BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Instagram merupakan salah satu media sosial yang sangat populer. Hal ini
dapat dilihat dari keberhasilannya menarik 7 juta pengguna dalam waktu 10 bulan setelah diluncurkan. Kepopuleran Instagram juga membuatnya dibeli oleh Facebook seharga sekitar $ 1 Miliar pada tanggal 9 April 2012. Instagram berfungsi untuk berbagi foto dan video. Melalui aplikasi Instagram, pengguna dapat mengambil foto dan video, menerapkan filter digital dan membagikannya ke berbagai situs jejaring sosial termasuk ke Instagram milikinya sendiri. Fokus Instagram di bidang foto dan video, menjadikannya banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang merupakan pekerja seni visual seperti fotografer dan komikus. Dalam menyebarluaskan karyanya, pekerja seni visual masa kini tidak lagi hanya menggunakan media-media konvensional seperti majalah dan koran. Mereka mulai beralih pada media sosial. Salah satu pekerja seni yang memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk menyebarluaskan karyanya adalah komikus Reza Mustar, yang terkenal lewat karya-karya sindirannya (satire) pada akun Instagram @Komikazer. Komikkomik dalam akun tersebut bersifat berani, kritis, satir dan vulgar. Selain akun Instagram @Komikazer, banyak juga komik lokal yang muncul di media sosial, bahkan di antaranya ada yang memiliki ribuan hingga ratusan ribu penggemar fanatik.
Cinderamata
seputar
tokoh-tokoh
komik
tersebut
diburu
oleh
penggemarnya. Hal ini tentu saja membawa keuntungan finansial yang besar bagi
1
Universitas Sumatera Utara
2
pembuat komik. Komik-komik lokal tersebut diantaranya adalah akun @Tahilalat (783.000 followers Instagram), @Jukihoki (253.000 followers Instagram), @Komdag (12.000 followers Instagram) dan @Wibik_sana (31.000 followers Instagram). Akun Instagram @Komikazer sendiri saat ini memiliki jumlah followers sebanyak 136.000 orang (data ini diperoleh pada tanggal 07 Juni 2016). Meskipun jumlah followers akun Instagram @Komikazer tidak sebanyak akun Instagram @Tahilalat dan @Jukihoki, namun menurut Majalah Hai, akun Instagram @Komikazer, merupakan 1 (satu) dari 5 (lima) akun komik Instagram yang terbaik dan wajib untuk diikuti. Hal yang menjadikan @Komikazer lebih istimewa dibanding pesaingnya yaitu konten dan isi pesan yang sarat akan makna positif di balik setiap karyanya. Jika konten akun komik lain hanya berisi cerita humor, Azer (panggilan akrab Reza Mustar) menghasilkan karya yang berisi pesan berupa kritik terhadap kehidupan masyarakat modern yang konsumtif dan individualis. Jika akun lain hanya bertujuan untuk menghibur audiensnya, maka @Komikazer, selain untuk menghibur juga memiliki tujuan untuk memberikan pandangan, mengedukasi dan mengubah pola pikir generasi muda tentang hal-hal yang merupakan dampak negatif dari kehidupan modern. Konten akun Instagram @Komikazer yang jujur dan aktual menjadikannya disukai
dan
diapresiasi
oleh
masyarakat
Indonesia.
Kepandaian
Azer
memanfaatkan media sosial Instagram, membuatnya sering diundang untuk menjadi pembicara, dosen mata kuliah umum di berbagai universitas dan juri lomba membuat komik. Banyak brand-brand ternama seperti „Bear Brand‟, „AMild‟ dan „Popmie‟ yang mempromosikan produknya melalui akun Instagram
Universitas Sumatera Utara
3
@Komikazer. Azer memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan sindiran dan kritiknya atas kehidupan masyarakat modern yang individualis, konsumtif, minim etika dan sangat bergantung pada smartphone sehingga tidak memperdulikan lingkungan sekitar (anti social).
Penelitian ini hanya akan fokus membahas
karya-karya Azer yang mengandung kritik terhadap budaya konsumtif generasi muda yang merupakan salah satu dari sekian banyak permasalahan sosial yang terjadi saat ini. Budaya konsumtif muncul karena adanya tuntutan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan untuk memenuhinya. Metro Tv News memprediksi bahwa generasi muda yang termasuk golongan „Generasi Milenial‟ (generasi yang lahir pada rentang waktu tahun 1980 hingga awal tahun 2000-an) akan memiliki tingkat konsumsi dan belanja yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. Ivan Sudjana, M. Psi, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dalam acara “Survival Guide Generasi Milenial Menuju Tahun 2020” yang dilaksanakan di Jakarta pada bulan April 2016 mengatakan bahwa : “Alasan generasi milenial menjadi konsumtif adalah karena semakin banyak kemudahan dalam berbelanja seperti maraknya kartu kredit dan online shopping.” Sifat konsumtif generasi muda juga merupakan dampak dari media sosial. Media sosial sering memicu seseorang untuk memamerkan kehidupan pribadinya, seperti di restoran mana mereka hangout, outfit apa yang mereka kenakan dan barang mahal apa yang baru saja dibeli. Menurut Anton Wirjono (founder Brightspot Market dan The Goods Deptstore) dalam forum “Survival Guide
Universitas Sumatera Utara
4
Generasi Milenial Menuju Tahun 2020”, hal ini dianggap sebagai bentuk pengekspresian dan aktualisasi diri. Apa yang disampaikan Anton Wirjono sesuai dengan pernyataan Werner Sombart, Emile Durkheim dan Thorstein (dalam Trentman, 2004) yaitu konsumsi merupakan kekuatan besar yang sangat menentukan di balik dinamika dan struktur sosial dalam sistem kapitalisme modern. Anthony Giddens (dalam Trentman, 2004) juga mengemukakan bahwa budaya konsumtif merupakan respon dan terapi terhadap gejala krisis identitas akibat pluralitas nilai dan pengetahuan di dalam masyarakat post tradisional. Krisis identitas ini berusaha diatasi oleh mereka yang mengalaminya dengan cara pengekspresian dan aktualisasi diri. Tingginya sifat konsumtif masyarakat khususnya generasi muda melalui media sosial tidak terjadi secara alami, akan tetapi merupakan gejala global akibat arus ekonomi digital yang digerakkan oleh raksasa-raksasa kapitalis (Fika Komara dalam hizbut-tahrir.or.id). Generasi muda sekarang yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan serba digital, dijadikan pasar bagi perdagangan online / e-commerce. Arus perdagangan digital di zaman modern jelas memperlakukan generasi muda sebagai mesin ekonomi penghasil uang, ditambah lagi dengan dominasi nilai-nilai kapitalisme di masyarakat yang konsisten menempatkan keuntungan materi di atas nilai-nilai moral kemanusiaan sehingga membentuk gaya hidup materialistik, hedonis dan konsumtif. Hal-hal tersebut di atas merupakan asal munculnya kritik tentang budaya konsumtif generasi muda dalam akun Instagram @Komikazer. Selain kritik terhadap budaya konsumtif, akun Instagram @Komikazer juga berisi kritik
Universitas Sumatera Utara
5
terhadap sikap individualis, cerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat modern dan juga isu-isu sosial yang sedang ramai diperbincangkan. Azer menggunakan tanda pagar (tagar) atau biasa disebut label (#) untuk membedakan tema yang satu dengan yang lainnya. Karya Azer yang ditujukan untuk mengkritisi budaya konsumtif generasi muda biasanya ditandai dengan label (#)HasratKebendaan. Semenjak awal kemunculan akun Instagram @Komikazer hingga bulan Juni 2016, terdapat 4 (empat) komik strip yang menggunakan label #HasratKebendaan. Empat komik strip tersebut merupakan fokus dalam penelitian ini. Komik #HasratKebendaan yang pertama berjudul „Sale‟. Komik ini menggambarkan sebuah tangan yang diborgol pada tas bertuliskan „SALE‟. Komik ini merupakan sindiran kepada orang-orang masa kini yang berbelanja secara
berlebihan
dan
tidak
dapat
lepas
dari
kata
„sale‟.
Komik
#HasratKebendaan yang kedua berjudul „Sepatu Baru‟. Secara visual, komik ini menunjukkan gambar sepatu baru dengan tulisan, „Believe me you don‟t need me..‟ atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah, „Percayalah kau tidak membutuhkanku.‟ Komik ini merupakan pengingat agar kita tidak membeli barang baru yang tidak dibutuhkan. Komik #HasratKebendaan yang ketiga berjudul „Sepi Tanpa Handphone‟. Komik ini menggambarkan sosok lelaki yang sedih dan merasa kesepian karena tidak membawa handphone, padahal di hadapannya terdapat orang yang bisa diajak mengobrol. Melalui komik tersebut, Azer menyindir kehidupan masyarakat yang menjadi anti social karena selalu disibukkan dengan berinteraksi melalui handphone sehingga tidak memperdulikan orang yang ada di sekitarnya. Komik
Universitas Sumatera Utara
6
#HasratKebendaan keempat yang akan dibahas dalam penelitian ini berjudul „Agar Semuanya Senang‟. Komik ini menggambarkan sosok pria dengan keadaan telanjang. Pakaian dan aksesoris pria tersebut dilepas dan dijejerkan di sampingnya sehingga terlihat seperti fashion catalogue. Komik ini bertujuan untuk memberi peringatan bahwa tanpa benda-benda tersebut, semua manusia memiliki derajat yang sama. Azer sebagai pembuat pesan memiliki keinginan agar followers/pengikut akunnya memahami pesan dan gagasannya tersebut di atas, sebagaimana yang dia maksud. Namun, pengikut akun @Komikazer berasal dari berbagai latar belakang budaya, pendidikan dan pengalaman hidup yang berbeda sehingga memiliki kemungkinan alternatif pemaknaan. Ada pihak-pihak yang sepakat dengan idenya dan ada juga pihak yang tidak sepakat. Bagi pihak yang sepakat, akan turut menyetujui kritik Azer terhadap budaya konsumtif generasi muda dan mengubah perilaku konsumtifnya, sedangkan bagi yang tidak sepakat bisa saja disebabkan karena gaya hidup yang dianutnya merupakan gaya hidup konsumtif seperti yang disindir Azer dalam akun Instagram @Komikazer. Menurut Azer dalam www.Indonesiakreatif.net, media sosial membuat dirinya dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan audiens, karena tidak semua pihak menyetujui buah pikirnya sehingga pada akhirnya, baik Azer maupun audiensnya sama-sama bisa memperoleh pelajaran dari apa yang didiskusikan dalam akun tersebut. Agar dapat memahami bagaimana perbedaan interpretasi followers akun Instagram @Komikazer dalam memaknai kritik Reza Mustar terhadap budaya konsumtif generasi muda di akun tersebut, maka akan dilakukan analisis resepsi / pemaknaan. Analisis resepsi dipelopori oleh Stuart Hall. Teori Stuart Hall tentang
Universitas Sumatera Utara
7
encoding-decoding mendorong terjadinya pemaknaan-pemaknaan beragam dari teks-teks media selama proses produksi dan penerimaan (resepsi). Istilah decoding-encoding (Helen, 2004) digunakan Hall untuk mengungkapkan bahwa makna dari teks terletak antara si pembuat teks (encoder dalam hal ini Azer sebagai komunikator) dengan pembacanya (decoder atau komunikan, dalam hal ini followers akun @Komikazer). Walaupun si pembuat teks sudah meng-encode teks dengan cara tertentu, namun si pembaca akan men-decode-nya dalam cara yang sedikit berbeda. Hall menurunkan 3 (tiga) posisi pemaknaan (Ida, 2010) yang digunakan individu untuk menafsirkan atau memberi respons terhadap persepsinya mengenai kondisi dalam masyarakat. Pertama, dominan/preffered reading yaitu posisi audiens yang menyetujui dan menerima langsung apa saja yang disajikan oleh komunikator. Kedua, negotiated reading yaitu posisi audiens yang bertindak antara adaptif dan oposisi terhadap ideologi yang disampaikan. Ketiga, oppositional reading adalah ketika audiens melawan atau berlawanan dengan representasi yang ditawarkan dalam pesan dengan cara yang berbeda dengan pembacaan yang telah ditawarkan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer mengenai kritik Reza Mustar terhadap budaya konsumtif generasi muda dengan menggunakan analisis resepsi Stuart Hall yang dilakukan dengan menemukan 3 (tiga) posisi pemaknaan, antara lain dominant reading, negotiated reading dan oppositional reading. Hal yang membuat penelitian ini penting dan menarik adalah bagaimana Azer dapat memanfaatkan kemodernan berupa media sosial untuk melawan dampak negatif
Universitas Sumatera Utara
8
dari
kemodernan
itu
sendiri.
Dalam
www.suaramerdeka.com,
Azer
menyampaikan pandangannya tentang seharusnya bagaimana seniman menyikapi teknologi. “Jangan alergi sama dunia digital, gadget atau segala macem. Kita harus bisa mengikuti. Ya analoginya kayak sesuatu yang nggak bisa kita lawan ya kita akalin. Kapitalisme contohnya. Ya caranya dengan mengikuti mereka, tapi caranya mungkin manfaatin kelebihan dari kapitalisme buat diri kita sendiri biar bisa buat orang banyak.” Penjabaran makna akan dilakukan dengan menganalisis interpretasi subjek penelitian terhadap akun Instagram @Komikazer. Subjek dalam penelitian ini adalah followers akun @Komikazer yang berkomentar dan memberi tanda suka pada empat komik strip #HasratKebendaan yang di dalamnya terdapat kritik terhadap budaya konsumtif generasi muda. Mayfield (dalam Septriadi, 2012) menjelaskan bahwa media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang memiliki ketertarikan akan suatu hal. Jika seseorang mengikuti akun @Komikazer dan aktif memberikan kontribusinya berupa komentar dan tanda suka, dapat dipastikan bahwa orang tersebut memiliki ketertarikan pada akun @Komikazer. Ketertarikan yang dimaksud bukan pasti berarti dirinya menyukai dan menerima ideologi yang disampaikan dalam akun tersebut. Bisa saja seseorang mengikuti sebuah akun karena ingin menyuarakan kritik dan sarannya melalui fitur komentar yang disediakan oleh media sosial. Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer mengenai kritik Reza Mustar terhadap budaya konsumtif generasi muda diharapkan dapat memberikan manfaat kepada peneliti dan pembaca untuk terus berupaya melakukan perubahan ke arah positif sekecil apapun seperti yang dilakukan Reza Mustar dalam akun @Komikazer.
Universitas Sumatera Utara
9
1.2
Fokus Masalah Fokus masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik „Sale‟? 2. Bagaimana pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik „Sepatu Baru‟? 3. Bagaimana pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik „Sepi Tanpa Handphone‟? 4. Bagaimana pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik „Agar Semuanya Senang‟? 5. Bagaimana pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik-komik #HasratKebendaan yang mengandung kritik terhadap budaya konsumtif generasi muda secara keseluruhan?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik „Sale‟ 2. Untuk mengetahui pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik „Sepatu Baru‟ 3. Untuk mengetahui pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik „Sepi Tanpa Handphone‟ 4. Untuk mengetahui pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik „Agar Semuanya Senang‟
Universitas Sumatera Utara
10
5. Untuk mengetahui pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik-komik #HasratKebendaan yang mengandung kritik terhadap budaya konsumtif generasi muda secara keseluruhan. 1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang dapat dilihat dari berbagai
aspek, yaitu : 1. Aspek Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti tentang pemaknaan dan media baru, sehingga dapat memperkaya penelitian-penelitian berikutnya yang berkaitan dengan hal tersebut. 2. Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Ilmu Komunikasi khususnya dalam bidang Komunikasi Bermedia, sehingga menjadi acuan dalam menjelaskan bagaimana cara untuk membuat audiens memaknai secara tepat apa yang ingin disampaikan oleh komunikator dengan menggunakan media tertentu khususnya media sosial. 3. Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman terutama bagi individu yang ingin menyampaikan ideologi positifnya melalui media sosial.
Universitas Sumatera Utara