BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1
Audit lingkungan Audit yang lebih dikenal dengan istilah auditing. Audit merupakan suatu tindakan
yang membandingkan antara fakta atau keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya ada. Audit bertujuan untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima. Audit lingkungan merupakan suatu pengujian mengenai dampak dari operasi suatu perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya, dampak tersebut bisa merupakan dampak yang berakibat langsung maupun taklangsung. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa jenis audit. Menurut Soekrisno Agoes (2008:9-12) mengemukakan bahwa jenis audit jika ditinjau dari luasnya pemeriksaan terdiri atas: 1. 2.
General Audit (Pemeriksaan Umum); Special Audit (Pemeriksaan Khusus).
Jenis audit jika ditinjau dari jenis pemeriksaannya, menurut Soekrisno Agoes (2008:9), audit terdiri atas: 1.
Management Audit (Operasional Audit);
11
2. 3. 4.
Compliance Audit ( Pemeriksaan Ketaatan); Internal Audit (Pemeriksaan Intern); dan Computer Audit.
2.1.1.1 Pengertian Audit Lingkungan Audit lingkungan menurut A.H. Millichamp yang dialihbahasakan oleh Amin Widjaja Tunggal (2000:228) adalah sebagai berikut: “Audit lingkungan merupakan suatu penilaian yang sistematis, didokumentasikan, objektif mengenai bagaimana baiknya organisasi, manajemen, dan peralatan berprestasi dengan tujuan untuk memberi kontribusi mengamankan lingkungan dengan memudahkan pengendalian manajemen dari praktik-praktik lingkungan, dan menilai ketaatan terhadap kebijakan perusahaan, yang termasuk memenuhi persyaratan peraturan dan standar-standar yang berlaku”. Pengertian audit lingkungan menurut The International Chamber / ICC (1998) yang dialihbahasakan oleh Amin Widjaja Tunggal (2000: 230) adalah sebagai berikut: “Audit lingkungan merupakan pengujian yang sistematis dari interaksi antara sistem operasi usaha dengan keadaan sekitarnya. Ini termasuk emisi/pengeluaran udara, tanah dan air; kendala legal; pengaruh dari komunitas sekitarnya, tanaman-tanaman dan ekologi; dan persepsi umun mengenai perusahaan yang beroperasi dalam area lokal. Audit lingkungan tidak berhenti pada ketaatan pada peraturan. Akan tetapi audit lingkungan selain merupakan pelaksanaan hubungan publik mengenai penghijauan, juga merupakan pendekatan strategik total terhadap aktivitas organisasi”. Menurut Wiku Adisasmito (2012:16), pengertian audit lingkungan adalah sebagai berikut: “Audit lingkungan merupakan suatu instrument untuk menguji ketaatan suatu kegiatan rumah sakit terhadap peraturan dan peundang-undangan dan peraturan lingkungan, standar, dan baku mutu lingkungan misalnya standar emisi udara, limbah cair dan penanganan limbah infeksius, serta prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah sakit atau standar operasional lainnya berhubungan seperti penataan terhadap hasil dan rekomendasi AMDAL (Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan)”.
12
Menurut International Organization for Standardization (ISO) 14000 series pada Wiku Adisasmito (2012:15), mendefinisikan sebagai berikut: “Audit lingkungansebagai suatu proses yang sistematis dan terdokumentasi dari evaluasi bukti-bukti yang dihasilkan secara objektif, dengan tujuan untuk menentukan apakah aktivitas-aktivitas,kejadian/peristiwa, kondisi-kondisi, sistem manajemen atau informasi-informasi yang berhubungan dengan lingkungan memenuhi kriteria-kriteria audit dan mengkomunikasikan hasil proses ini kepada pelanggan”. Pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 03 Tahun 2013 Tentang Audit Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa: “Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah”. Audit lingkungan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah pelaksanaan sistem manajemen lingkungan (SML) sesuai dengan pengaturan pengelolaan lingkungan yang sudah diterapkan secara benar dan dipelihara.
2.1.1.2 Audit Lingkungan Rumah Sakit Secara umum audit lingkungan rumah sakit menurut Wiku Adisasmito (2012:20) dapat didefinisikan sebagai berikut: “Audit lingkungan rumah sakit sebagai suatu usaha atau kegiatan yang merupakan perangkat manajemen yang dilakukan secara internal atau oleh pihak ketiga oleh suatu rumah sakit sebagai tanggung jawab sebagai tanggung jawab pengelolaan dan pemantauan lingkungannya”. Audit lingkungan rumah sakit bukan merupakan pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan, melainkan suatu usaha proaktif yang
13
dilaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka rumah sakit sebagai penghasil limbah terbesar jika tidak melakukan pengelolaan limbah dengan baik, akan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitarnya yang akan merugikan masyarakat bahkan rumah sakit itu sendiri. 2.1.1.3 Manfaat Audit Lingkungan Rumah Sakit Audit lingkungan dilakukan rumah sakit sebagai langkah atau tindakan antisipatif terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pelanggaran pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, audit lingkungan yang dilakukan secara berkala merupakan hal yang sangat penting bagi rumah sakit, sehingga rumah sakit yakin bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan rumah sakit telah memenuhi ketentuan yang mengatur pengelolaan lingkungan. Manfaat audit lingkungan rumah sakit menurut Wiku Adisasmito (2012 : 23), diantaranya sebagai berikut: 1. Pentaatan Peraturan dan Perundang-undangan Lingkungan Audit lingkungan merupakan cara untuk mendapatkan informasi mengenai potensi permasalahan non compliance pada rumah sakit. 2. Penghematan Audit lingkungan menghindari kerugian financial, seperti penutupan, pemberhentian rumah sakit atau pembatasan oleh pemerintah serta mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya konservasi energy dan pengurangannya, pemakaian ulang dan daur ulang limbah.
14
3. Meningkatkan Faktor Keamanan dan Keselamatan Kerja Audit lingkungan merupakan suatu usaha proaktif yang dilaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya. 4. Meningkatkan Produktivitas Mengurangi Kerusakan Lingkungan Audit lingkungan mendorong upaya peningkatan pelaksanaan standar operasi, prosedur pengelolaan dan pemantauan termasuk rencana tanggap darurat, pemantauan dan pelaporan, serta meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakan atau yang perlu dilakukan rumah sakit untuk memenuhi kepentingan lingkungan. 5. Mengurangi Resiko Kerusakan Lingkungan Audit lingkungan yang berfungsi untuk meningkatkan penataan rumah sakit terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan. Hal ini merupakan jaminan untuk menghindari kecenderungan pengrusakan lingkungan. 6. Pelaporan Laporan audit yang berguna bagi pihak intern maupun pihak ekstern, dan kelompok pemerhati lingkungan serta pemerintah yang berkaitan dengan pembuktian pelaksanaan pengelolaan lingkungan secara baik dan benar.
2.1.1.4 Ruang Lingkup Audit Lingkungan Rumah Sakit Audit lingkungan rumah sakit perlu disusun sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dan dapat memberikan kemudahan pengambilan keputusan pihak manajemen rumah sakit untuk melakukan manajemen lingkungan yang sesuai rekomendasi dan hasil audit. Untuk mencakup informasi yang dibutuhkan bagi rumah sakit, diperlukan ruang lingkup audit lingkungan yang bersifat fleksibel dan tergantung pada kebutuhan rumah sakit yang bersangkutan. Ruang lingkup audit lingkungan rumah sakit menurut Wiku Adisasmito (2012 : 29), dapat dibedakan dalam dua aspek sebagai berikut:
15
1. a.
b.
c.
d.
e.
f.
2. a.
b.
c.
Aspek Manajemen Pelaksanaan Kebijakan Rumah Sakit Kebijakan lingkungan adalah penggerak pelaksanaan dan perbaikan sistem manajemen lingkungan sehingga kebijakan lingkungan dapat memelihara dan secara potensial memperbaiki kinerja lingkungan. Efektivitas Program Lingkungan Pada aspek manajemen, audit lingkungan menilai efektivitas program lingkungan yang dilakukan sehingga rumah sakit dapat menentukan program lingkungannya. Efektivitas Prosedur Keberadaan suatu standar prosedur operasional menjadi keharusan bagi rumah sakit, prosedur tersebut disusun untuk mencapai standar dan keseragaman pelaksanaan, sehingga dapat dilakukan penilaian efektivitas prosedur. Komunikasi Setiap standar prosedur operasional yang ada melibatkan komunikasi dua arah antara rumah sakit dan pihak-pihak yang berkepentingan melibatkan informasi yang berhubungan dengan aspek lingkungan rumah sakit. Motivasi dan Kesadaran Pekerja Audit lingkungan menilai tingkat kesadaran dan motivasi para pekerja tentang pentingnya ketaatan persyaratan perlindungan lingkungan serta risiko dari ketidaktaatan. Pelatihan Program pelatihan membatasi kesenjangan pengetahuan sikap, dan perilaku pegawai rumah sakit terhadap pelaksanaan prosedur operasional standar program lingkungan. Aspek Teknis Penaatan Peraturan Rumah sakit sebagai sarana yang menyelenggarakan kesehatan, dalam kegiatannya berpotensi menimbulkan pencemaran yang dapat merugikan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, audit lingkungan berguna untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap peraturan dan perundang-undangan. Pencegahan Pencemaran Keterbatasan lahan pembuangan yang tersedia memerlukan upaya untuk mencari strategi lain yang lebih menekankan pendekatan pencegahan. Minimasi Limbah Minimasi limbah merupakan prioritas utama dalam pengelolaan limbah bahaya.
16
d.
e.
Efisiensi Air Merupakan bagian dari usaha pencegahan pencemaran untuk mengurangi kebutuhan air nasional sehingga dapat menjamin bahwa sumber air cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia dan lingkungannya. Efisiensi Listrik Rumah sakit sangat berpotensial dalam penggunaan listrik dalam jumlah besar, sehingga efisiensi penggunaan listrik sangat menguntungkan bagi phak rumah sakit.
2.1.1.5 Karateristik Audit Lingkungan Rumah Sakit Berikut karakteristik audit menurut Wiku Adisasmito (2012 : 65) diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sistematis Proses audit lingkungan rumah sakit harus dilaksanakan dengan tepat, mengikuti sistematika tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan, mulai dari proses awal sampai dengan akhir. Terdokumentasi Hasil pelaksanaan audit lingkungan harus dibuat laporannya untuk pemeriksaan, berkas dan bukti dikumpulkan selama proses audit berlangsung serta didokumentasikan secara jelas. Objektif Data dan hasil temuan selama proses audit harus berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, jangan sampai terjadi kesalahan karena subjektivitas. Metodologi yang Komprehensif Audit lingkungan rumah sakit dilakukan dengan mekanisme tertentu dan terperinci, sistematis, sesuai dengan prosedur pelaksanaan audit sehingga harus dilaksanakan dengan metodologi yang komprehensif dengan prosedur yang telah ditentukan. Konsep Pembuktian dan Pengujian Konsep pembuktian dan pengujian terhadap penyimpangan pengelolaan lingkungan adalah hal yang pokok dalam audit lingkungan rumah sakit. Pengukuran dan Penetapan Standar yang Sesuai Penetapan standar dan pengukuran terhadap kinerja lingkungan rumah sakit harus sesuai dengan komponen rumah sakit yang akan diaudit.
17
2.1.1.6 Karakteristik Auditor Menurut Wiku Adisasmito (2012 : 69), secara umum seorang auditor harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Berdiri Sendiri; Objektif; Berpengalaman; dan Berkualikasi.
Kualifikasi auditor menurut Wiku Adisasmito (2012 : 70) dapat diperoleh dari: a. Pendidikan dan Pengalaman; b. Pelatihan; dan c. Kualifikasi Personal dan Keterampilan.
2.1.1.7 Tugas Auditor Audit lingkungan merupakan proses verifikasi. Oleh karena itu, peranan utama auditor lingkungan adalah untuk menentukan kesesuaian, bukan kinerjanya. Berikut adalah tugas auditor menurut Wiku Adisasmito (2012 : 73): 1. Tugas Dasar Tugas dasar auditor adalah memperoleh dan mengevaluasi secara objektif bukti audit untuk menentukan kesesuaiannya dengan kriteria audit. Selain itu, tugas auditor adalah memberikan rekomendasi atas semua penemuan audit dan meringkasnya. 2. Membuat Laporan Hasil audit lingkungan dituangkan dalam bentuk laporan. Pelaporan secara umum harus dikomunikasikan kepada rekanan terutama dalam penyebaran laporan. Kerahasiaan dari dokumentasi audit digarisbawahi dengan pernyataan, bahwa laporan audit di dalam adalah milik tunggal dari klien. 3. Bukti Audit Bukti audit digunakan sebagai dasar penemuan audit. Bukti audit ini diperoleh tim audit dan wawancara, dokumen akhir, dan pengamatan.
18
4. Menentukan Tujuan, Ruang Lingkup, dan Kriteria Sebelum audit dimulai, pimpinan audit harus membicarakan kepada auditee mengenai tujuan-tujuan, ruang lingkup, dan kriteria audit yang disetujui selama perencanaan audit tersebut disetujui oleh klien. 5. Klien Panitia klien merupakan auditee atau beberapa organisasi lainnya yang membuat peraturan untuk panitia.
2.1.1.8 Tim Audit Menurut Wiku Adisasmito (2012 : 75), tim audit lingkungan hendaknya memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
5.
Pimpinan Auditor Pimpinan auditor lingkungan harus memiliki kualifikasi sebagai berikut: Sepenuhnya mengerti dan menerapkan semua atribut dan keterampilan penting untuk menjamin manajemen yang efektif dan efisien, serta memimpin dari proses audit. Anggota Tim Anggota tim terdiri atas pimpinan auditor dan anggota lain yang terdiri atas auditor lingkungan yang mempunyai kualifikasi lingkungan. Objektivitas Anggota tim dibentuk untuk menjamin objektivitas proses audit dan menghindari konflik dari yang berkepentingan untuk menggunakan audit internal dan eksternal bersama-sama. Hak Perlindungan dan Pengungkapan Prinsip-prinsip umum mengharuskan pekerjaan auditor lingkungan dijaga hak perlindungan profesionalnya dan prosedur penjaminan kualitas yang diikuti dan ditekankan kerahasiaannya dari informasi yang berhubungan dengan audit dan dokumen-dokumen. Tanggung Jawab Tanggung jawab pimpinan auditor, auditor, klien, dan auditee harus jelas. Hal ini ditujukan untuk persiapan kegiatan, seperti memimpin tinjauan dokumen dan persetujuan antar kelompok. Klien bertanggung jawab atas tinjauan dan persetujuan akhir. Sementara itu, tim audit mendiskusikan laporan singkat, laporan rahasia, dan pertimbangan penyimpanan dokumen dari dokumen laporan singkat kerja audit.
19
2.1.2
Efektivitas Sistem Manajemen Lingkungan
2.1.2.1 Pengertian Efektivitas Sistem Manajemen Lingkungan Rumah sakit adalah suatu tempat yang terorganisasi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, baik yang bersifat dasar, spesialistik, maupun subspesialistik. Selain itu, rumah sakit juga dapat digunakan sebagai lembaga pendidikan bagi tenaga profesi kesehatan. Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan, sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik, dan nonmedik menggunakan teknologi yang dapat memengaruhi lingkungan di sekitarnya. Konsep pengelolaan lingkungan dewasa ini telah berkembang pesat seiring dengan tuntutan terhadap kualitas lingkungan dan laju pembangunan. Kini telah berkembang pemikiran mengenai konsep mengenai pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen di dalamnya yang dikenal dengan Sistem Manajemen Lingkungan. Pengertian efektivitas menurut Azhar Susanto (2013:39) adalah sebagai berikut: “Efektivitas artinya informasi harus sesuai dan secara lengkap mendukung kebutuhan pemakai dalam mendukung proses bisnis dan tugas pengguna serta disajikan dalam waktu dan format yang tepat, konsisten dengan format sebelumnya sehingga mudah dimengerti”.
20
Menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2013:179), bahwa pengertian ektivitas adalah sebagai berikut: “Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. Akan tetapi, pencapaian tujuan ini harus mengacu pada visi organisasi”. Sedangkan menurut IBK Bayangkara (2008:14) mengungkapkan pengertian efektivitas adalah sebagai berikut: “Efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuanya”. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi dan dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Pengertian sistem manajemen lingkungan menurut Wiku Adisasmito (2009:9) sebagai berikut: “Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari struktur manajemen organisasi keseluruhan yang mengantisipasi dampak jangka pendek mau pun jangka panjang dari produk, layanan dan proses-proses dari organisasi ini yang mempengaruhi lingkungan hidup”. Pengertian sistem manajemen lingkungan menurut Philip Kristanto (2004:330) adalah sebagai berikut: “Sistem manajemen lingkungan merupakan suatu bagian dari studi manajemen yang memasukkan unsur-unsur kepedulian lingkungan dalam aktivitas sehari-hari, dan merupakan suatu proses manajemen yang menekankan upaya peningkatan efisiensi perusahaan dengan meminimalisasi keluaran limbah melalui proses produksi atau teknologi bersih lingkungan”.
21
Sedangkan menurut Amin Widjaya Tunggal (2000:232) adalah sebagai berikut: “Sistem manajemen lingkungan (environmental management system) merupakan rerangka kerja atau metode untuk menuntun suatu organisasi untuk mencapai dan mempertahankan kinerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai tanggapan terhadap peraturan yang secara konstan berubah, sosial, ekonomi, dan tekanan kompetitif dan risiko lingkungan”. Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian integral dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri atas satu set pengaturan-pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumberdaya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh perusahaan. Sistem manajemen lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa.Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah. Berdasarkan uraian pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian efektivitas sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari struktur manajemen dari organisasi yang memasukkan unsur-unsur kepedulian terhadap lingkungan yang telah dilaksanakan secara tepat, sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan oganisasi.
22
2.1.2.2 Manfaat Sistem Manajemen Lingkungan Berbagai manfaat yang diperoleh dari penerapan sistem manajemen lingkungan rumah sakit yang terpenting adalah perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dengan mengikuti prosedur yang ada dalam sistem manajemen lingkungan rumah sakit, maka dapat membantu dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan efektivitas sistem manajemen lingkungan. Dengan demikian, sistem ini
merupakan
sistem manajemen praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif. Manfaat sistem manajemen lingkungan rumah sakit menurut Wiku Adisasmito (2012 : 20), adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Perlindungan terhadap lingkungan; Manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik; Pengembangan sumber daya manusia; Kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit; Kesesuaian dengan peraturan dan perundang-undangan; Bagian dari manajemen mutu terpadu; Pengurangan atau penghematan biaya; dan Meningkatkan citra rumah sakit.
2.1.2.3 Komponen Penting Sistem Manajemen Lingkungan Dalam mencapai efektivitas sistem manajemen lingkungan rumah sakit, harus didukung oleh setiap elemen yang ada pada rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, terdapat komponen-komponen penting dalam menunjang sistem manajemen lingkungan menurut Wiku Adisasmito (2012 : 26) terdiri atas:
23
1.
2.
3.
Dukungan Manajemen Hal ini merupakan komponen yang paling penting dalam menjalankan sistem manajemen lingkungan, karena nilai-nilai yang ditentukan oleh pihak manajemen dalam kebijakan lingkungan memegang peranan penting dalam membentuk sistem manajemen lingkungan tersebut. Perencanaan Perencanaan merupakan salah satu komponen penting karena jika perencanaan yang dibuat tidak baik, maka akan mengalami kendala dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya. Kebijakan rumah sakit tentang lingkungan berupa program manajemen lingkungan oleh proses binis, yang terdiri atas: a. Struktur manajemen, tanggung jawab, organisasi, dan kewenangan; b. Proses bisnis manajemen lingkungan; c. Sumber daya manusia dan keterampilannya, keuangan dan alat; dan d. Proses untuk menentukan tujuan dan sasaran untuk memenuhi kebijakan lingkungan sebagai berikut: - Prosedur dan pengendalian operasi; - Pelatihan; - Sistem pengukuran dan audit; dan - Pengkajian manajemen. Perumusan perencanaan yang baik dapat digunakan untuk memenuhi tujuan dan sasaran rumah sakit. Perencanaan lingkungan terdiri atas: a. Indentifikasi aspek-aspek lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan; b. Persyaratan-persyaratan legal; c. Kebijakan lingkungan dan kriteria kinerja internal; d. Tujuan dan sasaran lingkungan; dan e. Perencanaan dan program manajemen. Pelaksanaan Apabila perencanaan dan persiapan telah disusun, maka sistem manajemen dapat dilaksanakan. Pada umumnya, sistem manajemen lingkungan berjalan dengan penyempurnaan yang didasarkan pada pengalaman terdahulu. Selain itu, rumah sakit dapat mengembangkan dan menerapkan sistem manejemen lingkungan untuk mengidentifikasi aspek dan dampak, menyusun tujuan dan sasaran, mengevaluasi kinerja lingkungan, dan membuat penyesuaian operasional untuk perbaikan berkelanjutan. Dalam pelaksanaan manajemen lingkungan mencakup penerapan dan operasional yang terdiri atas: a. Struktur dan tanggung jawab; b. Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi; c. Komunikasi; d. Dokumentasi dan sistem manajemen lingkungan; e. Pengendalian dokumen;
24
4.
5.
f. Pengendalian operasional; dan g. Kesiagapan dan tanggap darurat. Pemeriksaan Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan kinerja lingkungan suatu organisasi adalah pengawasan atau pemeriksaan. Pemeriksaan manajemen merupakan hal yang penting sebab mencerminkan keterlibatan manajemen dalam pelaksanaan sistem manajemen lingkungan. Hasil akhir dari pemeriksaan manajemen ini mempunyai kualitas tindakan yang utama jika rumah sakit mengharapkan karyawannya menerima sistem tersebut. Tindakan Pada akhirnya, sistem manajemen lingkungan di rumah sakit adalah kerangka yang seharusnya dikembangkan secara terus menerus dalam suatu tindakan. Rumah sakit harus menyimpan dokumen pencatatan dan pelaporan sistem manajemen lingkungan secara berkala, disertai faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi kebijakan dan kegiatan lingkungan. Tindakan ini dilakukan berdasarkan hasil audit dan dokumen sustem manajemen lingkungan.
2.1.2.4 Aspek Pengelolaan Lingkungan di Rumah Sakit Hal yang pertama dilakukan dalam penerapan sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah pengkajian terhadap semua kegiatan, proses, sumber daya, prosedur, dan praktik-praktik manajemen rumah sakit yang berkaitan secara langsung maupun taklangsung dengan aspek lingkungan. Kajian ini secara mendasar menurut Wiku Adisasmito (2012 : 36) terdiri atas: 1. Proses, produser, dan praktek 2. Pengantar check list untuk elemen dasar sistem manajemen lingkungan yang dapat dilihat pada buku panduan ISO 14001 3. Tinjauan keberadaan sistem manajemen lingkungan rumah sakit dibandingkan dengan sistem manajemen lingkungan berdasarkan standar dari ISO 14001. Secara garis besar, tinjauan aspek lingkungan dibedakan menjadi dua, yaitu aspek lingkungan yang diatur menurut peraturan dan perundang-undangan (regulatory aspect),
25
serta aspek lingkungan yang tidak diatur menurut peraturan dan perundang-undangan (non regulatory aspect). 1.
Aspek Lingkungan yang diatur Menurut Peraturan dan Perundang-undangan Pengelolaan Rumah Sakit, terdiri atas: a.
Penilaian dampak lingkungan;
b.
Infeksi nosokomial;
c.
Limbah kimia dan berbahaya;
d.
Emisi udara, kebisingan, suhu dan kelembaban, serta pencahayaan
e.
Kualitas effluen air limbah;
f.
Sampah padat;
g.
Limbah radioaktif; dan
h.
Limbah medic.
2. Aspek Lingkungan yang tidak diatur Menurut Peraturan dan Perundangundangan Pengelolaan Rumah Sakit, terdiri atas: a.
Struktur manajemen;
b.
Fasilitas dan peta lokasi pengelolaan lingkungan hidup;
c.
Ringkasan sejarah dan kepemilikan rumah sakit;
d.
Aktivitas umum rumah sakit;
e.
Alur proses perawatan kesehatan;
f.
Pengendalian infeksi nosokomial;
g.
Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja;
h.
Daftar bahan medik dan non medic;
i.
Program pengendalian emisi udara;
26
j.
Penanganan, penyimpanan, transportasi limbah domestik, berbahaya dan beracun (B3), kemoterapi, pengaturan pembuangan dan surat izin; k. Penyediaan air, perpipaan, lay-out, dan konsumsi air; l. Pencatatan dan kualitas effluen air limbah; m. Sistem pengelolaan air limbah; n. Upaya sanitasi; o. Supply listrik, lay-out dan penggunaan listrik; p. Pelatihan lingkungan; q.
Pertimbangan dengan supplier mengenai masalah lingkungan; dan
r.
Pendekatan identifikasi materiil.
2.1.2.5 Tahapan Pengelolaan Lingkungan di Rumah Sakit Dalam pelaksanaan sistem manajemen lingkungan rumah sakit dibutuhkan pengelolaan lingkungan yang baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, karena rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam kegiatannya tentu dapat memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, selain fungsi rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan, maka rumah sakit memiliki kewajiban dalam mengelola lingkungannya. Berikut tahapan pengelolaan lingkungan di rumah sakit menurut Wiku Adisasmito (2012 : 58): 1. 2. 3.
Identifikasi aspek lingkungan; Penilaian dampak lingkungan; Analisis kesenjangan;
4. 5. 6. 7.
Penetapan tujuan dan sasaran; Program pengelolaan lingkungan; Implementasi dan operasionalisasi program; dan Pemeriksaan dan tindakan koreksi.
27
Dengan melihat dan memerhatikan aspek pengelolaan lingkungan rumah sakit, maka diharapkan dapat tercapai efektivitas sistem manajemen lingkungan rumah sakit. 2.2. Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Tahun
1
Erik
2010
2
Judul
Persamaan
Perbedaan
Pengaruh
Menganalisis
Penelitian
Ricky
Pelaksanaan Audit
Pengaruh
dilakukan pada
Gustian
Lingkungan
Pelaksanaan Audit
Perum Perhutani
terhadap
Lingkungan
Unit III Jawa
Pelaksanaan Sistem
terhadap Sistem
Barat dan Banten
Manajemen
Manajemen
Lingkungan
Lingkungan
Pengaruh
Meneliti Bagaimana
Penelitian
Fitra
Pelaksanaan Audit
Pengaruh
dilakukan pada
Adhitia
Lingkungan
Pelaksanaan Audit
PT. INTI
terhadap Akuntansi
Lingkungan
(Persero)
Yodha
2012
Pertanggungjawaban terhadap Akuntansi Sosial
Bandung
Pertanggungjawaban Sosial
3
Rully Chandra
2014
Pengaruh
Meneliti bagaimana
Penelitian
Pelaksanaan Audit
pengaruh
dilakukan pada
Operasional
Pelaksanaan Audit
Rumah Sakit
Terhadap Efektivitas Operasional
Umum Daerah
Persediaan Obat-
(Cibabat Cimahi)
Terhadap Efektivitas
28
Obatan dan Fungsi
Persediaan Obat-
MSDM serta
Obatan dan Fungsi
Implikasinya
MSDM serta
Terhadap Efektivitas Implikasinya Pelayanan
Terhadap Efektivitas
Kesehatan Rawat
Pelayanan
Inap di Rumah Sakit
Kesehatan Rawat Inap di Rumah
2.3. Kerangka Pemikiran
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan
dengan
rumah
sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit dalam pelayanannya tentu akan menghasilkan limbah medis yang merupakan salah satu jenis limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah yang dihasilkan
29
diantaranya, limbah radioaktif, limbah infeksius, patologi dan anatomi, limbah sitoksis, limbah kimia dan farmasi.Pengelolaan limbah adalah salah satu masalah yang serius, karena dapat mengakibatkan dampak yang langsung maupun tidak langsung melalui media lingkungan. Sistem manajemen lingkungan rumah sakit merupakan bagian dari sistem manajemen terpadu yang meliputi pendekatan struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pembagian tanggung jawab dan wewenang, praktik menurut standar operasional, prosedur khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, mengevaluasi dan mensinergikan kebijakan lingkungan dengan tujuan rumah sakit. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan suatu proses audit agar berjalan sesuai dengan tujuan awal rumah sakit. Dengan memanfaatkan sistem manajemen lingkungan rumah sakit, diharapkan rumah sakit dapat mengontrol manajemen pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan. Audit lingkungan merupakan alat yang efektif dan bermanfaat bagi suatu usaha untuk mengelola lingkungan hidup. (Sumarno, 2007:1) Pengertian audit lingkungan menurut Kep-42/Menlh/11/1994 dalam Irianto (2009) tentang Petunjuk Pelaksanaan Audit Lingkungan adalah: “Audit Lingkungan adalah alat manajemen yang terdiri atas evaluasi objektif, dokumentasi yang sistematis dan evaluasi periodik untuk menilai kinerja sistem manajemen dan peralatan lingkungan yang bertujuan untuk: pertama, membantu kontrol manajemen terhadap praktik-praktik lingkungan; dan kedua, menilai kepatuhan terhadap kebijakan usaha atau operasi lingkungan termasuk untuk memenuhi peraturan atau undang-undang.
30
Audit lingkungan adalah alat manajemen internal yang digunakan oleh suatu organisasi atau kegiatan dalam mengemban tanggung jawab lingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan suatu kewajiban dibawah peraturan atau undangundang khusus, melainkan suatu alat manajemen proaktif yang digunakan secara sadar untuk mengidentifikasi masalah lingkungan sebelum masalah itu terjadi untuk melakukan tindakan pencegahan”.
Secara ringkas, Audit lingkungan adalah evaluasi sistematis dan objektif dari dampak yang ada maupun potensial dampak dari kegiatan suatu organisasi atas lingkungan. Apa yang dievaluasi biasanya termasuk pengelolaan lingkungan dari organisasi itu, pentaatan pada peraturan dalam pengelolaan lingkungan seperti emisi ke udara, pembuangan ke air, pengelolaan limbahnya, termasuk pula manajemen komunikasi dan kursus-kursus yang diberikan kepada stafnya. 2.4. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Jika penerapan audit lingkungan telah memadai, maka tercipta sistem manajemen lingkungan rumah sakit yang efektif ”.
31
32