1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu medium musik pertama yang dimiliki manusia adalah vokal melalui bernyanyi. Suara manusia merupakan medium musikal yang mendasari medium-medium musik lainnya. Musik vokal atau bernyanyi memiliki ekspresi yang paling natural, komunikasi yang paling langsung, dan merupakan kehalusan dari gambaran perasaan, atau emosi serta kualitas kemanusiaan secara umum, sebab vokal berasal dari tubuh si penyanyi itu sendiri Bernyanyi yang baik dan benar tidaklah sesederhana yang kita perkirakan. Menyuarakan notasi dalam bentuk teks lagu, bernapas, melembutkan, dan mengeraskan volume semestinya menyesuaikan dengan ekspresi lagu dan gerak tubuh. Dalam bernyanyi ada teknik-teknik yang harus dikuasai agar suara yang dihasilkan adalah benar-benar suara orang bernyanyi. Beberapa teknik yang perlu dikuasai adalah teknik produksi suara meliputi pembentukan suara, olah suara, pernapasan, pengucapan, penguatan resonansi, diksi, artikulasi, dan penjiwaan. Pemimpin dalam sebuah paduan suara adalah seorang dirigen, dia sekaligus pelatih dan pemimpin. Seorang dirigen paduan suara dalam tugas dan tanggung jawabnya dituntut oleh pekerjaan itu untuk bertindak sebagai seorang ilmuwan, yakni orang yang berilmu dalam ilmu pengetahuan paduan suara. Sebagai ilmuwan, usaha untuk mendalami, mengembangkan, dan mencari temuan baru dalam bidang pembinaan suara merupakan tugas dan tanggung jawabnya. Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Ia semestinya aktif dalam menguji konsep dan prinsip, disertai dengan sikap kritis, terbuka, teliti dan tidak lekas puas. Ia juga dituntut memiliki kemampuan dalam menggunakan teori, konsep, trampil dalam mengkaji berbagai gejala dan memecahkan masalah, mengkaji ulang hipotesis, bongkar-pasang hipotesis dalam mencari kebenaran ilmiah harus menjadi metode kerjanya dalam proses pengolahan paduan suara. Sebagai seorang praktisi, dirigen harus mampu mengolah suara paduan suaranya, menerapkan hasil kajiannya secara praktis, mudah dicerna, mendatangkan rasa keberuntungan, menumbuhkan rasa kegembiraan, kecintaan, rasa percaya diri, tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi dalam diri penyanyi paduan suara yang dipimpinnya. Seorang dirigen hendaknya tidak terlampau berteori, namun tetap menjaga dan meningkatkan kualitas penyanyinya, serta kualitas dari lagu-lagu yang dibawakan oleh paduan suaranya. Ia harus mampu mengolah suara paduan suaranya menjadi instrumen yang tepat bagi paduan suaranya, siap pakai dan berdaya guna. Paduan suara merupakan salah satu kegiatan musik dari cabang seni vokal yang terdiri dari sekumpulan personil yang terbagi lagi dalam beberapa kategori suara. Klasifikasi suara dalam paduan suara mahasiswa ini terdiri dari Sopran, Alto, Tenor, dan Bas (SATB). Paduan suara adalah sekelompok orang yang bernyanyi bersama, terdiri dari dua atau lebih jenis suara dan dipimpin oleh seorang dirigen. Kata paduan suara dapat berarti suara-suara yang dipadukan, tentunya lebih dari satu penyanyi. Sitompul (1999: 1) berpendapat bahwa:
Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Paduan suara adalah suatu kumpulan penyanyi yang menyanyi bersama. Secara umum dapat diartikan himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis suaranya.
Pemimpin dalam sebuah paduan suara adalah seorang dirigen. Ada beberapa syarat atau kualifikasi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen. Kualifikasi tersebut dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek non teknis dan aspek teknis. Aspek tersebut dijelaskan oleh Listya (2007: 2-6) yang berbunyi: Aspek non teknis yaitu komunikatif, sikap terbuka, tekun dan kerja keras, kreatif dan inovatif, kooperatif, serta disiplin tinggi dan serius. Aspek teknis yaitu pendengaran yang baik, pengetahuan mengenai teknik vokal, pengetahuan mengenai teori musik, pengetahuan mengenai ilmu bentuk analisa, pengetahuan mengenai teknik mengabah, pengetahuan mengenai sejarah musik dan repertoire lagu paduan suara, kemampuan dalam hal sightsinging, serta kemampuan memainkan piano.
Dari aspek tersebut diharapkan bahwa seorang dirigen adalah seorang yang mumpuni dan menguasai dalam bidang paduan suara. Seorang dirigen memiliki peran yang sangat dominan dalam sebuah paduan suara. Kriteria-kriteria untuk dapat disebut sebagai dirigen adalah bukan orang sembarangan dan yang seolaholah hanya sebagai sebuah pajangan hidup yang bergerak dengan tangannya dalam memimpin sebuah paduan suara secara asal. Akan tetapi lebih dari itu dituntut memiliki kecakapan-kecakapan dan kepekaan musikalitas yang tinggi terhadap seni paduan suara. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah Paduan Suara Mahasiswa (PSM). Keberadaan paduan suara mahasiswa di beberapa perguruan tinggi saat ini sudah menunjukkan perkembangan yang berarti, namun di sisi lain usaha-usaha, pengembangan dan pembinaannya masih menampakkan gejalaYulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
gejala kurangnya perhatian, penanganan, serta pembinaan paduan suara yang lebih serius. Perekrutan anggota “Voice of SWCU” melalui mekanisme seleksi. Seleksi tersebut didasarkan pada beberapa kriteria. Secara musikalitas kriteria tersebut meliputi materi suara, tes pendengaran (solfeggio), prima vista vokal atau sight reading, serta tes kemampuan menirukan dan memainkan irama. Melalui tes materi suara dapat diketahui jenis suara, jangkauan nada atau ambitus calon anggota paduan suara tersebut. Dengan demikian calon anggota yang nantinya diterima penyanyi dalam paduan suara ini ditempatkan sesuai jenis suaranya. Jenis suara terdiri dari Sopran, Alto, Tenor, dan Bas (SATB). Melalui tes pendengaran (solfeggio), para penyanyi dituntut mampu mendengarkan, menirukan, atau membunyikan tinggi rendah bunyi atau nada, menirukan rangkaian melodi dan irama. Dengan demikian dapat diketahui tingkat kepekaan anggota terhadap nada atau bunyi yang didengarkan. Tes prima vista vokal/sight reading merupakan tes untuk mengetahui tingkat penguasaan anggota dalam membaca notasi musik. Sedangkan tes irama ditujukan untuk mengetahui tingkat kemampuan anggota dalam menguasai irama atau ritmik. “Voice of Satya Wacana Christian University” (disingkat “Voice of SWCU”) merupakan Paduan Suara Mahasiswa yang keanggotaannya terdiri dari beragam anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Berbagai karakter warna suara atau timbre yang
dibawa masing-masing anggota
merupakan masalah yang harus diatasi dan diupayakan penyatuan warna suaranya. Tujuannya agar diperoleh blend dan homogenitas yang baik. Hal ini Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
akan mempengaruhi terhadap kualitas bunyi dalam choral sound dari paduan suara ini, sehingga dapat diwujudkan sebuah paduan suara yang memiliki standar dan kualitas vokal yang baik. Bila diamati dan didengarkan dengan seksama, penyajian para penyanyi di berbagai kesempatan, sungguh merupakan hal yang mengherankan. Banyak penyanyi yang mengaku ataupun diperkirakan telah mengikuti atau menerima pelajaran pembentukan suara (pelajaran vokal), tetapi kenyataannya tidak bernyanyi dengan baik. Pengaturan nafasnya tidak memadai, terlihat dari adanya ketegangan otot pada leher di saat menyanyi. Resonansi kerap kali kecil kurang mempunyai kekuatan. Kejadian ini diduga si penyanyi banyak memakai waktunya untuk mengenal vokal. Namun karena dianggap tidak perlu, kurang menarik, membosankan, terlampau dasar dan hanya dibutuhkan oleh pemula. Dalam kondisi pada saat lagu-lagu pop sedang digandrungi masyarakat, teknik vokal dianggap tidak perlu. Ada asumsi bahwa teknik vokal adalah teknik musik klasik atau seriosa, jadi bila dipakai dikuatirkan akan meruntuhkan nilai artistik dan gaya musik pop. Kebutuhan teknik pembentukan suara dan manfaatnya mungkin belum dikenal si penyanyi sampai kariernya meluncur dan mulai mengorbit. Kemudian hal yang tak dapat dielakkan namun menyakitkan sering terjadi. Seperti sakit tenggorokan, serak, suara berderak, nada-nada tinggi tidak dapat dicapainya dengan sempurna. Penyajian paduan suara seolah menjadi menyakitkan untuk didengar, usaha si penyanyi seperti membangun pondasi untuk membuat rumah di Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
atas pasir. Penyanyi harus kembali jauh ke belakang, mempelajari vokal dari awal, memperbaiki atau membangun kembali pondasi dari awal. Terkadang penyanyi tidak dapat lagi melakukan pekerjaan penawar ini, karena suaranya telah mengalami kerusakan. Hal ini tentu saja mempengaruhi dalam teknik paduan suara. Seorang dirigen harus menyadari dan memahami pentingnya teknik pembentukan suara. Untuk mencapai hal itu dapat ditempuh melalui latihan teknik vokal dalam vokalisi melalui pemanasan (warm-up). Vokalisi akan menolong para penyanyi dalam mempersiapkan organ produksi suaranya. Seorang dirigen yang hanya sekedar mengajarkan repertoar tanpa memperhatikan aspek-aspek pengolahan suara dan interpretasi yang tepat dari lagu yang seharusnya dibawakan, akan mengalami hal yang sama seperti contoh di atas. Dari persiapan yang kurang matang dapat didengar bahwa notasi-notasi terhadap lagu yang dinyanyikan tidak dapat dibunyikan secara tepat, ketika tiba saatnya untuk menyajikan lagu-lagu yang telah dilatihnya. Notasi-notasi dibunyikan kurang tepat dalam bidikan nadanya dan masing-masing kelompok suara bernyanyi dengan keras tanpa saling mendengarkan antar kelompok suara tersebut. Seolah-olah adu kekuatan antar kelompok suara Sopran, Alto, Tenor,dan Bas. Pada saat itu dirigen dan para penyanyinya memperoleh bukti bahwa ornamen-ornamen melodiknya tidak dibunyikan secara teliti. Satu suku kata dengan banyak nada atau melismatis tidak dibunyikan dengan tepat dan kata-kata tidak pernah diartikulasikan dengan baik. Tenor tidak pernah dapat mencapai Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
nada-nada tinggi, pitch pada bas tidak pernah bersih, alto terus bernyanyi seperti suara sopran perokok, dan sopran yang bernyanyi dengan intonasi yang tidak tepat. Penyajian paduan suara yang demikian menjadi tidak menarik. Dirigen atau pelatihnya boleh berdalih ataupun menganggap kejadian itu sudah berlalu, namun pada dasarnya pelatih telah membuat misi paduan suaranya gagal. Dugaan penyebab kejadian semacam ini terlampau banyak. Para penyanyi tidak mengenal secara baik teknik produksi suara, bisa juga karena pelatih atau dirigen tidak mengajarkan cara bernyanyi yang benar. Berbagai alasan antara lain seperti: mereka bukan penyanyi klasik, tidak perlu memakai teknik vokal, dan sebagainya. Sebuah paduan suara mungkin memiliki anggota-anggota yang cukup banyak memahami teknik vokal, tetapi lebih banyak kemungkinan didapatkan perbedaan luas wilayah jangkauan suara dan kemampuan di antara anggotanya. Sebuah paduan suara walau terdiri dari para penyanyi yang memiliki suara dengan materi yang baik dan cukup terlatihpun harus disatukan suaranya. Hal ini baru dapat dicapai melalui usaha dirigen untuk menyatukan keragaman suara itu. Oleh karena itu, menjadi tugas dan tanggung jawab dirigen untuk menginstruksikan kepada anggotanya untuk menguasai dan memiliki dasar teknik pembentukan suara. Dirigen berkewajiban memberi fondasi bagi penyanyi yang kurang pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan bernyanyi. Dengan demikian, diharapkan perluasan pengertian, pemahaman, penguasaan, dan kemampuan para penyanyi dalam menggunakan suaranya terhadap paduan suara Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam
8
kelompoknya akan meningkat, melalui usaha pembentukan suara dan pengalaman vokalnya. Hampir setiap paduan suara memiliki beberapa penyanyi yang baik. Adalah suatu kenyataan bahwa penyanyi yang lemah membutuhkan diperkuat kemampuan suaranya, sehingga penyatuan suara dapat dicapai dalam tiap seksi suara dalam paduan suara. Apabila tidak, maka suara-suara yang kuat akan mendominasi seluruh himpunan penyanyi. Atau para penyanyi yang lemah akan menyeret-nyeret yang bersuara baik ke dalam tone yang buruk. Intonasi, irama atau ritmik yang salah, serta berbagai masalah lainnya yang dihadapi paduan suara. Untuk memperkuat pemahaman mengenai pembentukan choral sound, peneliti menggunakan istilah mengenai choral sound yang terdapat dalam Casarow (T.Th: 6) yang menyebutkan bahwa: Thus, by analyzing the sound of the ideal, imaginary choir, we have established that there are three essential qualities of choral sound: ensemble, intonation, and nuance. Makna dari pernyataan tersebut bahwa dalam menganalisis suara yang ideal dan imajiner ditetapkan ada tiga kualitas penting dari pembentukan suara paduan suara atau choral sound yaitu ansambel, intonasi, dan nuansa. Fitur-fitur tersebut memiliki karakteristik dan signifikansi dalam pembentukan choral sound yang diperlukan. Ansambel berhubungan dengan keseimbangan dan perpaduan dalam tiap bagian dan seluruh bagian bersama-sama yang lebih menitikberatkan pada kesatuan (unity). Intonasi berhubungan dengan presisi dan akurasi dalam menyelaraskan nada yang lebih menitikberatkan pada keindahan (beauty), serta Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
nuansa berhubungan dengan tanggapan dan pemenuhan permintaan dirigen yang menitikberatkan pada segi ekspresivitas/ pengungkapan (expressivity). Fitur-fitur dasar sonoritas atau kemerduan dalam paduan suara di atas sangatlah diperlukan. Untuk mempermudah dalam memahami karakteristik dan signifikansi dari ketiga elemen dasar tersebut, maka bila digambarkan dapat diilustrasikan pada tabel berikut ini: Elemen Ansambel
Karakteristik
Hasil
Keseimbangan dan perpaduan dalam Kesatuan (unity) tiap bagian dan bagian bersama-sama
Intonasi
Presisi
dan
akurasi
dalam Keindahan (beauty)
menyelaraskan nada Nuansa
Tanggapan dan pemenuhan permintaan Pengungkapan dirigen
(expressivity)
Berangkat dari penjelasan di atas, maka perlu diadakan pembahasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pembentukan choral sound. Hal tersebut penting dilakukan mengingat setiap paduan suara memiliki ciri khas tersendiri. Di samping itu dalam paduan suara mahasiswa yang peneliti gunakan sebagai subjek penelitian anggotanya terdiri dari beragam latar belakang serta asal-usulnya dengan warna suara atau timbre yang sudah mereka bawa. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan yang dapat dijadikan pedoman bagi dirigen dan penyanyi paduan suara pada saat
Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
melaksanakan latihan, yang akan menjadi pondasi yang kokoh bagi paduan suara dalam mencapai sukses dan prestasi berpaduan suara.
B. Rumusan Masalah Sumber informasi dan latihan-latihan mengenai pembentukan choral sound masih dirasa terbatas, sehingga diperlukan usaha-usaha dan ketelitian dari pelatihnya demi kemajuan paduan suara yang dipimpinnya. Dirigen atau pelatih yang mencari formula untuk dapat menghasilkan bunyi yang dikehendaki dalam satu kali latihan jelas tidak mungkin dapat menemukan. Rahasia dari semua bunyi vokal, terpancang dan terikat pada hukum yang fundamental dari produksi suara yang alami. Hukum ini berlaku terhadap suara anak-anak maupun dewasa. Tanpa pengetahuan tentang prinsip dasar bernyanyi, seorang dirigen tidak mungkin dapat melatih paduan suara dengan sukses. Ruang lingkup yang dianggap penting dalam penelitian mengenai pembentukan choral sound ini berhubungan dengan pengolahan tubuh sebagai instrumen bagi penyanyi. Hal tersebut terkait dengan tahapan teknik-teknik vokal yang harus diajarkan oleh pelatih dan dilakukan oleh penyanyi, sehingga penyanyi dapat merasakan manfaat dari latihan-latihah teknik vokal yang diberikan oleh pelatih. Hal itu perlu dilakukan mengingat setiap penyanyi memiliki karakter suara yang berbeda-beda, sehingga dibutuhkan penyatuan suara agar blending yang diinginkan dapat dicapai. Dalam hal ini juga tidak kalah penting akan adanya kemampuan mereka dalam daya pendengaran atau solfeggio yang baik yang Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
menjadi tolok ukur terhadap tingkat musikalitas para penyanyi dalam paduan suara. Selanjutnya berhubungan dengan segi ekspresi atau penjiwaan dalam paduan suara. Pesan musikal dari lagu yang dibawakan sudah tentu berhubungan dengan isi lagu. Dalam hal ini berkaitan dengan pengolahan gerak bicara tubuh atau posture-gesture dalam menyampaikan pesan musikal, isi hati, dan pikiran dalam seni paduan suara. Penelitian ini difokuskan pada masalah Pembentukan Choral Sound (Studi Kasus pada “Voice of Satya Wacana Christian University”). Dari penjelasan tersebut maka terbentuklah beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimana karakter vokal anggota “Voice of Satya Wacana Christian University”?
2.
Bagaimana penggarapan olah tubuh dan teknik vokal pada “Voice of Satya Wacana Christian University”?
3.
Bagaimana pembentukan choral sound pada “Voice of Satya Wacana Christian University”?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mendeskripsikan karakter vokal anggota “Voice of Satya Wacana Christian University”.
Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
2.
Mendeskripsikan penggarapan olah tubuh dan teknik vokal pada “Voice of Satya Wacana Christian University”.
3.
Mendeskripsikan pembentukan choral sound pada “Voice of Satya Wacana Christian University”. Dari tujuan tersebut selanjutnya dikaji dan dianalisa, sehingga mendapatkan
suatu hasil yang dapat dievaluasi dan dikembangkan untuk kepentingan dan pengembangan musik vokal. Kajian dan analisa dari penelitian tersebut dapat dideskripsikan ke dalam bentuk laporan hasil penelitian yang pada akhirnya dapat dijadikan sebuah acuan atau formula untuk pegangan bagi pelatih-pelatih paduan suara.
D. Manfaat Penelitian 1.
Hasil penelitian ini peneliti anggap penting, karena diharapkan dapat memperluas khazanah pengetahuan dalam bidang seni vokal kususnya paduan suara.
2.
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi pelatih paduan suara tentang penggarapan olah tubuh dan keragaman teknik vokal dalam menunjang proses pembentukan choral sound.
3.
Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi acuan bagi penelitian berikutnya.
4.
Dalam esensi yang lebih khusus, peneliti ingin memberi kontribusi bagi perkembangan paduan suara di Indonesia.
Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
E. Asumsi Berdasar pada latar belakang, maka pembentukan choral sound perlu dilakukan berbagai teknik vokal dan variasinya. Teknik ini dapat membantu meningkatan kemampuan dan kepekaan musikalitas dalam bernyanyi, yang dilakukan melalui latihan-latihan vokal secara bertahap dan alami (natural singing).
F. Metode Penelitian Berangkat dari tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penyelesaian masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada. Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode ini merupakan langkah-langkah melakukan representasi objektif tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian dengan cara melakukan observasi secara langsung, serta mengumpulkan informasi dari para nara sumber. Demikian pula yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1983: 30), bahwa: Penelitian yang bersifat deskriptif, memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Adakalanya penelitian demikian bertolak dari beberapa hipotesa tertentu, adakalanya tidak. Seringkali arah penelitian dibantu oleh adanya hasil penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa sehingga akhirnya membantu pembentukan teori baru memperkuat teori lama.
Dalam mengunakan metode tersebut di atas, peneliti mengutamakan data yang didapat dari lapangan dengan langsung terjun sebagai pengamat. Penelitian Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menerapkan studi kasus. Penelitian kualitatif dilakukan secara alamiah langsung ke sumber data. Merujuk dari Alwasilah (2009: 44) menyatakan bahwa: Mazhab kualitatif menentang pendekatan deduktif dengan fokus pada verifikasi dalam pembentukan sebuah teori dan definisi a priori dari konsep hipotesis. Mazhab ini mengagungkan ikhtiar menemukan gumpalan grounded theory, teori dasar, yakni berdasarkan data di lapangan lalu mengental sebagai teori. Melalui pendekatan induktif, mereka menemukan konsep dan hipotesis, dan ini ditempuh dengan strategi analisis komparatif secara berulang-ulang.
Selanjutnya melalui asumsi atau konsep dasar
yang ditemukan akan diuji
kelayakannya sehingga ditemukan sebuah kesimpulan yang utuh dan reliabel.
G. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian ini di Recital Hall Fakultas Seni Pertunjukan tempat berlatihnya Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Kristen Satya Wacana yang terletak di Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah, sedangkan subjek penelitian ini adalah Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang bernama “Voice of Satya Wacana Christian University”.
Yulius Istarto, 2012 Pembentukan Choral Sound : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu