BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Melayu merupakan salah satu kelompok etnik (atau ras) besar di dunia. Berdasarkan penyebaran dan perpindahannya, asal mula penduduk sebagian besar di Asia Tenggara dan Polinesia adalah Melayu. Ini dapat ditinjau dari sejarah persebarannya yang disebut Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Etnik Melayu mendiami beberapa negara seperti Malaysia, Filipina (bagian selatan), Singapura, Pattani Thailand, Myanmar, Brunei Darussalam, dan Indonesia (Muhammad Husein, 2011: 2). Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan istilah yang meluas dan agak kabur. Istilah ini maknanya merangkumi suku bangsa serumpun di Nusantara yang pada zaman dahulu dikenali oleh orang-orang Eropa sebagai bahasa suku bangsa dalam perdagangan dan perniagaan. Masyarakat Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir dalam ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas perdagangan dan pertukaran barang-barang ekonomi dan kesenian dari berbagai wilayah dunia (Muhammad Takari dan Heristina Dewi, 2008:24). Di Indonesia, etnik Melayu terdapat di beberapa daerah, yaitu: daerah Tamiang di Nangroe Aceh Darussalam, Pesisir Timur Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Jambi, dan Sumatera Selatan. Di Pesisir Timur Sumatera Utara (dahulu masuk wilayah Sumatera Timur), wilayah budaya etnik Melayu berdasarkan pemekarannya meliputi Kabupaten/Kota: Langkat, Binjai, Medan, 1
Universitas Sumatera Utara
Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjungbalai, Batubara, dan Labuhan Batu (Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan), dan Siak Sri Indrapura (Muhammad Husein, 2011: 3). Suatu kebudayaan pasti terdapat suatu unsur kesenian seperti musik dan tari yang mana fungsinya adalah sebagai unsure budaya yang menjadi pendukung terbentuknya suatu kebudayaan. Pada prinsipnya, musik terdiri dari wujud gagasan, seperti konsep tentang ruang: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, frekuensi nada, sebaran nada-nada, kontur, formula melodi, dan lainlainnya. Dimensi ruang dalam musik ini merupakan organisasi suara. Sementara di sisi lain, musik juga dibangun oleh dimensi waktu, yang terdiri dari: metrum atau birama, nilai not (panjang pendeknya durasi not), kecepatan (seperti lambat, sedang, cepat, sangat cepat). Kedua dimensi pendukung musik ini, kadang juga berhubungan dengan seni tari yang diiringinya. Dalam konteks budaya Melayu sendiri, integrasi musik dengan tari terwujud dalam konsep begitu musik begitu pula tarinya. Dengan demikian, budaya musik menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kebudayaan Melayu pada umumnya (Muhammad Takari dan Heristina Dewi, 2008:113). Dalam suatu ensambel musik Melayu, biasanya alat-alat musik atau instrumen yang digunakan ialah gendang (gendang anak, gendang induk), marwas, biola, akordion, tamburin, rebana, dan gambus. Namun ensambel musik tersebut terdapat penggunaan alat musik yang berbeda. Contohnya pada ensambel musik ronggeng atau pakpung, tidak menggunakan alat musik gambus berbeda
2
Universitas Sumatera Utara
dengan ensambel musik zapin dan ensambel musik gambus. Pada ensambel musik zapin pembawa melodinya adalah gambus dan pembawa ritmenya adalah marwas. Gambus adalah suatu alat musik petik (kordofon) yang sumber bunyinya berasal dari senar yang digetarkan dan bentuk lehernya lebih panjang daripada badannya (long neck lute). Alat musik ini terbuat dari batang kayu nangka (Artocarpus integra sp) dan di daerah Sumatera Utara (khususnya kota Medan) biasa disebut dengan gambus belalang. Gambus ini memiliki senar paling sedikit 3 senar dan biasaya double (1 nada 2 senar) ditambah senar tunggal untuk nada yang paling rendah, namun ada juga yang terdiri dari 12 senar. Asal mula masuknya gambus ke daerah-daerah Indonesia bersamaan dengan masuknya pengaruh Islam ke daerah-daerah yang bersangkutan, sehingga warna dan musiknya pun bernafaskan Islam. Alat musik ini awalnya masuk ke Indonesia dimulai dari daerah Pesisir Sumatera Timur yang dibawa oleh saudagar-saudagar asal Timur Tengah yang berdagang ke Indonesia. Pada saat yang bersamaan, mereka juga mengembangkan dan menyebarkan agama Islam ke Indonesia sehingga berkembanglah agama Islam dan kebudayaannya di Indonesia (Mohd Anis Md. Nor, 1997:116-117).
Fungsi dimainkannya alat musik gambus ini ialah sebagai pembawa melodi dalam sebuah ensambel musik Melayu khususnya ensambel musik zapin dan gambus. Nasri Effas adalah musisi musik Melayu yang ahli dalam memainkan alat musik gambus. Dimasa kecil dan remajanya, Nasri Effas tumbuh dilingkungan komunitas Melayu. Pada saat penulis memperhatikan Nasri Effas bermain alat 3
Universitas Sumatera Utara
musik gambus, penulis menemukan beberapa teknik yang sangat khas dari seorang Nasri Effas, yaitu dari segi penjarian, improvisasi (gerenek, cengkok, patah-patah), dan teknik pelarasannya. Karakter musik, teknik, dan gaya permainan gambus-nya menjadi menarik untuk disimak, dianalisis dan untuk lebih jauh untuk dipahami sebagai suatu fenomena penting dalam perkembangan tradisi musik gambus. Inilah nantinya akan menjadi perhatian utama dalam skripsi ini. 1.2 Pokok Permasalahan Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah: Bagaimanakah teknik permainan gambus yang dimainkan oleh Bapak Nasri Effas? Pokok masalah ini akan didukung pula oleh masalah bagaimanakah pola penggarapan komposisi musik pada alat musik gambus yang dimainkan Bapak Nasri Effas selaku informan kunci penulis? 1.3 Tujuan dan Manfaat Berbicara masalah tujuan adalah menyangkut untuk apa sesuatu itu dilakukan. Sedangkan membicarakan tentang manfaat adalah apa manfaat dari sesuatu yang dilakukan itu kepada masyarakat. 1.3.1 Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui dengan cara mendeskripsikan bagaimana pola penggarapan komposisi musik yang dimainkan dengan alat musik gambus menurut Bapak Nasri Effas selaku informan kunci penulis.
4
Universitas Sumatera Utara
2.
Untuk mengetahui dengan cara mendeskripsikan teknik permainan gambus yang dimainkan oleh Bapak Nasri Effas.
1.3.2 Manfaat Sedangkan manfaatnya adalah sebagai berikut : 1.
Sebagai suatu masukan pada pemusik, khususnya pemusik Melayu dalam mengembangkan teknik permainan gambus
2.
Sebagai suatu bahan informasi tentang fenomena yang terjadi dalam ensambel musik Melayu
3.
Untuk membantu pemerintah dalam suatu usaha pelestarian dan pengembangan musik tradisional khususnya musik Melayu.
4.
Sebagai
bahan
dokumentasi
yang
bermanfaat
dalam
disiplin
etnomusikologi.
1.4 Konsep dan Teori yang Digunakan Sebagai dasar pemikiran penulis dalam mengerjakan penelitian ini, penulis mengetengahkan beberapa konsep dari masyarakat dan juga konsep dari pemusikpemusik tradisional Melayu serta beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli. Semua konsep dan teori tersebut digunakan untuk kerangka berpikir penulis dalam penelitian maupun dalam penulisan.
5
Universitas Sumatera Utara
1.4.1 Konsep yang Digunakan Deskripsi adalah satu kaedah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri (Vardiansyah,2008:9). Dalam
keilmuan,
deskripsi
diperlukan
agar peneliti tidak
melupa-
kan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah teknik. Saat data yang dikumpulkan, deskripsi, analisis dan kesimpulannya lebih disajikan dalam angka-angka maka hal ini dinamakan penelitian kuantitatif. Sebaliknya, apabila data, deskripsi, dan analisis kesimpulannya disajikan dalam uraian kata-kata maka dinamakan penelitian kualitatif (Vardiansyah,2008:10). Konsep “teknik permainan” yang dimaksud dalam skripsi ini adalah ciri khas atau karakteristik Bapak Nasri Effas dalam mengolah unsur musik (melodi, ritem, harmoni) pada alat musik gambus Melayu. Teknik permainan gambus Melayu yang dimaksud mencakup dari tata cara memegang gambus, kontrsuksi jari, teknik-teknik permainan, sampai pada pola penggarapan komposisi lagu. Titon (1984:5) dalam bukunya yang berjudul “Word Of Musik Introduction to The World’s Peoples mengatakan:
6
Universitas Sumatera Utara
This includes everything related to the organization of musical sound it self: pitch elemen (scale mode, melody, harmony, tuning system, and soforth); time elemen (rhythms, meter); timbre elemen (voice quality, instrument tone color); and sound intensity (loudness and softness) [Dengan terjemahan bebas: “gaya memasukan segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi musikal itu sendiri : elemen nada (tangga nada, modus, melodi, harmoni, dsb.); unsur waktu (ritem, meter); unsure timbre (kualitas suara, warna nada instrument); dan intesitas bunyi (kuat atau lemahnya bunyi atau suara)].
Selanjutnya, menurut Kodidjat (2004:25), ensambel adalah rombongan permainan bersama sekelompok musisi. Dengan demikian pengertian ensambel, termasuk dalam hal ini ensambel gambus adalah sekelompok musisi yang bermain bersama dalam pertunjukan music gambus. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa deskripsi teknik permainan gambus adalah suatu kaedah untuk menjelaskan atau mengutarakan secara jelas dan terperinci tentang teknik permainan gambus yang didukung dengan data-data seperti elemen nada (tangga nada, modus, melodi, harmoni, dsb.); unsur waktu (ritem, meter); unsur timbre (kualitas suara, warna nada instrument); dan intesitas bunyi (kuat atau lemahnya bunyi atau suara) yang telah di kumpulkan dan di analisis, dimana data-data tersebut diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap informan kunci maupun informan pangkal dan menggunakan metode-metode dalam penelitian, baik itu metode penelitian kualitatif, maupun metode penelitian kuantitatif.
7
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Teori yang Digunakan Menurut Koentjaranigrat (1970:30), bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang suatu teori yang bersangkutan. Oleh karena itu teori adalah salah satu pendapat para ahli yang dijadikan acuan dalam membahas masalah dalam tulisan ini. Untuk mengkaji transmisi permainan gambus dari satu generasi ke generasi berikutnya, penulis menggunakan teori tradisi lisan, yang lazim digunakan dalam disiplin etnomusikologi. Di dalam tradisi musik lisan (oral tradition), perubahan merupakan sebuah fenomena yang pasti akan selalu terjadi. Begitu juga di dalam tradisi musik Melayu, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya hanya dengan lisan/tidak tertulis. Tidak adanya aturan yang baku secara tertulis mengakibatkan terjadinya proses penambahan maupun pengurangan di dalam unsur kebudayaan musik yang dimaksud. In a folk or nonliterate culture…..a song must be sung, remembered, and taught by one generation to the next. If this does not happen, it dies is last forever. There is another alternative : if it is not accepted by it’s audience, it may be change to fit the needs and desires of the people who perform and hear it.” (Bruno Netll dan Gerald Behague, 1991:4) [Dalam terjemahan bebas: Sebuah kebudayaan rakyat atau kebudayaan tidak tertulis , sebuah lagu / musik harus dinyanyikan, diingat dan diajarkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya, jika hal ini tidak terjadi lagu/musik itu akan mati dan hilang atau punah. Namun ada alternative lain, jika musik tersebut tidak diterima oleh audiens / penonton, hal ini mungkin dapat diubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dari orang-orang yang mempertunjukan dan mendengarnya).
8
Universitas Sumatera Utara
Teknik permaianan gambus yang dikembangkan oleh Bapak Nasri Effas merupakan hasil perubahan yang lahir dari proses belajarnya bermain gambus secara lisan. Secara sengaja maupun tidak sengaja, Bapak Nasri Effas telah mengembangkan teknik-teknik baru di dalam bermain alat musik gambus. Hal ini sangat mungkin terjadi di dalam setiap kebudayaan musik yang diwariskan secara lisan/tanpa tulisan. Mengacu pada teori di atas, peristiwa atau fenomena ini dapat diidentifikasi sebagai sebuah hasil dari sistem pewarisan tradisi lisan (oral tradition), yang disesuaikan dengan kebutuhan maupun permintaan penonton atau masyarakat (Daniel Limbong,2012:8-9). Untuk mengkaji teknik permainan gambus dalam kebudsayaan music Melayu, oleh Nasri Effas, penulis menggunakan teori prilaku fisik dan verbal pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Dalam buku yang ditulisnya ini, terutama pada Bab VI, Merriam mengkaji peranan pemusik itu melalui tiga aspek perilaku, yaitu (1) prilaku fisik, (2) prilaku verbal, dan (3) prilaku sosial. Lebih jauh secara eksplisit Merriam menyatakannya sebagai berikut. Physical behavior refers the fact that in order for sound to be produced, people must flex their fingers and use their lips and diaphragm if the sound is to be produced on a music instrument; or they must manipulate the vocal cords and the diaphragm if the sound is to be vocal. Techniques of playing music instruments have been rather widely discussed in the ethnomusicological literature, and but two or three examples will suffice here. Among the Bashi people of the Eastern Congo (Leopoldville), the mulizi is a notched, end-blown flute played primarily by cattle herders (1964:103). …
Menurut Merriam prilaku fisik merujuk kepada fakta bagaimana pemusik dan alat musiknya menghasilkan suara atau bunyi, setiap pemusik memetikkan jari-jarinya dan menggunakan bibir dan diafragmanya dalam rangka menghasilkan 9
Universitas Sumatera Utara
bunyi dari suaranya. Teknik memainkan alat-alat musik tidak begitu luas didiskusikan di dalam bahan-bahan bacaan etnomusikologi, hanya ada dua atau tiga yang dicontohkan oleh Merriam. The second kind of behavior which exists in respect to music is verbal behavior, to wheter extent it may be used, about music sound. This, too, of course, is a reflection of underlying concepts of music, but in this case applied spesifically to what people say about music structure and the criteria which surround it. Perhaps the most obvious verbal criteria are those which are applied to judgments of the performance of music: these are the standards of excellence in performance. Such standards of excellence must be present, for without them, as has been noted in another context, no such thing as a Scapiro, this point becomes obvious: “By style is meant the constant form—and sometimes the constant elements, qualities, and expression—in the art of an individual or a group” (1953:287). Further, style has continuity, as expressed by Haag when he notes that “the important point is the continuum in music; each musical style is drwan from the idiom of the preceding period. … Music teachers … draw their students of excellence from the preceding generation” (1960:219, 220). All groups must emphasize certain music values above others, and these values tend to be continuous in time, though change can and does occur. The question here, then, is not wheter criteria of excellence exixst, but rather wheter and how they are verbalized (Merriam, 1964:114-115). Lebih jauh lagi, prilaku verbal dalam kajian etnomusikologis, dijelaskan oleh Merriam bahwa beranjak dari bunyi musik, maka manusia pendukung kebudayaan musik itu akan mengatakan tentang struktur musik dan kriteria musik tersebut. Mungkin yang paling sering menjadi bahan kajian mengenai prilaku verbal ini adalah pertunjukan musik: apa saja standar-satandar kehebatan dalam pertunjukan musik. Seperti yang dikemukakan oleh Scapiro bahwa gaya musik itu berarti bentuk konstan—dana kadang-kadang unsur-unsur konstan, kualitas, dan ekspresi musik—yang dilakukan baik dalam seni musik yang dibawakan secara individu maupun kelompok. 10
Universitas Sumatera Utara
Gambus merupakan alat musik yang berperan sebagai pembawa melodi, maka untuk menganalisa suaranya penulis berpatokan pada pendapat William P. Malm (1977:8) yang menyatakan beberapa karakter yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu : (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6) pola kadens, (7) formula melodi dan (8) kontur. Teori ini disebut juga dengan teori Weighted Scale (bobot tangga nada). Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu. Dalam proses transkripsi penulis berpedoman pada pendapat Nettl (1991:23) yang
mengatakan
ada
dua
pendekatan
yang
bisa
digunakan
untuk
mendeskripsikan musik, yaitu: (1) kita dapat menganalisa dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, (2) kita dapat menuliskan bunyi musik itu dalam tulisan sehingga dapat mendeskripsikan tulisan itu. Dalam hal notasi penulis mengacu pada pendapat Seeger (1958:184-195) yang membedakan dua notasi ditinjau dari tujuannya, yaitu : notasi perskriptif dan notasi deskriptif. Notasi perskriptif yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat di wujudkan oleh pemain musik. Notasi deskriptif adalah laporan yang disertai dengan lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu komposisi musik diwujudkan.
11
Universitas Sumatera Utara
1.5 Metode Penelitian Menurut Koentjaraningrat (1977:16), metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memahami permasalahan yang terdapat dalam ensambel musik Melayu. Menurut Kirk dan Miller dalam Moleong (1990:3), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pada
pengamatan
manusia
dalam kawasannya
sendiri
dan
berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya. Untuk mendapatkan teknik permainan yang ada pada instrumen gambus, penulis melakukan penelitian dengan melihat dan mengamati permainan oleh informan kunci yaitu Nasri Effas dalam konteks musik zapin Melayu. Secara umum, dalam skripsi ini dibagi kedalam tiga tahapan yaitu: 1.
Tahapan sebelum ke lapangan
2.
Kerja lapangan (field work)
3.
Kerja laboratiorium (desk work)
1.5.1 Tahapan Sebelum ke Lapangan 1.5.1.1 Pemilihan dan Perumusan Masalah Tujuan dari sebuah penelitian adalah untuk memecahkan atau menemukan jawaban terhadap sebuah masalah. Oleh karena itu, langkah pertama didalam sebuah penelitian biasanya menentukan atau memilih masalah yang akan diteliti.
12
Universitas Sumatera Utara
Salah satu langkah awal dalam memilih dan merumuskan masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah dengan melakukan Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan adalah pengamatan pendahuluan untuk mencari data informasi tentang suatu masalah dari sumber bacaan atau literature.
1.5.1.2 Pemilihan Informan Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu menentukan informan kunci yang akan memberikan informasi yang mendalam mengenai pokok permasalahan yang sudah ditetapkan. Informan kunci dalam penelitian skripsi ini adalah Nasri Effas, yang kemudian memberikan informasi atau petunjuk informan lain untuk melengkapi referensi data yang diperlukan. 1.5.1.3 Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah berdasarkan tempat berdomisilinya informan kunci yaitu pemain gambus yang diteliti dan dimana informan tersebut bermain musik Melayu khususnya memainkan alat musik gambus. Oleh karena itu penulis melihat kasus yang sering terjadi di kota Medan sebagai suatu bahan penelitian dan memilih wilayah Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai sebagai perbandingan dan juga sebagai tempat tinggal informan kunci yaitu Nasri Effas. Berikut ini adalah lokasi penilitian yang penulis lakukan: 1.
Senin, 13 Januari 2014 di Pantai Cermin di rumah Nasri Effas
2.
Kamis, 16 Januari 2014 di Taman Budaya
3.
Kamis, 27 Maret 2014 di Taman Budaya
4.
Senin, 8 September 2014 di Pantai Cermin di rumah Nasri Effas 13
Universitas Sumatera Utara
5.
Selasa, 9 September 2014 di Taman Budaya
6.
Rabu, 10 September 2014 di Pantai Cermin di rumah Nasri Effas
7.
Kamis, 11 September 2014 di Taman Budaya
8.
Kamis, September 2014 di Taman Budaya
1.5.2 Kerja Lapangan ( Field Work) 1.5.2.1 Observasi (Observation) Jenis observasi dalam skripsi ini adalah observasi yang tidak terstruktur. Observasi yang tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di observasi. Observasi yang dilakukan meliputi tempat-tempat yang mendukung untuk mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya mengenai permasalahan penelitian. Dari cara observasi dengan cara pengamatan langsung dan wawancara dilapangan, penulis mendapatkan catatan dan rekaman dengan menggunakan kamera digital canon power shot A2500 HD.
1.5.2.2 Wawancara Untuk mendapatkan informasi mengenai teknik permainan gambus Melayu Nasri Effas, maka penulis melakukan metode wawancara terencana. Metode ini mengarahkan penulis bahwa sebelum melakukan wawancara, penulis menyusun daftar pertanyaan (interview guide) sebagai pedoman untuk melakukan wawancara. Akan tetapi, setiap pertanyaan dari wawancara tersebut akan dikembangkan lagi dan tidak hanya terbatas pada pertanyaan yang telah disusun sebelumnya (Koenjtaraningrat 1983:174)
14
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.3 Studi Kepustakaan Untuk mendukung informasi yang diperoleh dari para informan, penulis mencari buku-buku yang relevan dengan masalah-masalah yang dibahas. Namun demikian sampai saat ini penulis belum menemukan buku-buku yang berkaitan tentang teknik permainan gambus Melayu dan juga yang berkaitan dengan komposisi musik Melayu. Oleh karena itu buku-buku yang penulis dapati dalam penulisan ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan konsep musik secara umum dan menyangkut masalah teori-teori, analisis dan metode penelitian. Di antaranya: tesis S2 bertema musik zapin oleh Muhammad Husein, skripsi sarjana Eva Gusmala Yanti berjudul Lagu-lagu Zapin Ciptaan Zul Alinur: Kajian Terhadap Struktur Teks dan Melodi, skripsi sarjana Daniel Limbong yang berjudul Deskripsi Analitis Gaya Permainan Hasapi Sarikawan Sitohang Dalam Konteks Tradisi Gondang Hasapi, buku karangan karangan Muhammad Takari dan Heristina Dewi, yang berjudul Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara, buku karangan Rogayah A.Hamid dan Maryam Salim yang berjudul Kesultanan Melayu, buku karangan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berjudul Potensi Etnik Sumatera Utara, dan Zapin Melayu di Nusantara karangan Mohd Anis Md Noor 1.5.3 Kerja Laboratorium Keseluruhan data yang terkumpul dari lapangan selanjutnya diproses dalam kerja laboratorium. Data-data yang bersifat deskripsi analisis disusun dengan mempergunakan sistematika penulisan, sedangkan data-data berupa suara ditranskripsikan dalam bentuk notasi selanjutnya dianalisis. 15
Universitas Sumatera Utara
Dalam penotosian nada yang dihasilkan gambus ini, penulis menggunakan software computer berupa Sibelius 7. Selanjutnya penulis menganalisisnya ke dalam Microsoft word. Hal-hal yang berkaitan dengan cara menganalisanya, penulis mengguanakan aplikasi dari windows media player. Proses pentraskripsian dilakukan dengan terlebih dahulu mendengarkan video rekaman berulang kali. Untuk memudahkan mendengar dan melihat objek yang diteliti, maka video diperlambat dengan menggunakan windows media player. Windows Media Player adalah salah satu software pemutar video yang menyediakan play sped setting “pengaturan kecepatan video”. Berikut penulis jelaskan cara-cara penulis untuk penotasian nada-nada gambus yang dimainkan oleh Nasri Effas.
Gambar 1.1 Penggunaan Windows Media Player Sumber: dokumentasi penulis, 2014 16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.2 Penggunaan Play speed Setting untuk Memperlambat Video Sumber: dokumentasi penulis, 2014
Gambar 1.3 Tampilan Visual Sibelius 7 untuk Mentranskripsikan melodi Gambus Sumber: dokumentasi penulis, 2014
17
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.1 An nalisis Data a T Tahapan
analisis
ddata
berttujuan
un ntuk
mennajamkan
dan
mengorgaanisasikan data, d dengaan demikan kesimpu ulannya dappat divertiv vikasi untuk mennjadi temuan penelitiann terhadap masalah m yan ng diteliti. D Data yang berupa rekaman audio a ditran nskripsikan kke dalam notasi Barat. Sistematikka kerjanya dalah dengan mendengarka m an hasil rekkaman, kem mudian men nuliskannyaa ke atas seebuah kertas unttuk selanju utnya dianallisis (Nettl,, 1963:98). Cara ini ddilakukan untuk u membantuu menganalisis setiap tteknik perm mainan gam mbus yang ddimainkan Nasri Effas. N Notasi Baratt yang diguunakan dalaam skripsi in ni berbentuuk lima gariis dan empat spaasi yang berrtanda mulaa kunci G. Berikut B ini beberapa b ellemen pentiing di dalam notasi Barat:
1.
Tandaa Tempo Temppo berfungsi untuk meenyatakan cepat c lambaatnya lagu yyang dimainkan.
Seperti
p pada contoh h diatas tannda tempo allegretto, a artinya agakk cepat dan riang
dengan hittungan 108 8-116 M.M. 18 8
Universitas Sumatera Utara
2.
Kunci G Kunci G adalah kunci yang bentuknya seperti kepala biola. Kunci G disebut
juga kunci biola karena kunci G digunakan untuk menuliskan nada-nada tinggi. Kunci G digunakan untuk menunjukkan letak nada G pada garis kedua. Berikut nilai nada di garis paranada dengan kunci G:
19
Universitas Sumatera Utara