BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Tantangan dan persaingan dunia industri pada era globalisasi sangat berat
dan ketat membuat para pelaku industri harus melakukan berbagai hal agar tetap bisa bertahan dalam ketatnya persaingan. Tuntutan terhadap profesionalisme manajemen yang tinggi dan berusaha untuk mengambil tindakan dan strategi yang tepat akan meningkatkan keunggulan kompetitif yang diharapkan mampu bersaingan pada era global ini. Hal tersebut dialami baik industri jasa maupun manufaktur. Pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus mengaturnya dengan sebaik mungkin dengan berpedoman pada fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Perkembangan ekonomi di indonesia meunjukkan trend yang positif di tahun 2015 diprediksi pada kisaran 5.8% (Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, September 2014) akan berimbas positif terhadap pertumbuhan property di indonesia. Konsultan properti internasional, Jones Lang LaSalle menyebutkan bahwa antara 2013–2016, Jakarta dan sekitarnya akan memiliki 27.130 kondominium baru di seluruh kota, dan sekitar 61,4 persen dari kondominium tersebut sudah laku terjual. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan akan permintaan produk furniture dan desain interior. (Artikel bisnis, peluang industri furniture, 2015) Melihat keadaan ini, prospek usaha furniture dan desain interior akan ikut berimbas besar dan akan mengalami kenaikan yang signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Diperkirakan dalam 3 tahun ke depan permintaan akan desain
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
interior dan furniture akan semakin besar di Indonesia. Bahkan pemenuhan untuk kebutuhan furniture di Indonesia sudah sampai mengimpor dari beberapa negara China seperti Index, Informa bahkan pada akhir 2014 raksasa retail IKEA sudah masuk ke Indonesia. Di beberapa negara besar bahkan permintaan akan furniture meningkat tajam, mulai dari kursi, lemari, dan yang berada pada tingkat teratas adalah furniture dengan bentuk, desain yang unik terlebih yang sangat digemari adalah klasik. Sedangkan sektor dalam negeri peminatnya lebih banyak dengan desain modern. PT PAP adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang interior desain dan furniture dengan segmen pasar modern dan fungsional yang telah berpengalaman selama 21 tahun mampu menjadi market leader dari salah satu produk utamanya pantry maupun kitchen set. Produk ini sebagai pelopor dan sebagai brand image METRIC. Produk lainnya juga sangat berkualitas seperti wardrobe, cabinet tv, bedroom set dan living room. Pasar yang dituju adalah kalangan menengah atas dan pasar inilah yang mewujudkan brand PT PAP menjadi market leader dari proses setiap pembelajaran dan tuntutan detail dari masing-masing customer.
Gambar 1.1: Data Penjualan PT PAP 2013-2015 Sumber: Data Manajemen Review (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Gambar 1.1 menunjukkan data penjualan produk PT PAP pada tahun 2013 dengan rata-rata 190 unit per bulan dan pada tahun 2014 dengan rata-rata 183 unit per bulan sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan dengan rata-rata 126 unit per bulan. Angka ini belum mencapai target yang ditentukan perusahaan yaitu sebesar 252 unit per bulan. Selama perjalanan 21 tahun ini tentunya PT PAP tidak mudah dalam mewujudkan produk yang sangat berkualitas. Segala bentuk improvement pun dilakukan mulai dari investasi mesin produksi, program enginering terbaru, penetapan standarisasi manajemen mutu, dan continuous improvement yang terus diupayakan dalam upaya mewujudkan kualitas dari segala aspek. PT PAP mengkombinasikan sistem manufaktur dengan manajemen proyek dalam pelaksanaan pemasangan produk di site proyek. Peningkatan kualitas dari manajemen proyek menjadi hal yang sangat penting dan menjadi sorotan utama untuk mewujudkan kepuasan pelanggan. Beberapa keluhan customer mengenai jadwal pelaksanaan, target penyelesaian pekerjaan, pengaturan sumber daya, kualitas produk adalah permasalahan yang harus segera dipecahkan.
Gambar 1.2: Data Kepuasan Pelanggan Terhadap Hasil Pemasangan PT PAP 2013-2015 Sumber: Data Manajemen Review (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Tabel 1.2 menunjukkan data kepuasan pelanggan terhadap hasil pemasangan pada tahun 2013 dengan rata-rata pencapaian 81% per bulan dan pada tahun 2014 dengan rata-rata 85% sedangkan pada tahun 2015 rata-rata 84% per bulan. Angka ini di bawah target pencapaian yaitu 99%.
Salah satu kontribusi penyebab tidak tercapainya kepuasan pelanggan adalah keterlambatan waktu penyelesaian proses pemasangan. PT PAP menetapkan toleransi keluhan pelanggan dari faktor keterlambatan adalah 5% dan pencapaian dari faktor tersebut masih diangka 5.7 %.
Gambar 1.3: Data Customer Komplain Terhadap Waktu Pemasangan PT PAP 2013-2015 Sumber: Data Manajemen Review (2015) Gambar 1.3 menunjukkan data hasil toleransi keterlambatan proses pemasangan sebesar 5% dan pencapaian rata-rata tahun 2013 rata-rata 5.3% per bulan dan pada tahun 2014 rata-rata 5.7% sedangkan pada tahun 2015 rata-rata 6% per bulan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Dalam agenda review meeting yang dilaksanakan dalam PT PAP yang bersifat harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan fenomena ini sangat kuat dalam upaya mencapai pemecahan permasalahan dan upaya meningkatkan kepuasan pelanggan. Segala bentuk solusi dirancang dan diterapkan mulai dari aspek teknis, non teknis, dari segala aspek yang melingkupi pekerjaan pemasangan produk interior furniture. Pengembangan terhadap metode penjadwalan terus digali karena PT PAP meyakini bahwa hal ini adalah aspek mendasar yang mempengaruhi proses pemasangan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan alat analisis jaringan kerja/ analisis network dengan metode PERT (Program Evaluation and Review Technique) yang merupakan suatu alat dalam penyusunan perencanaan, penjadwalan serta pengawasan penyelesaian produksi dengan waktu dan biaya yang efisien. Analisis network dapat menggambarkan jaringan kerja tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu. Dengan demikian penyimpangan maupun kesalahan yang muncul serta kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana dapat dilihat dan dihindari sedini mungkin, sehingga dapat mengurangi resiko yang dapat merugikan perusahaan. Pada penelitian sebelumnya, Prabhakar (2008) menyatakan bahwa, metode, PERT dan CPM, menggunakan representasi grafis dari proyek yang disebut "Proyek Jaringan" atau "diagram CPM", dan digunakan untuk menggambarkan secara grafis timbal balik dari unsur-unsur proyek dan untuk menunjukkan urutan di mana kegiatan harus dilakukan. Demeulemeester (2005), menyatakan bahwa, prosedur cabang dan terikat dijelaskan untuk penjadwalan kegiatan proyek PERT berbagai keterbatasan sumber daya didahulukan dimana tujuannya adalah untuk meminimalkan durasi proyek. Guerra (2007), menyatakan bahwa, dampak dari penerapan teknik dan alat tampak jelas pada kinerja proyek. Ada pengaruh positif dari penggunaan teknik dan alat-alat pada hasil. Ditemukan bahwa beberapa sektor tidak menggunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
metodologi yang cukup, teknik dan alat. Studi empiris membuktikan pentingnya menggunakan alat ini sebagai faktor keberhasilan dalam manajemen proyek dan kinerja. Adegoke (2010), menyatakan bahwa, sebagian besar organisasi di seluruh dunia telah menemukan bahwa strategi kepuasan pelanggan diterjemahkan dengan sangat cepat untuk keuntungan dan produktivitas yang lebih tinggi. Kajian tersebut menunjukkan bagaimana beberapa metode riset operasi sederhana dapat digunakan untuk mencapai kepuasan pelanggan yang lebih baik. Metode CPM dan PERT digunakan untuk menganalisis proses yang memberikan pelayanan kepada pelanggan dalam suatu organisasi. Jayanta (2002), menyatakan bahwa, penggunaan CPM/ PERT pendekatan untuk pendaftaran/ pelaksanaan QS-9000 di Kota Metro Auto Parts telah sukses besar. Pendekatan ini telah memberikan jaringan yang efektif rencana, membantu mengidentifikasi dan mempercepat kegiatan kritis, merekrut personil kualitas kritis dan memperkirakan sumber daya berharga untuk setiap kegiatan tepat pada waktunya Metode PERT dapat digunakan untuk mengatur waktu penyelesaian proyek dengan lebih efisien dan efektif. Untuk dapat mengurangi dampak keterlambatan dan pembengkakan biaya proyek. Percepatan durasi dilakukan pada pekerjaan pekerjaan yang ada di lintasan kritis dan jumlah pemendekkan durasi tiap pekerjaan pada masing-masing alternatif disamakan.
1.2.
Identifikasi, Perumusan, dan Batasan Masalah
1.2.1
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, berikut ini merupakan indentifikasi permasalahan yang terjadi: 1. Penjualan produk tidak mencapai target yang telah ditetapkan PT PAP. 2. Kepuasan customer pada proses pemasangan tidak mencapai target yang telah ditetapkan PT PAP. 3. Customer komplain atas keterlambatan pemasangan melebihi toleransi yang ditetapkan PT PAP.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
1.2.2
Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas antara lain : 1.
Berapa waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan pada saat proses pemasangan?
2.
Elemen proses mana saja yang menjadi jalur kritis dengan metode PERT pada salah satu proyek PT PAP cabang Bandung?
3. Bagaimana upaya dalam menangani atau mencegah keterlambatan pada salah satu proyek PT PAP cabang Bandung?
1.2.3
Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penulisan ini lebih dapat difokuskan, maka batasan masalah yang diambil adalah : 1. Penelitian dilakukan pada salah satu proyek PT PAP cabang Bandung. 2. Proyek yang diteliti adalah proyek multi ruang dengan jumlah 4-5 unit atau lebih yang dapat merepresentasikan permasalahan proses dan dapat menjadi acuan terhadap proyek lain yang jumlahnya lebih kecil. 3. Penelitian ini tidak melibatkan parameter biaya karena sifatnya yang sangat confidential bagi perusahaan.
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud Penelitian
Penelitian ini mempunyai maksud melakukan penerapan metode penjadwalan proyek dan solusi dalam mengatasi keterlambatan dan penanganan pekerjaan pada jalur kritis yang akan berpengauh terhadap kebijakan perusahaan dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
menetapkan sistem perencanaan, sistem kontrol terhadap seluruh pelaksanaan pekerjaan proyek pada PT PAP.
1.3.2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian berdasarkan perumusan masalah di atas adalah : 1.
Menghitung waktu baku yang dibutuhkan pada setiap elemen proses.
2.
Mengidentifikasi elemen proses pekerjaan pada jalur kritis yang mempunyai potensi keterlambatan dan mempengaruhi keseluruhan waktu penyelesaian.
3.
Melakukan action plan dalam menanggulangi keterlambatan pekerjaan pada jalur kritis agar keseluruhan pekerjaan dapat terselesaikan tepat waktu.
1.4.
Manfaat dan Kegunaan Penelitian Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini dari aspek teoritis dan aspek praktis adalah:
1.4.1 Aspek Teoritis 1.
Penelitian ini mempunyai manfaat dalam memberikan satu referensi metode dalam melakukan penjadwalan proyek.
2.
Mempraktekkan teknik penjadwalan di dunia kerja nyata dengan melihat keadaan di lapangan yang begitu rumit dan saling mempengaruhi.
1.4.2 Aspek Praktis 1.
Mengetahui kegiatan mana yang harus diselesaikan tepat waktu agar jadwal dapat terpenuhi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2.
Mengurangi resiko pemborosan akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
3.
Sebagai salah satu alat kontrol atau early warning sistem terhadap proses atau kegiatan keseluruhan proyek dari identifikasi jalur kritis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/