BAB I1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terminal 2.1.1. Definisi Terminal
Soefaat (1999) mendefinisikan bahwa terminal merupakan tempat tujuanakhir atau tujuan-antara perjalanan dapat berupa bangunan dengan tempat parkir. Sedangkan Morlok (1988) mendefenisikan bahwa terminal merupakan lokasi atau tempat bagi para penumpang dan barang yang masuk maupun keluar dari suatu sistem yang merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem transportasi. Selanjutnya Warpani (2002) menyatakan bahwa untuk menunjang kelancaran mobilitas orang maupun arus barang dan untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antarmoda secara lancar dan tertib, di tempat-tempat tertentu dapat dibangun dan diselenggarakan terminal. Pada hakikatnya terminal merupakan simpul dalam sistem jaringan perangkutan jalan yang terdiri atas terminal penumpang dan terminal barang. Dari ketiga pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terminal merupakan lokasi atau tempat tujuan akhir atau tujuan antara-perjalanan bagi para penumpang atau barang untuk menunjang kelancaran mobilitas orang maupun barang dalam sistem transportasi. Terminal merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Selain itu, terminal juga merupakan tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian sistem lalu lintas dan angkutan umum. Dengan kata lain, terminal merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagi dari sistem transportasi untuk melancarkan a s pengguna jasa
angkutan pada umurnnya. Dan diharapkan terminal sebagai unsur tata ruang yang mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan kota.
2.1.2. Fungsi Terminal dan Wilayah Pelayanan Jika ditinjau dari fungsinya, terminal mempunyai fungsi-fimgsi sebagai berikut (Pemko Pekanbaru, 200 1) : 1. Fungsi terminal bagi pengguna jasa transportasi adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyarnanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan tempat parkir kendaraan umum. 2. Fungsi terminal bagi pemerintah adalah sebagai sarana penataan lalu lintas dan angkutan, surnber pendapatanlrestribusi serta sebagai tempat pengendalian operasi kendaraan umum.
3. Fungsi terminal bagi operatorlpengusaha adalah untuk pengaturan operasi kendaraan, sebagai tempat istirahat awak kendaraan, pusat informasi bagi awak kendaraan serta memberikan fasilitas pangkalan bagi kendaraan umum. Berdasarkan wilayah pelayanannya menurut Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1993 tentang prasarana dan lalu-lintas jalan, terminal dikelompokkan ke
dalam beberapa tipe, yaitu : 1. Tipe A, berfungsi melayani kendaraan m u m untuk angkutan lintas batas
negara, angkutan antar kota antar propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. 2. Tipe B, berfimgsi melayani kendaraan umum angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
3. Tipe C, berfimgsi melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan angkutan pedesaan. Lokasi terminal tipe A, B, dan C ditetapkan dengan memperhatikan : (a) rencana urnurn tata ruang, (b) kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal, (c) keterpaduan jenis angkutan baik intra maupun antar jenis, (d) kondisi topografi lokasi terminal, dan (e) kelestarian lingkungan (Warpani, 2002). Menurut Adler (1982) sebelum menjadi sebuah proyek, terminal harus dapat dievaluasi sebagaimana mestinya. Ada dua langkah pendahuluan yang sangat diperlukan dan biasanya merupakan esensial agar berbagai alternatif bagi proyek tersebut harus dipertimbangkan. Langkah pertama adalah suatu tinjauan umurn mengenai perekonomian negara yang bersangkutan. Tinjauan umum seperti ini mempunyai dua fimgsi pokok. Pertama, menentukan kebutuhan jasa terminal secara keseluruhan, dengan cara menjajaki, umpamanya laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan areal terminal yang diakibatkannya. Kedua, sebagai landasan untuk menilai kebutuhan-kebutuhan akan jasa terminal tersebut dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan daripada sektor-sektor lainnya. Langkah kedua haruslah berupa suatu survei yang terperinci mengenai terminal di
daerah yang bersangkutan untuk menentukan berbagai prioritas di dalam sektor tersebut. Survei seperti itu, supaya dapat bermanfaat secara maksimum, tidak saja harus menentukan kerangka m u m prioritas bagi masing-masing sarana pengangkutan, misalnya penyusunan daftar berbagai kebutuhan terminal menurut uutan kepentingannya, tetapi harus juga menunjukkan peranan yang tepat bagi tiap sarana dan prioritas di antara mereka.
Selanjutnya Sukirno (1985) mengemukakan bahwa,
seluruh kehidupan
perusahaan erat hubungannya dengan pemasaran produk, maka perlu dipersiapkan strategi pemasarannya, konsep pemasaran yang maju menghendaki pemikiran, perencanaan, pengaturan dan pengendalian kegiatan pemasaran. Strategi dilihat dari 4-0 yaitu : Object, Objective, Organization dan Operation. Sehubungan dengan ha1 tersebut maka jasa terminal AKAP harus senantiasa berorientasi pada perencanaan, pengaturan dan pengendalian kegiatan dalam suatu proses program yang terpadu, sehingga peranan sektor terminal dapat dirasakan oleh masyarakat. Proses kegiatan jasa terminal merupakan ruang lingkup organisasi pemerintah dalam suatu jalinan kerja sama. Hal ini merupakan sistem tingkah laku yang terdiri dari proses yang biasa juga disebut fungsi atau kelompok kegiatan. Fungsi ini menggerakkan organisasi dalam pencapaian tujuannya. Hal ini dinyatakan oleh Woodward (1982) bahwa sasaran pertama dari manajemen suatu jasa terminal ialah memperkecil tambahan pengeluaran dengan memakai suatu keahlian dalam usaha di dalam pengadaan sarana yang tepat dan mengetahui jenisnya, merupakan salah satu tugas tertentu yang harus bisa dilaksanakan. Berdasarkan fungsi dan pelayanan, terminal dikelompokkan ke dalam (Warpani, 2002) : \
1) Terminal utama, adalah terminal yang melayani angkutan utama, angkutan
pengumpul/penyebaran antarpusat kegiatan nasional, dari pusat kegiatan wilayah ke pusat kegiatan nasional serta perpindahan antar jenis angkutan khususnya jenis angkutan angkutan laut dan udara. terminal utama dapat dilengkapi dengan fungsi sekunder, yakni pelayanan angkutan lokal sebagai mata rantai akhir sistem perangkutan.
2) Terminal
pengumpan,
adalah
terminal
yang
melayani
angkutan
pengumpullpenyebar antarpusat kegiatan wilayah, dari pusat kegiatan lokal ke pusat kegiatan wilayah. Terminal jenis ini dilengkapi dengan pelayanan angkutan setempat.
3) Terminal lokal, melayani penyebaran antarpusat kegiatan lokal. Fungsi terminal ternyata tidak hanya sebagai pelengkap prasarana perangkutan yaitu tempat menaikkan dan m e n d a n penumpang serta tempat mengatur pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umurn. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat yang tepat untuk kegiatan usaha perdagangan dan rekreasi yang merupakan kegiatan penunjang terminal. Dengan perkataan lain, terminal juga menyandang fungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat. Selain itu, di luar fungsi perangkutan, terminal juga menyandang fungsi kewilayahan yakni sebagai pusat pengembangan wilayah. Apabila dilihat dari ukwan lahan saja, luasnya merupakan bagian yang layak diperhitungkan dalam tata ruang wilayah, apalagi terminal itu adalah pelabuhan atau bandar udara (bandara) yang mencakup puluhan bahkan ratusan hektar. Mengingat fungsi dan fasilitas yang tersedia hams menyatu dengan terminal, maka tuntutan luas lahan bagi sebuah terminal adalah konsekuensi logis dari fungsinya. Dalam rencana
urnum tata ruang, keberadaan terminal dan penentuan lokasi hams dilakukan secara hati-hati d m cermat, dengan memperhatikan berbagai aspek terkait, mengingat fungsi ganda yang disandang oleh sebuah terminal. Persyaratan letak dan luas sebuah terminal dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persyaratan Letak dan Luas Sebuah Terminal Tipe C Tipe B Tipe A 1. Dalam jaringan 1. Dalam jaringan 1. Dalam Lokasi trayek jaringan trayek hrryek antarkota Terminal perdesaan antarkota antarpropinsi (Keputusan dalampropinsi dadatau Menteri angkutan lintas No.31 tahun batas negara 1995 pasal 1I, 2. Terletak di 2. Terletak di jalan 2. Terletak di 12, dan 13 jalan kolektor jalan arteri arteri dengan atau lokal atau kolektor kelas sekurangdengan kelas dengan kelas kurangnya 1II.A minimal 1II.A minimal 1II.B 3. Jarak antar dua 3. 15 km dipulau Jawa dan 30 terminal km di pulau penurnpang tipe lain A sekurangkurangnya 20 km di pulau Jawa, 30 km di pulau Sumatera, dan 50 km di pulau lainnya 1. Sesuai dengan 1. Luas lahan yang 1. Luas lahan 3 1 Luas lahan permintaan ha di pulau tersedia minimal (Ha) akan angkutan Sumatera dan sekurangpulau Jawa, kurangnya 5 ha dan 2 ha di di pulau pulau lain Sumatera dan pulau Jawa, dan 3 ha di pulau lain 1. Mempunyai 1. Mempunyai 2. Sesuai dengan Jarak minimal akses jalan akses jalan kebutuhan akses jalan masuk 50 m di mas& atau untuk masuk/keluar pulau Jawa keluar ke dan kelancaran keldari dan 30 m di dari terminal lalulintas di terminal (m) pulau lain dengan jarak sekitar terminal dihitung dari sekurangjalan ke pintu kurangnya 100 keluar atau m di pulau Jawa masuk dan 50 m di terminal pulau lain Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan RI No.3 1 Tahun 1995 (dalam Warpani, 2002)
Mengingat fungsi terminal adalah juga tempat perpindahan moda angkutan, maka pada umurnnya sebuab terminal adalah gabungan dari terminal dua atau lebih jenis angkutan, misalnya : (1) bandara, terminal taksi, terminal bus, dan terminal kereta api berada dalam satu kesatuan terpadu, (2) pelabuhan, terminal kereta api, dan terminal bus serta taksi merupakan satu keterpaduan terminal besar, (3) perhentian bus berdampingan dengan pangkalan becak (Warpani, 2002).
2.1.3. Terminal Penumpang Terminal penumpang adalah prasarana perangkutan jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang dan atau barang, perpindahan intra dan antar jenis angkutan, serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Terminal barang adalah prasarana perangkutan jalan untuk keperluan
membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan antar jenis angkutan
(UU-RI NO.14 Th. 1992). Berdasarkan Keputusan Menteri No.31 Th. 1995 (dalam Warpani, 2002) fasilitas terminal penumpang hams dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang terdiri dari : 1. Fasilitas Utarna :
a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum b. Jalur kedatangan kendaraan umum c. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum (tidak diisyaratkan bagi terminal tipe C). d. Bangunan kantor terminal e. Tempat tunggu penumpang atau pengantar
f. Menara pengawas (tidak diisyaratkan bagi terminal tipe C)
g. Loket penjualan karcis (tidak diisyaratkan bagi terminal tipe C) h. Rambu-rambu clan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan. i. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan taksi (tidak diisyaratkan bagi terminal tipe C).
2. Fasilitas Penunjang : a. Karnar kecil / toilet b. Musholla
c. Kioslkantin d. Ruang pengobatan e. Ruang informasi d m pengaduan f. Telepon umum g. Tempat penitipan barang h. Taman
Terminal adalah simpul jaringan perangkutan dengan berbagai fimgsi. Fungsi inilah yang menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan yang memanfaatkan akses dan fungsi terminal. Pada setiap terminal dapat diselenggarakan kegiatan antara lain usaha perdagangan dan jasa pelayanan masyarakat lainnya. Keragaman kegiatan penunjang bergantung pada kelas serta lokasi terminal yang bersangkutan. Pada terminal utama bahkan dapat saja dilengkapi dengan fasilitas hotel transit.
2.1.4. Daerah Kewenangan Terminal
Berdasarkan Keputusan Menteri No. 31 Tahun 1995 pasal 8 (dalarn Warpani, 2002) diatur pula daerah kewenangan terminal, sebagai berikut : 1) Daerah kewenangan terminal penumpang terdiri dari : Daerah lingkungan kerja terminal (DLKT), merupakan daerah yang diperuntukan untuk fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal. Daerah pengawasan terminal (DPT) merupakan daerah di luar daerah lingkungan kerja terminal yang diawasi oleh petugas terminal untuk kelancaran arus lalulintas di sekitar terminal. 2) Daerah lingkungan kerja terminal harus memiliki batas-batas yang jelas dan diberi hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai daerah pengawasan terminal sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan keputusan direktur jenderal. Daerah pengawasan terminal terletak di luar daerah lingkungan kerja terminal yang lahannya tidak perlu dimiliki oleh terminal, tetapi penggunaan dan peruntukannya diawasi dan harus mendapat rekomendasi pihak pengelola terminal agar tidak menganggu kegiatan operasional terminal, arus lalulintas di sekitar terminal, keluar masuk kendaraan, serta arus lalulintas di jaringan jalan yang menghubungkan terminal.
2.2. Angkutan Umum Angkutan urnum dapat dibedakan dalam tiga kategori utama yakni angkutan antar kota, angkutan perkotaan, dan angkutan pedesaan. Angkutan antar-kota
dibagi dua yakni AKAP, angkutan antarkota yang melampaui batas wilayah administrasi propinsi, dan angkutan AKDP, pelayanan jasa angkutan antarkota dalam satu wilayah administrasi propinsi (Warpani, 2002). Tujuan pelayanan angkutan umum adalah ~nemberikanpelayanan yang aman, ,-?pat, nqzaman, dan 13arah pada masyarakat yang mobilitasnya semakin meningkat. Teknik pengoperasian sngkutar, umum d m ~raktekkomersialisasi sangat bervariasi bergantung pada jenis angkuta~i d m llingkur~gan.Meskipun dernikirnc, pads k;tl;chstnq.a tctrrp sans yakni operator hari~smemahami pole kebutuhan dan harus manpu rnengcrahlian sedi~snui?uk mcnenuhi kebutuhan secara ekonornis. Jadi ada beberapa unsur-unsur yang harus dipenuhi, yakni (Warpani, 2002) : Sarana operasi atau jenis angkutan dengan kapasitas tertcntu. Biaya opensi yaitu biaqa yang dikeluarkan untuk nlengerakkan operasi pelayanan sesuai dengan sifat tekqis jenis angkutan y a ~ bersangkutan. g Prasarana yakni jslan dan terminal yang merupakan simpril jasa pelayanan angkutan Staf atau sumber daya manusia yang mengoperasikan pelayanan angkutan. Tugas pengelola sistem peranglcutan adalah menzpertemukan keinginan pengguna jasa rfengan lictcrscdimn Qenis angltutan dengan segala atribut pelayanannya agar tercapai sistern perangkiitsr, yang efektif dlin efisicn dan dalam batas biaya yang wajar agar mamp5 herperan secara andal sebagai urat nadi
kehidupan pcrefasmmian, cosial-budaja, politik dan hankam. Batasan efisiensi dan efektif adalah sebagai bcrllirrt (R'c;rpani, 2002) :
(1) Efektif mengandung pengertian : Kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa. Terpadu, antar jenis angkutan dan sesama jenis angkutan dalam jaringan pelayanan. Tertib, menyelenggarakan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat. Tepat dan teratur, terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang ada, sesuai dengan jadwal. Cepat dan lancar, menyelenggarakan layanan angkutan dalam waktu singkat, indikatornya antara lain kecepatan arus per satuan waktu. Aman dan lancar, dalam arti selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan eksternal, tenvujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan. (2) Efisien mengandung arti :
Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup pengusaha pelayanan jasa angkutan. Beban publik rendah, pengorbanan yang hams ditanggung oleh masyarakat sebagai konsekuensi pengoperasian sistem perangkutan hams minimal. Kemanfaatan tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas sistem perangkutan yang dapat dinyatakan dalam indikator tingkat muatan penurnpang maupun barang, tingkat penggunaan prasarana dan sarana.
Beberapa cara dapat ditempuh dalam meningkatkan kapasitas layanan angkutan, yakni : Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada. Menawarkan pilihan jenis angkutan yang menyangkut alternatif lintasan. Mengatur pembagian waktu pelayanan. Mengurangi permintaan misalnya dengan biaya tinggi. Menyesuaikan biaya pelayanan sesuai dengan watak permintaan termasuk mendorong permintaan ke jenis pelayanan tertentu dengan m e n d a n biayanya, dan upaya mengurangi permintaan yang sulit dilayani dengan meningkatkan biaya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, trayek pelayanan jasa angkutan umum dibagi dalam 4 kelompok, yakni : (I) Trayek AKAP, dengan ciri-ciri pelayanan : Mempunyai jadwal tetap. Pelayanan cepat. Dilayani oleh bis urnurn Tersedianya terminal tipe A pada awal pemberangkatan, persinggahan,
dan terminal tujuan. (2) Trayek AKDP, dengan ciri-ciri pelayanan :
Mempunyai jadwal tetap. Pelayanan cepat dan lambat. Dilayani oleh bis umum Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan.
(3) Trayek kota, terdiri dari :
a. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri-ciri : Mempunyai jadwal tetap. Melayani angkutan antar kawasan, antara kawasan utama dan kawasan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang-alik secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal. Dilayani oleh mobil bis umum. Pelayanan cepat dan lambat. Jarak pendek. Melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. b. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri-ciri : Mempunyai jadwal tetap. Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan pendukung dan kawasan pemukiman. Dilayani bus umum. Pelayanan cepat dan larnbat. Jarak pendek. c. Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri-ciri : Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman. Dilayani dengan mobil bus m u m atau mobil penumpang m u m . Pelayanan lambat.
Jarak pendek.
Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk menaikan dan menurunkan penumpang. d. Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri-ciri : Mempunyai jadwal tetap. Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan langsung. Dilayani bus umum. Pelayanan cepat. Jarak pendek. Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikan dan m e n d a n penumpang. (4) Trayek pedesaan, dengan ciri-ciri pelayanan : Mempunyai jadwal tetap atau tidak berjadwal. Pelayanan lambat. Dilayani oleh bus umum atau mobil penurnpang umum. Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe C pada pemberangkatan dan terminal tujuan. Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan.
2.2.1. Angkutan Antarkota Angkutan antarkota adalah angkutan yang menghubungkan suatu kota dengan kota lainnya baik yang berada dalam satu wilayah administrasi propinsi (antarkota dalam propinsi) maupun yang berada di propinsi lain (antarkota antar
propinsi) yang berarti angkutan antar daerah. Sistem AKAP dan AKDP dapat mengandung arti (Warpani, 2002) :
1) Angkutan antar kota dalam suatu wilayah administrasi propinsi dan angkutan daerah kota raya.
2) Angkutan perkotaan yang tidak sama dengan angkutan kota
2.2.2. Angkutan Perkotaan
Angkutan perkotaan membentuk jaringan pelayanan antarkota yang berada dalarn daerah kota raya sedangkan angkutan kota adalah angkutan dalam wilayah administrasi kota.
2.2.3. Angkutan Pedesaan
Angkutan pedesaan adalah pelayanan angkutan penurnpang yang ditetapkan melayani tayek dari dan ke terminal tipe C. Ciri utarna lain yang membedakan angkutan perdesaan dengan lainnya adalah pelayanan lambat, tetapi jarak pelayanan tidak ditentukan.
2.3. Jaringan Jalan
Jalan direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga ada hierarki yang membentuk sistem pelayanan yang tak terpisahkan dengan pola tata ruang kegiatan. Hierarki jaringan jalan akan menuntun pada susunan sistem pelayanan jasa angkutan yang kemudian menjadi sistem lalu lintas di jalan. Guna memperlancar arus lalu lintas kendaraan, jalur jalan dapat ditetapkan menjadi jalur searah atau jalur dua arah yang masing-masing dapat dibagi dalam beberapa jalur sesuai dengan lebar badan jalan.
Sesuai dengan daya dukungnya, jalan diatur dalam berbagai kelas sebagai berikut (Warpani, 2002): Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton. Jalan kelas 11, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton. Jalan kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Jalan kelas IIIB, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan berrnotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
Jalan kelas IIIC, yaitu jalan lokasi yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
Berdasarkan fungsinya, jalan dipilah-pilah sebagai berikut (Warpani, 2002): Arteri primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota j enjang kedua. Arteri sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Kolektor primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua lainnya atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan antara pusat jenjang kedua atau antara pusat jenjang kedua dengan ketiga. Lokal primer yaitu jalan yang menghubungkan antara persil dengan kota pada semua jenjang. Lokal sekunder yaitu jalan yang menghubungkan pemukiman dengan semua kawasan sekunder. Berdasarkan pengelolaannya, jalan dibedakan dalarn (Warpani, 2002): Jalan negara, yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah pusat. Jalan propinsi yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah daerah propinsi. Jalan kabupaten yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah kabupaten atau kota. Jalan desa yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah desa.
2.4. Gambaran Master Plan Rencana Pengembangan Terminal AKAP
Mayang Terurai Kota Pekanbaru 2.4.1. Konseptual Pengembangan Terminal AKAP Mayang Terurai Kota
Pekanbaru.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di terminal AKAP dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat dengan mengembangkan terminal Mayang Terurai. Lokasi pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai untuk AKAP, AKDP, dan DK direncanakan di kawasan Segitiga Mas. Kawasan Segitiga Mas dikelilingi oleh jalan arteri primer J1. Siak I1 atau J1. Air Hitam, J1. Rajawali Sakti dan J1. Nangka ujung. Jalan tersebut merupakan jalan lintas Sumatera. Terminal AKAP terdekat adalah kota Bangkinang dengan jarak 64 km. Luas Iahan yang dibebaskan adalah 17 ha. Untuk kawasan terminal perencanaan awal dialokasikan luas lahan 5,s ha dengan jarak dari jalan arteri
+ 100 m. Lokasi
lahan direncanakan untuk terminal tipe A ini telah memenuhi Keputusan Menteri No. 3 1 th. 1995 pasal 1 1, 12, dan 13, yaitu : Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan angkutan lintas negara Terletak di jalan arteri dengan kelas sekurang-kurangnya kelas IIIA Jarak antar dua terminal penurnpang tipe A sekurang-kurangnya 30 km di pulau Sumatera. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di pulau Sumatera.
Rencana pengembangan terminal bus tersebut terdiri dari : Terminal bus untuk menampung kegiatan AKAP, AKDP, dan kendaraankendaraan pribadi serta taksi. Kantor pengelola pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai. Kantor kepolisian. Apabila pembangunan pusat pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai yang dibangun secara bertahap selesai, diperkirakan terminal ini dapat menampung 467 unit kendaraan penumpang yang diprioritaskan untuk mendapatkan lokasi parkir yang ada di dalam lingkungan terminal ini. Konsep pembangunan pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai diharapkan terbangunnya tempat usaha bersama baik untuk pengusaha ekonomi lemah, ekonomi menengah, maupun ekonomi kuat. Areal terminal ini menjadi areal terminal yang bersifat one stop area, dimana semua kebutuhan masyarakat dapat terlayani di kawasan terminal ini. Dengan menempatkan pengusahapengusaha angkutan yang berada di jalan-jalan kota Pekanbaru ke sebuah pusat pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai nantinya diharapkan dapat menunjang fungsi kota Pekanbaru yaitu sebuah kota budaya dan wisata. Upaya pemerintah kota Pekanbaru dalam menyediakan fasilitas bagi pengusaha angkutan seperti pembangunan pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai ini pada dasarnya adalah sebuah upaya penyediaan barang publik yang dapat dipergunakan sebagai modal terpasang oleh masyarakat sekitar. Dengan tersedianya modal terpasang bagi masyarakat (social offer head capital) diharapkan pengusaha angkutan dapat meningkatkan kapasitas ekonominya
hingga pada gilirannya dapat memberikan konstribusi pada kekuatan ekonomi lokal.
2.4.2. Fungsi Pengembangan Terminal AKAP Mayang Terurai Kota
Pekanbaru. Pengembangan akan dilaksanakan secara bertahap merupakan prioritas utama untuk mendukung desain rencana maupun pelaksanaan pembangunan terminal bus. Perencanaan terminal bus ini memiliki fungsi-hngsi sebagai berikut : Fungsi terminal bagi pengguna jasa transportasi adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu kendaraan atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan tempat parkir kendaraan pribadi. Fungsi terminal bagi pemerintah, sebagai sarana penataan lalu lintas dan angkutan, sumber pendapatan atau restribusi serta sebagai tempat pengendalian operasi kendaraan umum. Fungsi terminal bagi operator atau pengusaha, untuk mengatur operasi kendaraan, sebagai tempat istirahat awak kendaraan, pusat informasi bagi awak kendaraan serta memberikan fasilitas pangkalan bagi kendaraan angkutan umum. Agar pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai dapat beroperasi
sebagaimana yang diharapkan, maka pusat bangunan utilitas juga dibangun sehingga terminal direncanakan.
yang dimaksud dapat berfungsi
sebagaimana yang
2.4.3. Fasilitas Pengembangan Terminal AKAP Mayang Terurai
Fasilitas terminal penumpang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama terdiri dari : a. Jalur kedatangan penumpang Pada jalur kedatangan kendaraan AKAP dan AKDP disediakan masingmasing 2 peron untuk menurunkan penumpang pada waktu yang bersamaan kemudian bis tersebut segera berpindah ke tempat parkir pembersihan. Setelah dibersihkan, bis tersebut menuju parkir istirahat atau parkir standby untuk diberangkatkan pada gilirannya. Jalur kedatangan DK disediakan 4 peron untuk menurunkan penumpang pada waktu yang bersamaan dan kemudian segera pindah ke tempat parkir istirahat atau langsung ke jalur keluar meninggalkan terminal tanpa mengangkut penumpang.
b. Jalur pemberangkatan penumpang Pada jalur keberangkatan disediakan dua kali lebih banyak dari peron kedatangan mengingat waktu keberangkatan telah terjadwal, termasuk waktu muat dan waktu tunggunya, baik pada waktu sibuk maupun tidak sibuk. Untuk AKAP dan AKDP disediakan 4 peron dan untuk DK disediakan 8 peron keberangkatan.
c. Tempat tunggu kendaraan umum. Areal terminal ditata sedemikian rupa dengan cara memisah-misahkan kebutuhan kendaraan. Masing-masing jenis angkutan memiliki tempat tersendiri dan tidak berbaur dengan jenis angkutan lain. Pada pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai, terdapat tempat-tempat khusus untuk AKAP, AKDP, DK, dan tempat untuk kendaraan pengantarltaksi.
Tempat tunggutparkir kendaraan di dalam terminal dikelompokkan sesuai dengan : Jenis pelayanannya : AKAP, AKDP, DK, taksikendaraan pribadi Fungsi parkir : parkir standby atau parkir istirahat Waktu pelayanannya : bus malam atau siang hari Dimensi kendaraan : Bis standar (>32 tempat duduk, ukuran 2,5 x 12 x 2,9 m) Bis sedang (23 - 28 tempat duduk, ukuran 2,4 x 8 x 2,8 m) Bis kecil (16 - 18 tempat duduk, ukuran 2,2 x 6 x 2,7 m) Bis mini (10 - 12 tempat duduk, ukuran 1,8 x 4 x 1,9 m) Tempat parkir kendaraan AKAP diharapkan mampu menampung 46 kendaraan standby, kendaraan AKDP mampu menampung 8 1 kendaraan standby, kendaraan DK mampu menampung 84 kendaraan standby.
d. Tempat lintas angkutan umum. Sistem sirkulasi lalu lintas di dalam terminal diatur searah dan terpisah antara AKAP, AKDP, DK, kendaraan pengantarltaksi, dan juga pintu masuk terpisah
dengan pintu keluar sehingga tidak ada gerakan memotong diantara kendaraan yang datang dan berangkat. Sistem sirkulasi lalu lintas yang searah ini juga dikembangkan di jaringan jalan kawasan segitiga mas sehingga pada jaringan jalan arteri juga tidak terjadi arus perpotongan. Jalur kedatangan dan keberangkatan kendaraan dipisahkan satu sama lain. Masing-masing jenis angkutan memiliki jalur kedatangan dan keberangkatan tersendiri, sehingga sirkulasi lalu lintas kendaraan direncanakan untuk tidak saling
berpotongan. Pada jakur kedatangan dan keberangkatan masing-masing jenis angkutan disediakan peron-peron untuk kedatangan dan keberangkatan. Untuk kendaraan AKAP dan AKDP masing-masing disediakan 2 peron untuk rnenurunkan penurnpang dan 4 peron untuk keberangkatan. Sedangkan pada DK disediakan 4 peron untuk menurunkan penurnpang dan 8 peron untuk keberangkatan dalam waktu yang bersamaan.
e. Tempat istirahat sementara kendaraan umum. Tempat istirahat kendaraan umurn jenis AKAP diharapkan menampung 28 kendaraan, AKDP mampu menampung 36 kendaraan, DK mampu menampung 42 kendaraan.
f. Ruang tunggu penurnpang. Ruang tunggu pengguna jasa angkutan berada di lantai satu bangunan utama dengan luas 440 m2. Ruang tunggu ini dilengkapi dengan toilet pria dan wanita dengan luas masing-masing 44 m2, ruang klinik, dan mushola.
g. Bangunan kantor terminal. Bangunan terminal terdiri dari bangunan utama berlantai empat, AKAP, AKDP, Menara Pengawas, DK, kendaraan pengantarkaksi, bangunan untuk perawatan dan operasional kendaraan. Bangunan utama terminal terdiri dari 4 lantai. Lantai pertama dengan luas 1.396 m2 berfungsi untuk melayani kepentingan pengguna jasa angkutan. di dalamnya terdapat toilet, kantor managemen, klinik, musholla, counter, wartel, kantor perwakilan P.0, informasi, bank, security, dan jasa raharja. Lantai dua dengan luas 672,90 m2 berfungsi untuk
penyediaan kebutuhan pengguna jasa angkutan berupa : toko, restoran, dan musholla. Lantai tiga dengan luas 192,5 m2 seluruhnya dipergunakan untuk kantor pengelola terminal berupa : kantor kepala terminal, ruang rapat, administrasi, gudang, toilet, musholla dan ruang tunggu. Lantai empat dipergunakan untuk pengamat serta pengatur lalu lintas kendaraan.
h. Menara pengawas. Menara pengawas dipergunakan untuk mengatur lalu lintas kendaraan di terminal dengan luas 130 m2 untuk ruang pengamat.
Fasilitas pendukung terdiri dari : a. Kios Kios-kios berlokasi di lantai dua bangunan utama berjumlah 12 buah dengan berbagai ukuran. Ukuran terbesar dengan luas 72m2 sebanyak 4 kios, luas 66 m2 sebanyak 6 kios, dan luas 40 m2 sebanyak 2 kios.
b. Pelataran parkir kendaraan pengantar 1 taxi Pelataran parkir kendaraan pengantar/taksi mampu menampung 20 buah kendaraan pribadi, 25 buah kendaraan taksi, dan 97 buah kendaraan sepeda motor.
c. Peron
Peron untuk kendaraan AKAP berjumlah 2 buah dengan luas 156 m2, untuk kendaraan AKDP sebanyak 2 buah dengan luas 156 m2, dan untuk kendaraan DK sebanyak 4 buah dengan luas 3 12 m2.
d. Tarnan Taman difbngsikan untuk mengurangi dampak pencemaran udara dan suara yang ditimbulkan oleh adanya terminal.
e. Telepon umum f. Papan informasi berisi petunjuk jurusan pemberangkatan, kedatangan dan tarif g. Musholla h. Kamar keciytoilet i. Loket penjualan karcis.
2.4.4. Struktur Ruang Kawasan.
Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru telah ditentukan arah rencana pengembangan kawasan untuk menjadi pedoman sebagai berikut : a. Rumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang. b. P e m j u d a n keterkaitan antara pengembang wilayah kota Pekanbaru dan wilayah perbatasan atau sekitarnya. c. Arahan alokasi investasi yang akan dilakukan oleh pemerintah kota dan swasta, misalnya dalam ha1 pembangunan terminal regional AKAP. d. Dasar bagi pengendalian pemanfaatan ruang dikawasan tertentu misalnya dikawasan segitiga emas yang telah ditentukan. Struktur tata ruang kawasan tertentu, khususnya di kawasan Segitiga Emas dan sekitarnya dirumuskan sebagai berikut : a. Menetapkan dengan prospektif ekonomi yang timbul dikembangkan secara optimal.
untuk dapat
b. Pengoptimalkan pengembangan sepanjang koridor jaringan transportasi yang telah terbentuk, terutama pada kawasan yang dibatasi oleh Jalan Siak Dua, terusan Jalan Nangka Ujung dan Jalan Arengka Dua. c. Menetapkan kawasan konserpasi pada areal yang terletak di luar kawasan Segitiga Emas sebagai kawasan hijau dan paru-paru kota. d. Menetapkan kawasan konserpasi dan lingkungan pada kawasan di sekitar kawasan Segitiga Emas yang berfungsi sesbagai areal resapan dan tangkapan air tanah. e. Meningkatkan pemanfaatan ruang dengan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana dasar dan kelengkapan sarana lainnya seperti, terminal regional terpadu antar kota antar propinsi. f. Penetapan sistem jaringan transportasi darat dan indikasi sistem angkutan umum sehingga tercapai efisiensi interaksi kegiatan.
2.4.5. Konsep Ruang Terminal AKAP (Site Plan) Site plan sebagai dasar perencanaan teknis didasarkan kepada : a. Matrik kedekatan komponen terminal b. Kondisi lahan
c. Sirkulasi kendaraan masuk dan keluar Yang menjadi perhatian utama pada perencanaan site plan adalah bagaimana memadukan kegiatan penggunaan jasa angkutan, baik untuk keberangkatan maupun kedatangan, jenis angkutan baik tujuan maupun kelas angkutan dan terakhir yaitu pola sirkulasi jenis angkutan. Pemisahan kelaslgolongan angkutan guna memenuhi keperluan pemberangkatan maupun kedatangan adalah ha1 yang
mutlak, dengan demikian kepentingan pengguna jasa angkutan dari segi kepastian juga akan lebih terjamin.
2.4.6. Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis akan rnenghasilkan sebagai berikut : a. Gambar design arsitektur b. Gambar rencana teknik c. Gambar standar d. Data laboratorium dan peta lokasi
2.4.7. Blok Plan a. Peruntukan Lahan Bagian terbesar dari lokasi segitiga yang telah dibebaskan yaitu lahan seluas 17 ha direncanakan untuk bangunan :
- Pengembangan terminal A K ~ Mayang P Terurai - Pompa bensin - Terminal cargo - Kantor otorita segitiga dan LLJR - Hotel
-
Gardu listrik, pompa air, pemadam kebakaran, pengolahan limbah (utilitas)
- Kantor Sedangkan lahan lain yang belum dibebaskan, dibagi dalam blok-blok akan diperuntukan untuk pembangunan fasilitas : -
Kantor polisi
- Rumah sakit
- Pertokoan -
Mall
-
Perindustrian dan pergudangan
- Lapangan olahraga - Jalur hijau - Pendidikan - Permukiman - Kantor
2.4.8. Pola Jaringan Jalan
Jaringan jalan dalam lahan segitiga berpola sistim grid, berfimgsi sebagai jalan kolekor dan bermuara dengan J1. Nangka, J1. Siak maupun J1. Ring Road Barat. Pada areal terminal pola jaringan jalan dibuat searah j a m jam, sedangkan areal lainnya berjalur dua arah. Pada pertemuan jalan Nangka dan jalan Ring Road dan jalan menuju ke arah Bangkinang dibuatkan bunderan yang cukup besar radiusnya sekaligus menandai kawasan Segitiga Mas. Pola jaringan jalan di kawasan Segitiga Emas dapat dilihat dalam Lampiran 1.
2.4.9. Kriteria Design
Rencana pengembangan terminal AKAP Mayang Terurai Pekanbaru direncanakan mengacu pada beberapa kriteria sebagai berikut : a. Lokasi terminal terletak di suatu areal yang cukup luas, di suatu kawasan di pinggiran kota yang strategis menjadi simbol pertumbuhan kota dan lokasi tersebut menghubungkan jalan ke arah kota Dumai dan kota Bangkinang. b. Menjadi wadah pertemuan antara angkutan DK, AKDP dan AKAP.
c. Menjamin sistem pelayanan dan kenyaman penumpang dalam aktivitas datang atau bepergian, didukung oleh fasilitas yang lebih baik dan sirkulasi kendaraan angkutan yang teratur.
2.4.10. Rencana Teknik Rencana teknik merupakan kelanjutan dalam pembuatan rancangan pengembangan terminal setelah memperhatikan : a. Rencana struktur tata ruang b. Rencana peruntukan ruang c. Rencana jaringan jalan dan sirkulasi d. Rencana tata lingkungan dan tata bangunan
2.5. Kerangka Pemikiran Terminal merupakan simpul dalam sistem jaringan perangkutan jalan. Penentuan kebutuhan terminal baik untuk angkutan orang maupun barang harus direncanakan sebaik mungkin. Dalam pembangunan sebuah terminal perlu dipertimbangkan antara lain : lokasi, tata ruang, kapasitas, kepadatan lalu lintas, dan keterpaduan dengan jenis angkutan. Terminal juga menjadi tempat pengaturan kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum. Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :
PEMERINTAH PROPINSI RIAU
PELAYANAN TRANSPORTAS1
PERMASALAHAN .
TERMINAL
Pelayanan Umum Efisiensi kehidupan kota Pengawasan pengaturan dan pengoperasian sistem lalulintas
I
Pool bis di luar terminal Calo penumpang Daya tampung Lokasi
v
FUNGSI
FASILITAS TERMINAL
4
Kenyarnanan Informasi Penataan lalu lintas dan angkutan Pendapatan Pengendalian operasi kendaraan umum Istirahat kendaraan
1 LMPLEMENTASI : Melayani Angkutan Pusat Usaha Masyarakat Pengembangan Wilayah
REKOMENDASI : Kaji ulang Rencana Observasi Kebutuhan Angkutan Desain
Jalur masuk/keluar Parkir Informasi Ruang tunggu Fasilitas penunjang
[
TERMINAL BARU
(
Tempat menampung kegiatan kendaraan angkutan. Pusat bangunan utilitas sub kawasan. Pompa bensi bahan bakar minyak. Terminal kargo.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Kantor pengelola terminal. Kantor kepolisian.