1
BAB I PENDAHULUAN
Gerak dan irama merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap potensi gerak seseorang dalam keterampilan olah-tubuh. Oleh karenanya pengetahuan tentang olah-tubuh melalui pengalaman-pengalaman gerak sangat penting. Melalui kesadaran terhadap pola gerak tubuh, seseorang akan dapat mencapai keterampilan gerak tubuh secara mandiri. Bagi guru kelas pola gerak irama sangat bermanfaat untuk mengembangkan bentuk-bentuk intervensi-khusus terutama bagi sebagian besar anak dengan hambatan perkembangan (tunagrahita) yang mempunyai hendaya-penyerta seperti autism, hyperactive, behavior disorder, learning disability dan spastic. A. Anak dengan Kebutuhan Khusus Anak dengan Kebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Di Indonesia, anak dengan kebutuhan khusus yang mempunyai gangguan perkembangan dan telah diberikan layanan antara lain sebagai berikut. 1. Anak yang mengalami hendaya (impairment) penglihatan (tunanetra), khususnya anak buta (totally blind), tidak dapat menggunakan indera penglihatannya untuk mengikuti segala kegiatan belajar maupun kehidupan sehari-hari. Umumnya kegiatan belajar dilakukan dengan rabaan atau taktil
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
2
karena kemampuan indera raba sangat menonjol untuk menggantikan indera penglihatan. 2. Anak dengan hendaya pendengaran dan bicara (tunarungu wicara), pada umumnya mereka mempunyai hambatan pendengaran dan kesulitan melakukan komunikasi secara lisan dengan orang lain. 3. Anak dengan hendaya perkembangan kemampuan (tunagrahita), memiliki problema belajar disebabkan adanya hambatan perkembangan inteligensi, mental, emosi, sosial dan fisik. 4. Anak dengan hendaya kondisi-fisik atau motorik (tunadaksa). Secara medis dinyatakan bahwa mereka mengalami kelainan pada tulang, persendian, dan syaraf penggerak otot-otot tubuhnya sedemikian rupa sehingga digolongkan sebagai anak yang membutuhkan layanan khusus pada gerak anggota tubuhnya. 5. Anak dengan hendaya perilaku mal-adjustment. Anak yang berperilaku maladjustment sering disebut dengan anak tunalaras. Karakteristik yang menonjol antara lain: sering membuat keonaran secara berlebihan, bertendensi ke arah perilaku kriminal. 6. Anak dengan hendaya autism (autistic children). Anak autistik merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada ketidakmampuan berbahasa, diakibatkan oleh adanya kerusakan otak. Secara umum anak autistik mengalami kelainan berbicara disamping mengalami gangguan kemampuan intelekual dan fungsi syaraf. Kelainan anak autistik meliputi: kelainan berbicara, kelainan fungsi syaraf dan intelektual, perilaku yang ganjil. Anak autistik mempunyai
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
3
kehidupan sosial yang aneh dan terlihat seperti orang yang selalu sakit, tidak suka bergaul dan sangat terisolasi dari lingkungan hidupnya. 7. Anak dengan hendaya hiperaktif (attention deficit disorder with hyperactive). Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. Symptoms terjadi disebabkan oleh faktor-faktor: kerusakan pada otak (brain damage), kelainan emosional (an emotional disturbance), kurang dengar (a hearing deficit), atau tunagrahita (mental retardation). Banyak sebutan atau istilah hiperaktif atau ADD-H, antara lain: minimal cerebral dysfunction, minimal brain damage (istilah ini sudah tidak dipergunakan oleh psikolog dan paedagog), minimal cerebral palsy, hyperactive child syndrome, dan attention deficit disorder with hyperactive. Ciri-ciri yang dapat dilihat, antara lain: selalu berjalan, tidak mau diam, suka mengganggu teman, suka berpindah-pindah, sulit berkonsentrasi, sulit mengikuti perintah atau suruhan, bermasalah dalam belajar, kurang atensi terhadap pelajaran. 8. Anak dengan hendaya belajar (learning disability disability).
atau specific learning
Istilah specific learning disability ditujukan pada siswa yang
mempunyai prestasi rendah dalam bidang akademik tertentu, seperti membaca, menulis, dan kemampuan matematika. Dalam bidang kognitif umumnya mereka kurang mampu mengadopsi proses informasi yang datang pada dirinya melalui penglihatan, pendengaran, maupun persepsi-tubuh.
Perkembangan
emosi dan sosial sangat memerlukan perhatian, antara lain: konsep diri, daya berfikir, kemampuan sosial, kepercayaan diri, kurang menaruh perhatian, sulit
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
4
bergaul, dan sulit memperoleh teman. Kondisi kelainan disebabkan oleh: hambatan persepsi (perceptual handicaps), luka di otak (brain injury), ketidakberfungsian sebagian fungsi otak (minimal brain dysfunction), disleksia (dyslexia), dan afasia perkembangan (developmental aphasia). 9. Anak dengan hendaya kelainan perkembangan-ganda (multihandicapped and developmentally disabled children). Mereka sering disebut dengan istilah tunaganda yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup hambatanhambatan perkembangan neurologis, disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan kemampuan pada aspek: inteligensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di masyarakat. Kelainan perkembangan-ganda mencakup juga kelainan perkembangan dalam fungsi adaptif, mereka umumnya memerlukan layananlayanan pendidikan khusus dengan modifikasi metode secara khusus.
Terhadap siswa-siswa yang mempunyai gangguan perkembangan seperti yang disebutkan di atas, diperlukan suatu metode-pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu pola gerak yang bervariasi diyakini dapat meningkatkan potensi peserta didik dengan kebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajaran (berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi dan daya nalar). Esensi dari pola gerak yang mampu meningkatkan potensi diri anak dengan kebutuhan khusus adalah kreativitas. Kreativitas ini diperlukan dalam pembelajaran yang bermuatan pola gerak, karena tujuan akhir dari suatu program pembelajaran
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
5
semacam ini adalah perkembangan kemampuan kognitif dan kemampuan sosial melalui kegiatan individu maupun dalam kegiatan bersosialisasi. Perkembangan kognitif dan sosial melalui kreativitas gerak diharapkan dapat menimbulkan harga diri (self-esteem) pada diri setiap anak dengan kebutuhan khusus yang kelak sangat berguna dalam mengarungi kehidupan diri mereka masing-masing. Tentunya perkembangan kognitif dan sosial melalui program pola gerak memerlukan adanya otot-otot yang kuat dan lentur. Sehingga melalui pola gerak tertentu memungkinkan otot-otot tubuh dapat dilatih untuk dapat dikendurkan atau ditegangkan. Dari kekuatan otot-otot tersebut, khususnya yang menunjang persendian tubuh, memungkinkan optimalisasi gerakan otot tubuh sesuai dengan fungsi setiap anggota tubuh.
B. Hubungan dengan Materi Matakuliah Lain Materi gerak irama, diperkenalkan untuk dikaji oleh semua mahasiswa jurusan pendidikan luar biasa (PLB) secara khusus melalui matakuliah Gerak Irama. Meskipun secara kekhususan terdapat perbedaan dalam persepsi, pemahaman, kreativitas dan abstraksi dari masing-masing anak berkebutuhan khusus, namun Gerak Irama merupakan topik kajian penting dan sangat relevan dalam konteks pendidikan bagi anak dengan kebutuhan khusus, sehingga aplikasinya juga sangat luas. Aplikasi gerak irama dalam pembelajaran dapat membantu para guru dalam konteks pembelajaran, apakah itu berada di tingkat sekolah dasar maupun tingkat
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
6
sekolah menengah pertama. Pola gerak dalam materi matakuliah Gerak Irama sangat membantu guru dan peserta didik yang mendapat kesulitan saat melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas yang memiliki peserta didik yang tergolong sebagai anak dengan kebutuhan khusus (child with special needs). Sasaran polagerak dalam dunia pendidikan didasari oleh kepentingan terhadap perkembangan anak itu sendiri sebagai kesatuan yang utuh, karena sesungguhnya gerak dan irama itu sendiri telah dilakukan sejak lahir sebagai penyampai keinginan untuk pemenuhan naluri fisiknya. Gerak irama juga merupakan media interaksi sosial, mengingat anak sangat bergantung pada kehadiran orang lain sebagai penyaluran hasrat keinginan yang berkembang sesuai usianya. Dengan demikian secara umum materi gerak irama ini merupakan kajian yang tidak bisa dipisahkan dari kompetensi guru yang menangani anak dengan kebutuhan khusus. Hubungannya dengan matakuliah lain sangat erat, terutama dengan matakuliah yang menjadi kajian khusus mahasiswa jurusan pendidikan luar biasa (PLB) seperti Ortopedagogik Umum, Ortopedagogik Khusus, Strategi Belajar Mengajar, Perencanaan Pengajaran, Bimbingan Konseling Anak Luar Biasa, Perkembangan & Bimbingan Peserta Didik. Di luar pendidikan luar biasa, kajian ini dapat pula diterapkan dalam matakuliah berkaitan dengan pendidikan anak usia dini di Taman Kanak-kanak maupun tingkat Sekolah Dasar pada kelas-kelas rendah, antara lain: Metode Pengembangan Motorik dan Bahasa, Pengembangan Daya Cipta dan Daya Pikir, Pengembangan Afektif dan Kreativitas, Musik,
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
7
Permainan dan Pengembangan Bahasa,
Pendidikan Jasmani,
dan Anak
Berkebutuhan Khusus (untuk PGSD).
C. Sistematika dan Lingkup Isi Buku Buku ini merupakan sebagian kecil dari khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan pembelajaran, terutama bagi anak berkebutuhan khusus. Tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru mengingat pada umumnya perhatian guru tertuju pada pengajaran membaca, menulis, matematika dan sejenisnya tanpa memperhatikan keinginan dan kebutuhan dari setiap individu peserta didik. Seyogyanya guru dalam hal ini, perlu juga memperhatikan faktorfaktor tubuh anak, lebih banyak memberikan latihan-latihan olah-tubuh, memanipulasi terhadap alat, sumber bahan serta situasi. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, bidang studi apapun seorang guru hendaknya menyampaikan latihan atau kegiatan yang terprogram dengan memasukan unsur-unsur yang dapat meningkatkan fungsi-fungsi tersebut dalam kegiatan-geraknya dan berperan aktif saat melakukan kegiatan yang disajikan guru. Untuk itu dalam setiap kegiatan belajar mengajar di kelas programnya harus disusun dengan memasukkan unsur gerak dan irama. Gerak dan irama secara alamiah merupakan “jiwa” dari suatu kegiatan yang menggunakan kemampuan-tubuh dalam berbagai variasi penggunaan media lainnya, baik media sumber maupun peraga dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
8
Buku ini terdiri atas tiga bab yang disajikan melalui kerangka atau poin-poin bahasan sederhana sehingga pembahasannya tidak melebar tetapi terfokus pada bahasan utama dan yang relevan saja. Hal ini sengaja dilakukan sebagai upaya untuk mempermudah pemahaman dan menghindari penjelasan yang terlalu meluas. Pada setiap topik bahasan senantiasa ditutup dengan rangkuman, termasuk penyajian bacaan lebih lanjut atau daftar rujukan untuk yang berminat memperdalam informasi mengenai topik kajian yang dipelajari. Bab I, merupakan bab pendahuluan yang menerangkan tentang anak dengan kebutuhan khusus, hubungan dengan materi matakuliah lain, dan sistematika dan lingkup isi buku. Bab II, menyajikan gambaran isi buku berkaitan dengan pentingnya gerak irama sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan potensi gerak seseorang dalam keterampilan olah tubuh. Bab III, membahas tentang aplikasi gerak irama pada anak dengan hendaya perkembangan (tunagrahita) Seluruh isi Bab II dan Bab III membahas konsep-pokok anak dengan hendaya perkembangan (tunagrahita), hambatan-hambatan yang dihadapi, sampai dengan metode-aplikasi gerak irama dalam pembelajaran terhadap anak dengan hendaya perkembangan (tunagrahita).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
9
D. Cara Menggunakan Buku Meskipun buku ini diperuntukan sebagai buku sumber pada matakuliah Gerak Irama, namun penekanan terhadap segi praktis lebih diutamakan guna menjawab permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru di lapangan. Khususnya saat guru yang bersangkutan ingin menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Untuk hal itu sebaiknya para pembaca tidak hanya menggunakan rujukan yang ada dalam buku ini, tetapi diwajibkan untuk melihat buku rujukan lain atau sumber-sumber informasi elektronika atau informasi teknologi yang relevan. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa kebutuhan-kebutuhan dari siswa dengan kebutuhan khusus dilapangan sangat bervariasi, berubah-ubah setiap saat, dan kompleks. Agar memperoleh manfaat yang optimal dari buku ini, selain membaca buku-buku sejenis, pembaca juga hendaknya berupaya untuk membaca dan memperhatikan dengan seksama pengantar dan tujuan yang tertera pada setiap bab. Setelah itu baru kemudian membaca isi keseluruhan bab tersebut. Pembaca hendaknya juga menyimak setiap rangkuman yang ada termasuk mengkaji informasi lebih lanjut sesuai daftar rujukan yang digunakan.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
10
BAB II
GERAK IRAMA DALAM PEMBELAJARAN
Setiap pembelajaran di kelas idealnya bersifat individual, namun pada umumnya hal tersebut masih dianggap sulit bagi sebagian besar guru-kelas. Kesulitan tersebut berkaitan dengan dua hal yaitu: pertama, kesulitan menyusun program pembelajaran yang sesuai dengan “kebutuhan” setiap peserta didik dan kedua, kesulitan mencari bentuk-bentuk intervensi yang dianggap cocok dengan “kebutuhan” setiap peserta didik. “Kebutuhan” peserta didik sebenarnya dapat dilihat melalui hasil observasi guru kelas secara langsung dan hasil asesmen yang berkaitan dengan karakteristik-khusus setiap peserta didik. Dari data mengenai karakteristik khusus tersebut seorang guru dapat mencari dan menyusun strategi pembelajaran dengan menggunakan intervensi khusus, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak mengalami kejenuhan dan kehilangan bentuk sasaran akhir (apakah itu bersifat sasaran antara atau terminal objective maupun sasaran tahunan atau annual goals) yang hendak dicapai oleh program pembelajaran yang disusun oleh guru-kelas yang bersangkutan. Pengetahuan guru tentang perkembangan, kemampuan dan kelemahan fungsional peserta didiknya mengharuskan seorang guru untuk mampu menyusun program kegiatan belajar mengajar yang bersifat individual, terutama dengan memanfaatkan media-pola gerak irama yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik khusus peserta didik. Dengan gerak irama ini, diharapkan pembelajaran mengarah pada hal yang menyenangkan dan tidak menjemukan. Selain itu dengan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
11
program pembelajaran berbasis gerak irama, pembelajaran dapat lebih diarahkan kepada pemberian treatment atau intervensi khusus, sehingga dapat
lebih
memanipulasi alat atau media, sumber bahan serta situasi lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah, khususnya saat terjadi peristiwa tertentu (event), dapat memberikan inspirasi terhadap guru untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai bentuk intervensi pembelajaran. Kesadaran guru terhadap momentum tersebut dapat dilihat saat guru memberikan pembelajaran dengan perilaku sasaran (target behavior) yang selalu disesuaikan dengan tingkat kelemahan dan kekuatan yang dimiliki setiap peserta didik. Proses pembelajaran individual yang memuat suatu perilaku sasaran tertentu memungkinkan seorang guru mampu memberikan latihan-latihan khusus yang didalamnya berisikan bentuk intervensi-guru. Intervensi-guru umumnya selalu diikuti dengan penerapan disiplin dalam upaya menghasilkan perilaku sasaran yang diinginkan sesuai dengan program pembelajaran individual. Program pembelajaran yang berisikan intervensi khusus berupa pola gerak dan irama diharapkan dapat memberikan penguatan atau penurunan suatu perilaku tertentu sebagai sasaran utama out-put atau keluarannya. Pendekatan semacam ini lebih dikenal sebagai bentuk pendekatan pembelajaran dengan menggunakan Model Perkembangan Sosial yang Beraneka Segi (The Multifaceted Social Development Model atau Model A-B-C). Model ini meliputi hubungan kerja sama antara antecedent conditions, related personal characteristics, target behavior, dan consequences (Wallace & Kauffman dalam Patton, J.R. 1986:97; Schloss, 1984:83).
Untuk
pemahaman lebih lanjut, maka pada bab ini akan dibahas hakikat gerak irama dan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
12
peran pola gerak irama dalam
pembelajaran dengan menggunakan model
perkembangan sosial yang beraneka segi.
A. HAKIKAT GERAK IRAMA 1. Gerak Irama sebagai Ilmu Gerak irama merupakan suatu ilmu (science), karena disusun secara sistematik, terarah dan berguna bagi kepentingan diri seseorang dan masyarakat yang menggeluti secara mendalam isi yang terkandung dalam Gerak Irama. Ilmu Gerak Irama memerlukan banyak latihan pola-gerak khusus agar dapat menjadi bentuk tersendiri dalam “benak-pikiran” seorang guru dan menjadi suatu wahana bagi dirinya saat merancang program pembelajaran yang dapat menjembatani kebutuhan setiap peserta didiknya. Untuk mampu melakukan suatu kegiatan yang bernilai tinggi, seorang guru harus dapat menunjukkan hasil kerja dirinya berupa perencanaan pengajaran berlandaskan kompetensi yang dimiliki setiap peserta didiknya. Hasil karya guru tersebut hendaknya dapat menggambarkan kompetensi dirinya sebagai seorang guru yang “mumpuni” dalam mengekspresikan dirinya sebagai orang yang dapat bekerja secara profesional. Gerak irama juga merupakan suatu pengetahuan tersendiri sebagai ilmu sosial yang kesahihannya memerlukan banyak uji-coba di lapangan, dalam hal ini adalah sekolah. Uji coba yang dilakukan seorang guru saat melakukan penerapan gerak irama dalam kegiatan pembelajarannya, akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang memerlukan solusi secara segera dan dapat dilakukan saat itu juga. Tanpa disadari
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
13
oleh guru yang bersangkutan, ia menjadi profesional karena kemampuannya memecahkan permasalahan yang muncul saat pelaksanaan suatu program kegiatan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa ilmu gerak irama dapat dipakai sebagai wahana guru kelas dalam upaya menjembatani kesulitan-kesulitan peserta didik dan penguasaan materi pembelajaran yang akan diajarkan melalui kegiatan-kegiatan kreativitas yang esensial berkaitan dengan pola gerak dan olah tubuh secara alami. Oleh karenanya Gerak Irama merupakan: (a) alat bagi perkembangan fisik dan gerak peserta didik yang mempunyai hendaya gerak, emosi atau daya nalar, (b) metode pembelajaran khusus saat pembelajaran mengalami “jalan buntu” atau tidak berjalan sesuai harapan dan tujuan pembelajaran, (c) Ilmu Gerak Irama menyajikan berbagai bentuk kegiatan yang dapat “menyatu” secara sistematik dalam seluruh kegiatan pembelajaran, tidak terkecuali terhadap peserta didik yang berkesulitan belajar, (d) alat belajar yang mampu mengembangkan potensi kemampuan, membebaskan kesulitan peserta didik, mengabstrasikan serta membentuk pengalaman-pengalaman baru atau wawasan-diri yang bersifat positif setiap peserta didik. Ilmu Gerak Irama dapat dijadikan landasan pemikiran seorang guru dalam upaya mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar setiap peserta didiknya. Pemberian pengalaman-pengalaman belajar melalui pola kegiatan gerak saat proses kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, merupakan intervensi-guru terhadap peserta ddik yang mengalami hambatan belajar saat pembelajaran berlangsung. Agar penerapan Ilmu Gerak Irama “memiliki nilai seni”,
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
14
seorang guru harus mampu: (a) menganalisis terhadap apa yang telah dilakukan saat pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis dipakai sebagai umpan-balik dalam pembuatan rencana berikut. Perencanaan kembali suatu program pembelajaran setelah adanya refleksi terhadap hasil kegiatan sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan kemampuan peserta didik bersangkutan, (b) menyampaikan solusi permasalahan melalui bahasa yang tepat. Dapat diukatakan bahwa ilmu gerak irama sangat diperlukan bagi setiap guru karena program berpola gerak dan irama dapat membantu perkembangan fisik dan pola gerak keseluruhan kehidupan peserta didik yang mempunyai kesulitan berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi, mengatur emosi, meningkatkan daya berfikir serta mampu menjembatani hendaya fisik dalam penguasaan materi pembelajaran di sekolah. Pola-gerak irama juga secara berangsur-angsur dapat “menyatu” dalam kehidupan peserta didik, melalui program yang disusun dan diterapkan oleh seorang guru yang profesional. Dampak lebih lanjut, ilmu gerak irama mampu menciptakan karya berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar bagi peserta didik. Di sisi lain program pembelajaran berpola gerak irama merupakan perwujudan perasaan, buah pikiran dan bentuk ungkapan kedalaman pengalaman guru selama mengajar. Memandang teori-teori dasar berkaitan dengan gerak yang alamiah bersamaan dengan alur-irama dalam pergerakan tubuh seseorang, menjadikan seseorang menyadari arti dari gerak-irama sebagai suatu instrumen dalam melakukan interaksi khusus bagi kehidupan seseorang.
Guru hendaknya tanggap terhadap setiap
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
15
kemungkinan kemunculan kemampuan alami peserta didiknya saat ia melakukan kegiatan sehari-hari di sekolah. Bertitik tolak dari kemampuan gerak dasar dari setiap peserta didiknya, seorang guru
akan
mampu
memotivasi
kegiatan
belajar
peserta
didiknya
dengan
memanfaatkan: gerak yang telah dikuasai oleh peserta didik, daya tarik suatu lingkungan tertentu, ruang yang ada di sekitar sekolah, waktu yang dipergunakan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan gerak saat berada di sekolah, kemungkinan kesulitan-kesulitan peserta didik berkaitan dengan “keberadaan” dirinya, pengaruh emosi dari setiap peserta didik, dan seberapa tinggikah kemampuan daya nalar peserta didik. Dalam suatu teori pembentukan tubuh (effort shape), yang membentangkan upaya-upaya seseorang membentuk dirinya melalui pemanfaatan pola gerak alamiah, Rudolph Laban (1932) menyatakan bahwa gerak-irama (body movement) akan dapat diraih dengan sempurna bila manusia itu dipandang sebagai pribadi yang utuh dan masing-masing pribadi mempunyai pola-gerak tersendiri sesuai dengan keberadaan dan kebutuhannya. Landasan pendidikan gerak dari Laban ini merupakan pendekatan metode belajar-gerak berdasarkan konsep bahwa gerak yang baik hendaknya berkolaborasi dengan ruang-tenaga-waktu dan arus gerak (dikenal dengan: The spacetime-flow concepts) sehingga pola latihan gerak-irama yang diterapkan oleh seorang guru hendaknya sudah sesuai dengan kebutuhan diri peserta didiknya dan dimodifikasi sedemikian rupa agar sesuai dengan hasil asesmen atau deteksi awal sebelum pembelajaran diberlakukan terhadap peserta didik. Deteksi awal ini dilakukan dengan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
16
menggunakan pengamatan guru secara teliti terhadap perilaku setiap peserta didik melalui
suatu alur-kegiatan sebuah proses kegiatan asesmen yang menggunakan
instrumen yang dapat mengukur keadaan dan kemampuan fisik anak, misalnya; Geddes Psychomotor Inventory (GPI). Bentuk intervensi dengan pola gerak-irama yang diterapkan dalam rencana pembelajaran harian seorang guru diharapkan menjadi wahana penyembuhan (therapeutic) pada aspek perkembangan sosial anak terhadap hambatan belajar di sekolah. Pencapaian sasaran utama dari pembelajaran berpola gerak-irama itu sendiri bukan semata-mata hanya penyembuhan (therapeutic) tetapi juga pencapaian kemampuan perkembangan akademik.
2. Gerak Irama sebagai Seni Seni (art) merupakan hasil ciptakarya manusia sebagai bagian suatu budaya, selanjutnya manakala telah mendasar dalam kehidupan akan dapat menunjang pengetahuan-dasar (knowledge) diri seseorang atau kelompok. Dari knowledge ini berkembang menjadi suatu ilmu (science) dengan melalui latihan-latihan sebagai suatu proses pencapaian keterampilan tertentu dan terarah (skills). Seni itu sendiri dapat dicapai dengan melakukan kegiatan atau latihan berulangkali, jika sudah dikuasai benar maka akan menjadi bagian dari profesionalisme suatu kehidupan seseorang atau kelompok yang menyatu dalam semua pola gerak kehidupannya. Gerak Irama sebagai seni, karena ilmu yang terkandung dalam gerak irama seperti pola-gerak manusia (body movement) merupakan salah satu esensi utama yang perlu dicermati dan dipelajari. Body movement sebagai esensi konsep-gerak harus
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
17
berkolaborasi dengan: waktu, ruang, tenaga dan arus gerak (teori effort shape dari Laban) merupakan bentuk gabungan alur-gerak dan simfoni irama dari tubuh seseorang secara alamiah yang dibawa sejak dalam kandungan. Bagi seorang guru yang menerapkan gerak irama dalam kegiatan pembelajarannya, akan dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang memerlukan solusi segera. Tanpa disadari oleh guru, semua kegiatan menghadapi masalah dan pemecahannya saat di lapangan menjadikan guru sebagai seorang yang profesional karena kemampuannya memecahkan permasalahan dalam proses pelaksanaan program pembelajarannya. Seni yang tinggi merupakan hal yang diperlukan sekali saat seorang guru kelas menciptakan program perencanaan pengajaran dan selanjutnya mampu mengembangkannya saat proses kegiatan pembelajaran tersebut berlangsung mencapai sasarannya.
Pendekatan khusus dari guru kelas dalam penyusunan program
pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi akhir, diperlukan kiat-kiat sebagai berikut. a. Guru seyogyanya dapat memberikan kesempatan yang cukup banyak terhadap peserta didik dalam penguasaan materi pembelajaran. Pengulangan materi sangat diperlukan secara terus-menerus khususnya terhadap peserta didik yang mengalami hambatan belajar karena kondisi fisik, emosi, sosial dan inteligensi. Usaha-usaha yang cukup keras dari guru kelas sangat diharapkan tanpa putus-asa dalam mengatasi permasalahan yang muncul saat kegiatan belajar mengajar berlangsung b. Seorang guru seyogianya mampu menyajikan program kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pertumbuhan fisik dan perkembangan sosial, dan secara bersamaan penguasaan materi pembelajaran peserta didiknya.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
18
c. Seorang guru hendaknya mampu berinteraksi dengan peserta didik yang mengalami hambatan belajar. Untuk hal ini ia harus mampu menggunakan ilmu Gerak Irama sebagai wahana kegiatan pembelajaran, yang diramu sedemikian rupa agar mempunyai nilai seni dan tepat sasaran d. Seorang guru harus mampu melihat bakat setiap peserta didiknya melalui “perasaan seni” dirinya, dan dapat dipakai sebagai batu pijakan dalam upaya peningkatan kemampuan setiap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
3.
Pola Gerak sebagai Ilmu dan Seni Pola gerak pada hakekatnya merupakan ilmu dan seni karena disusun
berdasarkan suatu ilmu tentang teori gerak, untuk menguasainya diperlukan latihanlatihan khusus secara teratur dan terarah sehingga hasil akhirnya merupakan suatu seni gerak alamiah.
Pola gerak juga merupakan instrumen penting dalam kegiatan
pembelajaran atau layanan pendidikan anak yang mempunyai kesulitan-kesulitan: gerak fisik, mental, perilaku atau inteligensi. Untuk memperjelas uraian tersebut dapat dilihat gambar di bawah ini. Skills Knowledge
Science
Skills
ART
Skills
Diagram 1.1 Alur Pola Gerak Sebagai Science ke arah Seni (Art)
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
19
Diagram 1.1 menggambarkan suatu alur science menjadi art.
Kita
menyadari bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui suatu proses yang panjang dan kemudian tersimpan dalam memori-benak kita akan menjadi “alat” untuk memandang dan memahami hal-hal yang baru selama perjalanan kehidupan seseorang, ini disebut sebagai knowledge yang merupakan ilmu pengetahuan dasar seseorang untuk mempelajari berbagai ilmu atau pengetahuan lain (science), misalnya seorang guru yang akan mengajar memerlukan pengetahuan dasar tentang: ilmu mendidik, psikologi anak, media pembelajaran dan seterusnya. Science yang akan dikaji berupa ilmu Gerak Irama yang merupakan ilmu terapan dalam kegiatan seorang guru untuk menyusun dan merancang program pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas terhadap peserta didik yang sudah mengalami “kejenuhan” belajar. Kejenuhan belajar dapat disebabkan oleh adanya suatu program yang kurang terarah dan tidak disukai peserta didik, dan/ atau disebabkan peserta didik yang bersangkutan mengalami kesulitankesulitan belajar diakibatkan oleh faktor-faktor genetika yang mengakibatkan terjadinya hendaya pada perilaku, mental, fisik atau inteligensi.
4. Hubungan Gerak dengan Irama (Rithme) Terjadinya irama disebabkan oleh suatu susunan peristiwa yang secara teratur terjadi berulang-kali, misalnya peristiwa suara atau bunyi yang datangnya dari sumber bunyi dengan sasarannya berupa waktu. Bunyi atau suara yang menimbulkan irama dapat muncul dari suara jam, jatuhnya titik-titik air hujan, ketukan-ketukan jari-jemari
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
20
di meja kesemuanya berada dalam suatu ukuran waktu yang memerlukan interval tertentu. Dapat dikatakan bahwa irama merupakan suatu kenyataan dari pengalaman manusia,
terjadinya berlawanan dengan akal-budi manusia itu sendiri.
Karena
berada pada tingkat pengamatan, maka pengamatan itu sendiri merupakan susunan tanggapan perasaan yang hanya berarti bagi
si-pengamat bersangkutan saat
melakukan pengamatannya. Kesadaran kita terhadap waktu dilandasi oleh pengamatan terhadap suara atau bunyi dalam bentuk yang berbeda-beda.
Bunyi yang terdengar oleh telinga
manusia, kemudian dapat diulang kembali, diamati sebagai suatu peristiwa masa lampau.
Peristiwa selama kita mendengar bunyi itu disebut pengamatan yang
berlangsung saat sekarang, peristiwa pada saat kita mengharapkan bunyi berikutnya disebut masa yang datang. Sedangkan masa yang sunyi akan memberikan kesempatan kepada pendengaran kita untuk dapat mengamati masa yang akan datang. Bunyi yang teratur dapat membantu seseorang untuk dapat membedakan antara waktu yang ada pada diri seseorang bersangkutan dengan waktu yang batasnya tidak terhingga. Kelanjutan dari perbedaan waktu itu memungkinkan seseorang dapat menggabungkan peristiwa-peristiwa yang datangnya saling berurutan ke dalam satuansatuan atau unit. Unit semacam ini merupakan salah satu jenis dalam struktur irama yang tingkatannya lebih tinggi dari urutan peristiwa yang rentetannya kurang teratur. Maka sewajarnyalah jika seseorang ingin mengenal dan mengulang susunan peristiwaperistiwa tertentu melalui aksen.
Aksen dalam hal ini dapat mempermudah saat
mengenali dan mengulangi struktur irama yang khusus tersebut.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
21
Dari hasil pantauan pengamatan terhadap irama seperti yang telah dipaparkan di atas, maka kita mengenal irama sebagai berikut ini. 1. Struktur irama berkaitan dengan pendengaran manusia (auditory), dan susunan peristiwa mempunyai ukuran waktu yang disebut dengan bunyi atau suara. 2. Struktur irama yang berkaitan dengan penglihatan (visually) terdiri atas susunan peristiwa ruang. 3. Struktur irama berkaitan dengan pengamatan (perceptive) disebut susunan peristiwa yang berkaitan dengan gerak-tubuh manusia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi akan meliputi penggunaan waktu dan ruang dimana aksen akan memberikan susunan-irama terhadap gerakan-gerakan yang terjadi pada tubuh sesorang bersangkutan. Pada saat ini akan muncul bermacam-macam bentuk tenaga yang tingkatannya berjenjang selama seseorang melakukan pola gerak.
Dapat dikatakan bahwa ilmu gerak irama yang sedang kita pelajari sangat memegang peranan penting jika semua intervensi-gerak yang disampaikan guru dalam kegiatan yang berkaitan dengan belajar-mengajar di kelas mempunyai dasar-dasar gerak yang menggunakan unsur ruang, tenaga, dan waktu. Dalam intervensi guru dengan menggunakan pola gerak yang memanfaatkan ruang dan waktu hendaknya disusun sedemikian rupa agar pola gerak tersebut saling terpadu dengan ruang dan waktu secara langsung. Dalam kehidupan di dunia ini, ternyata hubungan antara manusia dengan irama begitu pula dengan musik terdapat suatu bentuk yang saling tarik menarik sehingga
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
22
menimbulkan ketegangan-ketegangan yang menjadikan tantangan bagi manusia itu sendiri untuk dapat melakukan gerakan. Terjadinya suatu gerakan bisa secara spontan, bisa juga secara penuh kesadaran atas perintah dari sistem syaraf pusat otak. Gerakan orang dengan kemampuan tenaga yang bersangkutan tersebut dapat dilakukan secara berulang-kali dan tentunya sangat berkaitan erat dengan penggunaan waktu, ruang dan bentuk-bentuk gerakan manusia yang berirama sesuai dengan budaya dari suatu bangsa. Perkembangan berikutnya, adanya rangsangan untuk melakukan gerak yang menggebu-gebu terhadap diri perorangan untuk mengungkapkan gerakan yang berirama semakin menipis disebabkan oleh adanya pengaruh etika kehidupan. Dapat diambil contoh sebagai berikut: seorang dewasa yang telah berpendidikan tinggi, saat ia mendapatkan kegembiraan maka luapan kegembiraannya tidak diwujudkan dalam bentuk berjingkrak-jingkrak. Luapan kegembiraan seperti ini bukan merupakan bentuk yang wajar untuk mengungkapkan rasa kegembiraan yang dapat diterima masyarakat sekelilingnya.
Tetapi sebaliknya seorang anak kecil, luapan kegembiraannya
dimunculkan dengan gerakan-gerakan bebas sesuai dengan nalurinya.
Hal ini
dianggap wajar, begitu pula seseorang saat mendengarkan suara musik yang merangsang nalurinya, akan secara langsung menggerak-gerakkan salah satu anggota badannya mengikuti alunan musik karena ia senang dan dapat menghayati alunan musik tersebut. Mendengarkan irama dari sebuah lagu atau sebuah simfoni-melodi yang dimainkan oleh seorang pianis yang benar-benar sempurna sehingga terdengarnya
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
23
sangat merdu-merayu menyentuh kalbu, akan terlihat berbeda jika mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh suaru gendang yang bertalu-talu. Pengaruh gendang dapat segera menggerakkan hati seseorang sehingga ia terangsang untuk melakukan gerakan mengikuti irama gendang. Berbeda dengan suara piano yang digerakkan oleh seorang pianis yang piawai, maka suara yang indah yang terselubung dalam bunyi-bunyi khusus piano tersebut memerlukan penghayatan tersendiri bagi para pendengarnya. Tentunya, bagi para remaja akan lebih menyukai bunyi-bunyian atau irama yang dapat merangsang naluri-mudanya. Menurut teori musik, melodi atau lagu terdiri atas sederetan nada-nada yang tersusun dan berirama. Irama yang lebih dinamis terdiri atas bunyi yang berturut-turut. Melodi merupakan sederetan tangga-nada dari masa lampau dan nada-nada yang akan datang, sehingga coraknya bisa terlihat dengan jelas. Dalam sebuah melodi yang kita dengar akan dapat membawa batin seseorang untuk mengikutinya dan menuju ke arah gerakan seirama dengan lagu yang didengarnya.
Dapat dikatakan bahwa irama
datangnya dari masa lalu untuk di arahkan ke masa berikutnya dimana bentuk lanjutannya akan selalu dinantikan. Suara yang memiliki suatu rangkaian yang terdiri atas nada-nada disebut sebagai sebuah melodi. Pada makhluk hidup, seperti hewan akan nampak berbeda karena tidak nampak adanya kesinambungan dari nada yang satu ke nada berikutnya, misalnya siulan seekor burung. Siulan burung tersebut akan berkisar dari satu nada ke nada lainnya yang sama, tidak nampak bagian yang awal yang berasal dari masa lampau dengan bagian akhir yang merupakan masa kini, sehingga tidak dapat dikatakan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
24
sebagai suatu rangkaian kesatuan nada. Siulan burung tersebut tidak memiliki melodi khusus. Fungsi melodi pada sebuah musik amat memegang peranan penting karena melodi akan meliputi dan memelihara irama, sehingga terciptalah suatu keharmonisan. Selanjutnya fungsi melodi adalah memperkuat irama sehingga akan terbentuk tanggatangga nada yang akan dapat menimbulkan aktivitas gerak seseorang sebagai luapan perasaan sesuai dengan tinggi dan rendahnya tangga nada yang ada dalam irama lagu. Dalam dunia pendidikan, lingkungan sekolah yang memungkinkan terwujudnya banyak gerakan dengan teratur dan berirama, sangat berarti sekali bagi kelancaran proses pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Lingkungan semacam ini bagi gurukelas sangat membantu dalam melakukan intervensi pembelajarannya, karena lingkungan tersebut dapat dipakai sebagai “penyejuk hati” atau dapat menurunkan gejolak-gejolak perasaan yang tidak menentu dari setiap peserta didik. Dalam konteks semacam ini, irama bekerja secara sugestif terhadap gerak manusia yang ada di dalam lingkungan tersebut. Kita menyadari bahwa setiap orang sangat sugestibel terhadap irama, olehkarenanya bentuk gerak dan tari sering diiringi dengan irama. Dalam hal ini gerak tari yang berirama sering dipakai sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan seseorang. Bagi para remaja yang kurang berkesempatan melampiaskan rangsang-gerak mereka, maka salah satu pelampiasannya adalah mendengarkan irama-irama musik yang keras, misalnya hot music atau dangdut dengan gendang dan seruling yang bertalu-talu.
Melalui kegiatan mendengar musik keras tersebut jiwa mereka akan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
25
tergugah untuk menghayatinya serta tubuh mereka secara langsung akan merasakan ketegangan-ketegangan.
Ketegangan-ketegangan yang ada dalam diri para remaja
tersebut perlu penyaluran melalui gerak, yaitu berjoget mengikuti irama yang mereka dengar.
Sering terjadi, ketegangan-ketegangan jiwanya akibat dari musik keras
tersebut tidak terkendali dan menyebabkan mereka berperilaku tidak senonoh, misalnya melakukan pengrusakan gedung dan tempat pertunjukan musik-dangdut, konser musik Jazz atau musik Rock and Roll. Pembinaan dan bimbingan yang teratur sangat diperlukan terhadap para remaja agar rangsangan terhadap psikis mereka melalui musik keras tersebut tidak meledak-ledak tak terkendali.
Pembinaan dan
bimbingan dapat diwujudkan dalam suatu lingkungan pergaulan yang kondusif agar para remaja dapat menyalurkan emosi yang meledak-ledak kearah yang positif. Salah satu bentuk pembinaan dan bimbingan semacam ini, yaitu intervensi gerak irama terhadap suatu kegiatan di sekolah. Kegiatan-kegiatan yang mampu menyalurkan “kelebihan energi” setiap peserta didik di sekolah sangat diperlukan dalam intra kurikuler berupa antara lain: pelajaran olahraga atau pendidikan jasmani, pelajaran bidang studi dengan program khusus menggunakan intervensi-pola gerak irama. Begitu pula halnya pada ekstra kurikuler misalnya: Kegiatan ke-pramukaan, kegiatan tari-menari, bermain musik, bermain drumband, dan sejenisnya.
Disinilah peranan
penting seorang guru untuk mampu menerapkan pola-gerak berirama sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didiknya.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
26
B. POLA GERAK IRAMA SEBAGAI PENDEKATAN PEMBELAJARAN 1. Dasar Pertimbangan Alasan utama mengapa gerak-irama dipakai sebagai salah satu pendekatan pembelajaran, disebabkan adanya suatu pemikiran atau asumsi yang menyatakan bahwa pola gerak-irama sebagai wahana yang esensial dalam upaya mengembangkan potensi dan kemampuan perkembangan kognitif dan afektif setiap peserta didik untuk mencapai kompetensi dirinya secara bulat dan utuh. Anak dengan kebutuhan khusus pada umumnyai perilaku-perilaku maladaptif yang spesifik dan dapat mengganggu kelancaran proses pembelajaran yang telah dirancang oleh guru.
Untuk kepentingan tersebut diperlukan suatu teknik
pengontrolan terhadap perilaku mal-adaptif yang sangat bergantung pada seberapa jauh perilaku mal-adaptif dapat berpengaruh terhadap lingkungan belajar anak. Ada tiga pendekatan untuk mengatasi hambatan pembelajaran disebabkan adanya perilaku mal-adaptif, yaitu: pendekatan secara psikodinamika (psychodiunamic approach), pendekatan secara psiko-edukasional (psychoeducational approach), dan pendekatan yang berhubungan dengan perilaku (behavioral approach). Dalam pendekatan psikodinamika, intervensi pembelajaran bertujuan untuk menemukan perilaku dasar melalui insting bawah sadar, kemudian diarahkan, atau menemukan kebutuhan yang muncul sebagai masalah yang bersifat kognitif dan afektif.
Dalam pendekatan secara psiko-edukasional, intervensinya berfokus pada
kesalahan kognitif dan afektif sebagai penyebab perilaku mal-adaptif (antecedents). Hal ini dilakukan berdasarkan atas asumsi bahwa membuat anak menyadari perasaan bersalahnya melalui diskusi diharapkan perilaku mal-adaptif secara berangsur-angsur
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
27
akan berkurang. Dalam pendekatan yang berhubungan dengan perilaku, intervensinya verfokus pada pengaruh dari perilaku bermasalah, meliputi respon-respon yang bersifat kognitif dan afektif.
Contohnya, jika seorang anak memukul temannya maka
pendekatan behavioral akan melibatkan intervensi secara langsung terhadap perilaku suka memukul. Intervensi behavioral ini dapat berupa latihan keterampilan sosial yang dapat menurunkan perilaku mal-adaptif (Kauffman, J.M., 1985:224-230).
Pernyataan-pernyataan yang mendukung digunakannya ketiga pendekatan pembelajaran yang mengaplikasikan gerak irama, adalah sebagai berikut. a. Gerak-irama sudah dilakukan sejak seorang anak dilahirkan. Gerak yang dilakukan secara berirama dari seorang anak merupakan bentuk penyampaian keinginan dirinya untuk memenuhi naluri fisik. b. Suatu gerak dan irama merupakan media interaksi sosial.
Anak-anak sangat
bergantung pada kehadiran orang lain di sekitar dirinya untuk melakukan interaksi melalui gerakan-gerakan sebagai wujud penyaluran hasrat keinginan-dirinya yang terus berkembang mengikuti usianya. c. Gerakan-gerakan berirama akan dapat terjadi oleh faktor-faktor interaksi sosial. d. Gerak irama dapat dimunculkan karena faktor-faktor emosi pribadi seseorang. e. Gerak-irama melalui perkembangan sesuai kurun waktu yang dimiliki seseorang sangat diperlukan bagi perkembangan daya-nalar atau intelektual seseorang.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
28
Tujuan utama dilakukannya gerak irama adalah untuk memenuhi empat kepentingan fungsi-kehidupan seseorang, meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Adanya
persamaan-kepentingan,
dimana
setiap
orang
mempunyai
kebutuhan dan keinginan yang berbeda antara satu dengan lainnya; b. Adanya azas stimulasi dalam fungsi kehidupan seseorang, yakni: kemampuan dan persepsi gerak (motor and perceptual-skills), sosial, emosional, dan intelektual seseorang,; c. Adanya perbedaan antara pribadi seseorang dengan lingkungannya dalam kehidupan; d. Adanya daya interaksi yang berbeda untuk setiap orang, dan diperlukan masukan
pengalaman
sebagai
bentuk
perkembangan
diri
yang
bersangkutan.
Pola gerak irama seseorang tidak terlepas dari kepentingan untuk melakukan interaksi dengan orang lain, namun perlu diketahui bahwa untuk melakukan interaksi tersebut akan banyak mengalami kendala yang diperoleh dari faktor lingkungan yang ada dalam suatu kehidupan.
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan lingkungannya dapat dilihat pada diagram 1.2 di bawah ini.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
29
Topography
Global culture through the ages
Ph S
I Distant Environmet
Close Environment
E
Climate
Global politics and economics
Diagram 1.2 Interaksi Sosial Seseorang Dengan Lingkungannya (Skjorten, M.D., 1982:3; Johnsen, B.H. and Skjorten, M.D. 2003:272) Keterangan: Ph = Physical-motor Skills and Perceptual Function S = Social Function E = Emotional Functions I = Intelectual Functions
Diagram 1.2 menunjukkan adanya faktor utama di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi interaksi sosial seseorang dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah: lingkungan sekitar diri seseorang (close environment), lingkungan jauh di luar diri seseorang (distant environment). Lebih jauh, terdapat adanya pengaruh kuat dari faktor-faktor lingkungan lain yang secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan interaksi secara lebih luas, lingkungan tersebut adalah: keadaan cuaca atau iklim (climate),
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
30
topograpi atau keadaan alam (topography), kebudayaan global selama berabad-abad (global culture through the age), dan pengaruh dari politik dan ekonomi global (global politic and economics). Diri seseorang yang akan melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya akan bergantung kepada keberadaan fungsi dirinya yang terdiri atas: fungsi fisik, fungsi sosial, fungsi emosional, dan fungsi intelektual Lingkungan sekitar diri seseorang (close environment), adalah lingkungan yang dekat dengan diri seseorang dimana seseorang merupakan bagian dari suatu lingkungan kehidupannya sehari-hari. Misalnya: anggota keluarga di rumah tempat ia tinggal, keadaan lingkungan di sekitar seseorang berada (misalnya lingkungan pertanian, peternakan, daerah pedesaan/ perkotaan, daerah perindustrian), teman-teman dekat atau teman bermain, sekolah tempat seseorang belajar, lingkungan kantor tempat seseorang bekerja, dan seterusnya.
Lingkungan ini akan berpengaruh langsung
ataupun tidak langsung. Kadar pengaruh dari lingkungan ini akan bervariasi menurut dinamika komunikasi, kebiasaan dan tradisi seperti tingkat penghargaan yang diberikan kepada seseorang atau anak, pandangan yang dianut terhadap hak seseorang/ anak yang berada di sekitar diri orang/ anak yang bersangkutan. Lebih jauh, budaya lokal dan kehidupan sosial politik serta struktur perekonomian sekitar diri seseorang dapat berpengaruh pula terhadap perkembangan kepribadiannya. Termasuk golongan ini adalah (a) berbagai bentuk permainan, tarian, musik, pantun, kerajinan tangan; (b) media lokal seperti: surat kabar, radio, program tayangan yang disiarkan oleh layar kaca atau televisi; (c) kebiasaan dan tradisi-tradisi tertentu; (d) faktor agama yang
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
31
dianut; (e) situasi dan letak sekolah; (f) bentuk bangunan/ rumah yang ada di sekitar lingkungan seseorang/ anak. Termasuk distant environment atau lingkungan jauh, adalah lingkungan yang berada jauh di luar lingkungan kehidupan seseorang/ anak, tetapi situasi lingkungan ini berpengaruh terhadap kehidupan seseorang/ anak.
Keadaan situasi pada distant
environmet dapat saja seperti close environment hanya pengaruh terhadap perkembangan individunya berkurang. Misalnya: pada era globalisasi sekarang ini, masyarakat Indonesia merasa cemas terhadap perilaku anak-anaknya dikarenakan anak remaja sering berbicara menggunakan bahasa asing yang populer bahkan berbentuk ungkapan yang hanya dimengerti oleh kalangan remaja tertentu (bahasa “prokem”). Akibatnya para orang tua mereka susah memahami makna ucapan yang disampaikan oleh anak-anak mereka. Hal ini dimungkinkan terjadi akibat adanya pergaulan dan siaran langsung yang ada dalam program-program tertentu melalui televisi ataupun internet yang jangkauannya cukup luas dan sulit dikontrol oleh para orang tua mereka. Pengaruh yang ketiga yakni berasal dari pengaruh kemajuan teknologi yang amat canggih terhadap faktor-faktor: topography, global culture, global politics, serta climate. Pengaruh terhadap faktor-faktor tersebut dapat terjadi perubahan secara drastis terhadap bentuk-bentuk perkembangan suatu nilai tertentu yang semula diyakini dan dianut oleh seseorang dalam suatu lingkungan tertentu dimana ia tinggal. Tentu saja adanya perubahan-perubahan terhadap faktor-faktor topography, global culture, global politics dan climate akan menambah kesulitan perkembangan
kognitif anak atau
seseorang untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya, khususnya bagi seorang
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
32
anak yang mempunyai hendaya dalam hal: emosi, intelektual, fisik, maupun mental. Kecanggihan lingkungan ke-tiga yang merubah faktor-faktor tersebut, berdampak sangat luas terutama bagi guru kelas yang mengajarkan bidang studi tertentu (IPA, IPS, atau matematika). Program dan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru kelas semestinya dibuat sesuai dengan kenyataan yang ada tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan-belajar setiap peserta didiknya. Salah satu pemecahannya adalah dengan memberikan
intervensi-khusus
terhadap
setiap
peserta
didik
saat
kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung oleh guru kelas. Di Indonesia, pemerintah telah berusaha untuk mengantisipasi perubahan tersebut dengan cara mencanangkan suatu bentuk program pendidikan berdasarkan undang-undang, antara lain: (1) program wajib belajar dari enam tahun meningkat menjadi sembilan tahun - dimana setiap anak berumur enam tahun sudah dikenai wajib belajar (sesuai dengan ps.34 UUSPN Nomor 20/2003), (2) pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan untuk seluruh wilayah termasuk daerah terpencil, kesempatan pendidikan sesuai dengan hak-hak azasi anak (sesuai dengan ps 32 UUSPN No.2/2003), (3) untuk keperluan tersebut maka Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 digantikan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional. Kegiatan asesmen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan sebelum program pembelajaran individual, selama program pembelajaran individual dan saat mengevaluasi dan memonitoring seluruh proses kegiatan pembelajaran individual untuk mencari dan menemukan kemampuan maupun kelemahan peserta didik
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
33
bersangkutan. Informasi kemampuan dan kelemahan yang diperoleh dari kegiatan asesmen terhadap peserta didik merupakan hal yang berguna sebagai bahan rujukan saat penyusunan sebuah program kebijakan dalam pembelajaran, atau dipakai sebagai remedial saat proses kegiatan belajar-mengajar, juga dipakai sebagai umpan-balik saat kegiatan monitoring dan evaluasi keberhasilan sebuah tujuan akhir pembelajaran. Kemampuan guru-kelas dalam melakukan analisis kebutuhan setiap peserta didiknya merupakan tuntutan peningkatan profesionalisme guru dalam tataran baru masyarakat Indonesia. Analisis kebutuhan tersebut menjadikan peserta didik sebagai subjek bukan merupakan objek pendidikan.
Khususnya melalui pendekatan
pendidikan inklusif yang menjunjung tinggi dan menghargai hak-hak anak yang telah disetujui dan dideklarasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November 1989 dengan Deklarasi Salamanca tahun 1994 (berkaitan dengan prinsip, kebijakan dan praktek dalam pendidikan yang bersifat khusus) dan pertemuan di Dakar tahun 2000 yang meletakkan kerangka kerja dari “Education for All”.
2. Konsep-Konsep Interaksi Gerak Dalam penyusunan program pembelajaran individual, lebih tertuju pada pendekatan yang bersifat humanistik, di samping adanya penekanan pada segi behavioristik. Penekanan dalam segi behavioristik dilakukan secara tidak terus menerus, disesuaikan engan kebutuhan intervensi-guru yang disesuaikan dengan perilaku peserta didik yang bersangkutan. Oleh karena itu maka program pembelajarn baik di dalam maupun diluar kelas (out bond activity) sangat bijaksana apabila gurukelas memprogramkan kegiatan pembelajarannya seyogianya disesuaikan dengan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
34
tingkat perkembangan anak berdasaran pada teori perkembangan anak dari John Piaget (1969), dan orientasi perkembangan anak hendaknya sesuai dengan keadaan diri mereka (Switzky, Rotatori, Miller & Freagon 1979, dalam Hodapp, et al., 1990:3). Piaget lebih menekankan kepada pengenalan lingkungan yang ada di sekeliling kehidupan peserta didik. Pengenalan lingkungan secara lebih luas dimaksudkan agar pembelajaran yang disampaikan kepada setiap peserta didik tertuju kepada upaya peningkatan inteligensi seorang anak. Mengenali lingkungan berarti bahwa pendekatan bermain sangat cocok dalam upaya meningkatkan perkembangan inteligensi, fisik, emosi, dan cara bersosialisasi setiap peserta didik. Untuk mengetahui “keberadaan” setiap peserta didik, diperlukan suatu asesmen dengan menggunakan instrumen-observasi tertentu.
Misalnya, dengan
menggunakan instrumen observasi yang disusun oleh Geddes Dolores dengan nama Geddes Psychomotor Inventory (GPI) untuk mengetahui “keberadaan” setiap peserta didik bersangkutan agar program pembelajaran yang menitik-beratkan pada kegiatan fisik dapat disusun sesuai dengan “kemampuan” setiap peserta didik. Instrumen lainnya dengan nama: Play Assessment Chart (PAC) yang disusun oleh Mette Tafjord (ide untuk pencatatan-data berbentuk lingkaran diambil dari Model Progress Assessment Chart dari H.C. Ginsburg).
Play Assessment Chart ini merupakan
instrumen-observasi untuk mengetahui tingkat kemampuan fungsional: sensory-motor skills, creativity skills or Constructive ability , Social interaction skills, dan language conceptual skills.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
35
Setelah “keberadaan” masing-masing peserta didik diketahui, maka gurukelas menyusun suatu pola gerak berdasarkan atas konsep-konsep gerak (movement concepts) yang terdiri atas: hubungan antara ruang dan gerak tubuh, hubungan gerak dengan penggunaan tenaga, dan hubungan gerak dengan waktu, serta hubungan arusgerak dengan lingkungan. Agar pola gerak tersusun dengan sistematis, efisien dan bersifat menyeluruh maka guru-kelas saat menyusun pola gerak harus berpatokan pada skills themes atau dasar-dasar keterampilan gerak. Dasar-dasar keterampilan gerak menekankan pada: locomotor skills, manipulative skills, dan non-manipulative skills. Selanjutnya, pola gerak yang disusun disesuaikan dengan irama yang cocok bagi peserta didik, sehingga program pembelajaran yang tersusun dapat menjadi wahana bagi “penyembuhan” kelainan perilaku -- umumnya perilaku salah suai-- dari setiap peserta didik. Untuk itu diharapkan bentuk program yang berbasis pola gerak irama hendaknya bernuansa “therapeutic” atau “penyembuhan”, sehingga perlu diperhatikan unsur-unsur therapeutic mana yang diperlukan bagi peserta didik bersangkutan agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan akhir pembelajaran, yaitu adanya perubahan perilaku ke arah positip dari setiap perilaku salah suai peserta didik. Atas dasar uraian tersebut di atas, pada uraian bab I ini disampaikan juga secara sekilas tentang terapi yang berkaitan dengan pola gerak. Suatu pola gerak yang bervariasi dapat meningkatkan potensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi, sosialisasi dan daya nalar. Esensi dalam pola gerak adalah kreativitas yang diperlukan oleh setiap orang tidak terkecuali bagi peserta didik.
Kreativitas ini diperlukan dalam
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
36
pembelajaran yang bermuatan pola gerak, karena tujuan akhir dari suatu program pembelajaran adalah penguasaan kemampuan kognitif melalui kreativitas diri dalam bersosialisasi.
Melalui penguasaan sosial dengan kreativitas gerak, peserta didik
diharapkan mempunyai perasaan harga diri (self-esteem) dalam mengarungi kehidupannya kelak. Tidak terkecuali bagi peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan fungsional.
Perkembangan fungsional terdiri dari kemampuan
sensorimotor, kreativitas menyusun bentuk bangun, interaksi sosial, dan berbahasa secara konseptual. Harus kita sadari bahwa gerak dan irama merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap potensi gerak seseorang dalam keterampilan olah-tubuh. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan tentang olah-tubuh melalui pengalamanpengalaman gerak. Melalui kesadaran terhadap pola gerak tubuh, seseorang akan dapat mencapai keterampilan gerak tubuh secara mandiri. Bagi sebagian besar anak dengan hambatan perkembangan seperti halnya terjadi pada anak dengan tendensi autism, hyperactive, behavior disorder, learning disability dan spastic, maka pola gerak irama sangat bermanfaat bagi guru kelas untuk dipakai sebagai bentuk intervensi-khusus dalam bentuk pola gerak tertentu sesuai dengan keberadaan setiap peserta didiknya. Dalam menyusun pola gerak tubuh yang diterapkan secara langsung dalam program pembelajaran, hendaknya seorang guru memahami secara betul tentang posisi setiap bagian anggota tubuh dari peserta didik. Posisi tubuh dalam keadaan diam maupun bergerak memungkinkan setiap peserta didik mampu mengembangkan pola
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
37
geraknya secara tepat. Pengembangan pola gerak ditunjang oleh adanya otot-otot yang kuat dan lentur. Sehingga melalui pola gerak tertentu memungkinkan otot-otot tubuh dapat dikendurkan atau ditegangkan. Dari kekuatan otot-otot tersebut, khususnya yang menunjang persendian tubuh, memungkinkan gerakan otot tubuh dapat digerakkan seoptimal mungkin sesuai dengan fungsi setiap anggaota tubuh. Jika kita kaji tentang struktur anatomi tubuh, ternyata anggota tubuh kita mempunyai struktur yang berbeda dalam kemungkinan geraknya.
Terdapat lima
bentuk dasar kemungkinan gerak (stapes), yaitu: panjang, lebar, bulat, membelit, atau berputar. Mengenai kemungkinan gerak yang polanya bersifat panjang dimaksudkan sampai seberapa jauhkah jangkauan anggota tubuh agar dapat digerakkan seimbang dengan tulang punggung, atau tinggi kepala seseorang. Dari pola gerak ini akan timbul kesadaran seseorang terhadap bagian tubuh, baik anggota tubuh bagian atas maupun bawah. Kemungkinan gerak dengan bentuk lebar, penekanan terhadap tubuh terletak pada anggota badan di bagian atas dan bawah, melalui usaha sampai seberapa jauhkah tubuh seseorang - misalnya tangan maupun kaki - dapat direntangkan, atau diperlebar ke samping. Pada bentuk bulat, dimaksudkan bahwa kemungkinan gerak seseorang dalam upaya mempertemukan ke-dua ujung tubuh seseorang agar saling dapat disentuhkan sedemikian rupa antara ujung jari-jemari dengan ujung kaki, sehingga tulang punggung berbentuk melengkung. Kegunaan bentuk bulat ini bagi seseorang, yaitu dapat melakukan gerakan mengguling atau rolling. Pada bentuk membelit atau berputar (screwed, or twisted), dapat terjadi manakala dua anggota tubuh bergerak saling berlawanan, misalnya kaki yang disilangkan.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
38
Agar terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara struktur tubuh dengan kemungkinan gerak saat penggunaan suatu ruang atau space, peserta didik terlebih dahulu ditanamkan kesadaran dirinya tentang pentingnya penggunaan ruang saat ia melakukan gerak-tubuhnya. Ruang merupakan media gerak yang meliputi unsur luas.
Pengetahuan terhadap luas bidang gerak akan
memungkinkan dipilihnya suatu gerakan yang berlawanan tertentu, seperti gerakan-gerakan sebagai berikut. 1. Jauh – dekat 2. di sini - di sana 3. besar – kecil 4. lebar – sempit 5. tinggi – rendah 6. dan sebagainya. Sedangkan unsur ruang ditinjau dari segi tingkatannya, antara lain berkaitan dengan pola gerak seperti berikut. 1. atas – tengah – bawah 2. tinggi – sedang – rendah Pengertian tersebut dapat membuat perubahan posisi tubuh misalnya, dari berdiri – kemudian berlutut – dilanjutkan dengan duduk – dan kemudian telentang atau sebaliknya. Gerakannya dapat dilakukan dari posisi bawah – ke posisi atas. Dari penjelasan tersebut di atas, maka pengertian tentang arah akan memegang peranan penting saat seorang guru menyusun program pembelajarannya dengan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
39
menggunakan pola gerak. Begitu pula jika program pembelajarannya berkaitan dengan peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan.
Dalam kehidupan yang
normal sehari-hari, seseorang dapat secara bebas bergerak ke arah yang berlainan. Kesadaran gerak seseorang memungkinkan terjadinya peningkatan perkembangan pengalaman seseorang terhadap geraknya. Dalam hal ini maka setiap peserta didik akan lebih berkemampuan menentukan arah geraknya sesuai dengan nalurinya yang telah terlatih melalui latihan-latihan, misalnya peserta didik akan mampu melakukan gerak ke arah depan lalu ke belakang, lalu ke arah samping-kiri atau kanan, diteruskan dengan bergerak secara serong atau secara diagonal ke arah kiri atau kanan. Akan lebih semarak dan meningkatkan imajinasi peserta didik, jika pola geraknya tersebut dibantu juga dengan pola-garis yang dibuat di lantai agar ia dapat melakukan sesuai dengan pola-garis yang telah disusun dengan berbagai variasi, seperti: garis berbentuk lurus, garis berbentuk melingkar, garis berbentuk menyudut, atau berbentuk zigzag sesuai dengan kebutuhannya. Faktor lain dalam menentukan suatu bentuk pola-gerak, selain arah, adalah energi atau tenaga guna melakukan suatu gerak.
Kita menyadari bahwa semua
aktivitas sehari-hari tubuh kita memerlukan energi-gerak.
Misalnya gerak yang
dilakukan dalam bentuk yang statis dengan menekan suatu bidang sempit maupun dengan menggunakan bidang yang lebih luas. Energi ini disalurkan ke seluruh otot tubuh melalui perintah sistem syaraf pusat untuk dapat melakukan suatu gerakan dengan berbagai macam kekuatan yang berbeda-beda, terutama gerakan-gerakan yang
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
40
dilakukan secara berkesinambungan. Gerakan-gerakan yang mempergunakan tenaga secara berbeda, lebih memungkinkan seseorang bergerak secara dinamis. Dengan pola-gerak yang disusun guru untuk kepentingan kegiatan belajarmengajar yang bersifat individu terhadap peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan fungsional (sosial, emosi, pisik, dan intelektual) hendaknya diusahakan agar peserta didik yang bersangkutan dapat belajar menggunakan tenaganya secara tepat. Kelebihan tenaga dalam gerakan akan menimbulkan bentuk gerakan yang kaku, tegang, dan menyebabkan kesalahan atau terjadi cidera otot. Sebaliknya, kekurangan tenaga dalam melakukan suatu gerakan akan mengakibatkan gerakan tubuh peserta didik bersangkutan menjadi lemah dan tentu saja mempersulit dirinya untuk melakukan keseimbangan-tubuhnya.
Bagi sebagian besar peserta didik yang
mempunyai hambatan perkembangan yang diperoleh dari “kecacatan”, guru pendidikan luar biasa atau special teacher for special needs student seyogianya mampu menyusun suatu pola gerak khusus bagi peserta didik bersangkutan. Sehingga peserta didik bersangkutan dapat memanfaatkan energinya seefisien mungkin saat melakukan pola-gerak yang telah disusun guru.
Dengan demikian maka pola-gerak yang
dilakukan dengan energi yang tepat dan efisien dapat mengarah pada bentuk penyembuhan atau bersifat therapeutic. Penggunaan tenaga atau energi untuk sesuatu gerak akan berbeda antara polagerak tertentu dengan lainnya. Misalnya, untuk melakukan suatu gerak: lari akan berbeda dengan gerakan melompat atau gerakan berjalan, sehingga penggunaan energi untuk dapat menggerakkan otot-otot tubuh yang diperlukan akan berbeda pula.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
41
Gerak berdasarkan konsep kerangka kerja untuk mampu melakukan interaksigerak, terdiri atas tiga bentuk gerak dasar yang meliputi pola gerak sebagai berikut. a. Gerak Dasar atau Lokomotor Berbagai macam bentuk gerak-dasar yang dapat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran yang bermuatan pola gerak irama seperti: Jalan – lari – loncat – loncat jangkit – lompat dengan berbagai variasi tolakan dan gerakan mendarat – memantul – mengoper – berputar – bergeser –mengangkat – melempar – mengkerut – mengejar – meluncur- dan sebagainya. Selain gerak-dasar tersebut, terdapat pula pola-gerak: manipulatif, dan nonmanipulatif. b. Gerakan manipulatif Gerakan manipulatif adalah gerakan yang memerlukan adanya koordinasi dengan ruang dan benda yang ada di sekitarnya. Gerak manipulatif akan terjadi bila tersedianya alat atau benda yang akan dipergunakan untuk kegiatan berkaitan dengan gerak-manipulatif. Gerakan yang termasuk gerakan manipulatif adalah sebagai berikut. 1. Melempar atau throwing Pola-gerak melempar, misalnya: Dalam suatu permainan sepak bola kita mengenal adanya lemparan bola yang dilakukan oleh seorang pemain kesebelasan yang diarahkan kepada rekannya bila bola tersebut “out”. Dalam melakukan lemparan bola tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut a. Bola dipegang dengan kedua tangan di depan atau di atas kepala,
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
42
b. Anggota badan mulai dari pangkal paha ke atas ditarik ke belakang dan bersamaan dengan gerakan itu, kedua lutut ditekuk c. Pandangan ditujukan kepada rekan yang akan diberi bola f. Dengan kekuatan-tenaga, kedua belah tangannya melemparkan bola sekuat mungkin. 2. Menangkap atau Catching and Collecting Gerak menangkap dapat dijumpai misalnya dalam suatu permainan sepak bola yang umumnya dilakukan oleh seorang penjaga gawang. Menangkap bola bentuknya bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah Menangkap bola setinggi dada. Tekniknya sebagai berikut. a.
Ke-dua kaki dibentangkan atau salah satu kaki berada di posisi depan kaki
b.
Berat tubuh terletak pada tumpuan kaki depan
c.
Kedua kaki ditekuk sedikit pada lututnya
d.
Bagian dada sebelah atas dicondongkan ke depan
e.
Setelah bola menyentuh telapak tangan dan lengan, maka secepatnya bola
lainnya
yang sudah tertangkap harus dikuasai. 3. Menendang atau kicking Misalnya, menendang bola oleh penjaga gawang. Teknik ini digunakan untuk mengoperkan bola dari depan gawang ke daerah lawan.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
43
4. Memukul atau Punting Misalnya, dalam permainan sepak bola akan ditemui gerakan memukul bola. Teknik memukul bola biasanya dilakukan dengan diiringi loncatan, pukulan yang dilakukan denga satu tangan atau dua tangan. Begitu bola mendekat, tangan penjaga gawang disiapkan di depan badan dengan sikap siku ditekuk. 5. Memantul-mantulkan atau dribling Gerakan ini bisa kita temukan pada permainan bola basket yang dilakukan oleh seorang pemain saat yang bersangkutan ingin mengoperkan bola atau menunggu kesempatan untuk melakukan serangan.
Teknik dribling ini adalah memantul-
mantulkan bola sampai bola tersebut menyentuh lantai lapangan dengan posisi satu kaki sebagai tumpuan dalam posisi diam tidak terangkat. Memantul-mantulkan bola dapat dilakukan dengan salah satu tangan, yaitu untuk melakukan operan atau kedua belah tangan untuk melakukan lemparan tembakan ke dalam keranjang guna mendapatkan point atau skor bagi regunya. 6. Melambungkan atau Volleying Contoh gerakan melambungkan atau volleying adalah dalam permainan bola voli. Melambungkan bola dimaksudkan agar bola berada di atas udara sehingga rekan atau lawan main dapat memainkan permainan. Bola dilambungkan dan diusahakan tidak menyentuh lantai atau tanah. Pantulan atau lambungan bola yang baik dilakukan dengan kedua belah tangan dirapatkan membentuk bulatan cembung dan jari-jemari tangan digerakkan saat melambungkan bola.
Gerakan melambungkan bola harus
disesuaikan dengan posisinya, apakah melambung tinggi, mendatar, atau sedang.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
44
7. Memukul dengan raket Gerakan memukul semacam ini sering dilakukan dalam suatu permainan yang mempergunakan raket sebagai alat pemukul. Misalnya, dalam permainan bulutangkis atau tenis lapangan. Gerakan yang dilakukan pada umumnya sebagai berikut. (1)
Raket dipegang dengan sebelah tangan (umumnya oleh tangan sebelah
kanan, kecuali bagi pemain kidal). (2)
Pukulan hanya diarahkan kepada lawan, yang berada di seberang net
(3)
Pukulan tidak dilakukan dengan kaku
(4)
Pukulan harus dsesuaikan dengan keadaan kock atau bola (yang
disajikan oleh pihak lawan). 8 . Memukul dengan alat (misalnya dengan kayu pemukul) Gerak semacam ini seringkali terdapat dalam jenis permainan: softball, kasti, rounders. Cara melakukan pukulan biasanya mengikuti pola-gerak sebagai berikut. (1). Alat pukul dipegang dengan kedua belah tangan dan biasanya ditaruh di atas bahu (2). Pukulan dilakukan dengan cara mengayunkan pemukul mendatar di depan badan (3). Posisi kedua belah kaki pemukul sejajar (4). Setelah bola terpukul, posisi tubuh pemukul bola mengikuti arah gerak kayu pemukul dan kemudian meletakkan kayu pemukul.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
45
c. Gerak Non-Manipulatif Gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang dilakukan oleh seseorang tanpa menggunakan alat dan dapat berpindah tempat Termasuk gerakan Non-manipulatif adalah gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat pukul, dan mudah berpindah tempat. Yang termasuk dalam pola gerakan semacam ini adalah: 1. Membelok atau turning Misalnya, saat berjalan atau dalam perlombaan gerak jalan kita menemukan sebuah belokan., tubuh kita akan segera mengikuti arah gerakan apakah itu ke kiri atau ke kanan saat melakukan gerak-membelok. Begitu pula pola gerak tersebut dapat dilakukan manakala kita memerlukan bentuk reaksi dengan rangsangan berupa belokan. 2. Berputar atau twisting Gerakan semacam ini banyak dijumpai dalam tari balet dan senam lantai. Gerakan berputar merupakan gerakan yang memutarkan tubuh dengan mengangkat salah satu kaki, berporos atau bertumpu pada kaki lainnya. gerakannya diikuti dengan sikap posisi ditekuk.
Biasanya variasi
Pada pola gerak berputar faktor
keseimbangan amat penting. 3. Mengguling atau rolling Gerakan mengguling dapat dilakukan mengarah ke depan, ke samping maupun ke belakang. Kedua belah telapak tangan dipakai sebagai tumpuan dengan cara mencondongkan dan kemudan mendorongkan badan dan bergerak membulat ke
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
46
arah yang dituju. Daya guling yang terjadi saat mengguling terjadi diakibatkan adanya daya jatuh tubuh ke arah yang dituju (ke depan, ke samping, ataupun ke belakang). 4. Mengatur keseimbangan tubuh atau balancing Keseimbangan dapat dilakukan dengan berbagai sikap dan posisi tertentu. Misalnya, dalam senam lantai dengan posisi sikap lilin dimana tumpuan berada pada punggung belakang dan tangan menopang pinggang dan ke dua kaki lurus ke atas. Pada sikap kapal terbang, yaitu berdiri dengan tumpuan pada salah satu kaki yang tegak lurus, kaki lainnya dinaikkan serta disejajarkan dengan kedua belah tangan yang membentang ke arah samping sehingga posisi tubuh seperti sebuah kapal terbang. Gerakan keseimbangan dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri tegak dan satu kaki dipakai sebagai tumpuan sedangkan kaki lainnya dapat diangkat ke arah muka atau samping tubuh. 5. Perpindahan tempat atau transfering weight. Gerakan ni sering dilakukan sebagai bentuk pemanasan tubuh sebelum melakukan gerakan-gerakan inti. Gerakan semacam ini pula dapat dilihat pada senam aerobik atau senam pagi. Misalnya, Beban yang ditopang oleh tumpuan ke dua kaki terlalu berat, maka beban dari berat badan seseorang tersebut dapat dipindahkan dengan cara salah satu kaki diletakkan ke depan.
Atau dari sikap “siap” diubah
menjadi sikap “istirahat” dalam gerakan baris-berbaris. 6. Melompat dan mendarat atau jumping and landing Pola gerak ini biasanya dapat dilihat pada gerakan lompat jauh dalam cabang olahraga atletik. Tujuan melakukan gerakan melompat dan mendarat adalah
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
47
mendapatkan jarak lompatan sejauh mungkin.
Dalam melakukan melompat dan
mendarat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) adanya awalan, (b) tolakan, (c) sikap badan di udara yang melayang, (d) sikap badan sewaktu mendarat dengan ke dua kaki dengan cara jatuh sebaik mungkin, dan (e) sikap saat tubuh setelah mendarat, tangan dan kaki diusahakan diarahkan atau dicondongkan ke depan 8. Mengkerut atau curting Gerakan mengkerut dapat dilihat saat seseorang melakukan gerakan “sit-up” atau gerakan mencium lutut dari posisi duduk berbanjar dengan kedua belah kaki lurus ke arah depan. Tujuan utama dari pola gerak mengkerut ditujukan untuk kekuatan otot perut serta kelentukan persendian di daerah tulang belakang. Pola-pola gerak tersebut dapat diterapkan dan sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam program pembelajaran sebagai intervensi khusus guru, khususnya terhadap peserta didik yang mempunyai hambatan perkembangan gerak. Jika program gerakan semacam ini akan diterapkan dalam program pembelajaran individual hendaknya perlu disesuaikan dengan “keberadaan” tubuh peserta didik bersangkutan agar latihan gerak tersebut dapat berguna sebagai media terapeutik/ “ penyembuhan”. Penyembuhan akan dapat terlihat jika otot yang ada pada anggota tubuh peserta didik bersangkutan terlihat adanya perkembangannya. Membuat suatu pola gerak yang bermacam-macam dan cocok dengan keadaan kebutuhan peserta didik perlu disusun dan diprogramkan secara berhati-hati. Program gerakan yang semacam ini hendaknya sesuai dengan pola gerak irama tubuh seseorang (body movement), terutama jika akan diterapkan kepada anak yang
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
48
mempunyai hambatan gerak.
Untuk keperluan itu seorang guru kelas perlu
mengetahui keberadaan dari setiap peserta didiknya melalui observasi yang teliti sehingga ditemui faktor kemampuan dan kelemahan peserta didik yang akan dibuatkan program pembelajaran individual berbasis gerak irama. Gerakan-gerakan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diterapkan juga pada pola gerakan yang “disisipkan” dalam program pembelajaran. Kemampuan atau keahlian dasar-gerak peserta didik (skill themes) yang akan diikutkan dalam suatu program pembelajaran individual perlu dicocokkan dengan kepentingan pengembangan setiap peserta didik, yaitu pengembangan yang diarahkan kepada: fisik, sosial, emosi atau intelektual. Misalnya, peserta didik yang mempunyai kelemahan pada kedua kakinya diperlukan pola gerak lokomotor seperti: jalan, berlari, atau lari-lari kecil di dalam ruang bangsal olahraga yang ada di sekolah atau di lapangan dekat sekolah. Jika peserta didik bersangkutan mempunyai kelemahan dalam kemampuan bergaul, antara lain dapat ditunjukkan dengan suka menyendiri, maka gerakan-gerakan berjalan, berlari dan lari-lari kecil dilakukan dengan berpasangan sesama teman-temannya. Arah gerakan dipolakan apakah dengan lurus, menyamping, berputar, atau searah berlawanan. Sedangkan arah dan tenaga dapat menggunakan: bebas dengan gerakan yang lambat atau tenaga sepenuhnya, dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
49
Tabel 2.1 Dasar-Dasar Keterampilan Gerak
KETERAMPILAN LOkOMOTOR
KETERAMPILAN MANIPULATIF
KETERAMPILAN NON-MANIPULATIF
-Jalan
-Melempar
-Membelok
-Lari
-Menangkap
-Berputar
-Meloncat dengan alat
-Menendang
-Mengguling
-Meloncat-loncat
-Memantulkan bola
-Keseimbangan tubuh
-Meloncat ke samping
-Melambungkan bola
-Memindahkan berat tubuh
-Mengejar
-Memukul dengan raket
-Melompat kemudian mendarat
-Meluncur
-Memukul dengan alat -
-Mengulurkan otot, Misalnya:
-Lari-lari kecil atau larilari anjing.
pemukul kayu
merentangkan kedua tangan lurus ke samping sejajar pundak -Mengerutkan otot-perut, Misalnya: sit-up
(Adaptasi dari Graham, G. et al., 1980:15)
Tabel 2.1 tersebut di atas, merupakan petunjuk bahwa gerak tubuh seseorang berporos kepada tiga bentuk utama pola gerak, yaitu : (1) lokomotor
(merupakan
gerak dasar yang telah dimiliki sejak dilahirkan), (2) manipulatif (merupakan gerak yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda di sekitarnya. Terjadinya gerak ini bila tersedianya alat/ benda yang dipergunakan untuk bergerak), dan (3) nonmanipulatif (gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat dan dapat dilakukan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
50
dengan berpindah tempat). Interaksi keseluruhan gerak pada skills themes dapat dilihat pada gambar di halaman berikutnya (Gambar 2.1 Konsep-konsep Interaksi Gerak). Penyusunan pola-gerak hendaknya mengacu kepada dasar-dasar keterempilan gerak (skills themes) dan konsep gerak (movement concept). Saat menyusun polagerak misalnya. untuk gerak locomotor dapat menggunakan gabungan gerak-dasar lebih dari satu macam antara lain dengan
manipulative dan non-manipulative,
misalnya gerak berjalan (locomotor) dengan membelok-belokkan (non-manipulative) dilanjutkan dengan
lari-lari
kecil
(locomotor)
sambil
berputar-putar (non-
manipulative) mengelilingi ruang bangsal, dapat diikuti dengan gerakan menendang bola (manipulative) saat mencapai garis akhir yang ditentukan. Konsep gerak itu sendiri mempunyai tiga kategori, yaitu sebagai berikut ini. (1) ruang gerak tubuh/ dimana tubuh digerakkan, (2) bagaimana tubuh digerakkan (hubungannya dengan tenaga yang akan dipergunakan), dan (3) hubungan gerak dengan lingkungan atau relationships dengan: bagian tubuh, alat/ orang, menyertakan orang lain.
Penggunaan movement concepts
berkaitan dengan skills themes karena berkaitan dengan keefektifan penggunaan keterampilan yang dimilki oleh setiap peserta didik saling berkaitan. Secara sistematik hubungan antara dasar-dasar keterampilan gerak dengan kategori konsep-gerak, dapat dilihat pada ke-lima gambar bulatan yang saling
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
51
bertautan seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 pada halaman berikutnya. Sedangkan konsep gerak dapat dilihat seperti dalam Tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Konsep Gerak (Movement Concept) Ruang gerak tubuh/ Dimana tubuh digerakkan
-Lokasi: Tempat khusus atau tempat umum. Arah-gerak: Ke atas/ bawah; ke depan atau ke belakang; ke kiri atau ke kanan. Tingkat gerak: Rendah, sedang atau berat. Jalur: Lurus atau berkelokkelok Keadaan gerak: Pendek, jauh atau dekat.
Bagaimana tubuh digerakkan (hubungannya dengan tenaga)
Hubungan gerak (Relationship)
Waktu: Cepat atau lambat; Tiba-tiba atau teratur.
Bagian tubuh: melengkung/ bulat menyempit meluas/ melebar memutar Tenaga yang dipergunakan: Sepenuhnya atau dengan cukup sejajar atau berlawanan ringan. arah dengan tubuh. Dengan memakai alat/ orang: atas/ bawah dekat/ jauh Arah: Gerakkannya diarahkan atau di depan/ belakang dilakukan dengan bebas. menyeluruh/ sebagian disatukan/ dipisahkan menyeluruh tubuh berputar/ sepanjang sisi tubuh memimpin/ mengikuti menirukan atau mengaca sendirian / menemukan pasangan searah/ berlawanan Dengan menyertakan orang lain: Sendirian dalam kelompoknya. Sendirian tanpa teman - Berteman atau berpasangan. - Dalam kelompok - Berada dalam sekelompok regu. (Adaptasi dari: Graham, G. et al. 1980:15)
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
52
Interaksi bagian yang ada pada Tabel 2.2 di atas secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.1 Konsep-Konsep Interaksi Gerak.
Gambar 2.1 Konsep-Konsep Interaksi Gerak (Graham, G., et al., 1980:17)
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
53
Bagi guru kelas yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarmengajar disebabkan adanya rasa bosan atau tidak berjalan akibat adanya “kelainan” dari peserta didik
(di sekolah reguler, sekolah khusus, ataupun sekolah yang
menerapkan pendidikan inklusi)
sebaiknya pola gerak irama diterapkan sebagai
intervensi khusus dalam program pembelajaran yang bersifat individu. Agar program pembelajaran individual tersebut efisien dan secara menyeluruh menggunakan pola gerak, diperlukan pembuatan skematis pola-gerak sesuai dengan Gambar 2.1 KonsepKonsep Interaksi Gerak. Di bawah ini diberikan contoh cara pembuatan skematis polagerak pada Tabel 2.3 seperti berikut. Tabel 2.3 Skematis Pola-Gerak POLA GERAK (Skills Themes) KONSEP-KONSEP GERAK
LOKOMOTOR
MANIPULATIF
Lari *)
Melempar *)
Ruangan, ke depan, cepat, dilakukan berkali-kali.
Di lapangan, ke atas, keras/ kuat, 10 kali.
Di ruangan bangsal olahraga senam, Ke kiri/ kanan, perlahanlajan. 3 kali. Secara tiba-tiba, cukup, bebas.
1. Waktu 2. Tenaga 3. Arah/ alur
Cepat, sepenuh tenaga, secara bebas.
Secara teratur, cukup, diarahkan ke sasarannya.
Membulat, ke depan, sendirian.
C.Relationship: 1.Tubuh 2.Objek/ orang 3.Bentuk-sosialnya
Memutar, dekat, dalam regu.
Melebar, ke atas, berpasangan
A. Dimana tubuh digerakkan : 1.Lokasi 2.Arahnya 3.Tingkat 4.Perluasan B.Bagaimana tubuh
NONMANIPULATIF Berguling *)
digerakkan:
Keterangan: *) Sebagai contoh, dapat dibuat secara menyeluruh dari skills themes.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
54
Sekali lagi ditegaskan bahwa: Dalam menyusun program pembelajaran individual
berbasis
pola-gerak
tertentu
sebaiknya
guru
kelas
perlu
mempertimbangkan faktor tenaga yang akan dipergunakan oleh peserta didik. Semua bentuk kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara statis atau bergerak ke bidang yang lebih luas akan memerlukan energi. Dalam pelaksanaan program pembelajaran individual berbasis polagerak sebaiknya setiap peserta didik diarahkan untuk mampu menggunakan tenaganya secara tepat-guna. Kelebihan penggunaan tenaga sewaktu melakukan suatu gerakan akan menimbulkan kekakuan dan ketegangan sehingga berdampak terjadinya kerusakan atau cidera pada otot-tubuh. Sebaliknya jika kekurangan tenaga sewaktu melakukan suatu gerakan mengakibatkan tubuh lemas, sehingga mempersulit gerakan, dan tidak mampu mempertahankan keseimbangan tubuh. Tenaga yang dikeluarkan untuk melakukan gerakan yang berkesinambungan dengan berbagai macam bentuk gerak sangat berbeda jika melakukan gerakan yang bersifat statis.
Untuk diperhatikan oleh setiap guru: Hendaknya unsur tenaga yang akan dipergunakan oleh peserta didik perlu mendapatkan perhatian utama guru kelas dalam penyusunan pola gerak yang akan diterapkan dalam program pembelajaran individual, terutama jika peserta didik bersangkutan adalah anak berkebutuhan khusus (special needs student).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
55
Sebagai tolak-ukur guna melihat apakah skematis susunan pola-gerak yang dibuat oleh guru kelas sudah baik atau benar perlu memperhatikan pedoman penyusunan pola-gerak. Ada empat kriteria untuk dapat menciptakan pola-gerak yang benar, yakni harus melihat pedoman pertanyaan sebagai berikut. 1. Dimanakah kita dapat melakukan gerak? Jawaban ini berkisar pada masalah ruang. Yang perlu dipertimbangkan adalah: a. Bergerak dalam ruangan tertentu atau ruangan bebas (apakah dalam bangsal atau lapangan sepakbola). b. Bergerak ke arah yang mana (yang searah atau berlawanan) c. Tingkat ketinggian yang berlainan (sampai sejauhmana tingkat ketinggian yang dicapai). d. Luas dan bentuk ruang gerak yang akan dipergunakan. e. Penggunaan ruang.
Pola yang berlainan akan berbeda pula dalam
penggunaan ruangannya, misalnya: pola-gerak berjalan berbeda dengan pola-gerak melempar bola. 2. Apa dan bagian manakah yang dapat kita gerakkan? Jawaban ini berkisar pada masalah tubuh.
Untuk menjawabnya
diperlukan bahan pemikiran dan hendaknya seorang guru mampu melihat: a. Apakah gerakan tersebut menggunakan seluruh anggota tubuh atau tidak. b.
Bagaimana kombinasi gerak dari seluruh bagian anggota tubuh.
3. Bagaimana kita dapat bergerak?
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
56
Sifat utama dalam pemecahan masalah ini berkisar pada penggunaan: tenaga, gravitasi dan perpindahan beban-tumpuan akibat adanya berat tubuh. Yang perlu dipertimbangkan oleh guru kelas adalah: a. Gerakan tersebut dilakukan dengan tenaga penuh atau hanya dengan separuh tenaga. b. Gerakannya memanfaatkan gaya-berat atau keseimbangan-tubuh. c. Bergerak dengan melakukan perubahan atau hanya melakukan perpindahan berat-tumpuan tubuh. d. Bergerak di udara atau di daratan.
4. Bagaimanakah seseorang dapat bergerak secara lebih kuat? Untuk menjawab soal ini perlu diperhatikan bahwa pemecahan masalah terletak pada faktor-faktor: kecepatan, irama, dan gaya yang dipergunakan untuk bergerak. Untuk hal itu diperlukan perhatian guru kelas terhadap: a. Bagaimanakah kecepatan, irama dan gaya yang dipakai oleh gerakan yang akan diterapkan dalam program pembelajaran individual tersebut. b. Apakah gerakannya dipadukan dengan irama atau tidak?
3. Penyusunan Program Pembelajaran Berbasis Gerak Irama Setelah kita mempelajari dan memahami semua unsur gerak irama yang tertuang dalam pola gerak dalam rancangan khusus sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta didik dalam perencanaan Olah-Tubuh, maka kegiatan belajarmengajar yang akan disampaikan guru kepada peserta didiknya memerlukan suatu
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
57
rancangan tersendiri sesuai dengan model yang hendak dianut oleh masing-masing guru. Model-model pembelajaran tersebut pada Bab III dengan sub judul Modelmodel pengembangan pembelajaran, membuka lebih luas wawasan guru saat menyusun rancangan pembelajaran tahunan, bulanan, dan harian. Rancangan harian pembelajaran, sering disebut dengan Satuan Pelajaran. Kegiatan belajar-mengajar yang berbasis Gerak Irama, umumnya disusun atas dasar pertimbangan bahwa (a) adanya “kejenuhan” belajar para peserta didik dalam suatu bidang studi, dan sering kali tidak ada kemajuan, (b) kesulitan mengatasi proses pembelajaran disebabkan terdapat “kelainan-kelainan khusus” peserta didik tertentu. Solusi penyajian pola gerak irama diharapkan dapat membantu peserta didik bersangkutan, dengan catatan bahwa guru telah memahami pola-gerak dan dapat menerapkan bentuk-bentuk kegiatan olah-tubuh yang bersifat penyembuhan atau therapeutic, sesuai dengan karakteristik khusus dari peserta didik bersangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun program pembelajaran harian atau Satuan Pelajaran berbasis Gerak Irama, antara lain sebagai berikut. a. Guru hendaknya sudah mengetahui, melalui asesmen , tentang kekuatan dan kelemahan:
otot atau
tingkah lalu tertentu dari setiap individu peserta
didiknya. b. Dalam menyusun program, usahakanlah kegiatan gerak berorientasi kepada kemampuan koordinasi kerja otot-tuibuh. c. Setiap kegiatan yang diterapkan mengacu kepada: usaha peserta didik untuk dapat menambah potensi gerak tubuhnya.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
58
d. Proses kegiatan pembelajaran diupayakan juga untuk memperbaiki skap postur tubuh. e. Hasil kegiatan pola-gerak diharapkan dapat memberi kemampuan peserta didik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. f. Setelah
pembelajaran
selesai,
dapat
membantu
peserta
didik
untuk
memperbaiki sikap, mental ke arah yang lebih baik dari sebelum penerapan program. g. Guru hendaknya memperhatikan azas kepentingan “kebutuhan peserta didik”, baru kepentingan kurikulum.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
59
a. Kata Kerja Operasional TIK (Kompetensi yang akan dicapai) ASPEK PSIKOMOTOR TIU 5 1. Mengenal
2. Menghubungkan
3. Mengetahui
4. Menunjukkan
5. Melakukan
6. Membalut
7. Menentukan
8. Menjawab
TIK 6 1. Memilih 2. Menunjukkan 3. Mengidentifikasikan 4. Memisahkan 5. Menghubungkan 6. Menyisihkan 7. Memulai 8. Memamerkan 9. Menjelaskan 10. Memindahkan 11. Meneruskan 12. Mereaksi 13. Memberi tanggapan 14. Mempertunjukkan 15. Memprakarsai. 16. Memasang 17. Membangun 18. Membongkar 19. Membagi 20. Menguatkan 21. Memperbaiki 22. Menggerinda 23. Memanaskan 24. Memanipulasi 25. Mengukur 26. Menjahit 27. Mencampur 28. Mengorganisir 29. Membuat sketsa
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
60
Lanjutan Kata Kerja Operasional
ASPEK PSIKOMOTOR TIU 9. Menulis 10. Mengatur 11. Menggunakan 12. Mendemonstrasikan
13. Memainkan 14. Memperbaiki
15. Menyesuaikan diri 16. Mengubah
17. Menciptakan 18. Mendisain.
TIK 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57.
Memasang Membangun Membongkar Membagi Menguatkan Memperbaiki Menggerinda Memanaskan Memanipulasi Mengukur Menjahit Mencampur Mengorganisir Membuat sketsa Memasang Membangun Membongkar Membagi Menguatkan Memperbaiki Menggerinda Memanaskan Memanipulasi Mengukur Menjahit Mencampur Mengorganisir Membuat sketsa
58. Mengadaptasi 59. Mengubah 60. Mengatur kembali 61. Merevisi 62. Membuat variasi 63. Mengorganisir. 64. Mengatur 65. Mengkombinasikan 66. Mengarang 67. Menyusun 68. Menciptakan 69. Mendesain 70. Memulai.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
61
b. Model Pembelajaran Kompetensi
Model pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus seyogyanya didasarkan atas kompetensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata setiap peserta didik di lapangan. Penerapan program berdasarkan kompetensi dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) pada seluruh jenjang dan jalur pendidikan. Pola ini terkait dengan “Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” yang telah dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Indonesia pada tanggal 2 Mei 2002. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebebasan berfikir dan bertindak seperti yang dikemukakan oleh MCAshan (1981:45), sebagai berikut. “ ... is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he pr she can satisfactorily perform particular cognitive, afective, and psychomotor behavior.” Kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar yang mengacu kepada pengalaman langsung melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya baik bendabenda maupun orang. Peserta didik perlu mengetahui tujuan akhir belajar dan tingkattingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
62
1) Aspek-aspek Konseptual Kompetensi Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep konpetensi menurut Gordon (1988:109; dalam Mulyasa, E. 2004:39) sebagai berikut di bawah ini. a) Pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadp peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. b) Pemahaman, yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya, seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi setiap peserta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. c) Kemampuan, adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya, kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada setiap peserta didik. d) Nilai, adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
Misalnya, standar perilaku guru dalam
pembelajaran seperti kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan sejenisnya. e) Sikap, yaitu perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka, atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya, reaklsi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/ gajih, dan sebagainya. f) Minat, adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya, minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
63
Keterampilan yang sangat penting dari seorang guru seperti yang dinyatakan pada pernyataan tersebut di atas, akan nampak saat berlangsungnya pembelajaran di kelas. Keterampilan tersebut merupakan perilaku guru yang efektif, artinya guru hendaknya secara sistematik dalam menyajikan kompetensi-kompetensi yang efektif untuk berbagai situasi belajar. Maka pembelajaran yang efektik adalah pembelajaran yang mampu mencapai sasaran kompetensi dengan memanfaatkan kemampuan, minat, dan kesiapan menerima pembelajaran dari setiap peserta didik.
2) Kompetensi-Kompetensi Sistem Pembelajaran Kompetensi-kompetensi sistem pembelajaran yang melandasi suatu proses pembelajaran efektif hendaknya mengacu kepada konseptual model pembelajaran individual. Elemen yang ada pada konseptual pembelajaran individual meliputi: a). Elicitors, b). Behaviors, c). Reinforcers, d). Terminal objective, dan e) Enroute. Keenam elemen konseptual model tersebut sangat berperan dalam proses pembelajaran. Pengertian keenam elemen tersebut seperti berikut. a) Elicitors (E), merupakan peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan atau menyebabkan perilaku. Elicitors terjadi melalui: 1) peralatan pembelajaran seperti alat bermain atau toys, bentuk permainan edukatif, buku, instrumen tes, gambar-gambar, alat tulis seperti crayon;
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
64
2) dapat juga berupa bentuk-bentuk arahan atau perintah, permintaan, demonstrasi, atau seperangkat bentuk arahan atau petunjuk-petunjuk tertentu; 3) dapat melalui perilaku seseorang dengan berbagai macam bentuk seperti: senyuman sebagai tanda persetujuan, atau kerutan didahi sebagai tanda tidak setuju.
Penyebab perilaku dapat terjadi oleh salah satu atau
merupakan gabungan dari beberapa elicitors tersebut. b). Behaviors atau Perilaku (B), merupakan kegiatan dari peserta didik, atau sesuatu yang dapat ia lakukan, antara lain: berlari, berjalan, berbicara, menulis, menyusun atau memasangkan kembali suatu permainan dengan bentuk papan permainan atau puzzle, membaca, menjawab pertanyaan, menyimpan angka pada suatu penjumlahan dengan deret ke bawah, atau kemampuan duduk di kursi. c) A Reinforcers atau Penguatan (R), adalah suatu kejadian atau peristiwa yang muncul sebagai akibat dari perilaku dan dapat menguatkan perilaku tertentu yang dianggap baik. Penguatan dapat berupa peningkatan kepuasan dari perilaku untuk masa depan.
Stimulus atau rangsangan yang mengikuti perilaku yang tidak
memuaskan atau yang tidak sesuai dengan harapan tidak akan diberikan penguatan. d)
Entering Behavior atau Kesiapan Menerima Pembelajaran.
Sebelum guru
memulai melakukan kegiatan pembelajaran terhadap peserta didik, sangat esensial jika guru mengetahui terlebih dahulu kesiapan setiap peserta didiknya untuk memulai menerima kegiatan belajar.
Entering behavior ini sangat penting
disebabkan guru harus mempertimbangkan secara matang dalam menyampaikan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
65
beberapa tugas akademik, hal ini hendaknya dapat menjawab pertanyaan: tugas akademik yang manakah dalam suatu kegiatan belajar yang diterapkan guru agar sesuai dengan perilaku-perilaku pembelajaran khusus.
Artinya bahwa bentuk
elicitors (E) manakah untuk setiap peserta didik agar yang bersangkutan dapat melakukan tanggapan atau respon, perilaku yang manakah yang dimunculkan oleh setiap peserta didik, dan dengan penguatan atau reinfors (R) yang manakah sehingga untuk dapat memperkuat respon-respon yang diinginkan atau dianggap berguna. e) Terminal Objective. Beberapa program pembelajaran seharusnya dapat menghasilkan perubahan perilaku sebagai wujud outcome atau hasil akhir berupa keluaran pembelajaran yang telah dirancang oleh seorang guru. f) Enroute Objective, merupakan suatu langkah dari entering behaviors menuju ke terminal objectives yang terbagi kedalam beberapa langkah kegiatan pembelajaran disebut dengan enroute objectives. Setiap enroute objective dapat menggambarkan suatu pencapaian sasaran antara yang harus dicapai oleh setiap peserta didik sebelum mereka pindah ke enroute objectives berikutnya.
Model konseptual
secara nyata akan memunculkan suatu proses kegiatan pembelajaran.
Dalam
kegiatan pembelajaran, seorang guru akan mampu mengidentifikasi peserta didiknya berkaitan dengan: 1) tingkat kemampuan akademik atau tingkat kemampuan sosial setiap peserta didiknya, 2) arah tujuan dari pembelajaran, 3) langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
66
Model dari proses pembelajarannya memungkinkan seorang guru mampu melakukan pengidentifikasian secara tepat pada setiap titik sasaran, kapan peserta didik sesuai dengan kesiapan dirinya untuk dapat menerima tugas-tugas pembelajaran atau entering behaviors, enroute objective atau suatu keadaan yang sesuai dengan urutan pembelajaran, dan sasaran antara yang dituju atau terminal objectives. Rincian elemen model konseptual dapat dilihat pada Bagan 3.1 dan 3. 2
c. Model Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus Inti model pembelajaran berdasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK bagi anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah pengembangan lingkungan belajar secara terpadu.
Pengembangan lingkungan secara terpadu
dimaksudkan dengan lingkungan yang mempunyai prinsip-prinsip umum dan prinsipprinsip khusus. Prinsip-prinsip umum pembelajaran meliputi: motivasi, konteks, keterarahan, hubungan sosial, belajar sambil bekerja, individualisasi, menemukan, dan prinsip pemecahan masalah.
Sedangkan prinsip-prinsip khusus disesuaikan dengan
karakteristik khusus dari setiap penyandang kelainan. Misalnya, untuk peserta didik dengan hambatan visual, diperlukan prinsip-prinsip: kekonkretan, pengalaman yang menyatu, belajar sambil melakukan. Untuk peserta didik yang mengalami kesulitan mendengar dan berbicara diperlukan prinsi-prinsip: keterarahanwajah.
Untuk peserta didik yang mengalami
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
67
kesulitan untuk mengatasi perasaan emosinya diperlukan prinsip-prinsip:kebutuhan dan keaktifan, kebebasan yang mengrah, pemanfaatan waktu luang dan kompensasi, kekeluargaan dan kepatuhan kepada orang tua , setia kawan dan idola serta perlindungan, minat dan kemampuan, disiplin, kasih sayang. Untuk peserta didik yang mengalami
kesulitan
berfikir
disebabkan
adanya
hendaya
perkembangan
fungsionalnya, prinsip-prinsip khusus yang diperlukan antara lain: pengulangan, pemberian contoh dan arahan, ketekunan, kasih sayang, pemecahan materi menjadi beberapa bagian kecil atau task analysis.
Bagan 3.1 Future Behavior (Intended achievement at termination of program) (Peter, L. J. 1975: 17)
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Child with Developmental Impairment) - Bandi Delphie
68
Bagan 3. 2 The Conceptual Model (Peter, L.J., 1975:14)
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus-Bandi Delphie
69
Berdasarkan kedua prinsip tersebut di atas maka model pembelajaran anak berkebutuhan khusus dalam penerapan kurikulum berbasik kompetensi (KBK) diperlukan perhatian guru terhadap komp[onen-komponen: 1) rasionalitas, 2) visi dan misi pembelajaran berdasarkan KBK, 3) tujuan pembelajaran, 4) isi pembelajaran, 5) pendukung sistem pembelajaran, dan 6) komponen dasar utama pembelajaran. Penjelasan ke-enam komponen tersebut sebagai berikut. 1) Rasionalitas Layanan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia, khususnya untuk sekolah luar biasa atau sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif, seyogianya sejalan dan tidak terlepas dengan prinsip-prinsip umum dan khusus, kebijakan dan praktek pendidikan berkebutuhan khusus terutama dalam mengaplikasikan gerakan pendidikan untuk semua atau education for all sebagai hasil konferensi dunia di Salamanca pada tanggal 7 hingga 10 Juni 1994 dilanjutkan dengan Deklarasi Dakar tahun 2000 yang merupakan kerangka kerja untuk merespon kebutuhan dasar belajar warga masyarakat yang menggariskan bahwa pendidikan harus dapat menyentuh semua lapisan masyarakat tanpa mengenal batas, ras, agama, dan kemampuan potensial yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Perubahan tersebut sangat besar dan mendasar sehingga layanan pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus tidak menutup kemungkinan terhadap kepentingan untuk memberikan hak anak guna mendapatkan kesempatan atau opportunity right, hak sebagai makhluk Tuhan yang perlu mendapatkan kesejahteraan sosial atau human right, social and welfare right.
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus-Bandi Delphie
70
2) Visi dan Misi Bertitik tolak dari hasil pengamatan dan harapan kebutuhan di lapangan, maka model pembelajaran anak berkebutuhan khusus mengarah kepada Visi dan Misi sebagai sumber pengertian bagi perumusan tujuan dan sasaran yang harus ditetapkan. Visi pembelajaran berdasarkan KBK, adalah membantu setiap peserta didik berkebutuhan khusus untuk dapat memiliki sikap dan wawasan serta akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan menjunjung hak azasi manusia, saling pengertian dan berwawasan global (Mulyana, E. 2004:19). Sasaran utama sebagai hasil keluaran atau outcome dari suatu program pembelajaran individual adalah kemampuan setiap peserta didik dalam mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hububngan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, 1994:6). Misi pembelajaran berdasarkan KBK terhadap “Anak Berkebutuhan Khusus” adalah suatu upaya guru dalam memberikan layanan pendidikan agar setiap peserta didik menjadi individu yang mandiri, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, terampil, dan mampu berperan sosial (Mulyana, E. , 2004:20). Dalam rangka mengantisipasi kehidupan masa depan anak berkebutuhan khusus, maka intervensikhusus selama proses kegiatan pembelajaran harus mampu menyentuh semua aspek perkembangan perilaku dan kebutuhan setiap peserta didik. Intervensi-khusus berkaitan dengan kompetensi yang merupakan perpaduan dari : pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus-Bandi Delphie
71
3) Tujuan Peembelajaran Berdasarkan KBK Berdasarkan Visi dan Misi Pembelajaran Berdasarkan KBK, dapat ditentukan tujuan pembelajaran, antara lain sebagai berikut. a) Agar dapat menghasilkan individu yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain melalui kemampuan dirinya dalam menggunakan persepsi, pendengaran, penglihatan, taktil, kinestetik, fine motor dan gross motor. b) Agar dapat menghasilkan individu yang mempunyai kematangan diri dan kematangan sosial. Misalnya, dapat berinisiatif, dapat memanfaatkan waktu luangnya, cukup atensi atau menaruh perhatian terhadap lingkungannya, serta bersifat tekun. c) Menghasilkan individu yang mampu bertanggung jawab secara pribadi dan sosial. Misalnya, dapat berhubungan dengan orang lain, dapat berperan serta, dan dapat melakukan suatu peran tertentu di lingkungan kehidupannya. d) Agar dapat menghasilkan individu yang mempunyai kematangan untuk melakukan penyesuaian diri dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial.
Misalnya, mampu
berkomunikasi dengan orang lain melalui kematangan berbahasa.
4) Komponen Dasar Model Pembelajaran Berdasarkan pada visi dan misi, kebutuhan peserta didik, dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran dengan menggunakan KBK maka isi layanan pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam bagian-bagian sebagai berikut. a) Masukan, terdiri atas: (1) Masukan Mentah, berupa: elicitors, behaviors, dan reinforcers;
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus-Bandi Delphie
72
(2) Masukan Instrumen, berupa: program, guru-kelas, tahapan, dan sarana; (3) Masukan Lingkungan, berupa: norma, tujuan, lingkungan, dan tuntutan. b) Proses, terdiri atas: (1) program pembelajaran individual, (2) pelaksanaan intervensi, (3) refleksi hasil pembelajaran, dan (4) KBK c) Keluaran atau outcome, berupa perubahan kompetensi setiap peserta didik anak berkebutuhan khusus.
5) Pendukung Sistem Model Pembelajaran dengan KBK Komponen pendukung sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program pembelajaran. Kegiatan-kegiatannya diarahkan pada (1) pengembangan dan manajemen program. Manajemen program dilakukan dengan upaya-upaya berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis,
dan tindak lajut program; (2) pengembangan staf
pengajar. Dalam pengembangan ini tertuju kepada penguasaan guru terhadap aspek-aspek kompetensi yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat; (3) pemanfaatan sumber daya masyarakat dan pengembangan atau penataan terhadap kebijakan dan petunjuk teknis.
Untuk lebih memperjelas uraian berkaitan dengan pembelajaran individual anak berkebutuhan khusus melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi seperti yang telah
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus-Bandi Delphie
73
diuraikan di atas, maka pada halaman berikut dapat dilihat bentuk model pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan khusus.
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus-Bandi Delphie
68
MASUKAN MENTAH Enam Elemen Konseptual Model yang menghasilkan kebutuhan
MONITORING EVALUASI
PROSES
MASUKAN INSTRUMENTASI
PROGRAM
GURU KELAS
PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
PELAKSANAAN INTERVENSI
SARANA
TAHAPAN MASUKAN LINGKUNGAN
NORMA
TUNTUTAN
TUJUAN
&
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
KELUARAN Kompetensi Peserta didik dengan Kebutuhan Khusus
REFLEKSI HASIL KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
LINGKUNGAN BALIKAN
Diagram 3. 10 MODEL PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus-Bandi Delphie
75
D. RANGKUMAN 1. Program pembelajaran individual adalah suatu program pembelajaran yang dibuat oleh guru-kelas dengan memperhatikan “keberadaan” dan “kebutuhan” setiap peserta didik. Dalam proses kegiatannya diterapkan intervensi-guru berupa Model Intervensi Beraneka Segi yang sesuai dengan “kebutuhan” peserta didik agar mampu mencapai sasaran akhir pembelajaran berupa target behavior tertentu. 2. Gerak Irama adalah suatu ilmu (science) yang menghantarkan seorang guru untuk mendapatkan profesionalisme mengajar (art). Gerak Irama merupakan landasan pemikiran guru dalam upaya mengembangkan dan menumbuhkan pengalaman-pengalaman belajar peserta didik melalui pola gerak dan irama sesuai dengan perkembangan fisik, emosi, social dan intelektual dari setiap peserta didik. 3. Interaksi seseorang dengan lingkungan hidupnya dihadapkan pada kesulitan untuk dapat mengadaptasi dan menyesuaikan diri-pribadinya dengan faktorfaktor lingkungan dekat, lingkungan jauh, dan lingkungan lain berkaitan dengan cuaca, topografi, budaya global, politik dan ekonomi global.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
76
E. Daftar Rujukan Bab II Delphie, B. (2003). Gerak irama. Edisi Ketiga. Mitra Grafika: Bandung. _______
(2004). Bimbingan perkembangan perilaku adaptif siswa tunagrahita dengan memanfaatkan permainan terapeutik dalam pembelajaran. Disertasi pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
________ (2003). Peranan play assessment chart sebagai alat tes baku bagi perencanaan pembelajaran individual siswa tunagrahita. Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan FIP UPI Bandung. Vol.1(1), 25-38. _______
(2003). Kontribusi play assessment chart terhadap guru SLB-C untuk kegiatan asesmen dalam penyusunan program pembelajaran individual. Jurnal Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. 10(2), 138-149.
Diknas. (2003). Undang-undang sistim pendidikan nasional nomor 2 tahun 2003 dan penjelasannya. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Elmira & Astati (1984). Gerak Irama I dan II. Makalah Penataran Guru SGPLB Ciloto, Bogor. Farlay, P. (1974). Creative Dance. Sidney-Wellingtin: AH & AU Reed. Graham,G. et al. (1980). Children moving : A Reflective Aproach to Teaching Physical Eucation. First Edition. California: Mayfeld Publishing Company. Hodapp, R.B., Burack, J.A., and Zigler, E. (1995). Issues in the development approach to mental retardation. New York: Cambridge University Press. Johnsen, B.H. and Skjorten, M.D. (2003). Education special needs: an introduction. Oslo Norway: Departement of Special Education of Oslo University. Ma‟mun, A. dan Saputra, Y.M. (2000). Perkembangan gerak dan budaya gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Stone, G.L. (1986). Counseling Psychology Perspectives and Functions. Monterey, California: Brooks/ Cole Publishing Comany.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
77
Schools, P.J. (1984). Social development of handicapped children and adolescent. Rockville, Maryland: An Aspen Publication. Skjorten, M.D. (1987). Dance movement as a tool in special education. Paper Project at The International Conference DaCi, Stockholm Swedia. Tawney, J.W. and Gast, D.J. (1984). Single subject reseach in special education. Columbus, Ohio: Charles E. Merrill Publishing A Bell & Howell.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
78
BAB III GERAK IRAMA UNTUK ANAK TUNAGRAHITA (Child with Developmental Impairment)
Pendidikan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan suatu pola layanan tersendiri, khususnya bagi tunagrahita atau anak-anak dengan hendaya perkembangan (children with developmental impairment).
Hendaya
perkembangan mengacu kepada suatu kondisi tertentu dengan adanya hendaya inteligensi dan fungsi adaptif, dan menunjukkan berbagai masalah dengan kasuskasus yang berbeda. Kasus-kasus dapat disebabkan oleh adanya keabnormalan genetik, kerusakan pada otak sebelum atau saat dilahirkan, atau kemunduran fungsi otak pada masa kanak-kanak usia dini (Alloy, L, B., et al., 2005:486; Ashman, A. & Elkins, , J., 1994:458; Greenspans dalam Smith, et al., 2002:60; Jacobson & Mulick, 1996 dalam Smith, 2002:61). Kata impair berarti hendaya atau “penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas dan kuantitas (American Heritage Dictionary, 1982:644; dan Maslim, R., 2000:119). Dapat diartikan pula bahwa kata impairment merupakan pengertian yang menyatakan “adanya beberapa kemunduran atau ketidaknormalan bentuk atau fungsi secara psikologis, fisiologis atau anatomis (World Health Organization, dalam Lewis, 2003:3), atau juga dapat dikatakan: “bahwa kata impairment merupakan istilah umum yang berkaitan dengan adanya luka, penyimpangan, atau berkurangnya fungsi tubuh. Seperti: hendaya penglihatan, hendaya pendengaran, hendaya bicara, hendaya fisik, dan seterusnya menunjukkan adanya suatu kondisi lebih
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
79
rendah dari keadaan normal” (Kelly, 1978:72).
Mereka dengan hendaya
tertentu yang bersekolah di taman kanak-kanak, maupun di sekolah tingkat dasar dan menengah memerlukan keseriusan para guru dalam pembelajaran dan bimbingan agar tingkat perkembangan diri anak yang bersangkutan dapat tercapai sesuai dengan keberadaannya, khususnya mereka yang berada pada usia dini,. Dewasa ini di negara-negara Eropah dan Amerika, juga di Indonesia pola layanan belajar di sekolah-sekolah mulai bergeser dari segregatif ke arah integratif dan bahkan ke arah inklusif. Sekolah-sekolah reguler tidak jarang menerima siswa dengan kebutuhan khusus, sehingga diperlukan suatu bentuk penanganan tersendiri, baik dalam pola pembelajaran maupun pola bimbingan saat berada di sekolah.
Kegiatan layanan pembelajaran terhadap para siswa
dengan hendaya perkembangan, yang masih populer disebut dengan tunagrahita, sering mendapatkan kesulitan-kesulitan. Kesulitan–kesulitan tersebut diantaranya dalam membuat program atau rancangan pembelajaran, mencarikan bentukbentuk media pembelajaran yang sesuai dengan keberadaan siswa yang bersangkutan, dan belum ditemukannya cara yang cocok guna meningkatkan kemampuan kognisi sekaligus kemampuan sosial siswa yang bersangkutan. Rancangan pembelajaran individual untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut di atas perlu dibuat suatu pembelajaran dengan memasukkan intervensiguru secara khusus yang sesuai dengan kemampuan/ kelemahan siswa dengan kebutuhan khusus. Diantara anak yang mempunyai hendaya perkembangan seringkali mempunyai hendaya penyerta. Misalnya, seorang anak Down‟s Syndrome dapat dimungkinkan mempunyai salah satu hendaya penyerta, seperti: spastik, autism,
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
80
hiperaktif,
atau
kesulitan
belajar.
Oleh
karenanya
guru-kelas
perlu
memperhatikan secara serius karakteristik spesifik selain perkembangan kognisi dan sosial siswa bersangkutan. Perkembangan kognisi dan sosial meliputi perkembangan pada tingkat sensorimotor, akademik, kemampuan berbahasa, keterampilan mengurus dirisendiri, pemahaman terhadap konsep-diri, kemampuan berinteraksi-sosial dan menumbuhkan rasa kreativitas seringkali mendapatkan hambatan-hambatan. Di sisi lain, program pembelajaran individual semestinya bersifat menjembatani antara kepentingan guru untuk dapat meningkatkan kemampuan kognisi sesuai dengan kurikulum dan “keberadaan” siswa bersangkutan. Tujuan pengaplikasian gerak irama dalam pembelajaran bagi anak dengan hendaya perkembangan fungsional, adalah pencapaian sasaran perilaku yang perlu dikembangkan melalui proses pembelajaran dengan melakukan intervensi dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristikspesifik siswa bersangkutan. Sasaran perilaku dapat diterapkan pada tujuan antara dan tujuan akhir program pembelajaran. Proses pembelajarannya adalah suatu kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan unsur pola-gerak yang sesuai dengan
kemampuan
atau
dengan
memperhatikan
kelemahan-kelemahan,
khususnya perkembangan gerak, yang ada pada diri setiap siswa.
A.
Konsep Anak dengan Hendaya Perkembangan
1.
Pengertian Hendaya Perkembangan Kelainan khusus terhadap fisik dan/ mental pada anak dengan kebutuhan
khusus yang
mempunyai hendaya perkembangan menghendaki layanan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
81
pendidikan khusus sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 (dalam pasal 11: ayat 4 dan pasal 38) dan dipertegas kembali dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan nomor 20 tahun 2003 dalam pasal 32 (1). Dinyatakan bahwa; “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa” Pendidikan khusus yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional (1989/ 2 dan 2003/ 20) mempertimbangkan bahwa setiap siswa berbeda-beda dalam tingkat pencapaian kemampuan belajarnya.
Tingkat pencapaian kemampuan belajar itu menurut
Cohen dan Manion (1994:318) terdiri atas: (1) High achievers, yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian prestasi belajar mereka di atas re-rata kelompok, (2) Average achievers, yaitu peserta didik dengan tingkat pencapaian prestasi belajar mereka berada pada tingkat kecenderungan-umum dalam kelompok, (3) Low achievers, yaitu peserta didik pada tingkat pencapaian prestasi belajar mereka di bawah re-rata kelompok (lihat Bagan 3.3).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
82
Bagan 3.3. Prestasi Belajar Siswa Model Parsons Pemaparan hasil analisis kuantitatif -Menguasai konsep-konsep -Umumnya cerdas/ pandai -Mudah memahami sesuatu -Mampu memahami perintah tertulis -Mampu belajar secara mandiri -Ingatannya sangat kuat -Menyukai penemuan-penemuan -Dapat mengkonkritisasi -Mampu mengatasi ketidaktentuan -Lebih mampu menerapkan suatu konsep. -Lebih mampu untuk mengikuti perkembangan melalui alur fikir logis.
Pemaparan hasil analisis thematic Mampu berkembang melalui kompetisi Tidak mudah cemas jika melakukan kesalahan
High Achievers
Average Achievers
Tidak mengenal konsep-konsep Kurang cerdas Tidak mudah memahami konsep Tidak mampu menerima perintah melalui tulisan Membutuhkan bantuan belajar Daya ingat yang rendah Memerlukan bentuk arahan Perlu bantuan saat melakukan konkritisasi Tidak mampu mengatasi ketidakpastian Kurang mampu untuk memindahkan konsep-konsep Kurang mampu mengikuti alur fikir logis.
Semua peserta didik low achievers memerlukan pembelajaran secara individu .
Low Achievers
Tidak mudah puas Tidak mudah untuk berperilaku yang tak senonoh Tidak menjadi orang yang emosional jika dimotivasi Tidak mempunyai perasaan menderita saat ada kesulitan Berkecenderungan untuk selalu bertanya Tingkat kegiatan kerjanya tinggi.
Kurang pasti dalam penguasaan Tergantung kepada permasalahan Tingkat belajar yang sama sangat penting untuk semua Belajar dengan diskoveri kurang membantu.
Tidak perduli terhadap kompetisi Mudah merasa gelisah jika melakukan kesalahan Mudah merasa puas Cenderung bertingkah laku tak pantas Jika dimotivasi, emosionalnya kuat Cenderung mempuinyai kesulitan fungsional Kurang mampu untuk bertanya Kurang mampu untuk mencapai keberhasilan/ prestasi Tingkat kegiatan kerja yang rendah.
Sumber: Paarsons, et al., 1983 dalam Cohen, L. & Manion, L., 1994:318.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
83
Layanan bagi siswa dengan high achievers lebih ditekankan pada perkembangan kemampuan intelektual karena mereka mempunyai gejala khusus dalam beberapa - aspek kemampuan: intelektual, kepemimpinan dan gaya berfikir kreatif (Marland, 1972; Milgram, 1983). Siswa low achievers, memerlukan layanan bantuan belajar yang lebih dan bersifat khusus.
Olehkarenanya
kemampuan mental dalam proses belajar mengajar mereka lebih banyak diarahkan kepada perilaku yang bersifat lahiriah atau covert behavior (virgil dan Ward, 1980; Conny, S., 1977:113). Termasuk kedalam kelompok ini adalah tunagrahita. Bagan 4.1 tersebut di atas menunjukkan bahwa peserta didik Low achievers memerlukan pembelajaran secara individu (individualized education program). Hal ini disebabkan mereka mempunyai kerakteristik spesifik, antara lain: kurang cerdas, daya ingat yang rendah, tidak menguasai konsep-konsep, serta sulit mengikuti alur fikir logis.
Perilaku mereka dikarakteristikkan sebagai
seorang yang mudah merasa gelisah, dibuktikan jika ia melakukan kesalahan dalam suatu tugas kegiatan kesehariannya ia akan merasa gelisah.
Hasil penelitian penulis di tahun 1998 terhadap empat sekolah luar biasa untuk siswa dengan hendaya perkembangan (SLB-C) wilayah Kota dan Kabupaten Bandung, meliputi SLB-C Purnama Asih, SPLB-C Cipaganti, (wilayah Kota Bandung), SLB-C Lembang, dan SLB-Negeri Cileunyi (wilayah Kabupaten Bandung) menunjukkan bahwa siswa dengan hendaya perkembangan secara signifikan mempunyai kesulitan dalam kemampuan fungsional. Tabel 3.1 di bawah ini menunjukkan re-ratanya berkisar 41,7 % dan kesulitan utama terletak pada kemampuan interaksi sosial (29,4).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
84
Berdasarkan data tersebut, maka tingkat pencapaian prestasi belajar siswa belum mencapai tingkat prestasi belajar yang diharapkan sesuai dengan target kurikulum.
Tabel 3.1 Kemampuan Fungsional Siswa dengan Hendaya Perkembangan di Beberapa SLB-C Wilayah Kota dan Kabupaten Bandung Tahun 1998
No.
Jenis Kemampuan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sensori motor Berbahasa secara konseptual Interaksi sosial Kreativitas menyusun bangun Jumlah : Re-ratanya:
SLB-C Purnama Asih (%)
SPLB-C Cipaganti (%)
SLB-C Lembang (%)
SLB-N Cileunyi (%)
Reratanya:
66,6 56,6 34,5 59,6 217,3 55,5
66 47,7 37,3 32,6 183,6 45,9
49,6 35,9 27 25,7 138,2 36
39 43 20 29,7 131,7 33,9
55 45,8 29,4 36,9 147,6 41,7
Sumber: Delphie, B., 1998 Penelitian Mandiri.
Berdasarkan data pada Tabel 3.1 tersebut, maka selama tahun 19992000 secara periodik, penulis bersama-sama dengan mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia mengadakan kegiatan pelatihan terhadap para guru SLB-C dengan fokus perencanaan program pembelajaran yang bersifat individual. Ini berarti bahwa sebelum program pembelajaran individual disusun oleh para guru SLB-C, terlebih dahulu diberikan cara menggunakan instrumen-asesmen, dalam kegiatan ini dipergunakan instrumen Play Assessment Chart (PAC). Diterapkannya asesmen dengan menggunakan instrumen PAC dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan “keberadaan” kemampuan para siswa. Informasi
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
85
yang diperoleh hasil asesmen tersebut dipakai sebagai rujukan-utama dalam pembuatan program pembelajaran individual (individualized education program). Penelitian lanjutan di tahun 2001 terhadap enam sekolah luar biasa untuk anak dengan hendaya perkembangan (“tunagrahita”), yaitu: SPLB-C Cipaganti (Kota Bandung), SLB-C Purnama Asih (Kota Bandung), SLB-C Nike Ardila (Kota Bandung), SLB-C Sukapura (Kota Bandung), SLB-C Nurani Cimahi (Kotip Cimahi), dan SLB-N Cileunyi (Kabupaten Bandung) diperoleh data berkaitan dengan kemampuan fungsional yang menunjukkan adanya peningkatan, sehingga re-ratanya menjadi 66,50 %. Penelitian dosen muda di tahun 2002 terhadap sembilan SLB-C di wilayah Bandung meliputi: YPLB SLB-C Cipaganti, SKB-C Nike Ardila, SLBCnurani Cimahi, SLB Negeri Cileunyi, SLB-C Purnama Asih, SLB-C Sukapura, SLB-C Plus Asih Manunggal, SLB-C Pambudi Dharma Cimahi, dan SLB-C Sumber Sari, diperoleh re-rata tingkat kemampuan fungsional sebesar 60 % untuk pre test dan 64 % untuk post test. Namun re-rata sebesar 66,50 % (tahun 2001) dan 64 % (tahun 2002) belum mencapai target efektivitas optimal pendidikan sesuai dengan kurikulum (1975), berarti masih di bawah batas prestasi kemampuan belajar. Efektivitas optimal pendidikan sesuai dengan kurikulum adalah 75 %. Hasil penelitian lanjutan dilakukan dalam kegiatan berkaitan dengan program penelitian mandiri (2001) dan penelitian dosen muda (periode tahun 2002) data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2, Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapat Parsons mengenai prestasi
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
86
belajar pada anak low achievers secara signifikan dapat dinyatakan benar, khususnya dalam pernyataan yang menyebutkan: (1) bahwa anak dengan hendaya perkembangan memerlukan layanan bantuan belajar yang bersifat khusus, sehingga kemampuan mental dalam proses belajar mengajar lebih banyak diarahkan kepada perilaku yang bersifat lahiriah atau covert behavior; (2) kelompok low achievers membutuhkan bantuan khusus melalui pendekatan atau intervensi yang berfokus pada tingkat kemampuan fungsional.
Tabel 3.2 Kemampuan Fungsional Siswa dengan Hendaya Perkembangan di SLB-C wilayah Kota dan Kabupaten Bandung Tahun 2001 (dalam %)
No.
1. 2.
3. 4.
Jenis Kemampuan
* Sensori motor * Berbahasa secara konseptual * Interaksi Sosial * Kreativitas menyusun bangun Jumlah: Re-rata:
SPLB-C Cipagan ti (51 siswa)
SLB-C Nurani Cimahi (14 siswa)
SLB-C Sukapura (25 siswa)
SLB-N Cileunyi (8 siswa)
SLB-C Purnama Asih (8 Siswa)
SLB-C Nike Ardila (7 siswa)
67,12 21,04
54,57 55,30
70,26 68,93
70,41 65,88
66,90 68,00
60,00 62,57
66,38 56,95
62,87
56,66
57,20
62,23
63,20
63,30
60,91
48,80
48,66
68,40
52,16
49,00
55,10
53,68
199,83 49,95
215,19 53,79
264,79 88,19
250,68 62,67
247,10 61,77
250,07 82,65
237,92 66,50
Sumber: Delphie, B., 2001. Penelitian Mandiri.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
Rerata
87
Tabel 3.3 Kemampuan Fungsional Anak dengan Hendaya Perkembangan (Pre Test) di Sembilan SLB-C Wilayah Bandung Tahun 2002 (dalam %) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Sekolah YPLB SLB-C Cipaganti SLB-C Nike Ardila SLB-C Nurani SLB Negeri Cileunyi SLB-C Purnama Asih SLB-C Sukapura SLB-C Plus Asih Manunggal SLB-C Pambudi Dharma Cimahi SLB-C Sumber Sari
F.1
F.2
F.3
F.4
67 65 55 75 66 58 59 75 54
57 62 53 53 49 55 50 87 48
61 63 54 58 58 67 58 68 58
45 62 56 63 51 69 58 67 53
230 252 218 249 224 249 226 297 213
58 63 54 62 56 62 56 74 53
574 64
514 57
545 60
524 58
239
60
Sumber: Delphie, B. 2002:48 dan 2004:29
Tabel 3.4 Kemampuan Fungsional Anak dengan Hendaya Perkembangan (Post Test) di Sembilan SLB-C Wilayah Bandung Tahun 2002 (dalam %) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama Sekolah YPLB SLB-C Cipaganti SLB-C Nike Ardila SLB-C Nurani Cimahi SLB Negeri Cileunyi SLB-C Purnama Asih SLB-C Sukapura SLB-C Plus Asih Manunggal SLB-C Pambudi Dharma Cimahi SLB-C Sumber Sari
F.1
F.2
F.3
F.4
71 65 55 77 68 67 68 82 57
64 64 49 55 50 59 63 72 52
68 70 57 60 58 72 71 72 59
64 62 56 64 65 71 67 72 56
267 261 217 256 241 269 269 298 224
67 65 54 64 60 67 67 75 56
610 68
528 59
584 65
577 64
256
64
Sumber: Delphie, B., 2002:49 dan 2004:29.
Keterangan untuk Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 F.1 F.2 F.3 F.4
= Sensorimotor = Kreativitas Menyusun Bangun = Interaksi Sosial = Berbahasa Secara Konseptual.
= Jumlah = Re-rata
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
88
Jika kita kaji definisi dari American Association of Mental Retardation yang menitikberatkan pada tiga dimensi utama yakni: kemampuan (capabilities), lingkungan tempat ia melakukan fungsi kegiatannya (environment) dan kebutuhan bantuan dengan berbagai tingkat keperluan (functioning & support),
sebagai
berikut. “Mental Retardation refers to substantial limitations in present functioning. It is characterized by significantly subaverage intellectual functioning, existing concurrently with related limitations in two or more of the following applicable adaptive skills areas: communication, self-care, home living, social skills, community use, self-direction, health and safety, functional academics, leisure and work. Mental retardation manifests before age 18“ (Luckasson, 1992:1 dalam Smith, et al., 2002:56). Diartikan secara bebas, bahwa: “Anak dengan hendaya perkembangan mengacu kepada adanya keterbatasan dalam perkembangan fungsional. Hal ini menunjukkan adanya signifikansi karakteristik fungsi intelektual yang berada di bawah normal, bersamaan dengan kemunculan dua atau lebih ketidaksesuaian dalam aspek keterampilan penyesuaian diri, meliputi: komunikasi, bina diri, kehidupan di rumah, keterampilan sosial, penggunaan fasilitas lingkungan, mengatur diri, kesehatan dan keselamatan diri, keberfungsian akademik, mengatur waktu luang, dan bekerja. Keadaan seperti itu secara nyata berlangsung sebelum usia 18 tahun”.
Implikasi dari definisi AAMR (1992) tersebut menyebabkan prosedur pemberian layanan terhadap siswa dengan hendaya perkembangan terdapat tiga langkah kegiatan berkaitan dengan pola: mendiagnosis, mengklasifikasikan, dan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
89
mengidentifikasi (Smith et al., 2002:57).
Rincian dari langkah-langkah tersebut
berupa: Langkah I, melakukan diagnosa, untuk menetapkan adanya fungsi intelektual yang berada di bawah dua standar bersamaan atau berkaitan dengan adanya hendaya perilaku secara signifikan sebanyak dua atau lebih pada aspek kemampuan keterampilan penyesuaian diri, meliputi: berkomunikasi, bina-diri, hidup di rumah, keterampilan sosial, menggunakan alat komunikasi di lingkungannya, mengatur-diri, kesehatan dan keselamatan diri, keberfungsian akademik, memanfaatkan waktu luang, dan bekerja. Umur dari anak yang ditetapkan tersebut sebelum umur 18 tahun (lihat juga Kauffman & Hallahan, 2005:31-32). Langkah II, melakukan klasifikasi dan pendeskripsian kemampuan dan kelemahan serta kebutuhan layanan khusus.meliputi: (a) penggambaran kemampuan dan kelemahan berkaitan dengan aspek psikologis dan emosional, (b) Penggambaran keseluruhan fisik yang sesuai dengan kondisi etiologi, (c) Penggambaran mengenai penempatan lingkungan secara optimal yang dapat memberikan fasilitas perkembangan dan pertumbuhan diri anak. Langkah III, menentukan profil dan intensitas layanan kebutuhan khusus. Ada empat dimensi, yaitu: Dimensi I berupa keberfungsian intelektual dan keterampilan penyesuaian diri. Dimensi II berupa pertimbangan-pertimbangan secara psikologis/ emosional. Dimensi III berupa pertimbangan-pertimbangan kesehatan pribadi/ pertimbanganpertimbangan secara etiologi.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
90
Dimensi IV berupa pertimbangan-pertimbangan berkaitan dengan lingkungan hidup. Kelainan khusus siswa dengan hendaya perkembangan nampak sebagai perilaku non-adaptif atau “salah suai” yang umumnya sering muncul di sekolah antara lain: berjalan tidak seimbang, adanya kekakuan (spastic) pada jari tangan, suka mengoceh, tidak dapat diam, sering mengganggu temannya, sulit berkomunikasi dengan cara lisan, mudah marah. Penyimpangan perilaku adaptif mereka yang perlu diberikan layanan pendidikan secara lebih efektif meliputi: (1) cara berkomunikasi, (2) cara bersosialisasi, (3) keterampilan gerak, (4) kematangan diri dan tanggung jawab sosial (Reynolds, C.D., 1982:1216-1218). Oleh karena itu para guru perlu memahami betul karakteristik spesifik mereka agar dapat menyusun program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka (Tukinoff, dan Polloway, 1987:17). Gejala-gejala individual yang menghambat proses belajar mengajar peserta didik dengan hendaya perkembangan perlu diupayakan untuk dihilangkan atau sedikitnya diturunkan melalui intervensi-guru dalam pengaplikasian pola khusus yang dimasukkan kedalam rancangan pembelajaran.
Intervensi guru
dengan mengaplikasikan pola khusus disini dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang merupakan bentuk-bentuk aplikasi pola-gerak yang ada pada ilmu gerak irama dan mengarah kepada pola permainan terapeutik (penyembuhan perilaku non-adaptif). Dasar pemikirannya adalah bahwa mereka pada umumnya kurang
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
91
cerdas, mudah lupa, kurang mampu untuk mengikuti alur fikir logis, sulit menguasai konsep-konsep, mempunyai hambatan yang diakibatkan oleh faktor genetika serta lingkungan, kegiatan fisik dan mental tidak mencapai kapasitas yang maksimal. Sehubungan dengan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak-anak dengan hendaya perkembangan tersebut di atas, maka sasaran pembelajaran yang esensial harus selaras dengan keterampilan-keterampilan: (1) berbahasa, baik dalam mengekspresikan maupun memahami ucapan sederhana, bagi beberapa siswa terdapat kemunduran atau gangguan berbahasa seperti:
terbatasnya
pengucapan kosakata,
hilangnya
beberapa
kata,
penyimpangan bunyi, bicara yang menggagap (Smith, et al., 2002:256 & 285; Maslim, R., 2000:123; Hallahan & Kauffman, 1986:63). (2) gerak khusus yang menggunakan motorik halus (fine-motor) dan gerakmenyeluruh dengan menggunakan otot-otot besar (gross motor) sehingga intervensi pembelajaran dapat dilakukan melalui pola-gerak dalam permainan sederhana bersifat terapeutik (Smith, et al., 2002:248 dan 288; Delphie, B., 2005:23). (3) kegiatan hidup sehari-hari (activity daily living skills) khususnya dalam berpakaian dan ke toilet (selain menyiapkan makan, menjaga diri-pribadi, dan kepandaian rumahtangga) (Smith, et al., 2002:104) (4) keterampilan dasar kegiatan akademik, misalnya cara menggunakan pinsil, crayon, gunting, dan sejenisnya (Hallahan & Kauffman, 1986:66)
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
92
(5) keterampilan untuk dapat hidup bermasyarakat, misalnya dapat bekerja sama dalam kelompok (Ashman & Elkins, 1994:446; AAMD Grossman, 1983; Maslim, R., 2000:119). Sasaran pembelajaran yang esensial terhadap anak-anak dengan hendaya perkembangan harus dicapai melalui metode latihan atau treatmen yang tepat. Metode latihan tersebut ditujukan bagi usaha-usaha memodifikasi perilaku maladaptif agar menjadi perilaku adaptif. Perilaku adaptif merupakan cerminan dasar terhadap perilaku utuh seorang anak dengan hendaya perkembangan untuk dapat hidup bermasyarakat (Ashman & Elkins, 1994:443; Leland, 1978:28; Patton, 1986:130-133). Perilaku adaptif menurut Grossman (1983) didefinisikan secara nyata dengan pembatasan terhadap “keefektifan individu dalam memenuhi ukuran: perkembangan diri, belajar, kebebasan pribadi, dan/ atau tanggung jawab sosial yang diharapkan sesuai dengan tingkat umur dan budaya kelompoknya” (dalam Delphie, B., 2005:5). Perlu disadari oleh para guru bahwa ketidakberhasilan siswa dengan hendaya perkembangan dalam mencapai tugas-tugas kegiatan yang diberikan guru di sekolah disebabkan oleh tingkat kemampuannya yang tidak sesuai untuk dapat melaksanakan
atau
menyelesaikan tugas-tugas
kegiatan
yang
diberikan
kepadanya.
Semestinya program pembelajaran didasarkan atas model
perkembangan individu yang memperhatikan tingkat umur mental (mental age) bukan umur-kronologis (chronological age). Perkembangan kognitif hendaknya dipandang sebagai suatu perkembangan yang dapat dicapai siswa bersangkutan melalui pembelajaran yang disusun secara bertahap (task analysis). Task analysis yang disusun guru hendaknya disesuaikan dengan kemampuan atau kompetensi
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
93
sebenarnya sejalan dengan umur-mental. Dengan kata lain, task analysis disusun agar setiap siswa mempunyai kesiapan untuk mempelajari “tugas-tugas baru” dalam suatu kegiatan di sekolah. Kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas baru di sekolah disebabkan banyak variabel yang mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain: etiologi siswa, perbedaan pemberian motivasi, dan masalah berkaitan dengan kesesuaian individu diukur dengan umur-mental (Ellis & Dunaley, 1991 dalam Smith 2002: 250).
2.Hambatan-hambatan Anak dengan Hendaya Perkembangan a. Pada umumnya anak dengan hendaya perkembangan mempunyai pola perkembangan
perilaku
yang
tidak
sesuai
dengan
kemampuan
potensialnya (Patton, et al., 1986:84). b. Anak dengan hendaya perkembangan mempunyai kelainan perilaku maladaptif berkaitan dengan sifat agresif secara verbal atau fisik (physical and verval aggression), perilaku yang suka menyakiti diri sendiri (self-abuse behavior), perilaku suka menghindarkan diri dari orang lain dan suka menyendiri (withdrawn behavior), suka mengucapkan kata/ kalimat yang tidak masuk akal atau sulit dimengerti maknanya (depressive likebehavior), rasa takut yang tidak menentu sebab-akibatnya (anxiety), selalu ketakutan (fear), sikap suka bermusuhan (hostility) (Schloss, 1984:43). c. Pribadi anak dengan hendaya perkembangan mempunyai kecenderungan yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang salah atau “high expectancy for failure” (Cromwell, 1963 dalam Patton, 1986:85; Hallahan & Kauffman, 1986:64; Smith, et al., 2002:243).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
94
d. Masalah berkaitan dengan kesehatan khusus seperti terhambatnya perkembangan gerak, tingkat pertumbuhan yang tidak normal, kecacatan sensori khususnya pada persepsi penglihatan dan pendengaran sering nampak pada anak dengan hendaya perkembangan (Mosier, Grossman dan Dingman, 1965; Barlow, 1978 dalam Patton 1986:99).
Berdasarkan
hambatan ini maka diperlukan deteksi dan skrining dini terutama pada kesehatan sensori untuk dilakukan penggunaan alat khusus atau dilakukan pembedahan (Smith, et al., 2002:258-260). e. Sebagian dari anak dengan hendaya perkembangan mempunyai kelainan penyerta cerebral palsy, kelainan syaraf–otot yang disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu pada otak saat ia dilahirkan atau saat awal kehidupan.
Mereka yang tergolong mempunyai cerebral palsy
mempunyai hambatan pada: intelektual, masalah berkaitan dengan gerak dan postur tubuh, pernafasan, mudah kedinginan, buta warna, kesulitan berbicara disebabkan adanya kekejangan otot-otot mulut (artikulasi), kesulitan sewaktu mengunyah dan menelan makanan yang keras seperti: permen karet, popcorn, sering kejang otot (seizure) (Smith, et al., 2002:261; Delphie, B., 2005:23). f. Secara keseluruhan, anak dengan hendaya perkembangan mempunyai kelemahan pada segi: 1) keterampilan gerak, 2) fisik yang kurang sehat, 3) koordinasi gerak, 4) Kurangnya perasaan percaya diri terhadap situasi dan keadaan sekelilingnya, 5) keterampilan gross dan fine motor yang kurang (Delphie, B., 2005:23; Smith, et al., 2002:104-105).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
95
g. Dalam aspek keterampilan sosial, anak dengan hendaya perkembangan umumnya tidak mempunyai kemampuan sosial, antara lain:
suka
mengindar dari keramaian (withdrawal), ketergantungan hidup pada keluarga (family dependence), kurangnya kemampuan mengatasi marah (lack of temper control), rasa takut yang berlebihan (anxiety), kelainan peran seksual (sex role identification), kurang mampu berkaitan dengan kegiatan
yang
melibatkan kemampuan
intelektual (involment
in
intellectual mastery), punya pola perilaku seksual secara khusus (specific sexual behavior patterns) (Kagan & Moss, 1962 dalam Schloss, 1984:4). h. Anak dengan hendaya perkembangan mempunyai keterlambatan pada berbagai tingkat dalam pemahaman dan penggunaan bahasa, masalah bahasa dapat mempengaruhi perkembangan kemandirian dan dapat menetap hingga usia dewasa (Maslim, R., 2002:120; Smith, et al., 2002:256). i.
Pada beberapa anak dengan hendaya perkembangan mempunyai keadaan lain
yang
menyertai,
seperti:
autism,
cerebral palsy,
gangguan
perkembangan lain (nutrisi, sakit dan penyakit, kecelakan dan luka), epilepsi, disabilitis fisik dalam berbagai porsi (Maslim, R., 2002:120; Smith, et al., 2002:261-263).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
96
B. Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran 1. Pendekatan yang diperlukan Pendekatan pembelajaran yang mengaplikasikan gerak irama dapat dilakukan secara psikososial, intervensi fisik, dan pemberian tugas-tugas kegiatan yang umumnya tidak menyimpang dengan keterampilan-keterampilan fungsional yang ada dalam kurikulum (Smith, et al., 2002:216). Sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan kegiatan asesmen guna mengetahui tingkat kebutuhan siswa bersangkutan serta kelainan-kelainan yang mempersulit perkembangan belajar. Umumnya dalam proses kegiatan asesmen digunakan tes yang terstandar atau baku.
Tes baku dalam kegiatan penyusunan program pembelajaran dengan
mengaplikasikan gerak irama dipergunakan instrumen Geddes Psychomotor Inventory (GPI) dan Play Assessment Chart (PAC). Dalam setting pendidikan, fungsi psikososial mengacu kepada kegiatankegiatan berkaitan dengan: a. latihan-latihan kecakapan hidup (life skills), misalnya berkaitan dengan masalah kecakapan hidup yang mendasar seperti: bagaimana mengatur kesehatan diri dan mengatur rumah, mampu bepergian dalam kota, mengikuti sebuah aturan permainan, mengatur penggunaan uang sesuai dengan konsep-konsep diri yang telah ia punyai. Kunci sukses dalam kegiatan ini adalah pemberian motivasi terhadap siswa. b. Latihan-latihan yang mengarah kepada keterampilan sosial yang dapat menyiapkan siswa untuk mampu hidup di masyarakat. Olehkarenanya keterampilan sosial ini tidak terlepas dengan isi kurikulum yang ada. Adanya defisit pada keterampilan sosial dapat berakibat muncul perilaku-
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
97
perilaku yang tidak diharapkan. Siswa dengan hendaya perkembangan kadangkala mempunyai perilaku yang menunjukkan ketidakdewasaan atau tidak pada tempatnya. Keterampilan sosial ini perlu dipersiapkan dalam suatu pelatihan dengan berbagai kesempatan yang menyertakan aturanaturan belajar dan norma-norma yang bersifat sosial atau bermasyarakat. Dalam pembelajarannya perlu dilibatkan tentang cara bagaimana mengatasi permasalahan sendiri, mengembangkan permasalahan yang sudah dapat diatasi, dan siapa-siapa yang dapat membantu saat permasalahan muncul. c. Latihan-latihan dengan “kawan sebaya” (peer training). Dalam kegiatan ini biasanya dipakai siswa lain sebagai fasilitator. Kawan sebaya dapat berupa siswa dengan hendaya perkembangan ataupun siswa “normal” dalam sebuah kegiatan pendidikan inklusif (Smith, et al., 2002:216-219). Latihan dengan kawan sebaya dapat diterapkan dengan berbagai cara dan untuk segala tujuan sesuai dengan keperluannya. Dalam program latihan dengan kawan sebaya terdiri atas dua tipe, yaitu: (1) siswa tanpa kebutuhan khusus mempelajari tentang kebutuhan dan tantangan-tantangan dari siswa yang mempunyai kebutuhan khusus, (2) kawan sebaya melatih fasilitas sosial yang diperlukan.bagi kepentingan pembelajaran. Dalam hal ini kawan sebaya menjadi sebuah fasilitator untuk dapat menjembatani persahabatan antara siswa dengan kebutuhan khusus dan siswa-siswa lainnya yang ada di sekolah tersebut (Smith, et al., 2002:220).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
98
Pendekatan pembelajaran melalui intervensi fisik dalam pendidikan sangat diperlukan karena umumnya anak-anak dengan hendaya perkembangan mempunyai masalah dalam keterampilan gross dan fine motor, mempunyai hendaya dalam sistem syaraf sehingga sulit mencapai gerak dalam sekuensi perkembangan normal. Guru perlu melakukan pengamatan terhadap gerak fine dan gross motor para siswanya untuk mengetahui sejauhmana “kelainan” perkembangan persepsi motor dan perkembangan gerak-mulut dari siswa yang bersangkutan. Biasanya dalam proses asesmen digunakan suatu tes terstandar. Sedangkan latihan-latihan yang diterapkan bertujuan untuk meningkatkan mobilitas, dan integrasi sensori dengan cara memanipulasi berbagai macam tekstur suatu benda disamping latihan keseimbangan di atas bola karet besar (Smith, et al., 2002:226; Patton, J. R., et al., 1986: 340-341). Latihan integrasi sensori dilakukan berdasarkan atas ide yang menyatakan bahwa proses perkembangan normal seseorang dapat dipelajari guna memahami proses informasi yang diterima melalui panca indera. Termasuk juga latihan untuk dapat meningkatkan artikulasi dalam kegiatan komunikasi yang nonverbal. Pada siswa dengan hendaya perkembangan yang mempunyai kelainanpenyerta berbahasa maka fokus pembelajaran diarahkan pada penggunaan kemampuan fungsional berkomunikasi dengan berbagai bentuk dan cara. Misalnya, bagi siswa dengan hendaya perkembangan yang menggunakan katakata tidak secara efektif, maka pembelajaran yang disusun sangat berguna jika dilakukan dalam situasi alami atau yang sebenarnya (seperti: mempelajari katakata berkaitan dengan transportasi dapat dilakukan di tempat pemberhentian bus). Hal semacam ini merupakan latihan-latihan dengan teknik augmentasi, yaitu suatu
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
99
teknik pembelajaran dengan menggunakan peralatan atau cara khusus. Misalnya, untuk siswa dengan hendaya perkembangan yang mempunyai kelainan-penyerta berupa kesulitan berbicara dapat menggunakan teknik augmentasi antara lain dengan menggunakan bahasa isyarat, atau kemajuan teknologi seperti komputer khusus yang membantu kegiatan tersebut (Smith, et al., 2002:228). Perkembangan layanan pendidikan setelah tahun 1960, banyak menggunakan
pendekatan
dengan
metoda
perilaku-kognitif
(cognitive-
behavioral methods) dalam usaha-usaha mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar-mengajar bagi anak dengan hendaya perkembangan. Fokus layanan tertuju kepada defisit atensi (deficits in attention) karena secara nyata bahwa kegiatan untuk melaksanakan tugas, dan mengenali elemen-elemen pokok yang menjadi dasar untuk melakukan pembelajaran secara efisien serta dapat memecahkan permasalahan selama pembelajaran berfokus pada daya ingatan (memory).
Strategi pembelajaran dengan menggunakan daya ingatan
bersama dengan strategi-perilaku dapat diterapkan dalam suatu layanan pembelajaran, khususnya yang berbasis pola-gerak (Ashman & Elkins, 1994:459461). Pendekatan
dengan
perilaku-kognitif
selama
proses
kegiatan
pembelajaran banyak dilakukan dengan memodifikasi perilaku agar memperoleh perubahan intelektual atau sosial siswa. Melalui latihan-latihan yang sistematik siswa dipacu untuk memacu-diri sendiri agar dirinya dapat menyatu dalam kegiatan, peran guru menjadi lebih banyak memberikan dorongan dari pada selalu mengarahkan. Pendekatan perilaku-kognitif semacam ini memerlukan prosedur secara sistematik yang melibatkan hal-hal berikut:
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
100
a. Kegiatan asesmen harus dilakukan secara berhati-hati, untuk memperoleh informasi berkaitan dengan tingkat kemampuan atau kompetensi setiap individu siswa. b. Analisis secara komprehensif pada tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa bersangkutan agar tugas-tugas yang diberikan dapat dilaksanakan c.
Membuat pernyataan secara jelas berkaitan dengan sasaran pembelajaran (teaching objectives).
d. Menyiapkan jenjang keterampilan yang akan diajarkan
sesuai dengan
kebutuhan siswa agar pembelajaran berjalan sukses. e. Menyiapkan contoh dan kondisi perilaku yang diperlukan dalam pembelajaran. f. Pergunakanlah penguatan (re-inforcement), hukuman (punishment) dan penarikan kegiatan (extinction) terhadap perilaku-perilaku yang muncul saat pembelajaran,
sesegera
mungkin
saat
kemunculan
perilaku
siswa
bersangkutan. g. Lakukan evaluasi terhadap prestasi siswa secara terus-menerus (Ashman & Elkins, 1994:461).
Mempersiapkan para siswa dengan hendaya perkembangan untuk dapat hidup secara mandiri, dapat menghidupi diri-sendiri, dan keluarganya secara sukses - setelah yang bersangkutan keluar dari sekolah - merupakan tujuan utama dari setiap program. Olehkarena itu program akan melibatkan kurikulum yang lebih menekankan kepada perubahan fungsi pembelajaran dan kebutuhan setiap individu,
model semacam ini dikenal dengan nama
model program
pembelajaran secara alami. Model pembelajaran secara alami ini hendaknya
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
101
dapat meningkatkan kompetensi siswa di beberapa segi, meliputi: kemampuan bekerja atau dapat mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, mampu menata rumah tangga, mampu memanfaatkan waktu luang, keterlibatan anggota keluarga, kesehatan fisik dan mental, tanggung jawab pribadi, dan hubungan pribadi dengan pribadi lain (Cronin & Patton, 1993 dalam Smith, et al., 2002:265). Para ahli pendidikan untuk anak dengan hendaya perkembangan menyebut model pembelajaran secara alami tersebut di atas dengan pendekatan yang lebih komprehensif (more comprehensive approach). Pendekatan yang lebih komprehensif ini memuat kegiatan berkaitan dengan mempersiapkan kecakapan hidup (life skills preparation), latihan keterampilan sosial (social skills training), dan latihan vokasional (vocational training) (Smith, et al., 2002:265). Pendekatan yang lebih komprehensif
diterapkan kepada siswa-siswa
dengan hendaya perkembangan fungsional disebabkan banyak diantara mereka mempunyai : “hendaya penyerta” (secondary impairment) yang membutuhkan layanan lebih sesuai dengan “kelainannya”. Menurut hasil penelitian Eipstein dkk. menyatakan bahwa hamnpir 90 % dari populasi anak dengan hendaya perkembangan mempunyai hendaya penyerta berkaitan dengan: kesulitan berbicara dan bahasa, kesulitan sensori (khususnya dalam hendaya visual), suka kejang-kejang (convulsive disorder), kelainan perilaku dan emosional (dalam Smith, et al., 2002:265).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
102
2. Rancangan Pembelajaran Program pembelajaran untuk siswa dengan hendaya perkembangan perlu dibuat secara bertahap di mulai dari program tahunan, program bulanan dan program harian kesemuanya memuat sasaran-sasaran antara (terminal objectives), sasaran utama (annual goals), dan sasaran perilaku (behavior target). Program harian disebut dengan Satuan Pelajaran atau Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran dibuat atau disusun berdasarkan atas informasi yang diperoleh dari hasil asesmen, berkaitan dengan tingkat kemampuan dan karakteristik spesifik setiap siswa bersangkutan. Informasi penting berkenaan dengan tingkat kemampuan perkembangan fungsional (mewakili tingkat perkembangan kognisi), dan tingkat perkembangan sosial yang diukur semenjak program belum dibuat, saat proses kegiatan pembelajaran, dan hasil keluaran (out comes).
Instrumen untuk mengetahui
tingkat perkembangan fungsional diterapkan instrumen Play Assessment Chart (PAC) sedangkan tingkat perkembangan sosial sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dapat diterapkan instrumen Geddes Paychomotor Inventory (GPI). Saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung digunakan instrumen observasi, antara lain: program harian guru kelas, daftar cek FIAC dan recording sheet for rate data untuk mencatat perilaku sasaran yang muncul saat kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu yang dikerjakan oleh guru mitrakerja. a. Langkah-langkah Penyusunan Rancangan Pembelajaran 1) Menentukan terlebih dahulu karakteristik spesifik dari setiap siswa dengan hendaya perkembangan secara teliti dan jelas, melalui observasi guru. Hal ini
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
103
dilakukan disebabkan beberapa siswa dengan hendaya perkembangan terkadang diikuti dengan hendaya penyerta seperti: spastik, autism, hiperaktif, cerebral palsy, kesulitan belajar (learning disorder). 2) Melakukan asesmen awal (pre test) tentang perkembangan fungsional setiap siswa dengan hendaya perkembangan. Instrumen yang dipergunakan adalah PAC. 3) Melakukan asesmen awal (pre test) guna mengetahui kemampuan dan kelemahan psikomotor setiap siswa dengan hendaya perkembangan. Instrumen yang digunakan adalah GPI. 4) Menganalisis hasil asesmen awal PAC dan GPI dilanjutkan dengan penentuan sasaran perilaku spesifik, mengacu kepada “keberadaan” setiap siswa dengan hendaya perkembangan secara rinci. Dari hasil analisis ini tentukan aspek kemampuan dan kelemahan gerak disamping kelemahan khusus yang dipunyai dalam mata pelajaran yang diprogramkan sebagai rancangan pembelajaran berbasis gerak irama. 5) Membuat pola gerak dengan rujukan hasil analisis PAC dan GPI, yaitu hasil kegiatan nomor 4). Penyusunan pola gerak hendaknya menggunakan konsepkonsep interaksi gerak (lihat Bab I halaman 50), kemudian disusun menjadi skematis pola-gerak (lihat Bab I halaman 51). 6) Buatlah Rancangan Pembelajaran dengan memfokuskan pada aspek “kemampuan
dan
kelemahan”
psikomotor,
sehingga
dalam
tujuan
instruksional khusus (dalam Satuan Pelajaran) atau kompetensi dasar (dalam Rancangan Pembelajaran) perlu menggunakan kata kerja operasional.yang lebih menitikberatkan pada domain atau ranah psikomotor.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
104
7) Selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, guru-mitra mengamati perilaku sasaran
(target behavior) yang muncul.
Target behavior yang
muncul kemudian dicacat dalam recording sheet for rate data. Recording sheet for rate data merupakan bahan rujukan dalam pembuatan grafik A-B-A model. 8) Melakukan asesmen akhir (post test) menggunakan instrumen PAC dan GPI guna mengetahui tingkat perkembangan fungsional maupun sosial setiap siswa dengan hendaya perkembangan setelah diberikan pembelajaran yang mengaplikasikan gerak-irama. 9) Guru-kelas yang melakukan tindakan kegiatan belajar mengajar bersama guru mitra melakukan refleksi atas hasil kegiatan belajar mengajar. Evaluasi dalam refleksi lebih ditujukan kepada keberhasilan siswa, baik segi perkembangan kognisi maupun sosial. Jika hasil refleksi dianggap kurang berhasil maka program pembelajaran yang telah disusun semula hendaknya dibuat kembali mengulangi program rancangan pembelajaran yang telah disampaikan (Replan). Jika dianggap telah berhasil, dibuktikan adanya kemajuan pada tingkat stabilitas perkembangan perilaku sasaran yaitu hasil perhitungan terhadap trend stability, --
trend stability atau stabilitas perkembangan dilakukan
dengan menganalisis hasil grafik A-B-A model terhadap subjek tunggal – selanjutnya program baru atau rancangan pembelajaran lanjutan dibuat untuk pokok/ sub-pokok bahasan berikutnya.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
105
b. Contoh Penyusunan Rancangan Pembelajaran Sesuai dengan langkah-langkah penyusunan rancangan pembelajaran tersebut di atas, maka di bawah ini dibuatkan contoh kegiatan dan hasil-hasil. Langkah 1), menentukan karakteristik spesifik siswa dengan hendaya perkembangan : Klasifikasi anak dengan hendaya perkembangan yang akan dibuatkan program pembelajaran dengan mengaplikasikan gerak irama mempunyai usia kronologis (chronological age / C.A) 8 tahun 8 bulan 10 hari, mempunyai skor IQ = 70, kelainan anak adalah Down‟s Syndrome dengan hendaya penyerta spastik, gender: laki-laki. Melihat usia kronologis dan skor IQ maka anak laki-laki yang bersangkutan mempunyai usia mental 6 tahun, sesuai dengan rumusan M.A.= usia kronologis dikalikan skor IQ dibagi seratus, merupakan penjabaran dari rumus: IQ = (MA/CA) X 100 (Hallahan & Kauffman, 1986:57) Berdasarkan perhitungan angka 0,5 keatas selalu dibulatkan menjadi 1, perhitungan usia kronologis anak dibulatkan keatas, dari 8 tahun 8 bulan menjadi 9 tahun. Diberlakukannya usia mental terhadap anak dengan hendaya perkembangan didasarkan atas suatu pendapat yang menyatakan bahwa kemampuan siswa dengan hendaya perkembangan saat melakukan kegiatan atau tugas di sekolah hendaknya diukur dengan usia mental (Ellis & Dunaley, 1991 dalam Smith, et al., 2002:249-250; Hallahan & Kauffman, 1986:57; Reynolds & Mann, 1987:1020).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
106
Langkah 2). Melakukan pre test dengan instrumen Play Assessment Chart (PAC), Rincian hasil dari penggunaan instrumen PAC dapat dilihat halaman berikutnya. Rekapitulasi hasil pre test PAC seperti berikut: a) Jumlah Seluruh Skor F.1. = 19. Reratanya = 3,8. Persentasenya: 63,3 % Analisisnya: (1) mempunyai kelemahan dalam fine-motor; (2) termasuk pada tingkat kelainan: sedang (moderate); (3) tingkat keberhasilan pada aspek ab. sangat kurang, ini berarti bahwa pola gerak lebih ditekankan pada aspek sensorimotor. b) Jumlah Seluruh Skor F.2. = 23; Reratanya: 4,6; Persentase: 76,6. Analisisnya: (1) kreativitas siswa yang bersangkutan termasuk normal; (2) termasuk pada tingkat kelainan: ringan (mild); (3) tidak perlu penekanan pada aspek kreativitas. c) Jumlah Seluruh Skor F.3. = 18; Reratanya: 3,6 ; Persentasenya: 60 % Analisisnya : (1) siswa yang bersangkutan masih memerlukan rancangan pembelajaran berbasis Gerak Irama dengan fokus berkaitan dengan aspek interaksi sosial; (2) siswa ini termasuk dalam tingkat kelainan: ringan (mild); (3) pola gerak menitikberatkan pada tingkat perkembangan dalam aspek praoperasional dan interaksi sosial. d) Jumlah Seluruh Skor F.4. = 18; Reratanya: 3,6; Persentasenya: 60 %. Analisisnya: (1) siswa yang bersangkutan memerlukan pembinaan aspek bahasa;
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
107
(2) hendaya dalam kemampuan fungsional berada pada tingkat ringan (mild); (3) Jenis pola gerak yang diperlukan mengacu kepada kemampuan/ kelemahan berbahasa, agar mampu meningkatkan tingkat perkembangan pada aspek berbahasa secara konseptual.
Di bawah ini adalah daftar cek PAC sebagai instrumen Pre test
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
108
F.1. F. 1.
CHECKLIST KETERAMPILAN SENSORI MOTOR
Kode/ Nomer
PERILAKU
SKOR
a. 1. 2. 3. 4. 5.
Menoleh setelah mendengar suara (sesuai dengan umur mental) Bola mata bergerak mengikuti benda yang digerakkan Meraih benda yang dapat bergerak Menengadahkan kepala pada posisi tiarap Duduk tanpa sandaran
6.
Merangkak dari satu tempat ke tempat lain
1 1 0 1 1 0
4
Jumlah Skor (a): ab. 25. 26. 27. 28. 29. 30. b. 49. 50. 51. 52. 53. 54. c. 73. 74. 75. 76. 77. 78. d. 97. 98. 99. 100. 101. 102.
Mengenali lagu atau nyanyian yang didengarnya Menempelkan gambar pada papan gambar Membuka sekerup yang ada pada sebuah mainan Meletakkan bagian pada mainan bongkar-pasang sesuai dengan tempatnya, sedikitnya 3 buah Bermain di pasir dengan ember dan sekop Berjalan rapih pada tempat yang rata Jumlah Skor (ab):
1 0 0 0 0 1
2
Mengenali suara yang nyaring Membuat gambar bujur-sangkar Memotong selembar kertas menjadi bagian-bagian yang kecil Bermain teka-teki sekurang-kurangnya enam bagian Berayun tanpa bantuan orang lain Mengendarai sepeda roda tiga Jumlah Skor (b): 4
1 0 0 1 1 1
Mengenali suara binatang dari sebuah rekaman /tape recorder Membuat gambar segitiga Memotong gambar sesuai alur bentuknya Bermain teka-teki, sedikitnya 16 bagian Meloncat-loncat dengan tali karet gelang Berjalan seimbang sepanjang tepi ubin Jumlah Skor (c):
1 1 0 1 1 1
Mengenali bunyi pertama dari sebuah kata yang ia dengar Memegang pensil dengan cara yang benar Memotong sebuah angka dengan tepat sesuai bentuknya Mengumpulkan benda kesukaannya (misalnya: perangko, gambar anak) Berenang Mengendarai sepeda roda dua Jumlah Skor (d):
5 1 0 0 1 1 1
4
Jumlah Seluruh Skor F.1. = 19. Reratanya = 3,8. Persentasenya: 63,3 %
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
109
F2.
CHECKLIST KETERAMPILAN KREATIVITAS
Kode/No
PERILAKU a.7. 8. 9. 10. 11. 12. ab. 31. 32. 33. 34. 35. 36. b. 55. 56. 57. 58. 59. 60. c. 79. 80. 81. 82. 83. 84. d. 103. 104. 105. 106. 107. 108.
SKOR
1 Menunjukkan minat yang tetap kepada benda-mainan Menunjukkan minat yang tetap pada lagu/ musik 1 Dapat memasukkan benda ke mulut 1 Menyelidiki sesuatu dengan cara : melihat, mendengar, menyentuh, memutar, 1 dan lainnya. Menemukan mainan yang disembunyikan, dalam waktu singkat 1 Menyukai sosio-drama, yang membuat orang lain tertawa 1 Jumlah Skor (a): 6 0 Menulis dengan pensil Mengikuti alunan musik dengan gerakan tubuh 1 Menyusun menara dengan 4-5 buah balok 0 Meletakkan 3-4 balok besar serempak, contoh:”duplo-logo” 0 Mencari mainan yang baru saja disembunyikan dengan cepat 1 Bermain dengan binatang peliharaan 1 Jumlah Skor (ab): 3 0 Pernah melakukan kegiatan melukis dan mewarnai Bergerak mengikuti irama 1 Membangun sebuah bentuk berdasarkan bahan yang telah tersedia 1 Menciptakan sendiri lagu-lagu yang lucu 1 Menyatakan keinginan pada hari ulang tahun / hari-hari besar 1 Suka berpakaian dengan gaya yang lucu 1 Jumlah Skor (b) 5 0 Menggambar sesuatu yang mirip bendanya Menari bebas diiringi musik 1 Membangun bentuk dengan balok-kecil, contoh: “lego” 0 Suka mendengarkan suara yang berirama 1 Melakukan permainan imajinatif 1 Suka berlagak 1 Jumlah Skor (c): 4 1 Menggambar / melukis pada waktu-waktu senggang Bermain musik, menyanyi, menari di waktu senggang 1 Membuat pekerjaan tangan di waktu senggang 1 Bermain bersama dengan binatang peliharaan di waktu senggang 1 Berpartisipasi aktif dalam bermain atau bercanda 1 Tertarik pada drama yang menggunakan boneka/ golek/ wayang 0 Jumlah Skor (d):. 5
Jumlah Seluruh Skor F.2. = 23; Reratanya: 4,6; Persentase: 76,6.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
110
F. 3
Kode/ No. a.13. 14. 15. 16. 17. 18. Ab.37 38. 39. 40. 41. 42. b. 61. 62. 63. 64. 65. 66. c. 85. 86. 87. 88. 89. 90. d.109 110. 111. 112. 113. 114.
CHECKLIST KETERAMPILAN INTERAKSI SOSIAL
SKOR
PERILAKU Menampilkan wajah dengan tersenyum Membalas senyuman Tertarik pada bayangan sendiri dalam cermin Menunjukkan miliknya kepada orang lain Bermain “Ci Luk Ba !” Menonton anak-anak lain yang sedang bermain Jumlah Skor (a): Berpura-pura menjadi: seekor singa, mobil, dan sebagainya Bermain bola dengan anak remaja Membuat mainan sesuai dengan petunjuk Bermain : “mengambil dan menerima” Tetap bermain ketika ayah/ibu tidak ada Bermain sendiri dan tidak tergantung pada orang lain Jumlah Skor (ab): Berbicara seperti seorang ayah/ ibu Mengikuti permainan sederhana sesuai aturan, misalnya: menunggu giliran Mengetahui perbedaan mainannya dengan mainan anak lain Meminjamkan mainannya kepada anak lain Ketika bermain, menirukan perilaku anak remaja Bermain boneka sesama teman dengan baik Jumlah Skor (b): Mengambil peran sesuai aturan dalam kelompok bermain Mengikuti permainan ”jual-beli” sesuai dengan aturan Mengambil bagian dalam permainan, seperti “sembunyi dan mencari” Bermain kartu, contohnya: “Black-Jack” Senang bermain dengan teman sebaya, daripada orang dewasa Membantu pekerjaan sehari-hari di rumah Jumlah Skor (c): Mengambil peran-peran berbeda dalam “bermain peran” (Role playing) Mengikuti permainan, seperti “monopoli” sesuai dengan aturan Bekerjasama dalam kelompok, sekurang-kurangnya 4 pasang Berpartisipasi aktif dalam permainan beregu, misalnya : sepakbola Turut aktif dalam diskusi Berpartisipasi dalam organisasi sosial sekolah, misalnya: Pramuka Jumlah Skor (d):
1 1 1 1 0 1
5 0 1 1 0 1 0
3 0 1 1 0 0 1
3 0 1 1 0 1 0
3 0 1 1 0 1 1
4
Jumlah Seluruh Skor F.3. = 18; Reratanya: 3,6 ; Persentasenya: 60 %
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
111
F. 4.
Kode /No. a.19. 20. 21. 22. 23. 24. ab. 43. 44. 45. 46. 47. 48. b. 67. 68. 69. 70. 71. 72. c. 91. 92. 93. 94. 95. 96. d. 115. 116. 117. 118. 119. 120.
CHECKLIST KETERAMPILAN BERBAHASA SECARA KONSEPTUAL
PERILAKU Mengenali suara orang yang berada disekitarnya Dapat meraban / mengoceh Bereaksi langsung bila disebut namanya Bereaksi bila mendengar kata-kata “Ayah pulang !” Mencoba meniru bicara ( tekanan, kata-kata atau gerak tubuh orang yang berbicara) Menyukai gambar yang sederhana dalam buku-bacaan Jumlah Skor (a): Bertanya “Apakah ini?”( dengan suara / gerak tubuh) Berkata : “Ibu” atau “Ayah” Menyebutkan namanya sendiri Mengerti makna kata-kata: “Tunjukkan hidungmu!” Dapat menggunakan konsep tentang besar / kecil Menyukai cerita dalam buku pelajaran Jumlah Skor (ab): Bertanya: „Apa gunanya ini?‟ Menceritakan kisah dari sebuah gambar Menyebutkan warna, sekurang-kurangnya 4 macam Mengerti terhadap kata-kata: “Dimana mainanmu ?” (untuk Pria) / “Dimana boneka kesayanganmu?‟ (untuk wanita). Menggunakan konsep-konsep, misalnya beberapa / tak satupun Menyukai cerita Jumlah Skor (b): Bertanya: “Mengapa ini semua terjadi?” Menjawab pertanyaan : “Apakah apel itu ?” Mengenal tulisan nama sendiri Menceritakan pengalamannya (dengan gerak tubuh / lisan) Dapat menggunakan konsep : pertama / terakhir Suka mendengarkan cerita anak Jumlah Skor (c): Membaca kata-kata sederhana Membaca buku pelajaran sederhana Menulis namanya sendiri Menuliskan makna suatu gambar Menulis surat Membaca lantang sajak atau cerita Jumlah Skor (d):
Jumlah Seluruh Skor F.4. = 18; Reratanya: 3,6; Persentasenya: 60 %.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
SKOR 1 0 1 1 1 1
5 1 1 1 1 0 1
5 1 0 1 1 0 0
3 0 1 1 0 0 1
3 1 0 0 0 0 1
2
112
BAGAN 3.4 ASESMEN PAC
103
c
102
ab
54 77
100 76
99
75
53
30
28
51
27
74 98
51
57
58
33
34
9
10
108
83 59 35 11
60
c
36
a
61 37
3
16
39 63 40
1
a
a 24
ab
48 47
b 72
c
19 23 22 21 20
71
96
95
46 70 94
45 69 93
119 118
117
41
18
43
44
89
b
92
c 91
87
88
65
66
67
68
64
42
ab
110
86
62
38
17
2
120
85
ab
12
109
b
4
d
d
84
13 14 15
49
97
82
5
25
73
81
107
6
26 50
8
7
a
29
52
56 32 31
55
b
78 101
80
79
d
106
105
104
90
114
d 115
116
Cara Pengisian Bagan: (Dihitamkan dengan pinsil/ diaransir) Keterampilan anak yang memperlihatkan kondisi Yang dapat ia lakukan secara wajar (Tetap dikosongkan/ tidak diwarnai) Jika anak yang bersangkutan tidak mampu melakukan kondisi yang diterapkan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
113
111
112
113
Langkah 3, Melakukan asesmen dengan instrumen Geddes Psychomotor Inventory (GPI). Hasil asesmen ditujukan pada kemampuan psikomotor siswa sebagai bahan rujukan bagi penyusunan pola-gerak. Penggunaan instrumen disesuaikan dengan petunjuk penggunaan GPI yang disesuaikan dengan usia mental siswa dengan hendaya perkembangan (lihat pada lampiran instrumen). Karena usia mental siswa bersangkutan adalah 6 tahun maka Instrumen yang dipakai adalah: (1) GPI.P. III; (2) Gross motor (FD) (No.101 s/d 105); (3) Perceptual motor skill (FE) dari FE A s/d Q; (3) ADL (FA 1 s/d FA 7). Hasil-hasil yang diperoleh sebagai berikut.
Langkah 4, menganalisis hasil pre test GPI. Hasilnya sebagai berikut: a) Hasil GPI P. III menunjukkan jumlah perolehan adalah 86 , reratanya
3,07.
Ini diartikan bahwa siswa bersangkutan masih memerlukan
layanan khusus pola gerak pada aspek: gerak dasar, kemampuan persepsi, manipulasi gerak dan penguasaan gerak dengan alat/ benda. b) Hasil Gross motor menunjukkan Jumlah seluruh perolehan adalah 12, reratanya: 2,4. Maka siswa bersangkutan memerlukan latihan pola gerak pada aspek gross-motor, khususnya koordinasi mata dengan kaki dan tangan. Diperlukan kegiatan pola gerak khusus guna melatih fine-motor tangan. c) Hasil rekapitulasi Kemampuan Persepsi Gerak diperoleh reratanya sebesar 3,1.
Namun kelemahan/ hendaya gerak pada aspek-aspek:
koordinasi mata dengan tangan, kemampuan memadukan, mengenali benda-benda padat melalui sentuhan, hubungan dengan pola ruang,
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
114
gerak fine-motor pada penglihatan, dan konsep gerak-tubuh. Sehingga aspek dominan yang memerlukan pola-gerak sebagai alternatif pilihan pertama adalah:
konsep
gerak tubuh dan
fine-motor pada
penglihatan. d) Hasil observasi terhadap ADL (kemampuan hidup sehari-hari) diperoleh hasil reratanya sebesar 3,1. Hendaya yang ada pada aspek: (1) ADL- Makan, dan (2) ADL Berpakaian.
Ini berarti bahwa masih
memerlukan bantuan pembinaan melalui pola-gerak berkaitan dengan ADL, khususnya dalam kegiatan-kegiatan makan dan berpakaian. e) Data selengkapnya hasil observasi GPI dengan mengisi daftar cek sebagai berikut di bawah ini.
PROFIL GPI PRIMARY LEVEL UMUR 6 HINGGA 9 TAHUN Cara Pengisian jawaban Berilah tanda checklist (V) pada: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan sedikit pertolongan Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan sama sekali.
No. TINGKAT PENGUASAAN A. Gerak Dasar dan Daya Gerak : A.1 Berjalan A.2 Berlari A.3 Memanjat A.4 Mekanisme gerak tubuh A.5 Melompat A.6 Meloncat-loncat A.7 Lari mencongklak A.8 Melangkah dilanjutkan dengan meloncat. B. Penguasaan Diri: B.9 Mampu melakukan orientasi ruang B.10 Bergerak ke arah yang sejajar dengan objek lain B.11 Bergerak lurus ke depan B.12 Mengetahui fungsi dan gerak tubuh B.13 Mengetahui garis tengah tubuh B.14 Mengenali bagian tubuh sendiri
86
=
4
3,07
X=
3
2
1
0
V V V V V V V V V V V V V V
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
115
C. Kemampuan Persepsi: C.15 Merespon terhadap persepsi dengar C.16 Merespon terhadap persepsi pandang C.17 Merespon terhadap persepsi rabaan D. Koordinasi Gerak Mata: D.18 Dengan tangan D.19 Saat memandang D.20 Dengan kaki E. Memanipulasi Gerak: E.21 Menulis dan menggambar E.22 Melakukan gerakan dengan berbagai cara terhadap benda F. Menguasai Alat: F.23 Bersepeda F.24 Bergerak sepanjang garis sejajar G. Penguasaan terhadap bola / benda sejenis: G.25 Melempar G.26 Menangkap G.27 Menendang G.28 Memukul
V V V V V V V V V V V V V V
Jumlah Masing-masing Skor:
17
3
3
3
4
1
0
KEMAMPUAN PERSEPSI MOTORIK KASAR (GROSS MOTOR) Cara Pengisian pada Kolom Berangka Berikan Tanda Checklist (V) pada Kolom Angka Sebagai Berikut: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sedikit Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan
No. JENIS KEMAMPUAN FD. 6 Tahun Berdiri dengan salah satu kaki, dengan mata terpejam FD. 6 : 101 Melempar sesuatu ke arah depan, secara sejajarFD. 6 : mendatar (laki-laki). Melewati atas kepala (Wanita). 102 FD 6 Bersepatu roda :103 FD 6 Melompat-lompat melewati tali (skipping) :104 FD 6: Berdiri selama 10 detik bertumpu pada satu kaki 105 tanpa pegangan. Jumlah Masing-masing Skor
=
12
=
4
3
2
V V
V V V 2
1
-
1
1
2,4
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
116
KEMAMPUAN PERSEPSI GERAK (PERCEPTUAL MOTOR SKILLS) Petunjuk Pengisian Berilah Tanda Checklis (V) pada Kolom Berangka Sebagai Berikut: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan bantuan secara verbal/ lisan Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan bantuan secara fisik Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan bantuan verbal dan fisik Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan.
No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
1
A. Penglihatan Dekat dengan Jarak 1 Meter A. 1 A. 2 A. 3 A. 4
Mata mengikuti garis tegak-lurus Mata mengikuti garis-sejajar Mata mengikuti garis-diagonal Mata mengikuti pola berbentuk bundar
V V V V
B. PenglihatanJarak-jauh: Sejauh 3 Meter B. 5 B. 6 B. 7 B. 8 B. 9
Mata mengikuti garis tegak-lurus Mata mengikuti garis-sejajar Mata mengikuti garis-diagonal Mata mengikuti pola berbentuk bundar Mata ditujukan ke titik pusat-pandang
V V V V V
C. Membedakan Bentuk Malalui Daya Pandang C. 10 C. 11 C. 12 C. 13 C. 14 C. 15 C. 16 C. 17
Mencocokkan beberapa bentuk geometris Mencocokkan beberapa bentuk suatu benda Membuat bentuk angka 1 Membuat bentuk tanda: … Membuat bentuk : Membuat bentuk tanda: + Membuat bentuk gambar Membuat bentuk gambar
V V V V V V V V
D. Membedakan Bentuk Melalui Daya Pandang D. 18 D. 19
Mampu Menyusun bentuk yang berbeda ukuran secara tepat Memahami konsep-konsep: besar dan kecil
V V
E. Mengetahui Perbedaan Warna E. 20 E. 21 E. 22
Dapat mencocokkan warna-warna Memilih warna Menyebutkan nama: jenis-warna
V V V
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
0
117
Lanjutan Kemampuan Persepsi Gerak No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
1
F. Koordinasi Mata – Tangan F. 23
Garis tegak lurus dengan titik-titik tegak
F. 24 F. 25
Garis sejajar dengan titik-titik mendatar ( ….. ) Garis menyilang dengan titik-titik diagonal (
G.
V V V
)
Kemampuan Memadukan
G. 26 G. 27
Dapat memadukan bentuk 6 potongan-potongan kecil ke dalam bentuk gambar (misalnya: Potongan-potongan gambar: “Bebek”) Dapat memadukan 14 bagian menjadi kesatuan utuh (misalnya: Gambar seorang penjual susu)
V V
H. Menggali Benda-benda Padat Melalui Sentuhan (Stereognosis) H. 28 H. 29 H. 30 I. I. 31 I. 32 I. 33 I. 34 J. J. 35 J. 36 J. 37 J. 38 J.39 J. 40 J. 41 J. 42
Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah sisi Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah sendok Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sikat-gigi
V V V
Pendengaran Dapat membedakan suara-suara: Lemah - kuat Dapat menggolongkan suara: lemah dan kuat Melalui pendengaran dapat membedakan objek yang berada di depan dan di belakangnya walau dengan mata terpejam Mampu menirukan bunyi (setelah mendengarkan), misalnya: Do-Re-Mi
V V V V
Konsep-konsep Tentang Tubuh Memahami secara benar tentang nama masing-masing anggota tubuh (sambil menunjukkan anggota tubuh tersebut) Memahami fungsi anggota tubuh antara bagian yang satu dengan lainnya (Misalnya, mampu membuat gambar tentang dirinya) Dapat menyusun teka-teki gambar tubuh anak laki-laki/ Wanita sesuai dengan bagian-bagian tubuh. Mampu memanipulasi tubuhnya melewati sebuah rintangan Memahami hubungan antara bagian-bagian tubuh dengan benda-benda di sekitarnya (Misalnya, meletakkan kemeja pada tubuh secara benar) Dapat merasakan: sedih/ gembira, dengan cara menangis/ tertawa. Kesadaran tubuh secara gerak kinestetik (dapat mengulangi gerakan tangan ke arah sisi dan menurunkannya dengan mata terpejam) Kesadaran tubuh-kinestetik secara gerak halus
V V V V V V V V
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
0
118
Lanjutan Kemampuan Persepsi Gerak
No.
JENIS KEMAMPUAN
4
K. Memahami Posisi Tempat K. 43 Dapat mengangkat kedua tangan ke atas K. 44 Dapat menempatkan kedua lengan pada posisi bawah K. 45 K. 46 K. 47 K. 48 K. 49 K. 50 K. 51
tubuh Dapat meletakkan kedua lengan di depan tubuh Dapat meletakkan kedua lengan di belakang tubuh Dapat meletakkan kedua lengan di atas kepala Dapat menaruh kedua lengan di bawah kursi Dapat menaruh kedua lengan di samping tubuh Dapat mengenali tangan kanan Dapat mengenali tangan kiri
3
2
1
0
V V V V V V V V V
L. Hubungan dengan Pola Ruang L. 52
Dapat menirukan suatu pola-bentuk dengan tiga balok
V
M. Daerah Penglihatan : Gerak Fine-motor M. 53 M.54 M. 55 M. 56 M. 57 M. 58 M. 59
Dapat membuat sebuah bentuk kotak secara aktif Dapat menggambarkan sebuah dengan pinsil Dapat menggambar dengan pinsil Dapat menggambar tanda : X Dapat menggambar berbagai bentuk persegi (seperti berlian) Dapat melempar bola melewati kedua lutut Dapat menggelindingkan bola
V V V V V V V
N. Jumlah dan Angka-angka (pada Peg-board) N. 60 N. 61 N. 62 N. 63 N, 64
Dapat membedakan satu dengan banyak Dapat membedakan antara angka 1 dengan angka 2 Dapat menghitung angka sampai dengan 10 Dapat memahami angka hingga 30 (dengan menghitung setinggi-mungkin) Memahami konsep angka 6 (dengan cara menempelkan 6 biji peg pada board)
V V V V V
O. Konsep Tentang Waktu O. 65 O. 66
Memahami konsep waktu: Siang dan Malam (dapat membandingkan antara gambar yang menandakan siang/ malam) Mengenali gambar tentang musim: Penghujan/ Kemarau
V V
2P11000. Memahami Sesuatu Tentang Benda P. 67
Tahu nama sebuah benda melalui gambar
V
P, 68 P. 69
Mengenali benda, serta tahu cara menggunakannya Dapat menceriterakan sebuah dongeng yang baru ia dengar
V V
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
119
Lanjutan Kemampuan Persepsi Gerak
No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
1
0
Q. Konsep Tentang Gerak Tubuh Q. 70 Q. 71 Q. 72 Q. 73 Q. 74
Menirukan suatu gerak sentuhan tangan - kiri ke telinga-kanan Menirukan gerak sentuhan tangan-kanan ke telinga-kiri Menirukan gerak sentuhan tangan-kiri ke mata-kanan Menirukan gerak sentuhan tangan-kanan ke mata-kiri Menggambar garis sejajar dari arah kiri ke kanan di papan tulis, dengan menggunakan tangan yang tidak biasa digunakan
V V
Jumlah Keseluruhan Masing-masing Skor:
32 17 19 3
V V
V
Re-rata Skor Keseluruhan:
5
220:74 = 2,97
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI KEMAMPUAN PERSEPSI GERAK No. & Kode 1. A 2. B 3. C 4. D 5. E 6. F 7. G 8. H 9. I 10. J 11. K 12. L 13. M 14. N 15. O 16. P 17. Q
Jumlah ( )
Re-rata (X)
Penglihatan dekat dengan jarak 1 meter Penglihatan jarak-jauh: 3 meter Membedakan bentuk geometris Membedakan bentuk melalui daya pandang Mengetahui perbedaan warna Koordinasi: mata – tangan Kemampuan memadukan Mengenali benda-benda padat melalui sentuhan (stereognosis) Pendengaran Konsep-konsep tubuh Memahami posisi tempat Hubungan dengan pola ruang Daerah penglihatan: gerak fine motor Jumlah dan angka-angka (pada peg-board) Konsep waktu Memahami sesuatu benda Konsep gerak tubuh
16 16 24 6 12 8 4 6
4 3,2 3,4 3 4 2,6 2 2
16 25 16 2 8 18 8 11 2
4 3,1 1,7 2 1,2 3,6 4 3,6 0,4
Jumlah keseluruhan:
198
53,8:17=3,1
JENIS KEMAMPUAN
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
120
ACTIVITY DAILY LIVING SKILLS (KEMAMPUAN HIDUP SEHARI-HARI) Petunjuk Pengisian pada Kolom Angka Berilah tanda checklist (V) pada: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan sedikit pertolongan. Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan sama sekali.
No.
JENIS KEMAMPUAN:
4
3
2
1
FA.1 - Gerak Pindah: FA.1:1 FA.1:2 FA.1:3 FA.1:4 FA.1:5 FA.1:6 FA.1:7
Mandi Ke kamar kecil (WC) Duduk di kursi Dari tempat tidur ke tempat duduk (kursi) Bergerak menuju objek Mengatur letak kursi Naik / turun kendaraan
V V V V V V V
FA.2 – Fungsi Keseimbangan : FA.2:1 FA2: 2 FA2: 3
DUDUK BERDIRI BERJALAN
V V V
FA.3 – Penilaian terhadap: FA.3 :1 FA.3 :2 FA.3 :3 FA.3 :4 FA.3 :5 FA.3 :6 FA.3 :7 FA.3 :8 FA.3 :9 FA.3 :10 FA.3 :11 FA.3 :12 FA.3 :13 FA.3 :14 FA.3 :15 FA.3 :16 FA.3 :17 FA.3 :18 FA.3 :19 FA.3 :20
Reaksi sentuhan Peraaan sakit Penyesuaian suhu udara Suasana hati Daya penciuman Daya pendengaran Daya penglihatan Daya tangkap terhadap perintah/ suruhan Pemahaman terhadap ruang Merubah bentuk bangun (segi: tiga/ empat/ dan lingkaran) Fungsi gerak persendian Menyisir rambut Makan tanpa dibantu orang lain Mengencangkan kerah baju Menarik resluiting pada bagian belakang celana/ rok Mengancingkan celana/ rok Mengancingkan lengan baju Menalikan sepatu Membungkukkan badan Penyesuaian diri terhadap lingkungan
V V V V V V V V V V V V V V V V V v V V
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
0
121
Lanjutan ADL No. JENIS KEMAMPUAN FA. 4 ADL: Kemampuan Makan FA. 4 : 1 FA. 4 : 2 FA. 4 : 3 FA. 4 : 4 FA. 4 : 5 FA. 4 : 6 FA. 4 : 7 FA. 4 : 8
4
Menyendok nasi Memotong/ mengerat daging Makan memakai sendok Minum melalui pipa sedotan Minum melalui sedotan Minum dengan gelas Minum dengan cangkir Menuangkan air ke gelas/ cangkir dari tempatnya
3
2
1
0
V V V V V v V V
FA. 5 ADL: Berpakaian FA. 5 : 1 FA. 5 : 2 FA. 5 : 3 FA. 5 : 4 FA. 5 : 5 FA. 5 : 6 FA. 5 : 7 FA. 5 : 8 FA. 5 : 9 FA. 5 : 10
Menanggalkan celana panjang/ pendek Memaang ikat pinggang Memakai kutang/BH (Bagi Wanita) Memakai celana dalam Mengenakan rok bawah (Bagi Wanita) Memakai jas/ kemeja Memakai bando (Wanita), dasi (Laki-laki) Mengenakan stocking (Wanta), Kaos kaki (Laki-laki) Mengenakan pakaian malam Mengenakan konde atau harnet (Bagi Wanita) Mengenakan kimono atau mantel tidur Memakai jaket Mengenakan mantel/ jas hujan.
V V V V V V V
FA. 5 : 11 FA. 5 : 12 FA. 5 : 13 FA. 6 ADL: Kesehatan Diri FA. 6 : 1 FA. 6 : 2 FA. 6 : 3 FA. 6 : 4 FA. 6 : 5 FA. 6 : 6 FA. 6 : 7 FA. 6 : 8 FA. 6 : 9 FA. 6 : 10
V V V
Membuang ingus Mencuci muka/ tangan Membersihkan diri setelah buang air besar Menggosok gigi Membersihkan rambut Berpatut diri atau Make-up Menggunting kuku Membersihkan kuku jari Memakai deodorant atau wewangian tubuh Menggunakan pembalut wanita (Bagi Wanita).
V V V V V V V V V
FA. 7 ADL: Komunikasi FA. 7 : 1
Berbahasa lisan
FA. 7 : 2
Membaca simbol khusus, misalnya untuk WC : L/W Cara memegang buku bacaan Cara membuka halaman buku Menulis surat atau lamaran kerja Menggunakan telephon Mengetik.
FA. 7 : 3 FA. 7 : 4 FA. 7 : 5 FA. 7 : 6 FA. 7 : 7
V V V V V V V
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
122
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI ADL No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
JENIS KEGIATAN ADL FA. 1 : Gerak Pindah FA. 2 : Fungsi Keseimbangan FA. 3 : Penilaian terhadap Kegiatan FA. 4 : ADL Kemampuan Makan FA. 5 : ADL Berpakaian FA. 6 : ADL Kesehatan Diri FA. 7 : ADL Komunikasi
Jumlah Seluruh FA. 1 s/d. 9:
Junlah ( )
Re-rata ( )
27 12 61 19 27 28 21
3,8 4 3,05 2,3 2,7 3,1 3
195
21,95:7 = 3,1
Berdasarkan analisis terhadap hasil-hasil pre test PAC dan GPI sebagai langkah ke-2, 3, dan 4, maka kegiatan berikutnya adalah melakukan langkah ke- 5 yaitu membuat pola gerak.
Langkah 5, membuat pola gerak, pertama-tama dibuatkan skematis pola gerak seperti pada: Bab I Tabel 2.3 di halaman 51 (penyusunan pola gerak dapat dibantu dengan menggunakan Gambar 2.3 Konsep-konsep Interaksi Gerak pada Bab I halaman 50); kemudian disusunlah pola gerak yang akan dipakai dalam kegiatan belajar mengajar.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
123
Tabel 3.5. Skematis Pola Gerak untuk Siswa dengan Hendaya Perkembangan
Konsep Gerak
Locomotor Jalan dan Lari
A. Dimana tubuh digerakkan: 1. Lokasi : 2. Arahnya: 3. Tingkat gerak: 4. Perluasan: B. Bagaimana Tubuh Digerakkan: 1. Waktu: 2. Tenaga: 3. Arah/ Jalur: C. Relationship: 1. Tubuh: 2. Objek/ Orang: 3. Bentuk sosialnya:
Pola Gerak (Skills Themes) Manipulative Lempar & Tangkap
Non-Manipulative Melompat kemudian mendarat & Mengulurkan otot.
Ruang bangsal Ke-depan; ke samping Sedang Lurus/Berkelok-kelok
Ruang bangsal Ke depan Sedang Lurus dan Melambung
Ruang bangsal Ke depan, ke samping Sedang Jauh ke muka dan kesamping.
Secara teratur Tidak sepenuh tenaga Diarahkan
Lambat Sedang Secara bebas
Cepat dan secara tibatiba Sepenuh tenaga dan Perlahan Diarahkan
Sejajar Atas/ Bawah dan Dekat/ Jauh Berteman/ Berkelompok
Meluas/ Melebar Depan/ Belakang Sendirian tanpa teman.
Meluas/ Melebarl Dekat/ Jauh Berteman/ Berpasangan
Dari skematis Pola Gerak tersebut di atas, kemudian disusun Pola-Gerak sebagai berikut di bawah ini.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
124
PA
A E.
B D
C
Bagan 3.5 Pola Gerak Irama bagi Siswa dengan Hendaya Perkembangan Usia Mental 6 tahun Kelas II SD
Keterangan Bagan 3.4. PA : Posisi Awal Kegiatan A:
Kegiatan Kognisi Pertama pada Posisi A
B:
Kegiatan Kognisi Kedua pada Posisi B.
C:
Kegiatan Kognisi Ketiga pada Posisi C. D : Kegiatan Kognisi Keempat pada Posisi D.
E :
Kegiatan Kognisi Kelima pada Posisi E.
Jalur PA ke A : Berjalan lurus ke depan sambil memindahkan benda-benda yang ada di sebelah kiri ke sebelah kanan. Pada posisi A siswa mengambil biji kacang hijau sebanyak 10 buah. Nyanyian pada jalur PA ke A adalah “Jari Tangan” (lirik lagu lihat lampiran lagu I) Jalur A ke B : Kegiatan yang dilakukan siswa adalah berlari berkelok-kelok sambil menghindarkan diri dari patok batas. Pada posisi B setiap siswa harus menuliskan angka 1 sampai 10 pada kertas yang telah disediakan.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
125
Jalur B ke C : Lari sejauh 5 langkah, kemudian melompat ke depan dengan mendarat pada dua belah kaki. Dilanjutkan dengan kegiatan mengulurkan ke dua belah lengan ke arah samping. Jalur C ke D : Berjalan santai, kemudian mengambil bola yang ada di sebelah kiri dan dilemparkan ke arah keranjang yang ada disebelah kanan. Kegiatan dilanjutkan dengan melompat dan mendarat dengan kedua kaki di batas garis posisi D. Siswa menyusun sepuluh buah balok-balok ke arah samping atau ke atas, saat berada di Posisi D. Nyanyian pada saat berjalan santai adalah: “Lompat Hai Katak Lompat” (lirik lagu lihat lampiran lagu II) Jalur D ke E : Lari menyamping dan kemudian berbalik ke arah depan lurus. Pada Posisi E siswa melakukan kegiatan: Memungut kancing-kancing yang berserakan di lantai sebanyak 10 biji. Jalur E ke PA : Berjalan santai sambil bernyanyi bersama-sama teman sekelas lagu “Gelang Sepatu Gelang …” (lirik lagu lihat lampiran lagu III)
Langkah ke-6,
Membuat Rancangan Pembelajaran dengan menggunakan
informasi data yang telah ada pada langkah-langkah sebelumnya. Fokus pada aspek kemampuan dan kelemahan psikomotor siswa bersangkutan.
Contoh
Rancangan Pembelajaran dapat dilihat di bawah ini.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
126
CONTOH RANCANGAN PEMBELAJARAN
UNTUK SISWA DENGAN HENDAYA PERKEMBANGAN Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Program : II/ SDLB Semester : I (satu) Waktu : 2 X 30 menit.
I. Standar Kompetensi : Melakukan operasi hitung bilangan dan mengenal pengukuran II. Kompetensi Dasar : Mengenal dan menggunakan bilangan, pengukuran dan bangun datar dalam pemecahan masalah. III. Hasil Belajar : Siswa mampu mengurutkan bilangan sampai 10. IV. Indikator : 1. Membilang secara urut sampai 10 2. Menyebutkan banyak benda 3. Membaca, menulis lambang bilangan dalam kata-kata, dan angka 1 sampai dengan 10.
V. Materi Pokok : Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. VI. Alokasi Waktu : 2 X 30 menit setiap pertemuan.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
127
VII. Pengalaman Belajar : A. Apersepsi/ Motivasi 1. Mengarahkan siswa dengan hendaya perkembangan pada situasi belajar dengan mengadakan percakapan tentang angka 2. Mengingatkan kembali tentang urutan nama-nama benda yang ada di ruang kelas melalui urutan dengan angka-angka B. Kegiatan Inti 1. Siswa diajak menuju lokasi ruangan bangsal di sekolah. Kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan urutan kegiatan sesuai dengan angka 1 sampai 10. 2. Langkah-langkah Kegiatan Inti sebagai berikut.
Langkah-Langkah
Pola Gerak:
Nyanyian:
Kegiatan 1 : Siswa berada pada ruang bangsal sekolah dengan posisi berbaris berpasangan. Gerakan yang dilakukan dari posisi awal PA menuju lokasi A , berjalan lurus ke depan sambil memindahkan barang-barang yang ada di sebelah kiri ke sebelah kanan. Di Lokasi A siswa mengambil bijibiji kacang hijau sebanyak 10 buah. Saat berjalan dari PA ke A sambil menyanyikan lagu:“Jari Tangan ”.
PA
A
Lirik lagu;”Jari Tangan “ dapat dilihat pada Lampiran Lagu I.
B
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
128
Lanjutan Kegiatan Inti Langkah-Langkah
Pola Gerak
Nyanyian
Kegiatan Ke-2: Siswa lari berkelok-kelok melewati patok rintangan, dari jalur A ke B. Di Lokasi B setiap siswa harus menuliskan angka 1 sampai 10 pada kertas yang telah tersedia.
PA
Kegiatan Ke-3: Siswa berlari sejauh 5 langkah, pada tempat tertentu sepanjang jalur B ke C, melakukan lompatan dengan mendarat dengan ke dua belah kaki. Di posisi C siswa melakukan kegiatan mengulurkan ke dua belah lengan sejauh-jauhnya ke arah samping.
A E
Kegiatan Ke-3: Sepanjang Jalur C ke D siswa berjalan santai, pada tempattempat tertentu tersedia keranjang berisikan bola yang ditaruh di sebelah kiri. Siswa mengambil bola dan melemparkan ke keranjang yang ada di sebelah kananya. Setelah melemparkan bola kegiatan dilanjutkan dengan melompat dan mendarat dengan ke dua kaki di daerah posisi D. Kegiatan dalam Posisi D adalah: Menyusun balok-balok sebanyak 10 buah. Saat berjalan santai di jalur C ke D secara bersamasama menyanyikan lagu:”Lompat Hai Katak Lompat ..”
Kegiatan Ke-4: Kegiatan pada Jalur D ke E, siswa lari menyamping dan kemudian berbalik arah depan lurus. Pada Posisi E siswa melakukan kegiatan memungut kancing-kancing yang berserakan di lantai sebanyak 10 biji.
D
B
Nyanyian: Lompat Hai Katak Lompat, lirik lagu secara lengkap dapat di lihat pada Lampiran Lagu II
C
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
129
Lanjutan Kegiatan Inti Langkah-langkah
Pola Gerak
Nyanyian
Kegiatan Ke-5 : Kegiatan yang dilakukan pada Jalur E ke PA adalah jalan santai sambil bernyanyi bersama-sama teman sekelas dengan lagu:”Gelang sepatu gelang ….. “.
Nyanyian: Gelang sepatu gelang dapat dilihat liriknya lengkapnya pada Lampiran Lagu III.
III. Sumber: Bahan/ Alat : Bahan: Buku pelajaran Matematika untuk SD meliputi angka-angka, penjumlahan dan bangun dasar dalam pemecahan masalah. Sumber: GBPP dan silabi Matematika untuk SD kelas I berkaitan dengan operasi hitung bilangan dan pengoperasiannya. Alat: Bola karet , keranjang, biji kancing, biji kacang hijau, dan tiga lagu anak-anak. IX. Evaluasi : A. Prosedur : Post Test B. Jenis Tes : Perbuatan yang dapat di observasi C. Alat Tes: instrumen PAC dan GPI. Alat analisis target perilaku adalah Grafik A-B-A desain X. Kriteria Penilaian : 1. Nilai sangat baik bila stabilitas perkembangan (trend stability) mendekati angka 85 %
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
130
2. Nilai baik jika perolehan trend stability mendekati angka 60 % 3. Nilai Kurang, bila perolehan trend stablity dibawah angka 60 %. 4. Jika tidak ada kenaikan pada perolehan hasil pengisian pre test dengan post test dari instrumen PAC dan GPI, maka pembelajaran dianggap gagal dan perlu membuat rancangan pembelajaran secara ulang (re-plan). 5. Jika ada perkembangan seperti yang diharapkan pada Rancangan Pembelajaran terhadap target perilaku, maka perencanaan lanjutan dibuat guna melanjutkan program pembelajaran berikutnya sesuai dengan pokok/ sub-pokok bahasan baru.
Bandung, …………………………………2006.
Guru Kelas, Mengetahui, Kepala Sekolah ………………………….. …………………… NIP. …………………….. ……………………………………. NIP. …………………………….. .
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
131
Lampiran Lirik Lagu I
1. Ini si kecil bulat: Ibu jari 2. Datar dan bulat seperti daun kelapa 1. Ini si kecil panjang: Jari telunjuk 2. Ia tukang tunjuk 1. Ini si Panjang manis: Jari tengah 2. Lebih besar dari semua 1. Ini si kecil manis: Jari manis 2. Buatkan cincin mungil 1. Yang paling kecil kita yang punya 2. Hore, Hore, jarinya bayi !
Lampiran Lirik Lagu II
1. Lompat hai katak lompat 2. Lompat ke dalam paya 3. Kalau terlalu cepat nanti dapat bahaya
Lampiran Lirik Lagu III
1. Gelang sepatu gelang 2. Gelang si rama-rama 3. Mari pulang, marilah pulang 4. Marilah pulang bersama-sama
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
132
Setelah pembelajaran di kelas dengan menggunakan program Rancangan Pembelajaran yang mengaplikasikan Gerak Irama, Guru kelas dan Guru mitrakerja secara bersama-sama melakukan: 1. Post test dengan instrumen PAC dan GPI, hasilnya dianalisis dengan cara membandingkan antara hasil Pre test dengan Post test. 2. Menyusun grafik A-B-A hasil observasi terhadap sasaran perilaku (dalam hal ini: kemampuan menuliskan angka-angka 1 sampai 10 untuk perkembangan aspek kognitif, dan kemampuan psikomotorik untuk perkembangan aspek sosial). Data informasi diperoleh dari hasil pencatatan pada recording sheet for rate data (Lihat Lampiran Instrumen) 3. Menghitung trend stability melalui analisis terhadap grafik A-B-A desain. 4. Melakukan refleksi berkaitan dengan hasil perolehan dari rancangan pembelajaran dengan aplikasi gerak irama. Refleksi bertujuan untuk meninjau apakah Rancangan Pembelajaran dilanjutkan ke Pokok/SubPokok Bahasan berikutnya, atau diulangi kembali pada Pokok/Sub-Pokok Bahasan sebelumnya.
Data informasi yang dirujuk dalam melakukan
refleksi, antara lain: Jurnal Harian, Formulir Observasi FIAC, Recording Sheet for Rate Data, Grafik A-B-A dan Hasil penghitungan Trend Stability. Formulir tersebut dapat dilihat pada Lampiran Instrumen.
Di bawah ini diambilkan sebuah contoh kegiatan-kegiatan tersebut di atas.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
133
Hasil Post Test untuk PAC: Rincian mengenai pengisian daftar cek (Check List) instrumen PAC sama seperti yang dilakukan pada saat pre test. Di bawah ini hanya disampaikan rekapitulasi dan analisis perkembangan dari masing-masing daftar cek. Rekapitulasi dan analisis hasil Post Test PAC sebagai berikut. 1. Jumlah seluruh Skor F.1 adalah 23. Rerata: 4,6. Perolehan Persentase: 76,6 %. Analisis menghasilkan data: (1) aspek fine-motor berkembang sebanyak 20 %; (2) tingkat keberadaan siwa berkembang mendekati anak dengan hendaya belajar; (3) Masih diperlukan “penghalusan” terhadap tingkat perkembangan aspek sensorimotor. 2. Jumlah seluruh skor F.2. adalah 28. Reratanya: 5,6. Perolehan Persentase: 93,3. Analisis terhadap hasil F.2, menghasilkan data : (1) terjadi peningkatan pada aspek kreativitas; (2) diperlukan peningkatan pada aspek-aspek: sensorimotor, interaksi sosial, dan berbahasa agar dapat “seimbang” dengan kemampuan aspek kreativitas; (3) dimungkinkan terjadi perubahan klasifikasi dari anak dengan hendaya perkembangan menjadi anak dengan hendaya belajar. 3. Jumlah seluruh skor F.3. adalah 24.
Reratanya sebesar 4,8.
Perolehan
Persentasenya adalah 80 %. Analisis terhadap perolehan hasil post test PAC aspek interaksi sosial sebagai berikut: (1)
Siswa bersangkutan tidak lagi
memerlukan pola-gerak berkaitan dengan interaksi sosial; (2) terjadi perubahan klasifikasi dari anak dengan hendaya perkembangan menjadi anak dengan hendaya belajar; (3) Walaupun begitu pembelajaran dengan menerapkan Gerak Irama masih perlu dilanjutkan, khususnya pada penekanan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
134
terhadap pencapaian tingkat perkembangan yang bersifat Operasional Nyata atau Operasional Konkret. 4. Jumlah seluruh skor F.4. adalah 25. Rerata diperoleh sebesar 5. Perolehan Persentasenya adalah 83,3 %. Analisis hasil perolehan Post Test pada aspek Berbahasa antara lain: (1) terjadi peningkatan terhadap aspek berbahasa; (2) terjadi perubahan klasifikasi dari anak dengan hendaya perkembangan fungsional tingkat ringan menjadi anak dengan hendaya kesulitan belajar; (3) Rancangan Pembelajaran dengan aplikasi Gerak Irama masih terus dilanjutkan agar aspek berbahasa lebih meningkat kepada kemampuan berkomunikasi yang bersifat logis dan jelas dalam pengutaraan maksud dirinya melalui bahasa lisan. Kesimpulan: Jika diperbandingkan antara hasil Pre Test dengan Post Test, terjadi peningkatan sebesar 25 %.
Ini berarti bahwa aplikasi Gerak Irama dalam
Pembelajaran terhadap anak dengan hendaya perkembangan fungsional secara signifikan sangat efektif. Lihat Tabel Perbandingan Pre dan Post Test PAC di bawah ini.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
135
Tabel 3.6. Perbandingan Hasil Pre dan Post Test PAC Perolehan F.2. F.3. F.4.
Jenis Test
F.1.
1. Post Test 2. Pre Test 3. Perbedaan masing-masing aspek: 4. Rerata Perkembangan masing-masing aspek:
23 19
28 23
24 18
25 18
100 78
25 17,5
4
5
6
7
22
5,5
13,3
16,6
20
23,3
73,2
18,3
Kesimpulan Perbedaan perolehan tsb. menunjukan terjadi peningatan sebanyak 25 % (didapat dari 2517,5 dibagi 30 kali 100%).
Hasil Post Test dengan Instrumen GPI Cara pengisian daftar cek pada instrumen GPI untuk Post Test sama dengan kegiatan yang dilakukan saat Pre Test. Diperoleh data-data sebagai bentuk contoh berikut seperti di bawah ini.
1. Hasil GPI P.III Memperoleh nilai sebesar 98. Reratanya sebesar: 3,5. Ini berarti bahwa siswa dengan hendaya perkembangan hanya sedikit memerlukan layanan khusus.
Pola gerak lebih menititikberatkan pada
aspek: gerak dasar, kemampuan persepsi, memanipulasi gerak, dan penguasaan gerak dengan alat/benda masih tetap diteruskan (Nilai rerata yang baik adalah sebesar 4). 2. Hasil
Kemampuan
Persepsi
Motorik
Kasar
(Gross
Motor),
menunjukkan jumlah perolehan sebesar 19 dengan Reratanya sebesar 3,8.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
136
Diartikan bahwa hasil Post Test aspek gross motor telah meningkat pada koordinasi mata dengan kaki dan tangan. 3. Hasil rekapitulasi Kemampuan Persepsi Gerak (Perceptual Motor Skills) diperoleh jumlah sebesar 218,
reratanya sebesar 3,8 Terlihat
adanya peningkatan pada jenis kemampuan : koordinasi mata-tangan, memadukan gambar, mengenali benda-benda padat melalui sentuhan, memahami posisi tempat hubungan dengan pola ruang dan daerah penglihatan-gerak fine-motor.
Kemampuan konsep gerak tubuh dalam
memahami posisi tempat, dan fine-motor penglihatan meningkat dari hasil rerata pre test sebesar 1,7 dan 1,2 menjadi 2,5 dan 2,2 pada post test. 4. Hasil observasi terhadap ADL diperoleh nilai jumlah seluruh kegiatan adalah 209 dengan reratanya sebesar 5,1. Terjadi peningkatan pada kemampuan makan dan berpakaian (semula 2,3 dan 2,7 pada pre test menjadi 3,1 dan 3,6 pada post test). Dengan kata lain bahwa pola-gerak yang diterapkan dalam pembelajaran sangat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan-antara. 5. Kesimpulan: Telah terjadi peningkatan dalam kemampuan psikomotor dari siswa dengan hendaya perkembangan fungsional, seperti yang terlihat pada Tabel 3.7. di bawah ini. Namun perlu diteruskan kembali pengaplikasian Gerak Irama dalam pembelajaran terhadap anak dengan hendaya perkembangan. Hal ini dimaksudkan agar sasaran perilaku (behavior target) dapat tercapai sebagai sasaran akhir atau annual goals. Sasaran perilaku disini adalah: (1) Aspek Kognitif: Kemampuan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
137
menuliskan angka-angka 1 sampai 10; (2) Aspek Sosial: Kemampuan Psikomotorik. Tabel 3.7. Hasil Perolehan Pre Test dan Post Test GPI Jenis Test
GPI P.III
Perolehan Rerata Gross- Persepsi
ADL
Kesimpulan
motor
Gerak 1. 2.
Post Test Pre Test
3,5 3,07
3,8 2,4
3,8 3,1
5,1 3,1
3. Perbedaan Nilai
0,43
1,4
0,7
2
Secara signifikan terjadi peningkatan, namun masih perlu diteruskan program pembelajaran dengan aplikasi Gerak Irama agar tercapai tujuan akhir (annual goals).
Hasil Pencatatan Behavior Target dalam Recording Sheet for Rate data: Selama proses pembelajaran berlangsung terhadap anak dengan hendaya perkembangan fungsional, selama itu pula dilakukan pencatatan behavior target (sasaran perilaku) yang muncul. Guna mengetahui keberhasilan perkembangan stabilitas dari sasaran perilaku siswa bersangkutan, maka dilakukan 16 kali pertemuan pembelajaran.
Empat pertemuan awal dipakai untuk Baseline-1,
delapan pertemuan dipakai sebagai Treatment, dan empat pertemuan sisanya dipakai
sebagai
Baseline-2.
Baseline-1
dan
Baseline-2
pertemuan
pembelajarannya tidak menggunakan aplikasi pola-gerak, tetapi periode Treatment dipergunakan Rancangan Pembelajaran dengan mengaplikasikan Gerak-Irama yang menitikberatkan pada pola-pola gerak yang mampu menghilangkan/ atau sedikitnya menurunkan gerak psikomotor yang kurang sempurna.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
138
Di bawah ini diberikan suatu contoh hasil pencatatan perilaku sasaran yang muncul kemudian dipindahkan ke format recording sheet for rate data. Hasil pencatatan tersebut adalah sebagai berikut. FORMULIR PENCATATAN TARGET BEHAVIOR UNTUK PENGEMBANGAN PERILAKU BELAJAR (Recording Sheet for Rate Data Model A–B-A Design - SSR) Nama Siswa: ……”x”………………………… Perilaku Sasaran (Target behavior):
Kelas: …II…………… Nama Guru Kelas: “PQRS”
1. Menuliskan angka-angka 1-10 2. Kemampuan psikomotorik.
MataPelajaran/Kegiatan Tema: Matematika Jadwal KBM: 7.30 s.d. 8.30 Untuk sasaran perilaku pertama: Menuliskan angka-angka 1 sampai 10. Tanggal Pengamatan
W a k t u: Diawali Diakhiri Jumlah
Frekuensi
Nilai/ Rate:
(Dengan Tally)
(Nilai=F/Jml.Waktu)
5/30 = 0,16 6/30 = 0,2 5/30 = 0,16 4/30 = 0,13
Waktu 3 Maret 2006 5 Maret 2006 10 Maret 2006 13 Maret 2006
7.30 8.00 7.30 8.00
8.00 8.30 8.00 8.30
30 menit 30 menit 30 menit 30 menit
Iiiii = 5 Iiiii = 6 Iiiii= 5 Iiii = 4
16 Maret 2006 19 Maret 2006 24 Maret 2006 30 Maret 2006 4 April 2006 7 April 2006 11 April 2006
7.30 8.00 8.00 8.00 7.30 7.30 8.00
8.00 8.30 8.30 8.30 8.00 8.00 8.30
30 menit 30 m3nit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit
14 April 2006
7.30
8.00
30 menit
Iiiiii = 6 Iiiiiii = 7 Iiiiiiii = 8 Iiiiiiii = 8 Iiiiiiiiii= 10 Iiiiiiiiiiii= 12 Iiiiiiiiiiiiii = 14 Iiiiiiiiii iiiiiiiiii i= 21
18 April 2006 21 April 2006 25 April 2006 29 April 2006
7.30 8.00 7.30 8.00
8.00 8.30 8.00 8.30
30 menit 30 menit 30 menit 30 menit
Iiiii = 4 Iiiiiii = 7 Iiiiiiiiii=10 Iiiiiiiiii iiiiiiii= 18
6/30 = 0,2 7/30 = 0,23 8/30 = 0,26 8/30 = 0,26 10/30 = 0,33 12/30 = 0,4 14/30 = 0,46 21/30 = 0.7
5/30 = 0,13 7/30 = 0,23 10/30 = 0,33 18/30 = 0,6
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
139
Untuk sasaran perilaku kedua: Kemampuan psikomotorik. Tanggal
W a k t u:
Pengamatan
Diawali Diakhiri Jumlah
Frekuensi
Nilai/ Rate:
(Dengan Tally)
(Nilai=F/Jml.Waktu)
4/30 = 0,13 5/30 = 0,16 5/30 = 0,16 4/30 = 0,13
Waktu 3 Maret 2006 5 Maret 2006 10 Maret 2006 13 Maret 2006
7.30 8.00 7.30 8.00
8.00 8.30 8.00 8.30
30 menit 30 menit 30 menit 30 menit
Iiii = 4 Iiii = 5 Iiiii= 5 Iiii = 4
16 Maret 2006 19 Maret 2006 24 Maret 2006 30 Maret 2006 4 April 2006 7 April 2006 11 April 2006 14 April 2006
7.30 8.00 8.00 8.00 7.30 7.30 8.00 7.30
8.00 8.30 8.30 8.30 8.00 8.00 8.30 8.00
30 menit 30 m3nit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit 30 menit
Iiiiii = 6 Iiiiii = 6 Iiiiiiii = 8 Iiiiiiii = 8 Iiiiiiiiii= 10 Iiiiiiiiiii= 10 Iiiiiiiiiiii = 12 Iiiiiiiiiiiiiiiiii = 18
18 April 2006 21 April 2006 25 April 2006 29 April 2006
7.30 8.00 7.30 8.00
8.00 8.30 8.00 8.30
30 menit 30 menit 30 menit 30 menit
Iiiii = 4 Iiiiiiiiii = 10 Iiiiiiiiii=10 Iiiiiiiiii iiiiiiii = 18
6/30 = 0,2 6/30 = 0,2 8/30 = 0,26 8/30 = 0,26 10/30= 0,4 10/30= 0,4 12/30= 0,4 18/30= 0.43
6/30 = 0,13 10/30 = 0,33 10/30 = 0,33 18/30 = 0,6
Dipetakan untuk pembuatan grafik A-B-A ( Rate dihitung dengan persepuluhan) menjadi:
SESSI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
I
2
2
2
1
2
2
3
3
3
4
5
7
1
2
3
6
II
1
2
2
1
2
2
3
3
4
4
4
6
1
3
3
6
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
140
Analisis Grafik A-B-A dan Perhitungan Trend Stability Grafik A - B – A
Grafik Aspek Kognisi
Rate
8
Baseline 1
Treatment
Baseline 2
6 4 2 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12
13 14
15 16
Sessi
Keterangan : Aspek Kognisi menuliskan angka-angka 1 sampai 10
Grafik Perkembangan Psikomotorik Baseline 1
Rate
8
Treatment
Baseline 2
6 4 2 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16
Sessi
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
141
Analisis Grafik A-B-A dan Perhitungan Trend Stability Perhitungan Analisis Data Hasil Baseline-1, Treatment dan Baseline-2 Subjek “x” (I. Aspek Kognitif ) 1. Trend stability a. Baseline –1: -
Nilai tertinggi X kriteria : 2 X 0,15 = 0,3
-
Mean level: 7:4 = 1,7
-
Batas atas : 1,7 + 0,3 = 2
-
Batas bawah: 1,7 – 0,3 = 1,4
Trend stability : 0:4 = 0% (Variable) b. Treatment -
Nilai tertinggi X kriteria : 7 X 0,15 = 1,05.
-
Mean Level : 29 : 8 = 3,625
-
Batas atas : 3,625+ 1,05 = 4,675
-
Batas bawah: 3,625 – 1,05 = 2,575
Trend stability : 4 : 8 = 50 % (Variable) d. Baseline-2 -
Nilai tertinggi X kriteria: 6 X 0,15 = 0,9
-
Mean level : 12 : 4 = 3
-
Batas atas : 3 + 0,9 = 3,9
-
Batas bawah: 3 – 0,45 = 2,1
Trend stability: 4 : 4 =100 % (Constant) 2. Level stability and Range A-1
B
A-2
Variabel
Variabel
Constant
1–2
2–7
1 –6
3. Level Change A-1 B 2 –1 7 –2 ________ _______ (+1) (+5) 3. Change in Level = 1–2 _____ (-1)
A-2 6–1 _______ (+5)
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
142
Subjek: “x”. (Aspek Psikomotorik ) 1. Trend Stability a. Baseline - 1 - Nilai Tertinggi X Kriteria : 2 X 0,15 = 0,30 - Mean Level : 6 : 4 = 1,5 - Batas atas : 1,5 + 0,3 = 1,8 - Batas bawah: 1,5 – 0,3 = 1,2 Trend stability : 0 : 4 = 0 % (Variable) b. Treatment - Nilai tertinggi X kriteria : 6 X 0,15 = 0,9 - Mean Level : 24 : 8 = 3 - Batas atas : 3 + 0,9 = 3,9 - Batas bawah: 3 – 0,9 = 2,1 Trend Stability : 3 : 8 = 37,5 % (Variable) c. Baseline-2 - Nilai tertinggi X kriteria: 6 X 0,15 = 0,9 - Mean Level : 13 : 4 = 3,25 - Batas atas : 3,25 + 0,9 = 4,15 - Batas bawah: 3,25 – 0,9 = 2,35 Trend Stability : 4 : 4 = 100 %. (Constant) 2. Level stability and Range: A-1 Variabel 1–2
B Variabel 2–6
A-2 Constant 1-6
3. Level Change: A-1 2 –1 _______ (+1)
B 6–2 _______ (+4)
A-2 6–1 _________ (+5)
4. Change in Level : 1–2 ______ (-1)
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
143
Tabel 3.8 Within Condition Analysis Format (Format Hasil Analisis Data untuk Baseline-1, Treatment dan Baseline-2) Aspek Kognitif “x”
Kode Nama Condition (in sequence)
A-1
B
A-2
4
8
4
Variable
Variable
Constant
Variable
Variable
Constant
Range
1-2
2-7
1-6
6. Level Change
2-1
7-2
6-1
(+1)
(+5)
(+5)
1. Condition Length 2. Estimate of Trend Direct 3. Trend Stability 4. Data Path Within Trend
5. Level Stability and
Tabel 3.9. Between Adjacent Analysis Format (Format Hasil Analisis Data untuk Baseline-1, Treatment, dan Baseline-2) Aspek Kognitif Kode Nama
„x“
Condition Comparisons
A-1 B A-2
1. Number of Variable Change
2
2. Change in Trend Direction & Effect
3. Change in Trend stability 4. Change in Level
Positif Variable to Variable and Variable to Constant
5. Level Change
6. Percentage of Overlap
1-2
7-1
(-1)
(+5) -
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
144
Tabel 3.10 Within Condition Analysis Format (Format Hasil Analisis Data untuk Baseline-1, Treatment dan Baseline-2) Aspek Psikomotor “x”
Kode Nama Condition (in sequence)
A-1
B
A-2
4
8
4
Variable
Variable
Constant
Variable
Variable
Constant
Range
1-2
2-6
1-6
6. Level Change
2-1
6-2
6-1
(+1)
(+4)
(+5)
1. Condition Length 2. Estimate of Trend Direct 3. Trend Stability 4. Data Path Within Trend
5. Level Stability and
Tabel 3.11. Between Adjacent Analysis Format (Format Hasil Analisis Data untuk Baseline-1, Treatment, dan Baseline-2) Aspek Psikomotorik Kode Nama
„x“
Condition Comparisons
A-1 B A-2
1. Number of Variable Change
2
2. Change in Trend Direction & Effect
3. Change in Trend stability 4. Change in Level
Positif Variable to variable and Variable to Constant
5. Level Change
6. Percentage of Overlap
1-2
6-1
(-1)
(+5) -
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
145
Kesimpulan dari kegiatan pembelajaran: 1. Pembelajaran dengan mengaplikasikan Gerak Irama bagi siswa dengan hendaya perkembangan ternyata hasilnya sangat positif. Diartikan positif adalah terjadi perkembangan signifikan pada aspek kognitif dan psikomotorik. Analisis data terhadap trend stability dan perbandingan Pre dan Post Test, menunjukkan data: (1) untuk aspek kognitif maupun psikomotorik, perbedaan antara Baseline-2 (setelah pembelajaran dengan intervensi gerak irama) dan Baseline-1 (sebelum dilakukan pembelajaran dengan intervensi gerak irama) menunjukkan perkembangan dari 0 % (Variable) ke 100% (Constant); (2) terjadi peningkatan pada hasil post test dibandingkan dengan hasil pre test baik pada instrumen PAC (aspek kognitif), maupun GPI (aspek psikomotor) dapat dilihat pada Tabel 4.5 (PAC) dan Tabel 4.6 (GPI). 2. Peranan asesment dari sisi aspek kognitif dan psikomotor sangat membantu dalam penyusunan rancangan pembelajaran yang mengaplikasikan gerak irama, karena intervensi berupa pola-gerak berdasarkan atas temuan “keberadaan” siswa bersangkutan, sehingga dapat dipakai sebagai informasi penting bagi acuan suatu program untuk anak dengan hendaya perkembangan fungsional. 3. Evaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar terhadap sasaran perilaku siswa dengan menggunakan recording sheet for rate data, sangat membantu dalam penyusunan grafik A-B-A desain.
Analisis terhadap grafik A-B-A
merupakan bentuk penghitungan stabilitas perkembangan dari suatu perilaku
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
146
sasaran siswa (target behavior).
Stabilitas perkembangan merupakan
indikator utama tentang maju atau tidaknya pembelajaran (secara objektif) yang diterapkan kepada siswa dengan hendaya perkembangan fungsional, sehingga guru kelas dan mitra-kerja (sebagai observer) dapat mengambil keputusan secara objektif melalui data empirik tentang berhasil atau tidaknya suatu program. 4. Kegiatan refleksi sangat membantu sekali dalam pengambilan keputusan tentang berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran yang mengaplikasikan gerak-irama.
Jadi refleksi setelah usai kegiatan belajar-mengajar sangat
penting dan dianjurkan untuk dilakukan.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
147
Rangkuman 1.
Anak-anak “tunagrahita”) impairment.
dengan
hendaya
diambil
dari
perkembangan kata-kata:
(dikenal
children
with
dengan
nama
developmental
Kata impairment diartikan sebagai hendaya atau penurunan
kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American Heritage Dictionary, 1982:644; Maslim, R., 2000:119). Hendaya perkembangan mengacu kepada suatu kondisi tertentu berkaitan dengan masalah pada kasus-kasus yang berbeda.
Kasus-kasus
disebabkan oleh adanya kemunduran fungsi otak sejak masa kanak-kanak usia dini (Alloy, et al., 2005:480; Ashman & Elkins, 1994:458; Greenspans dalam Smith, et al., 2002:60; dan Jacobson & Mulick, 1996 dalam Smith, et al., 2002:61). 2. Menurut Parsons (dalam Cohen & Manion, 1994:118) anak dengan hendaya perkembangan termasuk ke dalam low achievers yang memerlukan pembelajaran secara individu (individualized education program) karena mereka mengalami kesulitan dalam aspek: sensorimotor, kreativitas, interaksi sosial, dan berbahasa. Tingkat pencapaian belajar model Parsons terdiri atas tiga komponen, yaitu: high achievers, average achievers, dan low achievers. 3. Beberapa anak dengan hendaya perkembangan fungsional mempunyai hendaya penyerta (secondary impairment) seperti: autism, hiperaktif, kesulitan belajar, lamban belajar, gangguan emosional, kesulitan berbicara dan bahasa, kesulitan sensori (khususnya dalam hendaya visual), suka kejang-kejang (convulsive disorder), kelainan perilaku, dan emosional (Smith, et al., 2002:265). Oleh sebab itu maka pola pembelajaran individual (individualized education
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
148
program) hendaknya dibuat dengan memasukkan intervensi khusus melalui pola-gerak (body movement) yang tertuju pada perilaku sasaran (target behavior). Perilaku sasaran merupakan tujuan pembelajaran yang ditetapkan untuk dicapai saat penyusunan program, baik sebagai sasaran antara (terminal objective) dalam semester maupun sasaran utama (annual goals) pada akhir tahun. 4. Dari beberapa penelitian di beberapa SLB-C daerah Kota dan Kabupaten wilayah Bandung ditemukan temuan bahwa anak dengan hendaya perkembangan fungsional masih belum mencapai target efektivitas optimal pendidikan sesuai dengan kurikulum (yang telah ditentukan sebesar 75 %), karena hasil penelitian menunjukkan perolehan angka reratanya berkisar: 41,7 % (1998), 66,5 % (2001), 64 % (2002), dan 59,7 % (2004) (Delphie, B.: 1998, 2001, 2002 dan 2004). 5. Berdasarkan definisi AAMR (Luckasson, 1992) tentang anak dengan hendaya perkembangan
fungsional
yang
berbunyi:
“Anak
dengan
hendaya
perkembangan mengacu kepada adanya keterbatasan dalam perkembangan fungsional.
Hal ini menunjukkan adanya signifikansi karakteristik fungsi
intelektual yang berada di bawah normal, bersamaan dengan kemunculan dua atau lebih ketidaksesuaian dalam aspek keterampilan penyesuaian diri meliputi: komunikasi, bina-diri, kehidupan di rumah, keterampilan sosial, penggunaan fasilitas lingkungan, mengatur diri, kesehatan dan keselamatan diri, keberfungsian akademik, mengatur waktu luang, dan bekerja. Keadaan seperti itu secara nyata berlangsung sebelum usia 18 tahun”. Dari definisi tersebut maka implikasi terhadap prosedur pemberian layanan terhadap anak
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
149
dengan hendaya perkembangan terdapat tiga langkah kegiatan: mendiagnosis, mengklasifikasi, dan mengidentifikasi. 6. Menurut Patton (1986:84), anak dengan hendaya perkembangan mempunyai pola perkembangan perilaku yang tidak sesuai dengan kemampuan potensialnya.
Selain itu mereka berkecenderungan sangat tinggi untuk
melakukan tindakan yang salah (high expectancy for faikure) (lihat juga: Hallahan & Kauffman, 1986:64; dan Smith, et al., 2002:243). 7. Pendekatan pembelajaran yang mengaplikasikan gerak irama (body movement) terhadap anak dengan hendaya perkembangan dapat dilakukan dengan caracara berikut. a. Psikososial, intervensi fisik, dan pemberian tugas-tugas kegiatan yang tidak menyimpang dengan keterampilan-keterampilan fungsional yang ada dalam kurikulum (Smith, et al., 2002:216). b. Menggunakan metoda perilaku kognitif (cognitive-behavioral methods) dengan fokus pada upaya peningkatan daya ingatan (memory) karena mereka umumnya mempunyai defisit atensi (deficits in attention) (Ashman & Elkins, 1994:461). c. Menerapkan
model
program
pembelajaran
secara
alami
guna
meningkatkan kompetensi siswa (Smith, et al., 2002:265). d. Pendekatan yang lebih komprehensif (more comprehensive approach) dapat diterapkan pada anak dengan hendaya perkembangan yang mempunyai hendaya penyerta (secondary impairment) (Smith, et al., 2002:265).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
150
DAFTAR RUJUKAN (BAB III)
Alloy, L. B., Riskino, J.H., Manos, M., J. (2005). Abnormal Psychology. Boston, New York: The McGraw-Hill Companies Inc. Ashman, A & Elkins, J. (1994). Educating Children with Special Needs. New York: Prentice Hall. Berube, M.,S., Neely, D.J., DeVinne, P.B. (1982). The American Heritage Dictionary. Boston: Houghton Mifflin Company. Cohen,L. & Manion, L., (1994). Research Methods in Education. London: Routledge. Delphie, B. (2004).Bimbingan Perkembangan Perilaku Adaptif Siswa Tunagrahita Dengan Memanfaatkan Permainan Terapeutik dalam Pembelajaran. Disertasi pada PPs. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Tidak diterbitkan. ___________ (2005). Bimbingan Perilaku Adaptif. Malang: Elang Mas ___________ (2005). Program Pembelajaran Individual Berbasis Gerak Irama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. ____________(2005). Bimbingan Konseling untuk Perilaku Non-Adaptif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy ____________ (2002). Model Pengembangan Kemampuan Guru SLB-C (Sekolah Luar Biasa Tunagrahita) dalam Melakukan Assessment di Wilayah Bandung. Laporan Penelitian Dosen Muda. Bandung Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. ____________ (2002). Penggunaan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Perilaku Adaptif Siswa Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita. Laporan Hibah Penelitian dalam Rangka Implementasi Program DUE Like UPI Tahun 2002/ 2003. Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1991dan 1986). Exceptional Children, Introduction to Special Education. Fifth Edition Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice Hal Inc. Kauffman, J.M., & Hallahan, D.P. (2005). Special Education: What It is and Why We Need It. Boston: Allyn and Bacon.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
151
Kelly, L. J. & Vergason, G. A. (1978). Dictionary of Special Education and Rehabilitation. Denver, Colorado: Love Publishing Company. Lewis, V. (2003). Development and Disability. Second Edition. Malden, USA: Blackwell Publishers Ltd. Maslim, R. (2000). Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJI – III. Jakarta: Universitas Indonesia. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Patton, J.R., and Smith, M.B. (1986). Mental Retardation. Second Edition. Columbus, Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company, A bell & Howell Company. Reynolds, C.D. & Mann, L. (1987). Encyclopedia of Special Education: A Reference for the Educational of Handicapped and Other Exceptional Children and Adults.V2.New York: A WilleyInterscience Publication. Smith, M.B., Ittenbach, R.F. & Patton, J.R. (2002).Mental Retardation. New Jersey: Pearson Education Inc. Schloss, P.J. (1984). Social Development of Handicapped Children and Adolescents. Rockville, Maryland: An Aspen Publication. Semiawan, C.R. (1999). Pendidfikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
152
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
153
Lampiran I.
Play Assessment Chart Instrumen Asesmen Fungsional Siswa Petunjuk Penggunaan: Play Assessment Chart merupakan alat assesmen yang dibuat khusus untuk digunakan oleh guru-guru pendidikan luar biasa (special education teachers) yang mengajar di Taman Kanak-kanak Luar Biasa atau Umum, Sekolah Luar Biasa/ Umum tingkat sekolah dasar, Sekolah Luar Biasa/ Umum tingkat SLTP, dan Lembaga Rehabilitasi Khusus. Instrumen asesmen ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan fungsional dari setiap siswa yang mempunyai hendaya perkembangan mental, emosional, sosial dan intelektual (antara lain: siswa tunagrahita, siswa lambat belajar dan sejenisnya). Melalui stimulasi daerah fungsional seperti: keterampilan sensori/motor (sensory/motor skills), keterampilan berbahasa secara konseptual (language conceptual skills), Interaksi sosial (social interaction), Kemampuan membangun dan kreativitas (constructional ability and creativity) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan potensial diri anak yang mempunyai hendaya atau hambatan perkembangan dalam: mental, emosi, sosial, dan intelektual kearah perilaku adaptif yang lebih baik melalui pola permainan. Instrumen assesmen ini mempunyai “Lembaran registrasi” terdiri atas 3 bagian, yaitu: (1). Lembar registrasi Biodata Siswa dan tanggal pencatatan/ Perkembangan Kemajuan siswa yang baru, sesudah dilakukan terapi permainan; (2). Lingkaran registrasi, dimana item-item yang ada pada checklist pernyataan (F.1; F.2; F.3; F.4) telah diobservasi oleh guru luar biasa dapat dimasukkan sesuai dengan nomernya; (3) Checklist Pernyataan tentang Informasi khusus secara umum tentang anak yang berkaitan erat dengan keterampilan, minat dan kesulitan-kesulitan dalam bermain yang harus diobservasi oleh guru luar biasa. Saat guru luar biasa melakukan pengisian lembar-registrasi sangat disarankan untuk dapat bekerjasama dengan anak, orangtua, dan orang-orang yang dianggap ahli menangani anak luar biasa seperti: psychologist dan psychoterapist. Ide lingkaran registrasi diambil dari “Progress Assessment Chart” dari H.C. Ginsburg, Sedangkan pembagian lingkaran ke dalam empat bagian, yang disebut sebagai “daerah fungsional” berupa: Sensory/motor skills, Language/concept skills, social interaction, constructional ability and creativity masih dibagi lagi ke dalam lima tingkat pencapaian perkembangan seorang anak untuk mampu melakukan permainan -- dengan diberi kode: a, ab, b, c, d -- diambil dari teori Jean Piaget mengenai tingkat perkembangan fungsional anak (aspek kognitif dari : Sensorimotor, Masa Transisi, Masa Pra-Operasional, Masa Opersaional Konkret, Masa Operasional Nyata). Daerah fungsional mempunyai enam bagian untuk setiap tingkatannya, sehingga keseluruhannya berjumlah 120 item yang harus diamati dan dicatat dalam lingkaran registrasi, dalam interval waktu yang tetap (atau selama kurang lebih lima menit per itemnya). Usahakan pengamatan dan pencatatan dilakukan secara teliti dan berurutan jangan sampai ada yang tertinggal. Pencatatan pada kolom pernyataan tentang informasi khusus, yaitu F1, F2, F3, F4 dilakukan dengan memberikan skor berupa angka 1 (satu), jika pernyataan yang ada di sebelah kiri dilakukan oleh anak yang bersangkutan. Anga 0 (nol), jika pernyataan yang ada disebelah kiri tidak dilakukan oleh anak yang bersangkutan. Setiap item pernyataan (a, ab, b, c, d) skornya dijumlahkan. Jumlah seluruh skor dan data yang diperoleh dipetakan pada lingkaran registrasi Bagan Asesmen Terapai Permainan (PAC).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
154
PLAY ASSESSMENT CHART BIODATA SISWA Nama Sekolah : ................. 1. Nama Siswa : ................................................ ......................................................... Alamat Sekolah : ................... 2. Tempat/Tgl. Lahir : .................................... ................................................ 3. Jenis Kelamin : L / W ................................................ 4. Skor IQ : ............................ Siswa duduk di kelas: .......... 5. Umur Mental (MA) : ............. Nama Guru Kelas : 6. Nama Ayah / Ibu siswa: ............................................... ............................
/ .................................
........................................................................... ........................................................ ........... Tanggal Perkembangan Baru Tanggal Perkembangan Tanggal pencatatan awal: Baru yang ada Pencatatan yang ada 7. Pencatatan Alamat : ................................................................ 1.
5.
........................................................ .
........................................................................... 66 .......... 2.
6
Telpon: ................................................
3.
7.
4.
8.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
155
BAGAN ASESMEN
103
c
102
54 77
100 76
99
75
53
28
51
27
30
26 98
51
97
50
56 32 31
ab a
8
7
81
82
57
58
33
34
9
10
107 108
83 59 35 11
d
84 60
c
36
12
6
29
52
74
55
b
78 101
80
79
d
106
105
104
b
85
ab a
61 37
13
5
38
14 15
4 3
1
18
41
64
87
88
65
a 42 19 ab 49 23 22 21 20 66 ab 43 73 48 47 44 b b 46 45 90 67 c c 72 71 68 96 70 69 d 91 d 95 94 93 92 120 115 119 116 118 117 25
a
62
40
110
86
39 63
16 17
2
109
89
24
114
Cara Pengisian Bagan Asesmen: (Dihitamkan dengan pinsil/ diaransir) Keterampilan anak yang memperlihatkan kondisi Yang dapat ia lakukan secara wajar (Tetap dikosongkan/ tidak diwarnai) Jika anak yang bersangkutan tidak mampu melakukan kondisi yang diterapkan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
113
111
112
156
F. 1. Kode/ Nomer a. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
CHECKLIST KETERAMPILAN SENSORI MOTOR PERILAKU
SKOR ……
Menoleh setelah mendengar suara (sesuai dengan umur mental) Bola mata bergerak mengikuti benda yang digerakkan Meraih benda yang dapat bergerak Menengadahkan kepala pada posisi tiarap Duduk tanpa sandaran Merangkak dari satu tempat ke tempat lain Jumlah Skor (a):
….....
ab. 25. 26. 27. 28. 29. 30. b. 49. 50. 51. 52. 53. 54. c. 73. 74. 75. 76. 77. 78.
…… …… …… …… ……
Mengenali lagu atau nyanyian yang didengarnya Menempelkan gambar pada papan gambar Membuka sekerup yang ada pada sebuah mainan Meletakkan bagian pada mainan bongkar-pasang sesuai dengan tempatnya, sedikitnya 3 buah Bermain di pasir dengan ember dan sekop Berjalan rapih pada tempat yang rata Jumlah Skor (ab):
…… …… ........... …… …… ……
Mengenali suara yang nyaring Membuat gambar bujur-sangkar Memotong selembar kertas menjadi bagian-bagian yang kecil Bermain teka-teki sekurang-kurangnya enam bagian Berayun tanpa bantuan orang lain Mengendarai sepeda roda tiga Jumlah Skor (b):
…… …… …… …… …… ......
Mengenali suara binatang dari sebuah rekaman /tape recorder Membuat gambar segitiga Memotong gambar sesuai alur bentuknya Bermain teka-teki, sedikitnya 16 bagian Meloncat-loncat dengan tali karet gelang Berjalan seimbang sepanjang tepi ubin
… … … … … …
Jumlah Skor (c): d. 97. 98. 99. 100. 101. 102.
…… Mengenali bunyi pertama dari sebuah kata yang ia dengar Memegang pensil dengan cara yang benar Memotong sebuah angka dengan tepat sesuai bentuknya Mengumpulkan benda kesukaannya (misalnya: perangko, gambar anak) Berenang Mengendarai sepeda roda dua Jumlah Skor (d):
…… …… ......... …… ……
Jumlah seluruh skor F.1. = .......................
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
157
F2. Kode/No a.7. 8. 9. 10. 11. 12. ab. 31. 32. 33. 34. 35. 36. b. 55. 56. 57. 58. 59. 60. c. 79. 80. 81. 82. 83. 84. d. 103. 104. 105. 106. 107. 108.
CHECKLIST KETERAMPILAN KREATIVITAS PERILAKU
SKOR ......... …… ……
Menunjukkan minat yang tetap kepada benda-mainan Menunjukkan minat yang tetap pada lagu/musik Dapat memasukkan benda ke mulut Menyelidiki sesuatu dengan cara : melihat, mendengar, menyentuh, memutar, dan lainnya. Menemukan mainan yang disembunyikan, dalam waktu singkat Menyukai sosio-drama, yang membuat orang lain tertawa Jumlah Skor (a): Menulis dengan pensil Mengikuti alunan musik dengan gerakan tubuh ......... Menyusun menara dengan 4-5 buah balok …… Meletakkan 3-4 balok besar serempak, contoh:”duplo-logo” …… Mencari mainan yang baru saja disembunyikan dengan cepat Bermain dengan binatang peliharaan Jumlah Skor (ab):…… …... Pernah melakukan kegiatan melukis dan mewarnai Bergerak mengikuti irama ....... Membangun sebuah bentuk berdasarkan bahan yang telah tersedia …… Menciptakan sendiri lagu-lagu yang lucu Menyatakan keinginan pada hari ulang tahun / hari-hari besar … Suka berpakaian dengan gaya yang lucu ......... Jumlah Skor (b):..... ….. Menggambar sesuatu yang mirip bendanya Menari bebas diiringi musik ....... Membangun bentuk dengan balok-kecil, contoh: “lego” ....... Suka mendengarkan suara yang berirama ....... Melakukan permainan imajinatif ........ Suka berlagak …… Jumlah Skor (c):….... ........ Menggambar / melukis pada waktu-waktu senggang Bermain musik, menyanyi, menari di waktu senggang ....... Membuat pekerjaan tangan di waktu senggang ....... Bermain bersama dengan binatang peliharaan di waktu senggang ....... Berpartisipasi aktif dalam bermain atau bercanda ....... Tertarik pada drama yang menggunakan boneka/ golek/ wayang ....... Jumlah Skor (d):.........
Jumlah seluruh skor F.2. = …………………….
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
158
F. 3
Kode /No. a.13. 14. 15. 16. 17. 18. ab.37 38. 39. 40. 41. 42. b. 61. 62. 63. 64. 65. 66. c. 85. 86. 87. 88. 89. 90. d.109 110. 111. 112. 113. 114.
CHECKLIST KETERAMPILAN INTERAKSI SOSIAL
PERILAKU
SKOR
Menampilkan wajah dengan tersenyum Membalas senyuman Tertarik pada bayangan sendiri dalam cermin Menunjukkan miliknya kepada orang lain Bermain “Ci Luk Ba !” Menonton anak-anak lain yang sedang bermain Jumlah Skor (a): Berpura-pura menjadi: seekor singa, mobil, dan sebagainya Bermain bola dengan anak remaja Membuat mainan sesuai dengan petunjuk Bermain : “mengambil dan menerima” Tetap bermain ketika ayah/ibu tidak ada Bermain sendiri dan tidak tergantung pada orang lain Jumlah Skor (ab): Berbicara seperti seorang ayah/ ibu Mengikuti permainan sederhana sesuai aturan, misalnya: menunggu giliran Mengetahui perbedaan mainannya dengan mainan anak lain Meminjamkan mainannya kepada anak lain Ketika bermain, menirukan perilaku anak remaja Bermain boneka sesama teman dengan baik Jumlah Skor (b): Mengambil peran , sesuai aturan, dalam kelompok bermain Mengikuti permainan ”jual-beli” sesuai dengan aturan Mengambil bagian dalam permainan, seperti “sembunyi dan mencari” Bermain kartu, contohnya: “Black-Jack” Senang bermain dengan teman sebaya, daripada orang dewasa Membantu pekerjaan sehari-hari di rumah Jumlah Skor (c): Mengambil peran-peran berbeda dalam “bermain peran” (role playing) Mengikuti permainan, seperti “monopoli” sesuai dengan aturan Bekerjasama dalam kelompok, sekurang-kurangnya 4 pasang Berpartisipasi aktif dalam permainan beregu, misalnya : sepakbola Turut aktif dalam diskusi Berpartisipasi dalam organisasi sosial sekolah, misalnya: Pramuka Jumlah Skor (d):
…...... …… …… …… …… …… …… …… …… …… .......... …… …… …… …… …… …...... …… …… …… …… …… .......... .......... …….. .......... …… …… ……
Jumlah seluruh skor F.3. = .............
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
159
F. 4.
CHECKLIST KETERAMPILAN BERBAHASA SECARA KONSEPTUAL
Kode/ No. a.19. 20. 21. 22. 23. 24. ab. 43. 44. 45. 46. 47. 48. b. 67. 68. 69. 70. 71. 72. c. 91. 92. 93. 94. 95. 96. d. 115. 116. 117. 118. 119. 120.
PERILAKU
SKOR
Mengenali suara orang yang berada disekitarnya Dapat meraban / mengoceh Bereaksi langsung bila disebut namanya Bereaksi bila mendengar kata-kata “Ayah pulang !” Mencoba meniru bicara ( tekanan, kata-kata atau gerak tubuh orang yang berbicara) Menyukai gambar yang sederhana dalam buku-bacaan Jumlah Skor (a): Bertanya “Apakah ini?”( dengan suara / gerak tubuh) Berkata : “Ibu” atau “Ayah” Menyebutkan namanya sendiri Mengerti makna kata-kata: “Tunjukkan hidungmu!” Dapat menggunakan konsep tentang besar / kecil Menyukai cerita dalam buku pelajaran Jumlah Skor (ab): Bertanya: „Apa gunanya ini?‟ Menceritakan kisah dari sebuah gambar Menyebutkan warna, sekurang-kurangnya 4 macam Mengerti terhadap kata-kata: “Dimana mainanmu ?” (untuk Pria) / “Dimana boneka kesayanganmu?‟ (untuk wanita). Menggunakan konsep-konsep, misalnya beberapa / tak satupun Menyukai cerita Jumlah Skor (b): Bertanya: “Mengapa ini semua terjadi?” Menjawab pertanyaan : “Apakah apel itu ?” Mengenal tulisan nama sendiri Menceritakan pengalamannya (dengan gerak tubuh / lisan) Dapat menggunakan konsep : pertama / terakhir Suka mendengarkan cerita anak Jumlah Skor (c): Membaca kata-kata sederhana Membaca buku pelajaran sederhana Menulis namanya sendiri Menuliskan makna suatu gambar Menulis surat Membaca lantang sajak atau cerita Jumlah Skor (d):
............... ………… ………… ………… ……… ……… .............. ………… …… ………… ………… ………… ………… ………… ………… .............. ………… ………… ............... ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …………
Jumlah seluruh skor F.4. = .................................. CACATATAN Untuk F.1 s.d F.4 : Pencatatan pada kolom “SKOR” dilakukan dengan memberikan ANGKA: “SATU” (jika pernyataan yang ada di sebelah kiri dilakukan oleh anak ybs.) “NOL” (Jika pernyataan yang ada di sebelah kiri tidak dilakukan oleh anak ybs.).
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
160
Lampiran II.
PETUNJUK PEMAKAIAN ASESMEN GPI (Geddes Psychomotor inventory) Evaluasi tentang tingkat kemampuan gerak atau psikomotor seorang anak hendaknya disesuaikan dengan usia mental (mental age), apabila layanan yang akan diberikan kepadanya bersifat individu, dikenal dengan individualize educational program.
GPI dapat dipergunakan sebagai
instrumen atau alat asesmen untuk pretest dan posttest, dalam suatu layanan kegiatan yang lebih banyak mempergunakan kekuatan otot-otot dan kelenturan persendian.
Misalnya, berolahraga, kegiatan ekstra kurikuler
pramuka, sampai kegiatan di luar sekolah dalam lapangan terbuka (outbond activity). Oleh karenanya, GPI terdiri atas beberapa profil sesuai dengan tingat usia anak.
Profil GPI terdiri atas lima bagian seperti berikut. 1. Profil GPI I, untuk kelompok umur bayi, di awali dari periode neonatal hingga umur 2 tahun. 2. Profil GPI II, untuk kelompok umur balita hingga kanak-kanak sekitar 2 hingga 6 tahun. 3. Profil GPI III, atau disebut dengan Primary Level, untuk umur 6 hingga 9 tahun 4. Profil GPI IV, atau disebut dengan Intermediate Level, untuk umur 9 hingga 13 tahun 5. Profil GPI V, atau disebut dengan Young Adult Level, untuk umur 12 hingga 17 tahun.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
161
Saat menerapkan instrumen GPI hendaknya disertakan pula bentuk-bentuk instrumen lain secara bersamaan. Instrumen tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Daftar cek Evaluasi Kegiatan Kehidupan Sehari-hari (ADL), terdiri atas Profil FA nomer 1 hingga nomer 9. 2. Daftar cek Evaluasi Kegiatan sehari-hari Menata rumah, terdiri atas profil FB nomer 1 hingga nomer 6. 3. Daftar cek Kemampuan Persepsi Motorik Halus (Fine-motor), terdiri atas Profil FC 5 tahun. 4. Daftar cek Kemampuan Persepsi Motorik Kasar (Gross-motor), terdiri atas Profil FD:5,6 dan 7. 5. Daftar cek Kemampuan Persepsi Gerak (Perceptual Motor Skills), terdiri atas Profil FE dengan urutan dari A hingga Q.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 Penggunaan asesmen GPI di halaman berikutnya.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
162
Tabel 1. Perangkat Penggunaan asesmen GPI Jenis Alat dan Kode
No.
Dipergunakan Untuk Umur
Urut 01
Geddes Psychomotor Inventory: Profil GPI I Profil GPI II Profil GPI III Profil GPI IV Profil GPI V
0 – 2 tahun. 2 – 6 tahun 6 – 9 tahun 9 – 13 tahun 13 – 17 tahun.
02
Fine Motor ( Profil FC.5)
5 tahun
03
Gross Motor (Profil FD. 5 s/d 7)
5 -7 tahun.
04
Perceptual Motor Skills (Profil FE. As/d Q)
Untuk semua umur.
05
Activity Daily Living Skills (ADL), terdiri atas: a). FA 1 (Gerak pindah) b). FA.2 (Keseimbangan) c). FA.3 (Analisa diri) d). FA.4 (Cara makan) e). FA.5 (Berpakaian) f). FA.6 (Kesehatan diri) g). FA.7 (Komunikasi) h). FA.8 (Kerja-tangan) i). FA.9 (Kombinasi-kerja)
5 – 9 tahun 5 – 9 tahun 5 – 17 tahun 5 – 9 tahun 5 – 13 tahun 5 – 17 tahun 5 – 17 tahun. 13 – 17 tahun. 13 – 17 tahun
J). FB.1 (Membersihkan) k). FB.2 (Menyiapkan makan) l). FB.3 (Melayani makan) m). FB.4 (Mencuci) n). FB.5 (Menjahit) o). FB.6 (Kerja di rumah)
13 – 17 tahun. -- idem --- idem --- idem --- idem --- idem --
Berdasarklan atas Tabel 1. tersebut di atas, seorang anak dapat diberikan perangkat instrumen asesmen sesuai dengan tingkat umur yang dimilikinya. Sebagai contoh dapat dilihat perangkat pasangan instrumen sebagai berikut.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
163
(1) Jika anak berumur antara 2 hingga 5 tahun, daftar cek yang dipakai adalah: -
GPI Profil I dan II
-
Gross motor (FD. 5)
-
Fine motor (FC. 5)
-
Persepsi Gerak (FE)
(2) Jika anak berumur antara 5 hingga 9 tahun, maka dipergunakan: -
GPI Profil II dan III
-
Gross Motor (FD. 5 dan 7)
-
Persepsi Gerak (FE)
-
ADL: FA.1 hingga FA.7
(3) Jika anak berumur 9 hingga 17 tahun, dipergunakan instrumen: -
GPI Profil IV dan V
-
Persepsi Gerak (FE)
-
ADL dari FA.1 Hingga FB.6 (perlu diseleksi yang dianggap mewakili)
(4) Yang dimaksud dengan Umur Mental atau Mental Age (MA) dapat dihitung apabila umur kronologis (CA) dan nilai skor IQ diketahui. Umur mental dihitung dengan cara: CA dikalikan dengan skor IQ, dibagi dengan 100. Umur Mental sebaiknya diberlakukan sebagai bahan pemilihan daftar cek GPI dan pasangannya. Umur Mental khususnya sangat cocok bila diterapkan bagi anak-anak yang mempunyai hambatan perkembangan fungsional (seperti: sensorimotor, kreativitas, interaksi sosial, dan berbahasa secara konseptual). Misalnya: anak autistik, anak hiperaktiv, anak lamban belajar, anak berkesulitan belajar dan anak tunagrahita. Contoh penghitungan Umur Mental:
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
164
Jika anak berusia 10 tahun (CA), dengan nilai skor IQ sebesar 70, maka umur mental dihitung: Umur mental dikalikan dengan skor IQ dibagai 100 atau 10 X 70 dibagi 100 = 7.
Ini berarti bahwa anak yang
bersangkutan berumur mental 7 tahun. Selanjutnya dapat diterapkan instrumen asesmen sebagai berikut: (1) GPI Profil III, (2) Gross Motor (FD.7), (3) Persepsi Kemampuan Gerak (Profil FE), (4) Dan ADL (Profil FA.1 s/d 5.)
Secara sistematik pasangan perangkat instrumen asesmen sesuai dengan umur anak dapat dilihat pada Tabel. 2 di halaman berikutnya.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
165
Tabel. 2. PERANGKAT INSTRUMEN ASESMEN SESUAI DENGAN UMUR KRONOLOGIS (POLA GEDDES PSYCHOMOTOR INVENTORY)
No
Usia GPI
Fine Motor (FC)
JENIS INSTRUMEN Gross Motor Perceptual (FD) Motor Skills (FE)
ADL
1.
3 tahun (play group)
Profil. II
--
No. 77 s/d 86
FE. A s/d Q
--
2. 3.
4 tahun (kindergarden) 5 tahun (kindergarden)
Profil. II Profil.II
-FC 5.
FE. A s/d Q FE. A s/d Q
-FA. 1 s/d FA. 7.
4.
6 tahun (SD kls. 1)
Profil. III
--
FE. A s/d Q
FA. 1 s/d FA. 7.
5.
7 tahun (SD kls. 2)
Profil. III/IV/V
--
FE. A s/d Q.
FA. 1 s/d FA. 7
6. 7. 8. 9. 10. 11.
8 tahun (SD kls 3) 9 tahun (SD kls 4) 10 tahun (SD kls 5) 11 tahun (SD kls.6) 12 tahun (SLTP kls.1) 13 tahun (SLTP kls 2)
Profil. III/IV/V Profil. IV Profil. IV Profil. IV Profil. IV Profil. IV
-------
No. 87 s/d 95. No. 96 s/d 100. No. 101 s/d 105. No. 106 s/d 107. -------
FE. A s/d Q. FE. A s/d Q. FE. A s/d Q. FE. A s/d Q. FE. A s/d Q FE. A s/d Q
12.
14 tahun (SLTP kls. 3)
Profil. V
--
--
FE. A s/d Q
13.
15 tahun (SLTA kls 1)
Profil. V
--
--
FE. A s/d Q
14.
16 tahun (SLTA kls.2)
Profil. V
--
--
FE. A s/d Q.
15.
17 tahun (SLTA kls. 3)
Profil. V
--
--
FE. A s/d Q.
FA. 1 s/d FA. 7 FA. 1 s/d FA. 7. FA. 3 / 5 / 6 / 7 / 8. FA. 3 / 5 / 6 / 7. FA. 3 / 5 / 6 / 7. FA. 8 / 9 & FB. 1 s/d 6. FA. 3/ 6/ 7/ 8& FB. 1 s/d 6. FA. 3/ 6/ 7/ 8& FB. 1 s/d 6. FA. 3/ 6/ 7/ 8& FB. 1 s/d 6. FA. 3/ 6/ 7/ 8 & FB. 1 s/d 6.
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
166
BIODATA ANAK
1. Nama anak : ……………………………………… 2. Jenis Kelamin : L / W *)
Nama Sekolah: ……………………………… Alamat Sekolah:
3. Tempat/ Tgl. Lahir (CA):
……………………………...
………………………………
………………………………
4. Skor IQ: ……
………………………………..
5. Umur Mental (MA): ……………..
Telpon: ………………….
6. Nama Ayah dan Ibu :
Duduk di Kelas:………….
……………………………………. 7. Alamat Rumah:
Nama Guru Kelas: ……………………………….
…………………………………….
Tanggal Pencatatan awal:
……………………………………..
………………………………
Telpon: …………………………... *) Coret yang tidak diperlukan
Gerak Irama untuk Siswa Tunagrahita (Cxhild with Developmental Impairment) – Bandi Delphie
167
PROFIL GPI UNTUK UMUR NEONATAL HINGGA DUA TAHUN Cara Pengisian Jawaban Berilah tanda checklist (V) pada: Angka 4 (Empat) bila anak melakukan sendiri Angka 3 (Tiga) bila anak melakukan dengan sedikit pertolongan Angka 2 (Dua) bila anak melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 (Satu) bila anak melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 (Nol) bila anak tidak dapat melakukan. No.
TINGKAT PENGUASAAN
4
3
2
A. Penguasaan Keseimbangan dan Bentuk Tubuh A. 1 A. 2 A. 3 A. 4
Menegakkan kepala Berguling Duduk Berdiri
B. Gerak Dasar dan Lokomotor B. 5 B. 6 B. 7 B. 8 B. 9 B. 10 B. 11
Merangkak Bergerak perlahan-lahan Berjalan Lari Memanjat Menggerakkan anggota tubuh Melompat
C. Memanipulasi Gerakan C. 12 C. 13 C. 14 C. 15 C. 16
Menggenggam dan melepaskan Membangun bentuk Menggambar dan menulis Memasukkan benda ke kotak Berpindah tempat
D. Penguasaan Bola atau benda Sejenis D. 17
Melempar
Jumlah Masing-masing Skor:
=
=
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
1
0
168
PROFIL GPI PRIMARY LEVEL UMUR 6 HINGGA 9 TAHUN Cara Pengisian jawaban Berilah tanda checklist (V) pada: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan sedikit pertolongan Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan sama sekali.
No. TINGKAT PENGUASAAN A. Gerak Dasar dan Daya Gerak : A.1 Berjalan A.2 Berlari A.3 Memanjat A.4 Mekanisme gerak tubuh A.5 Melompat A.6 Meloncat-loncat A.7 Lari mencongklak A.8 Melangkah dilanjutkan dengan meloncat. B. Penguasaan Diri: B.9 Mampu melakukan orientasi ruang B.10 Bergerak ke arah yang sejajar dengan objek lain B.11 Bergerak lurus ke depan B.12 Mengetahui fungsi dan gerak tubuh B.13 Mengetahui garis tengah tubuh B.14 Mengenali bagian tubuh sendiri C. Kemampuan Persepsi: C.15 Merespon terhadap persepsi dengar C.16 Merespon terhadap persepsi pandang C.17 Merespon terhadap persepsi rabaan D. Koordinasi Gerak Mata: D.18 Dengan tangan D.19 Saat memandang D.20 Dengan kaki E. Memanipulasi Gerak: E.21 Menulis dan menggambar E.22 Melakukan gerakan dengan berbagai cara terhadap benda F. Menguasai Alat: F.23 Bersepeda F.24 Bergerak sepanjang garis sejajar G. Penguasaan terhadap bola / benda sejenis: G.25 Melempar G.26 Menangkap G.27 Menendang G.28 Memukul
x =
=
4
3
2
Jumlah Masing-masing Skor:
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
1
0
169
PROFIL GPI UNTUK INTERMEDIATE LEVEL UMUR 9 HINGGA 13 TAHUN Cara Pengisian Jawaban Berilah tanda checklis (V) pada: Angka 4 jika anak dapat melaukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan sedikit pertolongan Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan sama sekali
No.
TINGKAT PENGUASAAN
4
3
2
A. Gerak Dasar dan Daya Gerak: A.1 A.2 A.3 A.4
Berlari Memanjat Melompat Mengontrol gerak tubuh B. Penguasaan Alat: Melakukan gerakan pada “Palang Sejajar” Bergerak melompati “Peti Lompat”
B.5 B.6
C. Kemampuan Gerak dalam Air: C.7 C.8 C.9 C.10 C.11
Mengambang di permukaan kolam Mengapung di air Meluncur dalam air Melakukan gerak tangan dan kaki di dalam air Berenang dalam salah satu gaya
D. Penguasaan terhadap Bola / Benda-benda sejenis: D.12 D.13 D.14 D.15
Melempar Menangkap Menendang Memukul dengan alat pukul Jumlah Masing-Masing Skor :
=
=
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
1
0
170
PROFIL GPI UNTUK YOUNG ADULT LEVEL UMUR 13 HINGGA 17 TAHUN Untuk Pengisian Jawaban Berilah tanda checklist (v) pada: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan sedikit pertolongan Angka2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan sama sekali.
No.
TINGKAT PENGUASAAN
4
3
2
A. Gerak Dasar dan Daya Gerak: A.1 A.2
Berlari Melompat B. Kemampuan di Dalam Air:
B.3 B.4 B.5
Berenang dengan salah satu gaya Meloncat dari papan loncat Akrobatik di air C. Penguasaan terhadap Bola / Benda Sejenis:
C.6 C.7 C.8 C.9
Melempar Menangkap Menendang Memukul dengan alat pukul Jumlah Masing-masing Skor :
=
=
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
1
0
171
ACTIVITY DAILY LIVING SKILLS (KEMAMPUAN HIDUP SEHARI-HARI) Petunjuk Pengisian pada Kolom Angka Berilah tanda checklist (V) pada: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan sedikit pertolongan. Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan sama sekali.
No.
JENIS KEMAMPUAN:
4
3
2
1
0
FA.1 - Gerak Pindah: FA.1:1 FA.1:2 FA.1:3 FA.1:4 FA.1:5 FA.1:6 FA.1:7
Mandi Ke kamar kecil (WC) Duduk di kursi Dari tempat tidur ke tempat duduk (kursi) Bergerak menuju objek Mengatur letak kursi Naik / turun kendaraan
FA.2 – Fungsi Keseimbangan : FA.2:1 FA2: 2 FA2: 3
DUDUK BERDIRI BERJALAN
FA.3 – Penilaian terhadap: FA.3 :1 FA.3 :2 FA.3 :3 FA.3 :4 FA.3 :5 FA.3 :6 FA.3 :7 FA.3 :8 FA.3 :9 FA.3 :10 FA.3 :11 FA.3 :12 FA.3 :13 FA.3 :14 FA.3 :15 FA.3 :16 FA.3 :17 FA.3 :18 FA.3 :19 FA.3 :20
Reaksi sentuhan Peraaan sakit Penyesuaian suhu udara Suasana hati Daya penciuman Daya pendengaran Daya penglihatan Daya tangkap terhadap perintah/ suruhan Pemahaman terhadap ruang Merubah bentuk bangun (segi: tiga/ empat/ dan lingkaran) Fungsi gerak persendian Menyisir rambut Makan tanpa dibantu orang lain Mengencangkan kerah baju Menarik resluiting pada bagian belakang celana/ rok Mengancingkan celana/ rok Mengancingkan lengan baju Menalikan sepatu Membungkukkan badan Penyesuaian diri terhadap lingkungan
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
172
Lanjutan ADL No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
1
0
FA. 4 ADL: Kemampuan Makan FA. 4 : 1 FA. 4 : 2 FA. 4 : 3 FA. 4 : 4 FA. 4 : 5 FA. 4 : 6 FA. 4 : 7 FA. 4 : 8
Menyendok nasi Memotong/ mengerat daging Makan memakai sendok Minum melalui pipa sedotan Minum melalui sedotan Minum dengan gelas Minum dengan cangkir Menuangkan air ke gelas/ cangkir dari tempatnya
FA. 5 ADL: Berpakaian Menanggalkan celana panjang/ pendek FA. 5 : 1 Memaang ikat pinggang FA. 5 : 2 Memakai kutang/BH (Bagi Wanita) FA. 5 : 3 Memakai celana dalam FA. 5 : 4 Mengenakan rok bawah (Bagi Wanita) FA. 5 : 5 Memakai jas/ kemeja FA. 5 : 6 Memakai bando (Wanita), dasi (Laki-laki) FA. 5 : 7 Mengenakan stocking (Wanta), Kaos kaki FA. 5 : (Laki-laki) 8 Mengenakan pakaian malam FA. 5 : 9 Mengenakan konde atau harnet (Bagi Wanita) FA. 5 : 10 Mengenakan kimono atau mantel tidur FA. 5 : 11 Memakai jaket FA. 5 : 12 Mengenakan mantel/ jas hujan. FA. 5 : 13 FA. 6 ADL: Kesehatan Diri
FA. 6 : 1 FA. 6 :
Membuang ingus Mencuci muka/ tangan
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
173
2 FA. 6 : 3 FA. 6 : 4 FA. 6 : 5 FA. 6 : 6 FA. 6 : 7 FA. 6 : 8 FA. 6 : 9 FA. 6 : 10
Membersihkan diri setelah buang air besar Menggosok gigi Membersihkan rambut Berpatut diri atau Make-up Menggunting kuku Membersihkan kuku jari Memakai deodorant atau wewangian tubuh Menggunakan pembalut wanita (Bagi Wanita).
FA. 7 ADL: Komunikasi FA. 7 : 1 FA. 7 : 2 FA. 7 : 3 FA. 7 : 4 FA. 7 : 5 FA. 7 : 6 FA. 7 : 7
Berbahasa lisan Membaca simbol khusus, misalnya untuk WC : L/W Cara memegang buku bacaan Cara membuka halaman buku Menulis surat atau lamaran kerja Menggunakan telephon Mengetik.
FA. 8 ADL: Pekerjaan yang Berkaitan dengan Tangan Cara memegang uang FA. 8 : 1 Memegang surat FA. 8 : 2 Menggunakan gunting FA. 8 : 3 Membuka botol/ stoples/ atau benda lain FA. 8 : sejenis 4 Membungkus kado/ bingkisan hadiah FA. 8 : 5 Menjahit kancing/ lobang kancing FA. 8 : 6 Menyemir sepatu FA. 8 : 7 Meruncingkan pinsil FA. 8 : 8 Menutup dan membuka surat. FA. 8 : 9
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
174
FA. 9 ADL: Kegiatan Kerja Secara Ganda FA. 9 : 1 FA. 9 : 2 FA. 9 : 3 FA. 9 : 4 FA. 9 : 5 FA. 9 : 6 FA. 9 : 7
Membuka/ menutup emari es Membuka/ menutup pintu Memindahkan/ menyimpan barang Menjinjing barang Mengambil barang dari lantai Melepaskan/ memaang bola lmapu (bohlam) Membuat pasak / ikatan dari tali
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI ADL No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
JENIS KEGIATAN ADL
Junlah ( )
Re-rata ( )
FA. 1 : Gerak Pindah FA. 2 : Fungsi Keseimbangan FA. 3 : Penilaian terhadap Kegiatan FA. 4 : ADL Kemampuan Makan FA. 5 : ADL Berpakaian FA. 6 : ADL Kesehatan Diri FA. 7 : ADL Komunikasi FA. 8 : ADL Pekerjaan yang Berkaitan dengan Tangan FA. 9 : ADL Kegiatan Kerja Secara Gand
Jumlah Seluruh FA. 1 s/d. 9:
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
175
KEMAMPUAN PERSEPSI MOTORIK HALUS (FINE MOTOR)
Petunjuk Pengisian pada Kolom Berangka Berilah Tanda Checklist (V) pada Kolom Berangka Sebagai Berikut: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak melakukannya dengan sedikit pertolongan Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan secara penuh Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan.
No. 59 60 61 62 63 64 65 66
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
1
Menyalin bentuk empat persegi panjang Menyalin bentuk segitiga Menuliskan beberapa huruf Menggambarkan : tubuh, tangan, kaki orang secara lengkap Melipat kertas ke arah miring setelah diberi contoh Meniru membuat untaian manik-manik Menggunting sepanjang garis bentuk gambar tertentu Memberi warna pada suatu bidang seluas satu inchi
Jumlah Masing-Masing Skor:
Re-ratanya:
=
=
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
0
176
KEMAMPUAN PERSEPSI MOTORIK KASAR (GROSS MOTOR) Cara Pengisian pada Kolom Berangka Berikan Tanda Checklist (V) pada Kolom Angka Sebagai Berikut: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sedikit Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan seperlunya Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan pertolongan sepenuhnya Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan
No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
FD. 5 Tahun FD. 5 : 96 FD.5 : 97 FD. 5 : 98 FD. 5 : 99 FD. 5 : 100
Menuruni anak tangga secara bolak-balik tanpa bantuan Berdiri selama 8 detik dengan bertumpu pada salah satu kaki Berjingkat dengan bertumpu pada salah satu kaki Melompat dengan satu kaki: kiri/ kanan berselang seling Melempar bola sejauh 24 meter (Laki-laki), 15 Meter (Wanita)
FD. 6 Tahun FD. 6 : 101 FD. 6 : 102
Berdiri dengan salah satu kaki, dengan mata terpejam Melempar sesuatu ke arah depan, ke dua mata terpejam
FD. 7 Tahun FD. 7 : 106 FD. 7 : 107
Dalam sikap tiduran: Kedua kaki diangkat, lutut menekuk bersudut 45 derajat, kedua lengan di samping tubuh, bahu terangkat ke atas, mata terpejam, selama 10 detik. Duduk di pinggir meja, tangan dikepal, kemudian mengetuk-ketuk meja dengan salah satu jari tangan (kiri/ kanan) diiringi dengan ketukan kaki (kiri/ kanan) pada lantai, secara bergantian. Dilakukan secara teratur selama 20 detik
Jumlah Masing-masing Skor:
Re-ratanya:
=
=
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
1
0
177
KEMAMPUAN PERSEPSI GERAK (PERCEPTUAL MOTOR SKILLS) Petunjuk Pengisian Berilah Tanda Checklis (V) pada Kolom Berangka Sebagai Berikut: Angka 4 jika anak dapat melakukan sendiri Angka 3 jika anak dapat melakukan dengan bantuan secara verbal/ lisan Angka 2 jika anak dapat melakukan dengan bantuan secara fisik Angka 1 jika anak dapat melakukan dengan bantuan verbal dan fisik Angka 0 jika anak tidak dapat melakukan.
No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
F. Penglihatan Dekat dengan Jarak 1 Meter A. 1 A. 2 A. 3 A. 4
Mata mengikuti garis tegak-lurus Mata mengikuti garis-sejajar Mata mengikuti garis-diagonal Mata mengikuti pola berbentuk bundar
G. PenglihatanJarak-jauh: Sejauh 3 Meter B. 5 B. 6 B. 7 B. 8 B. 9
Mata mengikuti garis tegak-lurus Mata mengikuti garis-sejajar Mata mengikuti garis-diagonal Mata mengikuti pola berbentuk bundar Mata ditujukan ke titik pusat-pandang
H. Membedakan Bentuk Malalui Daya Pandang C. 10 C. 11 C. 12 C. 13 C. 14 C. 15 C. 16 C. 17 I. D. 18 D. 19
Mencocokkan beberapa bentuk geometris Mencocokkan beberapa bentuk suatu benda Membuat bentuk angka 1 Membuat bentuk tanda: … Membuat bentuk : Membuat bentuk tanda: + Membuat bentuk gambar Membuat bentuk gambar
Membedakan Bentuk Melalui Daya Pandang Mampu Menyusun bentuk yang berbeda ukuran secara tepat Memahami konsep-konsep: besar dan kecil
J.
Mengetahui Perbedaan Warna
E. 20 E. 21 E. 22
Dapat mencocokkan warna-warna Memilih warna Menyebutkan nama: jenis-warna
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
1
0
178
Lanjutan Kemampuan Persepsi Gerak No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
F. Koordinasi Mata – Tangan F. 23
Garis tegak lurus dengan titik-titik tegak
F. 24 F. 25
Garis sejajar dengan titik-titik mendatar ( ….. ) Garis menyilang dengan titik-titik diagonal (
J.
)
Kemampuan Memadukan
G. 26 G. 27
Dapat memadukan bentuk 6 potongan-potongan kecil ke dalam bentuk gambar (misalnya: Potongan-potongan gambar: “Bebek”) Dapat memadukan 14 bagian menjadi kesatuan utuh (misalnya: Gambar seorang penjual susu)
K. Menggali Benda-benda Padat Melalui Sentuhan (Stereognosis) H. 28 H. 29 H. 30
Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah sisi Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sebuah sendok Dengan mata terpejam dapat merasakan dan menyebutkan sikat-gigi
K. Pendengaran I. 31 I. 32 I. 33 I. 34
Dapat membedakan suara-suara: Lemah - kuat Dapat menggolongkan suara: lemah dan kuat Melalui pendengaran dapat membedakan objek yang berada di depan dan di belakangnya walau dengan mata terpejam Mampu menirukan bunyi (setelah mendengarkan), misalnya: Do-Re-Mi
L. Konsep-konsep Tentang Tubuh J. 35 J. 36 J. 37 J. 38 J.39 J. 40 J. 41 J. 42
Memahami secara benar tentang nama masing-masing anggota tubuh (sambil menunjukkan anggota tubuh tersebut) Memahami fungsi anggota tubuh antara bagian yang satu dengan lainnya (Misalnya, mampu membuat gambar tentang dirinya) Dapat menyusun teka-teki gambar tubuh anak laki-laki/ Wanita sesuai dengan bagian-bagian tubuh. Mampu memanipulasi tubuhnya melewati sebuah rintangan Memahami hubungan antara bagian-bagian tubuh dengan benda-benda di sekitarnya (Misalnya, meletakkan kemeja pada tubuh secara benar) Dapat merasakan: sedih/ gembira, dengan cara menangis/ tertawa. Kesadaran tubuh secara gerak kinestetik (dapat mengulangi gerakan tangan ke arah sisi dan menurunkannya dengan mata terpejam) Kesadaran tubuh-kinestetik secara gerak halus
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
1
0
179
Lanjutan Kemampuan Persepsi Gerak No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
K. Memahami Posisi Tempat K. 43 Dapat mengangkat kedua tangan ke atas K. 44 Dapat menempatkan kedua lengan pada posisi bawah tubuh K. 45 Dapat meletakkan kedua lengan di depan tubuh K. 46 Dapat meletakkan kedua lengan di belakang tubuh K. 47 Dapat meletakkan kedua lengan di atas kepala K. 48 Dapat menaruh kedua lengan di bawah kursi K. 49 Dapat menaruh kedua lengan di samping tubuh K. 50 Dapat mengenali tangan kanan K. 51 Dapat mengenali tangan kiri L. Hubungan dengan Pola Ruang L. 52
Dapat menirukan suatu pola-bentuk dengan tiga balok
M. Daerah Penglihatan : Gerak Fine-motor M. 53 M.54 M. 55 M. 56 M. 57 M. 58 M. 59
Dapat membuat sebuah bentuk kotak secara aktif Dapat menggambarkan sebuah dengan pinsil Dapat menggambar dengan pinsil Dapat menggambar tanda : X Dapat menggambar berbagai bentuk persegi (seperti berlian) Dapat melempar bola melewati kedua lutut Dapat menggelindingkan bola
N. Jumlah dan Angka-angka (pada Peg-board) N. 60 N. 61 N. 62 N. 63 N, 64
Dapat membedakan satu dengan banyak Dapat membedakan antara angka 1 dengan angka 2 Dapat menghitung angka sampai dengan 10 Dapat memahami angka hingga 30 (dengan menghitung setinggi-mungkin) Memahami konsep angka 6 (dengan cara menempelkan 6 biji peg pada board)
O. Konsep Tentang Waktu O. 65 O. 66
Memahami konsep waktu: Siang dan Malam (dapat membandingkan antara gambar yang menandakan siang/ malam) Mengenali gambar tentang musim: Penghujan/ Kemarau
P. Memahami Sesuatu Tentang Benda P. 67 P, 68 P. 69
Tahu nama sebuah benda melalui gambar Mengenali benda, serta tahu cara menggunakannya Dapat menceriterakan sebuah dongeng yang baru ia dengar
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
1
0
180
Lanjutan Kemampuan Persepsi Gerak No.
JENIS KEMAMPUAN
4
3
2
1
0
Q. Konsep Tentang Gerak Tubuh Q. 70 Q. 71 Q. 72 Q. 73 Q. 74
Menirukan suatu gerak sentuhan tangan - kiri ke telingakanan Menirukan gerak sentuhan tangan-kanan ke telinga-kiri Menirukan gerak sentuhan tangan-kiri ke mata-kanan Menirukan gerak sentuhan tangan-kanan ke mata-kiri Menggambar garis sejajar dari arah kiri ke kanan di papan tulis, dengan menggunakan tangan yang tidak biasa digunakan
Jumlah Keseluruhan Masing-masing Skor:
Re-rata Skor Keseluruhan:
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI KEMAMPUAN PERSEPSI GERAK No. & Kode 1. A 2. B 3. C 4. D 5. E 6. F 7. G 8. H 9. I 10. J 11. K 12. L 13. M 14. N 15. O 16. P 17. Q
JENIS KEMAMPUAN
Jumlah ( )
Re-rata (X)
Penglihatan dekat dengan jarak 1 meter Penglihatan jarak-jauh: 3 meter Membedakan bentuk geometris Membedakan bentuk melalui daya pandang Mengetahui perbedaan warna Koordinasi: mata – tangan Kemampuan memadukan Mengenali benda-benda padat melalui sentuhan (stereognosis) Pendengaran Konsep-konsep tubuh Memahami posisi tempat Hubungan dengan pola ruang Daerah penglihatan: gerak fine motor Jumlah dan angka-angka (pada peg-board) Konsep waktu Memahami sesuatu benda Konsep gerak tubuh
Jumlah Keseluruhan:
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.
181
Aplikasi Gerak Irama dalam Pembelajaran Anak dengan Kebutuhan Khusus - Bandi Delphie.