BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat diseluruh dunia menyadari atau tidak, bahwasanya kehidupan individu ditandai dengan peralihan yang secara adat sering dianggap sangat penting. Hampir semua masyarakat di seluruh dunia hidup individu dibagi oleh adat masyarakatnya ke dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Tingkatan-tingkatan hidup individu yang dalam kitab- kitabAntropologiseringdisebutstages along lifecycle,misalnya masa bayi, masa pralihan, masa kanak-kanak, masa remaja,masa pubertas, masa dewasa, masa sesudah nikah, masa hamil,masatua dan sebagainya. (Koentjaraningrat, 1981 : 63-64). Perilaku kesehatan yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok masyarakat
tertentu,
telah
banyak
mendapat
sorotan
pada
akhir-akhir
ini.Walaupun sesungguhnya sejak tahun 1940-an adanya peningkatan minat dan perhatian dari kalangan ilmuwan kesehatan ataupun perilaku untuk menyoroti masalah kesehatan antara ’’Sehat” dan ”Sakit” yang dialami oleh anggota masyarakat. Hal tersebut banyak ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti faktor biomedik, kependudukan,
pelayanan kesehatan dan
lingkungan sekitar (Bulss, 1963). Budaya Hidup Sehat menurut undang-undang kesehatan Republik Indonesia UUD (Undang-Undang dasar) No. 9 Tahun 1960 tentang pokok kesehatan Bab 1 pasal 2, sehat adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat serta kelemahan.Selain batasan tersebut, sehat juga dibedakan secara fisiologi dan secara anatomis. Sehat secara fisiologi, apalagi organ-organ di
1
dalam tubuh berfungsi secara normal dan baik, misalnya jantung, paru-paru, ginjal, sistem peredaran darah. Sehat secara anatomis, apabila anggota tubuh lengkap,misalnya memiliki kedua lengan, jari-jari tangan lengkap, anggota tubuh bagian bawah lengkap kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor. Hal–hal faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang antara lain pendidikan yang cukup untuk menjalankan cara-cara hidup sehat, kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup yang teratur, perumahan yang sehat dan nyaman, persediaan air bersih yang cukup untuk keluarga, pembuangan air limbah dan sampah yang baik, makanan yang bergizi cukup, vaksinasi, pemberantasan vektor penyakit, berolahraga yang teratur dan benar, serta menjaga berat badan yang normal seperti Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan (dalam koentjaraningrat,2009: 13) melihat lembaga dari sudut fungsinya. Menurut mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari proses-proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta polapolanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya. Selain itu, seorang sosiolog yang bernama Summer melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan. (koentjaraningrat,2009: 13). Menurut Plan Indonesia, organisasi kemanusiaan yang fokus pada perlindungan dan pemberdayaan anak, menyampaikan hasil temuannya mengenai pernikahan dini. Plan mencatat, 33,5 persen anak usia 13-18 tahun pernah
2
menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 15-16 tahun.sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah. Selain tingginya angka KDRT, perkawinan dini berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan beberapa yang memilih untuk bercerai. Hal ini tercatat bahwa beberapa kasus bermunculan di daerah Tabanan, menjadi bagian dari salah satu permasalahan yang menyebabkan beberapa remaja yang melakukan pernikahan dini, pemerhati pada generasi saat ini kurang perhatian dari pemerinah terkait masa depan generasi muda, karena muncul beberpa kasus didaerah lain dengan kasus yang sama yang ada saat ini di desa sudimara. Di bidang pendidikan, pernikahan dini mengakibatkan anak remaja tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Pernyataan diatas mengartikan bahwa pernikahan dini pada masa-masa sekolah yang mereka alami saat ini meresahkan orang tua di masa anak remaja sedang mengenyam pendidikan. Apabila terjadi pernikahan dini maka mereka merasa dikucilkan, karena masa sekolah adalah masa menuntut ilmu dimana pada masa-masa mereka anak remaja dalam usia labil.Hal ini hanya 5,6 persen anak terkena pernikahan dini yang masih
usianya
dalam melanjutkan sekolah tertunda dikarenakan
pergaulan bebas dalam masa-masa mereka untuk memilih-milih pasangan atau
3
dikatakan (cinta monyet) kebebasan dalam pergaulan mereka tidak dikontrol oleh orang tua mereka sehingga orang tua kecolongan terhadap sikap anak-anak mereka. Usia anak remaja 15-24 tahun di Indonesia berdasarkan SP (Sensus Penduduk) 2010 berjumlah 40,75 juta dari seluruh penduduk yang berjumlah 237,6 juta jiwa. Sementara jumlah penduduk usia 10-14 tahun berjumlah 22,7 juta. Menurut data Suspenas 2009 menunjukan remaja usia 15-19 tahun yang berstatus kawin sebesar 3 persen (perempuan 5,4 persen dan laki-laki 0,6 persen), sedangkan remaja usia 20-24 tahun sebesar 16,8 persen ( perempuan 25,2 persen dan laki-laki 8,6 persen), (Muadz, 2009:2). Suatu hal yang tidak dapat diabaikan, bahwa dalam mengkaji perilaku kesehatan harus ditempatkan pada kerangka dan konteks yang lebih ”Luas” yaitu mengkaji perilaku atau perilaku kesehatan (health behavior) bukan hanya dilihat dari realita perilaku itu sendiri, tetapi harus memperhatikan ide-ide, gagasangagasan, harapan-harapan, pengetahuan dan kepercayaan atau struktur yang ada dibelakang dari perilaku tersebut, atau dengan kata lain kebudayaan dalam pengertian kognitif (Kesing, 1981: Spradley, 1972: 51). Kerangka pemikiran ini berdasarkan asumsi, bahwa tidak ada suatu perilaku atau tindakan yang dijadikan oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat yang tidak dilatari oleh suatu proses mental atau kebudayaan. Karena kebudayaan ini lah yang menentukan, mengarahkan dan mempengaruhi pola-pola tindakan dan perilaku seseorang di dalam masyarakat dalam menindaklanjuti fenomena pernikahan dini yang ada saat ini (Geertz, 1992:4). kebudayaan
4
merupakan pola-pola penggerak eksplisit dan emplisit bagi perilaku kesehatan yang ada saat ini di masyarak diperoleh melalui simbol-simbol. Pola ini meliputi nilai-nilai, norma-norma standar bagi perilaku, ideologi pembenaran cara bertindak individu itu yang dipilih, perilaku dalam berbagi situasi atau tempat, ide-ide tradisional yang masyarakat ketahui dan masih saat ini menggunakan beberapa tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional untuk membantu pertolongan pertama pada pendrita medis. Ditegaskan oleh (Segall 1988:18), bahwa pandangan yang ungkapkan diatas kebudayaan membentuk pengetahuan, kepercayaan
seseorang
mengenai
sebab-sebab
sakit,
bentuk
tindakan
pencegahannya serta bentuk tindakan pengobatannya atau pemulihannya yang digunakan terhadap gangguan kesehatan yang dialami. Perilaku kesehatan dalam konteks mencangkup didalam perilaku dalam kondisi ”Sehat” dan ”Sakit” maupun pemulihan kesehatan dalam masyarakat (Kalangie, 1986:8) juga dalam konteks interaksiantara biologi manusia dengan perilaku dan konsekuensi sosial budaya yang mempengaruhi atau mengkondisikan perilaku kesehatan yang dijalankan individu atau kelompok pasangan keluarga dalam
menjelaskan
proses
dan
kegiatan
reproduksi
mereka.
Remaja
(adolescent)adalah penduduk usia 10-19 tahun (WHO / World Health Organization); Pemuda (Youth) adalah penduduk usia 15-24 tahun (UNFPA); Orang Muda (young people) adalah penduduk usia 10-24 tahun sasaran program ini
adalah
penduduk
usia
10-24
tahun
yang
belum
menikah
(Muhammad,2008:12).Perilaku kesehatan dalam kaitannya dengan reproduksi sehat, muncul dengan adanya suatu kenyataan, bahwa masalah gagangguan
5
kesehatan reproduksi yang banyak dan dihadapi oleh masyarakat dewasa ini, banyak ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Hal ini disebabkan karena praktek-praktek reproduksi yang dijadikan oleh suatu pasangan keluarga, tidak hanya merupakan gejala biologi semata, tetapi itu juga memperhatikan adanya gejala-gejala sosial budaya di dalamnya (Spradley, 1977:16) dan faktor sosial budayalah yang dianggap amat menentukan dan memainkan peranan penting dalam menentukan dan mempengaruhi perilaku tindakan dan praktek-praktek kesehatan reproduksi yang tidak ketahui oleh masyarakat luas terkait permasalahan remaja saat ini. Pergaulan bebas remaja hanya dalam ruang lingkup diman mereka bergaul dengan sesamanya. Misalkan tempat-tempat angkringan dimana mereka bisa menyesuaikan dirinya untuk bertindak idealis anatara sesama mereka untuk melakukan tindakan sosial misalkan minum minuman keras, dimana kerumunan remaja di desa yang hanya sebagai hiburan antara teman sebayanya yang hanya sebatas penghibur untuk sebuah lingkungan di desa. Di desa tempat hiburan jarang untuk anak remaja didalam ruang lingkup pergaulan remajadi desa kepedulian kepada orang tua tidak terlalu ketat ketimbang di kota, karena di desa hanya sebatas tau dan tidak permah memiliki rasa memiliki anatara orang tua yang tidak melihat anaknya berada di dalam kerumunan pergaulan remaja disana. Rasa mendidik anak berkurang dikarenakan kesibukan orang tua berangkat pagi kesawah pulang malam. Hal ini yang mengakibatkan kurangnya perhatian kepada anaknya. Pola pergaulan ini menjadi peniru para remaja dalam masa-masa mereka untuk mencari jati diri mereka untuk bergaul dengan sesama remaja. Tindakan ini
6
lah terkadang remaja berubah pikiran dalam dirinya bahwa rasa ingin tau dan kesetian mereka berpacaran sehingga pengorbanan diri individu menjadi harsat hubungan diantara mereka atau kalangan pasangan pranikah didalam suatu masyarakat tergolong bukan hal yang hawam, untuk di lihat karena perkembangan lah yang membuat pola pikir manusia berubah dalam menilai remaja semasih mereka mencari jati diri untuk menemukan pasangan mereka dalam berpacaran. Tingkatan kesehatan masyarakat Desa Sudimara sudah dikatakan cukup baik, karena masyarakat sudah mapan untuk mengadakan pembersihan lingkungan rumah tangganya dan mampu untuk berobat ataupun ke puskesmas terdekat, disamping itu pula dengan adanya Puskesmas di Desa Sudimara, untuk kegiatan Posiandu sudah diadakan ditiap-tiap Desa , dan untuk penimbangan balita sudah diadakan rutin setiap bulan. Bahwa dewasa ini tingkat perkembangan dan pergaulan saat ini tergolong bebas,dikarenakan penggunaan hanphone yang membuat percepatan interaksi remaja dalam pemanfaatan ini lah yang terkadang pola pikir remaja berubah untuk melakukan hal yang negatif dan didukung oleh faktor ekonomi mereka yang mapan untuk memanjakan anak remajanya. Masyarakat pedesaan semakin berkembang adanya perdagangan lahan dan pembanguan ruko terbangun disepanjang jalan, perkembangan remaja mendorong rasa
ingin
memiliki sangat
besar
dikarenakan
faktor-faktor
pergaulan
dandorongan perkembangan teknologi membuat remaja merubah pola pikir mereka hal negatif dari gaya berpacaran hingga berhubungan seks bebas. Gejala sosial budaya yang terjadi di Desa Sudimara berkenaan dengan reproduksi yang mencangkup pernikahan dini, pengetahuan, kepercayaan, nilai-
7
nilai, norma-norma yangmelarang dan merugikan generasi muda, masyarakat atau kelmpok masyarakat tertentu (pasangan usia subur). Untuk itu, setiap kelompok masyarakat mempunyai konsepsi masing-masing berkenaan dengan pola perilaku reproduksi yang dianggap merugikan remaja didalam dunia pergaulan dikarenakan adanya kasus pernikahan dini di usia 16 sampai 17 tahun remaja yang masih sekolah dan merugikan masa depan remaja menurut pemahaman kebudayaan kesehatan yang diantaranya,misalnya dalam perilaku pacaran dalam berhubungan seksual hanya menjalankan rasa cinta sesama dan rasa penasaran yang mendalam, setelah melakukan hubungan, pembuahan, perilaku-perilaku dalam kondisi kehamilan, melahirkan dan berbagai hal berhubungan dengan kesehatan. Pola budaya yang berkenaan dengan kesehatan reproduksi inilah yang membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan serta perilaku remja atau pasangan usia subur (PUS) dalam menjalankan peranan dan proses kegiatan reproduksinya.(Desak,20013) Bahwa berbagai masalah gangguan kesehatan reproduksi yang terjadi pada remaja dewasa ini yang mengancam remaja, misalnya pendarahan, kehamilan diluar nikah dan berbagai kelainan-kelainan kesehatan yang dialami oleh remaja siswa SMP dan SMA sudah melakukan seks bebas diluar pengetahuan orang tua mereka. Memberikan dampak pada remaja baik dari kesehatan reproduksi yang semestinya belum mengenal seksual pada saat berada dalam kondisi mengenyam pendidikan. Keterpaksaan pernikahan terjadi karena pengakuan bahwa hamil terjadi tanpa pengikat pernikahan yang sah, kejadian ini mengarah pada pertanggungjawaban terhadap janin yang dikandung membuat siswa putus
8
sekolah ada pula yang ketingkat menggugurkan demi kepentingan pribadi dengan sembunyi.Ada kala juga langsung melakukan pernikahan untuk memutuskan berhenti
sekolah
demi
pertanggungjawaban
masa
depan
anak
dalam
kandungannya. Beberapa kasus yang ada dalam perkembangan masyarakat dan pergaulan bebas dampak kepada angka kelahiran meningkat dan tidak sesuai dengan angka kematian.(Wiranto/BKKBN,2009.Denpasar.Bali). Setiap masyarakat telah mempunyai sistem budaya yang berkenaan dengan kesehatan reproduksi yang dijadikan sebagai kerangka acuan dalam menata kehidupan kesehatan reproduksinya, tetapi tidak selamanya sistem budaya kesehatan reproduksi tersebut berpengaruh baik terhadap kondisi kesehatan reproduksi pendukungnya pada masyarakat di Desa sudimara. Bahkan terkadang sistem budaya kesehatan reproduksi masyarakat ada beberapa yang berimplikasi negatif terhadap masalah-masalah kesehatan yang ada di Desa sudimara dilihat dari perspektif kebudayaan kesehatan. Seperti salah satunya dalam penelitian ini yakni,hak atas informasi untuk mengetahui segala manfaat dan keterbatasan pilihan metode perencanaan keluarga.Masalah- masalah sosial budaya yang mempengaruhi kondisi kesehatan reproduksi, khususnya bagi masyarakat Sudimara adalah adanya sikap tertutup terhadap budaya dalam masyarakat setempat yang membatasi peranan sosial seorang remaja yang telah berada dalam kondisi reproduksi tertentu, misalnya dalam keadaan mentruasi, kehamilan hingga saat melahirkan dan seminggu sesudahnya untuk menjelaskan peran perawatan terhadap diri dan keluarga.
9
Meskipun sudah ada studi-studi yang pernah dilakukan berkenaan dengan masalah
kesehatan reproduksi, namun diantara kajian-kajian tersebut hanya
membatasi masalah reproduksi pada aspek-aspek tertentu. Yang terkait dengan hal tersebut misalnya dari segi kehamilan diluar pernikahan, aborsi, perilaku “seksual menyimpang” dalam masyarakat, perawatan kesehatan, penggunaan kontrasepsi, dampak sosial budaya dan teknologi kesehatan reproduksi, psikologi serta KB dan fertilitas masyarakat. Kenyataan tersebut lah yang merupakan permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat baik dengan sengaja maupun tanpa disengaja. Sebab itu beberapa kerangka yang dibuat sederhana untuk memberikan pandangan bahwa perjalanan budaya kesehatan dan nilai berdampak pada anak dalam konteks remaja pada masyarakat. Usaha terbaik untuk melangsungkan perkawinan sebgai wanita adalah usia 20 tahun ke atas sedangkan usia pria 25 tahun keatas. Undang-undang perkawinan No 11 tahun 1974 dan peraturan pelaksanaannya, antara lain telah menerapkan bahwa usia minimum bagi wanita yang akan menikah pada perkembangan saat ini menyelesaikan pendidikan dengan kesetaraan gender terhadap laki-laki yang wajib mengenyam pendidikan ketimbang wanita. Pemerataan upaya kesehatan dilakukan melalui jaringan pelayanan paripurna mulai dari keluarga, masyarakat, posyandu, puskesmas, dan rujukan untuk itu dilaksanakan penambahan dan peningkatan fungsi puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas keliling dangan sarana dan tenaganya. Demikian pula dengan posyandu yang pengembangannya sangat tergantung dengan peran serta dan keaktifanmasyarakat, menggunkan teknologi tepat guna menjadi sesuatu yang sederhana. Dan
10
penggunaan teknologi yang tepat guna juga sebagai sesuatu yang ilmiah yang dapat membantu meningkatkan derajat kesejahtraan untuk membiayai kesehatan masyarakat dan dapat dijangkau oleh kalangan masyarakat pada tingkat dasar.Salah satu desa yang agragis memiliki beberapa lahan pariwisata yang mendukung perekonomian. Selain itu sebagin lahan pertanian masyarakat menengah kebawah. Seperti saat ini berita pro dan kontra terkait Keperawanan, memang adalah hal yang sangat penting bagi seorang wanita.Wanita dianggap masih suci ketika dia bisa menjaga keperawanannya dengan baik terutama di negara yang masih menganut agama sebagai pedoman hidup seperti Indonesia yang masih kental dengan adat ketimurannya sendiri. Masih kita ingat dengan jelas, berita mengenai tes keperawaan sebagai syarat masuk sekolah SMP, SMA dan perguruan tinggi. Isu mengenai wacana yang di usulkan pertama sekali oleh DPRD Provinsi Jambi, terkait dengan peningkatan mutu pendidikan, sampai hari ini masih menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Secara mendalam tes keperawanan itu sendiri sebenarnya sudah melanggar HAM, dimana di dalam UUD1945 kebebasan adalah hak seluruh masyarakat Indonesia. Pembukaan UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia telah menegaskan hak-hak setiap warga, Pasal 28C, ayat (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperolah manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
11
Pada ayat (2) pasal yang sama, juga menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun
masyarakat,
bangsa,
dan
negaranya.(Zuhdi
Budiman;kompas:2013:13). Bagaimanapun memang keperawanan adalah hal yang amat penting bagi seorang perempuan, tapi apakah itu bisa di tolak ukur untuk jadi manusia yang baik, keadilan di negeri ini masih jauh dari harapan. Bagaimana dengan lelaki, apa pernah dipertanyatakan dia masih perjaka atau tidak, kenapa hanya wanita saja yang menjadikan negara ini bingung dengan masalah perawan atau tidak perawan saja. Jika ada prasyarat tes keperawanan bagi perempuan di Indonesia,itu mengindikasikan betapa lalainya pemerintah dalam mengatasi ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Demikian halnyawacana tes keperawanan yang bergulir akhir-akhir ini yang diperuntukkan bagi calon pelajar SMA dan Perguruan Tinggi akan memberikan masalah sosial baru di masyarakat sehingga menimbulkan keresahandalam masyarakat.Melibatkan peranan serta masyarakat dan swasta dalam organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dengan lebih menggalangkan komunikasi informasi dan edukasi dengan kerjasama lintas sektor. Dengan demikian dukungan masyarakat secara aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat. Lepas dari masalah pro dan kontra terkait wacana tes keperawanan pada wanita yang dilihat dari beberapa informasi media dunia maya, ada masalah yang lebih penting yang harus mendapat perhatian bersama yakni telah meluasnya
12
perilaku seks bebas di kalangan remaja khususnya pelajar di kota-kota sampai ke pelosok Desa.Hal ini memperlihatkan/membuktikan bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat terkait tentang kesehatan reproduksi remaja seperti yang terjadi di Desa Sudimara kecamatan Tabanan. Peneliti menemukan beberapa masalah yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi yang dialami remaja, khususnya terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan pelajar. Kesehatan merupakan salah satu faktor yang paling dalam menjaga kewasdaan diri terhadap pasangan dalam masa pacran yang tidak labil, kurangnya pengawasan kepada dari orang tua atau kelurga untuk memberikan pengetahuan kepada anaknya dalam masa-masa mereka untuk berhubungan dalam berpacaran terlalu bebas dan tidak dikontolnya tindakan anak kepada pasangannya. Hal inipenting dalam kehidupan para remaja yang masih memilih pasangan hidupnya tanpa ia ketahui dampak dari tindakan yang mereka lakukan sehingga mengorbankan diri sendiri mereka demi rasa ingin tau terlalu tinggi antara lawan jenis misalkan melepas keperawanan kepada pasangan sebagai rasa cinta kasih mereka. Ini yang perlu diperhatikan kepada remaja laki-laki yang memiliki pasangan setia dalam hubungan mereka tergolong terlalu dalam untuk menjalani hubungan yang dilarang oleh agama sebelum adanya upacara sakral diantara pasangan tersebut.Ketahui bersama, bahwa Kabupaten Tabanan merupakan Lumbung Beras bagi Propinsi Bali, untuk mempertahankan peredikat lumbung beras ini maka dilaksanakan usaha- usaha pertanian secara insentif, sedangkan saat ini mulai beralih fungsi banyak terbangun swalayan atau perumahan yang mempersempit pertanian saat ini, perubahan masyarakat
13
Sudimara semakin praktis hal ini dikarenakan masuknya pedagang dari semenjak 2012 ada pedagang luar melihat bahwa kehidupan semakin mapan dilihat dari sumber daya manusia dengan pola gerak kehidupan bisa mempengaruhi daya gerak generasi dalam bergaul di masyarakat.Dari realita yang ada tersebut terlihat bahwa remaja terkait masalah kesehatan reproduksi berimplikasi pada masalahmasalah yang lain yang dihadapi oleh remaja dan lingkungannya. Misalnya masalah pernikahan dini, kesehatan reproduksi, sosial dan sebaginya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan dan sikap remaja terhadap pernikahan dini Desa Sudimara? 2. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini di kalangan remaja Desa Sudimara? 3. Bagaimana implikasi pernikahan dini bagi kehidupan keluarga pasangan pernikahan dini di Desa Sudimara?
14
1.3 Tujuan Dan ManfaatPenelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Secara umum penelitan ini bertujuan untuk mengkaji serta meminimalisir permasalahan yang ada saat ini dan memperoleh informasi secara mendalam tentang pembangunan kesehatan reproduksi remaja dari perspektif antropologi kesehatan terhadap pernikahan dini remaja di Desa Sudimara kecamatan Tabanan. Sejauh mana pengetahuan dan sikap remja terhadap kesehatan reproduksi yang mereka tau terhadap pergaulan saat ini tidak terkontrolnya sikapremada di desa sudimara terhadap tindakan yang mereka alami tanpa pantauan orang tua mereka yang membuat mereka terjerumus oleh pergaulan bebas dan rasa ingin tau mereka terlalu dalam terhadap gaya hidup yang mereka dapat dari media teknologi informatika yang semakin canggih. Serta memahami faktor-faktor terjadinya prilaku pernikahan dini di kalangan remaja. Hal ini peneliti menguatkan narasumber sebagai media untuk memperoleh informasi secara inten dan peneliti mampu merepresentasikan dan mengkaji segala macam tata nilai, norma, tradisi, serta pengetahuan remaja terkait dengan kesehatan reproduksi.
1.3.2Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoritis 1. Mengembangkan suatu temuan baru dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Ilmu Antropologi Kesehatan. 2. Sebagai acuan refrensi atau kepustkaan lingkungan di kalangan Fakultas Sastra budaya.
15
3. Sebagai perubahan pola pikir remaja untuk bertindak lebik dalam pergaulan di era globalisasi ini.
1.3.2.2 Manfaat Praktis Hasilnya ini secara praktis dapat dijadikan bahan pemikiran dalam memperluas wawasan serta memperoleh cara pandang yang berbeda sekaligus dengan berusaha mengatakan permasalahan remaja terkait perilaku kesehatan reproduksi remaja terhadap pernikahan dini saat ini semakin marat.
1.4. Kerangka Teori Dan Konsep 1.4.1 Kerangka Teori 1. Teori Tindakan Talcot Parsons Kebudayaan yang berwujud gagasan dan tingkah laku manusia berasal dari otak dan tubuhnya, kebudayaan berakar di dalam sistem organisasinya. Kecuali itu, kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari keperibadian individu, yang menjadi bagian dari warga masyarakat yang bersangkutan. Dalam peroses itu keperibadian
atau
watak
individu
berpengaruh
pada
perkembangan
kebudayaannya. Dengan demikian pola-pola gagasan dan tindakan-tindakan manusia ditata, dikendalikan, dan dimantapkan oleh berbagai sistem nilai dan norma yang seakan berada diatasnya. Tinjauan teori ini untuk membantu menekan permasalahan yang saat ini remaja alami. Terkait dengan masalah yang diangkat, masalah pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku kesehatan reproduksi mereka diperoleh melaluipergaulan bebas serta kurangnya pengawasan orang tua terhadap tindakan dan proses
16
belajarmereka dalam menghadapi perkembangan global di lingkungan keluarga dan masyarakat, mereka yang berimplikasi pada tindakan-tindakan yang tidak ditata
dikendalikan
dan
dimanfaatkan
oleh
berbagai
sistem
pengetahuan,organisasi sosial, nilai norma, hukum dan teknologi. Hal ini menjadi perubahan sikap remaja terhadap pergaulan mereka sendiri cendrung berbuat semaunya dalam menggunakan telekomunikasi yang dimiliki remaja saat ini, untuk itu remaja bertindak tanpa pengawasan orang tua mereka tidak memiliki tindakan yang semestinya ditakuti dan dipantang oleh sikap rasa ingin tau terlalu besar terhadap pergaulan mereka sehingga mengarah ke seks bebas dikalangan mereka yang berpacaran masih dalam usia remaja (SMP,SMA) sangat rentan terhadap tindakan yang mereka ingin tau dalam perubahan teknologi yang mereka gunakan untuk berinteraksi dan menyimpan hal yang membuat mereka penasaran dalam berpacaran. Tindakan ini lah yang memantau perilaku remaja yang sangat menantang bahaya pada usia dini sudah melakukan pernikahan dalam masa-masa menuntut ilmu.
2. Teori Perilaku Kesehatan F.L.Dunn Teori merupakan tindakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dengan beberapa faktor tertentu dalam masyarakat terkait dengan kesehatan reproduksi sehingga teori dapat memberikan arah penelitian. Dengan begitu tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu atau masyarakat akan mengembangkan suatu metode atau cara dalam menghadapi suatu peristiwa, termasuk bagaimana seorang individu atau kelompok masyarakat mengenai peristiwa kehamilan yang tidak di
17
inginkan pada masa-masa pelajar. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila dikenakan bahwa sikap atau perilaku kesehatan reproduksi tidak lepas dari kebudayaan yang melatarblakangi individu atau masyarakat tersebut. (G.Tan, 1985:19). Dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja, teori yang berada dalam naungan ideasionalisme menekankan bahwa konsep utama adalah kebudayaan, namun perilaku merupakan konsekuensi logis dan manunggal tak terpisahkan dari kebudayaan. Hal ini dimana ketunggalan mereka tidak dapat dipilih terhadap kesehatan reproduksi remaja. Kita dapat berbicara mengenai budaya tertentu bersama perilaku aktor-aktor dalam sistem sosial yang menjalankan kegiatan tertentu pada lokasi dan lingkungan tertentu. Dikenal dengan sistem sosial budaya (Kessing,1981:51). Perilaku menurut Dunn (Kalangie, 1994:44) adalah merupakan tindakan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang bersangkutan (remaja). Dalam upaya menjelaskan tentang perilaku kesehatan baik perilaku yang disadari atau disengaja maupun perilaku yang tidak disadari atau tidak sengaja menguntungkan dan merugikan kesehatan, dapat dijelaskan melalui model alternatif perilaku kesehatan sebagai berikut:
18
Model Alternatif Perilaku Kesehatan Sadar/tahu
Menguntungkan Merugikan
Tidak sadar/tidak tahu
1
4
2
3
Kotak satu menunjukan kegiatan manusia secara sengaja ditunjukan untuk menjaga, meningkatkan kesehatan dan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi pada remaja. Dalam hal ini perilaku kesehatan masyarakat yang secara sengaja menjaga kesehatan dengan berbagai cara. Kegiatan ini berupa segi-segi, promotif, preventif, dan kuratif. Segi-segi ini mencangkup baik istitusi kesehatan teradisional (biobudaya) maupun institusi kesehatan moderen (biomedis). Kotak dua mencangkup semua bentuk perilaku baik merugikan atau merusak kesehatan bahkan berdampak kematian, yang secara sadar atau sengaja dilakukan. Kotak tiga kegiatan-kegiatan atau gejala-gejala yang secara tidak disadari atau tidak disengaja membawa manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok sosial. Kotak empat berhubungan dengan semuatindakan yang tidak disadari, sedikit atau banyak membawa manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok sosial. Berkenaan dengan alternatif perilaku kesehatan yang dipaparkan oleh F.L.Dunn dan kaitannya dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja di Desa Sudimara yang berkenaan dengan kurangnya pengetahuan remaja,adanya seks bebas, kehamilan diluar nikah, bahwa dijumpai perilaku kesehatan masyarakat yang sama pula, dimana remaja memiliki perilaku yang baik secara sadar bahwa perilaku yang diterapkan dalam kehidupan mereka merupakan perilaku yang dapat
19
menguntungkan kesehatannya (rasa ingin mencoba) dan yang secara sengaja atau secara sadar dilakukan dimana perilaku tersebut dapat merugikan masa depan remaja terkait pelajar dan juga merugikan kesehatanmereka. Perilaku terjadinya kehamilan diluar nikah lainnya yaitu perilaku yang secara tidak sadar diterapkan dalam kesehatan namun dapat memberi dampak yang menguntungkan bagi kesehatan dan juga perilaku yang secara tidak sadar dilakukan dimana pada akhirnya akan membawa dampak buruk yang merugikan kesehatan.
1.4.2.Konsep 1.Pengetahuan Menurut(Sarwono,1978)
berpendapat
bahwa
Pengetahuan
individu
didalam suatu masyarakat terbentuk dari suatu proses pemahaman secara aktif yang melibatkan pengambilan keputusan oleh individu, dimana hal ini terkait dengan kenyakinan, kepercayaan pengetahuan dan aspek sosial lainnya. Dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dimana hal ini terjadi setelah individu melakukan penginderaan suatu objek pengetahuan terhadap suatu objek tertentu terkait dengan pernikahan dini saat ini marat terjadi dikarenakan beberapa faktor yang mengarahkan individu untuk melakukan perikahan dikalangan remaja yang masih tergolong siswa/siswi pelajar di Desa Sudimara Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan Menurut Notoatmojo, (2003) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni :indra pengelihatan, pendengaran,
20
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pahami merupakan tindakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, yang dapat diukur dengan kata kerja seperti kemampuan untuk menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Ketidak bahagiaan dalam perkawinan sebagian besar pasangan yang memasuki jenjang perkawinan tidak mempunyai persiapan jiwa dalam arti yang sesungguhnya. Mereka tidak dibekali dengan cukup, hanya sekedar petuah-tuah dan kalimat-kalimat pendek. Mereka berpikir bahwa dengan hubungan-hubungan cinta dan seks akan dapat memuaskan semua keinginan dan kebutuhan istrinya.
2.Perilaku Menurut Santoso, perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukaan seseorang dan kelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang bersangkutan. Saat ini pemeliharaan hak asuh kesehatan reproduksi suami dan istri mempunyai hak yang sama untuk menentukan tindakan yang terbaik menyangkut dengan fungsi dan proses penggunaan alat reproduksinya. Segala sesuatu yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam berbagai bentuk anjuran meskipun dengan tujuan mulia, hak memutuskan tetap pada pasangan suami istri. Nilai kesehatan yang dipandang oleh masyarakat terkait dengan kesehatan reproduksi terhadap nilai anak menjadi perkembangan daya pikir masyarakat untuk dijadikan budaya sehat
dan sakit. Sikap yang didasar atas kedisiplinan diri mampu
21
membawa diri serta bertindak yang baik selaku remaja akan rentan terkena berbagai masalah yang ada disekitar lingkungan. Tindakan hanya yang perlu dijaga dala diri kita sebagai remaja dimana fase-fase teruji oleh batin serta gangguan sosial lainnya untuk menjalani kehidupan menjadi seorang remaja. (Desak. P,213)
3.Sikap Menurut Atmoko, Sikap merupakan Kecendrungan bereaksi terhadap suatu objek tertentu dengan pengalaman dan kondisi lingkungan. Sikap juga merupakan predisposisi yang dipelajarai untuk merespon secara konsisten terhadap objek dalam bentuk respon positif atau negatif. Hal ini menyatakan sikap terdiri dari tiga komponen yaitu: 1. Komponen kognitif, yaitu pengetahuan seseorang terhadap suatu objek. 2. Komponen afeksi, yaitu hubungan emosional terhadap suatu objek yang dapat dirasakan sebagai suatu yang dapat disukai, sehingga tumbuh perasaan positif dan negatif terhadap suatu objek. 3. Komponen perilaku, yaitu kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan kognisi yang efeksinya terhadap sikap. Dari beberapa komponen-komponen diatas mengatakan bahwa sejauh mana pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kesehatan reproduksi di kalangan remaja diantara keluarga mereka. Dari kognisi masyarakat inilah maka akan muncul afeksi yang membawa pada perasaan positif atau negatif menanggapi kehamilan diluar nikah sebagai objek.
22
4. Reproduksi Suatu proses biologis dimana oranisme baru dengan cara mempertahan diri yangdilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. (Larry Kartun.2008;2). Kesehatan reproduksi dalam masyarakat meliputi : Seks yang beresiko atau kehamilan remaja, penyakit menular seksual, kebutuhan KB yang belum terpenuhi, kematian dan kesakitan ibu dan bayi, anemia, kurang gizi/bayi dengan berat badan lahir rendah(BBLR), kemandulan, kanker, kerapuhan tulang. Reproduksi kondisi dimana wanita dan pria sebagai pasangan suami isitri dapat hubungan seksual secara aman dan sah sebagai suami isteri, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan wanita hamil pada umur yang tepat dan dengan jarak kehamilan yang cukup sehingga dimungkinkan menjalani kehamilan dengan aman.
5. Remaja Menurut Kartono, remaja merupakan Penduduk usia 10-19 tahun dalam masa peralihan baik ruanglingkup yang akan mereka sesuaikan pemuda adalah penduduk usia 15-24 tahun sedangkan orang muda adalah dari usia10-24 tahun, generasi muda adalah dari usia 12-24 tahun, dari usia remaja hingga menuju ke jenjang pernikahan dan lepas dari ikatan organisasi pemuda dikatagorikan sudah menjadi tua alias berkeluarga). masa remja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Dari tergolong usia yang tertera diatas
23
bagian dari usia remaja yang tidan dalam usia penikahan (masa-masa sekolah ) dalam pendidikan untuk usia SMP dan SMA.
6.Pernikahan Dini Pernikahan adalah kejadian-kejadian dimana dua pasangan yang memiliki perjanjian yang saksikan oleh orang-orang pemuka agama atau orang tertentu membuat Pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang masih muda seperti siswa/siswi yang tergolong pelajar. Menurut makna kebahasaannya (lughawiyah) kata pernikahan berasal dari bahasa arab “Zawaj” yang berarti pernyataan suami dengan istri atau laki-laki dengan perempuan. Masyarakat Sudimara Kecamatan Tabanan umumnya telah menganggap bahwa remaja termasuk dalam kelompok “generasi muda” yang konsep keberadaannya selalu dikaitkan dengan masalah nilai yang selalu membawa dalam pergaulan keseharian ( minuman sebagai pengantar persaudaraan mereka dikalngan usia mereka yang masih labil)hal ini membuat mayarakat berpandangan terhadap nilainilai yang dibawa remaja masa kini. Pernikahan dini yang semakin tinggi dikalangan masyarakat sampai saat ini tidak ada tindak lanjut dari pemerintah kabupaten ke masyarakat.(Adnyani,2009:63).
24
1.5 Model penelitian Globalisasi
Pembangunan Kesehatan nasional
Kondisi sosial budaya
-
-
Pergaulan bebas Gaya berpacaran Perkembangan/majunya media informasi tanpa kontrol Komik-komik dan buku porno
Pernikahan dini
Lokalitas : Kondisi sosbud Desa Sudimara
-
-
-
Bagaimana pengetahuan dan sikap remaja terhadap pernikahan dini yang masih dilakukan
Faktor apa yang mempengaruhi tindakan pernikahan dini dikalangan remaja Desa Sudimara
Tidak terjadinya/meminimalisir pernikahan dini di kalangan remaja
Keterangan model Hubungan Korelasi Hubungan Satu arah Tujuan Akhir
25
Keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Longgarnya pengawasan orang tua Kurangnya pemerhati kepada anak remaja
Bagaimana implikasi pernikahan dini bagi kehidupan keluarga pasangan pernikahandini di Desa Sudimara
Penjelasan model Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
26
merata dalam wilayah kesatuan Negara RI yang kuat,hal ini lebih tepat tergambar sebagai tujuan pembangunan kesehatan. Gambaran masyarakat di masa depan tersebut dapat dicapai dengan landasan visi, “Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat” dalam mencapai Indonesia Sehat 2010. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mecegah risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2004:125). Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upayaupaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.(Depkes, 2004:126) Di satu sisi budaya kesehatan dalam rangka pola perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini menjadi perilaku menyimpang terhadap pergaulan antara individu satu dengan individu lainnya. Hal ini terkadang menimbulkan pemikiran terkait pergaulan dari sisi individu itu kelihatan sehat dan bisa melakukan aktifitas seperti biasa dari segi medis ketika saat itu melakukan pemeriksaan bahwa individutersebut sakit , dalam kaitannya nilai anak dan pada
27
sisi lainnya nilai anak memberikan jalan pembuka baik terhadap budaya kesehatan tersebut.Berikut ini faktor yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit. Faktor pengetahuan kesehatan yang masih kurang atau belum dapat memaksimalkan fasilitas kesehatan yang ada, misalnya ketika sakit tidak berobat ke puskesmas atau dokter tetapi ke dukun. Faktor kebiasaan penduduk Dalam hal ini kebiasaan yang tidak benar tetapi banyak dilakukan oleh masyarakat, mislanya kebiasaan membuang kotoran limbah dan sampah di sembarang tempat, serta minum air yang tidak matang. Faktor ekonomi Kondisi perekonomian keluarga masyarakat sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Kondisi ekonomi yang lemah menyebabkan ketidakmampuan untuk mengontrol perilaku-perilaku individu terutama remaja mengenai kesehatan reproduksi, gaya pacaran tanpa batas, pergaulan tidak dikontrol oleh orang tua terutama putri, kehamilan sebelum adanya ikatan hubungan suami istri yang sah dalam ajaran agama, abuoursi dan penyakit lainnya terkait dengan kesehatan. Berikut ini upaya untuk menjaga kesehatan peribadi terutama gadis. Faktor kehamilan yang tidak di inginkan bahwa mengetahui beberapa tata cara berhubungan seks terkait penggunaan kondom dengan baik dan benar penggunaan alat kontrasepsi, serta melakukan hubungan seks sesudah berpasangan suami istri. Mengurangi beberapa dampak terjadinya hamil di luar nikah di kalangan remaja penekanan pada pengawasan orangtua pada saat jam makan atau pada saat berkumpul bersama keluarga. Memelihara Kebersihan diri beberapa kebersihan badan dengan cara: mandi dua kali satu hari; menggosok gigi ketika hendak tidur dan pada pagi hari
28
setelah bangun tidur; kebersihan rambut, kuku, hidung, dan telinga; kebersihan pakaian; kebersihan sepatu termasuk kaos kaki; dan kebersihan kamar tidur. Memilih makanan yang sehat dan bergizi Makan yang sehat yaitu makanan yang seimbang, artinya mengandung semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang sesuai. Selain itu, makanan sehat juga tidak mengandung bibit-bibit penyakit atau zat-zat yang dapat membahayakan tubuh. Makanan bergizi bagi tubuh harus seimbang, artinya tidak boleh kurang dan tidak boleh berlebihan. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kondisi tubuh tidak sempurna dan mudah terserang penyakit serta mempengaruhi keadaan kesehatan mentalnya. Sementara itu, kelebihan zat gizi menyebabkan penimbunan dalam jaringan tubuh. Pada kondisi tertentu menyebabkan proses metabolisme di dalam tubuh terganggu. Masyarakat sebagai pelaku pengantar kebudayaan yang sewaktu-waktu akan berubah ketika masyarakat mengalami perkembangan sehingga perubahan dialami mengarah pada perkembangan nilai anak.
1.6 Metode penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sudimara Kecamatan Tabanan Kabupaten Tabanan Propinsi Bali. Alasan pemilihan lokasi ini karena di Desa Sudimara terlihat masalah-masalah Pernikahan diniyang mengarah pada perilaku kesehatan reproduksi remaja terhadap remaja pada usia pelajarsudah hamil dan melakukan
29
pernikahan dini. Hal ini menjadi bukti kuat bahwa rentannya pergaulan bebas menjadi persoalan dalam kehidupan masyarakat terkait kurangnya sosialisasi dikarenakan perkembangan teknologi yang bisa mengakses demikian juga kaitannya dengan nilai anak pada masyarakat misalnya: seks bebas, aborsi, perceraian muda dan gejala-gejala sosial lainnya.
1.6.2Jenis Dan Sumber Data Analisis data dalam satu proses, yang berarti pelaksanaannya sudah dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif dengan melihat dan mengidentifikasikan permasalahan penelitian. Menurut sumber datanya, data dalam penelitian ini dikelompokan menjadi data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama karena kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancara merupakan sumber data utama. Sumber data utama dapat diperoleh dengan pengamatan dan wawancara, dicatat tertulis atau melalui rekaman audio tapesdan pengambilan foto.Data primer dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan, persepsi, tanggapan pengantin dan pihak keluarga serta masyarakat dalam menyikapi kesehatan reproduksi remaja. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, walaupun sumber kedua namun data ini jelas tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi, literature-literatur, lembaga swadaya masyarakat, catatan organisasi, laporan
30
kegiatan dan sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi: dokumen peribadi,kesehatan reproduksi remaja.
1.6.3 Teknik Penentuan informan Informan merupakan individu tertentu dalam penelitian yang diharapkan dapat memberikan keteranganpada pihak pelayanan kesehatan Desa dan sejumlah masyarakat yang memahami tentang kesehatan reproduksi. Dengan menentukan informan penulis menggunakan teknik purposive sampling adalah ditentukan dengan indikator-indikator yang dikaitkan langsung dengan data yang akan dikumpulkan atau dicari.Misalnya : Pasangan pernikahan dini dengan usia perkawinan 16 sampai 17 tahun, mereka pasangan yang droup out, tingkat pendidikan yang rendah. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pihak keluarga pernikahan dini (SMP dan SMA ) sebanyak 5 orang, bahwa 2 pasangan pernikadan dini yang telah ceraiserta orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi, pihak dokter, masyarakat serta yang mampu dan memahami tentang kesehatan rerpoduksi remaja di Desa Sudimara dan dapat bertindak sebagai subyek penelitian.
31
1.6.4Teknik Pengumpulan Data
1Teknik Penelitian Penelitian tentang perilaku kesehatan reproduksi remaja dalam kaitannya dengan nilai pada masyarakat menekankan pada ”Model Etnografi kesehatan” dengan memfokuskan kepada pendekatan deskriftif interpretatif. Pendekatan ini disamping dapat memberikan deskripsi secara menyeluruh tentang kesehatan reproduksi remaja terkait pernikahan dini.
2Teknik Observasi Teknik Observasi adalah teknik pengamatan, alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat sistematik gejala-gelaja yang diselidiki. Teknik ini digunakan dalam penelitian yang dilakukan ini dengan mengamati gejala yang berkaitan dengan perilaku kesehatan reproduksi yang berkenaan dengan remaja pada kehamilan diluar pernikahan pada masa pelajar. Sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang dapat menjawab persoalan yang ingin diketahui.
3Teknik Wawancara Wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2006 : 35). Untuk keadaan tertentu penulis menggunakan wawancara bebas, yaitu yang tidak terpusat dan pertanyaan biasa beralih-alih dari suatu pokok ke pokok yang lain (dalam Koentjaraningrat, 1997 : 139).
32
Wawancara bertujuan untuk
mengumpulkan
keterangan tentang
kehidupan masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan wawancara dengan para informan yang telah ditunjuk oleh informan pangkal. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam yang berpedoman pada daftar wawancara (interview guide) untuk memperoleh data yang bersifat primer dan terarah. Data yang akan dijaring antara lain, terkait bagaimana pengetahuan remaja terhadap perilaku kesehatan reproduksi, sikap remaja terhadap perilaku
kesehatan reproduksi. Faktor-faktor terjadinya
kehamilan diluar nikah dan lain-lain. Selain itu dilakukan wawancara sambil lalu (casual interview) yaitu wawancara tanpa rencana dan orang-orang yang diwawancarai tidak diseleksi lebih dahulu melainkan dijumpai secara kebetulan atau sambil lalu. Bentuk pertanyaan bersifat terbuka (open interview) dalam arti memberi
keleluasaan
bagi
para
informan
untuk
memberi
pandangan-
pandangannya secara bebas dan terbuka sehingga dapat diperoleh data yang lebih mendalam. Wawncara biasa Penggunaan teknik wawancara biasa dilakukan terhadap beberapa orang informan sebagai informan kunci (key informan), antara lain : tokoh agama, tokoh masyarakat, remaja, orangtua remaja, yang dapat mengetahui secara garis besar masalah-masalah yang menjadi obyek atau pokok-permasalahan yang diteliti. Wawancara Mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.
33
4. Teknik Kepustakaan Koentjaraningrat, (1993:33) menyebutkan bahwa studi kepustakaan adalah cara dalam hal melakukan penelitian untuk memperoleh data dengan berdasarkan pada buku, majalah, laporan, karangan, skripsi dan karya tulis lain mengenai suatu bidang ilmiah atau gejala yang relevan dengan masalah yang diangkat dan dibahas. Teknik penelitian kepustakaan yaitu teknik untuk memperoleh data sekunder sebagai pendukung data primer. Teknik kepustakaan dapat berupa hasil-hasil penelitian, data statistik, teori, konsep dan pendapat dari ahli yang digunakan dalam penelitian dan buku sebagai panduan penelitian ini. Proses ini adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar dengan mengacu kepada pokok-pokok pembahasan yang telah ditetapkan. Analisis data dalam penelitian ini juga menyederhanakan data yang terkumpul, menyajikan kemudian mengolah, menafsirkan dan memaknainya yang diharapkan kompleksitas gejala-gejala sosial budaya dapat dijelaskan dan dideskripsikan sesuai dengan realitasnya.
1.6.5Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini di analisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif tersebut memberikan pengertian atau suatu gambaran dari suatu gejala atau keadaan tertentu dari objek
penelitian, serta dalam deskriptif
juga dilakukan interpretasi
terhadap data yang diperoleh atas dasar pengetahuan ide-ide, konsep-konsep yang ada dalam kebudayaan masyarakat, yang menjelaskan latar belakang tingginya angka kehamilan diluar nikah, makna serta pengaruhnya dalam pelaksanaannya, tata cara penentuan remaja serta pengaruhnya dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat pada umumnya, dengan tujuan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan.
34