BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan di Indonesia sekarang ini menghadapi tantangan yang semakin berat. Tantangan tersebut adalah diberlakukannya perdagangan bebas diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik dalam rangka kerja sama ekonomi APEC. Pemberlakukan ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di 2015 menuntut semua segmen profesi untuk memiliki kualitas dan daya saing tinggi, termasuk salah satunya profesi akuntan. Akuntan dituntut meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. Kepala Bidang Pembinaan Akuntan, Pusat Pembinaan Akuntan Jasa dan Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan, Agus Suparto, menyebutkan bahwa “salah satu upaya untuk bisa menghadapi AEC 2015 adalah meningkatkan kualitas, meningkatkan kompetensi dan profesionalisme”. Dengan demikian mahasiswa jurusan akuntansi harus memiliki semangat juang tinggi untuk meningkatkan kemampuan diri dalam menjawab tantangan global melalui MEA. Tantangan ini harus segera ditindak lanjuti oleh mahasiswa akuntansi dengan melakukan aksi-aksi nyata dalam memperkuat sumber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan luas. Berdasarkan data dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Malaysia, Singapura dan Thailand mempunyai jumlah akuntan yang jauh lebih banyak dari Indonesia. Karena itu kita perlu langkah strategis untuk
mempercepat pertumbuhan akuntan profesional dalam negeri, baik secara kualitas maupun kuantitas Untuk meningkatkan profesionalisme akuntan, tidak lepas dari pengaruh perguruan tinggi. perguruan-perguruan tinggi yang menampung calon akuntan harus memperhatikan kualitas pengajaran materi dan karakter yang baik, sehingga lulusan yang dihasilkan siap terjun ke lapangan dan menghadapai AEC 2015. Untuk itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme profesi mutlak diperlukan. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi, yaitu keahlian (skill), karakter (character), dan pengetahuan (knowledge) (Machfoedz, 1997). Namun pendidikan akuntansi seharusnya tidak hanya menekankan pada keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang bersifat teoritis, tetapi juga harus mampu mensosialisasikan kepada mahasiswa yang berhubungan dengan praktik dan lingkungan kerja profesi akuntan (Sudaryono, 2004), sehingga diharapkan dapat membentuk persepsi positif mahasiswa akuntansi mengenai profesi akuntan. Prinsip Profesionalisme seorang akuntan akan terwujud dengan baik apabila akuntan tersebut merasa bahwa profesi akuntan penting dan memiliki tanggung jawab yang besar dalam masyarakat. Dengan demikian akuntan tersebut berusaha menjalankan tugas sebaik-baiknya dan menjaga nama baik profesinya. Oleh karena itulah, salah satu hal penting yang perlu ditekankan dalam pendidikan akuntansi adalah bagaimana membentuk nilai-nilai dan persepsi positif mahasiswa terhadap profesi akuntan.
Di Indonesia, proses pendidikan dan pengajaran akuntansi dipandang belum mampu menghasilkan lulusan yang profesional, yang siap terjun ke dunia bisnis (Machfoedz, 1997). Proses tersebut meliputi: desain kurikulum, desain silabus, struktur pengajaran dan sistem pengajaran. Hal penting yang perlu ditekankan dalam pendidikan akuntansi adalah bagaimana membentuk nilai-nilai dan persepsi mahasiswa terhadap profesi akuntan. Nilai-nilai yang dianut akuntan tidak terlepas dari bagaiman dia memandang profesi akuntan. Apabila profesi akuntan dipandang sebagai profesi yang penting maka dengan sendirinya pekerjaan yang dilakukan juga akan dianggap penting. pada saat mahasiswa memilih jalur karir menjadi seorang akuntan, mahasiswa tersebut telah memiliki pandangan mengenai akuntan sebagai sebuah profesi. Seiring dengan banyaknya mata kuliah dan semakin lamanya seorang mahasiswa dalam menempuh kuliah, atau dengan kata lain, semakin senior seorang mahasiswa maka semakin besar peluang akan mengalami perubahan persepsi terhadap profesi akuntan. Dengan demikian akuntan tersebut berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dan menjaga nama baik profesinya (Mulyadi,2002). Mahasiswa akuntansi yang telah menyelesaikan jenjang S1-nya dapat memilih pilihan alternatif pada karirnya. Pertama, mereka (lulusan sarjana S1) dapat langsung bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan ataupun instansi pemerintah. Kedua, mereka dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya yaitu S2 atau pilihan alternatif ketiga yaitu menjadi seorang akuntan publik. Bagi mereka yang memilih menjadi seorang akuntan publik, harus terlebih
dahulu melanjutkan ke Pendidikan Profesi Akuntansi dan meraih gelar akuntan, selanjutnya mereka dapat memilih karir sebagai akuntan. Pendidikan akuntansi di Indonesia bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki etika dan bermoral tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk memperkenalkan nilai-nilai profesi dan etika akuntan kepada mahasiswa. Dalam upaya pengembangan pendidikan akuntansi yang berlandaskan etika ini dibutuhkan adanya umpan balik (feedback) mengenai kondisi yang ada sekarang, yaitu apakah pendidikan akuntansi di Indonesia telah cukup membentuk nilai-nilai positif mahasiswa akuntansi. Pendidikan akuntansi di Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyiapkan mahasiswa agar kelak sukses berkarier di profesi akuntan. Tantangan bagi lulusan untuk semua lapangan pekerjaan yang membutuhkan profesionalisme kerja, termasuk akuntan adalah penguasaan hardskill dan softskill yang memadai. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitriany dan Yulianti (2007). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan membandingkan persepsi mahasiswa akuntansi senior dan junior di program S1 Akuntansi mengenai profesi akuntan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dan tahun penelitian. Pada penelitian sebelumnya, lokasi penelitian dilakukan di FE UI, sedangkan pada penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Universitas Swasta STIE Harapan Medan. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2007, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dimana respondennya juga berbeda.
Agar penelitian ini tidak meluas berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini difokuskan hanya membahas persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan dengan mengunakan Accountant Attitude Scale (AAS) yang digunakan oleh Marriott dan Marriott (2003:118) yaitu : (1) akuntan sebagai profesi, (2) akuntansi sebagai bidang ilmu. Responden penelitian ini berasal dari mahasiswa yang berada di program S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan mahasiswa swasta STIE Harapan Medan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI SENIOR DAN JUNIOR DI PROGRAM S-1 AKUNTANSI FEB USU DAN MAHASISWA
SWASTA
STIE
HARAPAN
MEDAN
MENGENAI
PROFESI AKUNTAN”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dapat di indentifikasi adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa senior dan mahasiswa junior di program S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntansi sebagai bidang ilmu?
2. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa swasta STIE Harapan Medan mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntansi sebagai bidang ilmu?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis
perbedaan
persepsi
mahasiswa
senior
dan
mahasiswa junior di program S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntansi sebagai bidang ilmu. 2. Menganalisis perbedaan persepsi mahasiswa swasta STIE Harapan Medan mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntansi sebagai bidang ilmu
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi kemajuan profesi akuntan ke depannya, adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kalangan akademisi Melalui penelitian ini, kalangan akademisi mendapat informasi bagaimana ketertarikan mahasiswa akuntansi untuk berkarir sebagai akuntan. Sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan pedoman dalam
penyusunan kurikulum yang dapat meningkatkan minat mahasiswa untuk berkarir sebagai akuntan. 2. Bagi peneliti Melalui penelitian ini, peneliti mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi senior dan junior mengenai profesi akuntan. Peneliti juga dapat mengetahui persepsi mahasiswa akuntansi dari swasta mengenai profesi akuntan dan megetahui apa yang menjadi penyebab ketertarikan maupun ketidaktertarikan mahasiswa untuk mengambil keputusan berkarir sebagai akuntan. 3. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Melalui penelitian ini, dapat memberikan informasi kepada Ikatan Akuntan Indonesia bagaimana persepsi mahasiswa akuntansi mengenai profesi sebagai akuntan sehingga dapat dijadikan pedoman sebagai penyusunan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan profesionalisme akuntan Indonesia.