BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Setiap
perusahaan
menyusun
laporan
keuangan
sebagai
bukti
pertanggungjawaban atas kinerja perusahaan dalam suatu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus relevan dan andal (reliable) sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Penyusunan laporan keuangan diatur dalam PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No. 1 tentang penyajian laporan keuangan. Standar akuntansi mengharuskan laporan keuangan disusun dengan menggunakan akuntansi akrual. Akuntansi akrual yaitu mencatat atau mengakui transaksi pada saat terjadinya. Statement of Financial accounting concept No. 1 menyatakan bahwa informasi mengenai laba perusahaan berdasarkan akuntansi akrual memberikan indikasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas saat ini dan masa depan yang lebih baik dibanding dengan informasi yang dibatasi oleh aspek keuangan berupa penerimaan atau pembayaran kas. Akuntansi akrual menyebabkan distorsi akuntansi yang perlu diidentifikasi dan disesuaikan, sehingga informasi akuntansi dapat mencerminkan aktivitas usaha yang lebih baik (Subramanyam dan Wild, 2010: 129). Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan keuangan terhadap realitas usaha yang sebenarnya. Manajemen laba merupakan salah satu hasil distorsi akuntansi akrual. Penggunaan penilaian dan estimasi dalam
akuntansi akrual mengizinkan manajer menggunakan informasi dan pengalaman mereka untuk menambah kegunaan angka akuntansi (Subramanyam dan Wild, 2010: 130). Manajer adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan manajer menggunakan kebebasannya untuk mengubah angka-angka akuntansi melalui pemilihan metode akuntansi yang digunakan. Adanya kewenangan manajemen dalam menyusun laporan keuangan maka dapat mendorong terjadinya praktik manajemen laba. Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuan memanipulasi besarnya laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Menurut Philips et al,.(2003) terdapat tiga motivasi utama yang mendorong perusahaan melakukan manajemen laba yaitu (1) menghindari penurunan laba, (2) menghindari kerugian, dan (3) menghindari kegagalan peramalan yang dibuat oleh para analis. Proksi manajemen laba yang digunakan yaitu discretionary accrul. Terdapat beberapa model untuk menghitung manajemen laba. Model yang paling sering digunakan yaitu Modified Jones Model. Pada penelitian ini peneliti manggunakan model Kaznik. Kasus manajemen laba yang terjadi di Indonesia yaitu kasus PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk. Kasus PT Lippo Tbk yaitu laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke publik pada 28 November 2002 disebutkan total aktiva perseroan Rp 24 triliun dan laba bersih Rp 98 miliar. Sedangkan
dalam laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002 total aktiva perusahaan berubah menjadi Rp 22,8 triliun rupiah (turun Rp 1,2 triliun) dan perusahaan merugi bersih Rp1,3 triliun. Manajemen beralasan perbedaan itu terjadi karena ada penurunan aset yang diambil alih atau foreclosed asset dari Rp 2,393 triliun menjadi Rp 1,420 triliun. Akibatnya pada keseluruhan neraca terjadi penurunan tingkat kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dari 24,77 menjadi 4,23%. Namun beberapa pihak menduga perbedaan laporan keuangan terjadi karena ada manipulasi yang dilakukan manajemen (www.suaramerdeka.com). PT Kimia Farma merupakan salah satu perusahaan Manufaktur di Indonesia. PT Kimia Farma Tbk tahun 2001 diduga melakukan mark up laba bersih dalam laporan keuangan tahun 2001. Dalam laporan tersebut Kimia Farma menghasilkan laba sebesar Rp 132 miliar. Setelah diperiksa kembali Kimia Farma hanya memperoleh laba sebesar Rp 99 miliar. Kesalahan penyajian berkaitan dengan persediaan dan penjualan. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi (www.tempo.com). Penelitian mengenai manajemen laba telah banyak dilakukan. Llukani (2013) meneliti hubungan manajeman laba dengan ukuran perusahaan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perusahaan di Abanian Market terindikasi melakukan inisiatif manajemen laba dan tidak ada perbedaan signifikan mengenai
inisiatif manajemen laba dan praktek baik perusahaan kecil dan perusahaan besar. Penelitian Handayani dan Agustono (2009) menemukan bahwa baik perusahaan besar atau kecil tidak terbukti lebih agresif melakukan manajemen laba. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Ningsaptiti (2010) menyimpulkan
bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap manajemen laba. Selain variabel ukuran perusahaan, leverage juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Hal ini didukung dengan penelitian Agustia (2013) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh dengan manajemen laba. Berbeda dengan penelitian Ardison et al., (2012) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan atau pengaruh leverage terhadap manajemen laba. Nilasari (2012) dan Amertha (2013) meneliti pengaruh ROA dan manajemen laba. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara ROA dengan manajemen laba. Rivaldo (2010) juga meneliti hubungan manajemen laba dan ROA. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen laba dan ROA. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Nilasari (2012) yang berjudul
“Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Berpengaruh
Terhadap
Praktik
Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia 2006-2010”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti menambahkan beberapa variabel independen yaitu Dividend Payout Ratio (DPR) dan Price Earning Ratio (PER). Alasan peneliti menambahkan variabel ini adalah untuk membuktikan apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap manajemen laba. Selain itu peneliti menggunakan model Kaznik untuk
menghitung
nilai
menggunakan
manajemen
Modified
Jones
laba Model.
sedangkan
penelitian
Perbedaan
yang
sebelumnya
terakhir
yaitu
menggunakan data laporan tahunan perusahaan manufaktur periode 2011-2013. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu melalui www.idx.com. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berjudul “PENGARUH FIRM SIZE,
LEVERAGE,
FREE
CASH
FLOW
(FCF),
RETURN
ON
INVESTMENT (ROI), DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) DAN PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP EARNING MANAGEMENT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas,maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut : 1.
Apakah firm size, leverage, free cash flow (FCF), return on investment (ROI), divedend payout ratio (DPR), dan price earning ratio (PER) secara parsial berpengaruh terhadap earning management?
2.
Apakah firm size, leverage, free cash flow (FCF), return on investment (ROI), divedend payout ratio (DPR), dan price earning ratio (PER) secara simultan berpengaruh terhadap earning management?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh firm size, leverage, free cash flow (FCF), return on investment (ROI), divedend payout ratio (DPR), dan price earning ratio secara parsial (PER) berpengaruh terhadap earning management. 2. Menganalisis pengaruh firm size, leverage, free cash flow (FCF), return on investment (ROI), divedend payout ratio (DPR), dan price earning ratio secara simultan (PER) berpengaruh terhadap earning management. 1.4
Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai praktik manajemen laba dan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. 2. Bagi Investor Dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dalam suatu perusahaan. 3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan diskusi bagi pembaca yang berkaitan dengan praktik manajemen laba dan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sejenis.