BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan alam dan budayanya yang dapat dijadikan potensi yang besar bagi pengembangan pariwisata, meskipun begitu pengembangan kepariwisataan Indonesia masih belum tergarap dengan maksimal. Dibuktikan dengan munculnya berbagai dampak negatif, terutama disebabkan oleh pengembangan pariwisata yang dilakukan semata-mata dengan pendekatan ekonomi di mana pariwisata dipersepsikan sebagai instrumen untuk meningkatkan pendapatan, terutama pada bidang usaha swasta dan pemerintah. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan pengembangan pariwisata menjadi sangat eksploitatif terhadap sumber daya manusia dan sumber daya alam (Suwantoro, 2004:80). Pembangunan industri pariwisata tidak hanya memikirkan pendapatan secara finansial, namun juga mempertahankan potensi destinasi wisata yang ada agar tetap lestari baik potensi wisata alamnya, potensi wisata budayanya maupun potensi-potensi tertentu yang mampu menunjukkan ketertarikan bagi para wisatawan. Salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia adalah wisata budayanya, khususnya archaeological site, yakni wisata candi. Dalam aktivitasnya, wisata
1
2
candi cukup diminati wisatawan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Candi Prambanan pada tahun 2012 mencapai 1.265.897, namun terdapat ketimpangan dengan candi-candi lain dalam lokasi yang sama, padahal setiap candi memiliki keunikan tersendiri dan salah satu candi di sekitar Prambanan adalah Candi Sambisari yang pada tahun 2012 hanya 6.954 wisatawan yang berkunjung (Dinas Pariwisata DIY, 2012:49-50). Dengan adanya ketimpangan tersebut, maka diperlukan perencanaan pengembangan terhadap destinasi wisata di Candi Sambisari. Dalam Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisatan Daerah Provinsi DIY Tahun 2012-2025 Pasal 15 ayat 3(b), pemerintah daerah telah menetapkan 12 kawasan strategis destinasi wisata dimana salah satu kawasan yang akan dikembangkan adalah kawasan Prambanan-Ratu Boko dan sekitarnya sebagai pengembangan wisata purbakala dan budaya. Candi Sambisari merupakan candi yang termasuk dalam kawasan sekitar Prambanan-Ratu Boko. Letak keseluruhan situs Candi Sambisari atau sering disebut candi bawah tanah ini berada di tengah-tengah rumah penduduk dengan pagar berduri yang cukup rendah yaitu kira-kira setinggi 1 meter sehingga penduduk dapat keluar masuk area candi dengan bebas. Selain itu beberapa potong arca tidak ditempatkan pada suatu ruangan khusus, namun hanya diletakkan tergeletak di sekitar situs. Hal ini memungkinkan adanya terjadi tindakan pencurian arca karena kurangnya pengawasan dari manajemen dan penempatannya yang tidak memikirkan kemungkinan adanya tindak pencurian. Sebelumnya, pada kanan dan
3
kiri pintu masuk bilik candi terdapat dua relung untuk dewa-dewa penjaga pintu, yakni Mahakala dan Nandiswara, namun kedua arca tersebut sekarang sudah tidak berada lagi ditempatnya karena diambil oleh orang. Apabila masalah tersebut terus berlanjut, maka destinasi wisata Candi Sambisari tersebut tidak akan berkembang. Konsep pengembangan yang baik dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pengembangan Candi Sambisari yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dan mendukung kelestarian situs peninggalan budaya. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kondisi fisik destinasi Candi Sambisari dilihat dari komponen produk wisata 3A? b. Segmentasi pasar (wisatawan) manakah yang lebih dominan berkunjung ke destinasi Candi Sambisari? c. Bagaimana konsep pengembangan pariwisata yang dapat diterapkan untuk mewujudkan Candi Sambisari sebagai destinasi wisata purbakala dan budaya?
4
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui kondisi fisik Candi Sambisari yang dilihat dari komponen produk wisata 3A. b. Mengetahui segmentasi pasar (wisatawan) yang lebih dominan berkunjung ke destinasi Candi Sambisari. c. Mengetahui konsep pengembangan pengembangan pariwisata yang dapat mewujudkan Candi Sambisari sebagai destinasi wisata purbakala dan budaya. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian, yaitu: a. Manfaat Teoritis Berguna untuk menambah pengetahuan di bidang pariwisata mengenai konsep pengembangan destinasi wisata Candi Sambisari. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak pengelola untuk menciptakan strategi dalam mengembangkan destinasi wisata di Candi Sambisari. 1.5 Tinjauan Pustaka Tesis yang ditulis oleh Prabaswari (2006) dengan judul “Aspek-Aspek Permintaan Pasar yang Berpengaruh Dalam Peningkatan Kualitas Produk di Objek Wisata Candi Gedong Songo”, yang memaparkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk memahami beberapa aspek penting permintaan pasar yang
5
diperlukan untuk menjadi arahan pengembangan produk yang sesuai untuk objek wisata Candi Gedong Songo. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kunjungan di objek wisata ini masih belum optimal. Dari segi perkembangan kunjungan, objek wisata ini telah memasuki tahap stagnasi yang ditandai dengan menurunnya kualitas lingkungan dan produk wisata serta wisatawan yang mulai jenuh. Berdasarkan hal tersebut, maka direkomendasikan beberapa produk wisata yang diperlukan untuk menjadi fokus pengembangan sehingga meningkatkan kualitas produk wisata yang ada agar memenuhi permintaan pasar. Selanjutnya Skripsi yang ditulis oleh Pramudita (2013), Prodi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM dengan judul “Persepsi Wisatawan Nusantara terhadap Kualitas Pelayanan di Candi Ratu Boko Sleman DIY”, yang memaparkan bahwa kualitas pelayanan wisata di Candi Ratu Boko dibagi menjadi 3, yaitu atraksi, amenitas dan aksesbilitas. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar wisatawan nusantara yang berkunjung ke Candi Ratu Boko merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pengelola destinasi wisata Candi Ratu Boko. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan yang menjadi responden dalam penelitian ini menyatakan mereka bersedia untuk mengunjungi kembali destinasi wisata Candi Ratu Boko pada waktu yang akan datang. Untuk meningkatkan promosi bisa dilakukan dengan mengiklankan Candi Ratu Boko di media-media sosial melalui internet, promosi langsung ke sekolah-sekolah supaya anak-anak, mengadakan acara-acara yang berhubungan dengan seni dan budaya seperti penyelenggaraan
6
sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Dari aspek aksesbilitas, membuat paket wisata gabungan antara Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko dan Candi Borobudur dengan shuttle bus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah wisatawan nusantara di Candi Ratu Boko. Bentuk data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner, wawancara dan observasi. Kemudian Tesis yang ditulis oleh Setyastuti (2005) dengan judul “Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Candi-candi di Kawasan Prambanan”, yang memaparkan bahwa penelitian ini merupakan upaya melakukan evaluasi terhadap kebijakan pengelolaan yang diterapkan terhadap candi-candi di Kawasan Prambanan. Hal ini dilakukan mengingat bahwa pengelolaan yang dilakukan selama ini dirasakan belum
secara
komprehensif
mengakomodasikan
kepentingan
pelestarian,
pengembangan, dan pemanfaatannya sebagai ODTW. Permasalahan utamanya terletak pada belum adanya kebijakan yang spesifik mengatur hal tersebut. Metode yang digunakan peneliti adalah dengan pendekatan evaluatif, yaitu analisis berdasarkan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa sangat diperlukan regulasi yang secara komprehensif mampu mengatur pengelolaan candi-candi di kawasan ini dalam satu managemen berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan (yaitu prinsip konservasi, sosial budaya dan partisipasi masyarakat, ekonomi, edukasi, kualitas wisata, ekologi dan fisik.
7
Dari tinjauan pustaka tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian Skripsi mengenai konsep pengembangan wisata purbakala dan budaya di Candi Sambisari merupakan karya yang belum pernah ditulis oleh orang lain. 1.6 Landasan Teori Menurut Murphy (1985) dalam Pitana dan Gayatri (2005:45) menyebutkan pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. Untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan kepariwisataan yang baik, maka dibutuhkan sebuah konsep pengembangan destinasi. Dalam Hadiwijoyo (2012:57), Munasef (1995:1) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata merupakan segala kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana dan prasarana, barang dan jasa, fasilitas yang diperlukan guna melayani kebutuhan wisatawan dan Marpaung (2000:79) menyatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian sebelum fasilitas wisata dikembangkan. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai (Hadiwijoyo, 2012:58). Konsep pengembangan yang salah satunya dapat dipergunakan, yaitu menggunakan teori 3A yang merupakan komponen-komponen yang apabila
8
ketiga komponen tersebut disatukan akan menghasilkan suatu produk wisata yang akan
ditawarkan
kepada
wisatawan.
Damanik
dan
Weber
(2006:11)
mengemukakan komponen 3A yang terdiri atas: a. Atraksi (Attraction) Atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. b. Amenitas (Amenities) Amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata, selain itu juga terdapat pelayanan tambahan yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan, seperti: bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub dan lainlain). c. Aksesibilitas (Accessibility) Aksesibilitas merupakan keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata, mulai dari darat, laut sampai udara. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan dan keselamatan. Candi Sambisari sendiri termasuk dalam daya tarik wisata budaya, merujuk pada Marsono (2008:58), wisata budaya adalah jenis wisata yang memanfaatkan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Dalam RIPPARDA DIY, pengembangan Candi Sambisari tidak hanya sebagai destinasi wisata
9
budaya, namun juga sebagai wisata purbakala. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wisata purbakala adalah kegiatan wisata yang objeknya adalah peninggalan purbakala, seperti museum dan candi, sedangkan purbakala sendiri didefinisikan sebagai benda zaman kuno. 1.7 Metode Penelitian 1.7.1
Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung mengenai kondisi destinasi wisata di Candi Sambisari. b. Metode Angket (kuisioner) Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengajukan daftar pertanyaan secara tertulis kepada wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata Candi Sambisari guna mengetahui segmentasi pasarnya secara sederhana. Kemudian jawaban yang diperoleh juga dalam bentuk tertulis. c. Metode Wawancara Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan bertanya langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam dengan alat perekam. Responden yang dimaksud adalah pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sleman, pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya dan pihak masyarakat sekitar.
10
d. Studi Pustaka Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengkaji dengan mengutip bagian-bagian yang kiranya mempunyai kaitan langsung dengan judul masalah, seperti buku dan karya ilmiah mengenai teori-teori yang menunjang pengembangan destinasi wisata Candi Sambisari. 1.7.2
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan mixed methods. Semua data
yang diperoleh, mulai dari hasil pengamatan langsung, pembagian kuisioner kepada wisatawan untuk mengetahui segmentasi pasar, yang diolah secara kuantitatif dan kemudian dijelaskan dalam metode deskriptif analisis. Peneliti menganalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Menurut Utama dan Mahadewi (2012), analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal, yang berupa peluang dan ancaman, dengan faktor internal, yang berupakan kekuatan dan kelemahan, sehingga dari hasil analisisnya dapat diambil suatu keputusan strategis
untuk
mengembangkan
destinasi
wisata
tersebut
dan
dapat
dipertanggungjawabkan karena data yang diambil sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 1.7.3
Populasi dan Sampel Penelitian Dijelaskan oleh Kusmayadi dan Sugiarto (2000:127) jumlah keseluruhan
dari unit analisis dalam penelitian. Dalam penelitian kali ini populasi penelitiannya adalah wisatawan yang berkunjung ke Candi Sambisari. Dengan
11
kata lain bahwa seluruh wisatawan yang datang merupakan populasi dari penelitian yang dimaksud. Sugiyono (2008:81) menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian yang dimaksud adalah bagian dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Candi Sambisari. 1.7.4
Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, peneliti menetukan sampel dengan menggunakan
teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak bagi setiap anggota atau unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Ukuran sampel yang dibutuhkan akan berbeda-beda tergantung dari jumlah populasi tersebut, sehingga peneliti akan menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Slovin (1990) dalam Kusmayadi dan Sugiarto (2000:74). Rumus:
Keterangan: n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= margin error yang berkisar 5 – 10%
12
Berikut adalah perhitungan untuk mengetahui jumlah sampel kuisioner yang nantinya akan disebar kepada wisatawan yang datang ke Candi Sambisari. Populasi diambil dari jumlah pengunjung Candi Sambisari dalam 1 tahun, yaitu berjumlah 7.509 pada tahun 2013:
= 98,685766 = 100 responden. 1.8 Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini terdapat empat bab yang akan dijelaskan peneliti sebagai berikut: BAB I berisi tentang pendahuluan yang menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II berisi tentang gambaran umum mengenai lokasi objek penelitian yang dimulai dari gambaran umum Kabupaten Sleman yang merupakan lokasi dari kawasan destinasi wisata Candi Sambisari tersebut. Pada sub bab berikutnya, peneliti akan menjabarkan gambaran umum destinasi wisata Candi Sambisari.
13
BAB III berisi tentang pembahasan analisis penelitian, yaitu mengenai konsep pengembangan Candi Sambisari sebagai destinasi wisata purbakala dan budaya serta terdapat segmentasi pasar dan analisis SWOT didalamnya. BAB IV berisi tentang kesimpulan yang akan disampaikan mengenai ringkasan hasil penelitian dan beberapa saran yang merupakan masukan dari peneliti yang kiranya dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak terkait dalam upaya mengembangkan destinasi wisata Candi Sambisari.