BAB I PENGANTAR 1.1
Latar Belakang Masalah
Pariwisata internasional mencapai kondisi tertinggi sepanjang sejarah, dengan tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar US$623 miliar (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2005). Kondisi tersebut meningkat 11 persen dari jumlah perjalanan tahun 2003 yang mencapai 690 juta orang dengan jumlah pengeluaran US$524 miliar. Diperkirakan jumlah perjalanan wisata dunia tahun 2010 akan mencapai 1 miliar orang dan tahun 2020 akan menembus 1,5 miliar orang per tahun. Peningkatan jumlah perjalanan wisata internasional tahun 2004 tampaknya akan terulang pada tahun 2005, walaupun angka resmi dari UN-WTO belum dikeluarkan (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2006). Namun demikian, perjalanan wisata di dunia masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan besar yang meliputi ancaman terorisme dan penyebaran penyakit mematikan (pandemi) yang melanda dunia akhir-akhir ini. World Travel and Tourism Council (WTTC) yang menerbitkan suatu dokumen yang
menggambarkan
arah
perubahan
hubungan
antara
para
pelaku
kepariwisataan. Jumlah perjalanan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 19,1 persen dibanding tahun 2003. Penerimaan devisa mencapai US$4,798 miliar, meningkat 18,8 persen dari penerimaan tahun 2003 sebesar US$4,037 miliar. Keseluruhan angka tersebut, mencerminkan kemampuan pariwisata dalam meningkatkan pendapatan negara, baik dalam bentuk devisa asing maupun perputaran uang di dalam negeri. Tabel
1
2
1.1 menunjukkan kontribusi sektor industri pariwisata terhadap perekonomian nasional. Tabel 1.1 Kontribusi Pariwisata Terhadap Perekonomian Nasional dari Tahun 2005 – 2007 2004 2005 2006 2007 2,273.14 2,784.90 3,339.50 3,957.40 PDB Nasional Kontribusi Pariwisata (Triliun) Persentase (%) Lapangan Kerja Kontribusi Pariwisata
(Triliun) Persentase (%) Sumber : BPS (2007)
113.78 5.01 93.72
146.80 5.27 93.96
143.62 4.30 95.46
169.67 4.29 99.93
8.49 9.06
6.55 6.97
4.41 4.65
5.22 5.22
Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa industri pariwisata selain meningkatkan penerimaan devisa, juga membawa beberapa pengaruh diantaranya: 1. penciptaan lapangan kerja baru; 2. merangsang pembangunan hingga daerah dengan penggalian potensi pariwisata, baik dari segi budaya, sumber daya alam, dan potensi lainnya; 3. menjadi alat promosi yang efektif ke dunia luar tentang kondisi ekonomi dan sosial (Soekadijo, 1996: 76). Berikut ini disajikan data kontribusi sub sektor pariwisata di Indonesia terhadap penerimaan negara.
3
Tabel 1.2 Distribusi Pengeluaran Wisatawan Domestik dan Internasional Tahun 2005 No Jenis Pengeluaran Jumlah (milliar Rp) Distribusi (%) 1 Hotel dan akomodasi 16.217,4 38,48 2 Restoran 8.145,3 19,33 3 Angkutan domestik 2.970,0 7,07 4 Travel dan Agen Perjalanan 458,9 1,09 5 Seni dan Budaya 2.696,3 6,40 6 Jasa Rekreasi, dll 2.326,3 5,52 7 Souvenir 3.300,3 7,83 8 Kesehatan dan Kecantikan 463,3 1.10 9 Industri non makanan 4.463,5 10,59 10 Pertanian 1.089,0 2,58 Jumlah 42.139,59 100 Sumber : BPS (2005) Dari beberapa tujuan wisata yang ada di Indonesia, Kebun Raya Bogor merupakan daerah tujuan wisata yang cukup menarik baik bagi wisatawan lokal maupun manca negara. Kebun ini memiliki beberapa fungsi wisata, selain untuk wisata pendidikan (riset), juga memiliki fungsi tujuan wisata keluarga (rekreasi) karena keindahan alamnya. Kebun Raya Bogor merupakan warisan sejarah yang tidak ternilai harganya. Kebun ini secara historis merupakan hutan buatan atau taman buatan yang berdasarkan catatan historis prasasti Batutulis ada sejak jaman pemerintahan Kerajaan Pajajaran (1474-1513). Hutan ini ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka (Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia, 2012). Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor memiliki minat besar dalam botani dan tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang indah. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik.
4
Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang. Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Pariwisata, peninggalan purbakala, seni dan budaya, merupakan sumber daya dan modal yang integral untuk pembangunan nasional yang berkelanjutan. Kebun Raya Bogor sebagai salah satu bagian dari yang dimaksud dalam undang-undang tersebut juga sebagai taman nasional juga tunduk dalam Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 1998 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Disebutkan dalam Pasal 3, bahwa: 1.
penyelenggaraan pengusahaan pariwisata alam dilakukan pada: a. zona pemanfaatan taman nasional; b. taman hutan raya dan; c. taman wisata alam. Usaha sarana pariwisata alam dan jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam
meliputi usaha: 1. akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, penginapan remaja; 2. makanan dan minuman; 3. sarana wisata tirta; 4. angkutan wisata; 5. cinderamata; 6. sarana wisata budaya.
5
Sumber: https://maps.google.co.id/maps?hl=en&tab=wl Gambar 1.1 Lokasi Kebun Raya Bogor
Sumber: Dokumen Pribadi (2011) Gambar 1.2 Kebun Raya Bogor Pembangunan di bidang pariwisata khususnya sumber daya alam nampaknya
perlu
mendapatkan
perhatian
serius,
termasuk
bagaimana
menciptakan berbagai kreasi pariwisata yang salah satunya adalah pariwisata bernuansa edukasi dan lingkungan. Sumber daya alam selain menghasilkan
6
barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya (Fauzi, 2006: 56). Suatu sumber daya alam dapat dikatakan mempunyai nilai ketika sumber daya alam tersebut dapat memberikan nilai tambah (value added), untuk mengukur nilai ekonomi yang terkandung di dalam sumber daya alam maka diperlukan penilaian (valuation) sehingga dapat memberikan nilai yang secara komprehensif. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metoda valuasi sumber daya alam dan lingkungan yang telah banyak digunakan dalam menilai sumber daya alam non-market, pendekatan CVM pertama kali digunakan oleh Robert Davis dalam desertasinya pada tahun 1963 untuk menilai taman perburuan di Miami. Di Amerika Serikat pendekatan CVM baru populer sekitar pertengahan tahun 1970-an di mana pemerintah Amerika Serikat mengadopsi pendekatan ini untuk studi-studi sumber daya alam. Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada praktiknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan, dan (2) dengan teknik survei (Fauzi; 2006: 220). Nuva dan Mad (2009) melakukan penelitian Willingness to Pay (WTP) para pengunjung untuk konservasi sumber daya alam di Gunung Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP), dan menentukan kepuasan dari pengunjung terhadap penggunaan
taman
ekowisata
sumber
daya
alam.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung puas dengan sumber daya
7
ekowisata di TNGP, banyak pengunjung datang untuk TNGP lebih dari sekali dan menunjukkan bahwa pendapatan, gender (laki-laki) dan perumahan (perkotaan) adalah faktor yang signifikan yang mempengaruhi pengunjung WTP untuk biaya masuk untuk TNGP. WTP rata-rata ditemukan sebesar Rp7.629,77 per kunjungan. Diperkirakan bahwa pada tahun 2004 manfaat konservasi sumber daya ekowisata TNGP mencapai Rp452 juta. Penelitian ekowisata berupa taman laut pernah dilakukan oleh Yacob, et al. (2009) terhadap Pulau Payar dan Pulau Redang di Malaysia dengan hasil di Pulau Redang menunjukkan bahwa WTP pengunjung untuk konservasi sekitar RM7,8 (pengunjung lokal) dan RM10,6 (pengunjung internasional) per tahun. Sementara itu, di Pulau Payar, menunjukkan bahwa WTP pengunjung lokal sebesar RM7,30 dan pengunjung internasional sebesar RM8. Subagyo (2008) melakukan penelitian berupa penilaian properti objek wisata air Bojongsari atau yang lebih dikenal dengan objek wisata Owabong di Purbalingga Jawa Tengah, dengan menggunakan pendekatan pendapatan (income approach) melalui metoda Discounted Cash Flow (DCF) diperoleh hasil bahwa estimasi nilai wajar Owabong berkisar antara Rp10.965.634.684,61 hingga Rp56.912.820.829,41. Dent (1997) melakukan penelitian di Inggris terkait dengan manajemen aset sektor publik (aset pemerintah daerah) terkait dengan isu penilaian aset. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terkait dengan metodolologi penilaian 33 persen responden menggunakan metoda replacement cost, 32 persen menggunakan metoda sales comparison, 20 persen menggunakan metoda discounted cash flow, sedangkan 15 persen menggunakan metoda lainnya.
8
Salah satu bentuk kawasan ekoturisme/ekowisata (suatu perjalanan bertanggungjawab ke lingkungan alami yang mendukung konservasi dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat adalah kebun raya, salah satunya adalah objek wisata Kebun Raya Bogor yang merupakan wisata kelas dunia yang menyimpan ribuan koleksi tanaman. Kebun Raya Bogor juga menjadi "surga" aneka macam burung. Area Kebun Raya Bogor luasnya 87 hektar, dan sebagai kebun botani terbaik No. 6 di dunia dan No. 1 di Asia Tenggara. Sebagai museum hidup, kebun raya yang berada di tengah Kota Bogor ini memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan, serta mempunyai 3.504 spesies. Selain sebagai kebun penelitian besar di mana tersebar pusat-pusat keilmuan yaitu Herbarium Bogoriense, Museum Zoologi, dan IPB Kebun ini juga dikunjungi sebagai tempat wisata untuk publik. Kebun botani milik negara di Indonesia memakai nama "Kebun Raya" karena ukurannya yang luas. Di bawah LIPI/negara terdapat empat kebun botani, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi (di utara Malang), dan Kebun Raya Eka Karya Bali di Bedugul, Bali. Kebun Raya Bogor terletak di jantung Kota Bogor, yaitu di Jalan Ir. H. Juanda No. 13, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Tiket masuk Kebun Raya Bogor adalah Rp10.000,00 per orang. Namun, jika wisatawan sekedar ingin mengunjungi Museum Zoologi (tidak mengunjungi kebun raya secara keseluruhan), pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk museum sebesar Rp1.500,00 per orang. Selain tiket masuk, pelancong yang membawa kendaraan pribadi akan dikenakan biaya tambahan parkir sebesar Rp5.000,00 untuk setiap kendaraan. Pengelolaan kebun raya ini berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), namun pada kenyataannya
9
pengelolaan
Kebun
Raya
Bogor
sebagai
objek
wisata
eko
haruslah
berkesinambungan. Pengelolaan secara berkesinambungan memerlukan informasi yang akurat agar arah kebijakan sesuai dengan fungsi dan peruntukan Kebun Raya Bogor sebagai objek ekowisata. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kunjungan ekowisata ke Kebun Raya Bogor serta penilaian pengunjung terhadap atribut KRB sangat penting untuk diketahui, sebagai dasar dalam penentuan arah dan kebijakan pengelolaan KRB kedepannya. Permasalahannya adalah bahwa Kebun Raya Bogor dikelola LIPI adalah untuk meningkatkan ekowisata, tetapi dalam penentuan tarif masuk belum ada kajian berapa sebenarnya tarif yang ideal yang mampu mengedukasi dan menyerap banyak pengunjung dan bisa meningkatkan pengelolaan, maka perlu dikaji nilai ekonomi objek wisata Kebun Raya Bogor dengan penilaian dengan Contingent Valuation Method (CVM). Prisnsip–prinsip ekowisata diharapkan dapat meningkatkan kepedulian, komitmen dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya, menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaanya terhadap alam, memberikan kontribusi secara kontinu terhadap masyarakat setempat serta memberdayakan masyarakat setempat dan terpenting adalah memberikan kepuasan kepada konsumen pengguna jasa wisata di Kebun Raya Bogor. Berdasarkan pengamatan, ekowista di Kebun Raya Bogor memiliki potensi besar yang cukup menarik serta memenuhi syarat untuk dikembangkan sebagai satu pengelolaan ekowisata karena memiliki keindahan dan keaslian alam serta sifat khusus lingkungan yang indah, menarik dan dapat menunjang kegiatan rekreasi. Untuk mendukung program
10
tersebut, diperlukan studi mengenai estimasi manfaat dan permintaan jasa ekowisata serta dampaknya terhadap perekonomian daerah di Bogor. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat disimpulkan satu rumusan masalah yaitu Objek Kebun Raya Bogor yang tidak memiliki nilai pasar tetapi mempunyai arti penting dalam tujuan wisata dan keseimbangan lingkungan kota masih belum dikelola secara optimal sehingga diperlukan penelitian mengenai estimasi nilai ekonomi sebagai acuan pengambilan kebijakan dalam pengelolaan manajemen Kebun Raya Bogor.
1.2
Keaslian Penelitian
Penilaian sumber daya alam dan objek wisata telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya sebagaimana tersebut dibawah ini: Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya No
Peneliti
1
Salma dan Susilowati (2004)
2
Herarth dan Kennedy (2004)
Objek Penelitian Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal.
Taman Nasional Mount Buffalo, Australia.
Variabel Jumlah kunjungan, biaya perjalanan, umur, pendidikan, penghasila, jarak.
Jumlah kunjungan, kesediaan membayar (WTP), biaya perjalanan, biaya waktu, bid value,
Pendekatan Penelitian Travel Cost Method.
Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method.
Hasil Surplus konsumen per individu per tahun adalah Rp896.734,90 (nilai tertinggi) atau Rp224.198,70 per individu per tahun (nilai terendah), dengan total nilai ekonomi wisata alam Curug Sewu adalah Rp12.377.025.75. Nilai ekonomi dari Taman Nasional Mount Buffalo berdasarkan TCM sebesar $11.128.262,00 per tahun dan
11
3
Mayor (2007)
Rekreasi Irish Forest di Irlandia.
5
Yasa (2010)
Alun-alun Selatan di Yogyakarta.
jumlah keluarga, pendapatan, umur, pekerjaan, payment attitude. Jumlah kunjungan wisatawan, lama perjalanan dan biaya perjalanan. Jumlah kunjungan, biaya perjalanan, pendapatan, usia dan lamanya pendidikan.
berdasarkan CVM sebesar $3.125.000,00 per tahun.
Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method.
Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method.
Dalam analisis CVM pekerjaan tidak mencerminkan nilai dari WTP untuk berwisata. Nilai Konsumer Surplus per orang per perjalanan sebesar IR £ 2.40. Nilai ekonomi alunalun selatan berdasarkan TCM berada di rentang Rp269.405.218.100,00 sampai dengan Rp274.288.695.100,00 per tahun. Nilai ekonomi Alun-Alun Selatan Yogyakarta dengan menggunakan CVM berdasarkan WTP pengunjung sebesar Rp316.008.000,00 per tahun sedangkan berdasarkan WTA sebesar Rp428.875.000,00 per tahun.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metoda yang digunakan untuk menilai objek wisatawan yaitu Contingent Valuation Method (CVM) yang sama dengan sebagian penelitian sebelumnya. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu. 1. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian adalah Kebun Raya Bogor pada bulan Januari 2013 sampai dengan Februari 2013.
12
2. Metoda yang digunakan oleh penelitian sebelumnya yaitu dengan metoda Travel Cost Method. 3. Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan dengan Contingent Valuation Method (CVM) dalam penelitian ini adalah kesediaan membayar (WTP) dan kesediaan menerima (WTA).
1.3 1.3.1
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi objek Kebun Raya Bogor;
2.
mengestimasi nilai ekonomi objek Kebun Raya Bogor dengan Contingent Valuation Method (CVM).
1.3.2
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan manfaat yang berarti yaitu: 1. sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang mungkin bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Universitas Gadjah Mada; 2. bagi peneliti merupakan tambahan pengetahuan dari bidang praktisi yang sangat berharga untuk disinkronkan dengan pengetahuan teoritis yang diperoleh.
13
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian yang diawali dengan Bab I yang berisi Pengantar yang meliputi Latar Belakang, Keaslian Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II merupakan Tinjauan Pustaka, Landasan Teoritis, Hipotesis, dan Alat Analisis yang digunakan. Bab III adalah Analisis Data dan Pembahasan, berisi Cara Penelitian dan Hasil Analisis serta Pembahasan. Bab IV adalah Kesimpulan dan Saran.