BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara
teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya, seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya (Maharsi, 2000). Teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. Teknologi informasi telah membawa dampak positif dalam kehidupan masyarakat, sebagai contoh teknologi informasi dengan komputer yang berfungsi sebagai motor penggerak telah mengubah segalanya sehingga sudah banyak software yang dapat digunakan sebagai alat pengolah data untuk menghasilkan informasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini membuat banyaknya inovasi yang muncul. Berbagai bentuk aplikasi teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan antara lain aplikasi perkantoran, sistem pendukung keputusan, sistem informasi manajemen, dan lain-lain. Pesatnya kemajuan teknologi menjadikan teknologi sebagai bagian dari suatu pendukung berbagai aktivitas bagi para akademisi, pebisnis, profesional, maupun pada kalangan birokrasi. Technology Acceptance Model (TAM) merupakan landasan untuk mempelajari dan memahami perilaku pemakai dalam menerima dan menggunakan sistem informasi (Handayani, 2007). Konsep TAM diharapkan akan membantu
memprediksi sikap dan penerimaan seseorang terhadap teknologi dan dapat memberikan informasi mendasar yang diperlukan mengenai faktor-faktor yang menjadi pendorong sikap individu tersebut (Rose et al., 2006). Teori TAM menyebutkan bahwa keinginan seseorang untuk menggunakan sistem atau teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu: 1) persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) adalah tingkat kepercayaan individu bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan kinerjanya, dan 2) persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) adalah tingkat kepercayaan individu bahwa penggunaan teknologi membuatnya lebih mudah menyelesaikan pekerjaan (Venkatesh dan Davis, 2000). TAM percaya bahwa penggunaan sistem informasi dapat meningkatkan kinerja seseorang atau organisasi, serta mempermudah pemakainya dalam menyelesaikan pekerjaan (Dasgupta, 2002). Penggunaan sistem informasi akan memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk menghasilkan sebuah informasi yang dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami, dan teruji sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Penjelasan tersebut menyatakan bahwa penggunaan sistem informasi memberikan berbagai manfaat bagi para pengguna. Pada kenyataannya, sistem informasi masih belum memberikan manfaat yang maksimal sehingga pengguna sistem dirasa perlu untuk melakukan pengembangan sistem informasi. Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:437), pengembangan sistem adalah proses memodifikasi atau mengganti sebagian atau semua sistem informasi. Faktor manusia dalam pengembangan sistem merupakan hal yang harus
diperhatikan. Diharapkan bagi perancang dan analis sistem informasi dapat mendesain sistem yang mampu bekerja sama dengan pemakai sistem informasi agar sistem tersebut mudah digunakan. Secanggih apapun sistem yang dibuat namun jika dalam perencanaan sistemnya tidak memperhatikan faktor manusia maka dapat dipastikan akan terjadi beberapa hambatan yang disebabkan ketidaksesuaian antara teknologi yang digunakan pemakainya. Perhatian terhadap faktor penentu kesuksesan pengembangan sistem informasi juga menjadi sesuatu hal yang sangat penting. Menurut Goodhue dan Thompson (1995), faktor utama dalam mengukur kesuksesan sistem informasi adalah kepuasan. Para peneliti yang menggunakan pendekatan ini berasumsi bahwa pemakai sistem informasi yang puas akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan pemakai yang mengalami ketidakpuasan sistem informasi. Penelitian pengaruh partisipasi pemakai terhadap kepuasan pemakai diangkat kembali dengan pertimbangan bahwa sampai kapanpun partisipasi pemakai tetap diperlukan dalam pengembangan sistem informasi. Hal ini diperkuat oleh Ginzberg (1981) bahwa adanya partisipasi pemakai dalam pengembangan sistem informasi akan memberikan dampak positif terhadap organisasi dan memberikan keuntungan ekonomis. Melalui partisipasi pemakai dalam pengembangan sistem informasi, pemakai dapat menerima dan menggunakan sistem informasi yang dikembangkan dan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pemakai atas sistem yang dikembangkan. Hubungan antara partisipasi pemakai dalam pengembangan sistem dengan kepuasan yang diperoleh dari sistem tersebut merupakan perhatian yang menarik
bagi beberapa peneliti. McKeen et al. (1994) dalam penelitiannya mengenai pengaruh partisipasi terhadap kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi mendapatkan hasil bahwa partisipasi memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kepuasan pemakai. Hunton dan Kenneth (1994), Igbaria et al. (1994), Nurika (1999), Chandrarin dan Indriantoro (1997), Doll dan Deng (2001), Kusumastuti dan Irwandi (2012), Lau (2014) mendukung hasil penelitian tersebut. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Soegiarto (2001) mendapatkan hasil bahwa partisipasi pemakai berpengaruh tidak signifikan terhadap kepuasan pemakai. Ives dan Olson (1984) mendukung hasil penelitian tersebut. Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten sehingga dalam penelitian ini, peneliti mencoba menguji pengaruh partisipasi pemakai terhadap kepuasan pemakai dengan menggunakan komunikasi pemakaipengembang sebagai pemoderasi. Menurut McKeen et al. (1994), hubungan antara pemakai dan pengembang selalu
simbiotik.
Komunikasi
pemakai-pengembang
sebagai
pemoderasi
digunakan dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa pemakai mempunyai informasi dan pemahaman yang lengkap dan pemakai perlu menyampaikan pemahamannya
kepada
pengembang,
kemudian
oleh
pengembang
ditransformasikan ke dalam sistem informasi yang dikembangkan. Sistem informasi memiliki peranan yang penting dalam perusahaan maupun organisasi. Sistem informasi tidak bisa dibiarkan begitu saja sehingga harus dilakukan pengembangan terhadap sistem informasi. Bagi instansi pemerintah, sistem informasi sudah menjadi kebutuhan yang sangat mutlak baik
dari sisi efektivitas, efisiensi, standarisasi, dan konsistensi, sehingga beberapa instansi pemerintah sudah melakukan pengembangan sistem informasi dari sistem informasi yang sudah dimiliki sebelumnya. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil pada tahun 2002 sudah menggunakan sebuah sistem yakni Sistem Informasi Kependudukan (SIMDUK). SIMDUK telah banyak dikembangkan oleh pemerintah untuk mendukung pelayanan terhadap masyarakat. Pada pengimplementasiannya, SIMDUK masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya: 1) sistem ini memerlukan banyak waktu saat pencatatan data dan berpotensi menimbulkan kesalahan dalam pencatatan yang disebabkan kurang telitinya saat mencatat, 2) pencatatan data penduduk kurang efisien karena pendokumentasian memerlukan banyak waktu dan tempat. Pada tahun 2004, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menggunakan sistem baru yang dibuat oleh pemerintah yakni Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sistem tersebut merupakan sistem yang masih manual dan masih menggunakan form-form kertas sebagai proses pelaksanaan pelayanan administrasi. Hal tersebut mengakibatkan penyimpanan data masih rawan mengalami kehilangan, pencarian data kependudukan yang kurang efektif, dan terjadinya keterlambatan pelaporan data serta proses yang memerlukan banyak sumber daya yang tidak efisien. Pada tahun 2006, sistem tersebut diperbaharui dengan sistem berbasis komputer yang dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan sistem sebelumnya. Kehilangan data masih sering terjadi pada sistem yang sudah ada, sehingga pada awal tahun 2014, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil melakukan pengembangan sistem barcode
dibantu oleh pihak ketiga (pengembang) untuk mengetahui posisi berkas apakah ada yang hilang atau tidak sekaligus untuk mendukung sistem administrasi yang ada. Ide untuk mengembangkan sistem ini berasal dari pemakai sistem yang merasa kurang puas dengan sistem sebelumnya. Pada proses pengembangan sistem ini, para pemakai sistem turut berpartisipasi dalam pemberian ide, saran, dan sebagainya kepada pihak pengembang sehingga timbul komunikasi yang efektif yang akan memudahkan pertukaran informasi bagi kebutuhan sistem dan keberhasilan usaha pengembangan sistem. Dinas Pendapatan sejak tahun 2005 sudah memiliki sebuah sistem sebagai perbaikan dan pengembangan dari sistem terdahulu. Sistem tersebut adalah Sistem Informasi Pajak Daerah (SIMPADA) yang dibuat dan dikembangkan dengan bantuan pihak ketiga (pengembang). SIMPADA merupakan sistem informasi untuk mengelola pajak dari beberapa sektor pendapatan pajak seperti hotel, tempat parkir, tempat hiburan, papan reklame, dan lain sebagainya. Kelemahan yang terjadi dari sistem ini adalah 1) kurangnya fitur keamanan yang handal karena tidak dilengkapi laporan-laporan penunjang lainnya, 2) sistem kurang terintegrasi dan kegiatan administrasi pemerintah daerah kurang efektif dan efisien, 3) bahasa pemrograman kurang di-update sehingga semua bagian dalam organisasi dan operasional pajak yang terlibat belum dapat memahami dan menggunakan sistem, 4) ketersediaan jaringan atau akses terkadang masih sulit sehingga pemakai sistem belum dapat terintegrasi secara terkomputerisasi dengan baik. Tahun 2008, sistem ini mulai dikembangkan dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada sebelumnya dengan menambahkan menu-menu baru seperti verifikasi data dan
perhitungan. Penambahan menu tersebut dirasa masih kurang karena pemakai sistem merasa kurang puas. Secara garis besar, SIMPADA Kota Denpasar diharapkan dapat mewujudkan suatu sistem informasi teknologi terkomputerisasi yang berbasis kinerja. Sistem ini harus selalu dikembangkan sesuai dengan teknologi yang ada dan pemakai sistem diharapkan tetap berpartisipasi dan menjaga komunikasi yang efektif dengan pihak pengembang demi terciptanya sebuah sistem yang sukses dan pemakai sistem merasa puas dengan sistem yang dikembangkan.
Berdasarkan uraian tersebut, sistem informasi pada instansi pemerintah menjadi kebutuhan prioritas dan karena masih terdapat permasalahanpermasalahan yang muncul sehingga instansi pemerintah mempercayai bahwa kedepannya pengembangan sistem harus selalu dilakukan. Instansi pemerintah telah meyakini bahwa keberhasilan sebuah pengembangan sistem tidak hanya disebabkan oleh partisipasi pemakai sistem, namun hal ini tidak terlepas dari kerjasama yang terjalin antara pemakai sistem yang terlibat dengan pihak pengembang. Kerjasama tersebut menimbulkan komunikasi yang efektif yang memudahkan pertukaran informasi sesuai kebutuhan sistem, sehingga proses pengembangan sistem dapat dikatakan berhasil dan pemakai sistem merasa puas dengan sistem yang dikembangkan. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Pemakai Sistem Informasi terhadap Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan Komunikasi Pemakai-Pengembang sebagai Variabel Pemoderasi Pada Kantor Dinas Pemerintah Kota Denpasar”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah partisipasi pemakai berpengaruh terhadap kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi? 2) Apakah komunikasi pemakai-pengembang memoderasi pengaruh partisipasi pemakai terhadap kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh partisipasi pemakai terhadap kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi. 2) Untuk mengetahui kemampuan komunikasi pemakai-pengembang dalam memoderasi pengaruh partisipasi pemakai terhadap kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi.
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan melalui pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk memperluas dan menambah wawasan, memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai pengembangan sistem informasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya. 2) Kegunaan Praktis Kantor Dinas Pemerintah Kota Denpasar diharapkan dapat memahami sistem informasi sebagai input bagi pengambilan keputusan (decision maker) untuk
menelaah
partisipasi
pemakai
terhadap
kepuasan
pemakai
dalam
pengembangan sistem informasi sehingga dapat mengarah pada kesuksesan pengembangan sistem informasi.
1.5
Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara
sistematis sehingga antara bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Pada bab ini diuraikan tentang pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Tinjauan Pustaka dan Rumusan Hipotesis Pada bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang ada hubungannya
dengan
pokok permasalahan
yaitu mengenai
pengaruh partisipasi pemakai sistem informasi terhadap kepuasan pemakai
dalam
pengembangan
sistem
informasi
dengan
komunikasi pemakai-pengembang sebagai variabel pemoderasi, dan hipotesis penelitian.
Bab III
Metode Penelitian Pada bab ini disajikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian,
obyek
penelitian,
identifikasi
variabel,
definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, dan metode penentuan sampel, dan teknik analisis data. Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini dikemukakan tentang gambaran umum Kota Denpasar, responden penelitian, karakteristik responden, dan pembahasan hasil penelitian mengenai statistik deskriptif, uji instrumen, uji asumsi klasik, uji MRA, uji R2, uji F, dan uji t.
Bab V
Simpulan dan Saran Pada bab ini dikemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil penulisan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Pada bab ini juga dikemukakan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan.