayaran earning devidend terlalu tinggi, yang disebabkan penggunaan modal eksternal akan mengurangi pertumbuhan yang selama ini dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan berbagai penjelasan diatas maka penulis membuat hipotesis : H4 : Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
e.
Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimiliki. Perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi, berarti perusahaan tersebut akan mendapat kepercayaan yang tinggi juga dari pemilik modal atau kreditur sehingga memperoleh sumber pendanaan dari luar yang dapat digunakan untuk membiayai aktifitas perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori struktur modal yaitu trade off theory. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis membuat hipotesis : H5 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur modal.
50
Setelah mengetahui teori-teori yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka pada bagian akan dibahas mengenai bagaimana kerangka pemikiran teoritis yang melandasi penelitian ini. Maka penulis membuat model konseptual penetilitian sebagai berikut :
StrukturAktiva Ukuran Perusahaan RisikoBisnis
Struktur Modal
PertumbuhanPenjualan Likuiditas Gambar 2.1 Model konseptual