1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam. Pemanfaatan disini bukan bearti merubah secara total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang ada, dimana potensi tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata. Oleh karena itu pengelolaan dan memanfaatkan potensi pariwisata yang dimiliki daerah juga dikelola oleh masing-masing daerah. Begitu juga halnya dengan Kabupaten Sambas, dimana Kabupaten Sambas memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Kabupaten Sambas merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provisi Kalimantan Barat, dimana Ibukota Kabupatennya terletak di Sambas. Batas administratif Kabupaten Sambas yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Singkawang, sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna, Samudera Pasifik, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang. Mengingat letak kawasan Kabupaten Sambas ini sangat strategis yaitu berbatasan langsung dengan Malaysia Timur, maka diharapkan nantinya akan ada peluang kerjasama dalam bidang pariwisata dengan Malaysia Timur. Kabupaten Sambas juga memiliki berbagai potensi dibidang pariwisata yang tidak kalah bagusnya dengan daerah-daerah lain yang ada di Kalimantan
2
Barat. Khususnya wisata alam, Kabupaten Sambas memiliki sebuah danau yang sudah dikenal sejak dari dulu yaitu Danau Sebedang. Dimana Danau Sebedang merupakan salah satu daya tarik wisata yang digemari oleh wisatawan lokal maupun domestik. Danau ini merupakan satu-satunya danau terbesar diwilayah pesisir Kalimantan Barat. Jarak Danau Sebedang ini tidak jauh dari pusat kota Kabupaten Sambas. Danau Sebedang ini terletak di Desa Sempalai Sebedang ± 17 km dari jantung Ibukota Kabupaten Sambas, sekitar 202 kilometer dari Kota Pontianak Ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Areal perairan Danau Sebedang yang luasnya ± 65 Ha serta kawasan daratan sekitarnya yang dibatasi oleh lereng perbukitan di sekitarnya dan jalan raya Pontianak-Sambas di sebelah barat. Diperkirakan untuk khusus luas danaunya sekitar satu kilometer persegi, dikelilingi oleh perbukitan yang memiliki ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut (dpl), dan pemandangan alamnya yang indah diantara bukit-bukit dan pepohonan yang rindang dengan latar hutan tropis yang hijau dan lebat, serta memiliki nilai sejarah yang terkait dengan kebudayaan masa Kesultanan Sambas yang perlu dipelihara dan dilestarikan. Dahulunya danau ini merupakan salah satu tempat permandian dan peristirahatan yang favorit bagi para Sultan Sambas beserta keluarganya, disamping itu di sekitar kawasan terdapat Makam Bujang Nadi dan Dara Nandung yang menjadi kisah rakyat yang lestari hingga saat ini. Kawasan Danau Sebedang juga merupakan salah satu daya tarik wisata andalan Kabupaten Sambas, karena danau ini letaknya sangat strategis menjadikan kawasan ini tepat sekali dipilih sebagai salah satu tujuan rekreasi
3
yang menyenangkan bersama keluarga atau kolega. Pengunjung dapat menikmati keindahan panorama alamnya dengan cara berjalan kaki mengelilingi danau, atau sambil minum-minum di kantin-kantin/rumah makan yang menghadap ke danau. Selain itu keelokkan danau ini juga dapat dinikmati pengunjung dengan bersantai di shelter-shelter yang tersedia, atau sambil duduk lesehan di atas tikar yang disewakan. Bila bosan, pengunjung dapat mengelilingi danau dengan menyewa perahu (sumber www.wisatawan melayu.com). Kawasan ini juga merupakan pintu gerbang masuk ke Kabupaten Sambas dan ramai dikunjungi para wisatawan pada sore hari, yaitu hari sabtu, minggu dan hari-hari libur lainnya. Sebagian pengunjung yang datang tidak hanya berniat menikmati kepermaian alamnya, tetapi ada juga yang menyalurkan hobi seperti memancing, karena danau ini terdapat banyak ikan, mendayung sampan, tempat para muda mudi berenang, menikmati masakan dan minuman segar yang tersedia khas masakan khas Sambas serta dapat juga merentasi keindahan pepohonan tropis di sekitar kawasan danau tersebut. Tidak hanya itu saja, dimalam hari danau ini semarak dengan adanya bunyi-bunyian lagu yaitu terdapat tempat-tempat hiburan atau karaoke. Danau ini juga menjadi sumber air bersih bagi penduduk beberapa Kecamatan di Sambas dan juga menyimpan berbagai kekayaan ekosistem lainnya. Keunikan dari daya tarik wisata Danau sebedang ini tidak terlepas dari tiga budaya yang menyatu, maksudnya bermula dari kata “Sambas” yang mempunyai makna“Sam artinya tiga dan Bas artinya suku”, jadi Sambas adalah tiga suku yaitu suku Melayu, Dayak dan Cina. Keanekaragaman suku tersebut, merupakan salah
4
satu ciri khas dari kebudayaan Kabupaten Sambas. Tidak heran jika di kawasan danau ini terdapat makam keramat Bujang Nadi dan Dare Nandung serta kuburan etnik cina. Dimana makam Bujang Nadi dan Dare Nandung ini memiliki lagenda yang unik bagi Kerajaan Sambas, begitu juga halnya dengan kuburan etnik cina, dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke kawasan tersebut dengan melihat langsung tradisi sembahyang kubur. Pada sore hari, eksotisme kawasan Danau Sebedang kian tampak dan kian terasa. Bagi pengunjung yang mendatangi danau pada malam hari tidak perlu khawatir akan kesepian. Karena semakin malam, semakin banyak pengunjung yang datang , suasananya bertambah semarak dan hidup dengan iringan suara musik yang berasal dari kafe-kafe di kawasan tersebut. Danau Sebedang juga biasanya dijadikan tempat kegiatan pramuka, berkemah, pergelaran, pameran, pasar tradisional dan setiap tahunnya bertepatan pada hari perayaan seperti Idul Fitri maupun Idul Adha, tempat ini dijadikan sebagai tempat hiburan rakyat, yaitu hiburan band-band yang artisnya sengaja didatangkan dari ibu kota provinsi maupun artis-artis yang terkenal yang pernah muncul di televisi. Fasilitas-fasilitas untuk kenyamanan wisatawan juga sudah ada seperti tempat-tempat penginapan sederhana, warung makan, kafe-kafe/tempat hiburan (karaoke di malam hari). Kawasan Danau Sebedang ini dikenal sebagai daya tarik wisata sudah cukup lama, Hanya saja banyak potensi-potensi yang ada sebagai daya tarik wisata belum dikembangkan secara maksimal dan profesional. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten melalui DISPORABUDPAR ( Dinas Pemuda Olahraga
5
Kebudayaan dan Pariwisata) Sambas, anggota DPRD Sambas melalui Komisi B berusaha untuk mengembangkan danau sebedang ini ke tahap yang maksimal. Salah satunya dengan membangun atau merelokasi warung maupun rumah makan milik masyarakat setempat ke tahap yang memungkinkan. Keberadaan aktivitas dimalam hari yaitu adanya kafe-kafe yang menyediakan tempat hiburan (karaoke) mengundang kontroversi opini masyarakat setempat. Pertumbuhan warung-warung dan kafe-kafe secara tidak terkendali dan kurang tertata dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah keindahan, kelestarian lingkungan dan keamanan telah menurunkan daya tarik utama danau sebedang. Bahkan kafe-kafe yang menggelar acara hiburan hingga larut malam cenderung membawa kawasan ini menjadi ajang PROJUMINA (Prostitusi, Judi dan Minuman Keras) yang meresahkan masyarakat. Hal ini dapat menurunkan citra positif danau sebedang sehingga mengurangi minat wisatawan untuk berwisata ke dalam kawasan danau, kecuali bagi wisatawan yang memang membutuhkan hiburan malam. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan semangat dan visi pengembangan Kawasan Danau Sebedang sebagai tujuan wisata andalan yang menitikberatkan pada keindahan alam dan pelestarian budaya setempat. Kurangnya pengawasan serta perhatian yang lebih dari Pemerintah Kabupaten dalam pengelolaan serta pemanfaatan potensi Kawasan Danau Sebedang ini sebagai daya tarik wisata, sehingga mengakibatkan kawasan danau ini belum dikelola secara professional, permasalahan yang didapati juga yaitu kurangnya partisipasi maupun kerjasama masyarakat lokal terhadap pelaksanaan pariwisata di kawasan danau ini. Dari berbagai permasalahan yang ada mengenai
6
keberadaan danau ini menjadi tantangan besar bagi Pemerintah Kabupaten Sambas. Perlunya menyusun suatu rencana maupun strategi pengembangan kawasan Danau Sebedang ini yang nantinya dapat dijadikan pedoman sekaligus acuan bagi Pemerintah sendiri, pihak investor maupun masyarakat lokal dalam upaya mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Sambas, dan juga dijadikan sebagai langkah awal yang sangat penting untuk penentuan langkah-langkah lanjutan yang lebih operasional. Dari penjelasan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengembangan Kawasan Danau Sebedang Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat”. 1.1.
Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang tersebut, maka secara khusus peneliti ingin
menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Upaya apa saja yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sambas dalam mengembangkan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas? 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung Pemerintah Kabupaten Sambas dalam mengembangkan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas? 3. Bagaimana strategi pengembangan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat?
7
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan strategi-strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sambas dalam pengembangan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Sambas Provinsi Kalimantan Barat. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung Pemerintah Kabupaten dalam pengembangan danau sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. 3. Untuk merumuskan strategi-strategi yang tepat dalam mengembangkan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Provinsi Kalimantan Barat. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Akademis 1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah , pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji dan mengembangkan daya tarik wisata khususnya di kawasan sebuah danau.
8
2. Dapat menambah literatur bahan kajian penelitian dalam pengembangan sebuah daya tarik wisata kepada peneliti-peneliti selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai
gambaran
untuk
memecahkan
masalah-masalah
yang
berhubungan dengan pengembangan daya tarik wisata di Kabupaten Sambas. 2. Sebagai
masukan
kepada
Pemerintah
Kabupaten
Sambas
dalam
mengembangkan daya tarik wisata khususnya Kawasan Danau Sebedang. 3. Diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten dalam merumuskan strategi kebijakan yang tepat, khususnya dalam mengembangkan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini, khususnya tentang strategi pengembangan sebuah kawasan wisata yaitu khususnya berkaitan dengan penelitian ini yaitu Strategi Kebijakan Pengembangan Kawasan Danau Sebedang Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Sambas Provinsi KalimantanBarat. Untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian ini. Menurut Cochrane (dalam Sutiarso, 2004:13) yang memiliki objek wisata alam Bromo-Tengger menyatakan bahwa kegiatan pariwisata alam tidak mungkin secara sendirian dapat mendukung konservasi pada area yang ditargetkan. Dukungan pemerintah dalam perangkat peraturan-peraturan dan insentif masih esensial dilakukan. Unsur nilai-nilai tradisional yang hidup dimasyarakat, perencanaan yang terintegrasi, dan dorongan pemegang kebijakan dalam wujud peraturan-peraturan
dan
insentif
sangat
penting
dilakukan
sehingga
pengembangan dan pengelolaan suatu wilayah dapat menekan bahkan menghilangkan konflik-konflik kepentingan sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya yang mungkin akan terjadi. Dari penelitian tersebut dapat diambil benang merahnya bahwa pengembangan dan pengelolaan suatu kawasan wisata yaitu khususnya Kawasan Danau
Sebedang tidak terlepas dari adanya campur tangan Pemerintah
Kabupaten, Swasta dan melibatkan masyarakat setempat sebagai pendukung
10
pelaksanaan dan tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional masyarakat, agar keunikan dan ciri khas kawasan wisata tersebut berbeda dengan tempat yang lain. Perlunya perencanaan yang integritas sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat (RTRKW-DS) oleh pelaku kebijakan sebagai landasan
untuk untuk mentaati
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di kawasan wisata Danau Sebedang. Peraturan tersebut diharapkan dapat menghindari konflik-konflik sosial dan kerusakan lingkungan di sekitar Kawasan Danau Sebedang. Penelitian Yustina (2010) tentang” Pengembangan Kawasan Detusoko Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa pariwisaata merupakan salah satu industri yang kurang mendapat perhatian di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya dan Ende khususnya, sedangkan di satu sisi, industri pariwisata adalah kegiatan ekonomi yang dapat menjadi faktor penarik bagi sektor ekonomi lainnya. Hal ini ditujukan oleh rendahnya jumlah kunjungan wisatawan, yang disebabkan oleh kurangnya promosi dari pihak pemerintah, alokasi dana untuk sektor pariwisata terbatas, serta kurangnya pemanfaatan potensi pariwisata daerah sebagai daya tarik wisata. Permasalahan dalam penelitian Yustina tersebut hampir sama dengan penelitian yang akan diteliti, persamaannya seperti kurangnya promosi dari pihak Pemerintah, alokasi dana untuk sektor pariwisata terbatas, serta kurangnya pemanfaatan potensi sebagai daya tarik wisata, sedangkan perbedaannya pada objek penelitian. Oleh karena itu dengan adanya persamaan salah satu permasalahan tersebut, dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini dan
11
diharapkan dengan adanya penelitian Yustina tersebut dapat memberikan gambaran bagaimana mengatasi permasalah tersebut serta strategi apa yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. Wahyudi ( 2009 ) dalam penelitiannya, ”Strategi Pengembangan Sungai Sampean Baru Sebagai Daya Tarik Wisata Arung Jeram Di Kabupaten Bondowoso” menyatakan bahwa Sungai Sampean Baru berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai daya tarik wisata arung jeram di Kabupaten Bondosowo. Hal tersebut ditunjukkan oleh posisi Sungai Sampean Baru terletak pada kuadran I yang artinya layak untuk dikembangkan dengan melakukan diversifikasi produk dan melakukan pengelolaan yang professional. Strategi pengembangan yang dilakukan yaitu : Strength Opportunities (SO), yaitu Strategi Pengembangan Produk. Weakness Opportunity (WO), yaitu Strategi Promosi (Pengembangan Pasar Wisata). Weakness Threats (WT), yaitu Strategi Pengembangan Pariwisata Sungai. Strength Threats (ST), adalah Strategi Pengembangan Kelembagaan dan DIKLAT SDM Pariwisata. Pengembangan produk
wisatanya
yaitu,
program
pengembangan
promosi,
program
pengambangan Sungai Sampean Baru sebagai objek wisata arung jeram, program pembentukan lembaga pengelola yang dikelola masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia pariwisata. Penelitian Wahyudi ini mengunakan analisis SWOT. Persamaan penelitian ini terletak pada topiknya yaitu strategi pengembangan sebagai daya tarik wisata dengan analisis SWOT sedangkan perbedaannya pada objek penelitian.
12
Arsana (2010) dalam penelitiannya ”Strategi Penembangan Kawasan Masceti Sebagai Daya Tarik Wisata Alam Berbasis Masyarakat Di Desa Medahan Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar” menyatakan bahwa,
Kawasan
Masceti merupakan salah satu kawasan pariwisata yang terletak di pesisir selatan Kabupaten Gianyar. Pengembangan sumber daya pariwisata alam di kawasan ini belum optimal sehingga manfaat ekonomi yang didapat dari pengembangan tersebut juga belum optimal. Hal tersebut desebabkan karena kurangnya sistem pengelolaan dan lemahnya sumber daya manusia serta kesiapan dan dukungan masyarakat terhadap pengembangannya belum optimal. Selain itu belum adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penetapan kawasan strategis pariwisata, serta kurangnya
partisipasi masyarakat sehingga menyebabkan
pembangunan pariwisata belum tertata dengan baik serta mendorong munculnya kekhawatiran akan terjadinya penyimpangan fungsi pesisir dan eksploitasi sumber daya alam. Penelitian Arsana bertujuan untuk mengetahui kondisi Kawasan Masceti dan kondisi lingkungan internal dan eksternal, serta strategi dan program pengembangan berdasarkan prinsip pariwisata berbasis masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode deskriptif kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan kondisi Kawasan Masceti sesuai dengan prinsip pariwisata berbasis kerakyatan dalam pengembangannya. Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal dalam merumuskan strategi alternatif dalam pengembangan kawasan Masceti sebagai objek wisata alam. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Teori yang digunakan
13
yaitu teori perencanaan, teori perubahan budaya dan teori adaptasi. Hasil penelitiannya menunjukkan pengembangan Kawasan pantai Masceti berada pada posisi baik dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam, namun pengembangannya belum berlandaskan prinsip pariwisataa berbasis masyarakat. Pelitian Arsana tersebut dapat diambil sebagai acuan dan memiliki persamaan dalam penelitian ini yaitu analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT, serta cara pengambilan sampelnya dengan metode Purposive Sampling dan menggunakan teori perencanaan, pengembangan sumber alam belum optimal, dll.
Perbedaannya
adalah
pada
lokasi
penelitian,
penelitian
ini
tidak
mencantumkan prinsip pengembangan yang berbasis kerakyatan, perumusan strategi alternatif dan tidak menggunakan teori adaptasi dan teori budaya. Berdasarkan dari penelitian Arsana tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. Sonder (2009) Dalam Penelitiannya ”Pengembangan Kawasan Pariwisata Pantai Lasiana Menuju Pariwisata Berkelanjutan Di Kota Kupang” mengatakan bahwa kawasan pariwisata pantai Lasiana telah dekembangkan oleh Pemereintah Provinsi dengan pembangunan sarana dan prasarana wisata sejak tahun 1986, namun kondisinya banyak
yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk : (1)
Mengetahui Kondisi Kawasan Pariwisata Pantai Lasiana Berdasarkan Prinsip Pariwisata Berkelanjutan; (2) Mengetahui Partisipasi Para Pemangku Kepentingan ( Stakeholders) Dalam Pengembangannya; (3) Mengetahui Kondisi Lingkungan
14
Internal Dan Eksternal Kawasan Pariwisata Pantai Lasiana, dan (4) Merumuskan Strategi Dan Program Pengembangan Menuju Pariwisata Berkelanjutan. Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian Sonder yaitu konsep strategi, pengembangan pariwisata, kawasan pariwisata, konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan dan pembangunan pariwisata berasis masyarakat. Dengan beberapa teori yang mendukung yaitu teori perencanaan, siklus hidup destinasi wisata dan teori partisipasi yang menekankan pentingnya partisipasi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan kawasan pariwisata pantai Lasiana. Hasil penelitia Sonder menunjukkan kondisi Pantai Lasiana dilihat berdasarkan prinsip pariwisata berkelajutan dalam pengembangnya belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat pada dimensi ekonomi, wisatawan belum merasa puas terhadap pengembangan pariwisata dan pengeluaran mereka belum optimal, sedangkan dari penyedia jasa belum ada distribusi pendapatan yang adil, belum mampu meningkatan kesempatan kerja masyarakat dan baru mampu menambah
sedikit
peluang
usaha
bagi
masyarakat.
Dimensi
ekologi,
menunjukkan produk yang dimanfaatkan wisatawan masih ramah lingkungan, sedangkan dari penyedia jasa sudah upaya pemerintah dalam pengelola limbah, konservasi lingkungan dengan penanaman pohon bakau. Dimensi sosial, menunjukkan kepedulian sosial mereka masih kurang karena interaksi dengan masyarakat terbatas dan juga komsumsi mereka terhadap produk masih rendah, sedangkan dari penyedia jasa dalam pengembangan belum melibatkan pemangku kepentingan secara aktif. Dimensi budaya, menunjukkan pembangunan sarana
15
wisata tidak optimal mencerminkan arsitektur bangunan masyarakat Nusa Tenggara Timur. Strategi umum dalam pengembangan kawasan pariwisata Pantai Lasiana adalah strategi tumbuh ( Growth Strategy) khususnya strategi tumbuh dan bina (grow and build) melalui konservasi via integrasi horizontal. Strategi-strategi yang dapat diterapkan adalah strategi pengembangan produk, pengembangan pasar dan penetrasi pasar. Strategi alternatif pengembangan kawansan pariwisata Pantai Lasiana menuju pariwisata berkelanjutan adalah strategi pengembangan produk yang berkelanjutan, strategi pengembangan sarana dan prasarana pokok maupun penunjang pariwisata, strategi pengembangan dan penetrasi pasar, strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan, strategi pembentukan lembaga pengelola dan pengembangan sumber daya manusia. Dari beberapa uraian peneliti tersebut, keterkaitan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat kesamaan dan perbedaan, persamaannya yaitu, pada topik penelitian membahas tentang pengembangan sebagai daya tarik wisata, serta memiliki permasalahan yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya yaitu pada penyajian analisis data, lokasi penelitian yang akan diteliti, perbedaan beberapa konsep maupun teori yang digunakan,
perbedaan alur pikir model penelitian, serta
pembahasan hasil penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskiriptif kualitatif dan analisis SWOT, beberapa konsep dan teori juga memiliki persamaan, yaitu teori perencanaan serta penentuan informan dengan purposive sampling.
16
2.2 Konsep 2.2.1 Strategi Menurut Rangkuti, (2005:3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat titunjukkan oleh adanya perbedaan konsep mengenai strategi selama 30 tahun terakhir. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam perkembangan tersebut berikut ini: a. Chandler (1962) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. b. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965), strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis trsebut ada atau tidak ada. c. Argyris (1985), Mintzbertg (1979), Steiner dan Miner (1977), strategi merupakan respon-secara terus memerus maupun adaptif-terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengarushi organisasi. d. Porter (1985), strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. e. Andrews (1985), Chaffe (1985), strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
17
f. Hamel dan Prahalad (1995), strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ”apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari ”apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (corecompetencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan. Menurut Yoeti (1996:164) pengertian strategi harus dibedakan dengan pengertian taktik. Strategi diperlukan agar suatu perencanaan dapat dilaksanakan secara praktis dan spesifik mungkin, maka didalamnya harus mencakup pertimbangan dan penyesuaian terhadap reaksi-reaksi orang dan pihak yang dipengaruhi, dalam hal demikian diperlukan suatu strategi yang dapat membantu perencanaan yang telah dibuat. Konsep strategi dimaksudkan adalah bagaimana membuat langkah awal suatu perencanaan atau taktik-taktik apa saja yang akan dilakukan dalam merencanakan,
merumuskan
kebijakan
dalam
pengelolaan
maupun
pengembangan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi kalimantan Barat. 2.2.2 Kebijakan Pemerintah Kebijakan ( policy ) merupakan arah atau tuntunan dalam pelaksanaan suatu kegiatan oleh suatu pemerintah yang diekspresikan dalam sebuah pernyataan umum mengenai tujuan yang ingin dicapai, yang menuntun tindakan
18
dari para pelaksana, baik di pemerintahan maupun di luar pemerintahan, dalam mewujudkan harapan yang telah ditetapkan tersebut. Istilah kebijakan (policy) dan perencanaan (planning) berkaitan erat. Perencanaan menyangkut strategi sebagai implementasi dari kebijakan. Perencanaan merupakan prediksi dan oleh karenanya memerlukan beberapa pemikiran persepsi akan masa depan. Walau prediksi dapat diturunkan dari observasi dan penelitian, namun demikian juga sangat tergantung pada tata nilai. Perencanaan seharusnya mengandung informasi yang cukup untuk pengambilan keputusan. Perencanaan merupakan bagian dari keseluruhan proses perencanaan-pengambilan keputusan pelaksanaan. ( Pitana & Diarta, 2009: 106). Pengertian kebijakan terdapat penekanan pada koordinasi dari berbagai organisasi dan instansi yang terlibat dlam penyediaan pelayanan, perencanaan, pengembangan, dan manajemen pariwisata. Menurut Pitana dan Diarta (2009:110), proses implementasi kebijakan pariwisata memerlukan beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Mengevaluasi potensi pasar Hal ini merupakan proses cepat untuk mengidentifikasi pasar potensial dan memuaskan
penanam
modal
bahwa
terdapat
pasar
potensial
yang
menyebabkan proses selanjutnya layak dilakukan. 2. Memilih lokasi yang cocok Pemilihan lokasi yang cocok harus dilakukan dengan hati-hati dan dikaitkan dengan ketersediaan infrastuktur seperti ketersedian jalan, listrik, air atraksi
19
wisata yang tersedia, dan pesaing. Keberadaan proyek harus dapat memanfaatkan keunggulan destinasi lokal untuk menarik calon konsumen. 3. Mengidentifikasi pemain kunci (stakeholders) Pengusaha harus melakukan kontak dengan petugas lokal yang terkait untuk memastikan tidak ada masalah yang menyangkut apa yang boleh dan apa yang tidak boleh terkait dengan rencana pembangunan fasilitas pariwisata. Disamping itu juga perlu dijalin komunisi dengan masyarakat lokal, biro hukum , arsitek, termasuk competitor. 4. Melakukan studi fisibilitas pasar dan keuangan Studi yang dilakukan untuk menguji viability proyek yang akan dilakukan. Hal ini menyangkut riset permintaan dan penawaran serta riset financial. Hal ini merupakan proses yang panjang, melibatkan trend atau kecendrungan secara ekonomi nasional, keragaman pariwisata nasional secara keseluruhan, serta proyeksi masyarakat lokal akan keberadaan proyek. Studi ini akan mengidentifikasi tipe proyek pariwisata tersebut, seberapa banyak, dari mana mereka datang, kapan akan datang, dan seterusnya. Pelaku pariwisata yang tak kalah penting juga adalah pemerintah. Permerintah mempunyai peranan penting dan mempunyai otoritas atau kewenangan dalam mengatur, menyediakan dan peruntukan infrastruktur yang terkait dengan keutuhan pariwisata. Selain itu pemerintah juga bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju dalam perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh permerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain di dalam memainkan peran masing-masing (Janianton & Weber : 21).
20
Beberapa peran mutlak menjadi tanggungjawab permerintah adalah sebagai berikut: 1. Penegasan dan konsistensi tentang tata-guna lahan pengembangan kawasan wisata, termasuk kepastian hak kepemilikan system penyewaan, dan sebagainya. 2. Perlindungan lingkungan alam dan cagar budaya untuk mempertahankan daya tarik objek wisata, termasuk aturan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tersebut. Kebijakan pemerintah terkait dengan pembangunan pariwisata, adalah salah satu faktor yang memiliki peran yang sangat penting. Menurut Pendit (2006:11) ada landasan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan pariwisata yang disebut dasa sila yang terdiri dari atas : kebijakan pemerintah, perasaan ingin tahu, sifat ramah tamah, jarak dan waktu, atraksi, akomodasi, pengangkutan, harga-harga, publisitas dan promosi, dan kesempatan belanja. Politik pemerintah dalam kaitan dengan dasa sila tersebut dapat diartikan sebagai kebijakan pemerintah yang merupakan arahan tentang garis-garis besar pelaksanaan pembangunan pariwisata yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah bersama-sama dengan segenap komponen masyarakat. 2.2.3 Pengembangan Kawasan Pariwisata Pengembangan kawasan pariwisata merupakan bagian kegiatan ekonomi yang multi dimensional tidak hanya mempunyai tujuan akhir berupa output ekonomi atau nilai finansial yang diperoleh tetapi juga menyangkut persoalan sosial, agama, budaya dan keamanan yang bahkan menjadi ruh pariwisata untuk
21
dieksploitasi menjadi daya tarik wiasata yang mempunyai daya jual tinggi. Di sisi lain pengembangan pariwisata berada pada area tatanan wilayah administrasi Pemerintahan Daerah yang memiliki otoritas dan otonomi daerah yang mempunyai implikasi luas terhadap pengembangan pariwisata. Pengembangan potensi wisata akan terjadi saling ketergantungan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Pariwisata yang diharapkan menjadi sub sektor andalan dalam menyelesaikan krisis ekonomi, harus diarahkan kepada kesiapan menghadapi era liberalisasi. Keunggulan pariwisata adalah karena pariwisata sudah menjadi bagian dari peradaban manusia (growth within civilization). Seperti halnya pembangunan pada umumnya, keberhasilan pembangunan pariwisata bergantung pada keterpaduan sektor-sektor terkait (linked sectors) dan wilayah-wilayah pengembangan terkait (linked regions) serta keterlibatan pihak-pihak tertentu (stakeholders) secara sinergis. Sehingga kinerja kepariwisataan juga merupakan potret dari kinerja antar-sektor, antar wilayah dan antar-stakeholder secara simultan. ( www.jayinsanpariwisata.blogspot.com ). Perencanaan Pengembangan kawasan pariwisata tidak terlepas dari adanya sebuah kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah maupun swasta yang berkerjasama untuk membangun dan mengelola tempat wisata sebagai daya tarik wisata yang bertujuan untuk menarik perhatian wisatawan maupun menambah kunjungan wisatawan ke tempat wisata tersebut. Rencana disusun dengan maksud untuk mengatasi persoalan yanga ada dan menghindari persoalan yang diperkirakan akan muncul di kemudian hari sebagai konsekwensi dari pelaksanaan rencana. Di dalamnya mengandung berbagai langkah kebijakan dalam upaya mengatasi
22
persoalan masa kini dan upaya mencegah munculnya persoalan yang tidak dikehendaki di kemudian hari. Rencana pengembangan kepariwisataan adalah upaya untuk meningkatkan peran pariwisata dengan maksud dan tujuan yang harus tetap berada dalam bingkai RTRW sedemikian rupa sehingga hasil akhirnya adalah mensejahterakan masyarakat keseluruhan, terutama masyarakat daerah dan obyek pembangunan harus berimbas positif bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat secara keseluruhan( Warpani & Indira, 2007:161 ). Tujuan pengembangan pariwisata tidak lain adalah upaya mendukung baik tujuan pembangunan daerah yang lebih luas maupun tujuan pembangunan nasional, sehingga harus dapat “dibaca” sebagai kebijakan yang saling menunjang. Kebijakan yang tertuang di dalam rencana hendaknya mencerminkan keterlibatan masyarakat dalam setiap aspek khususnya yang menyangkut hajat hidup masyarakat. Pengembangan pariwisata hendaknya bermuara pada mensejahterakan masyarakat. Perencanaan pengembangan pariwisata harus diintegrasikan dengan perencanaan dan pegembangan secara keseluruhan, supaya perencanaan pengembangan
pariwisata
benar-benar
epektif,
sehingga
keseimbangan
pengembangan atau pembangunan dapat dicapai dan dipertahankan. Perencanaan pariwisata bearti pengorganisasian searta menyeluruh pengembangan atau pembangunan fasilitas-fasilitas pariwisata, sehingga fasilitas-fasilitas itu secara epektif dapat memenuhi tugas-tugas sebagaimana mestinya. Dengan demikian perencanaan pariwisata merupakan bagian dari pengembangan atau pembangunan seluruhnya dan dapat menggunakan sumber-sumber kekayaan alam, kemampuan
23
manusia, secara sumber-sumber keuangan dengan sebaik-baiknya (Muljadi, 2009:67-68). Dampak positif secara ekonomi pembangunan pariwisata yang terlihat dengan perkembangan perolehan devisa negara tersebut juga menyisakan banyak dampak negatif terhadap lingkungan alam dan sosial budaya masyarakat. Oleh karenanya pembangunan pariwisata harus mempunyai sasaran yang jelas untuk meminimalkan dampak negatif pembangunan pariwisata nasional maupun daerah. 2.2.4 Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata yang dimiliki suatu destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata (DTW), yakni sesuatu yang dapat dilihat, misalnya pemandangan alam, peninggalan purbakala, pertunjukan, atau sesuatu yang dapat dilakukan, misalnya rekreasi, olahraga, meneliti, atau sesuatu yang dapat dibeli, yakni barang-barang unik atau cendramata, atau sesuatu yang dapat dinikmati, misalnnya seperti udara sejuk bebas dari pencemaran, pelayanan atau sesuatu yang dapat dimakan misalnya makanan atau minuman khas daerah/negara. Artinya, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memicu seseorang dan/atau sekelompok orang mengunjungi suatu tempat karena sesuatu itu memiliki makna tertentu, misalnya: lingkungan alam, peninggalan atau tempat sejarah, peristiwa tertentu ( Warpani & Indira, 2007:45 ). Menurut Muljadi (2009:57-59), Pengusahaan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola daya taik wisata beserta sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola daya tarik wisata yang telah ada. Pengusahaan daya tarik wisata (ODTW) terdiri dari:
24
1. Pengusahaan Daya Tarik Wisata Alam Pengusahaan ini merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai daya tarik wisata untuk dijadikan sarana wisata. Kegiatan pengusahaan daya tarik wisata alam meliputi: a. Pembangunan prasarana dan sarana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan. b. Pengelolaan daya tarik wisata alam, termasuk prasarana dan sarana yang ada. c. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya untuk berperanserta dalam kegiatan pengusahaan daya tarik wisata alam. 2. Pengusahaan Daya Tarik Wisata Budaya Pengusahaan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni budaya bangsa yang telah dilengkapi sebagai daya tarik wisata,untuk dijadikan sarana wisata. Kegiatan pengusahaan daya tarik wisata budaya meliputi: a. Pembangunan daya tarik wisata, termasuk penyediaan sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan. b. Pengelolaan daya tarik wisata, termasuk sarana dan prasarana yang ada. c. Penyelenggaraan pertunjukan seni budaya yang dapat member nilai tambah terhadap daya tarik wisata serta memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. 3. Pengusahaan Daya Tarik Wisata Minat Khusus Pengusahaan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan atau seni budaya bangsa untuk dijadikan
25
sasaran wisata bagi wisatawan yang mempunyai minat khusus. Kegiatan pengusahaan daya tarik wisata minat khusus meliputi: a.
Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana serta fasilitas
pelayanan bagi wisatawan di lokasi objek dan daya tarik wisata b.
Penyediaan informasi mengenai daya tarik wisata secara lengkap,
akurat, dan mutakhir. Menurut Page, (dalam penelitian Damayanti 2009), daya tarik wisata dibagi menjadi beberapa kategori yaitu: 1. Sumber-sumber alam seperti laut dan pantai 2. Sumber-sumber buatan manusia, berupa bangunan yang berada di atas daya tarik wisata 3. Kegiatan-kegiatan khusus (spesial event) seperti festival, atau kegiatan olah raga misalnya olimpiade, dan sebagainya. UU No 10 Tahun 2009 memaparkan daya tarik wisata adalah segala sesuatu
yang
memiliki
keunikan,
keindahan,
dan
nilai
yang
berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 2.2.5 Danau Sebedang Danau adalah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relative kecil pada permukaan bumi disbanding dengan habitat laut dan daratan. Bagi manusia kepentingannya jauh lebih bearti dibandingkan dengan luas daerahnya. Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi
26
kehidupan manusia ( rumah tangga, industri, dan pertanian ). Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai berikut. 1. Sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik. 2. Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora atau fauna yang khas. 3. Sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumahtangga, industri dan pertanian). 4. Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah. 5. Memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembapan dan curah hujan setempat. 6. Sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya. 7. Sebagai penghasil energy melalui PLTMH. 8. Sebagai
sarana
rekreasi
dan
daya
tarik
wisata.
(
Sumber
DISPORABUDPAR) Kalimantan Barat memiliki dua buah danau yang dijadikan sebagai tempat wisata yaitu Danau Sentarum dan Danau Sebedang. Danau Sebedang merupakan salah satu daya tarik wisata andalan Kabupaten Sambas , Danau Sebedang ini terletak di Desa Sempalai Sebedang Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas .Danau Sebedang ini juga menjadi tempat sumber air bersih bagi penduduk beberapa Kecamatan di Sambas dan juga menyimpan berbagai kekayaaan
27
ekosistem, keberadaan danau ini dikenal sejak dulu olehn masyarakat setempat maupun masyarakat umum. Dulunya danau ini adalah tempat peristirahatan favorit Sultan Sambas beserta keluarganya. Luas danau ini mencapai 1 km2 dan± 65 Ha keseluruhan kawasan daratan dikeliling oleh perbukitan yang memiliki ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut. Letaknya di Desa Sempalai Sebedang, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, atau tepatnya sekitar 202 kilometer dari Kota Pontianak dengan transportasi darat. Danau Sebedang ini merupakan danau terbesar yang ada di pesisir Kalimantan Barat. Keunikan dari danau ini adalah memiliki pepohonan yang rimbun serta perbukitan yang mengeliling kawasan danau. Di sekitar Danau Sebedang terdapat kawasan hutan lindung berupa perbukitan di sebelah timur dan selatannya. Keberadaan kawasan lindung ini sudah ditetapkan dalam SK Bupati No. 351 Tahun 1994). Di sekitar Kawasan Danau Sebedang juga terdapat makam keramat yaitu makam Bujang Nadi dan Dara Nandung berserta perkuburan etnis Cina. Selain itu dipinggiran Danau ini terdapat berbagai fasilitas wisata berupa warung atau rumah makan, kafe-kafe serta beberapa tempat penginapan dan rumah tinggal masyarakat.(http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Indonesiaku/Propinsi/KalimantanBarat/Tempat-Menarik/Danau-Sebedang) 2.3 Landasan Teori Untuk melakukan pengkajian terhadap permasalahan di dalam penelitian ini maka diperlukan berbagai teori yang relevan sebagai landasan dalam
28
penentuan kebijakan pemerintah Kabupaten dalam pengembangan daya tarik wisata yang sesuai dengan obyek penelitian yaitu Kawasan Danau Sebedang di Kabupaten Sambas. Berikut ini akan dikemukakan teori-teori yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. 2.3.1 Teori Perencanaan Perencanaan mengandung prediksi dari suatu kegiatan ganda dan menuju ke keterpaduan pembangunan. Rencana mencakup faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, politik, fisik dan teknis, dengan memperhatikan keadaan masa lampau, kini, dan perkiraan keadaan yang akan datang, serta factor-faktor penentu perkembangan. Pada dasarnya rencana adalah mempengaruhi factor-faktor perkembangan sedemikian rupa agar perkembangan bergerak menuju kearah yang dikehendaki. Di dalam perencanaan ini termasuk perencanaan kepariwisataan perlu dipahami perihal kebutuhan di satu sisi serta pemahaman cara pemenuhan kebutuhan tersebut di sisi lain (Warpani & Indira, 2007:158). Menurut Mill (2000) dalam, (Smith & Robinson, 2006) bila tidak ada perencanaan pada suatu tempat wisata dapat berakibat negatif pada tempat tersebut. Akibat ter sebut dapat berupa: (1) kerusakan atau perubahan permanen lingkungan fisik, (2) kerusakan atau perubahan permanen
kawasan-kawasan
historis/budaya dan sumber-sumber alam, (3) terlalu banyak orang dan kemacetan. (4) adanya pencemaran, dan (5) masalah-masalah lalu lintas. Sujarto ( 1986 ) dalam Paturusi( 2008:7) mendefinisikan perencanaan sebagai usaha untuk memikirkan
masa depan (cita-cita) secara rasional dan
29
sistematik dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada serta memperhatikan kendala (constrain) dan keterbatasan (limitation) seefisien dan seefektif mungkin. Oleh karena itu suatu perencanaan menjadi baik, maka seorang perencana setidaktidaknya harus memiliki pengetahuan yang cukup di bidangnya, keterampilan yang memadai serta perilaku dan kepribadian yang baik. Perencanaan adalah pemikiran tentang keadaan dasar organisasi mengenai penentuan bagaimana seharusnya organisasi berposisi untuk menghadapi lingkungannya, dan bagaimana akan memanfaatkan kekuatan-kekuatannya serta bagaimana pula akan mengahadapi tantangan dan kesempatan yang ditimbulkan oleh lingkungannya David R. Hampton, dan George a Steiner berpendapat bahwa Perencanaan strategi adalah suatu proses identifikasi kesempatan (opportunities) dan tantangan (threats) disamping diupayakannya berbadgai data untuk dasar keputusan perusahaan yang lebih baik guna memanfaatkan kesempatan & mengatasi tantangan yg ada. (http://www.oppapers.com/essays/Teori-Perencanaan/365673) Weaver
dan
Opperman,
dalam
Pitana
(2005:44),
perencanaan,
pengembangan dan pemasaran suatu destinasi wisata memerlukan kerjasama dan koordinasi berbagai pihak: pejabat pemerintah, perencana fisik, atsitek, analis finansial, investor, pakar ekonomi, sosiolog, arkeolog, dan elemen yang terkait didalamnya. Rangkuti
(2005:3)
mengatakah
bahwa
suatu
perusahaan
dapat
mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu
30
disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada Suatu perencanaan bila dilakukan dengan baik tentu akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan dapat mengurangi resiko lebih kecil. Perencanaan dalam pengembangan pariwisata dimaksudkan agar perkembangan pariwisata dapat dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup. Begitu juga halnya dengan pengembangan Kawasan Danau Sebedang, Pemerinth Kabupaten harus membuat perencanaan dan membuat kebijakan maupun strategi yang benar-benar bermanfaat bagi kegiatan pariwisata demi menunjang membangkitkan ekonomi, yang tentunya diharapkan dengan adanya perencanaan pengembangan kawasan Danau Sebedang tersebut dapat merubah tingkat sosial masyarakat setempat tampa merubah budaya dan mengekalkan budaya leluhur mereka. 2.3.2 Teori Siklus Hidup Destinasi Destinasi berjalan menurut siklus evolusi yang terdiri dari tahap pengenalan (introduction), pertumbuhan (growth), pendewsaan (maturity), penurunan (decline), dan peremajaan (rejuvenation). Tujuan dari penggunaan model siklus hidup destinai (destination Lifecycle model) adalah sebagai alat untuk memahami evoslusi dari produk dan destinasi pariwisata. Model siklus
31
hidup destinasi ini ditententukan oleh keputusan strategis manajemen dan sangat tergantung pada faktor eksternal, seperti kompetisi, pengembangan produk subsitusi atau sejenis, perubahan selera konsumen dan regulasi pemerintah. (Pitana 2009:131). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 Tabel 2.1 Siklus Hidup Destinasi NO 1
Tahapan Siklus Exploration
2
Involment
3
Development
4
Consolidation
5
Stagnation
6
Post-stagnation
Keterangan Kunjungan terbatas dan sporadic dari orang ingin bertualang. Terjadi kontak yang intensif dengan penduduk lokal dan menggunakan fasilitas yang dimiliki penduduk dengan dampak social dan ekonomi sangat kecil Meningkatnya pengunjung yang mendorong penduduk lokal menawarkan fasilitas secara ekslusif kepada pengunjung. Kontak dengan penduduk lokal tetap tinggi dan beberapa darimereka mulai menyesuaikan pola sosialnya untuk mengakomodasi perubahan kondisi ekonomi akibat keberadaan wisatawan. Promosi destinasi wisata mulai diinisiasi. Investor luar mulai tertarik untuk menanamkan modalnya guna membangun berbagai fasilitas pariwisata di destinasi tersebut seiring dengan berkembangnya pemasaran destinasi. Aksesibilitas mengalami perbaikan, advertising semakin intensif dan fasilitas lokal mulai diisi dengan fasilitas modern dan terbaru. Hasilnya adalah semakin menurunnya partisipasi dan control oleh penduduk lokal. Atraksi buatan mulai muncul, khusus diperuntukan wisatawan. Tenaga kerja dan fasilitas import mulai dibutuhkan untuk mengantisipasi pertumbuhan pariwisata yang begitu cepat. Porsi terbesar dari ekonomi lokal berhubungan dan bersumber dari pariwisata. Level kunjungan tetap meningkat umum dengan ratarata kenaikan yang semakin menurun. Usaha pemasaran semakin diperluas untuk menarik wisatawan yang bertempat tingal semakin jauh dari sebelumnya. Fasilitas yang sudah tua sekarang menjadi ketinggalan zaman dan kurang diminati. Kapasitas maksimal dari faktor penunjang telah tercapai batas maksimum atau, menyebabkan masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Jumlah puncak kunjungan wisata tercapai. Atraksi buatan menggantikan atraksi alam dan budaya, dan destinasi tidak lagi menarik.
1. Decline
Wisatawan tertarik dengan destinasi lain yang baru. Fasilitas pariwisata digantikan oleh fasilitas non pariwisata. Atraksi wisatawan menjadi semakin kurang menarik dan fasilitas pariwisata menjadi kurang bermanfaat. Keterlibatan masyarakat lokal mungkin meningkat seiring dengan penurunan pasar wisatawan. Daerah destinasi menjadi terdegradasi kualitasnya, kumuh dan fasilitasnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya sebagai penunjang aktivitas pariwisata.
2. Rejuvenation
Terjadi perubahan dramatis dalam penggunaan dan pemanfaatan sumber daya pariwisata. Terjadi penciptaan seperangkat atraksi wisata artificial baru atau penggunaan sumber daya alam yang tidak tereksploitasi sebelumnya.
Sumber: Butler (1980, dalam Pitana 2009 :132)
32
Berdasarkan teori tersebut, maka Kawasan Danau Sebedang saat ini dapat dimasukkan
pada
tahap
penemuan
(exploration)
dan
Pengembangan
(development). Hal tersebut ditandai oleh Kawasan Danau Sebedang ini sudah dikenal sejak lama dan adanya kunjungan dari wisatawan, fasilitas-fasilitas yang ada sudah tidak kondusif lagi, tata ruang kawasan tidak memadai (aktivitas wisata tertumpu pada bagian utara-timur), oleh sebab itu perlunya pengembangan kawasan ini menjadi lebih baik yaitu dengan menetapkan strategi kebijakan apa yang tepat dalam pengembangan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat. 2.4 Model Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, diperlukan kerangka konsep dan atau model penelitian yang dapat dijadikan kerangka kerja di dalam penelitian ini. Alur pikir dari model penelitian ini berawal dari adanya potensi-potensi danau sebedang sebagai daya tarik wisata serta ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke Danau Sebedang, oleh karena itu Pemerintah Kabupaten juga mempunyai keinginan untuk mengembangkan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas. Hanya saja belum adanya data tercatat dari berapa banyak jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke kawasan tersebut. Hal ini sulit untuk mengetahui secara pasti berapa banyak jumlah wisatawan yang berkunjung. Untuk mengetahui persoalan tersebut, Pemerintah Kabupaten berkeinginan untuk merumuskan beberapa strategi kebijakan dalam pengembangan Kawasan Danau Sebedang.
33
Dari berbagai macam masalah yang di dapat, secara khusus peneliti ingin menjawab beberapa permasalahan dengan rumusan masalah seperti ; (1)Upaya apa saja yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sambas dalam mengembangkan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat? (2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung Pemerintah Kabupaten Sambas dalam mengembangkan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di sambas? (3) Bagaimana strategi pengembangan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat? Dari ketiga perumusan masalah tadi akan dikaji dan di dasarkan dengan beberapa konsep, teori serta akan dianalisis dengan metode Deskriptif Kualitatif dan analisis SWOT, setelah itu ditemukan suatu hasil dan kemudian akan direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Sambas sebagai sumbangan atau masukan pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten dalam mengembangkan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian ini akan digambarkan Pemerintah Kabupaten Sambas
dalam bentuk bagan penelitian. Model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
34
Pengembangan Kawasan Danau Sebedang Sebagai Daya Tarik Wisata
Potensi Danau Sebedang
Upaya Yang Dilakukan
Wisatawan
Faktor penghambat & Pendukung
Strategi Pengembangan
Konsep Strategi Kebijakan Pemerintah Pengembangan Kawasan Wisata Daya Tarik Wisata Danau Sebedang -
Teori Teori Perencanaan Teori Siklus Hidup Destinasi
35
Hasil
Rekomendasi
Gambar 2.1 Model Penelitian Keterangan : : Menunjukkan relasi / pengaruh : Menunjukkan hubungan timbal balik BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian dan masalah yang akan diteliti maka metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dimana data yang terkumpul akan disajikan dalam bentuk kata-kata atau berupa paparan. Dalam penelitian ini, peneliti langsung memasuki objek penelitian sehingga dapat mengumpulkan data-data yang aktual dan kemudian dianalisa dan diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan strategi kebijakan yang tepat dalam pengembangan Kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Berdasarkan penjelasan Neuman, 1977 dalam Sarjana, (2006 : 38) tentang penelitian lapangan, maka pada penelitian ini penulis berinteraksi dengan kelompok sosial di Kabupaten Sambas, seperti kalangan pemerintah, kelompok masyarakat, swasta maupun wisatawan untuk mengetahui dan mempelajari
36
kondisi sosial ekonomi serta masalah-masalah kepariwisataan Kabupaten Sambas. Selanjutnya tahap-tahap penelitian ini di antaranya yaitu: 1. Membaca literatur-literatur terkait 2. Mencari akses/izin masuk ke lokasi penelitian 3. Masuk ke lokasi penelitian dan menjalin hubungan sosial dengan anggota kelompok sosial 4. Mengamati, menyimak, dan mengumpulkan data-data penting 5. Mulai menganalisa data, membangun kerangka pemikiran 6. Melakukan wawancara dengan anggota-anggota kelompok yang diteliti 7. Melengkapi analisis dan menulis laporan. 3.2 Lokasi Penelitian Penetapan
lokasi
penelitian
sangat
penting
dalam
rangka
mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu maka lokasi penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah Danau Sebedang, yaitu terdapat di Desa Sebedang Sempalai, Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat, dimana jaraknya tidak jauh ± 17 km dari jantung ibukota Kabupaten Sambas dan berjarak sekitar 202 km dari ibu kota provinsi Pontianak. Batas administratif Kabupaten Sambas yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Singkawang, sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna, Samudera Pasifik, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang, dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 Kabupaten Sambas
37
Gambar : 3.1 Letak Kabupaten Sambas Sumber : BAPEDA Kabupaten Sambas Lokasi Penelitian
38
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian Danau Sebedang Sumber: BAPEDA 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian. Sementara itu. Data kuantitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam bentuk angka (Nawawi, 2007 : 103). Dimana penelitian ini akan digunakan kedua jenis data tersebut, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif . Data kualitatif yang dimaksud mencakup informasi-informasi maupun uraian-uraian yang relevan seperti data mengenai Danau Sebedang maupun Kota Sambas serta peranan pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam pengembangan Danau Sebedang maupun data yang lain yang didapat dari informan langsung maupun sumber lain guna kelengkapan data yang diperlukan, sedangkan data kuantitatifnya yang berupa angka-angka seperti jumlah penduduk Kabupaten Sambas dan jumlah pengunjung yang datang ke danau ini. 3.3.2 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan data skunder. Dimana sumber dara primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari informan atau data yang telah dikumpul dari responden yang ditentukan. Sumber data skunder yaitu sumber data yang diperoleh tidak langsung yang telah ada atau data yang diperoleh dari dokumen arsip resmi dari instansi yang terkait seperti peta geografis dan demografis lokasi yang akan diteliti maupun dokumen seperti buku-buku koleksi
39
perpustakaan umum maupun pribadi, jurnal, brosur dan data yang diperoleh dari pemerindah daerah Kabupaten Sambas. 3.4 Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2010:59), dalam pengumpulan data, alat atau instrument penelitian menjadi sangat penting, agar data dapat dikumpulkan sesuai keperluan. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian terpenting adalah peneliti sendiri. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara untuk wawancara mendalam dan alat bantu seperti kamera, pedoman wawancara, dan notes untuk observasi. 3.5 Teknik Penentuan Informan Metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah metode purposive, yaitu cara penentuan yang berdasarkan atas tujuan tertentu dan atas pertimbangan peneliti. Informasi yang ditetapkan sesuai dengan penelitiannya dan memiliki kriteria, yaitu (1) mereka yang mengetahui informasi sehubungan dengan masalah yang diteliti; (2) mereka yang diterima oleh berbagai kelompok yang terkait dengan pengembangan; dan (3) mereka yang memiliki pengetahuan tentang pariwisata ( Mardalis, 2008). Penentuan informan disini adalah tokoh-tokoh yang mengetahui dan memahami informasi objek penelitian yang dilakukan, sehingga dapat
40
menemukan data yang diperlukan mengenai pengembangan Danau Sebedang sebagai daya tarik di Kabupaten Sambas. Tokoh-tokoh tersebut, yaitu: Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (3), Sekretaris Camat (1), Kepala Desa Sebedang (1), Sekretaris Desa (1), Ketua POKDARWIS (1), Tokoh Masyarakat (2), Pengusaha Industri Pariwisata di sekitar Kawasan Danau Sebedang (Pemilik Tempat Penginapan, Pemilik warung, rumah makan, Kafe/Karaouke) sebanyak (7), Akademisi (3), wisatawan (10), untuk khusus wisatawan dilakukan secara aksidental sampling( penentuan informan secara kebetulan). Jumlah keseluruhan dari informan adalah 30 orang. Pemilihan informen tersebut didasarkan atas pertimbangan tertentu yaitu orang yang dianggap tahu tentang apa keberadaan Danau Sebedang.
3.6 Teknik Pengumpulan Data Dalam setiap penelitian, disamping menggunakan metode yang tepat diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyususn teknik pengumpulan data ini akan sangat mempengaruhi objektivitas hasil penelitian (Nawawi, 2007: 100). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : observasi, wawancara, Studi dokumen. 3.6.1 Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yaitu
41
danau sebedang. Observasi ini juga dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke Danau Sebedag sehingga data yang diperoleh adalah data yang aktual dan lebih komprehensif mengenai kondisi Danau Sebedang. observasi ini diarahkan pada kegiatan wisata di Danau Sebedang dengan cara mengamati dan mengikuti aktivitas tersebut, dibantu dengan field note menggunakan instrumen kamera dan tape recorder. Fokus pengamatan meliputi: aktivitas wisatawan, pelaku wisata dan masyarakat lokal. 3.6.2 Wawancara Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada responden sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah dibuat yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan . Wawancara digunakan untuk menghimpun data sosial, terutama untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi dan kebijakan yang akan dibuat. Wawancara sebagai teknik pengumpulan data dapat digunakan dalam tiga fungsi (Nawawi, 2007:118) yaitu (1) sebagai teknik pengumpul data dapat digunakan data utama atau data primer, (2) sebagai teknik untuk melengkapi data yang tidak dapat diperoleh dari hasil observasi, dan (3) sebagai alat pengukur atau pembanding (kriterium) untuk menguji kebenaran, ketelitian dan ketepatan data yang diperoleh dengan menggunakan teknik lain. Dalam penelitian ini, akan digunakan teknik wawancara tidak terstruktur (Unstructured interview) atau wawancara bebas. Pedoman wawancara yang akan digunakan berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah daerah dalam
42
mengembangakan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata ini, peneliti akan mewancarai pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam objek penelitian. Dimana responden yang akan diwawancarai adalah pemerintah daerah yang terkait, akdademisi, tokoh masyarakat, pelaku pariwisata Danau Sebedang, dan wisatawan yang berkunjung pada saat proses wawancara dilaksanakan. 3.6.3 Studi Dokumen Teknik dokumen merupakan teknik memperoleh data dengan menpelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti. Dan teknik ini juga adalah cara mengumpulkan data dari sumber-sumber tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, jurnaljurnal, surat kabar, majalah dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian yang ingin diteliti yaitu tentang strategi pengembangan kawasan Danau Sebedang yang didapat dari pemerintah daerah sambas sebagai acuan dan referensi dalam pelaksanaan penelitian ini. 3.7 Analisis Data Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka data yang terkumpul akan diolah atau dianalis. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis data deskriptif kualitatif ini sifatnya tidak terlalu mengutamakan makna, sebaliknya, penekanannya pada deksriptif menyebabkan format deskiptif kualitatif lebih banyak menganalisis permukaan data, hanya memperhatikan proses-proses kejadian suatu fenomena, bukan kedalaman data atau makna data.
43
Walaupun demikian, deskriptif-kualitatif mengadopsi cara berpikir induktif untuk mengimbangi cara berpikir deduktif. Untuk lebih jelasnya alur dari analisis data deskriptif kualitatif dapat dilihat dalam Gambar 3.3 model strategi analisis data deskriptif kualitatif (Bungin, 2009:146). DATA
Kesimpulan Kategorisasi Kesimpulan Cirri-ciri umum
Klasifikasi Data
Dalil Hukum Teori
DATA
DATA Induktif Analitis DATA
Gambar 3.3 Model Strategi Analisis Data Deskriptif- Kualitatif Sumber : Diadaptasi Dari Bungin, (2009) b. Analisis SWOT. Analisis
SWOT adalah kombinasi potensi internal (kekuatan dan
kelemahan) dan potensi eksternal (peluang dan ancaman) yang umum dan populer digunakan merumuskan suatu rencana atau strategi atau program ( Rangkuti,
44
2005:19). Analisis SWOT membandingkan antara faktor-faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan dengan faktor-faktor eksternal, yang berupa peluang dan ancaman. Kombinasi kedua faktor tersebut dapat dilihat pada Matrik SWOT Tabel 3.1. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis ke tiga permasalahan dalam penelitian ini. Sedangkan analisis SWOT digunakan untuk menganalisis rumusan masalah yang ketiga yaitu strategi pengembangan kawasan Danau Sebedang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Tabel 3.1 Matrik Analisis SWOT Matrik Analisis SWOT Opportunity (O) Tentukan faktor peluang Eksternal Threats (T) Tentukan faktor ancaman Eksternal
Strength (S) Tentukan faktor kekuatan Internal Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Weakness (W) Tentukan faktor kelemahan Internal Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2005) 3.8 Penyajian Hasil Penelitian Penyajian hasil analisis data dilakukan secara formal yaitu berupa tabel dan informal disajikan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat verbal (dalam bentuk naratif) sebagai sarananya dengan memakai ragam bahasa ilmiah.
45
46