BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sastra dalam kaitannya dengan realitas kehidupan sangatlah erat, karena
sastra itu sendiri adalah tiruan dari kehidupan (imitation of life). Banyak karya sastra yang diangkat dari kehidupan nyata, dari kehidupan sehari-hari pengarangnya maupun kehidupan orang-orang yang ada di lingkungan sekitarnya. Realitas kehidupan merupakan wadah untuk melihat relasi sosial dalam masyarakat yang dapat terjadi karena stratifikasi sosial, seperti kaya dan miskin, borjuis dan poletar, feodal dan egalitet. Sebagai
sebuah
dunia
miniatur,
karya
sastra
berfungsi
untuk
menginventarisasikan sejumlah besar kejadian-kejadian yang telah dikerangkakan dalam pola-pola kreatifitas dan imajinasi. Pada dasarnya, seluruh kejadian dalam karya, bahkan juga karya-karya yang termasuk ke dalam genre yang paling absurd pun merupakan prototipe kejadian yang pernah dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ciri kreatifitas dan imajinasinya, sastra memiliki kemungkinan yang paling luas dalam mengalihkan keragaman kejadian alam semesta ke dalam totalitas naratif semantik, dari kuantitas kehidupan sehari-hari ke dalam kualitas dunia fiksional (Ratna, 2003: 35). Kualitas responsif dan representatif, entitas dan integritas karya sastra ditengah-tengah masyarakat, mengandaikan bahwa karya sastra secara keseluruhan mengambil bahan didalam dan melalui kehidupan masyarakat. Dengan demikian, karya sastra, seperti juga karya-karya
dalam
ilmu
kemanusiaan
yang
lain,
mengesahkan
dan 1
2
mengevaluasikan bahan-bahan yang sama, tetapi dengan cara pandang dan cara pemahaman yang berbeda. Dengan memanfaatkan kualitas manipulatif medium bahasa, karya sastra bahkan dapat menunjukkan maksud yang sama dengan cara yang sama sekali bertentangan. Meskipun demikian, karya sastra memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu sebagai motivator ke arah aksi sosial yang lebih bermakna, sebagai pencari nilai-nilai kebenaran, yang dapat mengangkat dan memperbaiki situasi dan kondisi alam semesta. Dalam masyarakat terkandung fakta-fakta yang tidak terhitung jumlah dan komposisinya, bahkan juga dalam masyarakat yang paling sederhana. Fakta-fakta dalam pandangan sosiologi dengan sendirinya dipersiapkan
dan
dikondisikan
oleh
masyarakat,
eksistensinya
selalu
dipertimbangkan dalam antarhubungannya dengan fakta sosial yang lain, yang juga telah dikondisikan secara sosial. Sesuai dengan pemahaman Berger dan Luckmann (dalam Ratna, 2003: 36). Perubahan sosial merupakan fenomena yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dikarenakan setiap manusia mempunyai kepentingan yang tidak terbatas. Untuk mencapainya, manusia melakukan berbagai perubahanperubahan. Perubahan tidak hanya semata-mata berarti suatu kemajuan, namun dapat pula berarti suatu kemunduran. Secara umum, unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan antara lain nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
perilaku,
organisasi
sosial,
lembaga-lembaga
kemasyarakatan,
stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, kepemimpinan, dan sebagainya, kesemua perubahan ini dinamakan perubahan sosial
3
Perubahan sosial merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam perseorangan maupun dalam suatu kelompok masyarakat. Perubahan itu terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut dapat datang dari dalam masyarakat itu sendiri maupun datang dari luar masyarakat tersebut. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan atau konflik, terjadinya pemberontakan (revolusi) dalam masyarakat itu sendiri, sebab perubahan berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Dalam kehidupan sosial sekarang ini, persoalan feodalisme masih saja tumbuh dan berkembang meskipun tidak terlalu mencolok, seperti halnya sistem feodalisme yang terdapat dalam novel Gadis Pantai karya Pramodya Ananta Toer. Feodalisme merupakan sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan. Gadis pantai dipilih oleh peneliti untuk mengupas perubahan sosial karena dalam novel ini terdapat perubahan sosial pada tokoh utama yang sangat signifikan. Dalam novel Gadis Pantai menceritakan tentang kehidupan masyarakat pinggir pantai, tepatnnya di Blora, Jawa Tengah. Seorang Gadis Pantai yang hanya keturunan nelayan miskin, tentunya sangat jauh berbeda derajadnya dengan seorang priyayi pembesar negara. Gadis Pantai harus belajar menjadi kaum ningrat, menjadi seorang istri yang tidak boleh bertanya atau mempertanyakan sesuatu kepada suami. Meskipun batinnya seringkali berontak, namun Gadis Pantai harus belajar narimo dan mengabdi, sebuah keharusan bagi wanita Jawa.
4
Ketika
rindu
sangat
menggejolak,
Gadis
Pantai
tidak
boleh
untuk
mengungkapkannya. Mengabdi dan mengabdi, itu lah yang harus dilakukan. Pengabdian pun harus berujung pada perpisahan Gadis Pantai dan anak kandungnya. Setelah melahirkan anaknya, Gadis Pantai diusir dari rumah pembesar namun tidak diperbolehkan membawa anak kandungnya. Sehingga Gadis Pantai tidak lebih hanyalah seorang gundik yang melayani nafsu seks dari seorang priyayi. Dan si Priyayi pun menikah lagi dengan perawan yang dirasa lebih pantas. Perawan keturunan bangsawan, yang sederajat. Pada novel Gadis Pantai karya Pramodya Ananta Toer, banyak mengungkapkan berbagai perubahan sosial pada tokoh utama dalam bentuk pola pikir dan perilaku. Perubahan tokoh utama (Gadis Pantai) dari seorang gadis pinggiran pantai yang miskin menjadi seorang bendoro putri atau selir pembesar Jawa, kondisi ini membuat si Gadis Pantai berkepribadian ganda. Gadis pantai merupakan representasi dari seorang gadis miskin yang harus mengabdi kepada pembesar Jawa (suaminya) sebagai wujud penghormatan dan pengabdian, meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan batinnya.
1.2
Masalah
1.2.1
Fokus Masalah Pada novel Gadis Pantai karya Pramodya Ananta Toer mengisahkan
tentang perjuangan-perjuangan hidup, tentang kejamnya feodalisme Jawa, tentang liku-liku kehidupan masyarakat pinggiran pantai Jawa, dan lain sebagainya, kondisi ini akan berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku dari tokoh. Dalam
5
penelitian ini akan memfokuskan pada pembahasan tentang perubahan pola pikir dan perilaku gadis pantai mulai dari sebelum menikah, setelah menikah, sampai setelah diceraikan. 1.2.2
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini, sebagai berikut 1. Bagaimana kehidupan tokoh utama pada novel “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer sebelum menikah? 2. Bagaimana perubahan sosial tokoh utama pada novel “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer setelah menikah? 3. Bagaimana perubahan sosial tokoh utama pada novel “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer setelah diceraikan?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang hal
sebagai berikut 1. Kehidupan tokoh utama pada novel “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer sebelum menikah. 2. Perubahan sosial kehidupan tokoh utama pada novel “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer setelah menikah. 3. Perubahan sosial kehidupan tokoh utama pada novel “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer setelah diceraikan. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dipandang dari dua segi, yaitu segi teoritis dan
segi praktis yang dipaparkan berikut ini.
6
1.4.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
(1) memberikan
perhatian yang lebih besar mengenai studi sosiologi sastra (2) memahami hakikat perubahan sosial secara mendalam. 1.4.2 Manfaat praktis Penelitian ini bermanfaat untuk (1) memberi wawasan tentang perubahan sosial yang terdapat dalam novel, (2) dapat digunakan oleh guru sebagai bahan pengajaran apresiasi sastra di sekolah.
1.5
Penegasan Istilah Adapun definisi operasional dalam penelitian 1) Analisis adalah kegiatan penyelidikan yang didasarkan pada suatu kerangka landasan tertentu untuk memperoleh informasi yang objekif. 2) Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan
dalam
suatu
masyarakat
yang
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soemardjan dalam Basrowi, 2005:155). 3) Tokoh utama merupakan tokoh yang memiliki peranan penting dalam sebuah cerita. Sebaliknya, tokoh tambahan merupakan tokoh yang fungsinya hanya melengkapi, melayani, mendukung tokoh utama (Sugiarti, 2001: 48).
7
4) Novel adalah suatu cerita prosa fiktif dengan panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representative dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Dari jumlah kata, maka biasanya suatu novel mengandung kata-kata yang berkisar antara tiga puluh lima ribu kata sampai tak terbatas jumlahnya (Sugiarti: 2001: 114). 5) Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya (Ratna, 2003: 25).