BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Skripsi ini akan membahas mengenai peran organisasi AYFN dalam meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek sentral dan stakeholder utama dalam poin – poin kesepakatan yang telah disepakati dalam cetak biru Masyarakat ASEAN (khususnya pilar ASCC). Di dalam dokumen Kuala Lumpur Declaration ASEAN 2025: Forging Ahead Together (2015), ditemukan kata ‘youth’ sebanyak sembilan belas kali dalam poin kesepakatan. Ini membuktikan bahwa pemuda merupakan pemangku kepentingan yang sangat penting dalam keberlangsungan ASEAN Community. Ini juga didukung data dari Population Reference Bureau (2013) jumlah kelompok pemuda yang berumur 10 – 24 tahun mencapai 27% dari total jumlah penduduk di kawasan Asia Tenggara. Lima belas tahun kemudian, tentu kelompok inilah yang akan melanjutkan visi dan misi Masyarakat ASEAN. Hal inilah yang disadari oleh para pemimpin negara ASEAN sehingga menjadikan pemuda aktor dan subyek utama dalam berbagai program yang akan dilaksanakan. Dalam ASEAN Community Blueprint disebutkan bahwa Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar utama yaitu ASEAN-Economic Community (AEC), ASEAN Political-Security Community (APSC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). Dari tiga pilar ASEAN tersebut, Masyarakat Sosial – Budaya (ASCC) merupakan pilar yang paling mendasar. Hal ini dikarenakan
1
bidang sosial – budaya menjadi satu titik tolak utama untuk meningkatkan peopleoriented ASEAN dan mewujudkan Masyarakat ASEAN yang diharapkan yaitu one vision, one identity, one community. Selain itu, untuk membangun integrasi yang berkesinambungan diperlukan kerja sama dan sinergi antar masyarakat ASEAN. Kerja sama dapat dilakukan jika masyarakat mengenal dan dapat menerima satu sama lain dalam kehidupan ASEAN yang multikultural. Oleh karenanya, pilar sosial – budaya merupakan akar dari integrasi masyarakat ASEAN sebagai modal masyarakat untuk berinteraksi dan bekerja sama. Di dalam ASCC Blueprint telah disepakati berbagai program untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam mewujudkan Masyarakat ASEAN. Di antaranya adalah Kapal Pemuda ASEAN, Pertukaran Pemuda antar Negara, Olimpiade Olahraga Mahasiswa ASEAN, ASEAN Youth Exchange, ASEAN Youth Enterpreneur Expo dan beberapa program lainnya. Akan tetapi, secara domestik, pemerintah Indonesia kurang memberikan perhatian terhadap isu ASEAN dan pemuda. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Kinerja Kemenpora tahun 2015. Kemenpora sebagai lembaga pemerintah yang mengurusi kepemudaan memang mempunyai tujuan untuk meningkatkan peran aktif pemuda dalam menghadapi Masyarakat ASEAN. Namun demikian, hanya ditemukan dua kegiatan yang termasuk dalam kategori kepemudaan dan ASEAN yaitu Jambore Pemuda Indonesia 2015 dan Pemilihan Organisasi Kepemudaan Tingkat Nasional. Kemenpora berharap dapat meningkatkan pemahaman pemuda tentang ASEAN melalui kegiatan tersebut namun tidak satu pun kegiatan yang menggandeng nama ASEAN. Kegiatan tersebut hanya dalam konteks Indonesia
2
saja tidak melibatkan pemuda dari negara ASEAN lainnya. Kurangnya perhatian pemerintah Indonesia terhadap perkembangan ASEAN dan kepemudaan, menimbulkan keperihatinan dari dua pemuda Indonesia yang merupakan alumni UGM. Kedua pemuda ini melakukan perjalanan ke negara-negara di Asia Tenggara untuk mengajukan kerja sama ke berbagai universitas dan kampus tanpa adanya official recognition dari ASEAN Bodies, negara maupun universitas untuk melaksanakan social project berkaitan dengan isu ASEAN. Kesuksesan proyek yang dilaksanakan kemudian memunculkan ide untuk membentuk suatu organisasi pemuda yang kemudian diberi nama ASEAN Youth Friendship Network atau disingkat dengan AYFN pada tahun 2010. Sejauh ini AYFN telah menjalankan 16 program dengan pengulangan lebih dari dua kali di masing-masing program. Setiap program diikuti oleh 20 sampai 30 mahasiwa Indonesia dan 20 sampai 30 mahasiswa negara yang menjadi tuan rumah program. Berikut adalah beberapa program yang telah dilaksanakan oleh AYFN: a. Indonesia – Vietnam Youth Friendship Program (IVYFP) b. Inter-cultural Learning and Friendship Program (ILFriP) c. Indonesia – Philippines Youth Cultural Exchange Program (IPYCEP) d. Bilateral Students’ Leader Adventure Camp (BiSAC) e. Art Immersion and Students Exchange Fieldtrip (AISEF) AYFN merupakan organisasi pertama yang secara independen dibentuk oleh mahasiswa untuk pemuda ASEAN tanpa campur tangan dari kampus, negara maupun ASEAN Bodies. Dengan melihat jumlah kaum muda Indonesia sebesar
3
25% dari total jumlah penduduk Indonesia, AYFN berinisiatif untuk merangkul 62,7 juta pemuda Indonesia untuk turut serta berpartisipasi dalam mewujudkan Masyarakat ASEAN, khususnya Masyarakat Sosial-Budaya melalui berbagai program-program pertukaran pemuda. (Badan Pusat Statistik 2015: Statistik Pemuda Indonesia) Dengan demikian, peneliti tertarik untuk meneliti peran AYFN dan sejauh mana organisasi ASEAN Youth Friendship and Network (AYFN) mampu meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC yang dilihat dari unsur sense of community.
1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat peran AYFN. Peran yang dimaksud adalah perannya sebagai organisasi kepemudaan yang berfokus pada isu ASEAN. Selanjutnya, peneliti ingin meneliti sejauh mana peran organisasi ini dalam meningkatkan kesadaran pemuda yang tergabung dalam AYFN terhadap ASEAN – Socio Cultural Community. Dengan demikian rumusan masalah yang diajukan adalah: 1. Apa peran AYFN sebagai organisasi kepemudaan di Asia Tenggara? 2. Sejauh mana peran AYFN dalam meningkatkan kesadaran anggotanya terhadap ASEAN – Socio Cultural Community dilihat dari dimensi sense of community?
4
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui peran AYFN sebagai organisasi kepemudaan di Asia Tenggara dalam meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC 2. Mengetahui
sejauh
mana AYFN
dapat
meningkatkan
kesadaran
anggotanya terhadap ASEAN Socio Cultural Community dilihat dari dimensi sense of community.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan manfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan mengenai peran organisasi pemuda yaitu AYFN dalam meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap ASEAN Socio - Cultural Community. 2. Memberikan manfaat bagi ASEAN sebagai institusi dan pemerintah Indonesia secara domestik untuk mengetahui aktivitas atau program yang diinisiasi oleh pemuda dalam mempromosikan ASEAN Community secara umum dan ASEAN Socio-Cultural Community secara khusus. ASEAN dan pemerintah Indonesia juga dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan mengenai pemuda dan ASEAN.
5
1.5 Keaslian Penelitian Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, peneliti meninjau pustaka hasil penelitian mahasiswa UGM yang berkaitan dengan ASEAN Community. Peneliti menemukan beberapa penelitian yang membahas mengenai ASEAN Community dan menyimpulkannya seperti tabel di bawah ini. Tidak semua penelitian dimasukkan dalam uraian karena peneliti hanya memilih topik penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti
Tahun
Desinta Dwi
2014
Topik Penelitian
Hasil Penelitian
Menakar Kesiapan
85.3% pelajar dan 45% mahasiswa di
Asriani, MA,
Menuju Masyarakat
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dkk.
ASEAN 2015
tidak
mengetahui
tentang
adanya
Masyarakat ASEAN 2015. Amalia Estetika
2014
Pembentukan Sense of
Program
pertukaran
Community ASEAN
AMLCSEP
Melalui Program
perannya
Pertukaran Pemuda Studi
dimensi-dimensi sense
Kasus : ASEAN
community ASEAN. Hasil wawancara
Millenium Leaders
kepada para peserta program angkatan
College Students
tahun 2011 memperlihatkan bahwa
Exchange Program
selama program muncul dimensi-
telah dalam
pelajar
menunjukkan memunculkan of
dimensi sense of community. Seluruh kegiatan yang dijalankan selama satu tahun berdampak bagi adanya minat para responden yang cenderung lebih tertarik untuk mempelajari ASEAN dan
bergaul
dengan
masyarakat
ASEAN. Aditya Indra Nugraha
2015
Kesiapan Mahasiswa
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Fakultas Liberal Arts
kelima informan memiliki persiapan
Universitas Thammasat
yang
dalam Mempersiapkan
Masyarakat ASEAN 2015. Dalam
6
matang
dalam
menghadapi
Diri untuk Masyarakat
mempersiapkan diri, mereka belajar
ASEAN 2015.
bahasa-bahasa di Asia Tenggara dan belajar mengenai bidang ekonomi, politik
dan
sosial
budaya
Asia
Tenggara. Informan juga melakukan perjalanan studi ke berbagai negara di Asia Tenggara. Selain itu, informan juga
sudah
pekerjaan
memiliki
setelah
rencana
diberlakukannya
MEA. Lina Yulianti
2015
Dynamic Governance
Dynamic
governance
Unit Organisasi Pusat
PLUT DIY dalam mempersiapkan
Layanan Usaha Terpadu
UMKM
DIY dalam
dilihat
Mempersiapkan UMKM
dalam melakukan thinking ahead,
DIY Menghadapi
thinking again, dan thinking across.
Masyarakat Ekonomi
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
ASEAN
bahwa PLUT DIY belum cukup
DIY
menghadapi
dari kapabilitas
memadai
organisasi
dalam
MEA
organisasi
mempersiapkan
UMKM di DIY menghadapi MEA. Table 1. Daftar Penelitian terkait ASEAN di UGM
7