BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Banyak pelaku usaha mikro dan kecil kurang menyadari atau mengetahui pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya melihat bahwa akuntansi rumit. Tanpa akuntansi fakta menunjukan usaha tetap bisa berjalan. Tapi pada dasarnya, tidak demikian dalam implementasi pembiayaan syariah khususnya mudharabah dan musyarakah. Akuntansi menjadi relatif penting mengingat penerapan akuntansi meningkatkan akurasi perhitungan laba usaha. Sebagian besar pembiayaan pada entitas syariah didominasi oleh skim murabahah.
Kecilnya
porsi
pembiayaan
mudharabah
dan
musyarakah
kemungkinan sulitnya diterapkan metode bagi hasil. Dalam akuntansi, pengertian hasil yang akan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati, bisa didasarkan pada dua aspek yaitu pendapatan (revenue) atau laba (income). Laba menurut akuntansi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu laba kotor, laba operasional, dan laba bersih (sebelum pajak dan extraordinary). Dalam sistem bagi hasil, akuntansi memiliki peranan penting yang mendorong fairness. Sebagai contoh jika nisbah disepakati 25:75 (25 untuk pengelola dan 75 untuk pemodal) maka nilai nisbah tersebut didasarkan pada nilai apa?/pendapatan/laba? Jika menggunakan basis laba pertanyaannya menggunakan laba kotor, operasional, atau laba bersih. Oleh karena itu dalam
pembiayaan syariah tidak cukup disepakati nisbah tetapi juga perlu disepakati basis bagi hasil meskipun yang lazim digunakan adalah basis laba bersih. Logikanya porsi nisbah pemodal akan lebih kecil jika semakin kecil resikonya. Basis pendapatan (penjualan) jelas resikonya lebih kecil dibandingkan dengan laba. Demikian pula laba kotor lebih kecil resikonya daripada laba operasional dan laba operasional lebih kecil daripada laba bersih. Masalah berikutnya adalah seberapa jauh pemilik modal percaya terhadap laba (kotor/operasional/bersih) yang dilaporkan pengelola. Tidak hanya sekedar kepercayaan tapi juga audit. Kendala dan perlunya kecermatan di atas yang menjadikan pembiayaan mudharabah dan musyarakah seakan semakin sulit untuk diterapkan. Rumit dalam arti bukan sulit tetapi membutuhkan pengawasan dan pengendalian yang ekstra terlebih jika debiturnya banyak. Fatahullah (2008:17-18) menyatakan bahwa secara teoritis prinsip bagi hasil dan risiko merupakan inti atau karakteristik utama dari kegiatan perbankan syariah. Akan tetapi dalam kegiatan pembiayaan bagi hasil dan risiko produk musyarakah dan mudharabah kurang diminati dalam kegiatan pembiayaan. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat risiko pembiayaan mudharabah dan musyarakah sangat tinggi (hight risk) dan pengembaliannya tidak pasti, padahal bank merupakan lembaga bisnis, dan lembaga intermediasi dimana bank berfungsi sebagai perantara pihak yang kekurangan modal (lack of fund) dan pihak lain yang kelebihan modal (surplus of fund), disamping itu bank juga harus mengembalikan dana nasabah penabung setiap saat. Disinilah pentingnya kita mengkaji dan menemukan konsep yang ideal dari prinsip bagi hasil dan risiko
(Profit and Loss Sharing) dalam perbankan syariah, agar kedua belah pihak baik bank maupun nasabah peminjam dapat menjalankan usaha atau bisnisnya dengan aman tanpa ada kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan, sehingga produk mudharabah dan musyarakah akan tetap menjadi produk pembiayaan yang utama bagi bank syariah pada masa yang akan datang. BMT (Baitul māl wattamwil) termasuk pada kategori lembaga keuangan mikro non bank yang mana kinerjanya hampir sama dengan koperasi dimana di dalamnya terdapat pula berbagai produk baik penghimpunan dana maupun penyaluran dana (Ananda, 2011:4). Bila dibandingkan dengan kendala-kendala pembiayaan syariah pada perbankan syariah yang secara fakta jauh lebih mapan dibandingkan dengan BMT baik dari segi modal, kinerja maupun SDM-nya, kendala pada BMT yang merupakan lembaga yang didesain untuk bermitra dengan usaha-usaha mikro yang tidak bisa dijamah oleh perbankan, dengan kata lain bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba kekurangan baik di bidang ilmu pengetahuan atau materi tentunya juga berbeda dan lebih kompleks. Dari aspek inilah resiko-resiko pembiayaan syariah pada lembaga keuangan mikro non bank khususnya BMT perlu dikaji secara mendalam untuk kemudian dicari kemungkinan pemecahan masalahnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba meneliti tentang karakteristik sumber dana, pembiayaan serta kendala-kendala operasional dalam penerapan pembiayaan syariah dan metode-metode yang kerap diterapakan oleh manajemen BMT Al-Amin untuk meminimalisisir kendala atau resiko tersebut yang dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul
“Analisis Interpretif
Sumber Dana dan Pembiayaan Syariah” (Studi pada BMT Al-Amin Makassar).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah
karakteristik
sumber
dana
dan
penerapan
pembiayaan syariah dengan prinsip bagi hasil pada BMT Al-Amin Makassar? 2. Apakah kendala atau resiko dari pembiayaan bagi hasil dan bagaimana
cara
yang
ditempuh
oleh
BMT
Al-Amin
dalam
meminimalisir kendala tersebut? 1.3 Batasan Masalah Penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak memperluas permasalahan, yaitu pada sumber dana dan pembiayaan syariah dengan prinsip bagi hasil dan resiko-resiko penerapannya. Bagi hasil atau profit sharing yang dibahas berfokus pada akad al-mudharabah dan al-musyarakah karena dua prinsip ini banyak diimplementasikan dalam lembaga keuangan syariah. Walaupun sebenarnya terdapat beberapa akad lainnya, yaitu al-muzara’ah, almusaqah dan al-mukhabarah yang ketiganya dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa lembaga keuangan islam (Antonio, 2009:90) dan (Karim, 2003:80). 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk
mengetahui
bagaimana
karakteristik
sumber
dana
dan
penerapan pembiayaan syariah dengan prinsip bagi hasil pada BMT Al-Amin.
2. Untuk mengetahui apakah kendala atau resiko dari pembiayaan bagi hasil dan bagaimana cara yang ditempuh oleh BMT Al-Amin dalam meminimalisir kendala tersebut. Dari penelitian ini penulis berharap dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Membuktikan kesesuaian antara teori-teori yang ada dengan praktik yang sesungguhnya terjadi. 2. Sebagai tambahan khasanah keilmuan khususnya dibidang akuntansi syariah yang terjadi pada lembaga keuangan mikro syariah. 3. Dapat dijadikan sebagai informasi dasar bagi penelitian lebih lanjut yang lebih luas dan spesifik untuk penulisan skripsi khususnya pada bidang akuntansi syariah 1.5 Sistematika Pembahasan Dalam rangka mendapatkan gambaran menyeluruh tentang sistematika pembahasan penelitian ini, berikut akan diuraikan urutan garis besarnya. BAB I : Pendahuluan Bab
ini
menguraikan
tentang
latar
belakang
permasalahan,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan. BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan konsep-konsep yang relevan dengan topik penelitian yang berasal dari literatur, artikel, internet, dan bahan bacaan lainnya.
BAB III : Metode Penelitian Bab ini membahas penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, sumber dan jenis data, definisi operasional variabel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Mengungkapkan mengenai hasil penelitian secara rinci serta membahas dan menggambarkan fakta-fakta yang ditemukan pada objek yang diteliti. BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan atas hasil temuan dan pembahasan serta berisi saran-saran yang terkait dengan penelitian.