1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dunia pendidikan semakin penting untuk dikaji. Pendidikan merupakan kebutuhan primer yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas dan bertanggung jawab. Dan pendidikan ini merupakan proses unuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi persoalan-persoalan dan tantangan-tanangan dunia pendidikan. Pengembangan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik untuk pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu bidang pendidikan sangat diperlukan untuk mendapat perhatian dan penanganan serta prioritas secara intensif oleh pemerintahan dan pengelolaan pendidikan pada khususnya. Menurut Marimba dalam Ahmad1, bahwa pendidikan adalah “bimbingan
atau
pimpinan
secara
sadar
oleh
pendidik
terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Hal ini berarti bahwa pendidikan ada untuk rangsangan agar potensi manusia berkembang sesuai dengan yang diharapkan manusia, yaitu menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan mulia. Hal itu juga sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional bangsa 1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm, 24.
1
2
Indonesia, seperti yang tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 ayat 1, yaitu “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”2. Ahmad Tafsir3 menjelaskan bahwa pendidikan dalam pengertian yang luas yaitu “pengembangan pribadi dalam semua aspeknya”. Bahwa yang dimksud dengan pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidkan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru). Sedagkan seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati. Berdasarkan penjabaran di atas, maka pendidikan berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Pendidikan sebagai usaha yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia yang cerdas dalam mengembangkan potensi yang ada. Proses pengembangan potensi diri dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain atau lingkungan. Dalam konsep Islam, pendidikan Islam menurut Asy-Syaibani (dalam Umar4) bahwa pendidikan Islam adalah “proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya,
2
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: DEPPENAS RI. 3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 26. 4 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 27.
3
dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat”. Pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreativitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan dalam masyarakat dan alam semesta. Dengan demikian, tugas akhir pendidikan Islam adalah untuk
merealisasikan ubudiyah (penghambaan diri) kepada
Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yang ditegaskan dalam Surat AdzDzariyat: 56:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku5. Oleh karena pendidikan Islam merupakan usaha yang dilakukan seseorang ataupun lembaga untuk mengembangkan potensi manusia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani berdasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam, maka pendidikan tidak bisa berjalan dengan sendirinya. Oleh karena itu, harus ada kerjasama antara masyarakat dengan lembaga-lembaga pemerintah seperti Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan Nasional; serta Ormas (Organisasi Masyarakat) Islam, seperti Muhammadiyah. Muhammadiyah adalah nama gerakan Islam yang lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Pendiri Muhammadiyah adalah seorang kyai yang dikenal alim, cerdas, dan berjiwa pembaharu, yakni Kyai 5
Al-Qur’an 2dan Terjemahan, Edisi Departemen Agama, (Jakarta: Riels Grafika, 2009),
hlm. 523.
4
Haji Ahmad Dahlan, yang sebelumnya atau nama kecilnya bernama Muhammad Darwis. Muhammadiyah didirikan dalam bentuk organisasi atau perkumpulan atau perhimpunan resmi, yang sering disebut dengan “persyarikatan”,
yang
waktu
itu
memakai
istilah
“persjarikatan
Moehammadijah”6. Muhammadiyah telah mengadakan pembaharuan pendidikan agama dengan jalan modernisasi dalam sistem pendidikan yang disesuaikan dengan tuntutan dan kehendak zaman. Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah umum, memiliki ciri khusus keagamaan, dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Mengajarkan agama dengan cara yang mudah difahami, didaktis dan pedagogis, selalu menjadi pemikiran Muhammadiyah. Maka dalam pembaharuan pendidikan ini, warga Muhammadiyah harus mempunyai etos kerja Islami, seperti: kerja keras, disiplin, tidak menyia-nyiakan waktu, berusaha secara maksimal/optimal untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yang ditegaskan dalam Surat Ali Imran: 142.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar7.
6
Haedar Nashir, Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan, (Yogyakara: Suara Muhammadiyah, 2010), hlm. 15. 7 Al-Qur’an dan Terjemahan, Edisi Departemen Agama, (Jakarta: Riels Grafika, 2009), hlm. 112.
5
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah dari waktu ke waktu terus meningkatkan peran dan memperluas kerja dalam peningkatan dan kemajuan pendidikan Islam di Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan sekolah mulai dari Taman Kanakkanak hingga Perguruan Tinggi, rumah sakit, balai bersalin, panti asuhan, panti jompo, rumah-rumah sosial, dan lembaga ekonomi. Muhammadiyah juga merupakan sebuah organisasi dakwah Islam amar makruf nahi munkar. “Dakwah dilakukan melalui penyelenggaraan berbagai bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, antara lain di bidang kesehatan, pendidikan, bidang sosial lainnya, dan bidang pelayanan keagamaan langsung”. Pelayanan keagamaan langsung yang dimaksud di sini adalah kegiatan seperti pengajian, khutbah, tabligh akbar, dan dakwah khusus di masyarakat terasing. Adapun perkembangan gerakan dakwah Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Sumbawa Nusa Tenggara Barat telah dapat dirasakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Sumbawa. Kehadiran Muhammadiyah Sumbawa telah terlihat dengan banyaknya perkembangan amal usaha yang telah dilakukan, berupa: Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Tinggi, dan Panti Asuhan. Sambutan yang baik
dari
masyarakat
terhadap
kegiatan-kegiatan
pengajian
yang
diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumbawa menjadikan maraknya pengamalan ibadah serta semangat menuntut ilmu agama bagi masyarakat Sumbawa. Hal itu terlihat dari antusiasnya masyarakat dalam
6
mengikuti kegiatan-kegiatan Muhammadiyah khususnya di bidang tarjih, tajdid dan tabligh. Di samping itu, kegiatan-kegiatan keislaman yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Muhammadiyah merupakan kegiatan untuk warga Muhammadiyah dan masyarakat simpatisan. Berdasarkan pada paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut di lembaga pendidikan Muhammadiyah Sumbawa, dengan
judul:
Sejarah
dan
Perkembangan
Lembaga
Pendidikan
Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Tahun 19402014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah
sejarah
dan
perkembangan
lembaga
pendidikan
Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat pada masa perintisan tahun 1940-1952 dan masa pengembangan tahun 1952-2014. 2. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat perkembangan lembaga pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat pada masa perintisan tahun 1940-1952 dan masa pengembangan tahun 1952-2014. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
7
a. Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Sumbawa Nusa Tenggara Barat pada masa perintisan tahun 1940-1952 dan masa pengembangan tahun 1952-2014. b. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat perkembangan lembaga pendidikan Muhammadiyah Sumbawa Nusa Tenggara Barat pada masa perintisan tahun 1940-1952 dan masa pengembangan tahun 1952-2014. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a.
Secara teoritis: diharapkan dapat menjadi salah satu karya tulis ilmiah mampu memperkaya hazanah pengetahuan mengenai perkembangan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan dalam meningkatkan pendidikan Islam.
b.
Secara praktis: diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatan kualitas lembaga pendidikan Islam, terutama lembaga pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
D. Kajian Pustaka Tinjauan pustaka yang dapat penulis kemukakan di antaranya adalah: 1. Anis Tanwir Hadi (UMS, 2014) dalam tesisnya yang berjudul Sejarah dan Perkembangan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta Tahun
8
1992-2013, menyimpulkan bahwa Sejak berdirinya Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta pada tahun 1992 sampai dengan tahun 2013, memiliki
perkembangan
dan
pertumbuhan
yang
sangat
baik.
Perkembangan dan pertumbuhan Lembaga/Yayasan Nur Hidayah Surakarta dibagi menjadi dua periode yaitu, periode perintisan dan periode pengembangan. Periode Perintisan ini dimulai dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006, dan periode pengembangan dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. 2. Farid Setiawan (PW Muhammadiyah DIY. 2014) dalam jurnalnya yang berjudul Kebijakan Pendidikan Muhammadiyah terhadap Ordonansi Guru, menyimpulkan bahwa Sepanjang kemunculan dan penerapan Ordonansi Guru (baik 1905 maupun 1925), Muhammadiyah telah telah “memainkan peran politik yang sangat cantik”. Permainan cantik Muhammadiyah tersebut bisa dilihat pada sikapnya yang terkadang kooperatif dan terkadang pula berseberangan terhadap Belanda. Sikap seperti ini yang dalam kategori Amien Rais disebut sebagai high politic, dan
bukannya
low
politic.
Muhammadiyah
juga
mengedepankan
politik
Di
samping
menunjukkan alokatif
itu,
bahwa
(allocative
gerakan
politik
dirinya
selalu
politics).
“Motie
Perserikatan” yang telah dikeluarkan Muhammadiyah dalam merespons ordonansi guru 1905 tidak lain adalah cerminan dari politik alokatif Muhammadiyah. Sekalipun telah memposisikan diri sebagai kelompok
9
penekan, namun Muhammadiyah tetaplah membuka ruang dialog dengan Belanda. 3. Retno Wulan Fitrimei Asari (UMS, 2016) dalam tesisnya yang berjudul “Sejarah Perkembangan Yayasan Perguruan Al-Islam Di Surakarta Era
Reformasi (1998-2015)” Perkembangan Yayasan Perguruan Al-Islam jika dilihat dari kuantitas siswa dan kuantitas jumlah lembaga yang dimiliki, pada era reformasi (1998-2015) ini nampaknya Perguruan AlIslam mengalami stagnan karena dari beberapa lembaga yang telah dimiliki masih banyak lembaga yang berkembang dari pada lembaga yang sudah maju serta belum mengembangkan lembaga pendidikan sampai perguruan tinggi, akan tetapi jika dilihat dari kualitasnya semakin berkembang. Lembaga yang maju antara lain TK 1 AL-Islam, TK 14 Al-Islam, TK 16 Al-Islam, SD 2 AL-Islam, SD 3 AL-Islam dan SMA 1 Al-Islam. Berpijak pada beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian yang membahas tentang permasalahan yang penulis angkat, yaitu mengenai Sejarah dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah dalam satu Kota atau Kabupaten sebagai objek penelitian. Dengan demikian penelitian ini memenuhi kriteria kebaruan. E. Metode Penelitian Secara
umum,
penelitian
diartikan
“sebagai
suatu
proses
pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis
10
untuk mencapai tujuan tertentu”8. Adapun metode-metode yang digunakan dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini dipaparkan sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu “penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan, seperti lingkungan masyarakat, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Atau dapat diartikan penelitian dengan jalan terjun langsung ke tempat penelitian untuk mengamati dan terlibat langsung dengan objek penelitian”9. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologis dan historis. Menurut Abuddin Nata menjelaskan bahwa sosiologi itu adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu10. Sedangkan historis menurut Navis dalam Andi Prastowo11, sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi kritis untuk mencari kebenaran. Menurut Kuntowijoyo12, sejarah memiliki tiga kaidah, kaidah pertama, sejarah adalah fakta, perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah sejarah menyuguhkan fakta, sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi, atau fantasi. Kaidah kedua, sejarah itu diakronis, 8
Sutama, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surakarta: Kurnia Offset, 2010), hlm. 25. Lexy Moleong, Metodologi Pendidikan Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 4. 10 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 38. 11 Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 33 12 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2003), hlm. 157. 9
11
ideografis, dan unik. Sejarah itu diakronis, sedangkan ilmu sosial itu sinkronis. Artinya, sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam ruang13. Kaidah ketiga, sejarah itu empiris. Inilah yang membedakan sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu empiris, ilmu agama itu normatif. Empiris berasal dari kata Yunani empiria, artinya pengalaman. Maka, sejarah itu empiris, sebab sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh14. Dari fefinisi tersebut, dapat kita pahami bahwa sejarah merupakan pengetahuan tentang fakta masa lampau yang tersistematisasi dan terbukti kebenarannya secara ilmiah. 2. Subyek Penelitian Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Untuk memperjelas subjek penelitian, maka penulis kemukakan bahwa data diperoleh dari pengurus Pimipinan Daerah Muhammadiyah Sumbawa, di antaranya yaitu: H. Naziruddin Lambaji, selaku Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumbawa, Faishal Salim, selaku Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumbawa, Baharuddin, selaku Ketua Majelis Dikdasmen, dan Ahmad Jama’an MY., selaku Ketua Majelis Tarjih dan Tabligh. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka memperoleh data yang akurat, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 13 14
Ibid, hlm. 158. Ibid, hlm. 160.
12
a. Metode wawancara (interview) Metode wawancara (interview) adalah “metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian”15. Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual atau kelompok di mana sebelumnya peneliti telah menyiapkan instrumen/pedoman wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Dalam hal ini penulis menggunakan metode wawancara bebas terpimpin, atau wawancara tak terstruktur, yaitu sususan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara dan disesuaikan dengan kebutuhan pada saat kondisi wawancara. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah perkembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Kabupaten Sumbawa. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya”16. Data yang dikumpulkan bisa dokumen 15
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 2007),.
hlm: 218. 16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 126.
13
tertulis, gambar maupun data elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh datadata yang berkaitan dengan dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang didapatkan
dalam
penelitian,
yaitu
buku
sejarah
pergerakan
Muhammadiyah Sumbawa, struktur personalia pimpinan, kegiatankegiatan, dan data-data lain yang berhubungan dengan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa. c. Metode observasi (pengamatan) Metode observasi adalah “pengamatan yang memungkinkan peneliti mencatat semua peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional
maupun pengetahuan
yang langsung
diperoleh dari data”17. Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengamati kegiatan tanpa ikut terlibat di dalam kegiatan tersebut atau bisa juga dengan ikut terlibat di dalamnya. Sebelum melakukan pengamatan,
peneliti
harus
menyiapkan
pedoman
pengamatan.
Pedoman ini berupa garis-garis besar kegiatan yang akan diobservasi. Teknik observasi yang penulis gunakan adalah observasi langsung, artinya penulis terjun langsung
dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumbawa untuk mendapatkan data. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data letak geografis, sarana dan prasarana atau fasilitas 17
Moleong, Lexy J, Metodologi Pendidikan Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 174.
14
dalam sejarah perkembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa. 4. Metode Analisis Data Apabila data telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, yaitu pengolahan data untuk menarik kesimpulan. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan fenomena-fenomena yang ada pada saat ini atau yang saat lampau, dari seluruh data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi18. Penelitian ini menggambarkan suatu kondisi apa adanya berdasarkan data yang diperoleh tanpa adanya manipulasi atau pengubahan data, dengan tahapan analisis, pertama, data yang telah diperoleh, dipilih atau direduksi (penggolongan data serta membuang yang tidah perlu); kedua, menyajikan data yang telah direduksi tersebut dalam bentuk narasi; dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah dipaparkan. F. Kerangka Teoritik Bagian ini mengungkapkan teori yang akan digunakan untuk menganalisis data/fakta yang ditemukan sesuai dengan pokok masalah yang diteliti, sebagai berikut:
18
Nana Syaodih Sukmadidata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 54.
15
1. Pengertian sejarah Menurut
penjelasan
Sartono
Kartodirdjo
dalam
bukunya
menjelaskan, bahwa pengertian sejarah ada dua macam, diantaranya19: a.
b.
Sejarah dalam arti Subyektif adalah suatu konstruk, yaitu bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita tersebut merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun struktur. Sejarah dalam arti Objektif adalah menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu proses sejarah dalam aktualitasnya. Kejadian tersebut sekali terjadi dan tidak dapat diulang atau terulang lagi. Orang yang memiliki kesempatan mengalami suatu kejadian pun sebenarnya hanya dapat mengamati sebagian dari totalitas kejadian tersebut. Menurut Kuntowijoyo20, sejarah memiliki tiga kaidah, kaidah
pertama, sejarah adalah fakta, perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah sejarah menyuguhkan fakta, sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi, atau fantasi. Kaidah kedua, sejarah itu diakronis, ideografis, dan unik. Sejarah itu diakronis, sedangkan ilmu sosial itu sinkronis. Artinya, sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam ruang21. Kaidah ketiga, sejarah itu empiris. Inilah yang membedakan sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu empiris, ilmu agama itu normatif. Empiris berasal dari kata Yunani empiria, artinya
19
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 14-15. 20 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2003), cet ke-2, hlm. 157. 21 Ibid, hlm. 158.
16
pengalaman. Maka, sejarah itu empiris, sebab sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh22. 2. Sejarah Pendidikan di Indonesia Sejarah pendidikan di Indonesia juga melalui tahap-tahap dan dari zaman ke zaman yang mempunyai pendiri serta kurikulum yang berbedabeda. Yang dapat dijabarkan sebagai berikut: a.
Pendidikan pada masa klasik. Zaman klasik sering dikaitkan dengan zaman prasejarah oleh para sejarawan karena kerja mereka dalam menandai dan menemukan bukti peninggalan peradaban dan kebudayaan, syarat utamanya adalah terutama bukti tulis, atau kalau tidak seperti itu bukti peninggalan sejarah tersebut harus bisa dibaca dan ditafsirkan adanya aktivitas kehidupan di masa itu. Pendidikan pada masa Klasik terdiri pendidikan berlandaskan ajaran keagamaan (Hindu-Budha, Islam dan Kristen Katolik).
b.
Pendidikan Dalam Rangka Perjuangan Indonesia Pendidikan dalam rangka perjuangan kemerdekaan ditandai oleh munculnya gerakan pendidikan yang dipelopori oleh Muhammadiyah, Perguruan Taman Siswa, INS Kayutanam, Pendidikan Ma’arif dan perguruan ialam lainnya.
c.
22
Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan
Ibid, hlm. 160.
17
Keadaan pendidikan setelah kemerdekaan ditandai dengan adanya Kurikulum, Sistem Persekolahan, Perkembangan Jumlah Siswa, d.
Pendidikan pada masa orde lama Pada masa ini Indonesia mampu mengekspor guru ke negara tetangga, dan banyak generasi muda yang disekolahkan di luar negeri dengan tujuan agar mereka kelak dapat kembali ke tanah air untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapat. Kurikulum pada era Orde Lama dibagi manjadi 2 kurikulum di antaranya: Rentang Tahun 1945-1968, Rencana Pelajaran Terurai 1952, Kurikulum 1964
e.
Pendidikan pada masa Orde Baru Dalam era ini dikenal sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya INPRES Pendidikan Dasar. Kurikulumnya terdiri dari Kurikulum1968, Kurikulum1975, Kurikulum 1984, Kurilukum 1994.
f.
Pendidikan pada masa Orde Reformasi Pendidikan di masa reformasi juga belum sepenuhnya dikatakan berhasil.
Karena,
pemerintah
belum
memberikan
kebebasan
sepenuhnya untuk mendesain pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan lokal, misalnya penentuan kelulusan siswa masih diatur dan ditentukan oleh pemerintah. Kurikulumnya terdiri dari: Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
18
3. Struktur Organisasi dan kultur a. Struktur organisasi Organisasi adalah sebagai kelompok dua orang atau lebih yang tergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Dan untuk merancang organisasi ada prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu koordinasi, scalar, fungsional, dan staf. Sesuatu atau perkumpulan dapat disebut organisasi apabila ada aspek-aspek penting di dalamnya yang dipenuhi, yaitu23: 1) Tujuan tertentu yang ingin dicapai. 2) Sistem kerjasama yang terstruktur dari sekelompok orang. 3) Pembagian kerja dan hubungan kerja anatara sesama karyawan. 4) Penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi. 5) Keterikatan formal dan tata tertib yang harus ditaati. 6) Pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas. 7) Unsur-unsur dan alat-alat organisasi. 8) Penempatan orang-orang dan alat-alat organisasi. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sekumpulan orang dapat dikatakan sebagai organisasi jika memenuhi empat unsur pokok, yaitu: organisasi itu merupakan sistem, adanya sesuatu pola aktivitas, adanya sekelompok orang, dan adanya tujuan yang telah ditetapkan24.
23
Samino, Manajemen Pendidikan. Spirit Keislaman dan KeIndonesiaan, (Surakart: Fairuz Media, 2011), cet ke-2, hlm. 55. 24 Khaerul Umam, Perilaku Organisasi, (Bandung; CV. Pustaka Setia, 2012), cet ke-2, hlm. 23.
19
Hal ini jelas terlihat dalam organisasi yang besar, seperti departemen
di
lingkungan
pemerintahan,
perusahaan
negara,
pemerintah daerah, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, pengertian organisasi menjadi semakin kompleks, strukturnya menjadi rumit, dan tingkat formalitas menjadi makin besar. Semua itu pada akhirnya akan sangat mempengaruhi setiap orang yang bekerja sama dalam organisasi demikian25. Adapun ciri-ciri organisasi menurut Akhmad Subkhi adalah sebagai berikut26. 1) Lembaga sosial yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan. 2) Dikembangkan untuk mencapai tujuan. 3) Secara sadar dikoordinasikan dan dengan sengaja disusun. 4) Instrumen sosial yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat diidentifikasi. Adapun dalam Akhmad Subekhi27, menerangkan tentang bentuk-bentuk organisasi antara lain : 1) Organisasi Politik. Oraganisai politik adalah organiasasi atau kelompok yang bergerak atau berkepentingan atau terlibat dalam proses politik dan
25
Ibid. Akhmad Subkhi, Pengantar Teori Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta; Prestasi Pustaka, 2013), hlm. 3. 27 Akhmad. 2013. Pengantar Teori Dan Perilaku Organisasi. Jakarta; Prestasi Pustaka. Cet. Ke-1. 26
20
dalam ilmu kenegaraan, secara aktif berperan dalam menentukan nasib bangsa tersebut. Organisasi politik dapat mencakup berbagai jenis organisasi seperti kelompok advokasi yang melobi perubahan kepada politisi. 2) Oragnisasi Sosial. Organisasi Sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum, maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, membentuk organisasi sosisl untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. 3) Organisasi Mahasiswa. Organisasi Mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa. Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, ekstra kampus, maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas kampus. Sebagian
organisasi
mahasiswa
di
kampus
Indonesia
juga
membentuk organisasi mahasiswa tingkat nasional sebagai wadah kerjasama dan mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap kemajuan Indonesia. 4) Orgaisasi Olahraga.
21
Organisasi olahraga adalah organisai yang berisikan berbagai macam cabang olahraga. 5) Organisasi Sekolah. Organisasi Sekolah adalah organisasi yang dibentuk atas inisiatif siswa maupun guru di suatu sekolah, seperti OSIS, koperasi sekolah, dan lain-lain. 6) Organisasi Negara. Organisasi Negara adalah struktur pemerintah di suatu negara yang menentukan jalannya pemerintahan dengan lancar. b. Kultur Organisasi Kebudayaan (kultur) menurut Taylor adalah totalitas yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. Dalam hal tersebut kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat28. Kebudayaan (kultur) dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut: 28
Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, (Jakarta; Rineka Cipta, 2000), hlm. 157.
22
1) Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia 2) Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan, jawa, bali, sunda, nusa tenggara timur, dan sebagainya. 3) Kebudayaan populer, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu, yang termasuk kebudayaan populer misalnya lagu-lagu populer, model film, dan model-model pakaian, dan sebagain. Dalam kebudayaan yang disebutkan termasuk kepada organisasi dalam pendidikan atau suatu sekolah, asal proposinya disesuaikan dengan waktu dan tempat. Yang jelas kebudayaan umum harus diajarkan pada semuah sekolah, sementara itu kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, jadi berbeda-beda ditiap daerah, sedangkan kebudayaan populer dapat juga diajarkan proposi yang kecil sebab kebudayaan itu sedang mencuat, tentu disenangi anakanak29. 4. Etos kerja dalam organisasi Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesuatu kelompok. Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian berbeda yaitu: Suatu aturan umum atau cara hidup.
a.
29
Ibid, hlm. 157.
23
b.
Suatu tatanan aturan perilaku.
c.
Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku. Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang
berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita cita yang positif. Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi, guna mewujudkan sesuatu cita-cita. Jadi kesimpulannya Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden. Sistematika Penulisan Untuk
memudahkan
pembaca
dalam
mempelajari
dan
memahami tesis ini, penulis menyajikan tesis dengan sistematika sebagai berikut: 1. BAB I: Pendahuluan, berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, kerangka teoritik dan sistematika penulisan. 2. BAB II: Sejarah Muhammadiyah dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah Pada bab ini dibahas tentang sejarah yang meliputi
pengertian
sejarah
dan
metodologi
pendekatan
sejarah.
24
Muhammadiyah yang meliputi sejarah berdiri, identitas Muhammadiyah, visi
dan
misi
Muhammadiyah,
dasar
Muhammadiyah,
tujuan
Muhammadiyah. Perkembangan lembaga Muhammadiyah yang meliputi sejarah
Pendidikan
Muhammadiyah,
Pembaharuan
kelembagaan
pendidikan Muhammadiyah, konsep pendidikan Muhammadiyah, dan Tantangan pendidikan Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan lainnya di Indonesia 3. BAB III: Deskripsi Data Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum berdirnya Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa, yang meliputi letak geografis, sejarah berdinya Muhammadiyah
di
Sumbawa,
perkembangan
Muhammadiyah
di
Sumbawa. Data perkembangan lembaga pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa, meliputi Perkembangan lembaga pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa serta faktor pendukung dan penghambat perkembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah di Sumbawa. 4. BAB IV: Analisis Data. Pada bab ini dibahas tentang analisis Sejarah dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat serta analisis faktor pendukung dan penghambatnya. 5. BAB V: Penutup. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, saran, dan kata penutup.