BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1
Kerangka Tektonik dan Struktur Geologi Regional Pulau Kalimantan berada di bagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pulau
Kalimantan berbatasan dengan Laut Cina Selatan di bagian utara, sabuk Filipina mobile dan lempeng Samudera Filipina di bagian timur, busur sunda dan banda di bagian selatan, dan paparan sunda di bagian barat (Gambar 2.1). 1100 00’
1150 00’
50 00’
Daerah Penelitian
00 00’
Gambar 2.1 Peta Geologi Kalimantan (Darman dan Sidi, 2000). Kalimantan dapat dibagi secara kasar menjai beberapa wilayah tektonik yang berarah Barat-Timur (Darman dan Sidi, 2000). Di utara Pulau Kalimantan didominasi kompleks akresi Crocker-Rajang-Embaluh yang berumur Kapur dan Eosen-Miosen yang berisi endapan turbidit. Cekungan Kutai di bagian selatan, Cekungan Tarakan di timur laut Pulau Kalimantan, Cekungan Barito terbentuk sebagai back-arc. Pada pulau ini juga terdapat pegunungan Schwaner yang berupa batolit dengan litologi granit berumur kapur. Cekungan Barito dan Asem-asem di tenggara Kalimantan di pisahkan oleh Ofiolit Meratus. Tanjung Mangkalihat terletak di ujung timur Kalimantan, tepatnya di daerah yang menyerupai hidung, dapat dicapai melalui jalan darat dari samarinda ke utara
menuju batuputih. Mangkalihat diinterpretasikan merupakan suatu mikrokontinen yang berasal dari Gondwana sebelah utara, lepas dari sana pada Jura Akhir dan berjalan
menuju
ekuator
oleh
pembukaan
samudera
Ceno-Tethys,
lalu
beramalgamasi pada Kapur Akhir dengan terrane lain dari baratlaut yaitu KelabitLongbowan. Amalgamasi kedua terrane ini menghasilkan Suture Adio, atau kita kenal sebagai Tinggian Suikerbrood di sebelah barat Mangkalihat. Suture ini disusun oleh oceanic plate stratigraphy yang merupakan asosiasi suture yang khas dan berlokasi diantara dua terrane sebelum keduanya berbenturan (dalam hal ini mikrokontinen dari Gondwana dengan terrane Kelabit-Longbowan). Mangkalihat lebih sebagai mikrokontinen sebab daerah tersebut menduduki posisinya sekarang tidak diantar oleh sesar mendatar besar, tetapi melalui drifting di atas Ceno-Tethys sea floor spreading. Di daerah ini, terdapat Sesar Mangkalihat yang merupakan sesar mendatar besar, banyak penulis menggambarkannya sebagai sinistral. Sebagian penulis menggambarkannya berhubungan dengan Sesar Palu-Koro di Sulawesi dan Sesar Tinjar dan West Baram Line di Sarawak membentuk sesar mendatar regional (megashear). Keberadaan sesar ini terutama ditunjukkan oleh terhentinya Tinggian Suikerbrood (tinggian di sebelah barat Mangkalihat) secara tegas di sepanjang pantai utara Mangkalihat bagian barat,sehingga Sesar Mangkalihat digambarkan di sepanjang pantai utara Semenanjung Mangkalihat. Daerah Mangkalihat juga diinterpretasikan sebagai daerah yang berada pada zona transpresi. Hal tersebut dikarenakan daerah tersebut diapit oleh dua sesar besar yaitu, Sesar Mangkalihat dan Sesar Sangkulirang yang berarah sinistral. Kedua sesar tersebut juga yang pada akhirnya banyak mempengaruhi kondisi geologi yang ada di daerah tersebut.
Daerah Penelitian
1180 45’(BT)
1190 00’(BT)
10 00’(LU)
00 45’(LU)
Gambar 2.2 Peta geologi regional lembar Tanjung Mangkalihat (Djamal, dkk, 1995). 2.2
Stratigrafi Regional Stratigrafi regional difokuskan kepada kelompok batuan yang tersingkap di
daerah Tanjung Mangkalihat menurut para peneliti terdahulu. Adapun unit-unit stratigrafi yang tersingkap di daerah Mangkalihat menurut Djamal, dkk. (1995) dalam peta geologi regional Lembar Tanjung Mangkalihat skala 1:250.000dari tua ke muda (Gambar 2.3), adalah:
Gambar 2.3 Stratigrafi regional lembar Tanjung Mangkalihat (Djamal, dkk, 1995). Formasi Kuaro (Tek): Formasi Kuaro Terdiri atas, Serpih, batupasir, konglomerat, batu lumpur, breksi, napal dan batugamping bersisipan batubara. Umur Formasi ini adalah Eosen. Diendapkan di lingkungan paralic hingga laut dangkal. Ketebalan formasi 600m menindih tak selaras batuan pre tersier dan menjemari dengan formasi telakai. Formasi Telakai (Tet): Formasi Telakai terdiri dari litologi batugamping pasiran, serpih, dan lempung. Umur formasi ini adalah Eosen, berdasarkan kandungan fosil Globorotalia Centralis dan Globigerina Gortanigortani yang diendapkan pada laut dangkalm formasi ini memiliki ketebalan hingga 800m. Formasi ini menjemari dengan formasi kuaro. Formasi Tabalar (Teot): Formasi Tabalar, terdiri atas, Batugamping, putih abu-abu pucat. Umur formasi ini Eosen Akhir-oligosen awal. Diendapkan di lingkungan laut dangakal. Tebal formasi mencapai 2000m bagian bawah formasi diduga menjemari dengan Formasi Telakai dan Formasi Kuaro, Bagian atas tertindih tak selaras oleh Formasi Lembak.
Formasi Lembak (Toml): Formasi Lembak terdiri atas, Perselingan napal dan batugamping, bagian bawah didominansi batu gamping, bagian atas didominasi napal. Menindih secara selaras Formasi tabular dan tertindih secara tak selaras oleh formasi Tendehantu. Umurnya Oligosen akhir – Miosen awal, diendapkan di lingkungan laut dangkal-neritik. Ketebalan mencapai 2000m dan singkapan terbaik di sungai lembak, sebelah tenggara Tinggian Mengkupa. Formasi Tendehantu (Tmt): Formasi Tendehantu terdiri atas, Batugamping koral, warna putih, kuning muda, berlapis. Formasi ini Berumur Miosen tengah dan Diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Tebal sekitar 1875 m. Formasi Golok (Tmpg): Formasi Golok terdiri atas, Napal Bersisipan Batulempung, batu gamping napalan, moluska dan material batubara berwarna kelabu kekuningan sampai coklat, foraminifera yang dijumpai adalah G. extremus BOLLI & BERMUDEZ, Globorotalia Multicamerata CUSHMAN & JARVIS, G. TUmida BRADY. G. Acostaensis DLL. Kumpulan Fosil ini menunjukan umur miosen-akhir –pliosen, dengan lingkungan pengendapan Neritik – Bathyal (Sudijono, 1993 dalam Djamal,dkk, 1995). Ketebalan Mencapai 1250 m. Aluvium Qa : Aluvium berupa Endapan Aluvium sungai rawa dan pantai. Pada Endapan Aluvium terdiri dari batugamping, kerikil, pasir, koral dan lumpur.