BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Merger dan Akuisisi Membicarakan strategi perusahaan disaat ini dalam mempertahankan eksistensinya di dunia usaha, cara yang paling popular banyak dipilih oleh perusahaan-perusahaan tersebut adalah dengan melakukan merger dan akuisisi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan Indonesia nomor 22 (PSAK Tahun 2012) mendefinisikan kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Transaksi yang kadangkala disebut sebagai “penggabungan sesungguhnya (true merger)” atau “penggabungan setara (merger of equals)” juga merupakan kombinasi bisnis sebagaimana istilah ini dipergunakan dalam Pernyataan ini. Jenis penggabungan usaha dapat kita bedakan menjadi dua yaitu merger (penyatuan pemilik) dan akuisisi (pengambilalih saham). Pengertian penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain, atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan. Secara teori penggabungan usaha dapat berupa merger, akuisisi, dan konsolidasi.
11
12
Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan, dengan salah satu nama perusahaan yang bergabung tetap digunakan sedangkan yang lainnya dihilangkan. Sementara itu, dalam Usadha (2008) akuisisi didefinisikan sebagai pembeli seluruh atau sebagian kepemilikan suatu perusahaan, yang dapat dilakukan melalui merger atau tender offer. Dalam akuisisi terdapat beberapa transaksi yang berbeda, transaksi tersebut dapat terjadi pada perusahaan yang melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain untuk menciptakan perusahaan baru. 1. Pengertian merger dan akuisisi Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk menggabungkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari bahasa latin “mergere” yang berarti bergabung bersama, menyatu, berkombinasi, serta menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. (Abdul, 2003:5) Dalam merger, perusahaan-perusahaan menggabungkan dan membagi sumber daya yang mereka miliki untuk mencapai tujuan bersama. Para pemegang saham dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut sering kali tetap dalam posisi sebagai pemilik bersama entitas yang digabungkan. Dalam Wawan (2013:6) merger didefinisikan oleh Pringle dan Harris sebagai berikut :
13
“Merger is a combination of two or more firm in which one company survives under its own name while any others cease to exit as legal entities”. (Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan di mana satu perusahaan bertambah di bawah namanya sendiri, sementara yang lainnya berakhir keluar sebagai badan hukum). Dalam bahasa umum, merger adalah proses difusi atau penggabungan dua perseroan dengan satu di antaranya tetap berdiri dengan nama perseroannya sementara yang lain lenyap dengan segala nama dan kenyataannya dimasukkan dalam perseroan yang tetap berdiri tersebut (Wawan, 2013:6). PERUSAHAAN A PERUSAHAAN A Atau PERUSAHAAN B PERUSAHAAN B
Sumber :Abdul (2003:7) Gambar 2.1 Skema Merger
Sementara akuisisi berasal dari kata “acquisition” (latin) dan “acquisition” (Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu/objek untuk ditambahkan pada suatu/objek yang telah dimiliki sebelumnya. Menurut PSAK No. 22 Tahun 2012 : “Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan
14
usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquire), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”.
Sebelum Akuisisi
Setelah Akuisisi
Perusahaan A
Perusahaan A
Perusahaan B
Perusahaan B
Sumber : Abdul (2003:9) Gambar 2.2 Skema Akuisisi
Sedangkan menurut Wawan (2013:6) akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar. Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa inggris acquisition yang berarti pengambilalihan, kata akuisisi aslinya berasal dari bahasa latin acquisition, dari kata kerja acquirere. Di Indonesia, merger dikenal dengan istilah penggabungan sedangkan akuisisi dikenal dengan istilah pengambilalihan. Merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan) antar perusahaan diperoleh oleh berbagai jenis
15
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, misalnya Undangundang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana dirubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) nomor KEP-52/PM/1997 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten, Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Undang-undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan sebagainya. (Wawan, 2013:7) Dalam PSAK No.22 (Tahun 2012) mendefinisikan akuisisi sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan terakuisisi yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk: a.
Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan
b.
Mengangkat dan memberhentikan manajemen
c.
Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi
Menurut Abdul (2003:8) akuisisi adalah suatu bentuk pembambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirre) sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih dibandingkan dnegan pihak yang diakuisisi.
16
Menurut Wawan (2013:21) akuisisi sendiri dapat dilihat dalam tiga cara, yaitu : a.
Dilihat dari sudut pandang pelaku akuisisi
b.
Dilihat dari sudut pandang objek akuisisi
c.
Dilihat dari sudut pandang kegiatan usaha Dari sudut pandang akuisisi, akuisisi tersebut dapat dilaksanakan secara
internal atau secara eksternal.Pengertian akuisisi secara internal adalah akuisisi yang dilakukan secara internal atau akuisisi yang dilakukan oleh induk perusahaan terhadap anak perusahaannya atau akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan tertentu terhadap perusahaan lainnya yang masih berada dalam satu grup perusahaan.sedangkan akuisisi secara eksternal adalah akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak punya hubungan apapun dengan perusahaan yang diakuisisi atau benar-benar pihak luar perusahaan yang diakuisisi. Dilihat dari sudut pandang objek akuisisi, maka akuisisi dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis, yaitu : 1) Akuisisi saham ; yaitu akuisisi yang dilakukan dengan cara mengambil alih melalui pembelian saham suatu perusahaan. Akuisisi saham dilakukan untuk mengambil alih pengendalian atas perusahaan sehingga saham yang dibeli biasanya mencapai komposisi minimal 51% dari saham yang diterbitkan oleh perusahaan. 2) Akuisisi target ; yaitu akuisisi yang dilakukan dengan cara mengambil alih aset suatu perusahaan, baik seluruhnya maupun sebagian. Cara ini termasuk
17
upaya meminimalisir resiko supaya tidak ikut menanggung beban dari suatu perusahaan, seperti beban atau beban lainnya. 3) Akuisisi kombinasi saham dan aset ; yaitu akuisisi yang dilakukan dengan mengkombinasikan pembelian saham dan pembelian aset, misalnya 50% saham dan 50% aset. 4) Akuisisi unit usaha ; yaitu akuisisi yang dilakukan hanya sebatas unit usaha dari suatu perusahaan. Dilihat dari sudut pandang kegiatan usaha, akuisisi dapat dibagi atas : 1) Akuisisi horizontal ; yaitu akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan yang memiliki bidang usaha yang sama dengan perusahaan yang diakuisisi. 2) Akuisisi vertikal ; yaitu akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan yang berada dalam rantai produksi, misalnya akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan pemasok bahan baku, atau terhadap perusahaan yang menjadi distributor. 3) Akuisisi konglomerasi ; yaitu akuisisi yang dilakukan dengan perusahaan yang tidak punya kaitan bidang usaha dengan perusahaan yang diakuisisi sehingga akuisisi yang dilakukan hanyalah untuk memperlebar sayap bisnis. Pengendalian ini memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakuisisi. Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukkan atas kepemilikan lebih dari
18
50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun saham kurang dare jumlah ini pengakuisisi juga bisa dinyatakan sebagi pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun juga bisa pemilik dari 51 persen tidak tahu belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran dasar perusahaan meyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi.
19
Perusahaan target menjadi bagian dari perusahaan pengakuisisi. Pemegang saham perlu ijin dari kedua perusahaan tersebut.
Merger
Perusahaan Lain
Konsolidasi
Tender Offier Perusahaan dapat diakuisisi oleh
Manajer itu sendiri dan investor luar
Perusahaan target dan perusahaan pengakuisisi menjadi perusahaan baru. Perusahaan target tetap eksis selama masih ada ketidaksepakatan untuk mengambil kembali sahamnya.
Akuisisi Aset
Perusahaan target menjadi perusahaan yang melindungi. Tetapi asetnya ditransfer ke perusahaan pengakuisisi. Akhirnya perusahaan target tetap dilikuidasi.
Buyout
Perusahaan target tetap eksis. Merupakan penyempurnaan dari tender offer.
Sumber:http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New_Home_Page/invfables/acqbac kground.htm Gambar 2.3 Pembagian Ekspansi Dalam merger, entitas baru dapat dibentuk (dari/dengan menyertakan) perusahaan yang digabungkan, sedangkan pada akuisisi, perusahaan target menjadi
tambahan
atau
cabang
dari
perusahaan
yang
mengakuisisi.Pengambialihan meyerupai akuisisi dan juga secara tidak langsung
20
menyatakan bahwa perusahaan yang mengakuisisi lebih besar daripada perusahaan target. Apabila perusahaan target lebih besar dari perusahaan yang mengakuisisi, akuisisi semacam ini disebut pengambilalihan terbalik (reverse takeover). 2. Tujuan merger dan akuisisi Tujuan langsung dari akuisisi adalah (pembuktian dari atas) pertumbuhan dan ekspansi aset perusahaan, penjualan dan pangsa pasar pihak pengakuisisi. Akan tetapi semua itu merupakan tujuan jangka menengah. Tujuan yang lebih mendasar adalah pengembangan kekayaan para pemegang saham melalui akuisisi yang ditujukan pada pengaksesan atau pembuatan penciptaan keunggulan kompetitif yang dapat diandalkan bagi perusahaan pengakuisisi. Dalam teori keuangan modern, memaksimalkan kekayaan pemegang saham dianggap sebagai criteria rasional untuk investasi dan keputusan financial yang dibuat oleh para manajer (Sudarsanam dalam Kurniawan, 2011). Tetapi memaksimalkan kekayaan para pemegang saham dapat diganti dengan mengejar kepentingan pribadi para manajer pembuat keputusan tersebut. Menurut teori utilitas menajerial, akuisisi dapat didorong oleh ego atau keinginan manajerial akan kekuasaan, atau hak istimewa yang sesuai dengan ukuran perusahaan.
21
3. Klasifikasi merger dan akuisisi Merger dikenal terbagi menjadi tiga menurut Wawan (2013:16), yaitu : a.
Merger horizontal, adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya sama), misalnya merger antara dua perusahaan roti, merger perusahaan sepatu.
b.
Merger vertikal, adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan. Contohnya : perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan lain, perusahaan ban merger dengan perusahaan mobil.
c.
Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger denngan perusahaan elektronik, atau perusahaan mobil dengan perusahaan makanan. Tujuan konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan badan usaha dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling bertukar saham antara kedua perusahaan yang disatukan. Dilihat dari proses melakukannya, merger dapat diklasifikasikan menjadi dua:
a.
Merger suka rela (friendly merger) adalah merger dengan syarat-syarat yang dapat diterima oleh manajemen dare kedua perusahaan.
b.
Merger secara paksa (hostile merger) adalah merger yang ditentang oleh manajemen dari perusahaan sasaran. Alasannya biasanya karena harga penawaran yang terlalu rendah, manajemen tidak ingin kehilangan pekerjaanya, atau memang tidak ingin menjual perusahaanya.
22
Sedangkan dari sudut keuangan, merger terbagi menjadi dua jenis, yaitu: a.
Operating Merger yaitu merger yang memadukan operasi dari kedua perusahaan dengan harapan akan diperoleh efek sinergik. Misal perusahaan M merger dengan perusahaan B. Setelah merger hanya ada satu bank yaitu perusahaan M atau perusahaan B atau perusahaan dengan nama baru.
b.
Financial Merger terjadi bila setelah merger, perusahaan-perusahaan yang terlibat merger tetap dipertahankan dan beroperasi sendiri seperti sebelum terjadi merger. Dilihat dari proses melakukan, akuisisi dapat dikategorikan menjadi dua:
a. Hostile Takeover (pengambilalihan secara paksa) Tindakan akuisisi yang dilakukan secara paksa yang biasanya dilakukan dengan cara membuka penawaran atas saham perusahaan yang ingin dikuasai di pasar modal dengan harga di atas harga pasar, pengambilalihan secara paksa biasanya diikuiti oleh pemecatan karyawan dan manajer untuk diganti orang baru dalam rangka melakukan efisiensi pada operasional perusahaan. penelitian menunjukkan efisiensi pada operasional perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan target yang diakuisisi secara paksa memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Memiliki kinerja saham yang kurang baik di dalam industrinya dan di dalam semua pasar. 2) Menghasilkan keuntungan yang sedikit selama proses akuisisi. 3) Memiliki pemegang saham yang sangat rendah di dalamnya daripada perusahaan sejenisnya.
23
b. Friendly Takeover (pengambilalihan secara sukarela) Proses pengambilalihan yang dikehendaki oleh kedua belah pihak, yaitu perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi. Contoh: ketika Nike mengakuisisi Converse. Berikut adalah perbandingan antara perusahaan target yang melakukan proses akuisisi secara hostile dan friendly takeover, Bhide mengilustrasikannya sebagai berikut:
Sumber: http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New_Home_Page/invfables/acqmotives.htm
Gambar 2.4 Perbandingan Proses Akuisisi Seperti yang kita lihat, perusahaan target dengan proses akuisisi secara paksa (hostile) memiliki pendapatan return on equity 2,2% lebih rendah daripada ratarata perusahaan sejenis. Mereka mendapatkan pengambilan (return) dari pemegang sahamnya 4% lebih rendah daripada harga di pasar.
24
4. Motif-motif merger dan akuisisi Ditinjau dari segi ekonomi, motif-motif merger atau akuisisi yang menjadi motif umum merger maupun akuisisi dibeberapa Negara di dunia, menurut Pringle dan Harris dalam Wawan (2013:17) meliputi 11 aspek, yakni : a.
Cost saving ; dapat dicapai karena dua atau lebih perusahaan memiliki kekuatan berbeda melakukan penggabungan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan secara bersama-sama.
b.
Monopoly power ; suatu perusahaan besar melakukan merger dengan perusahaan yang level bisnisnya lebih kecil atau setara akan memberikan kesan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan lebih, baik dalam asset maupun dalam managerial skill-nya.
c.
Auditing bankruptcy ; merger dan akuisisi juga dimaksudkan untuk menghindarkan perusahaan dari resiko pailit atau bangkrut, di mana kondisi salah satu atau kedua perusahaan yang ingin bergabung sedang dalam ancaman kepailitan.
d.
Tax consideration ; merger dan akuisisi juga dapat dilakukan dengan maksud memanfaatkan insentif pajak yang diberikan karena adanya kebijakan baru dibidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
e.
Retirement planning ; merger atau akuisisi juga dapat dilakukan sebagai upaya pengurangan karyawan dan dalam prakteknya setiap terjadi kegiatan merger atau akuisisi antara dua perusahaan maka kegiatan tersebut juga sering diikuti dengan kebijakan pengurangan karyawan.
25
f.
Diversification
;
pada
dasarnya
diversifikasi
dimaksudkan
untuk
meminimalkan resiko. Apabila dua atau lebih perusahaan yang berada dalam satu jalur bisnis yang sama melakukan merger atau akuisisi, maka kegiatan perusahaan tersebut memiliki aneka ragam produk. g.
Increased dept capacity ; merger atau akuisisi juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperbesar perolehan pinjaman bank. Bank ataupun lembaga kredit lainnya biasa memberikam pinjaman kepada suatu perusahaan dengan mempertimbangkan besarnya aset perusahaan.
h.
Under value assets ; merger atau akuisisi kerap dilakukan supaya aset tidak berharga dari satu perusahaan bisa digabungkan dengan aset berharga perusahaan lain sehingga menghasilkan suatu perusahaan yang memiliki aset berharta secara umum.
i.
Manipulating earning’s per share ; merger atau akuisisi juga sering diarahkan untuk memanipulasi pendapatn per lembar saham. Umumnya perusahaan hasil merger akan memiliki kemampuan untuk menciptakan laba yang jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang dicapai sebelumnya secara individu.
j.
Management desires ; merger atau akuisisi juga sering dilakukan hanya untuk memenuhi hasrat daripihak manajemen perusahaan untuk bisa menguasai dan mengelola perusahaan secara lebih besar sehingga kemudian dilakukanlah upaya penggabungan dua atau lebih perusahaan.
26
k.
Replacing inefficient management ; merger atau akuisisi juga dimaksudkan untuk mengarahkan perusahaan agar bisa beroperasi secara efisien. Bahkan motif ini sering dijadikan indikatro utama (major indicator) dari sebuah kebijaksanaan kombinasi bisnis.
5. Manfaat dan resiko merger dan akuisisi Dalam banyak literatur manajemen ditemukan bahwa dalam melakukan aktivitas merger dan akuisisi terdapat beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari proses merger dan akuisisi menurut David (2009:86) antara lain : a.
Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara perusahaan yang dimerger atau diakuisisi.
b.
Memperluas portofolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat pada bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan.
c.
Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya. Namun selain manfaat yang dihasilkan, menurut David (2009:87) perlu juga
diperhatikan kemangkinan risiko yang muncul sebagai akibat dari merger dan akuisisi, yaitu: Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi tanggungan perusahaan hasil merger atau akuisisi, termasuk kewajiban pembayaran dan penyerahan produk kepada vendor yang masih terhutang. a.
Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.
27
b. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan masing-masing perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan waktu yang realtif lama, dan sebagainya. 6. Kelebihan dan kekurangan merger dan akuisisi Alasan mengapa perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah ada “manfaat lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi anata lain adalah (Abdul, 2003:13) : a.
Kelebihan merger Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah
dibandingkan pengambilalihan yang lain. b.
Kekurangan merger Dibandingkan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus
ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan.Sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. c.
Kelebihan akuisisi Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai
berikut: 1) Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran bidding firm, maka mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak bidding firm.
28
2) Dalam akuisisi saha, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. 3) Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan. akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover). 4) Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi. d.
Kekurangan akuisisi Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut:
1) Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambilalihan saham tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menentukkan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi. 2) apabila perusahan mengambilalih seluruh saham yang dibeli makan terjadi merger. 3) Pada dasarnya pembelian setiap asset dalam akuisisi harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi. 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan merger dan akuisisi Keberhasilan atau kegagalan merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisisi dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor
29
penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Hitt dkk (2002:7-14) mengemukakan beberapa konsep penting yang mengarah pada keberhasilan atau kegagalan merger dan akuisisi diantaranya uji tuntas (due diligence), pembiayaan, sumber-sumber daya komplementer, akuisisi bersahabat atau tidak bersahabat, penciptaan sinergi pembelajaran organisasional dan fokus pada bisnis inti. Terdapat beberapa faktor yang dianggap memberikan kontribusi terhadap kerberhasilan merger dan akuisisi yaitu: a.
Melakukan audit sebelum merger dan akuisisi
b.
Perusahaan target dalam keadaan baik.
c.
Memiliki pengalaman merger dan akuisisi sebelumnya.
d.
Perusahaan target relatif kecil.
e.
Melakukan merger dan akuisisi yang bersahabat.
8. Tata cara merger dan akuisisi Dalam Wawan (2013:44) merger menurut ketentuan pasal 123 Undangundang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dapat dilaksanakan dengan cara terlebih dahulu menyusun rancangan merger oleh Direksi perseroan yang akan menggabungkan diri dan yang akan menerima penggabungan. Rancangan Penggabungan tersebut sekurang-kurangnya harus memuat : a.
Nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan.
b.
Alasan
serta
penjelasan
Direksi
Perseroan
Penggabungan dan persyaratan Penggabungan.
yang
akan
melakukan
30
c.
Tata cara penilaian dan konversi daham Perseroan yang menggabungkan diri terhadap saham Perseroan yang menerima penggabungan.
d.
Rancangan
perubahan
anggaran
dasar
Perseroan
yang
menerima
Penggabungan apabila ada. e.
Laporan keuangan 3 (tiga) tahun buku terakhir dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan.
f.
Rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan.
g.
Neraca proforma Perseroan yang menerima Penggabungan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
h.
Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan Karyawan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan diri.
i.
Cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga.
j.
Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Penggabunngan Perseroan.
k.
Nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima Penggabungan.
l.
Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan.
m. Laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan.
31
n.
Kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan Penggabungan dan perubahan yang terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan.
o.
Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan. Direksi Perseroan yang akan diambil alih (diakuisisi) dan Perseroan yang
akan mengambil alih (akuisisi) dengan persetujuan Dewan Komisaris masingmasing diwajibkan untuk menyusun rancangan Pengambilalihan yang isinya sekurang-kurangnya : a.
Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih.
b.
Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi perseroan yang akan diambil alih.
c.
Laporan keuangan untuk tahun buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil alih.
d.
Tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil alih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran Pengambilalihan dilakukan dengan saham.
e.
Jumlah saham yang akan diambil alih.
f.
Kesiapan pendanaan.
g.
Neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambil alih setelah pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
32
h.
Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap pengambilihan.
i.
Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan Karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih.
j.
Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan.
k.
Rancangan perusabahan anggaran dasar Perseroan hasil pengambilalihan apabila ada.
9. Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi Ada beberapa alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi, antara lain: a.
Economics of scale Dengan melakukan merger dan akuisisi, perusahaan dapat mencapai skala
operasi yang ekonomis. Yang dimaksud dengan skala yang ekonomis adalah skala dengan biaya rata-rata terendah. Skala ekonomis dapat dicapai dengan cara horizontal, vertikal dan konglomerasi. b.
Memperbaiki manajemen Beberapa perusahaan dikelola dengan cara yang kurang efisien, akibatnya
profitabilitasnya menjadi rendah. Kurangnya motivasi untuk mencapai profit yang tinggi, kurangnya keberanian untuk mengambil resiko sering mengakibatkan perusahaan kalah dalam persaingan yang semakin sengit. Dengan melakukan merger maka perusahaan dapat mempertahankan karyawannya hanya pada tingkat
33
yang memang benar-benar diperlukan. Tidak jarang perusahaan memperoleh manajer yang rpofesional dengan cara merger. c.
Penghematan pajak Sering perusahaan mempunyai potensi memperoleh penghematan pajak,
tetapi karena perusahaan tidak berhak dapat memperoleh laba maka tidak dapat memanfaatkannya. Untuk itu lebih baik menggabungkan perusahaan lain yang memperoleh laba dengan maksud agar pajak yang dibayarkan oleh uang profitable dapat lebih kecil. d.
Meningkatkan corporate growth rate Meningkatkan merger ataupun akuisisi perusahaan dapat meningkatkan
pertumbuhannya. Hal ini dimungkinkan karena penguasaan jaringan pemasaran yang lebih luas, manajemen yang lebih baik dan efisiensi yang lebih tinggi. Menurut Hitt (2002:296-305), alasan yang mendukung digunakannya strategi akuisisi antara lain: a.
Meningkatkan kekuatan pasar. Dilakukannya akuisisi
adalah untuk
menciptakan kekuatan pasar yang lebih besar. Walau terkadang tidak semua seperti itu. b.
Mengatasi hambatan untuk memasuki pasar. Untuk memasuki pasar baru seringkali mengalami kesulitan maka untuk itu akuisisi sering digunakan untuk mengatasinya.
c.
Biaya pengembangan produk baru. Akuisisi merupakan cara lain yang digunakan perusahaan untuk memasuki akses ke produk baru dan produk saat
34
ini yang baru dan diinginkan perusahaan. Penelitian dan pengembangan produk pun dipastikan lebih ccepat dare sebelum akuisisi. d.
Meningkatkan
kecepatan
memasuki
pasar.
Dibandingkan
dengan
pengembangan produk internal, akuisisi lebih cepat meningkatkan kecepatan memasuki pasar. e.
Resiko lebih rendah dibandingkan dengan pengembangan produk baru, terdapat pendapat proses pengembangan produk internal lebih berisiko, dan para manajer melihat akuisisi sebagai salah satu cara untuk menurunkan tingkat risiko karena mudah di prediksi. Resiko yang seharusnya hanya ditanggung oleh satu perusahaan, kini dapat ditanggung pula oleh anak perusahaan yang diakuisisi, sehingga resiko berkurang.
f.
Meningkatkan diversifikasi. Perusahaan biasanya lebih mudah mengenalkan produk baru dalam pasar yang baru-baru ini dilayani oleh perusahaan, dan sebaliknya semakin sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan produk untuk pasar yang kurang dikuasainya.
g.
Membentuk kembali jangkauan kompetitif perusahaan. untuk mengurangi dampak negative dare tingginya persaingan terhadap kinerja keuangan, maka perusahaan dapat menggunakan akuisisi sebagai salah satu cara untuk membatasi ketergantungannya pada produk pasar yang sedikit atau tunggal.
B. Analisis Kinerja Keuangan 1. Kinerja keuangan Untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas yang baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan
35
acuan untuk melihat badan usaha/ perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik.Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan (non financial performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/ badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dare informasi yang diperoleh pada balancesheet (neraca), income statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut. a. Pengertian kinerja keuangan Kinerja keungan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksana keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keungan yang telah memenuhi standard an ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (general Acepted Accounting Principle), dan lainnya (Irham, 2011:2) Suatu laporan keuangan (financial statement) akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandiangan, evaluasi, dan analisis tren, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di masa mendatang, sehingga di sinilah laporan keuangan tersebut begitu diperlukan. Yang nanti hasilnya akan mampu membuat dalam memberikan pertimbangan mengenai kondisi perusahaan / badan usaha di masa mendatang
36
Semakin baik kualitas laporan keuangan yang disampaikan maka akan semakin meyakinkan terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Lebih jauh perusahaan diprediksi akan mampu untuk tumbuh dan memperoleh profitabilitas secara kontinuitas yang otomatis pula tentunya pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan akan merasa puas tanpa ada yang mengalami masalah ataupun kemacetan urusan di masa mendatang. b. Pengertian laporan keuangan Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan (Irham, 2011:22). Dalam Irham (2011:22) , Farid dan Siswanto mengatakan “Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mempu memberikan bantuan kepada pengguana untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial”. Munawir (2010:31) mendefinisikan “laporan keuanngan merupakan alat yang sangatpenting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dab hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan”. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu bagi para pengguna (users) untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat financial. Secara lebih tegas Sofyan Assauri dalam Irham (2011:2), “Laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban
manajemen sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.” Ini sejalan yang dikemukakan oleh Farid Harianto dan Siswanto Sudomo yakni “Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban menajemen atas
37
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. ”Pihak manajemen memegang peranan penting dalam membuat laporan keuangan untuk dapat dipahami oleh pihak yang berkepentingan”. Ini ditekankan lebih lanjut oleh Sofyan Assauri bahwa “Dalam laporan keuangan terdapat informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan”. c. Tahap-tahap dalam menganalisis kinerja keuangan Penilaian kinerja setiap perusahaan adalah berbeda-beda karena itu tergantung kepada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Karena hal tersebut Irham (2011:3-4) menjelaskan ada 5 tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu jenis perusahaan lainnya. 1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. 2) Melakukan perhitungan Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. 3) melakukan Perbandingan terhadap hasil hitungan yangtelah diperoleh Dari hasil yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil perhitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum digunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua yaitu :
38
a)
Time series analysis, yaitu membandingkan secara antar waktu atau antar periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik.
b) Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan. Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik, sedang/ normal, tidak baik dan sangat tidak baik. 4) Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan tersebut. 5) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagi permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau output agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan. d. Definisi rasio keuangan Dalam Irham (2011:44) Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikan rasio sebagai hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya. Atau secara
39
sederhana rasio (ratio) disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan (Irham, 2011:44). Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Analisis rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu neraca (balance sheet), perhitungan rugi laba (income statement), dan laporan arus kas (cash flow statement). Perhitungan rasio keuangan akan menjadi lebih jelas jika dihubungkan antara lain dengan menggunakan pola historis perusahaan tersebut, yang dilihat perhitungan pada sejumlah tahun guna menentukan apakah perusahaan membaik atau memburuk, atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Dalam Irham (2011:45) Warsidi dan Bambang, “Analisis rasio keuangan merupakan instrument analisisi prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atasu prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kenudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan”.
40
Dari pendapat di atas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan ada banyak jumlahnya dan setiap rasio itu mempunyai kegunaannya masing-masing. Bagi investor ia akan melihat rasio dengan penggunaan yang paling sesuai dengan analisis yang akan ia lakukan. Jika rasio tersebut tidak mempresentasikan tujuan dari analisis yang akan ia lakukan maka rasio tersebut tidak akan dipergunakan. Karena dalam konsep keuangan dikenal dengan namanya fleksibelitas, artinya rumus atau berbagai bentuk formula yang dipergunakan haruslah disesuaikan dengan kasus yang diteliti. e. Manfaat analisis rasio keuangan Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan (Irham, 2011:45), yaitu: 1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan; 2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak menajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan; 3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari prospektif keuangan; 4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat untuk memperkirakan potensi resiko bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman;
41
5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. f. Cara menganalisis rasio keuangan Dalam Irham (2011:50) Farah Margaretha, Penganalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, diantaranya: 1) Analisis horizontal/ trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trends dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu; 2) Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama; 3) The du pont chart berupa bagan dirancang untuk memperhatikan hubungan antara ROA, asset turnover dan profit margin. 2. Rumus rasio keuangan dalam perspektif kinerja keuangan Analisis rasio keuangan ini adalah bersifat umum dan khusus. Bersifat umum artinya rumus yang disajikan di sini bisa diterapkan pada seluruh bentuk bisnis yang dalam laporan keungannya menyajikan informasi sesuai dengan format yang terdapat pada rumus. Adapun bersifat khusus artinya rumus tersebut harus disesuaikan dengan bentuk sector bisnis yang ingin dikaji atau akan dianalisis, penyesuaian atau berdasarkan “representative formula” dengan tujuan agar diperoleh hasil analisisi dan rekomendasi sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Alat analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
42
a.
Rasio likuiditas (modal kerja) Tidak hanya Bank dan para kreditor jangka pendek saja yang tertarik (yang
terutama memperhatikan) terhadap angka-angka rasio modal kerja, yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka penjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidaknyatidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang (Munawir, 2010:71). Rasio likuiditas secara umum ada 2 (dua) yaitu current ratio dan quick ratio (acit test ratio) (Fahmi, 2011:59). 1) Rumus current ratio adalah : Current Assets Current Liabilities Keterangan: Current assets = Aset Lancar Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha normal yang lebih besar. Current liabilities = Utang lancar Current liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam 1 (satu) tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha.
Dalam Irham (2011:59) permasalahan current ratio Bambang Riyanto mengatakan, “Apabila suatu perusahaan menetapkan bahwa current ratio yang
43
harus dipertahankan adalah 3:1 atau 300%, ini berarti bahwa setiap utang lancar Rp 1,00 harus dijamin dengan aktiva lancar Rp 3,00 atau dijamin dengan „net working capital‟ sebesar Rp 2,00”. 2) Rumus quick ratio adalah : current Assets − Inventories Current Liabilities Keterangan: Investories = Persediaan Persediaan terdiri dari: persediaan alat-alat kantor (supplies), persediaan bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (in-process goods) dan persediaan barang jadi (finished goods). Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. 3) Rumus net working capital ratio adalah : Current assets − Current Liabilities Dalam Irham (2011:62) Bambang Riyanto, “Apabila kita menggunakan „acid test ratio‟ untuk menentukan tingkat likuiditas, maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai „quick ratio‟ kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya. b.
Rasio aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliknya guna menunjang aktivitas perusahaan (Irham, 2011:65).
44
Rumus rasio aktivitas secara umum ada 4 (empat), yaitu inventory turn over (perputaran persediaan), rata-rata periode pengumpulan piutang, fixed asset turnover (perputaran aktiva tetap), dan total asset turnover(perputaran total aset). 1) Rumus inventory turnover (perputaran persediaan) adalah : Cost of Good Sold Average inventory Keterangan : Cost of Good Sold = Harga Pokok Penjualan Dalam Irham (2011:66) Joel G. Siepel dan jae K. Shim mengatakan “Harga beli atau pembuatan suatu barang yang dijual, disebut cost of good sold”. Average Inventory = Rata-rata persediaan Kebijakan untuk selalu menyediakan jumlah barang yang tersedia secara rata-rata, dengan tujuan agar keterbiasaan barang digunakan selalu tersedia. 2) Rumus rata-rata periode pengumpulan piutang adalah : Receivable Credit Sales/360 Keterangan: Receivable = Piutang Receivable dapat diterjemahkan sebagai kebijakan perusahaan yang memberi piutang pada perusahaan lain, dan jika piutang itu dibayar dalam waktu satu tahun atau bahkan kurang dari satu tahun tersebut dengan aktiva lancar. Namun begitu pula sebaliknya jika dibayar melebihi dari satu tahun maka piutang tersebut bisa masuk kategori piutang tidak lancar.Pengklasifikasian piutang secara umum ada dua yaitu piutang dagang dan bukan piutang dagang.
45
Credit Sales = Penjualan Kredit Credit sales meruapakan penjualan yang pembayarannya dilakukan secara bertahap, maka pemasukan dana dari kredit juga akan diterima secara bertahap. Suatu perbankan memperoleh pendapatan uasahanya 90% dari kredit, sehingga wajar jika suatu perbankan sangat hati-hati dalam menyalurkan kredit.Tujuan prinsip kehati-hatian (prudential principle) tersebut adalah agar angka kredit maka (bad debt) menjadi minim. Namun jika suatu perbankan terlalu hati-hati dalam menyalurkan kredit maka likuiditas bank tersebut akan naik (menguat) namun itu berdampak pada tidak berperannya bank terhadap sebagai agent of development (agen pembangunan). 3) Rumus fixed assets turnover (perputaran aktiva tetap) adalah : Sales Fixed Asset − net Keterangan : Sales = Penjualan Sales adalah penerimaan yang diperoleh dare hasil penjualan produk seperti pengiriman barang (goods) atau pemberian jasa (service) yang diberikan. Fixed Assets-net = Aktiva tetap neto 4) Rumus total assets turnover (perputaran total asset) adalah : sales Total Asset c.
Rasio profitabilitas Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan
oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan
46
penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat), yaitu gross profit margin, net profit margin, return on assets (ROA), dan return on equty (Fahmi, 2011:68). 1) Rumus gross profit margin adalah : Sales − Cost of Good Sold Sales Keterangan : Cost of good sold
= Harga pokok penjualan
Sales
= Penjualan
2) Rumus net profit margin adalah : Earning After Tax (EAT) Sales Keterangan : Earning after tax (EAT) = laba setelah pajak 3) Rumus return on Assets (ROA) atau pengembalian aset adalah : Earning After Tax EAT Total Assets 4) Rumus return on equity (perputaran total ekuitas) adalah : Earning After tax (EAT) Shareholders ′ Equity Keterangan : Shareholders’ equity = Modal sendiri
47
d.
Rasio solvabilitas Rasio solvabilitas adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang. Rasio solvabilitas secara umum ada 5 (lima) yaitu debt to total assets, debt to equity ratio, times interest earned, fixed charge coverage, dan cash flow coverage (Irham, 2011:62). 1) Rumus debt total assets adalah : Total Liabilities Total Assets Keterangan: Total liabilities = total utang Total assets = total aset 2) Rumus debt to equity adalah : Total Liabilities Totalshareholders′ equity Keterangan : Total shareholders’ equity = total modal sendiri 3) Rumus times interest earned adalah : Earning before interest and tax EBIT Interets expenses Keterangan :
48
Earning before interest and tax (EBIT) = laba sebelum bunga dan pajak. Interest expense = beban bunga. Interest expenses adalah biaya dana pinjaman pada periode yang berjalan yang memperhatikan pengeluaran uang dalam laporan rugi laba. 4) Rumus fixed charge covereage adalah : Earning before interest and tax (EBIT) + sewa Interest expenses + pembayaran sewa 5) Rumus times interest corned adalah : FixedCost +
deviden saham preferen + Deviden saham preferen (1 − tax) +
Deviden saham preferen (1 − tax)
Keterangan Depreciation = depresi atau penyusutan Penyusutan adalah penurunan nilai secara berangsur-angsur. Penurunan nilai ini terjadi pada berbagai jenis barang, seperti gedung, kendaraan, peralatan kantor, dan berbagai inventoris lainnya. Fixed cost (FC) = beban tetap Fixed cost adalah baiya yang tetap harus dikeluarkan oleh perusahaan selama perusahaan tersebut terus menjalankan aktivitasnya. Tax = pajak Tax adalah kewajiban perusahaan yang harus selalu dibayar kepada pihak yang berkepentingan, yang mana kemudian pendapatan dare pembayaran pajak tersebut dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
49
e.
Rasio pasar Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di
pasar. Rasio ini juga sering dipakai untuk melihat bagaimana kondisi perolehan keuntungan yang potensial dare suatu perusahaan, jika keputusan menempatkan dana di perusahaan tersebut terutama untuk masa yang akan datang (Irham, 2011:70). 1) Rumus earning per share (pendapatan perlembar saham) adalah : Net Income − Dividen Preferen Earning PerShare (EPS) Keterangan : Net Income = Laba bersih Net income dapat diperoleh dari hasil seluruh pendapatan di kurang dengan semua pengeluaran yang ada. Unsur lain yang termasuk dalam penghitungan laba bersih antara lain barang luar biasa (pajak bersih) dan pengaruhnya kumulatif dalam prinsip akuntansi (pajak bersih). Earning per share (EPS) adalah keuntungan yang diberikan kepada pemagang saham untuk tiap lembar saham yang dipegannya. 2) Rumus price earning ratio (rasio harga laba) adalah : Harga Pasar PerSaham Earningper Share (EPS) 3) Rumus book value per share (harga buku per saham) adalah : Kekayaan Pemegang Saham − Saham Preferen Saham Biasa yang Beredar
50
4) Rumus deviden yield (hasil saham) adalah: Dividen Per Lembar Saham Harga Per Lembar Saham 5) Rumus dividen payout (pembayaran dividen) adalah : Dividen Per Lembar Saham Earning PerShare (EPS) C. Penelitian Terdahulu Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Cecilia Bintang (2005) tentang analisis kinerja operasi perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi, pengujian terhadap kinerja operasi perusahaan setelah melakukan merger atau akuisisi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, pada penelitian ini hanya menguji kinerja operasi jangka pendek 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah melakukan merger dan akuisisi dikarenakan keterbatasan ketersediaan laporan keuangan perusahaan. variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ROA, ROE, PM, TATO, Operating return dan Operating Margin. Pada tahun 2013 Hamidah dan Manasye Noviani meneliti perbandingan merger dan akuisisi kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi (pada perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI tahun 2004-2006). Dari hasil rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas dan pasar hanya rasio Current Ratio, Dept Ratio, Total Asset Turnover, Return On Assets, dan PER yang tidak mengalami perubahan signifikan setelah merger dan akuisisi.
51
Hampir serupa dalam penelitian Siti Fatimah (2013) menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat rasio keuangan sebelum dan sesudah akuisisi dengan masa penelitian dari dua tahun sebelum sampai dua tahun setelah akuisisi. Ira Aprilita, Hj. Rina Tjandrakirana DP dan H. Aspahani (2013) meneliti perusahaan yang melakukan akuisisi pada tahun 2000-2011). Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan lima rasio keuangan keuangan, rasio lancar, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio pasar dan rasio profitabilitas. Penelitian ini menghasilkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah akuisisi, meskipun penelitian ini sudah dilakukan dari tiga tahun sebelum akuisisi sampai 3 tahun setelah akuisisi. Pada penelitian Yeni Kusumaningsih (2010) menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan pada rasio PPAP, NIM, LDR, ROA, dan CR. Sedangkan hanya rasio CAR dan BOPO tidak mengalami perbedaan, dengan uji independensi dan uji paired sample t test periode penelitian 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi pada PD BPR PKK Kabupaten Kendal. Shinta (2008) yang meneliti hanya dua perusahaan yang melakukan merger yaitu pada PT Ades Water Indonesia, Tbk. & PT Medco Energi Internasional, Tbk. Menunjukkan hasil analisis dapat diketahui perbedaan kinerja keuangan setelah dan sebelum melakukan merger dan akuisisi, dimana dari hasil tersebut dapat membuktikan bahwa pada rasio CR, DER, OPM, ITO, GPM, NPM, ROE, dan TATO dapat diketahui lebih besar sebelum melakukan merger dan akuisisi. Annisa Meta C.W. (2009) meneliti manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah merger dan akuisisi terhadap
52
pemegang saham di BEI tahun 2008-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat praktik manajemen laba yang digunakan perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual sebelum merger dan akuisisi. Dan untuk kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net provit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, Sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi. Rangkuman dari penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan dengan analisis merger dan akuisisi terdapat pada table 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Kumpulan Penelitian Terdahulu No 1.
Peneliti
Variabel yang
(Tahun)
digunakan
Cecilia Bintang
ROA,
ROE,
(2005)
TATO, Operating
Alat Analisis Paired
Sample
Test
Return, Operating
Hasil Kinerja
operasi
perusahaan
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Margin 2.
Hamidah
&
Manasye Noviani (2013)
CR, TATO, DR,
Paired sample t
Penelitian
ini
ROA dan PER
test
perbedaan
yang
tidak
ada
signifikan
pada tingkat kinerja keuangan pada seluruh alat uji rasio yang digunakan,
untuk
1
tahun
sesudah sebelum sampai 5 tahun sesudah akuisisi
merger dan
53
3.
Siti
Fatimah
(2013)
Rasio
Keuangan
CR, NPM, ROA, ROE,
DER
Paired sample t-
Menunjukkan tidak terdapat
test
perbedaan
dan
TATO
tingkat
rasio
keuangan sebelum dan sesudah Wilcoxon
sign
rank test
merger dan akuisisi sampai 2 tahun
setelah
merger
dan
akuisisi 4.
Ira Aprilita, Hj.
Rasio
Rina Tjandrakirana DP,
dan
J.
keuangan
Wilcoxon Signed
Hasilnya menunjukkan tidak
ROI, ROE, DER,
Ranks Test
ada perbedaan signifikan pada
TATO,
Manova
kinerja keuangan berdasarkan
CR
dan
EPS
rasio keuangan
Aspahani 5.
Yeni
Rasio
Keuangan,
Kusumaningsih
CAR,
PPAP,
(2010)
BOPO, LDR,
NIM,
Uji paired sample
Penelitian 2 tahun sebelum dan
t test
2 tahun setelah merger akuisisi
Uji independensi
menghasilkan
ROA dan
perbedaan
secara signifikan pada rasio
CR
PPAP, NIM, LDR, ROA dan CR sedangkan pada rasio CAR dan BOPO tidak mengalami perbedaan
yang
signifikan
yang diakibatkan oleh merger 6.
Shinta (2008)
CR, NPM, OPM,
Uji beda
CR, NPM, GPM, ITO, GPM,
ITO, GPM, NPM,
ROE, dan TATO menunjukkan
ROE, dan TATO
hasil yang lebih besar sebelum melakukan
merger
dan
akuisisi. 7.
Annisa
Meta
CW (2010)
Rasio
keuangan
TATO, NPM dan ROA
Paired sample t
Merger
test
perusahaan yang terdaftar di BEI
dan periode
menghasilkan
akuisisi
pada
2008-2009, bahwa
tidak
dapat mempengaruhi TATO dan ROA sedangkan pada NPM saja yang mengalami akibat dare merger dan akuisisi tersebut
54
D. Kerangka Pemikiran Penelitian Merger dan akuisisi adalah tindakan strategis dari perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dillihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangan. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Paska merger dan akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.Seperti telah diuraikan sebelumnya perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi didasari motivasi sinergi, nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi, yang lebih besar daripada perusahaan yang motivasi sinergi lebih kecil. Dimana dengan motivasi sinergi akan membawa perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi mengalami perbedaan yang positive pada kinerjanya, tanpa motivasi sinergi maka perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi hanya akan bertambah nilai aset saja namun kinerja perusahaan berpotensi menurun. Sinergi yang terjadi pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat tercermin dari kinerja perusahaan.Dimana dari telaah pustaka mendukung dirumuskannya hipotesi-hipotesi pemilihan, maka ditetapkan kerangka pemikiran teoritis yang menyatakan kinerja perusahaan yang sinergis setelah melakukan merger dan akuisisi dapat terukur dari rasio-rasio keuangan.Rasio keuangan tersebut adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio pasar.
55
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya (CR) mengidentifikasikan likuiditas perusahaan. Dengan penggunaan usaha maka semestinya kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendek akan meningkat. Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola aktivanya. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar kecepatan aset-aset perusahaan dikelola dalam rangka menjalankan bisnisnya. Dengan merger dan akuisisi maka sharing tentang efektifitas perusahaan dapat dilakukan sehingga dapat meningkatkan keefektifitasan perusahaan dapat terjadi.Sehingga aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan secara efektif (TATO). Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari penjualannya. Dimana jika terjadi sinergi yang baik maka secara umum tingkat profitabilitas perusahaan akan lebih baik dari sebelum melakukan sinergi. Dimana margin pendapat bersih (NPM), serta return atas aset (ROA) dan ekuitas (ROE) juga akan meningkat. Rasio solvibalitas merupakan variabel dari kondisi keuangan yang digunakan oleh menujukkan besarnya hutang perusahaan dibanding dengan aset yang dimiliki perusahaan.Semakin besar rasio ini mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kewajiban yang semakin besar (Debt to Equity Ratio). Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar saham perusahaan dibanding dengan nilai buku. Lebih dari itu rasio ini mengukur bagaimana nilai perusahaan
56
saat ini dan dimana yang akan datang dibandingkan dengan nilai perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan nilai perusahaan di masa lalu. Maka merger dan akuisisi yang diharapkan mendatangkan keuntungan lebih pada perusahaanaan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh tiap lembar saham (EPS). Banyak dari rasio-rasio keuangan yang lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Berdasarkan tinjauan
pustaka
serta
beberapa
penelitian
terdahulu,
maka
penelitian
mengidentifikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas (CR), rasio aktivitas (TATO), rasio profitabilitas (NPM, ROA, ROE), rasio solvabilitas (Debt Ratio) dan rasio pasar (EPS) variabel penelitian yang mencerminkan perbedaan setelah melakukan merger dan akuisisi dalam penelitian ini. Uraian di atas dapat disederhanakan sebagaimana model kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: Kinerja Keuangan Sebelum Merger dan Akuisisi
Dibandingkan
Current Ratio (CR) Total Asset Turn Over (TATO) Net Profit Margin (NPM) Return On Assets (ROA) Return On Equity (ROE) Debt to Equity Ratio (DER) Earning Per Share (EPS)
Kinerja Keuangan Setelah Merger dan Akuisisi
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis
57
E. Perumusan Hipotesis Atas dasar pertimbangan dari teori pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan dimana setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena asset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan digabungkan bersama. Dasar logika dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dare gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan maka laba perusahaan jasa semakin meningkat. Oleh karena itu kinerja pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Dengan pertimbangan tersebut penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H0-1 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan Current ratio setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Ha-1 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan Current ratio setelah merger dan akuisisi mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
H0-2 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turn over setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
58
Ha-2 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turn over setelah merger dan akuisisi mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
H0-3 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan net profit margin setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Ha-3 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan net profit margin setelah merger dan akuisisi mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
H0-4 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on assets setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Ha-4 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on assets setelah merger dan akuisisi mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
H0-5 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on equity setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
59
Ha-5 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on equity setelah merger dan akuisisi mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
H0-6 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan debt to equity ratio setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Ha-6 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan debt to equity ratio setelah merger dan akuisisi mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
H0-7 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan earning per share setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Ha-7 : Kinerja keuangan yang diproksikan dengan earning per share setelah merger dan akuisisi mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.
H0-8 : Kinerja keuangan perusahaan setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi. Ha-8 : Kinerja keuangan perusahaan setelah merger dan akuisisi mengalami perbedaan secara signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi.