1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada kemampuan bangsa dalam menggapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan, terutama pada industri–industri yang memiliki potensi yang mampu bersaing baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ini semua bergantung pada kemampuan masing-masing industri tersebut untuk dapat mencapai kualitas produk yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi dalam proses produksi. Sasaran pembangunan di bidang ekonomi Indonesia dalam pembangunan jangka panjang tahap kedua menyebutkan antara lain bahwa industri yang kuat dan maju merupakan ciri dari terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi memerlukan perkembangan industri yang meningkat dan menjadi salah satu alat pencapaian sasaran tersebut di atas. Sektor industri harus menunjukkan peran yang semakin menunjang pembangunan nasional terutama sebagai penggerak utama pembangunan dan perluasan kesempatan kerja. Seiring dengan itu pembangunan ekonomi di Jawa barat secara makro didominasi oleh sektor industri pengolahan, oleh karena hampir enam puluh persen, industri pengolahan nasional berlokasi di Jawa barat (Statistik Dalam Angka, 2005), maka perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kinerja industri di daerah ini. Salah satunya adalah industri pakaian jadi.
2
Industri pakaian jadi di Jawa Barat berpotensi dalam memajukan perekonomian nasional dan daerah, karena dengan
banyak didirikan pabrik
pakaian jadi yang berlokasi di Jawa Barat, menunjang sekali dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan juga hasil produksinya memberikan kontribusi yang baik terhadap PDRB. Pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi di jawa barat dari tahun 1995 sampai 1996 mengalami peningkatan yaitu 32,77% dengan jumlah hasil produksi senilai 3.186.192 juta rupiah pada tahun 1995, kemudian meningkat sebesar 4.230.467 juta rupiah pada tahun 1996, sehingga memberikan peningkatan kontribusi industri pakaian jadi terhadap PDRB yaitu sebesar 0.45%. Pada tahun 1997 pertumbuhan produksi pakaian jadi mengalami penurunan sebesar 9.28%. Hal ini mengakibatkan penurunan kontribusi industri pakaian jadi terhadap PDRB sebesar 1%. Untuk 1998 pertumbuhan hasil
produksi industri pakaian jadi
mengalami kenaikan cukup tajam yaitu sebesar 110,86% dengan jumlah hasil produksi yang meningkat dari sebelumnya tahun 1997 senilai 3.837.701 juta rupiah, menjadi 8.092.175 juta rupiah pada tahun 1998, dengan kenaikan nilai hasil produksi industri pakaian jadi ini meningkatkan kontribusi cukup tinggi terhadap PDRB sebesar 1,88%. Pada tahun 1999 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi di jawa barat hanya mencapai 29,04% lebih kecil dari sebelumnya pada tahun 1998, yang mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 110,86%, sehingga kontribusi yang diberikan terhadap PDRB hanya meningkat sebesar 0.88%. Untuk tahun 2000 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi di jawa barat sebesar 17,82%
3
lebih kecil dari tahun 1999 yaitu 29,04%, sehingga kontribusi yang diberikan terhadap PDRB hanya meningkat sebesar 0,5%. Kemudian pada tahun 2001 pertumbuhan hasil produksi turun sebesar 15,49% dari tahun sebelumnya dengan kontribusi yang diberikan terhadap PDRB turun sebesar 1,67%. Pada tahun 2002 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi meningkat lagi sebesar 4,08% namun kontribusi terhadap PDRB menurun sebesar 0,9% dari tahun sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 2003 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi meningkat lagi sebesar 14,69%, dengan kontribusi terhadap PDRB meningkat sebesar 0,11 dari tahun sebelumnya dan data terakhir tahun 2004 pertumbuhan hasil produksi industri pakaian jadi menurun lagi sebesar 11,57%, sehingga menurunkan kontribusi terhadap PDRB sebesar 0,94% dari sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan output industri pakaian jadi Jawa Barat per tahun sebesar 19,21% dan untuk rata-rata kontribusinya terhadap PDRB per tahun yaitu sebesar 5,029%. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Kontribusi Industri Pakaian Jadi Terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Periode 1995-2004 Tahun
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
PDRB (Jutaan Rp)
73.333.011 88.407.668 101.100.563 142.763.786 159.349.580 174.649.549 193.176.425 241.407.388 270.695.000 301.012.077 Rata-Rata
Sumber: BPS, diolah
Output Industri Pakaian Jadi (Jutaan Rp) 3.186.192 4.230.467 3.837.701 8.092.175 10.442.821 12.304.099 10.396.995 10.821.273 12.411.990 10.974.823
Pertumbuhan Output Pakaian Jadi (%) 32,77 (9,28) 110,86 29,04 17,82 (15,49) 4,08 14,69 (11,57) 19,21
Kontribusi (%)
4,34 4,79 3,79 5,67 6,55 7,05 5,38 4,48 4,59 3,65 5,029
4
Kendala yang menyebabkan penurunan hasil produksi pakaian jadi di jawa barat adalah semakin tingginya biaya produksi, seperti kenaikan biaya bahan baku, biaya bahan bakar solar, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya, sehingga biaya yang harus dikeluarkan dalam memproduksi pakaian jadi semakin tinggi dan menjadi tidak efisien. Dalam hal ini yang menjadi permasalahan bagaimana menekan biaya produksi industri pakaian jadi seminimum mungkin agar penggunaan input yang tersedia bisa mencapai output yang diinginkan dan penggunaan input atau faktor produksi juga bisa efisien, sehingga produksi yang dihasilkan juga bisa optimal. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini penulis merumuskan judul sebagai berikut “ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP OUTPUT INDUSTRI PAKAIAN JADI DI JAWA BARAT PERIODE 1995-2004”. I.2. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah di atas Penulis merumuskan masalah sebagai berlikut: 1. Faktor-faktor produksi apa yang mempengaruhi output industri pakaian jadi di Jawa Barat? 2. Seberapa besar faktor-faktor produksi tersebut mempengaruhi output industri pakaian jadi di Jawa Barat? 3. Bagaimana kondisi skala hasil apakah konstan (constant return to scale), naik (increasing return to scale) atau turun (decreasing return to scale)?
5
1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi output industri pakaian jadi di Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor produksi tersebut mempengaruhi output industri pakaian jadi di Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui kondisi skala hasil baik contant return to scale, increasing return to scale atau decreasing return to scale. 1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak yang terkait diantaranya, adalah: 1. Bagi pembuat kebijakan dapat berguna sebagai bahan informasi dalam melakukan langkah-langkah yang perlu ditempuh guna meningkatkan pertumbuhan produksi industri pakaian jadi di Jawa Barat. 2. Bagi kalangan akademis dapat berguna sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 1.4. Kerangka Pemikiran Dalam kegiatan proses produksi, faktor-faktor produksi merupakan hal yang sangat penting. Output (hasil produksi) yang dihasilkan sangat bergantung pada input yang digunakan, dalam hal ini untuk usaha pakaian jadi tidak terlepas dari hubungan antara faktor-faktor produksi dan juga produksi yang dihasilkan.
6
Peranan faktor-faktor produksi sangat penting karena berkaitan dengan ongkos produksi. Adanya kenaikan biaya untuk penggunaan faktor produksi akan menyebabkan ongkos produksi melebihi hasil penjualannya dan pada akhirnya perusahaan akan mengalami kerugian atau mengurangi laba yang diharapkan. Berikut dikemukakan tentang biaya produksi oleh Sadono Sukirno (2003:205) yang mengemukakan bahwa: “Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barangbarang yang diproduksikan perusahaan tersebut.” Dari definisi di atas jelas sekali kalau biaya produksi berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh faktor-faktor produksi, dimana faktor-faktor produksi tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi, sehingga berpengaruh juga terhadap output atau hasil produksi yang dihasilkan. Sedangkan hubungan teknis fungsional yang menggambarkan kombinasi dari beberapa input untuk menghasilkan sejumlah output dapat digambarkan oleh fungsi produksi, yang pada umumnya fungsi produksi adalah menggambarkan hubungan antara input dan ouput. Fungsi produksi menunjukkan berapa banyak jumlah maksimum output yang dapat diproduksi apabila sejumlah input tertentu digunakan dalam proses produksi. Jadi fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input. Fungsi ini merupakan landasan teknis dari suatu proses produksi. Dikatakan landasan teknis karena hanya menunjukkan hubungan fisik antara input dan output.
7
Dalam buku Mikro ekonomi, Richard. A Billas (1990,114) menyebutkan bahwa: “fungsi produksi adalah hubungan fisik antara input sumber daya perusahaan dan outputnya yang berupa barang dan jasa per unit waktu”. Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai: A = f(a, b, c,…)”. Sedangkan Fungsi produksi menurut Sadono Sukirno (2003,152) selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu sebagai berikut: Q= f(K, L, R, T) Dimana: Q= jumlah hasil produksi K= jumlah stok modal L= jumlah tenaga kerja R= kekayaan alam T= tingkat teknologi Dari persamaan yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno tersebut mengemukakan bahwa tingkat produksi sesuatu barang tergantung kepada jumlah stok modal, jumlah tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jadi jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi dalam jumlah yang berbeda-beda pula. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu, dapatlah ditentukan kombinasi faktor produksi yang paling ekonomis untuk proses tersebut. Sebuah perusahaan dapat mengubah jumlah produksinya dengan mengubah-ubah jumlah faktor-faktor produksi (input), yang dipergunakannya
8
selama jangka waktu tertentu. Jumlah produksi (output) dapat juga diubah dengan mengubah-ubah kuantitas (quantity) dari salah satu sumber daya yang dipergunakan dan mempertahankan sumber daya lainnya tetap (konstan). Dalam kondisi ini, ouput akan mencapai tingkat maksimum dan kemudian mulai menurun apabila lebih banyak input variabel ditambahkan terus-menerus kepada input-input yang tetap (fixed inputs). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Richard A.Billas (1990:126) dalam bukunya yang berjudul “Teori Mikro Ekonomi” menjelaskan bahwa: “Jika input dari salah satu sumberdaya dinaikkan dengan tambahantambahan yang sama perunit waktu, sedangkan input dari sumberdaya yang lain konstan, maka produk total (output) akan naik, tetapi lewat satu titik tertentu, tambahan output tersebut makin lama makin kecil”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai output ditentukan oleh pengunaan inputnya, dalam hal ini untuk industri pakaian jadi untuk meningkatkan
produksinya tidak terlepas dari menciptakan dan
menentukan kombinasi serta komposisi yang tepat dalam
penggunaan faktor
produksi. Jadi tidak hanya memperhatikan satu input saja yang selalu ditingkatkan jumlahnya, sedang input yang lainnya tetap tidak berubah, karena semua input harus bersinergi untuk menghasilkan kinerja produksi yang baik sehingga hasilnya bisa optimal. Penentuan dalam menggunakan faktor-faktor produksi dan mencari metode yang tepat untuk meningkatkan produksi dilakukan sehubungan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam penggunaan faktor-faktor produksi agar bisa efisien dan hasil produksi bisa optimal. Adapun faktor-faktor produksi industri pakaian jadi dalam penelitian ini diantaranya adalah pemakaian bahan baku, bahan bakar solar, pemakaian listrik, maupun penggunaan tenaga
9
kerja. Untuk penggunaan faktor-faktor produksi itu sendiri memerlukan biayabiaya yang harus dikeluarkan atau disebut dengan biaya produksi yang akan mempengaruhi kegiatan produksi, semakin tingginya biaya produksi akan menambah beban dan resiko bagi perusahaan karena itu bisa mengurangi keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Oleh sebab itu dikhawatirkan kemampuan perusahaan pakaian jadi untuk menghasilkan suatu produk juga akan menurun, yang berimbas keuntungan pun akan menurun, apabila biaya produksi terlalu tinggi. Agar perusahaan pakaian jadi bisa menciptakan keuntungan yang besar, maka perlu memperhatikan aspek-aspek yang membantu dalam pengaturan komposisi penggunaan faktor-faktor produksi. seperti yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2003:193) yaitu 1) Komposisi faktor produksi yang bagaimana yang dapat menciptakan tingkat produksi yang tinggi. 2) Komposisi faktor produksi yang bagaimana yang akan dapat meminimumkan ongkos produksi yang dikeluarkan. Konsep efisiensi usaha dapat terlihat dengan dilakukan efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi: Pertama, Efisiensi teknis terjadi jika suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis artinya jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Kedua, efisiensi harga (alokatif) terjadi jika suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara alokatif atau harga, artinya jika nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang
10
bersangkutan. Ketiga, efisiensi ekonomi, terjadi jika suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara ekonomi, artinya jika suatu produksi tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi harga. (Soekartawi, 1990:48). Yang
menjadi
permasalahan
bagi
perusahaan
ialah
bagaimana
menggunakan input dalam kombinasi yang dapat menghasilkan jumlah produk/output yang terbanyak dengan pengeluaran biaya tertentu, sehingga mendapatkan laba yang tinggi. Richard A. Billas (1990:132) mengatakan: “…perusahaan selalu ingin menghasilkan sejumlah produk tertentu dengan biaya yang paling rendah. Perusahaan bekerja dengan cara yang sama seperti individu sewaktu berusaha memaksimisasikan utilitas dan dibatasi oleh anggaran. Maka perusahaan harus memenuhi kondisi: MPa MPb = ”. Pa Pb Untuk mempermudah model analisis serta memperkecil kendala atau menyederhanakan yang terdapat pada proses produksi digunakan fungsi Cobb Douglas. Menurut Soekartawi (1990:159)” Fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel yang satu disebut variabel dependent yang dijelaskan Y dan variabel yang lain disebut variabel independent X.” Model matematis umum fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut: Q=
ALα K β
Keterangan : Q = output produksi
11
A = intersep atau parameter efisiensi K = input modal L = input tenaga kerja α = elastisitas input produksi tenaga kerja β = elastisitas input produksi modal Cara memperoleh fungsi produksi Cobb douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan , sehingga menjadi : Ln Q = Ln A + αLnK + βLnL + ε, dengan meregres persamaan fungsi produksi Cobb Douglas tersebut maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dapat diketahui besaran elastisitas skala produksi atau fase produksi dan dapat menganalisa efisiensinya baik efisiensi fisik, harga maupun efisiensi ekonomis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi produksi Cobb Douglas dapat digunakan untuk mengetahui skala produksi dalam proses produksi. Apakah produksi dalam keadaan Constan Return to Scale (CRTS), Increasing Return To Scale (IRTS) atau Decreasing Return To Scale (DRTS). Increasing return to scale (IRTS), merupakan laju kenaikan hasil yang semakin naik dari sebelumnya disebut efisiensi produksi skala menaik, berlaku jika jumlah bilangan pangkat lebih besar dari satu . Constant return to scale (CRTS), yaitu kenaikan hasil yang sebanding atau tetap sama dengan hasil yang sebelumnya, maka ini berarti efisiensi skala produksi tetap berlaku jika jumlah bilangan pangkat sama dengan satu. Decreasing Return to Scale (DRTS)
12
merupakan kenaikan hasil produksi yang menurun atau disebut skala produksi menurun berlaku jika jumlah bilangan pangkat kurang dari satu. Berdasarkan teori-teori dan pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dari itu penulis mencoba untuk menganalisis Pengaruh Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Terhadap Output Industri Pakaian Jadi Di Jawa Barat Periode 19952004. Faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah bahan baku, bahan bakar solar, listrik dan tenaga kerja. Penulis berpendapat bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh positif terhadap jumlah output, semakin banyak input digunakan maka semakin banyak hasil produksi yang dihasilkan dan kemungkinan kondisi skala hasilnya increasing return to scale, constant return to scale atau decreasing return to scale. Konsepsi tersebut dapat digambarkan pada gambar 1.1 sebagai berikut: Bahan Baku
(X1) Bahan Bakar (Solar)
(X2)
Output Industri Pakaian Jadi di Jawa Barat (Y)
Listrik
(X3) Tenaga Kerja
(X4) Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Keterangan : Variabel bebas (independent Variabel) X1= Bahan baku X2= Bahan bakar (solar)
13
X3= Listrik X4= Tenaga kerja Variabel terikat (Dependent Variabel) Y= Output Industri Pakaian Jadi di Jawa Barat 1. 5. Hipotesis Hipotesis adalah anggapan dasar terhadap suatu masalah. Dan hipotesis menurut Prof. Dr. Sugiyono (2003:194) yaitu suatu jawaban yang sifatnya sementara. Berdasarkan masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: a) Hipotesis Mayor •
Faktor produksi bahan baku, bahan bakar solar, listrik, dan tenaga kerja baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi.
b) Hipotesis Minor 1) Bahan baku berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi. 2) Biaya bahan bakar solar berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi. 3) Listrik berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi. 4) Tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap output pakaian jadi.