BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik
yang
menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial (Yusuf, 2012:95). Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan oleh siswa selama mengikuti proses belajar di sekolah. Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian seorang anak, Hurlock dalam Yusuf (2012:95) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa) baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sejalan dengan yang dinyatakan oleh Fatimah (2006:89) bahwa pada dasarnya setiap individu adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan interaksi dengan individu lain dalam lingkungan yang ditempatinya. Dalam proses pembelajaran yang dijalani siswa di sekolah diperlukan pula bagi siswa untuk berinteraksi sosial yang maksimal sebagai salah satu cara untuk mengembangkan potensinya.
1
2
Bertolak dari hal tersebut maka perlu diketahui bahwa tentu ada faktor yang mempengaruhi individu (siswa) dalam belajar, baik yang bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu siswa yang meliputi kesehatan, intelegensi, minat, bakat, motif, dan lain-lain. Adapun faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar siswa atau lingkungan yang meliputi faktor keluarga, disiplin sekolah, cara mengajar guru, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, teman bergaul, dan lain-lain (Syaodih, 2011:44). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Syaodih tersebut bahwa salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi siswa yaitu interaksi siswa dengan siswa, dimana hal tersebut dapat berarti pula sebagai interaksi siswa (individu) dengan teman sekelasnya (individu-individu lain). Pada dasarnya setiap individu adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan interaksi dengan individu lain dalam lingkungan yang ditempatinya. Adapun pengertian interaksi sosial menurut Ali dan Asrori (2012:87-88), bahwa interaksi sosial mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling memengaruhi. Sedangkan Bimo Walgito dalam Dayakisni dan Hudaniah (2009: 119) menyebutkan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik.
3
Menurut keterangan yang diberikan oleh guru kelas VI di SDN Lowokwaru 2 Kota Malang, diketahui bahwa siswa pada setiap kelas memiliki pola interaksi yang berbeda. Hal tersebut didukung dengan didapatnya keterangan mengenai interaksi sosial yang terjadi pada siswa kelas VI A dan VI B adalah relatif baik, namun pada kelas tersebut persaingan belajar siswanya sama-sama ketat. Sedangkan pada kelas VI C interaksi sosial yang terjadi pada siswanya kurang baik, terlihat dari masih sering terjadinya perdebatan antar siswa seperti saling mengejek dan adu pendapat yang pada akhirnya dapat menimbulkan pertengkaran. Berdasarkan fenomena yang didapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial yang baik masih terlihat di kelas VI A dan VI B. Menurut Rizky (2013:2), Interaksi sosial siswa yang baik akan menciptakan hubungan yang harmonis. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang baik tersebut dapat dilihat dengan adanya suatu kerjasama, saling menghargai, dan saling menghormati. Sebaliknya pada kelas VI C diketahui masih sering terjadi perdebatan antar siswa dan interaksi yang kurang baik antar siswa. Hal tersebut sesuai pula dengan yang dikemukakan oleh Rizky (2013:2), bahwa interaksi sosial siswa yang tidak baik dapat ditandai dengan adanya keharmonisan yang kurang antar siswa. Bentukbentuk interaksi sosial yang tidak baik dapat ditandai dengan adanya siswa saling mengejek, merendahkan, hingga saling
membenci yang dapat menimbulkan
dendam pribadi dan pada akhirnya dapat menimbulkan terbentuknya kelompok teman sebaya dimana masing-masing kelompok tersebut saling menjatuhkan. Namun tidak lepas dari kondisi tersebut, pada hakikatnya kelas VI di SDN Lowokwaru 2 Kota Malang di setiap kelasnya terkadang masih ditemukan
4
berbagai persaingan maupun pertengkaran yang wajar terjadi antar siswa yang dipicu oleh berbagai faktor. Kondisi seperti itulah yang dinilai dapat menyebabkan siswa terganggu dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya. Dalam proses belajar siswa di sekolah tentunya ada acuan yang digunakan untuk mengukur maupun menilai keberhasilan siswa dalam mengembangkan potensinya tersebut. Mengenai acuan yang digunakan untuk mengukur dan menilai keberhasilan siswa di sekolah adalah dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa selama mengikuti proses belajar. Hal itu sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tirtonegoro (2001:43), bahwa dalam setiap perbuatan manusia untuk mencapai tujuan selalu diikuti oleh pengukuran dan penilaian, demikian pula halnya di dalam proses belajar di sekolah. Menurut Winkel (2009:18), hasil belajar merupakan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat sangat relatif dan berbekas dari suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam suatu sekolah, utamanya dalam suatu kelas tidak semua siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Pada umumnya setiap siswa dalam suatu kelas memiliki nilai yang berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada kelas VI di SDN Lowokwaru 2 Kota Malang, diketahui terdapat 3 kelas untuk kelas VI yakni kelas VI A, VI B, dan VI C. Diketahui nilai rata-rata terendah yang diperoleh siswa kelas VI SDN Lowokwaru 2 adalah 67 sedangkan untuk nilai rata-rata tinggi adalah 92. Perbedaan hasil belajar antara satu siswa dengan siswa lain sekaligus menunjukkan kadar daya serap siswa terhadap bahan pelajaran bervariasi dengan tingkat keberhasilan maksimal, optimal, minimal, dan
5
kurang. Hal ini adalah fenomena yang selalu menarik untuk dicermati penyebabnya. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka peneliti perlu untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai hubungan interaksi sosial dengan hasil belajar siswa kelas VI di SDN Lowokwaru 2 Kota Malang tersebut.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat permasalahan pokok yang difokuskan menjadi rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimanakah interaksi sosial siswa kelas VI di SDN Lowokwaru 2 Kota Malang? 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas VI di SDN Lowokwaru 2 Kota Malang? 3. Bagaimanakah hubungan interaksi sosial dengan hasil belajar siswa kelas VI SDN Lowokwaru 2 Kota Malang?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui interaksi sosial siswa kelas VI di SDN Lowokwaru 2 Kota Malang. 2. Mengetahui hasil belajar siswa kelas VI di SDN Lowokwaru 2 Kota Malang. 3. Menjelaskan hubungan interaksi sosial dengan hasil belajar siswa kelas VI SDN Lowokwaru 2 Kota Malang.
6
1.4 Manfaat Hasil Penelitian Manfaat dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun penjelasan mengenai manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai wacana dan sumber pengetahuan yang nantinya diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan mengenai kehidupan sosial peserta didik, khususnya di lingkungan sekolah. 2) Manfaat praktis Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan pada beberapa pihak terkait, antara lain: a) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan masukan dalam memantau interaksi yang terjadi antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan pandangan bagi guru untuk dapat mengetahui pentingnya menciptakan iklim sosio emosional yang kondusif dalam interaksi sosial siswa bagi perkembangan belajarnya sehingga proses interaksi dapat bersifat positif dan pada akhirnya berdampak positif pula. b) Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi untuk memahami pentingnya berinteraksi sosial yang positif dengan orang lain, sehingga kegiatan sehari-sehari dapat berlangsung secara teratur dan menyenangkan tanpa adanya rasa saling bermusuhan.
7
c) Bagi peneliti, penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan mengenai pemahaman tentang proses interaksi sosial yang positif dalam menciptakan sikap mental dan prestasi siswa yang baik. d) Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter
siswa.
1.5 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti untuk menghindari perbedaan penafsiran istilah yang digunakan. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas (X) : Interaksi sosial Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antarindividu, antarkelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia (Herimanto dan Winarno, 2010:52). Interaksi sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah interaksi sosial antara siswa (individu) dengan teman sekelasnya (individu-individu lain). 2. Variabel terikat (Y) : Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2010:22). Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini menunjuk pada hasil belajar yang diperoleh siswa berupa nilai rata-rata yang didapat dari raport.
8
3. Hubungan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menunjukkan ada atau tidaknya keterkaitan antara variabel interaksi sosial dengan variabel hasil belajar.