BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu karya seni kreatif yang objeknya adalah manusia dengan segala permasalahannya dan disampaikan atau diwadahi oleh bahasa yang khas yang mengandung nilai estetik (Semi, 1993:53). Sastra berisi segala aspek kehidupan yang dipikirkan, dirasakan, dan dialami oleh manusia (Sangidu, 2014:37). Dalam karya sastra, pengarang menggambarkan tokoh fiksi yang seakan mengalami kehidupan nyata melalui fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya. Menurut Endraswara (2013:96), karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya. Tokoh dalam karya sastra adalah figur yang dikenai dan sekaligus mengenai tindakan psikologis (Minderop, 2016:81). Para tokoh imajiner atau rekaan ini menampilkan berbagai watak dan perilaku yang terkait dengan kepribadian dan pengalaman psikologis atau konflik-konflik kejiwaan sebagaimana dialami oleh manusia dalam kehidupan nyata. Problem-problem kejiwaan tersebut dapat berupa konflik, kelainan perilaku, dan bahkan kondisi psikologis yang lebih parah sehingga mengakibatkan kesulitan dan tragedi (Minderop, 2016:1). Fenomena psikologis yang dialami oleh tokoh imajiner tersebut secara tidak langsung digambarkan oleh pengarang berdasarkan pengalaman yang dialami maupun melihat dari kehidupan nyata di sekitarnya.
1
2
Psikologi dan sastra, menurut Endraswara (2013:96-97) memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Psikologi sastra pada dasarnya memberikan perhatian dalam kaitannya dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya (Ratna, 2011:343). Kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan ini, dapat dimanfaatkan untuk mengkaji karya sastra yang di dalamnya mengandung fenomena psikologis. Psikologi berasal dari kata Yunani psysche, yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2016:3). Walgito membedakan psikologi menjadi psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum meneliti dan mempelajari kegiatan atau aktivitas manusia yang tercermin pada perilaku pada umumnya. Psikologi khusus meneliti dan mempelajari segi-segi kekhususan aktivitas psikis manusia. Psikologi khusus dibedakan menjadi psikologi perkembangan, psikologi sosial, psikologi pendidikan, psikologi kepribadian, psikologi abnormal/psikopatologi, psikologi kriminal, dan psikologi perusahaan (Wiyatmi, 2011:8-9). Karya sastra yang di dalamnya mengandung fenomena psikologis dapat dikaji dengan memanfaatkan ilmu bantu psikologi yang sesuai. Salah satu karya sastra Arab yang mengandung fenomena psikologis adalah cerpen “Skizofrenia” karya ʻUmar Khālid ʻAudah. Cerpen ini menceritakan kisah tentang seorang pemuda bernama ʻAṭwah yang menderita gangguan jiwa berupa skizofrenia.
3
Berdasarkan pembacaan tersebut diketahui bahwa terdapat fenomena psikologi abnormal yang dialami tokoh utama. Oleh karena itu, cerpen ini menarik untuk diteliti dari segi psikologi sastra dengan memanfaatkan ilmu bantu psikologi abnormal agar dapat mengungkap skizofrenia yang diderita tokoh utama.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah skizofrenia tokoh utama dalam cerpen “Skizofrenia” karya ʻUmar Khālid ʻAudah: gejala, penyebab, dampak, dan penanganan.
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap skizofrenia tokoh utama dalam cerpen “Skizofrenia” karya ʻUmar Khālid ʻAudah: gejala, penyebab, dampak, dan penanganan.
1.4 Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan yang telah dilakukan penulis, penelitian dengan menggunakan teori psikologi sastra yang memanfaatkan teori psikologi abnormal terhadap karya sastra sudah banyak dilakukan. Begitu pula dengan penelitian terhadap karya sastra yang mengandung fenomena psikologis berupa gangguan skizofrenia.
4
Penelitian psikologi sastra dengan menggunakan teori psikologi abnormal di antaranya dilakukan oleh Sahputri (2010) dengan judul “Gangguan Jiwa dan Perilaku Abnormal Tokoh-tokoh Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika: Analisis Psikologi Sastra”, yang memanfaatkan teori abnormalitas dan kepribadian. Tokohtokoh dalam novel yang diteliti adalah Nadena, Aleda, Labai, Magnos, Flo, Ken, Jing, Jo, Bim, Asril, Isebala, dan Yusna. Gangguan jiwa dan perilaku abnormal yang ditemukan pada tokoh-tokoh tersebut adalah depresi, frustasi, gangguan disosiatif, skizofrenia, kepribadian ganda, kepribadian antisosial, kepribadian sadistik, perilaku kriminal, homoseksualitas, inses, perselingkuhan, sampai dengan perzinahan dan perilaku seksual bebas. Penelitian lain yang memanfaatkan teori psikologi abnormal dilakukan oleh Munawaroh (2013) dengan judul “Perilaku Abnormal Tokoh Ikuko dan Suaminya dalam Novel Kagi Karya Tanizaki Jun’ichirou: Analisis Psikologi Sastra”. Dalam penelitiannya, disimpulkan bahwa dalam novel Kagi terdapat dua tokoh utama, Ikuko dan suaminya. Ikuko menderita gangguan kepribadian berupa histrionik yang disebabkan oleh pengalaman masa kecilnya. Gangguan kepribadian histrionik (Histrionic Personality Disorder) adalah jenis gangguan kepribadian yang berupa perilaku pencarian perhatian dan perilaku berlebihan yang dramatis. Sementara itu, perilaku abnormal Ikuko adalah perselingkuhan yang disebabkan oleh rasa kecewa dan tidak puas akan penampilan fisik suaminya dan dalam hal hubungan seksualnya. Beberapa perilaku abnormal yang ditemukan dalam tokoh suami Ikuko, antara lain: reaksi sementara terhadap stres yang ditunjukkan dengan sikap apatis, mengonsumsi alkohol secara berlebih, menggunakan obat-obat hormon atau
5
stimulan, menderita gangguan perilaku seksual yang menyimpang berupa sadomasokisme dan fetisisme. Gangguan-gangguan tersebut muncul akibat rasa frustasi yang dialami oleh suami Ikuko karena Ikuko tidak pernah menunjukkan rasa cintanya, baik secara verbal maupun saat berhubungan seksual, juga oleh sifat dirinya yang penakut dan inferior yang membuatnya tidak berani mengungkapkan keinginan secara tegas kepada istrinya. Penelitian dengan teori yang sama pun dilakukan oleh Hajar (2016), dengan judul “Nekrofilia sebagai Perilaku Abnormal Tokoh Utama dalam Novel Nekrofilia Karya Syīrin Aḥmad Hanāī: Analisis Psikologi Sastra”. Penelitian dengan memanfaatkan teori psikologi abnormal ini menjelaskan bahwa tokoh utama dalam novel yang bernama Munsiyah menderita gangguan seksual berupa nekrofilia. Nekrofilia yang diderita Munsiyah merupakan jenis genuine necrophilia yang dialami secara bertahap. Pada awalnya ia menderita necrophilia fantasy saat ia mengoleksi foto-foto orang mati, yang kemudian berkembang menjadi regular necrophilia saat ia bersenggama dengan mayat-mayat, dan akhirnya meningkat menjadi necrophilia homicide saat ia membunuh terlebih dahulu untuk mendapatkan kepuasan seksual. Penyakit yang diderita oleh tokoh utama novel tersebut disebabkan oleh adanya perlakuan kasar yang terus menerus oleh keluarganya pada masa kanak-kanak dan adanya gangguan ekspresi seksual karena hilangnya rasa percaya diri. Adapun penelitian karya sastra dengan fenomena psikologis berupa gangguan skizofrenia di antaranya dilakukan oleh Jaya (2011) dalam penelitian yang berjudul “Skizofrenia sebagai Fenomena Psikologis dalam Cerpen “Le Horla”
6
Karya Gui De Maupassant”, menggunakan teori psikologi sastra untuk mengungkap skizofrenia yang dialami tokoh utama. Skizofrenia yang dialami oleh tokoh utama bernama Je muncul dengan adanya gejala demam yang disertai gelisah dan membuat tokoh utama beranggapan bahwa ada makhluk misterius yang mengawasinya. Tokoh utama juga mengalami halusinasi yang membuatnya sangat tertekan. Ketidaktahuan tokoh utama untuk mengatasi penyakit skizofrenia mengakibatkan ia mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Penelitian lainnya dilakukan oleh Yunus (2015) dengan judul “Skizofrenia Tokoh Utama dalam Novel Fight Club Karya Chuck Palahniuk: Analisis Psikologis” yang memanfaatkan teori psikologi umum dengan menggunakan analisis deskriptif. Dalam penelitiannya, disimpulkan bahwa skizofrenia yang dimiliki tokoh utama berkembang dengan gejala halusinasi, waham, cara berbicara yang tidak teratur, insomnia, dan kepribadian ganda. Adapun penyebab skizofrenia yang dialami tokoh utama adalah faktor lingkungan dan pengaruh didikan orang tua. Angelia (2015) juga melakukan penelitian serupa dengan judul “Skizofrenia dalam Keempat Seri Karya Thomas Harris: Pendekatan Psikoanalisis”. Dalam penelitiannya, Nurul membahas perilaku abnormal dari Hannibal Lecter sebagai tokoh utama empat seri novel psikologis Thriller oleh Thomas Haris. Tokoh utama Hannibal menderita gangguan mental yang berasal dari karakteristik dan jenisnya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, dengan menggunakan pendekatan gejala (psikoanalisis). Penelitian ini menyimpulkan bahwa Hannibal menderita skizofrenia berdasarkan tanda dan gejalanya yang berupa penarikan autis
7
dan sosial, pertentangan sifat, ketidakpasan afek, halusinasi, delusi, dan gangguan ingatan. Skizofrenia yang diderita sejenis gila ketakutan dan masa kanak-kanak. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penelitian psikologi sastra yang memanfaatkan teori psikologi abnormal dengan fenomena psikologis berupa gangguan skizofrenia pada tokoh telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian pada cerpen “Skizofrenia” karya ʻUmar Khālid ʻAudah belum pernah dilakukan. Penelitian terhadap fenomena psikologis berupa gangguan skizofrenia yang dialami oleh tokoh utama pada cerpen “Skizofrenia” diharap dapat menambah pengetahuan mengenai gangguan skizofrenia yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya sastranya.
1.5 Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural dan teori psikologi sastra dengan memanfaatkan teori psikologi abnormal. Teori struktural dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap tokoh utama, penokohan, dan alur. Teori psikologi sastra dengan memanfaatkan teori psikologi abnormal yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perilaku abnormal pada tokoh utama. 1.5.1
Teori Struktural Teori struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai
suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur intrinsik yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya (Teeuw, 2015:135). Unsur-unsur intrinsik yang dimaksud misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan gaya
8
bahasa (Nurgiyantoro, 2013:30). Pada penelitian ini hanya dianalisis tiga unsur yang membangun karya sastra, yaitu tokoh, penokohan, serta alur yang berkaitan dengan skizofrenia pada tokoh utama, dan tidak dilanjutkan dengan analisis hubungan keterkaitan antar unsur-unsurnya. Tokoh dalam sebuah cerita ada yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita dan ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali saja. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerpen yang bersangkutan. Tokoh yang muncul hanya beberapa kali saja disebut tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2013:258259). Analisis tokoh yang dilakukan dalam penelitian ini hanya analisis terhadap tokoh utama, karena fenomena psikologis pada cerpen “Skizofrenia” sangat menonjol pada tokoh utama. Tokoh menunjuk pada orangnya, sedangkan yang menunjuk pada sifat dan sikap pada tokoh tersebut adalah penokohan. Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Menurut Jones via Nurgiyantoro (2013:247), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dalam penelitian ini difungsikan untuk mengetahui bagaimana karakter tokoh utama. Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Peristiwa-peristiwa tersebut terhubung secara kausal, sehingga menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2012:26). Sebuah cerita tidak dapat dimengerti
9
seutuhnya tanpa pemahaman peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan tersebut. Analisis alur dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan peristiwaperistiwa yang menyangkut tokoh utama. 1.5.2
Teori Psikologi Sastra Teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi sastra.
Teori ini digunakan untuk mengungkap skizofrenia pada tokoh utama. Psikologi sastra adalah suatu disiplin yang menganggap bahwa sastra memuat unsur-unsur psikologi (Semi via Sangidu, 2004:30). Psikologi sastra, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan gabungan antara dua ilmu yang berbeda, tetapi memiliki objek kajian yang sama, yaitu manusia. Sesuai dengan tujuannya untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya, penelitian dengan teori ini dapat mengungkap kepribadian dan kondisi kejiwaan, baik dari sisi penulis, tokoh dalam karya tulis, maupun pembaca (Minderop, 2016:59). Penelitian ini bertujuan untuk memahami salah satu aspek kejiwaan yang terkandung dalam karya sastra, yaitu aspek kejiwaan tokoh utama. Sesuai dengan fenomena yang ada dalam cerpen “Skizofrenia”, maka teori yang dimanfaatkan adalah teori psikologi abnormal. Psikologi abnormal (abnormal psychology) merupakan salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi tentang gangguan mental (Nevid dkk., 2003a:4).
10
Perilaku abnormal merupakan perilaku yang pada umumnya tidak biasa atau jarang terjadi, tidak dapat diterima secara sosial atau menyimpang dari norma sosial, adanya kesalahan persepsi atau salah interpretasi terhadap realitas, berhubungan dengan kondisi distres personal yang parah, dan maladaptif atau selfdefeating atau berbahaya (Nevid dkk., 2003a:31). Pola perilaku abnormal yang meliputi gangguan fungsi psikologis atau gangguan perilaku diklasifikasikan oleh ahli kesehatan mental sebagai gangguan psikologis atau gangguan mental. Istilah penyakit mental secara kolektif mengacu pada semua gangguan mental yang dapat didiagnosis, termasuk gangguan kecemasan, gangguan mood, skizofrenia, disfungsi seksual, dan gangguan penyalahgunaan zat (Nevid dkk., 2003a:3). Skizofrenia adalah penyakit pervasif atau psikiatrik yang mempengaruhi lingkup yang luas dari proses psikologis, mencakup kognisi, afek, dan perilaku (Arango via Nevid dkk., 2003b:110). Skizofrenia merupakan salah satu bentuk psikosis fungsional yang paling berat dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Gangguan skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang ditandai terutama oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, juga sering terlihat adanya perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran, dan kognisi (Carlon via Wiramihardja, 2015:144). Gangguan skizofrenia dianggap sebagai salah satu gangguan mental yang paling parah karena penderita gangguan jiwa ini mengalami gangguan dalam berpikir yang tidak terorganisir. Penderita skizofrenia melibatkan seluruh sisi kepribadiannya dan tidak ada hal yang tersisihkan (Wiramihardja, 2015:143).
11
1.6 Metode Penelitian Berdasarkan teori penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis struktural dan metode analisis psikologi sastra yang memanfaatkan ilmu bantu psikologi abnormal. 1.6.1 Metode Analisis Struktural Metode analisis struktural merupakan metode yang bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, mendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 2015:106). Menurut Nurgiyantoro (2013:60), analisis struktural adalah analisis yang menekankan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra yang dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antara intrinsik yang bersangkutan. Metode analisis struktural pada penelitian ini digunakan untuk mengungkap dan menganalisis beberapa unsur dalam karya sastra, yaitu tokoh utama dan penokohannya, serta alur cerita, tetapi tidak dilanjutkan kepada hubungan keterkaitan antar unsur-unsurnya. 1.6.2 Metode Analisis Psikologi Sastra Metode yang dimanfaatkan selanjutnya adalah metode analisis psikologi sastra dengan memanfaatkan ilmu bantu psikologi abnormal sesuai dengan fenomena psikologis yang terjadi dalam cerpen “Skizofrenia” seperti yang telah disebutkan di depan.
12
Secara umum, metode analisis psikologi sastra dapat dimanfaatkan untuk menganalisis suatu karya sastra dengan tiga cara. Pertama, menguraikan hubungan ketidaksengajaan antara pengarang dan pembaca. Kedua, menguraikan kehidupan pengarang untuk memahami karyanya. Ketiga, menguraikan karakter para tokoh yang ada dalam karya yang diteliti (Scott via Sangidu, 2004:30). Penelitian ini memanfaatkan analisis psikologi sastra untuk menganalisis karakter tokoh utama dalam karya sastra. Analisis psikologi abnormal pada tokoh utama bertujuan untuk mengungkap skizofrenia yang diderita oleh tokoh utama: gejala, penyebab, dampak, dan penanganan. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian cerpen ini adalah menentukan objek formal penelitian terhadap cerpen “Skizofrenia” karya ʻUmar Khālid ʻAudah, yaitu fenomena psikologis berupa perilaku abnormal yang dialami tokoh utama. Kedua, menentukan teori yang sesuai untuk penelitian ini, yaitu teori struktural dan teori psikologi sastra dengan memanfaatkan teori psikologi abnormal. Ketiga, menentukan metode yang sesuai dengan teori, yaitu metode analisis struktural yang difokuskan pada tokoh utama dan penokohannya, serta alur, dan analisis psikologi sastra dengan memanfaatkan teori psikologi abnormal untuk mengungkapkan skizofrenia sebagai perilaku abnormal pada tokoh utama. Keempat, mengumpulkan data-data penelitian berupa kalimat-kalimat yang menggambarkan tokoh utama, penokohan, serta alur, dan mengumpulkan data-data penelitian yang berupa kalimat-kalimat yang menggambarkan skizofrenia sebagai perilaku abnormal tokoh utama, mulai dari gejala, penyebab, dampak, dan penanganan. Kelima, mengklasifikasi dan menganalisis data-data tersebut dengan
13
memanfaatkan metode analisis struktural dan metode analisis psikologi abnormal. Langkah keenam adalah melaporkan hasil penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab kedua berupa biografi ʻUmar Khālid ʻAudah dan sinopsis cerpen “Skizofrenia”. Bab ketiga berisi tokoh utama dan skizofrenia. Bab keempat berisi kesimpulan.
1.8 Pedoman Transliterasi Arab-latin Transliterasi huruf Arab ke Latin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no: 158 th.1987 dan nomor 0543/b/u/1987.
a. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus.
14
Huruf Arab
Nama alif
Huruf Latin Tidak dilambangkan
Keterangan Tidak dilambangkan
ا ب
bā`
b
be
ت
tā`
t
te
ث
ṡā`
ṡ
es (dengan titik atas)
ج
jīm
j
je
ح
ḥā`
ḥ
ha (dengan titik bawah)
خ
khā`
kh
ka dan ha
د
dal
d
de
ذ
żal
ż
zet (dengan titik atas)
ر
rā`
r
er
ز
zai
z
zet
س
sīn
s
es
ش
syīn
sy
es dan ye
ص
ṣād
ṣ
es (dengan titik bawah)
ض
dād
ḍ
de (dengan titik bawah)
ط
ṭāˋ
ṭ
te (dengan titik bawah)
ظ
ẓāˋ
ẓ
zet (dengan titik bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik di atas
غ
gain
g
ge
ف
fāˋ
f
ef
ق
qāf
q
ki
ك
kāf
k
ka
ل
lām
l
el
م
mīm
m
em
ن
nūn
n
en
و
wāwu
w
we
ه
hāˋ
h
ha
ء
hamzah
′
apostrop
ي
yā`
y
ye
15
b. Vokal Vokal bahasa Arab terdiri dari vokal tunggal atau monoftong, vokal rangkap atau diftong, dan vokal panjang. Vokal Tunggal
Vokal Rangkap
Arab
Arab
ﹷ
Latin a
ﹻ
i
ﹹ
u
ي...ﹶ
Latin ai
و...ﹶ
au
Vokal Panjang Arab
Latin ā
ى... َ ا...ﹶ ي...ﹻ
ī
و...ﹸ
ū
c. Tā` Marbūṭah Transliterasi untuk tā` marbūṭah ada dua. Pertama, tā` marbūṭah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah, transliterasinya adalah /t/. Kedua, tā` marbūṭah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/. Kalau pada kata yang terakhir dengan tā` marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka tā` marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh:
املنورة ّ املدينة
:
al-Madīnatu
al-Munawwaratu
atau
al-Madinatul-
Munawwarah
d. Syaddah Tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh: نزل ّ : nazzala
16
e. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Contoh: الشمس ّ
: asy-syamsu
Kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /l/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: القمر: al-qamaru f. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah dan akhir kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh: إ ّن: inna, يأخذ: ya`khużu, شيء: syai`un g. Penulisan Kata Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh:
الرازقني ّ وإ ّن اهلل هلو خري
: Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn atau Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīn
17
h. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya, huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh: إالّ رسول
و ما حممد: Wa
mā Muḥammadun illā rasūl