BAB II DASAR TEORI
2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial
Dalam konteks aktivitas, ruang lingkup pekerjaan ilmu geodesi umumnya mencakup tahapan pengumpulan data, pengolahan dan manipulasi data, perepresentasian informasi, serta analisa dan utilisasi informasi (Abidin, 2001)
Keilmuan geodesi secara umum menghubungkan antara pendekatan ellipsoid bumi berupa kerangka referensi melalui pengamatan terhadap tiga bagian utamanya, yaitu geometri permukaan bumi dengan variasi temporalnya, rotasi bumi dengan pergerakan kutubkutubnya, serta medan gravitasi bumi dengan variasi temporalnya. Data-data geodesi tersebut kemudian diolah menjadi informasi geospasial yang dapat digunakan untuk kepentingan publik maupun penentuan kebijakan bagi pemerintah (Abidin, 2011).
2.2 Informasi Geospasial
Informasi merupakan data-data hasil pengukuran dan/atau pencatatan yang telah diproses untuk kemudian disajikan sesuai permintaan pengguna. Sinergi dari data yang telah diproses menjadi informasi, penyelenggara dan penggunanya, serta aktivitas penyelenggaraannya hingga menjadi suatu sistem yang terpadu disebut Sistem Informasi. Komponen utama pembentuk sistem informasi, dalam hal ini informasi geospasial, terdiri dari perangkat keras/komputer, perangkat lunak pemrosesan data geospasial, manusia sebagai penyelenggara dan penggunanya, data geospasial, serta keorganisasian/aturannya (Riqqi, 2010).
Informasi geospasial, biasanya ditampilkan dalam bentuk peta, merupakan informasi obyek permukaan bumi yang mencakup aspek waktu dan keruangan (spasial). Cakupan informasi geospasial disini dapat dimasukkan dalam tiga pengertian, yaitu informasi tentang lokasi di permukaan bumi, informasi tentang terdapatnya suatu obyek di bumi yang bersifat fisik (atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer dan biosfer) ataupun non-fisik dan budi daya hasil kreasi manusia (antroposfer), serta informasi tentang apa yang berada pada suatu lokasi tertentu. Oleh karena itu, informasi geospasial tidak hanya menunjukkan lokasi di permukaan bumi, tetapi juga terkait sumber daya dan lingkungan hidup manusia (BAKOSURTANAL, 2009). 5
Dalam dunia pemetaan yang merupakan dasar kegiatan pengadaan informasi geospasial, dikenal dua jenis peta, yaitu Peta Dasar dan Peta Tematik. Demikian halnya dengan informasi geospasial juga dibedakan menjadi dua, yaitu Informasi Geospasial Dasar dan Informasi Geospasial Tematik. Informasi Geospasial Dasar merupakan jenis informasi geospasial yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah, badan usaha maupun perorangan. Sedangkan Informasi Geospasial Tematik merupakan informasi geospasial yang memperlihatkan data secara kualitatif dan/atau kuantitatif pada unsur-unsur yang spesifik, berhubungan dengan detail-detail topografi (Aziz dan Rachman, 1977). Untuk ilustrasinya bisa dilihat dalam Gambar 2.1. `
Gambar 2.1 Diagram Informasi Geospasial secara umum
2.2
Informasi Geospasial Dasar Bidang Kelautan
Pemanfaatan Informasi Geospasial Dasar yang ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah, badan usaha maupun perorangan, memiliki ciri-ciri yakni pemanfaatannya relatif untuk jangka waktu yang panjang, serta memiliki informasi posisi atau lokasi suatu obyek yang dapat dilihat langsung atau diukur, dicatat dan/atau dicitra dari kenampakan fisik di muka bumi. Informasi Geospasial Dasar memiliki kriteria unik atau tunggal, terbuka, diselenggarakan oleh negara melalui otoritas tertentu, dan menjadi dasar atau referensi bagi pembuatan Informasi Geospasial Tematik. Informasi Geospasial Dasar berbentuk titik, garis dan polygon, serta atribut nama rupabumi (toponimi). Adapun berdasar asalnya, Informasi Geospasial Dasar berupa unsur alam (garis pantai, kontur/hipsografi), 6
buatan manusia (bangunan fasilitas umum) dan tak berwujud (batas wilayah administrasi, nama-nama rupabumi). Informasi Geospasial Dasar juga meliputi informasi yang menjadi kerangka pembuatan Informasi Geospasial Dasar, yaitu kerangka jaring titik kontrol yang koordinatnya
di
atas
permukaan
bumi
diketahui
dengan
ketelitian
tertentu
(BAKOSURTANAL, 2010).
2.3 Kandungan Informasi Geospasial Dasar Bidang Kelautan
Unsur informasi dalam Informasi Geospasial Dasar meliputi data grafik dan data atribut. Data grafik meliputi titik, garis, dan area. Titik digunakan untuk unsur geografis yang akan terlalu kecil apabila digambarkan dengan garis atau area; Garis digunakan untuk unsur geografis yang akan terlalu sempit apabila digambarkan dengan area; dan Area digunakan untuk unsur geografis yang memiliki bentuk homogen. Sedangkan data atribut, berupa teks, digunakan untuk memperjelas deskripsi unsur geografisnya (Hakim, 2009).
7
Contoh-penggunaan data grafik dalam peta bidang kelautan bisa dilihat dari ilustrasi yang diinventarisasi dari Peta Laut Nomor Satu (Chart Number One) pada Tabel 2.1 s/d 2.4 dan Gambar 2.4.
Tabel 2.1 Titik Kontrol dalam Chart Number One
Tabel 2.2 Garis Pantai dalam Chart Number One
8
Tabel 2.3 Relief dalam Chart Number One
Tabel 2.4 Kenampakan Air dan Lava dalam Chart Number One
9
Gambar 2.4 Area Kedalaman dalam Chart Number One
10
Ruang lingkup Informasi Geospasial Dasar meliputi:
A. Jaring Kontrol Geodesi Jaring Kontrol Geodesi merupakan titik-titik kontrol geodesi yang digunakan sebagai kerangka acuan posisi tertentu bagi Informasi Geospasial, yang terdiri dari:
1) Jaring Kontrol Horizontal Nasional Jaring Kontrol Horizontal Nasional digunakan sebagai kerangka acuan posisi horizontal dua dimensi bagi Informasi Geospasial. Titik-titik kontrol geodesi horizontal tersebut diwujudkan di atas permukaan bumi dalam bentuk tanda fisik (BM). Posisi titik kontrol horizontal tersebut mengacu pada satu sistem referensi yang berlaku secara nasional.
2) Jaring Kontrol Vertikal Nasional Jaring Kontrol Vertikal Nasional digunakan sebagai kerangka acuan posisi vertikal bagi Informasi Geospasial. Jaring Kontrol Vertikal Nasional berupa titik-titik kontrol geodesi vertikal, dalam bentuk Titik Tinggi Geodesi, yang mengacu pada satu sistem referensi tinggi yang berlaku secara nasional.
3) Jaring Kontrol Gaya Berat dan Pasang Surut Laut Jaring Kontrol Gaya Berat Nasional digunakan sebagai acuan dalam penentuan posisi vertikal dan sistem referensi tinggi. Data-data pengukuran gaya berat diperlukan untuk keperluan penentuan geoid, yang selanjutnya dijadikan pendekatan reduksi jarak dari ellipsoid bumi untuk penentuan tinggi (Kahar, 2008). Nilai gaya berat di setiap titik pada jaring tersebut didesain mengacu pada satu sistem referensi gaya berat yang berlaku secara nasional.
Data pasang surut laut yang diperoleh dari pengamatan naik turunnya muka laut di stasiun-stasiun pasang surut diperlukan pada penentuan bidang referensi vertikal. Variasi muka laut yang terjadi setiap saat di lokasi sepanjang pantai merupakan hasil hubungan yang rumit antara gerakan dan sifat-sifat massa air, pengaruh meteorologi, dan karakteristik pantainya sendiri (Djunarsjah, 2007). Pengamatan pasang surut yang bersifat permanen dan jangka panjang telah dilaksanakan secara aktif sejak tahun 1984 oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Pada awalnya, 11
pemasangan stasiun dilakukan di sekitar Pulau Jawa dan Sumatera dengan tujuan penetapan muka laut rata-rata yang dijadikan sebagai acuan untuk jaring sipat datar nasional serta pemetaan dasar di darat (BAKOSURTANAL, 2009).
B. Peta Dasar Kelautan
Peta Dasar Kelautan merupakan peta dasar yang memberikan informasi untuk wilayah pesisir dan laut, terutama tentang kedalaman, jenis pantai (berpasir, berlumpur, atau berbatu), serta informasi dasar lainnya terkait dengan navigasi dan administrasi di wilayah laut sebagai acuan untuk Peta Tematik Kelautan (BAKOSURTANAL, Situs Resmi).
1) Peta Dasar Lingkungan Pantai Indonesia (LPI)
Peta Dasar Lingkungan Pantai Indonesia adalah peta dasar di wilayah pantai yang mencakup daratan pesisir dan laut dengan informasi batimetri dan obyek-obyek penting terkait dengan navigasi laut, perikanan dan kelautan. Dalam sebuah Peta Dasar LPI, perbandingan cakupan luas daratan dan lautan adalah kurang lebih 1:2. Peta Dasar LPI ini biasanya menggunakan skala 1:50.000.
Contoh-contoh tampilan Peta Dasar LPI dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan 2.8.
Gambar 2.7 Indeks Peta LPI Skala 1:250.000 12
Gambar 2.8 Indeks Peta LPI Skala 1: 50.000
2) Peta Dasar Lingkungan Laut Nasional (LLN)
Peta Dasar Lingkungan Laut Nasional adalah peta dasar di wilayah laut dengan informasi batimetri dan obyek-obyek penting terkait dengan navigasi laut, perikanan dan kelautan. Dalam sebuah Peta Dasar LLN, perbandingan cakupan luas daratan dan lautan adalah kurang lebih 1:2. Peta Dasar LLN ini biasanya menggunakan skala 1:500.000.
13
Contoh-contoh tampilan Peta Dasar LLN pada Gambar 2.9 dan 2.10.
Gambar 2.9 Peta LLN Aceh Skala 1:500.000
Gambar 2.10 Peta LLN Sumatera Utara Skala 1:500.000 14