BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta. Hal tersebut ditandai dengan lahirnya Pasar Beringharjo pada tahun 1758 atau dua tahun setelah berdirinya Kraton Yogyakarta pada tahun 1756.1 Kehadiran pasar tradisional di lingkungan masyarakat Kota Yogyakarta memberi kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yaitu kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Selain itu, pasar tradisional tidak hanya sebagai tempat jual beli barang kebutuhan hidup sehari-hari, namun juga sebagai tempat berlangsungnya hubungan impersonal yang menjalin hubungan kekerabatan, tempat penyebaran informasi, roda penggerak ekonomi kerakyatan, dan melestraikan budaya leluhur seperti
gotong
royong,
empati,
saling
menghormati
dan
menghargai.2
Perkembangan zaman dan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun mendorong lahirnya pasar tradisional baru di lingkungan Kota Yogyakarta. Saat ini telah berdiri sebanyak 32 pasar tradisional di Kota Yogyakarta yang menyediakan kebutuhan sandang, pangan, dan papan bagi masyarakat.
1
Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta. 2013. “Profil Pasar Beringharjo Kota Yogyakarta”. Penerbit Dinas Pengelola Kota Yogyakarta: Yogyakarta. (hal: 5) 2 Malano, Herman. 2011. “Selamatkan Pasar Tradisional”. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. (hlm: 68)
1
Perkembangan zaman mendorong munculnya pelaku usaha yang memperjualbelikan barang kebutuhan hidup sehari-hari seperti pasar tradisional, diantaranya toko kelontong, toko grosir, pedagang keliling, dan pasar modern. Kehadiran berbagai jenis usaha di lingkungan masyarakat Kota Yogyakarta menjadi tantangan baru bagi pasar tradisional. Pasar tradisional menghadapi situasi yang lebih kompetitif untuk bertahan menjadi tempat penyedia kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat. Di antara pesaing pasar tradisional, kehadiran pasar modern menjadi sangat sensitif bagi pasar tradisional. Hal ini dikarenakan pasar modern diantaranya minimarket, supermarket, hypermarket, departmen store, dan mall memiliki karakteristik yang khas dan kompleks dibandingkan pesaing pasar tradisional lainnya. Hasil penelitian menunjukkan terdapat warung kelontong dan pedagang keliling di Kota Yogyakarta yang menjadikan pasar tradisional sebagai tempat berbelanja komoditas yang akan mereka jual kembali kepada konsumen, sedangkan Toko grosir membatasi jenis komoditas yang diperjualbelikan dan juga membatasi konsumennya yaitu hanya konsumen yang membeli komoditas secara grosir. Di antara pesaing pasar tradisional lainnya, Pasar modern menghadirkan inovasi baik dari segi pelayanan terhadap konsumen maupun sarana dan prasarana modern yang terdapat di masing-masing pasar modern. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar modern merupakan pasar dengan sistem pelayanan mandiri dan menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket, mall, ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.
2
Sistem pelayanan mandiri pasar modern membuat konsumen lebih leluasa melihat komoditas dan harga komoditas pada masing-masing pasar modern. Selain itu, konsumen pasar modern dapat menjangkau barang yang akan dibelinya pada etalase yang terdapat di pasar modern untuk kemudian melakukan pembayaran pada kasir yang tersedia di masing-masing pasar modern. Selain sistem pelayanan mandiri, pasar modern juga didukung dengan sarana dan prasarana diantaranya bangunan megah dan mewah, ruang belanja ber-AC, radio informasi, lahan parkir yang luas, kafetaria, perbankan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), hingga tersedianya ruang bermain anak.3 Ekspansi pasar modern yang semakin giat dilakukan di Kota Yogyakarta direfleksikan oleh kehadiran pasar modern dalam berbagai bentuk baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil pengamatan terhadap ekspansi pasar modern di Kota Yogyakarta menunjukkan terdapat 3 kelompok pasar modern di Kota Yogyakarta. Pertama, pasar modern berskala lokal yaitu pasar modern yang hanya ada di lingkungan Kota Yogyakarta diantaranya Maga Swalayan, Mirota Kampus Swalayan, Gardena Departmen Store, Galeria Mall, Malioboro Mall, dan Ambarukmo Plaza. Kedua, pasar modern berskala nasional yaitu pasar modern yang tidak hanya ada di Kota Yogyakarta namun tersebar di berbagai wilayah di Indonesia diantaranya Minimarket Alfamart, Minimarket Indomaret, Matahari Departmen Store, Ramayana Departmen Store, dan Minimarket Post Shop. Ketiga, pasar modern berskala multinasional yaitu pasar modern yang tidak hanya terdapat di Indonesia
3
Ibid. (hlm: 76-77).
3
namun di mancanegara diantaranya yaitu Minimarket Circle-K, Minimarket Seven Eleven, Giant Swalayan, Carrefour, dan Superindo. Data Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta menunjukkan terjadinya kenaikan jumlah pasar modern secara terus menerus dari tahun 2007 hingga tahun 2013 sebanyak 75 outlet.4 Hasil pengamatan menunjukkan jumlah pasar modern di Kota Yogyakarta terus bertambah pada tahun 2014 salah satunya ditunjukkan dengan berdirinya minimarket Post Shop yang berlokasi di Jalan Mayor Suryotomo, Kota Yogyakarta. Ekspansi pasar modern di Kota Yogyakarta menjadi tantangan bagi pasar tradisional, hal ini dikarenakan ekspansi pasar modern berdampak terhadap omset pasar tradisional Kota Yogyakarta. Data hasil riset Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada dan Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan setiap minggunya pasar tradisional Kota Yogyakarta mengalami penurunan omset penjualan sebesar 5,59%.5 Data tersebut berdasarkan hasil perbandingan omset penjualan antara 3 sampai dengan 4 tahun sebelum dan sesudah tahun 2007 dengan catatan pada tahun 2007 merupakan awal ekspansi pasar modern di Kota Yogyakarta.6 Penurunan omset penjualan pasar tradisional dialami oleh seluruh lapisan pedagang dengan tingkatan jumlah omset yang dimiliki pedagang pasar tradisional yaitu: 4
Sigit, Agus. Tanggal 9 April 2013. “UGM Paparkan Jumlah Ideal Toko Modern di Yogyakarta”, dalam http://krjogja.com/read/168052/ugm-paparkanjumlah-ideal-toko-modern-diyogya.kr. Diakses pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 19.10 WIB. 5 Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada, Lembaga Swasta Ombudsman Daerah Istimewa yogyakarta. 2011. “Studi Formulasi Kebijakan Perlindungan dan Model Pengembangan Pasar Tradisional Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Pustek UGM dan LOS DIY. 6 Ibid.
4
Tabel 1. Prosentase Pedagang Pasar Tradisional yang Mengalami Penurunan Omset Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Omset Jumlah Omset Pedagang Pasar
Jumlah Pedagang Pasar Tradisional
Tradisional
yang Mengalami Penurunan Omset (%)
≤ Rp. 1.000.000,00
18%
Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00
16%
Rp. 2.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00
23%
Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000,00
6%
Rp. 10.000.000,00 – Rp. 20.000.000,00
14%
≥ Rp. 20.000.000,00
4%
Sumber: Studi Formulasi Kebijakan Perlindungan dan Model Pengembangan Pasar Tradisional di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Pusat Studi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada
Dewasa ini ekspansi pasar modern semakin menimbulkan kekhawatiran bagi pasar tradisional Kota Yogyakarta. Pengalaman menghadapi penurunan omset dari tahun ke tahun pasca ekspansi pasar modern sejak tahun 2007 ditambah munculnya kecenderungan masyarakat untuk berbelanja di pasar modern. Hasil pengamatan menunjukkan pasar modern tidak hanya sebagai tempat pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Namun
5
pasar modern menjadi tempat rekreasi dan prestise bagi masyarakat untuk memperoleh pengakuan maupun penerimaan dari masyarakat di lingkungan sosialnya. Kedua hal tersebut salah satunya mendominasi kehidupan mahasiswa di lingkungan Kota Yogyakarta di mana berbelanja kebutuhan hidup sehari-hari di pasar modern menjadi kebiasaan mayoritas mahasiwa saat ini. Adanya stigma yang mengakar di masyarakat di mana pasar tradisional merupakan tempat berbelanja dengan segala resiko baik dari segi keamanan maupun kenyamanan juga turut mengkhawatirkan pasar tradisional dalam menghadapi ekspansi pasar modern yang notabene memberikan pelayanan yang lebih mengedepankan aspek kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Berdasarkan pembahasan di atas menunjukkan adanya permasalahan yang dialami pasar tradisional Kota Yogykarta dalam menghadapi ekspansi pasar modern. Mengingat besarnya potensi pasar tradisional terhadap kehidupan masyarakat
Kota
Yogyarta
mendorong
pentingnya
mempertahankan
kelangsungan hidup pasar tradisional dalam menghadapi eskpansi pasar modern. Dengan demikian fokus penelitian ini adalah untuk mengkaji “Strategi Kelangsungan Hidup Pasar Tradisional Kota Yogyakarta dalam Menghadapi Ekspansi Pasar Modern”. Penelitian ini berorientasi untuk merumuskan strategi kelangsungan hidup pasar tradisional dalam menghadapi ekspansi pasar modern dalam rangka mempertahakan eksistensi pasar tradisional di tengah ekspansi pasar modern yang semakin ekspansif. Dalam melaksanakan penelitian “Strategi Kelangsungan Hidup Pasar Tradisional Kota Yogyakarta dalam Menghadapi Ekspansi Pasar Modern”, terlebih dahulu dilakukaan telaah pada beberapa penelitian terdahulu diantaranya:
6
a. Penelitian tentang “Strategi Pedagang Pasar Tradisional Menghadapi Persaingan Dengan Pasar Modern: Penelitian Di Daerah Bukit Tinggi Sumatera Barat”. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Sosiologi yaitu Endrizal pada tahun 2009 mengkaji kondisi pasar tradisional pasca kehadiran pasar modern. Dalam penelitiannya, penulis memberikan solusi alternatif tentang strategi pedagang pasar tradisional menghadapi persaingan pasar modern diantaranya yaitu: a) strategi politik yaitu dengan menyikapi kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, b) strategi sosial yaitu mempererat hubungan antara komunitas pasar dengan pedagang pasar, dan c) strategi ekonomi yaitu dengan menambah jumlah modal, cara berdagang, mempertahankan pembeli, dan menambah jumlah ragam komoditas.7 b. Penelitian tentang “Strategi Pedagang Pasar Tradisional dalam Menghadapi Ekspansi Pasar Modern Waralaba: Studi Kasus Mengenai Strategi Penguatan Modal Sosial Pedagang Pasar Tradisional Sleman Di Desa Triharjo Kecamatan Sleman- Kabupaten Sleman Yogyakarta”. Penelitian tersebut mengkaji tentang eksistensi pasar tradisional yang terancam oleh kehadiran pasar modern waralaba. Peneliti memberikan solusi alternatif agar pasar tradisional mampu menghadapi ekspansi pasar modern waralaba yaitu dengan memperkuat modal sosial pedagang pasar tradisional.
7
Endrizal. 2009. “Strategi Pedagang Pasar Tradisional Menghadapi Persaingan Dengan Pasar Modern: Penelitian Di Daerah Bukit Tinggi-Sumatera Barat”. Tesis tidak diterbitkan, Universitas Gadjah Mada.
7
Dari hasil telaah penelitian terdahulu diperoleh kesimpulan yaitu pertama, pasar tradisional memerlukan strategi untuk menghadapi ekspansi pasar modern. Kedua, penelitian terdahulu memilih pedagang pasar tradisional sebagai pihak yang melaksanakan strategi yang direkomendasikan oleh peneliti Dari hasil telaah penelitian terdahulu, maka penelitian “Strategi Kelangsungan Hidup Pasar Tradisional Kota Yogyakarta dalam Menghadapi Ekspansi Pasar Modern”, bertujuan untuk menganalisis strategi kelangsungan hidup pasar tradisional dalam menghadapi ekspansi pasar modern dengan melibatkan berbagai pihak yang berpotensi mendukung kelangsungan hidup pasar tradisional.
Dengan
demikian
strategi
yang
dirumuskan
tidak
hanya
diperuntukkan bagi pedagang pasar tradisional, namun berbagai pihak yang berpotensi mendukung kelangsungan hidup pasar tradisional Kota Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah Dalam rangka melaksanakan penelitian tentang “Strategi Kelangsungan Hidup Pasar Tradisional Kota Yogyakarta dalam Menghadapi Ekspansi Pasar Modern”, maka rumusan masalah penelitian diantaranya: -
Bagaimanakah kondisi pasar tradisional Kota Yogyakarta dalam menghadapi ekspansi pasar modern?
-
Apakah kelebihan dan kelemahan pasar tradisional Kota Yogyakarta dalam menghadapi ekspansi pasar modern?
8
-
Bagaimanakah respon kebijakan dan kecenderungan (trend) pasar yang berkembang di lingkungan Kota Yogyakarta menghadapi ekspansi pasar modern?
-
Strategi apakah yang harus dilakukan agar pasar tradisional dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam menghadapi ekspansi pasar modern?
C. Tujuan Penelitian Penelitian “Strategi Kelangsungan Hidup Pasar Tradisional Kota Yogyakarta dalam Menghadapi Ekspansi Pasar Modern” dilaksanakan untuk mencapai beberapa tujuan penelitian diantaranya: -
Menganalisis kondisi pasar tradisional di Kota Yogyakarta dalam menghadapi ekspansi pasar modern.
-
Menganalisis
kelebihan
dan
kelemahan
pasar
tradisional
dalam
menghadapi ekspansi pasar modern. -
Menganalisis respon kebijakan dan kecenderungan (trend) pasar yang berkembang di lingkungan masyarakat Kota Yogyakarta pasca ekspansi pasar modern.
-
Merumuskan strategi kelangsungan hidup pasar tradisional Kota Yogyakarta dalam menghadapi ekspansi pasar modern.
9
D. Manfaat Penelitian Dalam rangka melaksanakan penelitian “Strategi Kelangsungan Hidup Pasar Tradisional Kota Yogyakarta dalam Menghadapi Ekspansi Pasar Modern”, maka penelitian ini memiliki beberapa manfaat penelitian diantaranya: -
Bagi pemerintah Memperoleh rekomendasi strategi kelangsungan hidup pasar tradisional dalam menghadapi ekspansi pasar modern. Dengan adanya rekomendasi tersebut, pemerintah dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup pasar tradisional sebagai usaha berbasis ekonomi kerakyatan.
-
Bagi pasar tradisional Memperoleh rekomendasi strategi kelangsungan hidup pasar tradisional dalam menghadapi ekspansi pasar modern.
-
Bagi konsumen Memperoleh pengetahuan tentang kondisi pasar tradisional dalam menghadapi ekspansi pasar modern dan memperoleh pembelajaran tentang pentingnya peran konsumen untuk mempertahankan kelangsungan hidup pasar tradisional.
-
Bagi akademisi dan pembaca hasil penelitian Memperoleh pengetahuan tentang adanya permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat serta memperoleh pembelajaran pentingnya mengatasi permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat.
10