MAJALAH TATSQIF DAN PERSAINGAN INDUSTRI MEDIA PADA ERA GLOBALISASI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh Ahmad Supriyadi NIM : 104051101931
KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul MAJALAH TATSQIF DAN PERSAINGAN INDUSTRI MEDIA PADA ERA GLOBALISASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Konsenterasi Jurnalistik.
Jakarta, 10 Desember 2008
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Study Rizal LK, MA NIP :
Rubiyanah, MA NIP :
Anggota Penguji I
Penguji II
Noor Bekti Negoro, SE, STP, M.Si. NIP :
Drs. Suhaimi, M.Si. NIP : 1502708104
Pembimbing
Drs. Jumroni, M.Si. NIP :
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 November 2008
Ahmad Supriyadi
MAJALAH TATSQIF DAN PERSAINGAN INDUSTRI MEDIA PADA ERA GLOBALISASI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh Ahmad Supriyadi NIM : 104051101931
Pembimbing
Drs. Jumroni, M.Si NIP:150254959
KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul MAJALAH TATSQIF DAN PERSAINGAN INDUSTRI MEDIA PADA ERA GLOBALISASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada…………… skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta… Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota
Anggota, Penguji I
Penguji II
Pembimbing
Drs. Jumroni, M.Si NIP:150254959
ABSTRAK
Ahmad Supriyadi Majalah Tatsqif dan Persaingan Industri Media Pada Era Globalisasi
Dunia semakin lama semakin terlihat tiada batas. Kemajuan teknologi semakin berkembang. Media massa terus bertambah dan bersaing baik lokal, nasional maupun internasional. Arus budaya luar akan mudah masuk lewat media massa begitu saja dan diserap oleh masyarakat.. Tentu ini merupakan tantangan berat untuk umat Islam kedepannya. Terutama untuk majalah Tatsqif dalam menyebarkan nilai dakwah kepada masyarakat melalui media massanya. Ia harus mampu bersaing dengan media lain untuk terus eksis dan dapat menyebarkan nilai-nilai Islam. Bagaimana kemampuan bersaing majalah Tatsqif dengan majalah lain? Bagaimana distribusi dan promosi yang dilakukan majalah Tatsqif? Berapa jumlah oplah yang dicapai majalah Tatsqif? Penelitian yang penulis lakukan ini mencoba meneliti seberapa besar kemampuan majalah Tatsqif dalam menjawab tantangan persaingan Industri media yang begitu ketat pada era globalisasi. Ada tiga hal yang harus diketahui perusahaan untuk mengetahui kekuatan lawan pesaingnya. Yaitu harus mengetahui produk yang dihasilkan lawan, promosi yang dijalankan, kemudian saluran distribusi/lokasi cabang yang dimiliki. Analisis sementara bahwa majalah Tatsqif akan menghadapi persaingan yang begitu ketat. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya media massa yang bermunculan. Seperti Azzikra, Risalah NU, Tarbawi, Al-Waie dan sebagainya. Jika diukur kemampuannya majalah Tatsqif memiliki keunggulan dalam hal tertentu. Untuk itu penulis mencoba mencari keunggulan-keunggulan tersebut. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif komparatif, dan teknik pengumpulan datanya dengan cara observasi, wawancara dan pengumpulan dokumen. Kesimpulan yang diambil yaitu akan ada sisi kelebihan dan kekurangan dari majalah Tatsqif. Namun sisi kelebihan dari majalah Tatsqif tersebut merupakan kemampuan bersaing majalah Tatsqif dengan majalah lainnya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang senantiasa tanpa henti diberikan kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Allah SWT yang meninggikan langit tanpa tiang penyangga, yang menghamparkan bumi tanpa batas dan yang membuat rasa cinta menjadi fitrah manusia. Semoga setiap nikmat, karunia dan kasih sayang yang Allah berikan serta bukti kekuasaan yang Allah perlihatkan, dapat menjadikan kita sebagai insan yang selalu bertakwa. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh para pengikutnya yang selalu istiqomah dalam memperjuangkan agama Allah SWT dan mudah-mudahan kita semua termasuk ummat di dalamnya. Kemudian dengan suri teladan Rasulullah SAW, menjadikan penulis khususnya dan pembaca selalu mencontoh dan meneladani segala hal yang bersumber dari Al-Qur’an Al-Hadits, sehingga kita mendapatkan syafa’at-Nya di yaumil akhir. Amin. Dengan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, sebagai bagian dari tugas dan kewajiban akademis Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos. I). Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan arahan, bimbingan dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya serta rasa hormat yang setinggitingginya kepada: 1.
Bapak Dr. H. Murodi, MA sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta para Pembantu Dekan I, II dan III.
2.
Bapak Drs. Suhaimi, M.Si sebagai Ketua Konsentrasi Jurnalistik.
3.
Ibu Dra. Rubiyanah, M.Ag sebagai Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik,
4.
Bapak Drs. Jumroni, M.Si sebagai pembimbing skripsi, yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan meluangkan waktunya kepada penulis dalam melakukan penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Drs. M. Sungaidi, MA sebagai penasehat akademik yang telah menasehati dalam penyusunan judul skripsi ini.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang memberikan keihlasannya dalam membimbing dan mengajar para mahasiswanya terkhusus kepada penulis.
7.
Seluruh staff dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak memberikan bantuan dan kerjasama
yang baik dalam
menyelesaikan skripsi ini. 8.
Bapak Mara Naek Harahap, sebagai Pimpinan bagian iklan dan produksi majalah Tatsqif, yang telah memberikan informasi dan data mengenai majalah Tatsqif, serta telah meluangkan waktunya untuk wawancara dalam penelitian ini.
9.
Bapak Noor Arief Wicaksono, sebagai kepala bagian pemasaran majalah Tarbawi, yang telah memberikan informasi dan data mengenai majalah
Tarbawi serta telah meluangkan waktunya untuk wawancara dalam penelitian ini. 10.
Bapak Ustadz Farid Wadjdi, selaku Pimpinan bagian iklan dan produksi Majalah Al-Wa’ie, yang telah memberikan informasi dan data mengenai majalah Al-Wa’ie, serta telah meluangkan waktunya untuk wawancara dalam penelitian ini.
11.
Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut membantu hingga selesainya penelitian ini.
Akhirnya, penulis berdoa kepada Allah SWT, sebagai pemegang kekuasaan alam raya agar skripsi ini dapat memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca sekalian, sehingga apa yang penulis lakukan ini dapat menjadi sebuah nilai amal yang memberatkan timbangan kebaikan di sisi Allah Azza Wa Jalla. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………..……………………...i KATA PENGANTAR…………………………………………..…………………ii DAFTAR ISI………………………………………………..……………………...v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah…………………………………………………1 B. Pembatasan dan perumusan masalah…………………………………...10 C. Tujuan dan manfaat penelitian …………………………………………10 D. Metode penelitian……………………………………………………….12 E. Sistematika penulisan …………………………………………………..15
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Majalah…………………………………………………………………..16 B. Persaingan Industri Media……………………………………………….23 C. Era Globalisasi…………………………………………………………...37
BAB III PROFIL MAJALAH A. Profil singkat majalah Tatsqif……………………………………….....45 B. Profil singkat majalah Tarbawi ….........................................................50 C. Profil singkat majalah Al Wa’ie…………………………………….....56
BAB IV
ANALISIS HASIL KEMAMPUAN BERSAING MAJALAH TATSQIF, TARBAWI DAN ALWA’IE A. Majalah Tatsqif dengan Tarbawi……………………………………….61 B. Majalah Tatsqif dengan Al-wa’ie……………………………...……….69 C. Majalah Tatsqif dengan Tarbawi dan Al-wa’ie…………...…………..75
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………..79 B. Saran-saran……………………………………………………………..82
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………83 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kurang lebih tahun 113 masehi di Roma, sejarah menulis manusia semakin berkembang. Orang sudah mampu menulis pada pilar bangunan dengan berbagai hiasan. contohnya Huruf-huruf (tulisan) pada pilar traianus yang merupakan bukti berkembangnya kemampuan menulis manusia Beberapa tahun kemudian timbullah ide dari pemerintahan roma agar tulisan tersebut bisa terpublikasikan kemasyarakat. Akhirnya mereka mencoba membentuk suatu media untuk mempublikasikannya itu. Mereka membuat papan pengumuman yang biasa disebut dengan acta diurna atau catatan harian. Papan pengumuman tersebut digunakan ketika Julius Caesar dinobatkan menjadi konsul (59SM), Ia memerintahkan supaya di Forum Romanum (pasar Roma) dipasang papan pengumuman agar masyarakat mengetahui informasi pemerintahan. Dari sinilah kita mengenal Istilah “akta notaries” (catatan notaris) atau “akta mengajar” (surat keterangan kompetensi untuk mengajar). Kita juga mengenal jurnal (terbitan berkala, teratur) dari kata diurna ini!
1
hal tersebut media informasi
pertama di dalam sejarah manusia. Perkembangan media yaitu di bawah orde baru media massa telah kehilangan keberanian untuk memberitakan secara terus terang dan justru mengembangkan kemampuan menulis secara berputar putar, ini merupakan tindakan pers agar bisa menulis berita tanpa campur tangan pemerintah. Kebiasaan ini menghasilkan efek 1
Masrib Sareb R. Putra, Media cetak bagaimana merancang dan memakai, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 35.
yang biasa disebut “narcotizing disfunction” (Lazarefelt dan Merton, 1972:501502) pada pembacanya. pembaca harus menelan dan mengubur kebenaran melalui pernyataan-pernyataan yang samar. 2 Di era tersebut media massa cetak banyak yang bertumbuhan. Namun sayang disaat itu banyak sekali media massa yang dibungkam dan dibredel dari keberadaannya. Seluruh media massa semuanya harus dibawah kontrol pemerintah, mereka tidak bisa hidup bebas dan harus tunduk kepada pemerintah. Penekanan untuk mempublikasikan atau mengampanyekan program serta kebijakan-kebijakan pemerintah, harus dilakukan oleh setiap media massa. Kekuatan yang menjadi penyokong pemerintah orde baru saat itu ialah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Pers dan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Dengan undang-undang tersebut maka tidak sedikit media massa yang dicabut surat izinnya oleh pemerintah karena menentang pemerintah. Contoh media massa yang dibredel di zaman orde baru yaitu majalah tempo, harian rakyat, bintang timur, warta bhakti, ekonomi nasional dll. Selain itu majalah yang bernuansa Islam pun masih sedikit dan itupun jatuh bangun untuk terus eksis dalam penerbitannya.3 Media massa berkembang secara pesat dan terus bertumbuhan. Hal ini diiringi dengan munculnya UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers
pada pemerintahan
Presiden BJ Habibie yang mengubah pola-pola jurnalis surat kabar.4 Media massa lokal mulai diizinkan untuk beroperasi terutama media televisi. Hal ini bertujuan agar media massa bisa menjadi sosial kontrol bagi lembaga pemerintahan di daerahnya. Dengan hal tersebut pemerintah setempat tidak bisa bertindak sewenangwenang, karena ada banyak media lokal yang mengawasinya. Namun dari hal itu 2
Hanazaki Yasuo, Pers Terjebak (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1998), h. 94. Akhmad Zaini Abar, Kisah Pers Indonesia 1966-1974 (Yogyakarta: LKIS, 1995), h. 50. 4 Abar, Kisah Pers Indonesia, h. 63.
3
semua, yang terjadi adalah jumlah media massa semakin banyak. Sehingga persainganpun semakin ketat. Tidak hanya bersaing secara lokal melainkan bisa bersaing secara nasional. Media massa yang tidak memiliki pengelolaan yang baik maka tentu akan mudah terkalahkan dengan media lain. Belum lagi dia harus bersaing dengan media massa elektronik. Munculnya media massa elektronik bisa dapat menyingkirkan media massa cetak jika masyarakat sudah tidak meminati media cetak. Tetapi seandainya masyarakat masih meminati, tentu persaingan tidak akan berhenti begitu saja. Sebab akan ada persaingan kembali antara sesama media massa cetak. Mashal Mcluhan (1964). Seorang pakar komunikasi terkenal dari kanada, bahkan pernah meramalkan bahwa kehadiran media elektronik TV akan mematikan media cetak. meskipun sampai sekarang Mc luhan tersebut belum terbukti, namun diperoleh gambaran bahwa di Negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa, TV memang merupakan pesaing utama dalam hal pemasukan Iklan. Bagi media massa lainnya seperti radio, surat kabar dan majalah.5 Sebenarnya, antara surat kabar, majalah dan televisi dalam hal menyampaikan Informasi, tak ada bedanya. System penyajiannyalah yang berbeda. Ini yang membuat di antara mereka harus bersaing guna memenuhi target audiensnya. Persaingan inilah yang membuat mereka harus mengelola secara bisnis dengan baik.6 Di Indonesia terdapat 974 Pemegang SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers), 1967 penerbitan non pers pemegang STT (Surat Tanda Terbit). Total oplah 14 juta media eksemplar. Media elektonika 10 stasiun TVRI, 5 stasiun TV swasta, 5
Sutanto, Jurnal 5 dan 6 Aplikasi Teori Niche pada Kompetisi Media Massa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 57. 6 Totok DJuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 45.
315 buah pemancar RRI dan 752 stasiun penyiaran non RRI (sumber: Deppen RI,1999).7 Melihat jumlah media massa yang begitu banyak tentu tidak sembarangan untuk mendirikan suatu media massa. Ia perlu memiliki pengelolaan yang baik sehingga dapat mampu bersaing dan terus eksis dimasyarakat. Membuka usaha pada sektor media massa di era globalisasi ini memang tidaklah mudah. Selain banyaknya saingan media massa, terimbas dampak krisis moneter dan CPM (Cost Per Millimeter) setiap eksemplarnya terus membengkak, distribusi produknya mengalami banyak penurunan. Akibatnya media massa cetak yang beroplah kecil tidak mampu bertahan hidup dan terpaksa menghentikan usahanya. 8 Untuk mempertahankannya media massa perlu memiliki pengelolaan, pemasaran dan bentuk promosi yang baik. Ia tidak hanya sekedar terbit tetapi harus memiliki mutu dan kualitas sehingga mampu merebut target audiensnya dipasaran. Tidak hanya bersaing secara nasional tetapi juga dapat bersaing secara internasional. Dunia semakin lama semakin terlihat tiada batas. Kemajuan teknologi semakin berkembang. Satelit komunikasi mampu mempercepat penyampaian informasi. Segala bentuk informasi sangat mudah diperoleh dan mudah masuk begitu saja. Hal inilah yang disebut komunikasi informasi di Era globalisasi. Segala informasi sangat mudah diperoleh dan sangat cepat sekali hingga hitungan detik saja. Seolah-olah dunia tanpa ada batas kenegaraan.9 Berita-berita dunia dapat mudah masuk begitu saja. Apakah itu melalui internet atau media internasional lainnya.
7
Ibid., h. 29. Ibid., h. 56. 9 Astrid S dan Sunario Susanto, Globalisasi dan Komunikasi (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 89. 8
Media massa akan terus bertambah dan bersaing baik lokal, nasional maupun internasional. Arus budaya luar akan mudah masuk lewat media massa begitu saja dan diserap oleh masyarakat. Apalagi jika budaya luar itu buruk, seperti kebebasan seks, pornografi, narkoba dan lain-lain. Tentu ini merupakan tantangan berat untuk umat Islam kedepannya. Terutama dalam menyebarkan nilai dakwah kepada masyarakat melalui media massanya. Memang sangat dilematis untuk umat Islam. Media massa yang mengusung nilai dakwah Islam sangatlah sedikit dan cenderung sedikit profit. Belum lagi dia harus bersaing dengan media lain dan media yang mengusung nilai dakwah Islam itu juga. Tentu ini adalah tantangan yang sangat besar bagi media dakwah Islam untuk terus eksis dimasyarakat. Media dakwah Islam akan sangat sulit berdiri dan tidak mampu bersaing dengan media lain. Jika tidak disokong dengan strategi dan pengelolaan yang bagus dan kuat. Banyaknya media-media Islam juga menjadi tantangan berat bagi majalah Islam lainnya. Seperti majalah Tatsqif dan majalah Islam lainnya, Walaupun memiliki visi-misi yang sama yaitu dakwah tetapi tetap saja akan ada kompetisi antara majalah Islam. Karena setiap majalah pasti akan berusaha bagaimana majalahnya terus bertahan dan diterima dimasyarakat. Banyaknya majalah Islam seperti Sabili, Saksi, Ummi, Al-Wai’ie, Azzikra, Risalah NU, Annida, Hidayah, Zikir, Alkisah, dan lain-lain. membuat majalah Tatsqif harus memiliki kemampuan dalam merebut pangsa pasar umat Islam. Tentu tidak mudah untuk majalah Tatsqif merebut pangsa pasar umat Islam. Namun majalah Tatsqif mampu menjawab tantangan. Ia mampu bertahan hingga empat tahun dan masih berdiri hingga sekarang.
Majalah Tatsqif adalah majalah sejenis religius. Ia membawa nilai –nilai agama Islam pada majalahnya. Banyaknya media yang bertumbuhan di negeri ini membuat majalah Tatsqif harus siap “bertarung” dengan majalah-majalah lain. Tumbuhnya otonomi daerah di Indonesia membuat media lokal bermunculan. Tidak hanya televisi melainkan juga majalah, koran dan sebagainya. Ditambah lagi dengan adanya informasi global yang masuk kenegeri ini yaitu melalui jaringan internet. Maka kebutuhan akan suatu informasi akan sudah terpenuhi dimasyarakat. Sehingga masyarakat akan kemungkinan meninggalkan media-media yang berunsur tradisional (media cetak) dan lebih memilih media yang berunsur modern (internet) dalam memenuhi kebutuhan akan informasinya. Tantangan yang dihadapi majalah Tatsqif dalam bersaing tidak hanya terjadi dengan media yang berunsur Islam saja. Tetapi juga dapat terjadi dengan media yang biasanya bersifat umum. Hal ini karena persaingan memperebutkan audiens pasar, yang dilihat dari minat pangsa pasar dalam hal apa kecenderungannya. Oleh karena itu media umumpun tidak akan melewatkan begitu saja terhadap masyarakat yang memiliki minat terhadap hal religius. Apalagi hal tersebut sangat menguntungkan bagi industri media tersebut. Tentu media tidak akan berdiam diri begitu saja. Akhirnya dengan berbagai ide yang dikeluarkan. Media yang bersifat umumpun turut menampilkan hal-hal yang “berbau” religius pada setiap rubriknya. Tujuannya menarik pelanggan pembaca media religius untuk membaca medianya yang bersifat umum. Sehingga keuntungannya lebih besar karena seluruh pembaca tertarik ke media umum semua. Ditengah arus globalisasi dan informasi tingkat persaingan industri media sangatlah ketat. Persaingan tidak hanya dengan media cetak saja tetapi bisa saja
dengan media elektronik. Media elektronik terkadang mampu menyingkirkan seseorang untuk meminati media cetak. Hal ini
karena sudah terpenuhinya
kebutuhan akan suatu informasi pada diri seseorang, sehingga seseorang mengabaikan media lain untuk mereka gunakan dalam memenuhi kebutuhan akan informasinya.. Lahirnya reformasi membuat Indonesia dibanjiri dengan berbagai media. Baik itu media yang bersifat umum atau media yang bernuansa religius Islam. Mediamedia Islam terkadang sangatlah dilematis untuk berlomba dalam persaingan, karena terkadang media yang bersifat umumpun memasukkan isi rubrik Islam didalam medianya.
Sehingga sangatlah berat untuk media Islam dalam
mempertahankan keberadaanya. Terutama majalah Tatsqif yang mencoba untuk terus bertahan menghadapi persaingan antara majalah. Perlu kita ketahui bahwa menjadi pelajaran besar bagi umat Islam. Mengenai tidak terbitnya kembali majalah Al-dakwah dan majalah Saksi, kemudian disusul dengan bangkrutnya MQ TV (Manajemen Qolbu Televisi). Ini merupakan corong peringatan bagi setiap media yang membawa nuansa Islam pada setiap segmennya. Bahwa persaingan antara media itu begitu ketat. Sehingga tidak mudah untuk terus bertahan. Memang majalah Tatsqif memiliki keunggulan dalam hal distribusi produk yang sudah mencapai seluruh Indonesia dan cara promosi yang bagus. namun hal itu belum dapat dibuktikan secara Ilmiah. Karena hanya berupa wacana dimasyarakat. Maka ada kemungkinan majalah Tatsqif akan bernasib sama seperti majalah Saksi dan Al-Dakwah. yang terkikis dari keberadaannya. Untuk itu agar bisa dibuktikan secara ilmiah bahwa majalah Tatsqif memiliki kelebihan dari majalah Islam lainnya sehingga ia mampu bertahan hingga sekarang.
maka penulis mencoba melakukan penelitian skripsi dengan judul: MAJALAH TATSQIF
DAN
PERSAINGAN
INDUSTRI
MEDIA
PADA
ERA
GLOBALISASI B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah. Pembatasan masalah persaingan industri media itu sendiri dibatasi pada distribusi produk, promosi dan jumlah oplah yang dicapai. Adapun media yang menjadi pesaing pada majalah Tatsqif, dibatasi pada majalah-majalah Islam yang sudah ada dan diutamakan alamat redaksi berdomisili di Jakarta. Kemudian sedikit memiliki kesamaan isi dengan majalah Tatsqif. Maka dari hal itu semua, penulis memilih majalah Tarbawi dan AlWa’ie sebagai pesaing majalah Tatsqif. 2. Perumusan Masalah. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini ialah : a. Bagaimana distribusi produk majalah Tatsqif, Tarbawi dan Al-Wa’ie? b. Bagaimana promosi yang dilakukan majalah Tatsqif, Tarbawi dan Al-Wa’ie? c. Berapa Jumlah oplah yang dicapai majalah Tatsqif, Tarbawi dan Al-Wa’ie?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui bagaimana distribusi produk, promosi dan jumlah oplah dari majalah Tatsqif, Tarbawi dan Al-Waie. Sehingga kemampuan bersaing majalah Tasqif dapat dianalisis.
2. Mendapatkan strategi promosi pada majalah Tatsqif, Tarbawi dan AlWaie sehingga bermanfaat bagi pemula pembisnis media. b. Tujuan Khusus 1. Untuk memberikan pengetahuan ilmiah kepada mahasiswa UIN konsentrasi jurnalistik yaitu tentang persaingan industri media khususnya majalahmajalah yang bernuansa Islam. 2. Untuk mendapatkan data mengenai distribusi produk dan promosi yang dilakukan majalah Tatsqif dalam mambangun dan mengembangkan medianya, sehingga dapat menjadi masukan bagi para pemula yang ingin terjun dalam dunia bisnis industri media.
2. Manfaat penelitian a. Manfaat secara akademis : Diharapkan penelitian ini dapat menggali, mengembangkan dan menemukan tentang keilmuan Jurnalistik sehingga bermanfaat bagi setiap orang
dalam
menerapkan
keilmuwan
kejurnalistikannya
terutama
dikehidupan sehari-hari. b. Manfaat secara praktis : Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat, menjadi bahan masukan dan pertimbangan, Terutama bagi para wartawan atau pengusaha yang ingin terjun dalam dunia bisnis industri media dan berkeinginan untuk mendirikan media yang bernafaskan Islam atau religius.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian dan pendekatan penelitian Metode
yang
digunakan
adalah
deskriptif
komparatif
yaitu
membandingkan data diskriptif yang telah diperoleh. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata yang tertulis dari orang yang diamati. Menurut Bogdan dan Tailor metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati10.
2. Subjek dan objek penelitian Subjek penelitian yaitu
majalah Tatsqif yang didalamnya terdapat
pengurus dan pengelola yang dapat dijadikan sumber informasi, sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini ialah kemampuan atau kelebihan dan kekurangan majalah Tatsqif dalam bersaing dengan majalah lain seperti Tarbawi dan AlWa’ie.
3.
Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara, diantaranya:
10
J,Makong Lexi, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), cet. Ke-10, h.3.
a.
Observasi, penulis melakukan pengamatan langsung ke kantor redaksi majalah Tatsqif, majalah Tarbawi dan Alwa’ie, pada akhir bulan Juli sampai awal bulan oktober 2008. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan secara langsung dilapangan, sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Data yang didapatkan yaitu mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing majalah.
b.
Wawancara, dengan menghimpun data untuk proses pemecahan masalah dan data diperoleh melalui tanya jawab secara lisan antara penulis dengan narasumber. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data secara langsung dari lisan narasumber terutama mengenai distribusi produk, promosi yang dilakukan, jumlah oplah dan lain-lain.
c.
Dokumentasi, yaitu mengambil data berupa file-file atau dokumen yang dimiliki majalah Tatsqif,
Tarbawi dan Al-Wa’ie
yang
bersangkutan dengan penelitian.
Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan data yang tidak diperoleh dengan wawancara dan observasi.
4. Teknik analisis data Setelah data yang diperoleh terkumpul melalui teknik pengumpulan data. Maka langkah selanjutnya data-data tersebut disusun secara sistematis, lalu diklasifikasikan untuk kemudian dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam menganalisanya penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu
deskriptif komparatif.
Penulis menganalisis dan membandingkan data-data
deskriptif yang telah diperoleh. F. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan oleh penulis terdiri dari lima bab yang disesuaikan dengan pokok masalah yang hendak dibahas. Adapun sistematika penulisan secara lengkap adalah, sebagai berikut : BAB I :
PENDAHULUAN Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS Meliputi pengertian majalah, persaingan industri media dan era globalisasi. BAB III : PROFIL MAJALAH Meliputi profil singkat majalah Tatsqif, Tarbawi dan Al-Wa’ie. BAB IV : ANALISIS
HASIL
KEMAMPUAN
BERSAING
MAJALAH
TATSQIF, TARBAWI DAN ALWA’IE. Meliputi majalah Tatsqif dengan Tarbawi, majalah Tatsqif dengan Alwa’ie, majalah Tatsqif dengan Tarbawi dan Al-wa’ie. BAB V : PENUTUP Meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS MENGENAI MAJALAH, PERSAINGAN INDUSTRI MEDIA DAN ERA GLOBALISASI
A. Majalah 1. Pengertian Majalah Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian majalah ialah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. Menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya. Kemudian menurut pengkhususan isinya di bedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya.11 Menurut Denis McQuail majalah adalah institusi media yang berkaitan dengan industri dan pasar, karena ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi dan kebutuhan pembiayaan.12 Oleh beberapa ahli, majalah didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Ada pula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidaktidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu 11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 545. 12 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Erlangga, 1987), Cet. Ke-2, h. 40.
dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini.13 Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam
subyek
yang
bervariasi.
Majalah biasa
diterbitkan mingguan,
dwimingguan atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Publikasi akademis yang menulis artikel padat ilmu disebut jurnal.14
2. Sejarah Majalah Majalah yang paling awal berdiri yaitu Erbauliche Monaths-Unterredungen (1663-1668) diterbitkan oleh Johann Rist, seorang teolog dan penyair dari Hamburg, Jerman. Kemudian di tahun 1672 terbit jenis majalah yang berkala hiburan dan lebih ringan, yaitu Le Mercure Galant (berubah nama, pada tahun 1714, menjadi Mercure de France), didirikan oleh seorang penulis, Jean Donneau De Vice. Isinya: kisah-kisah kehidupan, anekdot, dan mutiara hikmahresep yang terbukti popular dan ditiru secara jelas. Di abad ke 18 perkembangan di Inggris, ditandai dengan keadaan masyarakat yang telah meningkat kemampuan “melek huruf”-nya (literacy)khususnya
dikalangan
perempuan,
ditambah
menggejalanya
kesadaran
masyarakat akan hal-hal baru. Majalah memberi kebutuhan akan hal itu, dan 13
Satrio Arismunandar, Bergerak!-Peran Pers Mahasiswa dalam Penumbangan Rezim Soeharto (Yogyakarta: Genta Press, 2005), h. 34. 14 www.wikipedia.com,“pengertian majalah” diakses pada 9 november dari http://id.wikipedia.org/ wiki/Majalah.
menapakkan kemapanan, oleh karenanya yang lebih khusus lagi, di Inggris, kemapanan penerbitan majalah dipengaruhi oleh tiga essay periodicals (esai-esai berkala), yang ditulis: Daniel Defoe’s The Review (1704-13; terbit seminggu tiga kali); Sir Richard Steele’s the Tatler (1709-11;juga terbit tiga kali semiggu), yang dilanjutkan Joseph Addison; dan Steele’s dalam The Spectator (1711-12; diterbitkan kembali pada tahun 1714, sebagian harian). Di abad ke 19 adalah awal majalah mulai didistribusikan secara massal. Di awal penerbitannya, berbagai majalah didesain hanya untuk kalangan terbatas. Penerbitnya lebih suka disebut pengelola “quality” magazines. Sejak tahun 1830-an, bermunculan majalah-majalah berharga murah, yang ditujukan kepada publik yang lebih luas. Awalnya berbagai majalah ini menyajikan materi-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur keluarga, tapi, pada akhir abad 18, berkembang majalah-majalah popular yang semata-mata menyajikan hiburan. Di Inggris, Carles Knight, menjadi pelopor majalah jenis baru ini. Ia menerbitkan mingguan Penny magazine (1832-1846) dan Penny Cyclopedia (1833-1858).15 Di AS, sampai tahun 1850, perkembangan itu tidak ditemukan. Yang tercatat mengembangkan penerbitan berskala nasional jangkauan oplahnya ialah Saturday Evening Post (1821-1869, terbit lagi tahun 1971) dan Youth Companion (1827-1929). Pada seperempat akhir abad ke 19, penerbitan majalah mengalami peningkatan pasar. Masyarakat mendapat limpahan informasi dan hiburan. George Newnes (Inggris), berawal dari kesukaannya menggunting paragraph-
15
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 78.
paragraf, pada tahun 1881 menyalurkan hobinya ke dalam penerbitan majalah “murah”(penny), Tit-Bits-pada tahun 1968 berubah Titbits-yang terbit secara periodik, dan menyebar secara meluas melintasi batas negara. Ia mengawali keberhasilan Wide Word magazines (1898), juga The Strand magazines (18911950)-salah satu majalah hiburan bulanan pertama dengan banyak ilustrasi. The Strand menjadi popular dan terkenal karena memuat kisah-kisah Sherlock Holmes karya Arthur Conan Doyle. Selain Amerika dan Inggris, industri penerbitan majalah juga berkembang. Di Australia, Australia magazines, ialah majalah pertama yang terbit bulanan pada tahun 1821 sampai 13 edisi. South Asian Register, tahun 1827, tiga bulanan yang terbit sampai 4 edisi. Hobart Town magazine (1833-1834) bertahan cukup lama memuat berbagai cerita, puisi dan artikel-artikel dari para penulis Australia. Di India, penerbitan majalah awal diterbitkan oleh orang-orang Inggris (kalangan kolonial). Oriental magazine, ialah majalah awalnya, atau Calcuta Amusement (1785-1786); lalu, diikuti sejumlah penerbitan misionaris yang umumnya berumur pendek. Majalah pertama yang didirikan dan diedit oleh orang India ialah Hindustan Review, terbit sejak tahun 1900. Di Cina majalah terbit pada tahun 1815 sampai pada tahun 1822 yaitu majalah Chinese Monthly magazine. Diikuti East-West Montly magazine, yang dicetak di Canton sejak tahun 1833 sampai tahun 1837 dan di Singapura dari tahun 1837 sampai pada tahun 1847.16
16
Ibid., h.65.
Di Inggris (London), majalah yang pertama kali terbit adalah Review yang diterbitkan oleh Daniel Depoe pada tahun 1704. Di Amerika, Benjamin Franklin telah memelopori penerbitan majalah di Amerika tahun 1740, yakni General magazine dan Historical Chronicle. Di Indonesia, sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai menjelang dan pada awal kemerdekaan Indonesia. Awal Kemerdekaan: Soemanang, S.H. yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Zaman Orde Lama, seperti halnya nasib surat kabar pada masa orde lama, nasib majalah pun tidak kalah tragisnya di saat peperti mengeluarkan pedoman resmi untuk penerbit surat kabar dan majalah di seluruh Indonesia. Zaman Orde Baru, awal orde baru (1966) banyak majalah yang cukup beragam jenisnya. Zaman Reformasi, Tidak diperlukan lagi Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) di zaman reformasi, membuat berbagai pihak menerbitkan majalah baru yang sesuai dengan tuntutan pasar.17
3. Karakteristik Majalah a. Penyajian lebih dalam. b. Nilai aktualitas lebih lama. c. Gambar atau foto lebih banyak. d. Kover sebagai daya tarik.
17
Nanath, “Bentuk-Bentuk Media Massa,” Artikel diakses pada 9 November 2008 dari http:// kuliahkomunikasi. com/?p=21
4. Fungsi Majalah Majalah berita berfungsi sebagai media informasi, fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita fungsinya untuk menghibur. Majalah pertanian berfungsi untuk memberikan pendidikan, selanjutnya adalah informasi.18
5. Kategori Majalah. Menurut ENCYCLOPEDIA BRITANNICA.com (2000) majalah dibagi menjadi sejumlah kategori yaitu : a.
Majalah Umum: sesuai dengan namanya, majalah umum berisi berbagai macam hal dan ditujukan tidak pada segmen tertentu. Pada masa jayanya, saat bentuk majalah mulai dipopulerkan, jenis majalah ini menguasai pasar penerbitan majalah.
b. Majalah penerbangan: jenis majalah ini sejenis majalah internal yang ditujukan kepada para penumpang pesawat terbang. Umumnya majalah jenis ini masih satu rumpun dengan majalah umum. Sifat internal majalah ini menyebabkan isi materialnya disesuaikan dengan material profil penumpang pada pesawat terbang. c. Majalah Berita: majalah berita merupakan satu bentuk publikasi yang mengombinasikan unsure aktualitas peristiwa mingguan dengan peliputan mendalam. Isi majalah ini kebanyakan ditulis dengan menggunakan pendekatan Feature.
18
Nanath, “Bentuk-Bentuk Media Massa.”
d. Divisi majalah dalam Koran: ini adalah majalah yang diterbitkan sejumlah surat kabar kepada pelanggan mereka yang memiliki minat dan perhatian tertentu. e. Majalah Religius: sesuai dengan namanya, majalah Religius memuat artikel keagamaan. Kendati berlatar agama yang sama, jenisnya cukup bervariasi. f. Majalah pria atau wanita: majalah yang memposisikan diri sebagai majalah kaum pria atau majalah kaum wanita. Isinya mengenai kebutuhan kaum wanita atau kaum pria. Misalnya: hasrat seks, hobi, sampai minat dan sebagainya. g. Majalah olahraga: tema berita maupun artikel berkisar pada masalah olahraga dan aktivitas fisik diluar ruangan. Selain majalah olahraga yang bersifat umum, ada pula yang mengkhususkan diri pada topik tertentu seperti raket untuk tennis dan bulutangkis. h. Jurnal perdagangan: karena ditujukan untuk kepentingan bisnis artikelnya pun kebanyakan berkisar soal bisnis dan ekonomi. Sebagian besar jurnal perdagangan ini diisi oleh kotributor tertentu. i.
Majalah perusahaan: ada yang ditujukan untuk khalayak umum, ada pula yang diterbitkan sekedar untuk memenuhi kebutuhan perusahaan menjalin kontak antar anggota. Majalah ini ditujukan untuk mencitrakan dan meningkatkan lembaga.
j.
Majalah fraternal: majalah ini diterbitkan untuk kepentingan organisasi. Kebanyakan sajiannya berisi materi yang melibatkan para anggota dalam proyek-proyek organisasi seperti the Rotarian untuk para anggota Rotary Club
k. Majalah opini: berisi berbagai artikel opini. Misalnya, majalah yang bervisi politik tertentu. Jika dikelola dengan baik, kredebelitasnya mendorong banyak
penulis
untuk
mengirimkan
pemikiran-pemikirannya.
Para
penulisnya
kebanyakan preatise. l.
Publikasi Alternative: disebut juga ‘pers bawah tanah’ beberapa filosofinya bersandar pada khalayak yang tergolong kecil hingga medium jumlahnya. Cakupan isinya dimulai dari minat yang sempit dengan format yang sederhana, namun tak tertutup kemungkinan disukai publik.19
B. Persaingan Industri Media 1. Persaingan a. Pengertian Persaingan Menurut Muhammad Ali persaingan ialah berlomba-lomba dalam mendapatkan hasil tertentu.20 Sementara menurut kamus besar bahasa Indonesia terbitan Depdiknas persaingan ialah usaha memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan (perusahaan negara) pada bidang perdagangan, produksi, persenjataan dan sebagainya.21 Hukum rimba sangat berlaku di dunia. Bahwa dunia tidak akan lepas dari persaingan. Manusia tidak bisa lepas dari dunia persaingan. Seperti persaingan dalam perdagangan, persaingan berprestasi di bidang pendidikan, persaingan kekuatan militer. Persaingan memang ada di mana saja, sejak kita di bangku sekolah, kita bersaing untuk menjadi juara kelas. Dalam setiap perlombaan/kompetisi kita bersaing untuk menjadi pemenangnya. Begitu juga halnya di dalam 19
Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 57-58. Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta : Pustaka Amani, t.t.), h. 373. 21 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 978. 20
dunia bisnis media, seluruh perusahaan akan bersaing untuk berhasil menguasai pasar produk
media yang dijualnya. Untuk memenangkan
persaingan tentu perlu mengerahkan segenap kemampuan dan sumber daya yang kita miliki untuk “berperang” habis-habisan agar bisa memenangkan persaingan. b. Persaingan Menurut Agama Islam Persaingan
didalam
Islam
bahwa
Rasulullah
SAW.
Pernah
memberikan contoh bagaimana bersaing dengan baik ketika Ia berdagang. Beliau tidak pernah melakukan usaha untuk menghancurkan pesaing dagangnya. Yang dilakukan beliau adalah dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya Rasulullah memberikan pelayanan kepada para pembeli. Ketika barang yang beliau jual ada rusak atau cacat, maka segera beliau ganti dengan yang lain yang masih bagus. Inilah yang membuat para pelanggannya memberikan kepercayaan dan loyalitasnya pada Rasulullah SAW.22 Persaingan dijadikan sebagai sarana untuk bisa berprestasi secara fair dan sehat (fastabikul al-khayrat). Kalau Allah SWT tidak menghendaki adanya persaingan, maka tentu Allah SWT tidak akan menciptakan kita dalam beragam etnis dan budaya yang berbeda. Adanya persaingan justru harus bisa memacu umat Islam untuk menjadi umat yang terbaik (khairu ummat). Jadikanlah sebagai partner untuk memicu kita agar menjadi
22
Bey Laspriayana, “Bisnis Syafaat,” artikel diakses pada 9 November 2008 dari http://beyblog. syafaatadvertising.net/?p=30
manusia-manusia yang kreatif dan terus berinovasi untuk menghasilkan produk-produk baru.23 c. Persaingan Dalam Hal Bisnis. Sejalan dengan globalisasi ekonomi pada tingkat makro kegiatan bisnis, pada tingkat mikro berekspansi melewati batas-batas ekonomi regional (bordeless). Ini sekaligus memujukan trend kegiatan kemitraan bisnis antar perusahaan global dan secara kontrofesi ini, perkembangan ini pun akan semain kuat dengan pelaksanaan sistem ekonomi dunia yang semakin liberal.24 Persaingan, dalam dunia bisnis, bukan hal yang tabu, melainkan sudah begitu alamnya. Tanpa persaingan, bisnis tak akan maju, karena tak akan ada pacuan untuk memberikan yang terbaik kepada para pelanggan atau konsumen. Padahal, tuntutan konsumen bukan saja terus berkembang dan bervariasi, melainkan akan sangat spesifik dan lebih personal.25 Menajamnya persaingan maupun konsep kerjasama bisnis memberi isyarat bahwa perusahaan harus memperkuat diri dalam menjalankan kegiatan marketing dan bisnis. Michael Porter telah memperkenalkan strategi generic untuk bersaing yang meliputi biaya diferensiasi dan fokus. Ini berarti perusahaan perlu meningkatkan kemampuan produksi sekaligus keuangan untuk menjamin tercapainya keunggulan perusahaan dalam hal
23
Muhammad Asep Zaelani, “Etika dan Prinsip Bisnis dalam Islam” artikel diakses pada 9 novemer 2008 dari http://dpu-online.com/index.php?artikel/detail/3/1363/artikel-1363.html 24
Ronald Nangoi, Marketing dalam Era Globalisasi (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), h. 41. EBizzAsia, “Menyiasati Persaingan,” diakses pada 9 november 2008 dari http://www.ebizzasia.com/0327-2005/focus,0327,02.htm 25
biaya. Juga kemampuan penelitian dan pengembangan serta kemampuan marketing untuk melakukan defernsiasi serta focus marketing. Dalam era persaingan kegiatan penelitian dan pengembangan sering menjadi acuan bagi perusahaan yang berusaha memasarkan produk secara kompetitif. Untuk mampu melakukan deferensiasi produk dalam strategi pemasaran maka perlu dilakukan penelitian dan pengembangan. Melalui penelitian dan pengembangan, perusahaan bisa melakukan pengembangan produk, proses dan kualitas produk, untuk meningkatkan keunggulan strategi perusahaan. Walaupun beresiko tinggi dan mengandung biaya, kegiatan penelitian dan pengembangan menurut para ahli memberi keunggulan perusahaan terutama dalam hal deferensiasi produk perusahaan/ menghasilkan produk dengan tingkat biaya yang lebih rendah, banyak faktor kunci keberhasilan dalam industri, mendapatkan keunggulan pionir, memperbaiki struktur industri dimana perusahaan bersaing.26 Ada tiga hal yang harus diketahui perusahaan untuk mengetahui kekuatan lawan pesaingnya. Yaitu harus mengetahui produk yang dihasilkan lawan, promosi yang dijalankan, kemudian saluran distribusi/lokasi cabang yang dimiliki.27
2. Industri a. Pengertian Industri
26 27
Nangoi, Marketing dalam Era Globalisas, h.41-43. Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta, Rajawali Press, 2006), h. 259.
Industri ialah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin.28 Sementara Menurut Muhammad
Ali Industri ialah sebuah kegiatan
perusahaan
yang
menghasilkan produksi barang-barang.29 Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan industri yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan, bahan baku barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang tinggi untuk penggunaan termasuk kegiatan rancang bangun perekayasaan industri. Rancang bangun industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan kegiatan perencanaan pendiriaan industri atau pabrik secara keseluruhan atau bagian-bagiannya. Secara keseluruhan atau bagianbagiannya. Perkeyasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan industri lainnya. 30 Jenisjenis industri terdiri dari industri pertanian, indutri pertambangan, industri barang dan jasa, indutri media dan lain-lain. Proses industri terdiri dari Produksi, distibusi, konsumsi, pemasaran. Karena hal pokok disini yang dibahas mengenai media maka produk dari industri media yaitu majalah, radio, telepon, telegraf, surat kabar, tabloid, buletin, internet. Majalah
adalah Industri maka ada suatu proses produksi didalam
menerbitkan majalahnya. Proses produksi majalah tidak jauh berbeda dengan 28
Nangoi, Marketing dalam Era Globalisas, h. 42. Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 133. 30 Kertassaputra G, Pembentukan Perusahaan Industri (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 66.
29
majalah-majalah lainnya. Secara kronologis dapat dilukiskan sebagai berikut: langkah pertama dimulai dengan wartawan yang memuat berita dan berita yang sudah diketik dengan komputer disimpan dalam file, kemudian file berita yang sudah selesai ditulis, dimasukkan ke dalam “direktori redaktur” dan dari sini redaktur mengakses file yang berisi naskah dari wartawan untuk diedit dan disunting. Setelah redaktur selesai menyunting, naskah yang sudah disunting tersebut dimasukkan ke dalam “direktori composing” untuk diproses oleh bagian composing guna menyusun layout melalui
layar
monitor.
Dengan
menggunakan
komputer,
penataan
perwajahan surat kabar tidak lagi dilakukan di atas lembar kerja layout. Perwajahan yang sudah dibuat,dengan demikian tinggal “ditembak” (di foto) di bagian reproduksi untuk dibuatkan film negatifnya guna membuat plat cetak.31 b. Kegiatan Ekonomi Industri 1. Produksi, yaitu suatu kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa. Produksi dapat pula dilakukan untuk menambah manfaat barang guna memenuhi kebutuhan. 2. Distribusi, yaitu kegiatan menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen melalui proses jual beli. 3. Konsumsi, yaitu kegiatan memakai atau menggunakan barang untuk memenuhi kebutuhan. Konsumsi di dalam industri bukan berarti industri mengkonsumsi
barang
yang
di
produksi
olehnya.
Melainkan
mengkonsumsi barang untuk memenuhi kebutuhan produksi. 32 31 32
Muhamad Budyana, Jurnalistik Teori dan Praktik (Jakarta : M.A. ROSDA, t.t.), h.35. Saidiharjo, Cakrawala Pengetahuan Social Untuk Kelas 5 SD (Solo : Jata Lestari, 2004), h. 57-59
3. Media a. Pengertian Media Media adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran majalah, radio dan televisi, film, poster dan spanduk. Sementara media massa ialah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.33 Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan seharihari, istilah ini sering disingkat menjadi media.34 Media merupakan Industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat.35 Media terbagi tiga jenis yaitu media elektronik auditif, media audiovisual dan media cetak. media elektronik auditif ialah media yang
33
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 657 www.wikipedia.com, “Pengaruh Media Massa Pada Budaya,” diakses pada 9 November dari http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa 35 McQuail,. Teori Komunikasi Massa,. h. 3.
34
dipengaruhi oleh dimensi verbal, teknologikal, dan fisikal. Contohnya yaitu radio siaran. Media audiovisual ialah media yang dipengaruhi oleh dimensi verbal, teknologikal, visual dan dramtikal. Contohnya yaitu televisi dan internet. media cetak media yang dipengaruhi oleh faktor verbal dan visual. Contohnya yaitu, majalah, koran, buku, bulletin dan lain-lain. b. Pengaruh Media Massa Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari: 1.
Skala kecil (individu) dan luas (masyarakat).
2.
Kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi. Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi masa, Harold
Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu : 1. Siapa (who) 2. Pesannya apa (says what) 3. Saluran yang digunakan (in what channel) 4. Kepada siapa (to whom) 5. Apa dampaknya (with what effect) Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.36 c. Tujuan Media Dalam Masyarakat Sebagai Berikut :
36
Wikipedia, “Pengaruh Media Massa Pada Budaya,”
a. Informasi -
Menyediakan Informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.
-
Menunjukan hubungan kekuasaan.
-
Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.
b. Korelasi. -
Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari, makna, peristiwa dan Informasi.
-
Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan.
-
Melakukan sosialisai dan membentuk kesepakatan.
c. Kesinambungan. -
Mengeskpresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (sub culture) serta perkembangan budaya baru.
-
Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai
d. Hiburan. -
Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi.
-
Meredakan ketegangan sosial.
e. Mobilisasi. - Mengkampayekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan dalam bidang ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.37
37
McQuail, Teori Komunikasi Massa, h. 70.
4. Gambaran Persaingan Industri Media Setelah tergulingnya orde baru. Dunia penerbitan pers kerap dalam kebablasan. Media cetak yang terbit tak terhitung jumlahnya. Jumlah radiopun akan demikian jika tidak dibatasi siapa saja asal punya uang 20 juta rupiah. Punya keberanian terlibat maka sudah dapat menerbitkan media. Apakah medianya nanti bisa tetap terbit atau tidak. Itu soal nanti. 38 Komersialkan media mempengaruhi sarana pengungkapan dalam media itu sendiri. Dimana sejumlah berita berlomba menarik perhatian. Himbauan sering kali ditujukan pada emosi orang dan mekanisme penerimaannya untuk memastikan bahwa mereka tidak dapat diingkari oleh penerima pesan yang disajikkan. Hal seperti ini tidak mendorong mempelajarinya dengan teliti dan menemukan pengalaman emosional yang segar dan bervariasi halus. Persaingan yang banyak juga mempengaruhi penggunaan non komersial media, mengharuskan atau menggoda para produser materi non komersial untuk menggunakan teknik komersial dan memperoleh simpati dengan syarat-syarat sama.39 Pada era reformasi seperti sekarang ini media massa tidak hanya berfungsi sebagai sarana informasi pendidikan, hiburan, dan kebudayaan tetapi juga telah tumbuh sebagai sarana bisnis. Kini, informasi telah menjadi komoditi yang dapat diperjual belikan untuk mendapat keuntungan. Pertambangan yang terjadi di dunia, termasuk Indonesia menunjukan bahwa sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi komunikasi, media massa telah tumbuh
38
Zainal Abiding Partau, Media Relations. Strategi Meraih Dukungan Publik (Jakarta: MM. PT Indeks kelompok Gramedia, 2006) h. 80. 39 Jvs Tandowidjojo, Media Massa dan Pendidikan, (Yogyakarta: CM Kanisius, 1985), h. 40.
menjadi Industri yang cukup vital dalam suatu Negara. Dalam hal ini Denis Mcquail antara lain mengatakan. “Media massa adalah suatu Industri yang tumbuh dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, memproduksi barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait media massa juga merupakan suatu industri yang memiliki norma-norma yaqng menghubungkan dirinya dengan masyarakat dan instituasi social social media massa di atur oleh masyarakat.”40 Pertumbuhan industri media massa di Indonesia sedikitnya ditandai oleh 3 hal pertama, pengolahan usaha di bidang media massa yang tidak lagi dilakukan dalam bentuk yayasan serta semata-mata mengutamakan aspek idealnya, tetapi berupa PT yang didukung oleh sistem manajemen professional dan penggunaan produk-produk teknologi canggih serta mengarah kepada komersialisme, kedua semakin banyaknya pengusaha nasional atau lazim disebut konglomerat yang menanamkan modalnya dibidang media massa dan mengarah pada spesialisasi. Ada dua aspek yang perlu kita perhatikan. Aspek pertama, menyangkut perangkat keras (hardware) atau produk teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai produk teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini praktis telah menjelma menjadi medium-medium baru dalam penyampaian informasi. Aspek kedua, menyangkut pergeseran struktur dan mekanisme dalam industri media itu sendiri, yang mengakibatkan perubahan pula dalam pola kerja dan operasional industri media. Pergeseran ini terjadi terutama karena didorong
40
McQuail, Teori Komunikasi Massa, h. 3
oleh faktor-faktor lingkungan global, seperti proses globalisasi, yang imbasnya mempengaruhi industri media di Indonesia. .41 Perkembangan keadaan lebih lanjut
menunjukan bahwa pertumbuhan
industri media massa ini juga diwarnai dengan situasi kompetisi yang semakin ketat. Situasi persaingan ini tampaknya tidak dapat dihindari kecepatan pertumbuhan industri media yang tidak seimbang dengan percepatan perluasan pangsa pasar. Sebagaimana diketahui ilmu komunikasi adalah ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner. Selama ini literature komunikasi massa dipenuhi oleh hasil-hasil keinginan mengenai “diffusion of innovations” “flow diffusions of information”, “ agenda setting, “uses and gratification” massa media and social change serta studi-studi lainnya tentang proses dan dampak dari media massa. Belakangan sejalan dengan pertumbuhan media massa sebagai Industri dalam era globalisasi Informasi pendekatan ekonomi dan politik. Juga mendominasi perbincangan mengenai permasalahan-permasalahan komunikasi khususnya dalam skala internasional. Pertumbuhan dan kompetisi antara media massa lingkungan hidup populasi media massa dari tahun ke tahun tampak semakin padat dan beragam jenisnya. Keadaan ini tentu saja membawa konsukuensi yakni semakin ketatnya
41
Arif Ahmad Zulkifli, “Industri Globalisasi Media,” artikel diakses pada tangga l5 okteber 2008 dari :
http:// //arifblog ndex.php?artikel/detail/3/1363/artikel-1363.html
kompetisi. Tingkat kompetisi antara warga populasi media massa akan semakin dirasakan terutama apabila corak isi serta jangkauan khalayak sasarannya relative sama satu dengan lainnya. Lazimnya, kompetisi antar media mulai terlihat pada saat munculnya media baru karena saat itu kompetisi memperebutkan khalayak. Sejarah mencatat di Amerika dan Eropa munculnya bioskop yang diikuti dengan semakin menurunnya jumlah pengunjung dan frekuensi kunjungan terhadap gedung-gedung opera dan pertunjukan rakyat lainnya. (Dimmick, Dobos dan Lin 1985): lahirnya media elektronik radio (ditemukan tahun 1907) juga membawa dampak negatif pada surat kabar yang ada. Situasi kompetisi antarmedia massa semakin ketat dengan hadirnya TV yang ditemukan pada tahun 1927 pemunculan TV memang memang sangat menarik perhatian masyarakat karena karakter yang Audio Visual. Mashal Mcluhan (1964). Seorang pakar komunikasi terkenal dari kanada, bahkan pernah meramalkan bahwa kehadiran media elektronik TV akan mematikan media cetak. meskipun sampai sekarang Mc luhan tersebut belum terbukti, namun diperoleh gambaran bahwa di Negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa, TV memang merupakan pesaing utama dalam hal pemasukan Iklan. Bagi media massa lainnya seperti Radio, surat kabar dan majalah. Hal serupa juga terjadi di Indonesia pada TVRI tatkala masih diperbolehkan menayangkan iklan. Jumlah rupiah perolehan iklan TVRI jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah pemasukan Iklan yang diterima radio, surat kabar, majalah dan bioskop. Kini situasi kompetisi antar industri media semakin meningkat lagi dengan hadirnya berbagai bentuk media baru. Pada kelompok media Audio-visual
misalnya. Sejarah hiburan yang ditayangkan TV melalui udara harus bersaing dengan Cable TV, VCR, atau VTR berbagai macam video games, serta bentuk baru bioskop atau sinema yang disebut “cinemplex (cinema complex). Pada kelompok media audio, radio juga bersaing dengan kaset yang semakin popular dan bervariasi isinya. Sementara pada kelompok media cetak seperti surat kabar dan majalah, situasi persaingan ditandai dengan semakin beragamnya bentuk dan spesialisasi isi penerbitan. Kompetisi antar media massa tidak hanya terjadi antar populasi (misalnya antara TV dengan radio, surat kabar dengan majalah atau radio dengan surat kabar, tetapi juga antara sesama warga populasi ini tampak cenderung lebih ketat dibandingkan dengan kompetisi antar populasi. Situasi kompetisi antar industri media baik kompetisi antar populasi media ataupun kompetisi sesama warga populasi media juga terjadi di Indonesia. Karena jumlah populasinya yang semakin membesar. Sebagai gambaran menurut catatan media scene 1990-1991 yang diterbitkan PPPI pada tahun 1991 di Indonesia terdapat 267 macam penerbitan yang terdiri dari 156 surat kabar dan 111 majalah dan bulletin dengan sirkulasi total sekitar 14,2 juta eksemplar. Jumlah stasiun siaran radio yang tercatat hingga tahun 1991 adalah 692 buah terdiri dari 49 stasiun RRI 498 siaran radio swasta (komersial), 7 siaran non komersial, 133 studio radio daerah (sturdo) dan 5 siaran radio swasta (komersial), 7 siaran non komersial, sementara itu jumlah pesawat Radio Swasta tercatat sekitar 40 juta, sedangkan pesawat TV telah mencapai sekitar 7,6 juta. Jumlah gedung bioskop yang tercatat hingga tahun 1991 adalah sekitar 25.000 buah dengan kapasitas tempat duduk rata-rata 500 perbioskop. Di bandingkan
dengan jumlah penduduk secara nasional angka-angka populasi media tersebut diatas barangkali masih kurang berimbang. Namun, persoalannnya adalah bahwa distribusi dari media tersebut sebagian besar di antaranya terpusat di Jakarta dan dibeberapa kota besar (ibukota propinsi) lainnya.42
C. Era Globalisasi 1. Pengertian Era dan Globalisasi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia Era ialah kurun waktu dalam sejarah, sejumlah tahun dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah dan juga berarti masa atau zaman.43 Sementara Globalisasi yaitu proses masuknya keruang lingkup dunia. 44 Sekurang-kurangnya persepsi mengenai globalisasi telah mendorong pemikiran bahwa “bumi adalah satu” dalam pengelolaan lingkungan hidup dan juga menjadi justifikasi bagi kebijakan intervensi politik dan militer ke negara lain untuk tujuan kemanusiaan.45 Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru
42
Sutanto, Jurnal 5 dan 6 Aplikasi Teori Niche pada Kompetisi Media Massa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 57-59. 43 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.355 44 Ibid., h. 435 45 Teuku May Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional, (Bandung: Refika Aditama 2005).
atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negaranegara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.46
2. Fenomena Era Globalisasi. Dunia semakin lama semakin terlihat tiada batas. Kemajuan teknologi semakin berkembang. Satelit komunikasi mampu mempercepat penyampaian informasi. Segala bentuk informasi sangat mudah diperoleh dan mudah masuk begitu saja. Hal inilah yang disebut komunikasi informasi di Era globalisasi. Segala informasi sangat mudah diperoleh dan sangat cepat sekali hingga hitungan detik saja. Seolah-olah dunia tanpa ada batas kenegaraan.47 Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia. Melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. 46
www.wikipedia.com,“Pengertian Globalisasi” diakses pada 9 november 2008 dari http://id.wikipedia. org/wiki/Globalisasi# Pengertian 47 Astrid dan Sunario-susanto S, Globalisasi dan Komunikasi, ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995).
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.48 Globalisasi itu sendiri bukanlah suatu fenomena baru dalam sejarah pendidikan dunia sebelum kemunculan Negara bangsa (nation Staler) perdagangan dan migrasi lintas benua telah sejak lama berlangsung jauh sebelumnya perdagangan regional telah membuat interaksi antar suku bangsa terjadi secara ilmiah, sejak masa sejarah modern, khususnya sebelum mematuhi abad ke 20 ini. Globalisasi dipandang sebagai gelombang masa depan. Dua decade sebelum perang dunia ke I arus uang Internasional telah meningkatkan eropa lebih erat dengan Amerika serikat, Asia, Afrika dan Timur tengah, pasar modal Booming di kedua sisi atlantik sementara itu bank dan investasi swasta sibuk mendifersifikasikan investasinya dari Argentina hingga Singapura, namun sejalan dengan siklus ekonomi dan politik dunia. Gelombang Globalisasi melanda saertro dunia sejak dekade 1980 an jauh berbeda dari segi intensitas dan cakupannya. Proses konservergasi yang kita saksikan akibat dari globalisasi dewasa ini praktis telah menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan, yang tidak saja disegala bidang (ekonomi, bisnis, budaya, politik, ideologi) melainkan juga telah menjamah ketataran sytems, procesrces, actors, dan events. Sekalipun demikian tidak bararti bahwa prosesnya berlangsung dengan mulus.49
48
www.wikipedia.com,“Globalisasi,” diakses pada 9 november 2008 dari http: // id.wikipedia.org/wiki/ Globalisasi 49
Faisal Basri, Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia (Jakarta : Erlangga 2002), h. 193.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.50 Globalisasi terlihat dari masuknya dengan mudah berbagai program televisi asing, untuk ditonton oleh publik Indonesia, baik melalui saluran televisi siaran yang biasa, maupun melalui TV kabel. Juga masuknya modal asing dalam industri media nasional, seperti pembelian sebagian saham ANTV oleh Star TV, yang merupakan bagian dari imperium media News Corp (Rupert Murdoch). Tekanan globalisasi makin meningkatkan iklim persaingan di dalam industri media.51
3. Teori Globalisasi Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu: a. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan 50
wikipedia,“pengertian Globalisasi.” Basri, Perekonomian Indonesia, h. 194.
51
kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut. b. Para globalis
positif dan
optimistis menanggapi dengan baik
perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab. c. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi). d. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital. e. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat
bahwa
globalisasi
seharusnya
dipahami
sebagai
"seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui
sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.52
4. Aspek-Aspek Globalisasi a. Globalisasi kebudayaan atau kemakmuran yaitu agar semua negara mampu meningkatkan taraf hidup rakyatnya dan memberi kesejahteraan bagi penduduknya, tentu merupakan harapan yang ideal. Namun kecenderungan globalisasi dewasa ini, belum menunjukkan
tanda-tanda
ke
arah
globalisasi
kemakmuran.
Yang
mengemuka masih ciri-ciri globalisasi kebudayaan serta globalisasi ekonomi dunia dalam arti pengendalian perekonomian global oleh negara adidaya (AS) dan negara-negara industri-maju lainnya. Kebudayaan yang dimaksud disini adalah dalam arti luas dan komprehensif, bukan dalam arti sempit yang hanya mencakup seni-budaya dan seni-sastra belaka. Kebudayaan yang dimaksudkan adalah mengandung makna nilai-nilai, sikap, keyakinan, dan hasil usaha. Secara konkritnya kebudayaan mencakup mulai dari aspek wawasan pemikiran, sikap, perilaku, disiplin, solidaritas social, kerjasama, pemerintahan yang baik, sampai penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan Iptek untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebudayaan itu melekat dan berkembang selaras dengan pertumbuhan serta perkembangan masingmasing kesatuan masyarakat atau bangsa. 52
Wikipedia,“pengertian globalisasi.”
b. Globalisasi Ekonomi Globalisasi
ekonomi
cenderung
identik
dengan
penguasaan
perkonomian dunia dengan konsep kesejagatan. Bagi para pengusaha yang bermodal besar, globalisasi adalah fakta kehidupan yang sederhana. Yaitu serangkaian fakta yang menyangkut penjual, pembeli dan pekerja. Tidak ada masalah bagi mereka mengenai bagaimana pengaruh kapitalisme terhadap kehidupan sosial serta kesejahteraan masyarakat. Bagi mereka bahwa globalisasi mengarahkan kepada perluasan perusahaan-perusahaan besar dan letak geografis tidak menjadi masalah untuk merebut omset pasar dunia. c. Globalisasi Sektor Jasa Publik Sektor jasa publik dibeberapa negara sudah mengalami peralihan pengelolaan. Beberapa lembaga pemerintahan mulai menyerahkan fasilitas pelayanan jasa publik kepada
perusahaan-perusahaan swasta yang tentu
sudah mengglobal. Contohnya di swedia pelayanan masyarakat di bidang sektor public sudah ditangani perusahaan global asing (TNCs) yang berporasi di bidang jasa. d. Globalisasi Teknologi dan Informasi Kemajuan teknologi telah mendorong munculnya pola kekuasaan baru melalui kekuatan-kekuatan komersial seperti penyebaran informasi melalui internet, pasar bagi pertukaran mata uang, dan penanaman modal asing. Banyak orang memperkirakan hal ini sebagai pertumbuhan kapitalisme modern. Komputer, telepon dan televisi merupakan tiga produk teknologi yang paling berpengaruh. Teknologi informasi berfungsi sebagai tonggak
penggerak dalam pertumbuhan perekonomian dunia. Sayangnya bahwa hanya sebagian kecil orang atau masyarakat yang dapat menikmati dan memanfaatkan sarana-sarana tersebut. e.
Globalisasi Kekuasaan (Politik) Kekuasaan, diartikan secara singkat dan sederhana, adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain mengikuti kehendaknya atau menggerakkan orang lain berbuat sebagaimana yang dikehendaki oleh pemegang kekuasaan itu. Kekuasaan (power) bisa berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik dan pemerintahan sampai ekonomi dan seni budaya. Dalam dunia modern ini penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pengendalian informasi juga merupakan kekuasaan oleh pihak yang satu terhadap pihak lain.53
53
Rudy, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 208-210
BAB III PROFIL MAJALAH
A. PROFIL SINGKAT MAJALAH TATSQIF 1. Latar Belakang Berdirinya Majalah Tatsqif Penerbitan Majalah Tatsqif pada Awalnya dilakukan oleh para pendiri dan Pengurus inti dari Lembaga Dakwah Moslem Visioner Center (Movi Center)pada bulan juni 2004 hingga akhirnya dalam perjalannya kami sepakat menerbitkan Majalah Tatsqif edisi perdana pada tanggal 15 Agustus 2004. dengan dewan pendiri : Mara Naek Harahap, H.Ahmad Mukhlis, Yuniarto wisudotomo dan Alwi Alatas. Majalah Tatsqif berusaha tampil dengan tulisan-tulisan, ulasan-ulasan, ideide dari para penulis dengan tema - tema menarik sehingga dari tema tersebut terjadi perluasan materi pada titik tekan tema utama yang dikembangkan redaksi sehingga Majalah Tatsqif
layak menjadi panduan bacaan sebagai bahan dan
Materi wawasan (Tsaqofah) dari para kader dan Aktivis serta praktisi dakwah juga Masyarakat Umum khususnya umat Islam Di seluruh Indonesia Dengan Perumusan Konsep dari isi dan rubrik–rubrik yang disajikan Akhirnya Majalah Tatsqif mulai berusaha membentuk fokus market. Dengan Komposisi personil dewan Redaksi dan para kontributor tulisan yang merupakan praktisi dakwah,maka dari sinilah Majalah Tatsqif mulai membidik arah pangsa pasar dan segmentasi pembaca yang jelas. Dalam perjalanan Selanjutnya, majalah Tatsqif terjadi Pematangan Segmentasi pembaca yang jelas ditahun kedua penerbitannya dan sampai saat ini.
Majalah Tatsqif sudah dikenal memiliki pembaca setia dari para kader dan aktivis dakwah yang setelah kami melakukan survey pembaca dimajalah Tatsqif pada tahun 2005 dan pernah dimuat dimajalah tatsqif edisi tujuh dan delapan. Dari beberapa surat balasan, sekitar 500
surat yang diterima redaksi, yang kami
perkirakan dan asumsikan berusia antara 15 th - 55 th yang terdiri dari 15% Pelajar,30% Mahasiswa , 55% kader dakwah /Masyarakat Umum.
2. Struktur Redaksi Majalah Tatsqif : Dewan Pendiri: Mara Naek Harahap H.Ahmad Mukhlis,SE Yuniarto Wisudotomo Pimpinan Umum: H.Ahmad Mukhlis,SE Marketing,Produksi,Iklan: Pimpinan : Maranaek harahap Redaksi: Pimpinan : Yuniarto Wisudotomo Penasehat: H.Mahfudz Siddik,MA Kontribusi Naskah: DR.Atabiq Luthfi,MA DR.Amir Faishol,MA DR.Adih Amin,MA Dr.Ayub Rohadi,MPhil Farid Nu’man,SS Diah Hidayati Usman,MA
3. Visi Dan Misi Visi majalah Tatsqif adalah Dakwah Islam yang mencakup semua upaya mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum Muslimin. Sedangkan Misi utamanya Mencerdaskan umat Islam dan mengembalikan kesadaran untuk hidup total dengan nilai-nilai Islami, berjuang menegakkan izzah islam dimuka bumi.
4. Motto Majalah Tatsqif Dengan Motto menuju Insan Bertaqwa dan berwawasan Mempresentasikan kandungan dengan Muatan yang jelas maknanya.yang berpijak pada Iman dan motivasi untuk menambah Ilmu agar terbentuk pribadi Shaleh dan bertaqwa dengan wawasan kafaah syar’I yang luas. Serta dapat mengaktualisasikannya dalam Amal yang Nyata dalm kehidupannya. 5. Rubrik Majalah Tatsqif a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.
Telaah Utama Wawancara Tsaqofah Siyasi Madah Tarbiyah Fiqih Dakwah Tulaby Tarbiyah Muslimah Taujihat Ruhaniah Berita salimah Baiti Jannati Dunia Islam Tanya Jawab Islam Tanwir
6. Perkembangan Majalah Tatsqif Alhamdulillah, Majalah Tatsqif dari Edisi Perdana tahun pertama 2004 hingga tahun ke-tiga 2007 sampai saat ini telah memiliki jaringan pemasaran dan distribusi keagenan hampir tersebar diseluruh wilayah Indonesia meliputi Jawa,Sumatra Bali, NTT, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Papua, juga sampai ke Malaysia. Dengan komposisi penyebaran 60% Jadebotabek ,dan 40% daerah kami masuk melalui jaringan penjualan seluruh toko buku Islam ternama dan jaringan keagenan perseorangan
Profesional serta penjualan langsung melalui acara-acara Yang kami adakan rutin setiap bulannnya diberbagai tempat/masjid diseluruh Indonesia. Waktu awal berdiri Tatsqif didirikan oleh sekitar lima orang, tetapi diantara orang tersebut, ada yang tidak bisa berkecimpung untuk aktif lagi. Hal ini dikarenakan diantara mereka ada yang memilih untuk sekolah diluar negeri, ada yang dikirim untuk dakwah di daerah dan ada yang risen atau pindah ke luar kota. Jadi penggerak inti majalah Tatsqif sekarang tinggal tiga orang. Majalah Tatsqif memang tidak memiliki sumber daya manusia yang banyak, bekerjanyapun merangkap-rangkap jabatan. namun majalah Tatsqif memiliki jaringan yang kuat. sehingga bisa bertahan hingga sekarang. Sebagai salah satu majalah Islam yang mempunyai pembaca dan segmentasi pasar yang jelas, dengan isi rubrik - rubrik yang khas. Majalah Tatsqif cukup mampu bersaing secara profesioanal sampai saat ini. Majalah Tatsqif telah memiliki pelanggan tetap yang berlangganan sekitar 5000 dan selebihnya sekitar 15.000 pembaca Temporer yang terus dibidik menjadi pembaca setia majalah Tatsqif.54 Oplah awal majalah Tatsqif sekitar 3500 eksemplar setiap satu bulan. Tetapi sekarang sudah mencapai 7000 s.d 10.000 eksemplar. Majalah Tatsqif selalu habis terjual karena sistem yang digunakan redaksi majalah Tatsqif ialah sistem pemesanan artinya majalah yang akan diterbitkan sudah diperkirakan jumlahnya berdasarkan daftar pemesanan yang tercatat dan
tidak ada retur atau
pengembalian majalah. Sehingga majalah ini tetap habis dan laku terjual. Jumlah agen yang dimiliki majalah Tatsqif sekitar tujuh puluh sampai dengan delapan
54
Dokumen redaksi majalah Tatsqif, diterima Selasa, 29 Juli 2008.
puluh agen yang tersebar ke seluruh Indonesia. Majalah Tatsqif mempunyai pangsa pasar yang jelas, yaitu dari kalangan tarbiyah atau Jamaah tarbiyah yang biasa disebut aktivis dakwah secara umum yang merupakan suatu jamaah. Promosi yang dijalankan majalah Tatsqif diantaranya yaitu berupa penawaran acara, seperti seminar, mabit (malam bina iman dan taqwa), bedah buku kajian muslimah, tablig akbar. Dengan menjadi sponsor atau membuat acara. Selain itu majalah Tatsqif juga banyak diminta untuk mengisi pelatihan-pelatihan sebagai bentuk sponsor dan juga pemberian bantuan dana sponsor. Redaksi berharap nantinya perkembangan majalah Tatsqif ini terus meluas dan dapat dibaca oleh seluruh kaum muslim Indonesia dengan didukung oleh manajemen dan sumber daya manusia yang berkualitas. Dari kebutuhan biaya cetak majalah Tatsqif setiap bulannya untuk sekitar 10.000 eksemplar dengan biaya cetak /majalah Rp.2000,- ,Maka kebutuhan biaya cetak dalam sebulan
Rp.2000 x 10.000 = Rp. 20.000.000. Total
kebutuhan dalam Setahun Rp 20.000.000 x 12 = Rp 240.000.000 Untuk Modal aman dalam 3 tahun ,maka total keseluruhan Rp.240.000.000 x 3 = Rp 720.000.000,Pihak Majalah Tatsqif hanya melempar saham kepada para Investor dari kebutuhan diatas hanya untuk modal satu(1) tahun yaitu sebesar Rp.240.000.000 dengan maksimal saham hanya 40%, jadi total saham yang diberikan Investor Rp 240.000.000 – 40% = Rp 96.000.000,Karena Saham yang dilempar Hanya 40% Maka secara Otomatis Pembagian Hasil menjadi 60% : 40% . ( Artinya 60% untuk pihak Tatsqif dan
40% pihak investor. bentuk dan kapan waktu pembagian keuntungannya akan dibicarakan kemudian setelah Sah siapa investornya.55 Pengelolaan Majalah sepenuhnya Menjadi tanggung jawab pihak Majalah Tatsqif selaku pemegang saham Mayoritas dengan tetap adanya audit dan pengawasan ketat dari kedua belah pihak DAKWAH KAMI (Majalah Tatsqif) : Untuk umat islam dan siapa saja (semua golongan). Membina dan memtarbiyah dengan cinta,sabar,ikhlas baik pikiran (fikriyah) ,hati(ruhiyah) dan jiwa/badan(jasadiyah) Dengan kajian Materi dan informasi islam sebagai Solusi permasalahan Islam bukan menghakimi dan Merasa paling Benar. Membentuk pribadi Taqwa dan masyarakat Islami Dengan contoh Akhlak dan suri tauladan yang baik Sesuai sunnah dan Manhaj Rasulullah Saw dan Alqur’an yang mulia
B. PROFIL SINGKAT MAJALAH TARBAWI 1. Gambaran majalah Tarbawi a. Sejarah Berdirinya Majalah Majalah Tarbawi berdiri sekitar bulan Mei ditahun 1999. Satu tahun setelah reformasi terjadi dan sudah memberikan kebebasan pers pada saat itu. Di tahun tersebut ada beberapa aktivis dakwah yang berniat untuk menerbitkan majalah yang bernuansa Islam, dengan harapan majalah tersebut dapat membantu memperbaiki keimanan umat. Maka telah terbitlah saat itu majalah Tarbawi. Selama sepuluh tahun bergulir majalah Tarbawi terus menerapkan jurnalisme nurani pada setiap personil wartawannya. 55
Wawancara Pribadi dengan Mara Naek Harahap. Jakarta, Selasa, 29 Juli 2008.
Tarbawi membuat agak sedikit berbeda dengan majalah yang lain. Jurnalisme nurani yang diterapkan Tarbawi merupakan jurnalisme yang menjadikan hati nurani sebagai panglimannya. Kata Tarbawi sendiri berasal kata sifat bahasa Arab. Artinya segala yang bernuansa
edukasi.
Secara
umum Tarbawi mempunyai misi untuk
mengedukasi pembacanya untuk mengusung masyarakat kepada nilai-nilai kebaikan. Bentuk jurnalisme kedua yang ditawarkan oleh Majalah Tarbawi yaitu. Juralisme Argument. Suatu Jurnalisme yang dikembangkan untuk selalu mengemukakan argumentasi pada
segala sikap, perilaku, tindakan, dan
nilai-nilai yang telah disosialisasikan oleh Tarbawi. Argumen dimaksud terkadang berupa dasar-dasar hukum yang ada didalam syari'at Islam. Berupa logika-logika ilmiah yang sudah teruji atau konsensus-konsensus sosial yang tidak bertentangan dengan nilai universal Islam. Dengan demikian pembaca Tarbawi dapat diarahkan, agar selalu melakukan sesuatu dengan pertimbangan yang lebih matang. Oleh karena itu, pembaca majalah Tarbawi menjadi lebih dewasa dan berani bertanggung jawab atas segala pilihan sikap serta perilakunya. Jurnalisme nurani, segala pemberitaannya didasarkan atas kejujuran hati nurani. Dengan hal tersebut diharapkan simpul kebersamaan dapat terus terbangun. Meskipun manusia di dunia ini memiliki banyak ras dan banyak kultur. Namun setiap orang memiliki hati nurani, maka dengan kejujuran hati nurani itulah kebersamaan hidup bisa lebih punya perspektif dan ruang lingkup yang luas, sehingga menghasilkan solusi bersama. Semua itu
menjadi ruh bagi perbaikan di jalur kultural (culture approach) yang sepanjang sejarah selalu lebih membekas dan lebih menampakkan hasil. b. Segmentasi pembaca majalah Tarbawi Secara umum, sasaran Tarbawi adalah pembaca potensial, dengan rentang usia kira-kira antara 20 sampai 35 tahun. Tetapi dari pengamatan sementara, usia di luar itu juga banyak yang menjadi pembaca Tarbawi. Dari usia yang dimaksud di atas, mahasiswa dan karyawan menduduki peringkat pertama pada pembaca Tarbawi. Sekitar tahun 2004 pembaca Tarbawi sebagian besar dari aktivis dakwah. maka saat itu pemasaran Tarbawi lebih kepada jaringan melalui personal. Terutama bagi mereka yang aktif di lembaga dakwah kampus dan kelompokkelompok pengajian yang tumbuh subur pada saat itu. Kemudian di tahun 2005 majalah Tarbawi mulai melakukan ekspansi-ekspansi. Untuk
pembaca, mungkin majalah Tarbawi biasa dibaca dengan
persentase 60 % kalangan muda, 20 % ibu rumah tangga dan sisanya umum. Biasanya usianya sekitar 20 s.d 40 tahun. c. Pemasaran Majalah Tarbawi Majalah Tarbawi membagi dua kriteria agen yaitu agen umum dan agen aktivis. Agen umum yaitu agen yang jelas umum bekerja sebagai agen pemasaran. sementara agen khusus seperti para aktivis dakwah kampus yang turut memasarkan majalah Tarbawi. Untuk jumlah agen majalah Tarbawi yang tercatat ada 89 agen. Di Jakarta, depok, tanggerang, bekasi ditotal ada sekitar 30 agen. kemudian jawa barat sekitar 8, jawa tengah 12, jawa timur
dan bali ada 6, sumatera ada 12 kalimantan, papua, malaysia dan lain-lain. Semua tersebar ke 27 propinsi. Majalah Tarbawi menerapkan beberapa sistem aturan untuk para agen. Bagi agen yang memasarkan dalam jumlah minimal dia harus membayar secara cash dan bagi yang diatas itu ada sebuah konsinasi, promosi dan bonus. Jika tidak habis majalah Tarbawi masih bisa untuk diretur atau dikembalikan keredaksi.56 d. Oplah majalah Tarbawi Oplah kali pertama majalah Tarbawi terbit yaitu Media bulanan dengan oplah 3000, b/w. namun Tarbawi pernah mencapai 35.000 eksemplar, Dengan wilayah sebar di seluruh kota besar Indonesia, kemudian di Malaysia.57 e. Pangsa Pasar Majalah Tarbawi Kemudian mengenai pangsa pasar, majalah Tarbawi memiliki pangsa pasar yang terhimpun secara resmi seperti Forsimta yaitu forum silaturahim antara dan Tarbawi community. f.
Bentuk Promosi Majalah Tarbawi Bentuk promosi yang dilakukan majalah Tarbawi antara lain berupa : Sponshorship seperti spanduk, produk promosi, dan lain-lain, yang semuanya itu diberikan secara gratis. Kemudian Ada juga promosi yang
56
57
Wawancara Pribadi dengan Noor Arif Wicaksono. Jakarta, 22 Agustus 2008.
“Profil Majalah Tarbawi” di akses pada 9 november 2008 dari http://majalahtarbawi.com/index.php? option=com_content&task=view&id=16&Itemid=35
melalui acara-acara seperti seminar. Tetapi hal tersebut biasanya dikaitkan dengan iklan. Kemudian menjadi pengisi acara juga dilakukan namun hal tersebut dikaitkan dengan promosi buku yang diterbitkan oleh Tarbawi. Bentuk promosi seperti mengisi di pengajian atau di perkantoran juga dilakukan oleh majalah Tarbawi. g. Jumlah Iklan Mengenai Jumlah iklan yang masuk pada majalah Tarbawi sekitar kurang lebih 20 iklan pada setiap bulannya. Kemudian Mengenai pelanggan untuk sekarang ini majalah Tarbawi memiliki sekitar 150 pelanggan yang telah tercatat. h. Harga Majalah Tarbawi Mengenai harga majalah, majalah Tarbawi beberapa kali mengalami kenaikan dan itu sesuai kondisi perekonomian nasional. Pada bulan juli 2008 harga majalah Tarbawi naik dari Rp. 6000 ke Rp. 8000. Bentuk formatnya juga berubah dari kawat menjadi bending, kemudian tambah halaman juga dari 72 menjadi 80 kemudian lebih banyak warnanya. Waktu awal berdiri harga majalah tarbawi Rp 2000 standar halamannya sekitar 42, kemudian bertambah menjadi 70 lalu sekarang 80 halaman. Tarbawi menyeimbangkan antara unsur bisnis dan dakwah atau idealis, meskipun sewaktu awal berdirinya, mengedepankan ke dakwah. Tetapi yang namanya proses tentu mengharapkan profit artinya adanya unsur binis disana. Tarbawi berusaha mengembangkan kedua-duanya bisnis sekaligus idealis. 58
58
Wawancara Pribadi dengan Noor Arif Wicaksono.
2. Kepengurusan Majalah Tarbawi: a. Jumlah Pekerja Jumlah pekerja majalah Tarbawi sekitar 25 orang termasuk security, saat awal berdiri jumlah pekerjanya kurang dari sepuluh. b. Struktur redaksi Majalah Tarbawi Dewan Pendiri: Arwin Al-Ibrahim. Direktur : I. Suwandi Pemimpin redaksi: Ahmad Zairofi AM. Redaktur Pelaksana: Haryo Setyoko. Redaktur: M. Lili Nur Aulia, Haryo Styoko, Wasilah, Widowati. Reporter : Sulthan Hadi, Yenni Siswanti. Pemasaran dan Sirkulasi : Noor Arif, Okta Saputra, M Khoirul Hadi. Iklan : Sari Mulyani Umum: Dirsan Abdurrahim. Produksi dan Desain Grafis : A. Muchlison. Keuangan : Nani Nurani, Sigit Ari Busono 3. Rubrik Majalah Tarbawi. Rubrik dirosat, ruhaniah dan
tummuhat menjadi rubrik yang paling
diminati oleh para pembaca. Rubrik majalah Tarbawi dikategorikan menjadi lima hal : 1. Rubrik Aktual : membahas masalah aktual, tetapi tetap dalam pendekatan humanistik, normatif dan kultural. Contohnya : rubrik dunia Islam. 2. Rubrik Nilai : membahas nilai-nilai universal Islam dan selalu menjadi kajian utama. 3. Rubrik Ilmiah, meliputi rubrik manajemen terapan, terkait dengan peningkatan diri, kelompok, maupun institusi. 4. Rubrik Human Interest : rubrik tentang pengalaman hidup seseorang, yang layak dijadikan pelajaran bagi pembaca yang lain. Seperti rubrik tatap muka
5. Rubrik ekspedisi (Jaulat) : merupakan liputan langsung peristiwa atau tempat-tempat tertentu, dengan menitikberatkan pada beberapa aspek
4. Motto Majalah Tarbawi Menuju Kesalihan Pribadi dan Ummat, dengan moto tersebut diharapkan majalah Tarbawi mampu memperbaiki umat menjadi pribadi yang salih59.
C. PROFIL SINGKAT MAJALAH AL-WA’IE 1. Gambaran majalah Al-Wa’ie a. Sejarah berdirinya majalah Al-Wa’ie Al-Waie terbit pertama kali pada bulan September tahun 2000. Diterbitkan sebagai media penyebarluasan ide-ide dan pemikiran Islam yang diemban oleh Hizbut Tahrir; agar Islam dijadikan sebagai solusi atas seluruh problematika umat.60 Majalah Al-wa’ie, sesuai dengan namanya Al-Wa’ie yaitu kesadaran artinya majalah ini dibuat untuk membangkitkan kesadaran umat. Kaitannya dengan kesadaran akan dakwah dan politik. Fokus pada majalah ini ialah masalah-masalah keIslaman dan juga masalah-masalah politik. Yang dikaji Secara ideologis dalam perspektif Islam, karena umat Islam selama ini belum ada media secara mendalam mengenai pengkajian-pengkajian Islam yang sangat Ideologis.
59
“Profil majalah tarbawi” di akses pada 9 november 2008 dari http://majalahtarbawi.com/index.php? option=com_content&task=view&id=16&Itemid=35 60
Email balasan dari Al-waie (
[email protected] ) di akses pada tanggal 2 november 2008
Majalah Al-wa’ie adalah bagian dari Hizbut Tahrir, majalah ini tidak bisa dipisahkan dengan Hizbut Tahrir, jadi majalah Al-wa’ie adalah suara resmi Hizbut tahrir Indonesia. Oleh karena itu majalah Al-Wa’ie ini berhubungan dengan aktivitas dakwah Hizbut Tahrir. b. Pemasaran Alwa’ie Pemasaran Majalah Alwa’ie menggunakan tiga bentuk, pertama melalui agen di daerah-daerah. Kedua personal, melalui jaringan personal Hibut Tahrir, yaitu sabab Hizbut Tahrir yang diminta untuk menyebarkan majalah Al-Wa’ie. dan yang ketiga melalui toko-toko buku terutama toko buku ke Islaman. Majalah Al-Wa’ie sudah tersebar hampir ke seluruh Indonesia dan hampir 33 propinsi, bahkan sudah sampai ke Australia dan Malaysia. Untuk memenuhinya itu. Majalah Al-wa’ie harus mencetak sekitar 27.000 eksemplar perbulannya, semuanya itu untuk disebarkan ke 98 agen atau lebih. Sistem pemasaran majalah Al-wa’ie masih ada retur atau pengembalian
majalah
apabila
ada
agen
yang
tersendat
dalam
memasarkannya. c. Pangsa Pasar Majalah Al-wa’ie Al-Wa’ie tidak memfokuskan pada pangsa pasar khusus, maksudnya siapapun umat yang beragama Islam akan menjadi sasaran pembaca AlWa’ie, karena dari redaksi Al-wa’ie berharap umat Islam yang membaca AlWa’ie ini terbangun kesadarannya. Baik itu yang berpendidikan ataupun yang tidak. namun majalah Al-wa’ie punya satu komunitas pangsa pasar yaitu jamaah Hizbut Tahrir. Sebab majalah Al-waie sendiri didirikan oleh
jamaah Hizbut Tahrir. Jumlah pelanggan tetap majalah Al-Wa’ie untuk yang tercatat sekitar 300 pelanggan, tetapi mungkin yang tidak tercatat bisa sampai 20.000 orang. d. Bentuk Promosi Majalah Al-Wa’ie Al-Wa’ie melakukan promosinya dengan tiga hal. Pertama lewat website Hizbut Tahrir, kemudian yang kedua promosi melalui acara yang diadakan Hizbut Tahrir, Kemudian yang ketiga memasang iklan di koran. Tetapi Dengan dibarengi iklannya Hizbut Tahrir. Untuk hal promosi Majalah AlWa’ie hanya melalui jaringan Hibut Tahrir saja dan jarang melalui jaringan yang lain. c. Iklan majalah Al-Wa’ie Dalam penerimaan Iklan, majalah Al-wa’ie sampai saat ini kebijakannya masih belum ingin menerima Iklan. Mengenai pemasukan majalah Al-Wa’ie, Al-Wa’ie masih mengandalkan dari hasil penjualan produknya. oleh karena itu majalah Al-Wa’ie sangat ketat terhadap para agennya. Bagi agen yang dua kali tidak bisa bayar. Maka akan dikenakan sanksi berupa diberhentikannya dari daftar agen majalah Al-Wa’ie. Oleh karena itu majalah Al-wa’ie sangat tegas terhadap para agennya, jika tidak maka majalah Al-Waie akan merasa kesulitan dalam hal keuangan. Majalah Alwa’ie lebih mengedepankan idealis. Oleh karena itu masih belum menerima iklan. Memang tujuannya itu bukan untuk komersial dan selama ini dengan sistem pembayaran dari hasil penjualan. Kini masih membuat majalah Al-wa’ie itu bertahan.
e. Harga Majalah Al-wa’ie Harga majalah Al-Wa’ie terus naik. Saat awal berdiri harga majalah Alwai Rp. 4000, kemudian naik Rp 4500, naik lagi Rp 5000 dan terakhir Rp. 5.500. Sementara dari segi jumlah pekerja majalah Alwa’ie memiliki sekitar 6 orang. Kemudian untuk penulis majalah Al-Wa’ie hanya meminta personil kader dari Hizbut Tahrir yang sudah biasa menulis.
2. Kepengurusan Majalah Al-Wa’ie a. Jumlah Pekerja Jumlah pekerja majalah Alwa’ie sekitar 6 orang. Kemudian untuk penulis rubrik majalah Al-Wa’ie, sebagian besar dari kader Hizbut Tahrir. Tetapi tidak masuk dalam struktural, jadi majalah Al-Wa’ie hanya meminta karya tulisannya saja dari setiap kadernya. Dari segi struktur redaksi, majalah Al-Wa’ie masih sangat sederhana dan belum sepenuhnya terdepartementalisasi. b. Struktur Redaksi Majalah Al-Wa’ie Pemimpin Umum : Muhammad Alkhathath. Pemimpin Perusahaan dan keuangan : M. Anwar Imam. Pemimpin Redaksi: Farid Wadjdi Redaktur Pelaksana : Arif B Iskandar redaktur: Dwi Hendri, Yahya Abdurrahman. Redaktur bahasa: M. Arif Billah.
3. Rubrik Majalah Al-Wa’ie Rubrik yang paling digemari dari majalah Alwa’ie yaitu rubrik dari redaksi, muhasabah, akhbar dan dunia Islam. Sementara pembaca majalah Alwa’ie sebagian besar adalah orang yang sudah tersentuh dakwah Hizbut Tahrir. Untuk yang lain mungkin masih sedikit 61. Rubrik majalah Al-Wa’ie diantaranya yaitu : 13. Opini 14. Muhasabah 15. Fokus 16. Analisis 17. Hiwar 18. Iqtishadiyah 19. Siyasah dan Dakwah 20. Afkar 21. Akhbar 22. Ibrah
61
1. liputan khusus 2. Nisa 3. Soal-Jawab 4. Tafsir 5. Hadist pilihan 6. Soal Jawab 7. Tafsir 8. Hadis pilihan 9. Tarifat 10. Telaah kitab 11. Dunia Islam 12. Jejak syariah.
Wawancara Pribadi dengan Farid Wadjdi, Jakarta, 13 oktober 2008.
BAB IV ANALISIS HASIL KEMAMPUAN BERSAING MAJALAH TATSQIF, TARBAWI DAN ALWA’IE
A. Majalah Tatsqif Dengan Tarbawi 1. Berdasarkan Distribusi Produknya Untuk melihat seberapa besar kemampuan majalah Tatsqif menyaingi majalah Tarbawi. Maka penulis melihatnya dari distribusi produk yang telah dilakukan. Di dalam ditribusi produk ini penulis membaginya dalam beberapa hal diantaranya yaitu jumlah wilayah propinsi yang sudah terdistribusi, jumlah agen, pelanggan tetap dan komunitas pemasaran/pangsa pasar yang dimiliki. Tabel 1.1 : Perbandingan Distribusi Produk Majalah Tatsqif dengan Tarbawi NO
Tatsqif
Tarbawi
1
Kategori Distribusi Produk Wilayah Terdistribusi
29 Propinsi
27 Propinsi
2
Jumlah Agen
70 agen
89 Agen
3
Jumlah Pelanggan Tercatat
200 Pelanggan
150 Pelanggan
Dilihat dari wilayah yang sudah terdistribusi, Mara Naek Harahap selaku pimpinan iklan dan produksi mengatakan bahwa majalah Tatsqif mampu mendistribusikan majalahnya hampir keseluruh Indonesia. yaitu ke 29 propinsi tetapi dari 29 propinsi itu menyebar lagi ke propinsi yang lain, maksudnya tersebar ke seluruh Indonesia tetapi pemasarannya melalui jaringan kota besar. Misalkan dikirim ke kota Surabaya, maka dari surabaya akan disebarkan kembali
ke NTT, NTB ke Bali dan lain-lain oleh beberapa agen majalah
Tatsqif. Tidak semua tempat dikirim dari pusat distribusi majalah Tatsqif. Hal ini karena berhubungan dengan biaya yang cukup besar. Mengenai distribusi keluar negeri, majalah Tatsqif sudah mampu mendistribusikan majalahnya ke Malaysia Sementara untuk majalah Tarbawi, Noor Arief Wicaksono selaku kepala bagian pemasaran majalah Tarbawi mangatakan bahwa majalah Tarbawi juga sudah hampir keseluruh Indonesia tetapi hanya mencapai 27 propinsi yang diantaranya yaitu Jakarta, Depok, Tanggerang, Bekasi, Jawa barat, Jawa tengah, Jawa timur, Bali, Sumatera, Kalimantan, Papua dan lain-lain. Kemudian ada juga yang diluar negeri yaitu Malaysia. Oleh karena itu berdasarkan keterangan diatas bahwa majalah Tatsqif memiliki keunggulan dibandingkan dengan majalah Tarbawi. Terutama dalam hal jumlah wilayah yang sudah terdistribusi. Majalah Tatstqif mampu mendistribusikan majalahnya ke 29 propinsi sementara majalah Tarbawi hanya mampu mendistribusikan majalahnya ke 27 propinsi. Kemudian dari jumlah agen, Mara Naek Harahap mengatakan bahwa Majalah Tatsqif memiliki jumlah agen berkisar tujuh puluh agen. Semuanya itu harus ditangani dengan baik oleh redaksi majalah Tatsqif. Walaupun banyak sekali pernik-pernik permasalahan yang timbul dari agen-agen tersebut. Seperti ada agen yang menerima barang tetapi menagih keuangannya mengalami kesulitan, sehingga majalah Tatsqif terkadang harus punya sikap yang sedikit keras kepada mereka. Jika ada agen yang tidak professional atau tidak mau membayar pemesanan majalahnya maka akan dikenakan sanksi untuk tidak dikirim lagi. Tetapi sebelum memberikan sanksi, majalah Tatsqif biasanya
memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada para agen bahwa majalah Tatsqif adalah majalah yang ditujukan untuk dakwah dan menghidupi dakwah, maka sebaiknya cepat dilunaskan untuk pembayarannya jika tidak maka sama saja akan menggangu proses berjalannya dakwah. Sementara untuk majalah Tarbawi memiliki jumlah agen sekitar delapan puluh sembilan namun berdasarkan data yang tertulis dilembaran dokumen atau hasil print komputer redaksi, majalah Tarbawi memiliki enam puluh enam agen yang tersebar di berbagai kota dan propinsi. dikarenakan masih ada data agen yang belum dicatat atau disimpan dikomputer oleh majalah Tarbawi, hal tersebut diungkapkan oleh Noor Arif Wicaksono. Melihat dari jumlah agen yang dimiliki majalah Tarbawi. Maka penulis lebih memilih jumlah agen yang berdasarkan keterangan wawancara yaitu delapan puluh sembilan. Hal ini dikarenakan agar bisa dibandingkan dengan majalah Tatsqif, yang sumber datanya juga sama seperti majalah Tatsqif yaitu berdasarkan hasil wawancara. Untuk itu penulis menilai bahwa majalah Tarbawi memiliki keunggulan dalam hal jumlah agen yang dimiliki. Karena jumlah agennya ada sekitar delapan puluh sembilan, yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan majalah Tatsqif yaitu sekitar tujuh puluh agen. Mengenai jumlah pelanggan. Majalah Tatsqif memiliki jumlah pelanggan tetap sekitar 200 orang yang tercatat, data tersebut berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Mara Naek Harahap. Namun berdasarkan uraian dokumen profil dari redaksi Majalah Tatsqif tertulis bahwa majalah Tatsqif telah memiliki pelanggan tetap yang berlangganan sekitar 5000 pelanggan tetap dan selebihnya
sekitar 15.000 pembaca Temporer yang terus dibidik menjadi pembaca setia majalah Tatsqif. Sementara majalah Tarbawi hanya memiliki 150 orang pelanggan tetap. Namun itu yang tercatat, mungkin yang tidak tercatat bisa lebih dari 10.000 pelanggan tetap. Hal ini diungkapkan oleh Noor Arif Wicaksono. Dari hal itu penulis lebih memilih berdasarkan keterangan data pelanggan yang tercatat oleh redaksi majalah Tatsqif dan Tarbawi. Berdasarkan keterangan dari Mara Naek Harahap selaku pimpinan bagian iklan dan pemasaran majalah Tatsqif. Menjelaskan bahwa yang tercatat sekitar 200 orang pelanggan tetap. Sementara untuk Tarbawi berdasarkan keterangan dari Noor Arif Wicaksono selaku pimpinan bagian pemasaran. Mengatakan bahwa pelanggan tetap majalah Tarbawi yang tercatat sekitar 150 orang. Maka dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa majalah Tatsqif memiliki keunggulan dari majalah Tarbawi terutama dilihat dari jumlah pelanggan tetap yang dimiliki. Dilihat dari segi pangsa pasar sebagai komunitas distribusi produk, majalah Tatsqif memiliki pangsa pasar yang jelas. Artinya mempunyai pansa pasar sebuah komunitas pemasaran yaitu kalangan tarbiyah atau jamaah tarbiyah yang biasa disebut aktivis dakwah secara umum. Jamaah Tarbiyah ini adalah yang menjadi pondasi awal bagi pemasaran majalah Tatsqif. Jadi segmen pasar atau basis pasarnya jelas artinya majalah Tatsqif tidak sembarang membuat dan mencetak majalah melainkan sudah punya jamaah dahulu sebelum mencetak. Maka dari jamaah tersebut majalah Tatsqif dapat terus laku terjual. Sehingga hal tersebut menjadi penopang bagi eksisnya majalah Tatsqif di masyarakat
Sementara untuk majalah Tarbawi juga memiliki pangsa pasar komunitas pemasaran. Selain aktivis dakwah kampus yang biasa membaca majalah Tarbawi. Majalah Tarbawi juga mempunyai basis pemasaran yang terhimpun secara resmi seperti Forsimta (forum silaturahim antara), kemudian yang kedua adalah Tarbawi community. Semacam komunitas pembaca yang fanatic terhadap majalah Tarbawi. Jadi majalah Tarbawi memiliki basis pemasaran, sehingga majalah ini bisa terus eksis dimasyarakat Dari hal komunitas pemasaran/pangsa pasar. Majalah Tatsqif hanya memiliki komunitas pemasaran atau pamgsa pasar satu komunitas yaitu pengajian jamaah Tarbiyah. Sementara majalah Tarbawi membentuk dua komunitas pemasaran yaitu Forsimta dan Tarbawi community. Hal dapat dinilai bahwa majalah Tarbawi memiliki keunggulan dalam hal pembentukan komuntas pemasaran atau basis massa untuk distribusi produk.
2. Berdasarkan Promosinya Di dalam segi promosi, penulis membaginya dalam beberapa hal yang berkaitan dengan promosi, diantaranya yaitu bentuk promosi yang dilakukan majalah Tatsqif dan Tarbawi, kemudian jumlah iklan yang dimilikinya sebagai proses dari promosi. `
Tabel 1.2 : Perbandingan Promosi Majalah Tatsqif dengan Tarbawi NO 1
Kategori Promosi Bentuk Promosi
Tatsqif
Tarbawi
1. menyelenggarakan 1.Sponshorship Acara berupa, berupa seminar, bedah pemberian buku dll spanduk. 2. Jaringan Ustadz 2. Terfokus pada 3. Menjadi pengisi pembagian
4. Bantuan Sponsor 2
Jumlah Iklan
enam s.d. tujuh iklan
majalah secara gratis Kurang lebih dua puluh iklan
Bentuk promosi yang dilakukan majalah Tatsqif diantaranya yaitu. yang pertama melalui acara-acara seperti mabit (malam bina iman dan taqwa), seminar, bedah buku, konser nasyid, tablig akbar, kajian muslimah, dan lainlain. Di acara tersebut majalah Tatsqif berusaha untuk masuk menjadi iklan sponsor. Kedua promosi melalui jaringan ke beberapa ustadz-ustadzah yang mempunyai murid atau jamaah pengajian sehingga dapat dijelaskan ke muridnya bahwa majalah Tatsqif bagus untuk menambah Tsaqofah. Kemudian yang ketiga menjadi pengisi acara dalam dauroh-dauroh atau pelatihan-pelatihan dengan timbal balik majalah Tatsqif dapat dipromosikan didauroh tersebut. Keempat berupa bantuan dana sponsor. Sementara bentuk promosi yang dilakukan majalah Tarbawi diantaranya yaitu yang pertama memberikan sponshorship berupa spanduk dan membagikan produk promosi atau majalah Tarbawi secara gratis. Majalah-majalah gratis tersebut terkadang disumbangkan ke perpustakaan-perpustakaan sebagai bentuk promosi kepada masyarakat. Untuk memberikan uang tunai sebagai dana sponsor biasanya majalah Tarbawi tidak pernah melakukannya. Majalah Tarbawi lebih terfokus dalam hal pembagian produk gratis pada bentuk promosinya. Selain itu majalah Tarbawi juga melakukan promosi dengan melalui acara-acara seperti seminar, bedah buku dan lain-lain, yang semuanya itu dikaitkan dengan sponsor berupa iklan. Untuk undangan-undangan menjadi pengisi acara juga turut dilakukan oleh
majalah Tarbawi sebagai bantuk promosi, namun hal tersebut biasanya tidak terkait dengan majalah Tarbawi tetapi lebih terkait pada buku. Yaitu buku-buku yang diterbitkan oleh perusahaan majalah Tarbawi. Didalam acara tersebut Tarbawi mempromosikan buku-buku terbitan perusahaannya pada stand-stand bazar yang telah disediakan Dari uraian diatas, penulis menilai bahwa bentuk promosi yang dilakukan majalah Tatsqif lebih beragam dibandingkan dengan majalah Tarbawi. Bentuk promosi yang dilakukan majalah Tatsqif diantaranya yaitu. yang pertama menjadi iklan sponsor pada acara-acara seperti mabit, seminar, bedah buku, konser nasyid, tablig akbar, kajian muslimah, dan lain-lain. Kedua promosi melalui jaringan ke beberapa ustadz-ustadzah. Kemudian yang ketiga promosi dengan menjadi pengisi acara, Keempat berupa bantuan dana sponsor. Sementara majalah Tarbawi banyak difokuskan pada pembagian produk. Diantaranya memberikan produk berupa spanduk, membagikan produk majalah Tarbawi dan lain-lain. Kemudian menjadi iklan sponsor pada acara-acara seperti seminar, bedah buku dan lain-lain. Untuk memberikan uang tunai sebagai dana sponsor biasanya majalah Tarbawi tidak pernah melakukannya. Untuk mengisi acara, hal itu tidak terkait dengan promosi majalah Tarbawi tetapi lebih terkait pada promosi buku terbitan perusahaan Tarbawi. Artinya yang lebih diutamakan adalah buku-buku dibandingkan majalah Tarbawi itu sendiri. Maka dari itu semua. Penulis menilai bahwa majalah Tatsqif memiliki keunggulan dibandingkan majalah Tarbawi, yaitu dalam hal bentuk promosi. karena majalah Tatsqif lebih beragam bentuk promosinya dibandingkan dengan majalah Tarbawi..
Mengenai jumlah iklan yang diperoleh. Majalah Tatsqif mampu mendapatkan iklan tiga sampai dengan enam iklan pada setiap bulannya. Sementara untuk majalah Tarbawi memiliki jumlah iklan yang lebih banyak dibandingkan majalah Tatsqif. Yaitu sekitar kurang lebih dua puluh iklan setiap kali terbitnya. Maka dari hal tersebut penulis menilai bahwa majalah Tarbawi memiliki keunggulan dalam hal jumlah iklan karena lebih banyak.
3. Berdasarkan Jumlah Oplahnya Tabel 1.3 : Perbandingan Jumlah Oplah Majalah Tatsqif dengan Tarbawi NO 1
Kategori Jumlah Oplah Oplah
2
Sistem retur
Tatsqif
Tarbawi
3000 s.d 10.000 eksemplar/ bulan Tidak digunakan
10.000.s.d 35. 000 eksemplar/bulan digunakan
Oplah majalah Tatsqif sifatnya fluktuatif atau tidak tetap. Dengan oplah 7000 s.d 10.000 eksemplar. Hal ini karena konsep yang digunakan di majalah Tatsqif adalah konsep pemesanan artinya jika ada yang memesan banyak maka oplah yang dicetak juga akan banyak dan tidak ada retur (pengembalian majalah yang tidak laku terjual). Hal ini karena majalah Tatsqif belajar dari majalahmajalah lain yang telah berguguran atau tidak terbit lagi yang inti permasalahannya hanya pada oplah. Ketika mereka mencetak oplah yang banyak ternyata yang terjual sedikit. Hal ini akan mempermudah bangkrutnya perusahaan media.
Sementara untuk majalah Tarbawi oplahnya pernah mencapai 35.000 eksemplar, dengan dengan wilayah sebar di seluruh kota besar Indonesia, juga di Malaysia. Kemudian masih menggunakan sistem retur. Untuk itu dapat dikatakan bahwa majalah Tarbawi lebih unggul dibandingkan dengan majalah Tatsqif karena jumlah oplah yang diperoleh dari majalah Tatsqif lebih kecil dibandingkan dengan majalah Tarbawi. Majalah Tatsqif 10.000 eksemplar sementara majalah Tarbawi 35.000 eksemplar perbulannya. Namun dari jumlah pelanggan tetap yang tercatat pada kedua redaksi majalah tersebut. Majalah Tatsqif lebih unggul karena pelanggan yang tercatat berkisar 200 orang sementara majalah Tarbawi hanya berkisar 150 orang yang tercatat. Kemudian Tarbawi juga memiliki kelemahan yaitu masih adanya sistem retur (pengembalian majalah yang tidak laku terjual) pada majalah Tarbawi. Sementara majalah Tatsqif tidak ada retur karena sistem yang digunakannya adalah sistem pemesanan. Artinya setiap majalah yang diterbitkan sudah pasti ada yang memesan dan semuanya itu harus laku terjual. Maka dari hal tersebut bisa dikatakan majalah Tatsqif walaupun oplahnya sedikit yang hanya 10.000 eksemplar perbulannya. Namun oplahnya itu selalu habis terjual. Sementara majalah Tarbawi masih ada yang tidak laku terjual dan dikembalikan ke redaksi.
B. Majalah Tatsqif dengan Al-wa’ie 1. Berdasarkan Distribusi Produknya Untuk melihat seberapa besar kemampuan majalah Tatsqif menyaingi majalah Al-wa’ie. Maka penulis meninjaunya dari segi distribusi produk yang
telah dipasarkan. Di dalam ditribusi produk ini penulis membaginya dalam beberapa hal diantaranya yaitu jumlah wilayah propinsi yang sudah terdistribusi, jumlah agen,
pelanggan tetap dan komunitas pemasaran/pangsa pasar yang
dimiliki. Tabel 2.1 : Perbandingan Distribusi Produk Majalah Tatsqif dengan Al-Wa’ie NO
Tatsqif
AL-Wa’ie
1
Kategori Distribusi Produk Wilayah Terdistribusi
29 Propinsi
33 Propinsi
2
Jumlah Agen
70 agen
98 Agen
3
Jumlah Pelanggan Tercatat
200 Pelanggan
300 Pelanggan
Dilihat dari jumlah wilayah propinsi yang sudah terdistribusi, majalah Tatsqif mampu mendistribusikan majalahnya hampir keseluruh Indonesia. yaitu ke 29 propinsi. Untuk distribusi keluar negeri majalah Tatsqif sudah mencapai ke Malaysia Sementara untuk majalah Al-Wa’ie, menurut Farid Wadjdi selaku pemimpin redaksi majalah Al-Wa’ie mengatakan bahwa majalah Al-Wa’ie sudah terdistribusi hampir seluruh Indonesia dan setiap propinsi itu ada, jadi ada 33 propinsi, Kemudian untuk yang keluar negeri majalah Al-wa’ie sudah mendistribusikannya ke Malaysia dan Australia. Maka dapat dikatakan majalah Alwaie memiliki keunggulan dalam hal jumlah wilayah propinsi yang sudah terdistribusi. Karena majalah Al-waie sudah menyebar ke seluruh Indonesia yaitu 33 propinsi bahkan sampai ke Malaysia dan Australia. Sementara majalah Tatsqif hanya menyebar ke 29 propinsi dan
untuk yang keluar negeri majalah Tatsqif hanya mencapai ke Malaysia, tidak mendistribusinya ke Australia. Kemudian dari jumlah agen yang dimiliki. Majalah Tatsqif memiliki jumlah agen berkisar tujuh puluhan agen dan semuanya itu harus ditangani oleh redaksi majalah Tatsqif. Sementara majalah Al-Wa’ie memiliki agen yang lebih dari tujuh puluh yaitu sekitar kurang lebih sembilan puluh delapan. Maka dari hal itu majalah Al-wa’ie memiliki ke unggulan dalam jumlah agen yang dimilikinya. Karena jumlah agen yang dimiliki majalah Al-waie lebih banyak dibandingkan dengan jumlah agen yang dimiliki majalah Tatsqif. Artinya majalah Al-Wa’ie lebih banyak terdistribusi ke berbagai tempat dimana para agen itu tinggal dan memasarkan produknya. Mengenai jumlah pelanggan. Majalah Tatsqif memiliki jumlah pelanggan tetap sekitar
200 orang yang tercatat. Namun berdasarkan uraian dokumen
profil dari redaksi Majalah Tatsqif tertulis bahwa majalah Tatsqif telah memiliki pelanggan tetap yang berlangganan sekitar 5000 dan selebihnya sekitar 15.000 pembaca Temporer yang terus dibidik menjadi pembaca setia majalah Tatsqif. Dari data tersebut maka seperti sebelumnya penulis lebih memilih data dari hasil wawancara dengan Mara Naek Harahap selaku pimpinan iklan dan produksi majalah Tatsqif. Karena beliau lebih tahu seluk beluk dari perusahaan tersebut. Maka jumlah pelanggan tetap dari majalah Tatsqif adalah 200 pelanggan tetap. Sementara untuk majalah Al-waie untuk yang tercatat hanya 300 pelanggan, tetapi mungkin yang tidak tercatat bisa sampai 20.000 orang. Hal ini sesuai dengan persentase oplah yang dikeluarkan.
Seperti sebelumnya penulis lebih memilih data yang tercatat oleh masingmasing redaksi. Untuk majalah Tatsqif yang tercatat pelanggan tetapnya sekitar 200 orang. Sementara untuk Al-Waie sebanyak 300 orang yang tercatat jumlah pelanggan tetapnya. Maka dari hal tersebut majalah Al-Wa’ie lebih unggul dibandingkan majalah Tatsqif dalam hal banyaknya jumlah pelanggan tetapyang tercatat. Dilihat dari segi komunitas pemasaran/pangsa pasar sebagai basis distribusi produk, majalah Tatsqif memiliki komunitas pemasaran yang jelas. Artinya mempunyai komunitas pemasaran yaitu kalangan tarbiyah atau jamaah tarbiyah yang biasa disebut aktivis dakwah secara umum. Jamaah Tarbiyah ini adalah yang menjadi pondasi awal bagi pemasaran majalah Tatsqif. Sementara untuk majalah Al-Waie tidak pernah memfokuskan pada komunitas pemasaran khusus, namun jamaah Hizbut Tahrir menjadi komunitas penopang untuk terus eksisnya majalah Al-Wa’ie. Hal ini karena sebagian besar pembaca majalah Al-Wa’ie adalah jamaah Hizbut Tahrir, namun redaksi Alwaie berprinsip bahwa majalah Al-wai’e diterbitkan bukan hanya untuk jamaah Hizbut Tahrir melainkan untuk seluruh umat Islam dan dapat dikonsumsi secara umum. Dari hal diatas bahwa majalah Al-Wa’ie dan majalah Tatsqif memiliki keunggulan yang sama atau seimbang. Yaitu sama-sama memiliki suatu komunitas dalam menopang eksistensi majalahnya. Jumlahnya pun sama yaitu majalah Al-Wa’ie hanya memiliki satu komunitas pemasaran yaitu Hizbut Tahrir dan majalah Tatsqif juga hanya memiliki satu komunitas pemasaran yaitu jamaah Tarbiyah.
2. Berdasarkan Promosinya Ditinjau dari promosi, penulis membaginya dalam beberapa hal yang berkaitan dengan promosi, diantaranya yaitu bentuk promosi yang dilakukan majalah Tatsqif dan Al-waie, kemudian jumlah iklan yang dimilikinya sabagai proses dari hasil promosi. Tabel 2.2 : Perbandingan Promosi Majalah Tatsqif dengan Al-Waie NO 1
Kategori Promosi Bentuk Promosi
2
Jumlah Iklan
Tatsqif
Al-Wa’ie
1. menyelenggarakan 1. Melalui Website Acara berupa, 2. Sponsor acara seminar, bedah 3. Memasang Iklan buku dll. di koran. 2. Jaringan Ustadz. 3. Menjadi pengisi. 4. Bantuan Sponsor Enam s.d. tujuh iklan Tidak menerima iklan
Bentuk promosi yang dilakukan majalah Tatsqif diantaranya yaitu. yang pertama promosi melalui acara-acara seperti mabit (malam bina iman dan taqwa), seminar, bedah buku, konser nasyid, tablig akbar, kajian muslimah, dan lain-lain. Di acara tersebut majalah Tatsqif berusaha untuk masuk sebagai iklan sponsor. Kedua promosi melalui jaringan ke beberapa ustadz-ustadzah Kemudian yang ketiga menjadi pengisi acara pada dauroh-dauroh atau pelatihan-pelatihan. Keempat berupa bantuan dana sponsor. Bentuk promosi majalah Al-waie yaitu yang pertama ialah melalui website Hizbut Tahrir yaitu www.hizbut-tahrir.or.id. Kemudian yang kedua melalui acara-acara yang diadakan oleh Hizbut Tahrir seperti seminar, bedah buku dan lain-lain. Biasanya di acara tersebut dicantumkan logo Al-wa’ie pada spanduknya. Ketiga, terkadang Al’wa’ie memasang iklan juga di koran yang
biasanya ada iklan Hizbut Tahrir dan Al-wa’ie yang turut bersama didalamnya. Jadi modelnya hanya sebatas itu dan setiap promosi majalah Alwa’ie hanya akan melakukannya melalui jaringan Hizbut Tahrir. Selama ini majalah Al-wa’ie jarang melakukan promosi melalui jaringan yang lain. Sebagian besar hanya melalui jaringan Hizbut Tahrir. Dilihat dari bentuk promosi yang dilakukan majalah Al-Wa’i. majalah Alwaie hanya melakukannya tiga hal bentuk promosi yaitu melalui website, melalui acara-acara sebagai sponsor dan terakhir memasang iklan di Koran. Sementara majalah Tatsqif juga sama memiliki tiga hal bentuk promosi yaitu pertama melalui acara-acara sebagai sponsor, bentuknya bisa perupa iklan atau bantuan dana. Kedua melalui jaringan Ustadz atau ustadzah. Ketiga dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan majalah Tatsqif menjadi pengisi acaranya. Namun dari itu semua ada sisi kekurangan dari majalah Al-Waie. Majalah Al-Waie hanya melakukan promosi lewat jaringan Hizbut Tahrir saja. Majalah Al-Waie jarang sekali melakukan promosi lewat jaringan
yang lain atau
jaringan yang bersifat umum. Misalkan setiap Hizbut Tahrir mengadakan suatu acara, maka Al-waie selalu ikut serta menjadi sponsor. Tetapi jika organisasi lain yang mengadakan acara, Alwa’ie akan mempertimbangkannya kembali untuk menjadi sponsor bahkan bisa menolaknya. Begitu juga dengan promosi lewat website dan koran. Al-Wa’ie melakukan promosi lewat website dengan menggunakan situs Hizbut Tahrir yaitu www.hizbut-tahrir.or.id. Tidak menggunakan situs majalahnya sendiri. Bahkan tidak ada. Kemudian promosi di koran juga seperti itu. Al-Waie akan melakukan iklan promosi di koran tetapi harus dibarengi dengan iklan Hizbut Tahrir. Hal itu semua dikarenakan majalah
Al-Waie adalah bagian dari media yang diterbitkan oleh Hizbut Tahrir. Sehingga visi-misi Hizbut Tahrir tidak pernah lepas dari majalah Al-Wa’ie. Sementara majalah Tatsqif
lebih bersifat terbuka dalam melakukan
promosi. Selama itu tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, majalah Tatsqif akan bersedia untuk menjadi sponsor pada acara tersebut. Mengenai jumlah iklan yang masuk di majalah Tatsqif sekitar tiga sampai dengan enam iklan setiap bulannya. Sementara untuk Majalah Al-Wa’ie. Majalah tersebut tidak menerima iklan. Pemasukan Al-waie murni dari hasil penjualan, oleh karena itu majalah Al’waie sangat ketat terhadap para agennya. Bagi agen yang dua kali tidak bisa bayar biasanya akan diputus dari jaringan agen majalah Al-wa’ie. Hal ini dilakukan untuk mencegah kesulitan dalam masalah keuangan. Ditinjau
dari
jumlah
iklannya
majalah
Al-Wa’ie
lebih
unggul
dibandingkan dengan majalah Tatsqif. Hal ini dikarenakan majalah Al-Waie tidak menerima iklan pada majalah yang diterbitkannya. Artinya majalah AlWaie mampu menghidupi majalahnya tanpa bantuan dari pemasukan Iklan. Banyak sekali media yang bangkrut hanya karena persoalan iklan yang sedikit. Tetapi majalah Al-Waie dapat mengatasi hal itu. Majalah Al-Waie sangat ketat terhadap agen-agennya. Jika tidak ketat, maka akan menggangu pemasukan keuangan bagi perusahaan majalah Al-Waie sendiri. Sebab pemasukan Al-waie sebagian besar mengandalkan dari hasil penjualan majalahnya saja.
3. Berdasarkan Jumlah Oplahnya Tabel 2.3 : Perbandingan Jumlah Majalah Tatsqif dengan Al-Wa’ie NO 1
Kategori Jumlah Oplah Oplah
2
Sistem retur
Tatsqif
Al-Wa’ie
3000 s.d 10.000 eksemplar/ bulan Tidak digunakan
10.000.s.d 27. 000 eksemplar/bulan digunakan
Oplah majalah Tatsqif sifatnya fluktuatif atau tidak tetap. Dengan oplah 7000 s.d 10.000 eksemplar. Hal ini karena konsep yang digunakan di majalah Tatsqif adalah konsep pemesanan artinya jika ada yang memesan banyak maka oplah yang dicetak juga akan banyak dan tidak ada retur (pengembalian majalah yang tidak laku terjual). Sementara untuk majalah Al-wa’ie. Oplah majalahnya sekitar 27.000 eksemplar perbulan untuk sekali cetak. Kemudian jarang sekali diretur, tetapi ada juga yang diretur, apabila ada agen yang macet biasanya majalah Al-Wai’e diretur. Dilihat dari jumlah oplahnya memang majalah Tatsqif masih belum unggul dibandingkan dengan majalah Al-Waie. Namun majalah Al-Wa’ie masih ada kelemahan yaitu masih ada retur didalam sistem pemasarannya. Sementara majalah Tatsqif tidak menerapkan sistem retur artinya majalah yang diterbitkan sebanyak 10.000 eksemplar maka akan selalu habis terjual.
C. Majalah Tatsqif dengan Tarbawi dan Al Wa’ie. 1. Berdasarkan Distribusi Produknya Untuk melihat seberapa besar kemampuan majalah Tatsqif menyaingi majalah Tarbawi. dan majalah Al-waie. Maka penulis meninjaunya dari segi distribusi produk yang telah dipasarkan. Di dalam ditribusi produk ini penulis membaginya kembali dalam beberapa hal diantaranya yaitu jumlah wilayah propinsi yang sudah terdistribusi, jumlah agen, pelanggan tetap dan komunitas pemasaran/pangsa pasar yang dimiliki. Tabel 3.1 : Perbandingan Distribusi Produk Majalah Tatsqif , Tarbawi dan AlWaie NO 1 2 3
Kategori Distribusi Produk Wilayah Terdistribusi Jumlah Agen Jumlah Pelanggan Tercatat
Tatsqif
Tarbawi
Al-Wa’ie
29 Propinsi
27 Propinsi
33 propinsi
70 agen
89 Agen
98 agen
200 Pelanggan
150 Pelanggan
300 pelanggan
Majalah Tatstqif mampu mendistribusikan majalahnya ke 29 propinsi, majalah Tarbawi mampu mendistribusikan majalahnya ke 27 propinsi. Sementara untuk majalah Al-Wa’ie sudah terdistribusi hampir seluruh Indonesia atau 33 propinsi. Dari hal diatas majalah Al-waie memiliki keunggulan dibandingkan dengan majalah Tatsqif dan Tarbawi. sedangkan Tatsqif memiliki keunggulan dibandingkan Tarbawi. Jika semua itu ditinjau dari jumlah propinsi yang sudah terdistribusi.
Untuk jumlah agen. Majalah Tarbawi ada sekitar 89 agen, majalah Tatsqif sekitar 70 agen. Sementara majalah Al-Wa’ie sekitar 98 agen. Maka majalah Alwaie memiliki keunggulan dibandingkan dengan majalah Tatsqif dan Tarbawi. Kemudian majalah Tarbawi lebih unggul dibandingkan dengan Tatsqif. Jika ditinjau dari banyaknya jumlah agen yang dimiliki. Majalah Tatsqif memiliki pelanggan tetap yang tercatat sekitar 200 orang. Tarbawi yang tercatat sekitar 150 orang. Sementara untuk Al-Wa’ie sebanyak 300 orang yang tercatat. Maka majalah Al-Wa’ie lebih unggul dibandingkan majalah Tatsqif dan Tarbawi. kemudian majalah Tatsqif lebih unggul dibandingkan dengan majalah Tarbawi. jika ditinjau dari jumlah pelanggan tetap yang tercatat. Dari hal komunitas pemasaran/pangsa pasar. Majalah Tatsqif memiliki satu komunitas yaitu jamaah Tarbiyah. Sementara majalah Tarbawi memiliki dua komunitas pemasaran yaitu Forsimta dan Tarbawi community. majalah Al-Wa’ie memiliki satu komunitas pemasaran yaitu Hizbut Tahrir. Maka dari hal tersebut majalah Tarbawi lebih unggul dibandingkan dengan majalah Tatsqif dan majalah Al-waie. Karena memiliki dua komunitas. Sementara majalah Tatsqif dan majalah Al-wa’ie seimbang karena hanya memiliki satu komunitas pemasaran distribusi produk. Jika semuanya itu ditinjau dari jumlah komunitas distribusi.
2. Berdasarkan Promosinya Di dalam segi promosi, penulis membaginya dalam beberapa hal yang berkaitan dengan promosi, diantaranya yaitu bentuk promosi yang dilakukan majalah Tatsqif, Tarbawi dan Al Waie, kemudian jumlah iklan yang dimilikinya sabagai proses dari promosi. Tabel 3.2 : Perbandingan Promosi Majalah Tatsqif , Tarbawi dan Al- Wa’ie NO 1
2
Kategori Promosi Bentuk Promosi
Jumlah Iklan
Tatsqif
Tarbawi
Al-Wa’ie
1. menyelenggarak 1.Sponshorship 1.Melalui an Acara berupa, berupa Website seminar, bedah pemberian 2. Sponsor acara buku dll. spanduk. 3. Memasang 2. Jaringan Ustadz. 2. Terfokus pada Iklan di 3. Menjadi pengisi. pembagian koran. 4. Bantuan Sponsor majalah secara gratis Enam s.d. tujuh iklan Kurang lebih Tidak Dua puluh iklan menerima iklan
Bentuk promosi yang dilakukan majalah Tatsqif diantaranya yaitu. Pertama, bentuk promosi melalui acara-acara bisa berupa iklan sponsor dan bantuan dana. Kedua, promosi melalui jaringan ke beberapa ustadz-ustadzah. Kemudian yang ketiga menjadi pengisi acara pada dauroh-dauroh atau pelatihan-pelatihan.
Sementara majalah Tarbawi banyak difokuskan pada
pembagian produk promosi.. kemudian menjadi iklan sponsor pada acara-acara seperti seminar, bedah buku dan lain-lain. Untuk memberikan uang tunai sebagai dana sponsor biasanya majalah Tarbawi tidak pernah melakukannya. Untuk majalah Al-Wa’I bentuk promosinya ada tiga hal yaitu melalui website, melalui acara-acara sebagai sponsor dan terakhir memasang iklan di Koran. Namun dari itu semua ada sisi kekurangan dari majalah Al-Waie. Majalah Al-Waie
melakukan promosi hanya lewat jaringan Hizbut Tahrir saja. Apakah itu bentuknya berupa sponsor acara, lewat website ataupun koran. Maka penulis menilai majalah Tatsqif lebih unggul dibandingkan dengan majalah Tarbawi dan Al-waie. Karena majalah Tarbawi dan Al-Waie memiliki kekurangan didalam melakukan promosi. Pertama untuk majalah Tarbawi lebih terfokus pada bentuk promosi sponsorship berupa pembagian gratis produk promosi saja. Sementara untuk majalah Al-Wa’ie hanya melalui jaringan Hizbut Tahrir dalam melakukan promosinya. Mengenai jumlah iklan yang diperoleh. Majalah Tatsqif mampu mendapatkan iklan tiga sampai dengan enam iklan untuk setiap bulannya. Sementara untuk majalah Tarbawi sekitar kurang lebih dua puluh iklan untuk dua minggu sekali. Sementara untuk Majalah Al-Wa’ie tidak menerima iklan. Ditinjau dari jumlah iklannya majalah Al-Wa’ie lebih unggul dibandingkan dengan majalah Tatsqif dan Tarbawi. Hal ini dikarenakan majalah Al-Waie tidak menerima iklan pada majalah yang diterbitkannya. Artinya majalah Al-Waie mampu menghidupi majalahnya tanpa bantuan dari pemasukan iklan. Sementara majalah Tarbawi dan Al-Wa’ie masih mengandalkan iklan untuk menghidupi majalahnya. Selain itu majalah Tarbawi lebih unggul dibandingkan dengan majalah Tatsqif. Sebab jumlah iklan yang diterimanya jauh lebih banyak.
3.
Berdasarkan Jumlah Oplahnya Tabel 3.3 : Perbandingan Jumlah Oplah Majalah Tatsqif , Tarbawi dan AlWa’ie NO
1
2
Kategori Jumlah Oplah Oplah
Sistem retur
Tatsqif
Tarbawi
Al-Wa’ie
3000 s.d 10.000 eksemplar/ bulan Tidak digunakan
10.000.s.d 35. 000 eksemplar/bulan
10.000.s.d 27. 000 eksemplar/bulan digunakan
digunakan
Oplah majalah Tatsqif sekitar 7000 s.d 10.000 eksemplar dan tidak ada retur (pengembalian majalah yang tidak laku terjual). Tarbawi pernah mencapai 35.000 eksemplar, dengan Dengan wilayah sebar di seluruh kota besar Indonesia juga
di Malaysia. Oplah majalahnya sekitar 27.000 eksemplar
perbulan untuk sekali cetak dan masih ada retur. Maka penulis menilai bahwa majalah Tarbawi lebih unggul dibandingkan dengan majalah Tatsqif dan Al-Wa’ie. sebab jumlah oplahnya lebih banyak. Namun dari hal diatas majalah Tatsqif memiliki kelebihan dibandingkan dengan majalah Tarbawi dan Alwa’ie. Yaitu tidak adanya retur dalam memasarkan majalahnya sehingga majalahnya selalu habis terjual sebanyak 10.000 eksemplar perbulannya. Inilah yang membuat majalah Tatsqif bisa bertahan hingga sekarang walaupun masih banyak kekurangannya.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Setelah penulis memaparkan dan menjelaskan dari awal sampai tahapan akhir tentang proses penelitian ini, maka penulis menyimpulkan tentang hal-hal yang terkait dengan judul skripsi yang diajukan, yakni “Majalah Tatsqif dan persaingan industri media pada era globalisasi.” Penulis akan mengambil kesimpulan mengenai kemampuan atau kelebihan dan kekuarangan dari majalah Tatsqif itu sendiri. Terutama dalam menghadapi persaingan industri media dengan majalah Tarbawi dan Al-waie. Maka kesimpulan tersebut diantaranya yaitu : 1. Berdasarkan distribusi produk Majalah Tatsqif memiliki kelebihan dalam hal banyaknya jumlah propinsi yang sudah terdistribusi dan jumlah pelanggan tetap yang telah tercatat di redaksi. Jika dibandingkan dengan Tarbawi. propinsi
yang
sudah
terdistribusi
Majalah
Dari jumlah
Tatstqif
mampu
mendistribusikan majalahnya ke 29 propinsi. sementara majalah Tarbawi hanya 27 propinsi. Kemudian dari jumlah pelanggan tetap yang tercatat. Majalah Tatsqif memiliki 200 pelanggan tetap sementara majalah Tarbawi hanya memiliki 150 pelanggan tetap yang tercatat.
Sedangkan untuk
Majalah Al-Wa’ie mampu mendistribusikan produknya ke 33 propinsi. Kemudian jumlah pelanggan tetap yang tercatat berkisar 300 orang.
Sementara itu untuk kekurangannya, majalah Tatsqif belum mampu bersaing dengan majalah Al’waie yaitu dalam hal semua yang berkaitan dengan
distribusi
produk
kecuali
mengenai
jumlah
komunitas
pemasaran/pangsa pasar. Tentang jumlah komunitas pemasaran/pangsa pasar majalah Tatsqif mampu mengimbangi majalah Al-wa’ie. karena sama-sama memiliki satu komunitas pemasaran. Kekurangan kedua ialah majalah Tatsqif belum mampu menyaingi majalah Tarbawi dan Al-Wa’ie dalam hal banyaknya jumlah agen. Jumlah agen majalah Tarbawi ada delapan puluh sembilan, majalah Al-Wa’ie ada sembilan puluh delapan, sedangkan majalah Tatsqif hanya ada tujuh puluh agen. 2. Berdasarkan promosinya Majalah Tatsqif memiliki kelebihan dalam hal bentuk promosi yang dilakukannya. Majalah Tatsqif lebih beragam dalam melakukan promosi, tidak terfokus pada satu bentuk promosi dan dapat melalui jaringan apapun untuk promosi, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Sementara untuk majalah Tarbawi dan Al-Waie memiliki kekurangan didalam melakukan promosi. Pertama, untuk majalah Tarbawi lebih terfokus pada satu bentuk promosi saja. yaitu memberikan sponsorship berupa pembagian produk promosi seperti majalah Tarbawi. Kedua, untuk majalah Al-Wa’ie sebagian besar hanya melalui jaringan Hizbut Tahrir saja dalam melakukan promosinya sehingga memungkinkan majalah AlWa’ie lebih dikenal dikalangan Hizbut Tahrir saja dibandingkan oleh orang lain.
Kemudian untuk kekurangannya, majalah Tatsqif masih belum mampu untuk menarik iklan yang banyak. Ia hanya mampu mendapatkan iklan tiga sampai dengan enam iklan untuk setiap bulannya. Sementara untuk majalah Tarbawi bisa mendapatkan kurang lebih dua puluh iklan untuk dua minggu sekali. Lain halnya dengan majalah Al-Wa’ie kebijakannya sampai saat ini masih belum ada keinginan untuk menerima iklan. Majalah Alwa’ie lebih memilih untuk menghidupi majalahnya tanpa harus ada bantuan dari iklan. 3. Berdasarkan jumlah oplahnya Majalah Tatsqif memiliki kekurangan dari sisi jumlah oplah. Oplah majalah Tatsqif sekitar 7000 s.d 10.000 eksemplar perbulan. Sementara Tarbawi pernah mencapai 35.000 eksemplar, dengan Dengan wilayah sebar di seluruh kota besar Indonesia, juga di Malaysia. Sedangkan majalah Al-wa’ie oplahnya sekitar 20.000 s.d
27.000 eksemplar
perbulannya. Namun ada sisi kelebihan pada majalah Tatsqif. Oplah majalah Tatsqif selalu habis terjual, karena sistem pemasaran yang digunakannya adalah sistem pemesanan. Majalah Tatsqif akan mencetak majalahnya sesuai dengan
banyaknya
pemesanan.
Kemudian
tidak ada
retur
atau
pengembalian majalah pada majalah Tatsqif. Artinya produk yang sudah dipesan tidak bisa dikembalikan ke redaksi dan benar-benar harus terjual. Dari hal itu semua dapat dikatakan bahwa majalah Tatsqif memiliki tantangan yang besar untuk menghadapi persaingan di era globalisasi ini. Dia harus terus mengevaluasi diri dan meningkatkan kinerjanya agar tetap terus bertahan dimasyarakat.
B. SARAN Selanjutnya yang paling akhir dilakukan penulis dalam proses penelitian atau penyusunan skripsi yang telah dibuat, ada beberapa saran atau masukan dari penulis. Saran-saran tersebut antara lain: 1.
Masukkan dan saran yang pertama penulis tujukan kepada redaksi majalah Tatsqif, agar lebih ditingkatkan kembali kualitas majalahnya sehingga setiap orang tertarik untuk membaca dan jumlah pembacanya semakin bertambah.
2.
Saran kedua masih ditujukan kepada majalah Tatsqif, agar majalah Tatsqif mampu menumbuhkan kepercayaan kepada perusahaan iklan, bahwa majalah Tatsqif adalah majalah yang cukup diminati oleh masyarakat muslim. Sehingga perusahaan iklan tertarik untuk memasang iklan di majalah Tatsqif dan jumlah pemasukan iklannya semakin bertambah.
3.
Saran ketiga penulis tujukan kepada majalah Tarbawi, agar tidak memfokuskan bentuk promosinya pada satu bentuk yaitu pembagian majalah Tarbawi secara gratis. Melainkan harus bermacam-macam strategi promosi. Sehingga perusahaan majalah Tarbawi bisa terus berkembang pesat.
4.
Selanjutnya saran keempat penulis tujukan kepada majalah Al-Wa’ie. Pertama, agar mengeluarkan kebijakan untuk mau menerima iklan, karena hal tersebut dapat menambah pemasukan bagi majalah Al-Wa’ie dan majalah Al-Wa’ie bisa lebih berkembang lagi. Kedua, agar majalah Al-Wa’ie tidak terfokus pada jaringan Hizbut Tahrir saja dalam melakukan promosinya. Tetapi mulai munggunakan jaringan yang lain selama itu tidak bertentangan dengan nilainilai Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abar, Akhmad Zaini. Kisah Pers Indonesia 1966-1974. Yogyakarta: LKIS, 1995. h. 50. Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani,t.t Arismunandar, Satrio. Bergerak!-Peran Pers Mahasiswa dalam Penumbangan Rezim Soeharto. Yogyakarta: Genta Press, 2005. h. 34. Asep Zaelani, Muhammad. “Etika dan Prinsip Bisnis dalam Islam.” artikel diakses pada 9 novemer 2008 dari http://dpuonline.com/index.php?artikel/detail/3/1363/ artikel-1363.html Basri, Faisal. Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta : Erlangga 2002. Budyana, Muhamad. Jurnalistik Teori dan Praktik. Jakarta: M.A. ROSDA, t.t. h.35. DJuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers.Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. EBizzAsia. “Menyiasati Persaingan.” Artikel diakses pada 9 november 2008 dari http://www.ebizzasia.com/0327-2005/focus,0327,02.htm G, Kertassaputra. Pembentukan Perusahaan Iindustri. Jakarta: Bina Aksara, 1987. h. 66. Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta : Rajawali Press, 2006. h. 259.
Laspriayana, Bey. “bisnis syafaat.” artikel diakses pada 9 November 2008 dari http://beyblog. syafaatadvertising.net/?p=30 Lexi, J,Makong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. cet. Ke-10, h.3.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga, 1987. Cet. Ke-2. Nanath. “Bentuk-Bentuk Media Massa,” Artikel diakses pada 9 November 2008 dari http:// kuliahkomunikasi. com/?p=21 Nangoi, Ronald. Marketing dalam Era Globalisas. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997. Partau, Zainal Abiding. Media Relations. Strategi Meraih Dukungan Publik. Jakarta: MM. PT Indeks kelompok Gramedia, 2006. h. 80. Rudy, Teuku May. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung: Refika Aditama, 2005. Sareb R. Putra, Masrib. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memakai. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. h. 35. Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005. Saidiharjo. Cakrawala Pengetahuan Social Untuk Kelas 5 SD. Solo: Jata Lestari, 2004. h. 57-59 Sutanto. Jurnal 5 dan 6 Aplikasi Teori Niche pada Kompetisi Media Massa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001. h. 57-59. S, Astrid dan Susanto, Sunario. Globalisasi dan Komunikasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995. h. 89.
Tandowidjojo, Jvs. Media Massa dan Pendidikan. Yogyakarta: CM Kanisius, 1985.h.40. www.wikipedia.com,“pengertian
majalah.”
diakses
pada
9
november
dari
http://id.wikipedia.org/ wiki/Majalah. www.wikipedia.com. “Pengaruh Media Massa Pada Budaya.” diakses pada 9 November dari http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa www.wikipedia.com,“Pengertian Globalisasi” diakses pada 9 november 2008 dari http://id.wikipedia. org/wiki/Globalisasi# Pengertian Yasuo, Hanazaki. Pers Terjebak. Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1998. h. 94. Zulkifli, Arif Ahmad. “Industri Globalisasi Media.” artikel diakses pada tanggal l5 okteber 2008 dari: http:// //arifblog ndex.php?artikel/detail/3/1363/artikel1363.html
SURAT KETERANGAN
Redaksi majalah Islam Tatsqif dengan ini menyatakan bahwa :
Nama
: Ahmad Supriyadi
NIM
: 104051101931
Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi
Jurusan
: Konsenterasi Jurnalistik
Judul Skripsi
: Majalah Tatsqif dan Persaingan Industri Media Pada Era Gobalisasi
Telah melakukan penelitian dan wawancara kepada pengurus redaksi majalah Tatsqif untuk memenuhi kelengkapan dan keakuratan data pada skripsi yang dibuat. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 5 Agustus 2008 Pimpinan Iklan dan Produksi
(Mara Naek Harahap)
WAWANCARA Nama Jabatan Hari/Tanggal Tempat Waktu
: Mara Naek Harahap. : Pimpinan Iklan dan Produksi : Selasa, 29 Juli 2008 : Kantor redaksi majalah Tatsqif : 10.00 WIB
Tanya : Jawab :
Bagaimana latar belakang sejarah berdirinya majalah Al-wa’ie Tatsqif? Alhamdulilah segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita berdua di tempat yang diberkahi oleh Allah SWT. Alhamdulilah hari ini saya diwawancarai oleh akh kita atau teman kita mudah-mudahan segala sesuatu yang antum lakukan untuk membuat suatu proses skripsi untuk kelulusan dapat bermanfaat bagi antum sendiri dan media ajang silaturrahmi bagi tatsqif dan antum sendiri. Mengenai Majalah Tatsqif sendiri itu berdiri sekitar empat tahun yang lalu, dari awal pemasarannya itu kita lakukan dengan cara bekerja sama dengan salah satu orang dari media atau media yang lain atau orang dari salah satu majalah Islam juga dalam hal pemasaran. Waktu itu juga saya juga sudah berkecimpung di majalah Islam juga. Kebetulan disalah satu majalah Islam saya pernah aktif, jadi pemasaran majalah Tatsqif itu sendiri sebenarnya berasal dari networking atau jaringan dari majalah-majalah yang lain artinya sama dengan majalah-majalah yang lain jaringan pemasarannya. Contohnya seperti majalah sabili, tarbawi dan lain-lain. kemudian kita konsen dan minta juga ke mereka dan bertanya jaringan mereka kemana saja. Sebelum saya minta kesana, saya juga sudah menghubungi beberapa orang yang mempunyai hubungan khusus kepada saya dari beberapa agen-agen didaerah. Dari beberapa agen-agen pemasaran dan itu saya kontak kembali, agen-agen daerah yang semuanya itu hampir dari jawa, Kalimantan, dan sulawesi, ternyata mereka respon terhadap majalah Tatsqif dan mereka mengatakan dicoba terlebih dahulu untuk dipasarkan. Karena majalah yang sejenis sebelumnya yang dulu saya kelola yaitu majalah tarbiyah. Jadi dulu ketika Majalah Tatsqif ada majalah Tarbiyah sudah tidak terbit lagi. Jadi saya buat majalah Tatsqif yang mudahmudahan majalah ini lebih lengkap secara rubrik dan juga tampilannya lebih baguslah dari majalah-majalah lain. segmentasi pembaca majalah Tastqif sebenarnya waktu itu masih Khas tarbiyah, yaitu hanya untuk jamaah kader pengajian Tatsqif, tetapi saya sendiri saat itu berpikir kenapa kita tidak membentuk jaringan keluar. Jadi pemasarannya hampir ke seluruh Indonesia waktu itu. Dengan oplah awal sekitar 3500 eksemplar setiap satu bulan.
Tanya : Jawab :
sejauh mana jangkauan distribusi majalah Tatsqif jangkauannya hampir keseluruh Indonesia yaitu toko Buku. yaitu ke 29 propinsi tetapi dari 29 propinsi itu menyebar lagi ke propinsi yang lain. artinya kita enggak backup semua, maksudnya tersebar ke seluruh Indonesia tetapi pemasarannya melalui jaringan kota besar. Misalkan kita kirim ke kota Surabaya maka akan di oper ke NTT, NTB ke Bali oleh beberapa agen, jadi enggak semua tempat kita kirim dari sini karena berhubungan dengan cost atau biaya yang cukup besar. Dan hampir ratarata itu agen-agennya toko buku, distributor perseorangan, perseorangan itu mencakup dia pengurus structural atau non structural kemudian organisasi dan yang lain-lain.
Tanya : Jawab :
Berapa eksemplar atau oplah yang diterbitkan majalah Tatsqif? oplah sekarang itu Fluktuatif yah untuk sekarang ini, karena belajar dari media-media lain yang telah berguguran atau tidak terbit lagi yang hanya permasalahannya di oplah. Ketika dia mencetak oplah yang banyak ternyata yang terjual sedikit. Nah system yang dipakai di Tatsqif ini adalah system pemesanannya saja. Dengan oplah 7000 s.d 10.000 eksemplar artinya itu pemesanannya saja dan itu tidak ada retur atau pengembalian majalah. Kita tekankan tidak ada retur kepada para distributor atau agen. Jadi kalau media lain itu pernah bilang mencetak 25.000 atau 35.000 mungkin itu angka yang pernah tertinggi yang mereka capai. sah-sah saja setiap media mengatakan seperti itu. Yang jelas hal itu masalah dapur, yang tau hanya orang-orang media saja yang tahu berapa oplah yang mereka capai. Mereka mengatakan seperti itu kepada orang lain sebagai trik atau strategi dari pemasaran majalah itu sendiri. Tujuannya untuk menarik iklan. Cuma tidak baik bagi saya jika mengatakan oplahnya 10.000 saya katakan diatas segitu.
Tanya : Jawab :
Berapa jumlah Agen yang dimiliki majalah Tatsqif ? sampai sekarang untuk seluruh Indonesia atau Jabotabek itu berkisar tujuh puluan agen dan itu harus saya tangani dan hapal kemudian banyak sekali pernik-pernik permasalahan yang timbul dari agen-agen tersebut. Seperti terima barang oke tetapi menagihnya agak susah sehingga kita terkadang harus punya sikap yang sedikit keras. Kita terangkan kepada mereka majalah ini majalah dakwah untuk menghidupi dakwah, jika dia tidak mau bayar majalah ini atau tidak professional maka kita tidak akan mengirim lagi sebelum dilunasin terlebih dahulu.
Tanya :
Apakah majalah Tatsqif ada Retur (pengembalian majalah) dari agen, jika majalah itu tidak laku terjual? Nah system yang dipakai di Tatsqif ini adalah system pemesanannya saja. artinya itu pemesanannya saja dan itu tidak ada retur atau pengembalian majalah. Kita tekankan tidak ada retur kepada para distributor atau agen.
Jawab :
Tanya : Jawab :
Tanya : Jawab :
Tanya : bulannya? Jawab :
Tanya : Jawab :
Tanya : Jawab :
Apakah majalah Tatsqif mempunyai pangsa pasar atau komunitas pemasaran tersendiri yang akan membeli majalah Tatsqif? pangsa pasar jelas, artinya itu kita mempunyai pangsa pasar yaitu kalangan tarbiyah atau pengajian tarbiyah yang biasa disebut aktivis dakwah secara umum. Jadi segmen pasar atau pangsa pasarnya jelas artinya jika kita ingin membuat media, khususnya media Islam harus punya jamaah dulu yaitu jamaah Tarbiyah. Yang jelas itu pangsa pasar kita, lalu kita berani buat media. Bagaimana bentuk promosi yang dijalankan majalah Tatsqif untuk memperkenalkan produknya.? promosinya lebih kepada acara yah, kita buat acara-acara mabit (malam bina iman dan taqwa), seminar, itu waktu awal-awal. Terus tawarkan kepada ustadz-ustadzah yang punya binaan (murid) pengajian sehingga dapat dijelaskan ke muridnya bahwa majalah ini bagus untuk menambah Tsaqofah. Kemudian promosi melalui acara seminar, bedah buku dan kemudian ikut sebagai sponsor acara, misalkan ada acara konser kemanusiaan, kemudian acara-acara seperti kajian muslimah, tablig akbar. Kita berusaha untuk masuk kesana sebagai sponsor. Seperti dauroh-dauroh, banyak yang minta kita untuk mengisi dauroh, Bentuknya bisa mengisi acara atau bantuan dana sponsor. Berapa jumlah iklan yang masuk ke majalah Tatsqif pada setiap hak iklan itu sebenarnya banyak kepada lobi dan negosiasi, lobi itu sebenarnya lebih kepada pertemanan yah, biasanya kita kenal dengan pemilik perusahaan itu. kalau waktu awal pemasukan itu dari satu juta sampai dengan tiga juta. Kalau jumlah iklan yang masuk sekitar tiga sampai dengan enam iklan setiap bulan. Kalau iklan itukan fluktuatif yah kalau kita lagi banyak yah banyak, kalau lagi sedikit yah sedikit. Terus iklan itukan banyak macamnya ada iklan bisnis yang profesional, iklan dakwah seperti acara-acara mabit yang kita kasih Free tetapi logo kita pun dimasukan di acara-acara mereka. Berapa Jumlah pembaca majalah Tatsqif yang dianalisis dari majalah Tatsqif sendiri? Jumlah pembaca Tatsqif sendiri dari analisa kita berkisar dua orang dari setiap majalah. Jadi kalau dikalikan itu sekitar lima belas ribu pembaca itu analisa dari kita. Rubrik apa saja yang paling digemari dari majalah Tatsqif sendiri? yang paling digemari yaitu kajian utama atau telaah utama yang membahas tema sentral dari judul majalah dan yang kedua rubric tentang keakhwatan yaitu tarbiyah muslimah.Ya karena pembaca kita lebih banyak perempuannya dibandingkan laki-lakinya. Hampir semua media itu kebanyakan ibu-ibu atau umahat.
Tanya : Jawab:
Mengenai Harga majalah Tatsqif sendiri berapakah, apakah pernah ada kenaikan atau penurunan harga (berapakah)? untuk harga kayanya naik terus, karena harga tidak pernah turun berkaitan dengan BBM. Tetapi waktu awal kita pernah jual tiga ribu lima ratus rupiah tapi sekarang enam ribu lima ratus sampai dengan tujuh ribu. Waktu awal kita Cuma isi 48 halaman, 64, 72, terakhir 80 halaman ini dengan harga 7000.
Tanya : Jawab :
Berapa jumlah pekerja yang ada pada majalah Tatsqif ? untuk diawal pendiri kita itu sekitar lima orang yah, tetapi diantara pendiri itu ada yang sekolah diluar negeri, ada yang dikirim untuk dakwah di daerah, ada yang risen yaitu pindah ke luar kota. Jadi sekarang yang tertinggal itu tinggal tiga orang. Jadi Tatsqif itu tidak banyak SDMnya yah merangkap-merangkaplah pekerjaannya. Kita terbit sebulan sekali jadi lebih santailah bekerjanya dibandingkan majalah yang terbit seminggu sekali.
Tanya :
Apakah majalah Tatsqif sudah terdepartementalisasi, departemen apa saja yang dimiliki majalah Tatsqif? yang umum aja sih, yang pertama dewan redaksi, pimpinan umum, marketing, pemasaran, produksi sama keuangan. Jadi tugasnya itu merangkap atau tidak satu jabatan.
Jawab :
Tanya : Jawab :
Berapa jumlah pelanggan tetap dari majalah Tatsqif yang tercatat? semuanya berkisar kurang lebih dua ratus pelanggan tetap itu yang tercatat.
Tanya : Jawab:
Apa yang dikedepankan majalah Tatsqif Idealis atau Bisnis? kita berharap nanti kedepannya majalah tatsqif ini sebagai salah satu media untuk mengangkat dakwah itu lebih maju lagi untuk kalangan tarbiyah, karena majalah yang masih bertahan untuk khas tarbiyah itu majalah tatsqif sampai sekarang, mudah-mudahan kedepannya semakin meluas melebar dan bisa menyentuh ke semua lini dan golongan. Golongan artinya yang selama ini memahami Islam secara parsial ya menurut mereka untuk lebih mengenal dakwah ini lebih luas. Tatsqif ini menjembatani itu semua. Insya allah antum bisa menjelaskan. Media islam itu tidak hanya sekedar komersial tetapi media sebagai wadah dakwah dan komunikasi jadi Tatsqif lebih ke tataran idiologis dan idealis?
WAWANCARA Nama Jabatan Hari/Tanggal Tempat Waktu
: Noor Arief Wicaksono : Kepala bagian pemasaran : Jumat, 22 Agustus 2008 : Kantor Redaksi majalah tarbawi : 16.00 WIB
Tanya : Jawab :
Bagaimana latar belakang sejarah berdirinya majalah Tarbawi? Majalah tarbawi sekitar tahun 1999 saat Reformasi sudah memberikan kebebasan pers pada saat itu. Memang ada beberapa aktivis dakwah yang niat dalam perjalanan dakwah di Indonesia, maka dengan menerbitkan majalah tarbawi untuk memperbaiki keimanan umat. Kemudian bergulir terus, kita menjelang sepuluh tahun yah, kita menerapkan jurnalisme nurani.agak sedikit berbeda dengan yang lain. jurnalisme yang menjadikan hati nurani sebagai panglimanyalah. Dari segi bentuk pemasaran majalah Tarbawi sekitar tahun 2004 pembaca tarbawi sebagian besar dari aktivis dakwah jadi jaringannya itu melalui personal mereka yang aktif di lembaga dakwah kampus. Kelompok-kelompok pengajian yang tumbuh subur pada waktu itu. Sejak 2005 kira-kira ada ekspansi-ekspansi, meskipun tahun-tahun sebelumnya bukan berarti tidak melakukan pemasaran lewat agen yah. Mungkin kalo dibagi ada agen umum ada agen aktivis. Dua-duanya kita jalani, melalui agen secara umum juga melalui para kader-kader dakwah atau aktivis dakwah kampus yang juga mereka aktif di dakwah kampus. Jadi dua-duanya kita lakukan langkah pemasarannya.
Tanya : Jawab :
Sejauh mana jangkauan distribusi majalah Tarbawi, Untuk agen saat ini yang tercatat 89 ini data yang saya bawa tidak lengkap yah. Mungkin nanti, karena masih ada yang belum diketik dikomputer. Jakarta, depok, tanggerang, bekasi ada sekitar 30. kemudian jawa barat sekitar 8, jawa tengah 12, jawa timur dan bali ada 6, sumatera ada 12 kalimantan, papua dan satu luar negeri itu Malaysia. Insya allah meskipun belum lengkap 33 propinsi, yang jelas ada sekitar 27 propinsi.
Tanya : Jawab :
Berapa eksemplar atau oplah yang diterbitkan majalah tarbawi? Tarbawi pernah mencapai 35.000 eksemplar, dengan Dengan wilayah sebar di seluruh kota besar Indonesia, juga Malaysia.
Tanya : Jawab :
Berapa jumlah Agen yang dimiliki majalah Tarbawi? Jumlah agen 89.
Tanya :
Apakah majalah Tarbawi ada Retur (pengembalian majalah) dari agen, jika majalah itu tidak laku terjual?
Jawab :
Tanya : Jawab :
Tanya : Jawab :
iya ada, dan nanti sebelum agen itu kita kirim barang. Biasanya memberikan ketentuan agen, jadi ada aturan mainnya yang kita berikan. kemudian disepakati, Ada barang yang dalam jumlah minimal dia harus jual secara cash ada konsinasi, ada promosi, ada bonus, jadi kalau pertanyaannya tadi ada nya retur, pasti semua majalah pasti ada retur, jadi yang tidak laku terjual itu dikembalikan. Apakah majalah Tarbawi mempunyai pangsa pasar atau komunitas pemasaran tersendiri yang akan membeli majalah Tarbawi ? Saat ini saya mengatakan sudah cukup beragam yah jadi kalau dikatakan spesifik seperti yang saya jelaskan dalam sejarah itu aktivis dakwah. Ternyata sekarang tidak banyak juga para pembaca yang bukan latar belakang dari mereka yang dikenal sebagai aktivis dakwah. Yang juga orang-orang umum mungkin seiring dengan keran reformasi dan pencerahan spiritual yang mereka miliki sehingga butuh bacaan-bacaan seperti ini. Untuk pangsa pasar yang terhimpun secara resmi seperti Forsimta forum silaturahim antar, kemudian ada juga ditarbawi community yang juga nanti bisa dibuka disitus tarbawi. Cukup mewakili yang membaca tarbawi, katakanlah fanatic. Bagaimana bentuk promosi yang dijalankan majalah Tarbawi untuk memperkenalkan produknya.? Biasanya kita memberikan sponshorship yah kepada rohis-rohis SMU, mahasiswa yang datang kesini, biasanya kita tidak memberikan uang tunai tetapi berupa spanduk, produk promosi yang diberikan secara gratis. Mengenai acara seminar ada juga tetapi nanti kita kaitkan dengan iklan jadi kita kerjasama dengan iklan misalnya lembaga keuangan syariah, apakah pagadaian syariah, apakah sebuah traning-traning semacam Trusco biasanya kita kerja sama sekaligus bagian dari promosi, jadi promosi itu kan intinya mengenalkan majalah kita supaya lebih luas pangsa pasarnya upaya yang kita lakukan adalah memberikan majalah kita secara gratis majalah-majalah kita yang masih layak kepada perpustakaan-perpustakaan. Brosur juga ada yah, kalau untuk kajiankajian juga kita adakan tetapi sifatnya itu insendentil aja. Jadi permintaan misalnya ada pembaca seperti yang baru saja datang itu teman-teman dari telkom yang minta ke kita mengisi kajian-di bulan ramadhan. Dan ini tidak terkait majalah tetapi buku karena kita juga ada buku. Promosi itu juga bisa berupa kita mengisi pengajian atau di diperkantoran dan kita bisa memasarkan dengan mengisi stand bazaar yang ada disana.
Tanya : bulannya? Jawab :
Berapa jumlah iklan yang masuk ke majalah Tarbawi pada setiap
Tanya :
Berapa Jumlah pembaca majalah Tarbawi yang dianalisis dari majalah Tarbawi sendiri?
Sekitar kurang lebih 20 iklan setiap dua minggu sekali..
Jawab :
Tarbawi sendiri Sekarang ini sekitar 150 pelanggan, kalau pembaca itukan agak sulit yah untuk kita analisa yah,jadi istilahnya ada pelanggan. Kalau Jakarta itu bisa sekitar 70 % lah dari pembacanya itu.
Tanya : Jawab :
Rubrik apa saja yang paling digemari dari majalah Tarbawi sendiri? saya pernah membaca penelitiannya itu tahun 2004 itu, itu rubric dirosat, ruhaniah, tummuhat, jadi ada urutan yah, dirosat itu kajian utama yang disambung, itu yang paling digemari. Untuk pembaca sendiri 60 % mungkin kalangan muda yah, mungkin 20 % ibu rumah tangga, istilahnya sudah punya, usianya sekitar 20 s.d 40.
Tanya :
Mengenai Harga majalah Tarbawi sendiri berapakah, apakah pernah ada kenaikan atau penurunan harga (berapakah)? kita berapa kali mengalami kenaikan dan itu sesuai kondisi terakhir dari bulan juli awal itu dari 6000 ke 8000 dan bentuk formatnya berubah dari kawat menjadi bending tambah halaman juga dari 72 menjadi 80 dan lebih banyak warnanya. Waktu awal berdiri harga majalah tarbawi Rp 2000 standar halamannya sekitar 42 kemudian bertambah menjadi 70. kalau sekarang 80.
Jawab :
Tanya : Jawab :
Berapa jumlah pekerja yang ada pada majalah Tarbawi ? Jumlah pekerja sekitar 25 orang, lagi awal berdiri kurang dari sepuluh kali yah, tatkala awal itu sekitar delapan atau sembilan.
Tanya :
Apakah majalah Tarbawi sudah terdepartementalisasi, departemen apa saja yang dimiliki majalah Tarbawi? Direktur utama, direktur keuangan pak imam,kepala bagian pemasaran, pemasaran buku 2 orang, iklan 1 orang, departemen promosi.redaksi, promosi, iklan
Jawab :
Tanya : Jawab :
Berapa jumlah pelanggan tetap dari majalah Tarbawi yang tercatat. untuk yang tercatat semuanya berkisar kurang lebih 150 pelanggan tetap. Tetapi yang tidak tercatat mungkin bisa lebih dari 10.000.
Tanya : Jawab :
Apa yang dikedepankan majalah Tarbawi, Idealis atau Bisnis? Kalau boleh dikatakan dua-duanya kita menyeimbangkan antara unsure bisnis dan dakwah atau idealis, meskipun sewaktu awal berdirinya, mengedepankan ke dakwah. Tetapi yang namanya proses tentu mengharapkan profit yah artinya ada unsure binis disana. Dan kita berusaha mengembangkan kedua-duanya bisnis sekaligus idealisnya. Kita berusaha menyeimbangkan kedua sayap itu. Isi dari majalah tarbawi itu kearah kemana, sesusuai dengan menuju kesholihan pribadi dan umat, tambahan baru ini ada tarbawi sebagai majalah inspirasi untuk setiap majalahnya kita berharap orang yang membvaca tarbawi ini mendapatkan ijnspirasi yang menggugah untuk beribadah kepada allah menjadi pribadi yang saleh.sebagainyalah. Kedepannya tidak ingin dieperbesar karena untuk majalah seperti tarbawi itu tidak pas kalau dalam format besar ada alasan secara psikologis, majalah dengan format
seperti ini sudah pas yah dan mungkin bisa dimasukan k e tas harganya juga tidak terlalu tinggi.untuk format kayanya sudah pas kita belum ada pikiran untuk memperbesar formatnya.
WAWANCARA Nama Jabatan Hari/Tanggal Tempat Waktu
: Ustadz Farid Wadjdi : Pemimpin Redaksi : Senin, 13 Oktober 2008 : Kantor Redaksi majalah Alwa’ie : 16.00 WIB
Tanya : Jawab :
Bagaimana latar belakang sejarah berdirinya majalah Al-wa’ie? sesuai dengan namanya Al-Wa’ie yaitu kesadaran Artinya majalah ini dibuat untuk membangkitkan kesadaran umat. Kaitannya dengan kesadaran akan dakwah Islam dan politik. Focus pada majalah ini ialah masalah-masalah keIslaman dan juga masalah-masalah politik. Yang dikaji Secara ideologis dalam perspektif Islam, karena kita selama ini belum ada media secara mendalam gitu yah, akan pengkajian-pengkajian Islam yang Ideologis. Majalah Al-wa’ie ini tidak bisa dipisahkan dengan Hizbut Tahrir, jadi majalah Al-wa’ie ini adalah suara resmi Hizbut tahrir Indonesia. Oleh karena itu majalah Al-Wa’ie ini berhubungan dengan aktivitas dakwah Hizbut Tahrir. bentuk langkah pemasaran majalah Alwa’ie Kita menggunakan tiga bentuk yah, pertama melalui agen di daerah-daerah itu ada terlampir di Al-wa’ie itu, dicover majalah Al-waie, yang kedua personal, jadi setiap sabab Hizbut Tahrir kita minta juga untuk membantu menyebarkan majalah Al-Wa’ie. dan yang ketiga kita masukan juga ke Toko-toko buku terutama toko buku Ke Islaman.
Tanya : Jawab :
Sejauh mana jangkauan distribusi majalah Al-waie? Hampir seluruh Indonesia dan setiap propinsi itu ada, jadi 33 propinsi, kan kita sudah ke Australia dan Malaysia.
Tanya : Jawab :
Berapa eksemplar atau oplah yang diterbitkan majalah Alwa’ie? sekarang ini sekitar 27.000 eksemplar perbulan untuk sekali cetak.
Tanya : Jawab :
Berapa jumlah agen yang dimiliki majalah Al-Waie? saya kurang tahu pasti yah, nanti coba dilihat dicover Al-waie, tapi 70 adalah.
Tanya :
Apakah majalah Alwa’ie ada Retur (pengembalian majalah) dari agen, jika majalah itu tidak laku terjual? Biasanya jarang sekali diretur, tetapi ada juga yang diretur, apabila ada agen yang macet itu biasanya dia diretur.
Jawab :
Tanya :
Apakah majalah Alwa’ie mempunyai pangsa pasar atau komunitas pemasaran tersendiri yang akan membeli majalah Alwa’ie?
Jawab :
Kita tidak memfokuskan pada pangsa pasar khusus, kita maksudnya umum umat islam yang tentunya dengan membaca Al’waie ini terbangun
kesadarannya. Baik itu yang berpendidikan ataupun yang tidak kemudian mahasiswa atau pelajar, itu sifatnya umum jadi tidak ada khusus. Kalau Hizbut tahrir itu salah satu pangsa pasar saja tetapi prinsipnya majalah ini bukan hanya untuk Hizbut Tahrir itu yang kita harapkan begitu, memang pada awalnya disebarluaskan oleh sabab-sabab Hizbut tahrir. Tapi kita berharap kedepannya dan itu sudah mulai yah majalah ini bisa menjadi majalah yang dikonsumsi secara umum. Tanya : Jawab :
Tanya : Jawab :
Tanya : Jawab :
Bagaimana bentuk promosi yang dijalankan majalah Alwa’ie untuk memperkenalkan produknya.? Pertama lewat website Hizbut Tahrir, kemudian yang kedua kalau ada acara-acara hizbut Tahrir, seminar biasanya di backdropnya itu ada Alwa’ie. kadang-kadang kita iklan juga di Koran yang biasanya ada iklan Hizbut Tahrir dan kita ikut didalamnya. Jadi modelnya hanya sebatas itu saja, kita hanya lewat jaringan Hibut Tahrir aja, selama ini tidak lewat jaringan yang lain. Sebagian besar kita hanya lewat jaringan Hizbut Tahrir. Berapa jumlah iklan yang masuk ke majalah Al-waie pada setiap bulannya? Enggak ada iklan, kita enggak pakai iklan, pemasukan kita murni dari hasil penjualan saja, oleh karena itu kita memang sangat ketat yah, agenagen yang dua kali tidak bisa bayar biasanya kita putus, karena kalau tidak seperti itu kita agak kesulitan juga yah untuk masalah keuangannya. Berapa Jumlah pembaca majalah Alwa’ie yang dianalisis dari majalah Alwa’ie sendiri? Yang jelas dari jumlah oplahnya 27.000 rasional mungkin segitu yang baca. Mungkin dari satu majalah 2 sampai 4 orang yang membaca, yah enggak jauh dari segitulah.
Tanya : Jawab :
Rubrik apa saja yang paling digemari dari majalah Alwa’ie sendiri? Ada rubrik dari redaksi yang bagian depan, muhasabah, dibagian tengah itu ada akhbar sama dunia Islam, biasanya itu yang paling digemari. Untuk pembaca sebagian besar memang selama ini yang sudah tersentuh dakwah Hizbut Tahrir yah, jadi enggak tau mereka memang sudah punya latar belakang dasar ideologis, latar belakang masyumi misalkan,jadi yang punya interest tentang masalah ke Islaman. Yang berhubungan dengan politik.
Tanya : Jawab :
Mengenai Harga majalah Alwa’ie sendiri berapakah, apakah pernah ada kenaikan atau penurunan harga (berapakah)? Rp 5.500, paling awal itu Rp 4000 kemudian naik Rp 4500, naik Rp 5000 dan terakhir Rp 5.500. masih cukup murahlah untuk ukuran majalah.
Tanya :
Berapa jumlah pekerja yang ada pada majalah Alwa’ie ?
Jawab :
Jumlah pekerja, nanti di cek yah saya lupa, itu paling sekitar 6 orang untuk saat ini. Kita enggak telampau banyak, itu pekerja inti. sementara penulis kita minta dari Hizbut Tahrir sabab-sabab Hizbut Tahrir yang sudah biasa nulis cuma tim intinya sekitar 6 orang. Untuk penulis kita minta dari Hizbut Tahrir dan Hizbut Tahrir terdiri dari laznah-laznah yah, ada laznah siyasi jadi masalah politik ditulis oleh laznah siyasi, masalah Tsaqofah ditulis oleh laznah Tsaqofiyah.
Tanya :
Apakah majalah Al-wa’ie sudah terdepartementalisasi, departemen apa saja yang dimiliki majalah Al-Wa’ie? oh belum, jadi itu struktur biasa aja, jadi ada pimpinan umum, pemimpin redaksi, redaksi dan bagian pemasaran itu saja jadi tidak ada departemen khusus.
Jawab :
Tanya : Jawab :
Berapa jumlah pelanggan tetap dari majalah Al-Wa’ie yang tercatat? untuk yang tercatat hanya 300 pelanggan, tetapi mungkin yang tidak tercatat bisa sampai 20.000 orang. Sesuai dengan persentase oplah yang kita keluarkan.
Tanya : Jawab :
Apa yang dikedepankan majalah Alwa’ie Idealis atau Bisnis? Sampai saat ini idealis yah mangkanya kita masih belum menerima iklan. Jika ada iklan maka sampai saat ini kebijakan kita belum menerima iklan. Memang tujuannya itu bukan untuk komersial dan masih idealis, memang selama ini dengan system pembayaran itu membuat Al-wa’ie itu jalan.
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA (Ke-…)* SEMESTER GANJIL/GENAP** TAHUN AKADEMIK 200…/200…
1. Nama
: AHMAD SUPRIYADI
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 1 Februari 1986
3. Nomor Pokok
: 104051101931
4. Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi
5. Jurusan
: Konsentrasi Jurnalistik
6. Program
: S1
7. Judul Skripsi
:
MAJALAH
PERSAINGAN
TATSQIF INDUSTRI
DAN MEDIA
PADA ERA GLOBALISASI 8. Tanggal lulus
: 10 Desember 2009
9. No Ijazah*** :………………………………………………………… 10. Indek Prestasi
: …………… Yudisium…..3,32………..
11. Jabatan Dalam Organisasi Kemahasiswaan :………………………………………………………… 12. Alamat Asal
: Jl Trisula no 93 Rt 008 Rw 010 kelurahan tegal alur kecamatan kali deres Jakarta Barat
13. Alamat sekarang
: Jl Enim no 102 B RT 003 Rw 010 kelurahan Sungai bambu kecamatan TG Priok. Jakarta utara.
14. Nama Ayah
: Muhamad Royani
15. Pendidikan Ayah
: Sekolah Dasar
16. Pekerjaan Ayah
: Buruh
17. Nama Ibu
: Sutarsih
18. Pendidikan Ibu
: Sekolah Dasar
19. Pekerjaan Ibu
: Ibu Rumah Tangga
Jakarta,
10
Desember 2008 Tanda Tangan Ybs
Catatan: *)
Diketik Rangkap dua (dua)
**)
Coret yang tidak perlu …………………………………………
***)
No Ijazah Di Isi Oleh Bagian akademik biro AAK
IDENTITAS ALUMNI Wisuda Ke:…………./Tahun Akademik : 200…/200… Yang bertanda tangan di bawah ini. 1. Nama
: Ahmad Supriyadi
2. Nomor pokok/NIM
: 104051101931
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 1 Februari 1986
5. Alamat Asal
: Jl Trisula no 93 Rt 008 Rw 010 kelurahan tegal alur kecamatan kali deres Jakarta Barat
6. Alamat sekarang
: Jl Enim no 102 B RT 003 Rw 010 kelurahan Sungai bambu kecamatan TG Priok. Jakarta utara.
7. Kode Pos
:…………………………………………………
8. Telepon
: 982 720 43
9. Jurusan/program studi
: Konsentrasi Jurnalistik
10. Judul Skripsi
: MAJALAH TATSQIF DAN PERSAINGAN
Hp: 320 490 55
INDUSTRI MEDIA PADA ERA GLOBALISASI 11. Pembimbing
: Drs. Jumroni, M.Si
12. Penguji 1
: Noor Bekti Negoro, SE,STP, M.Si.
13. Penguji 2
: Drs. Suhaimi, M.Si
14. Tanggal Lulus ujian
: 10 Desember 2008
15. IP/ Yudisium
: ..3,32…………………………
16. Nomor & tgl Ijazah
: ………………………………………………….
17. Pekerjaan
: Mahasiswa
18. Alamat Pekerjaan
:-
Mengetahui Jakarta,………………………... Ketua Jurusan Ybs
…………………… …………………………………. Catatan: Formulir diketik rangkap 2 (dua) *) no Ijazah Di Isi Oleh Bagian akademik biro AAK
Tanda
Tangan