1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia
diciptakan
Allah
dengan
berbagai
potensi
yang
dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya jika tidak ada bimbingan dan hidayah dari Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan mengerahkan segala tenaga yang dimiliki untuk dapat memehami tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kehalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja dan semua itu sudah diatur oleh Allah. Oleh karena itu Allah SWT memberikan amanah kepada setiap orangtua, untuk membentuk generasi yang akan menjadi cikal bakal khalifah di bumi ini. Anak merupakan amanah dari Allah Ta‟ala yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Kapanpun, dimanapun juga sesuai dengan keinginan-Nya. Amanah itu haruslah kita jaga dan kita bimbing serta dipelihara dengan baik. Allah SWT telah menanamkan fitrah suci pada anak-anak, yang dengan fitrah tersebutlah ia akan menjadi permata yang sangat berharga. Namun Allah SWT juga telah membekali dengan
2
rasa, potensi diri dan panca indera. Dan kitalah sebagai orangtua khususnya yang bertanggung jawab untuk mengembangkan segala rasa dan potensi diri yang dimiliki pada setiap anak. (diunduh tgl 091012, pukul 10.12, pada http://zaldym.wordpress.com/2010/07/17/peranan-danfungsi-orang-tua-dalam-mengembangkan-kecerdasan-emosional-anak/) Membimbing anak adalah suatu kewajiban orangtua, sehingga Islam sangat memperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan anak berada dibawah naungan keluarga harmonis. Keluarga adalah lingkungan alami yang didalamnya anak dapat berkembang, terutama dengan sebuah bimbingan dari orangtuanya sendiri. Karena orangtua adalah guru pertama bagi anaknya. (Ash-Shawwaf, 2003: 29) Fase awal, yaitu pada umur 0-6 tahun sudah dapat menerima rangsangan pelajaran yang kita berikan, dan biasanya fase ini sangatlah mudah untuk kita arahkan. Fase anak-anak memiliki kecenderungan untuk bermain dan melakukan berbagai macam percobaan terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Fase ini orangtua memiliki perananan sangat penting untuk mengarahkannya. Apalagi dalam menanamkan kecintaan terhadap al-Quran. Fungsi pendidikan al-Quran terhadap perkembangan kognitif dan afektif anak secara umum ialah meningkatkan perkembangan moral anak dan kemampuan anak untuk menghapal adan memahami ayat al-Quran sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan mengembangkan daya ingatnya dan pemahamannya serta meningkatkan daya pikirnya untuk
3
mampu memecahkan suatu persoalan yang dia hadapi, baik secara akademik maupun non akademik. Pengaruh bimbingan mencintai al-Quran terhadap perkembangan anak secara kognitif ialah mempengaruhi daya ingat, pemahaman dan pemecahan masalah (daya nalar) anak-anak. Jika ditinjau secara afaktif, bimbingan mencintai al-Quran ini akan akan berpengaruh terhadap kondisi moralnya, sehingga anak mampu berorientasi sebagaimana seseorang harus bersikap dan anak akan terbiasa berprilaku sosial yang baik ditunjukkan dengan beberapa sikap, diantaranya: (a) terbiasa mengucapkan ucapan yang baik, (b) ramah, (c) sopan santun, (d) saling menghormati, (e) mulai menunjukkan sikap peduli, dan (f) mulai timbul sikap kerjasama dan persatuan. Sedangkan sikap anak yang terbiasa mengikuti aturan ditunjukkan denga beberapa sikap, yaitu: (a) mulai tumbuh disiplin, (b) belajar bertanggung jawab, (c) menjaga kebersihan diri serta terbiasa mengurus diri sendiri, dan (d) mulai dapat membedakan perbuatan yang benar dan salah. Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak shalih shalihah merupakan harta yang paling berharga bagi orangtua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada upaya keras dari orangtua dalam membimbing anaknya. Salah satu yang wajib diajarkan kepada manusia.
4
Rasulullah saw bersabda:
َحَبََنَبَيَكَمَََوحَبََآلَبَيَتَهََ َوقََراءَتََاَلقََرآن:َأَدَبَواأََو َلكَمََعَلَئَثَلَثَةَخصَال (َ)واهَالطربانئ “Didiklah (bimbinglah) anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahlul baitnya dan membaca alQuran” (HR. At-Thabrani) Menanamkan rasa cinta anak terhadap al-Quran pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga, yaitu dengan metode keteladanan. Jika menginginkan anak mencintai al-Quran, maka jadikan keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dengan cara berinteraksi secara baik dengan al-Quran, misalnya membawanya dengan penuh kehormatan dan rasa cinta, sehingga hal tersebut akan merasuk kedalam alam bawah sadarnya bahwa mushaf al-Quran adalah sesuatu yang agung, suci, mulia dan harus dihormati, dicintai dan disucikan. Sering memperdengarkan al-Quran di rumah dengan suara merdu dan syahdu, serta memperlihatkan pada anak kecintaan kita pada al-Quran, misalnya dengan cara rutin membacanya. Keluarga merupakan lingkungan pertama seorang individu mempelajari berbagai macam hal. Di sini setiap individu mendapatkan bekal utama sebelum melangkah menuju tempat yang lebih jauh, baik itu sekolah, pergaulan maupun masyarakat. Pola asuh serta suasana yang dibangun orangtua dapat berpengaruh terhadap karakter anak. Apabila orangtua demokratis, adil, mendengarkan
5
anaknya serta membangun suasana yang nyaman dan aman, maka anak pun akan merasa nyaman dan aman berada dalam bimbingan orangtuanya. Akan tetapi, jika orangtua acuh, otoriter, tidak harmonis dan membangun suasana permusuhan dalam keluarga, maka anak akan merasa terabaikan dan tidak diperdulikan, bahkan tidak ingin dibimbing oleh orangtuanya sendiri. Iklim yang diciptakan oleh orangtua merupakan hal yang penting dalam membangun diri individu. (diunduh tgl 25-10-12, pukul. 12.38, pada http://ruangpsikologi.com/membimbing-anak-agar-percaya-diri) Dari penjelasan di atas, inilah yang menjadi dasar agar orangtua dapat membimbing anaknya dengan baik dan bahkan orangtua harus bisa membentuk anaknya agar anak mencintai al-Quran. Cinta disini berarti anak dapat mengenal al-Quran tidak hanya untuk dibaca saja, tapi anak memiliki rasa cinta dan kerinduan untuk bisa menghapal isi ayat al-Quran beserta memahami maksud dari ayat-ayat al-Quran. Menurut Muhammad Utsman Najati, cinta memainkan perananan penting dalam kehidupan manusia. Cinta adalah fondasi kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak. Cinta merupakan dasar kasih sayang diantara manusia dan pembentukan hubungan persahabatan sesama manusia. Cinta merupakan pengikat yang erat yang menghubungkan manusia denga Rabb-nya serta membuat ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, mengikuti manhaj-Nya dan berpegang pada syari‟at-Nya. (Najati, 2005: 120)
6
Mengajarkan al-Quran akan menumbuhkan sifat-sifat kebaikan pada diri manusia. Terlebih lagi jika pengajaran tersebut ditunjukkan secara khusus kepada anggota keluarganya. Bahkan bukan hanya kebaikan saja yang didapatkan, tapi juga rasa cinta anak kepada al-Quran. Jika proses pengajaran al-Quran yang dijalankan atas dasar-dasar teori yang benar, akan mengantarkan anak-anak mencintai al-Quran. Selain itu, akan menambah kemampuan daya ingat, pemahaman, serta pengertian yang mereka miliki. Dapat dikatakan, menghapal al-Quran termasuk kegiatan yang paling utama dan penting untuk dijalankan anak-anak. (Riyadh, 2010: 3) Program yang dilakukan oleh orangtua murid di Persatuan Orangtua Murid Madrasah Ibtidaiyyah At-Taqwa adalah salah satu sarana yang tepat untuk dapat diteliti, terlebih lagi saat ini fenomena kurangnya pembelajaran al-Quran, terutama mengenai hafalan dan pemahaman alQuran di kalangan umat Muslim, dikarenakan semakin maraknya dunia modern seperti adanya internet, sehingga anak-anak lebih tertarik dengan game online, nongkrong di facebook, twitter, BBM, chating dan lain sebagainya. Maka alangkah lebih baiknya jika orangtua selalu memantau dan membimbing anak agar tidak terlalu asyik dengan hal-hal seperti itu, apalagi jika dipergunakan tidak untuk hal yang baik, maka akan berdampak tidak baik pula. Oleh karena itu, orangtua sangat berperan penting dalam memberikan bimbingan kepada anak, agar anak tidak salah jalan dalam
7
menjalani kehidupannya, baik saat sekarang dan masa yang akan datang. Apalagi jika orangtua membimbing dan membiasakan agar anak lebih sering mempelajari al-Quran dibanding dengan hal-hal yang lain yang kurang bermanfaat. Untuk itu sangat menarik sekali bagi penulis untuk meneliti seberapa penting peranan orangtua membimbing anaknya agar mencintai al-Quran. Disini penulis meneliti salah satu Persatuan Orangtua Murid Madrasah Ibtidaiyyah (POM MI) yang berbasis al-Quran untuk lebih mempermudah penulis meneliti lebih lanjut. Berangkat dari realita ini maka penulis melakukan penelitian di POM (Persatuan Orangtua Murid) pada MI (Madrasah Ibtidaiyyah) berbasis al-Quran di Bandung, yaitu POM MI. At-Taqwa Jl. Golf Selatan 1 no 32 Arcamanik-Bandung. B. Rumusan dan Identifikasi Masalah 1.
Rumusan Masalah Bagaimana peranan orangtua dalam membimbing anaknya agar mencintai al-Quran?
2.
Identifikasi Masalah 1) Bagaimana peranan orangtua dalam membimbing anaknya agar gemar belajar membaca al-Quran?
8
2) Bagaimana peranan orangtua dalam membimbing anaknya agar gemar belajar menghafal al-Quran? 3) Bagaimana peranan orangtua dalam membimbing anaknya agar gemar belajar memahami makna al-Quran? C. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Maksud Bedasarkan perumusan masalah di atas, maka terdapat maksud dari penelitian. Diantara maksud dari penelitian adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui orangtua membimbing anaknya agar dapat mencintai al-Quran. 2) Untuk mengetahui metode yang digunakan orangtua untuk mendorong anaknya agar mencintai al-Quran. 2. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui bagaimana orangtua membimbing dan metode bimbingan yang diberikan pada anak agar gemar membaca al-Quran. 2) Untuk mengetahui bagaimana orangtua membimbing dan metode bimbingan yang diberikan pada anak agar gemar menghafal al-Quran. 3) Untuk mengetahui bagaimana orangtua membimbing dan metode bimbingan yang diberikan pada anak agar gemar memahami al-Quran.
9
D. Kegunaan Penelitian Setelah diamati, kegunaan penelitian ini dapat diklasifikasikan secara teoritis dan praktis. Secara teoritis kegunaannya adalah untuk memberikan motivasi bagi anak untuk mencintai al-Quran, untuk menjadikan al-Quran adalah satu-satunya pedoman hidup bagi seluruh umat manusia serta mendapatkan metode-metode yang bermacam-macam dan metode yang tepat untuk dijadikan rujukan bagi setiap orangtua yang ingin membimbing anaknya untuk mencintai al-Quran. Sedangkan kegunaan secara praktisnya adalah bermanfaat sebagai rujukan bagi para orangtua untuk membimbing anaknya dalam mencintai al-Quran dan bermanfaat secara umum untuk mengetahui tentang perkembangan anak melalui bimbingan orangtua dan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyyah. E. Tinjauan Pustaka 1. Peranan dan Bimbingan Orangtua a. Peranan Depari dan Colin (dalam Dahlan, 2001: 550),
perananan
adalah fungsi kedudukan, bagian kedudukan, sedangkan menurut Wilbur Schramm peranan adalah sama dengan tugas. Peranan
adalah
(1)
meliputi
norma-norma
yang
dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Perananan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
10
kemasyarakatan, (2) perananan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, (3) perananan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial. (Soekanto, 2003: 260) b. Bimbingan Bimbingan
dan
Penyuluhan
Secara
harfiah
istilah
bimbingan “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer). (Yusuf, Juntika. 2010: 5) “Bimbingan juga dapat dikatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain (Partowisastro, 1985: 12).” “Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individuindividu dalam menghindari atau mengatasi kesulitankesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.” (Walgito, 1995: 4) Bimbingan yaitu bagian dari program pendidikan dalam membantu pencapaian individu melalui pengembangan kapasitas (Depsos RI, 2009: 5). Bimbingan juga merupakan upaya terencana untuk mengoptimalkan potensi individu. Menurut Moretensen dan Schmuller (2007: 7) bahwa bimbingan diartikan sebagai bagian dari program pendidikan dalam membantu pencapaian seseorang dan staf pelayanan khusus melalui pengembangan kapasitas individu.
11
c. Orangtua Menurut W.J.S Poerwadarminta (1977: 688) menyatakan bahwa orangtua adalah ibu bapak. Sejalan dengan itu dalam Kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, orangtua adalah ayah dan ibu kandung.(Haryanto, 2010: 254). Sedangkan menurut pasal 9 UU 1945/1979 (Soekanto, 1990: 172) menyatakan bahwa oran tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak, baik secara rohani maupun jasmani dan sosial. Berdasarkan ketiga pengertian dari peranan , bimbingan dan orangtua, dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan orangtua adalah fungsi, tugas serta norma-norma yang diterapkan oleh ibu dan bapak dalam memberikan bantuan
untuk
mewujudkan kesejahteraan anak, baik dari segi jasmani ataupun rohani, sehingga anak bisa mandiri tanpa bergantung pada orang lain.
2. Pembentukkan Kecintaan pada Al-Quran Cinta disini adalah sebuah kecintaan terhadap al-Quran, yang mana dengan cinta pada al-Quran akan membuat hati tenang dan selalu rindu untuk membaca, menghapal, mengkaji, memahami dan bahkan belajar serta mengajarkan al-Quran untuk diri sendiri dan orang lain.
12
Mengajarkan al-Quran akan
membentuk menumbuhkan
sifat-sifat kebaikan pada diri manusia. Terlebih lagi jika pengajaran tersebut ditunjukkan secara khusus kepada anggota keluarganya. Bahkan bukan hanya kebaikan saja yang didapatkan, tapi juga rasa cinta anak kepada al-Quran. Jika proses pengajaran al-Quran yang dijalankan atas dasar-dasar teori yang benar, akan mengantarkan anak-anak mencintai al-Quran. Selain itu, akan menambah kemampuan daya ingat, pemahaman, serta pengertian yang mereka miliki. Dapat dikatakan, menghapal al-Quran termasuk kegiatan yang paling utama dan penting untuk dijalankan anak-anak. (Riyadh, 2010: 3) Menghapal al-Quran pada masa kecil lebih utama daripada menghapalnya setelah besar. Belajar pada masa kecil lebih nempel dalam ingatannya, lebih mantap, dan lebih kokoh dalam hapalannya sebagaimana yang telah dimaklumkan oleh semua orang. „Umar ibnul Khaththab M.I. menganjurkan agar sang anak diajari membaca al-Quran sejak usia 5 tahun. (Rahman, 2005: 393) Sebelum mengajarkan hapalan kepada anak, maka kita harus menumbuhkan lebih dulu rasa cinta anak kepada al-Quran, karena menghapalkan al-Quran yang tidak disertai rasa cinta kepada alQuran tidak akan membuahkan hasil apa-apa, dan bahkan tidak berguna. Sebaliknya, jika rasa cinta itu telah tertanam dalam hati mereka, meskipun hanya menghapal beberapa ayat pendek saja, itu
13
sudah dapat menimbulkan dampak yang sangat berarti dalam tingkahlaku anak, sehingga terbentuklah anak pecinta al-Quran. F. Kerangka Pemikiran a.
Peranan Bimbingan Orangtua dalam Membentuk Kecintaan Anak pada Al-Quran menurut Teori a. Dalil Al-Quran/Hadits 1) Peranan Orangtua (Depag RI, 2008: 412) QS. Luqman ayat 16 “(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” 2) Bimbingan Orangtua (Depag RI, 2008: 560)
At-Tahrim ayat 6:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
14
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Depag. 2009: 560) 3) Pembentukkan Kecintaan pada al-Quran (Depag RI, 2008: 286) Qs. Al-Isra: 45-46
. . dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang terutup, dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.
15
Hadits Rasulullah
س َّالِ َداٍُ تَا جًا يَ ْْ َم ْالقِيَا َه ِت َ َْه ْي قَ َرآَ ْالقُر َ ِآى َّ َع ِو َل بِ َِ ْالب ث الد ًْيَا َ ض ْْ ُؤٍُ اَحْ َس ُي ِه ْي َ ِ ُْْ س فِى بُي ِ ض ْْ ِء ال َّش ْو “Barangsiapa yang membaca al-Quran, mempelajari dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari. Dan kedua orangtuanya dipakaikan jubbah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia.” (HR. Hakim) b. Menurut Para Ahli 1) Peranan Bimbingan Orangtua a) Peranan Menurut M. Dahlan (2001: 550) perananan adalah fungsi kedudukan, bagian kedudukan, sedangkan menurut Wilbur Schramm peranan adalah sama dengan tugas. Peranan adalah (1) meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Perananan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan, (2) perananan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, (3) perananan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial. b) Bimbingan
16
Ada beberapa pengertian mengenai bimbingan menurut para ahli, (Willis, 2009: 11-14) diantaranya: 1) Arthur J. Jones, bimbingan adalah dalam proses bimbingan ada dua orang, yakni pembimbing dan yang dibimbing, terbimbing
dimana
pembimbing
mampu
membuat
membantu
si
pilihan-pilihan,
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 2) Frank W. Miller dalam bukunya Guidance, Principle and
Services
(1968),
mengemukakan
definisi
bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat. Prof. Dr. Sofyan S. Willis, bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu agar ia (klien) memahami dirinya
dan
dunianya,
sehingga
ia
(klien)
dapat
memanfaatkan potensi-potensinya. c) Orangtua Menurut W.J.S Poerwadarminta
(1977: 688)
menyatakan bahwa orangtua adalah ibu bapak. Sejalan
17
dengan itu dalam Kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, orangtua adalah ayah dan ibu kandung.(Haryanto, 2010: 254). Sedangkan menurut pasal 9 UU 1945/1979 (Soekanto, 1990: 172) menyatakan bahwa oran tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak, baik secara rohani maupun jasmani dan sosial. Berdasarkan ketiga
pengertian dari peranan,
bimbingan dan orangtua, dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan orangtua adalah fungsi, tugas serta norma-norma yang diterapkan oleh ibu dan bapak dalam memberikan bantuan
untuk mewujudkan kesejahteraan
anak, baik dari segi jasmani ataupun rohani, sehingga anak bisa mandiri tanpa bergantung pada orang lain. d) Keintaan Al-Quran Menurut Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, cinta al-Quran segala yang dilakukan dalam hal apapun tetap mengacu pada al-Quran dan membentuk suatu ikatan dengan al-Quran.
18
2. Peranan Bimbingan Orangtua dalam Membentuk Kecintaan Anak pada Al-Quran menurut Konsep a. Peranan Orangtua Peranan orangtua salah satunya adalah mengasuh anak. Mengasuh anak dianggap sebagai bentuk rahmat kasih sayang Allah SWT terhadap hamba-Nya. Pada saat yang sama pengasuhan anak juga merupakan satu manifestasi dari berbagai bentuk kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia yang menjadi makhluk yang paling mulia dan merupakan karunia-Nya atas manusia dibanding terhadap makhluk lainnya. Disamping itu, pengasuhan anak juga merupakan fitrah (pembawaan asli) yang dititipkan Allah pada hati kedua orangtua. Khususnya sang ibu, yang merupakan makhluk paling sayang kepada anak-anak dan paling mencintainya. Jadi mengasuh anak merupakan rahmat dari Allah SWT yang dititipkan ke dalam hati orangtua. Dengan peranan keduanya, mereka memberikan rahmat kasih sayang tersebut kepada putraputrinya sebagai tanda kasih dan sayang, sehingga putra-putri itu membiasakan diri untuk menyayangi dan mengasihi orang lain sebagai akhlak dan etika sehari-hari. (Yanggo, 2004: 100) b. Bimbingan Orangtua Pada dasarnya bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. (Nurihsan, 2009: 7)
19
Bimbingan berasal dari kata “guidance” dari akar kata “guide” yang berarti mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir. Menurut
Sunaryo
Kartadinata,
bimbingan
adalah
proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sementara itu menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. (Nurihsan, 2009: 5-6). Sedangkan pengertian orangtua adalah orang yang pertama memberikan kesejahteraan segi jasmani maupun rohani pada anak Dari beberapa pengertian tersebut, dapat didefinisikan bahwa bimbingan aorangtua dalah suatu pemberian bantuan kepada anak agar bisa memahami dan mengoptimalkan perkembangan dirinya sendiri, sehingga anak bisa menyesuaikan diri secara baik sesuai dengan tuntutan keadaan, baik di keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Adapun proses pembinaan bimbingan bagi anak-anak oleh orangtua tidak akan berkualitas bila tidak disertai dengan ketidakmaksimalan pemberian hak-hak anak yang menjadi kewajiban orangtua. Jika orangtua berbuat baik kepada anak-
20
anaknya dan mampu menumbuhkan kecintaan dan hormat mereka, maka proses membimbing dan mengarahkan akan lebih mudah dan berhasil. Islam telah menganjurkan orangtua untuk berbuat baik kepada anaknya. (Ash-Shawwaf, 2003: 42-43) Tujuan bimbingan
tidak lepas dari orangtua karena
merekalah yang berkewajiban untuk membimbing. c. Kecintaan terhadap Al-Quran Mengajarkan al-Quran akan menumbuhkan sifat-sifat kebaikan pada diri manusia. Terlebih lagi jika pengajaran tersebut ditunjukkan secara khusus kepada anggota keluarganya. Bahkan bukan hanya kebaikan saja yang didapatkan, tapi juga rasa cinta anak kepada al-Quran. Jika proses pengajaran al-Quran yang dijalankan atas dasar-dasar teori yang benar, akan mengantarkan anak-anak mencintai al-Quran. Selain itu, akan menambah kemampuan daya ingat, pemahaman, serta pengertian yang mereka miliki. Dapat dikatakan, menghapal al-Quran termasuk kegiatan yang paling utama dan penting untuk dijalankan anak-anak. (Riyadh, 2010: 3) Menghapal al-Quran pada masa kecil lebih utama daripada menghapalnya setelah besar. Belajar pada masa kecil lebih nempel dalam ingatannya, lebih mantap, dan lebih kokoh dalam hapalannya sebagaimana yang telah dimaklumkan oleh semua
21
orang. „Umar ibnul Khaththab M.I. menganjurkan agar sang anak diajari membaca al-Quran sejak usia 5 tahun. (Rahman, 2005: 393) Sebelum mengajarkan hapalan kepada anak, maka kita harus menumbuhkan lebih dulu rasa cinta anak kepada al-Quran, karena menghapalkan al-Quran yang tidak disertai rasa cinta kepada al-Quran tidak akan membuahkan hasil apa-apa, dan bahkan tidak berguna. Sebaliknya, jika rasa cinta itu telah tertanam dalam hati mereka, meskipun hanya menghapal beberapa ayat pendek saja, itu sudah dapat menimbulkan dampak yang sangat berarti dalam tingkahlaku anak.
22
Kerangka Operasional
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
“Barangsiapa yang membaca al-Quran, mempelajari dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari. Dan kedua orangtuanya dipakaikan jubbah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, mengapa kami dipakainkan jubbah ini?‟ Dijawab, karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al-Quran” (HR.kHakim)
Peranan Bimbingan
Kecintaan pada al-Quran
1. Membaca 2. Menulis 3. Menghapal
HASIL
1.
Rajin membaca AlQuran
2.
Khatam
3.
Gemar mengkaji isinya
4.
Memahami
5.
Mampu menerapkannya dalam kehidupan
23
G. Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil langkahlangkah penelitian sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian Dalam penelitian ini, penulis menentukan tempat penelitiannya yaitu di POM (Persatuan Orangtua Murid) MI (Madrasah Ibtidaiyyah) berbasis al-Quran, yaitu MI. At-Taqwa Jl. Golf Selatan 1 no 32 Arcamanik-Bandung Jawa Barat, karena memudahkan bagi penulis dalam menjangkau daerah tersebut dan penulis akan lebih mudah dalam melaksanakan penelitian di tempat itu, sebab di MI tersebut terdapat permasalahan dengan objek yang diteliti serta tersedia data dan sumber data yang dibutuhkan. 2. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode metode deskriptif (deskriptive reaserch). Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu permasalahan dengan menggunakan satu metode yang dilakukan melalui penuturan, menganalisa, mencatat secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang berkenaan dengan pokok masalah tersebut. Peneliti menggunakan metode ini karena untuk mengetahui proses-proses bimbingan, disamping untuk langkah-langkahnya/caracara orangtua membimbing.
24
3. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, tujuan jenis data yang diambil adalah untuk memeberikan makna dari setiap literatur dan sumber yang di dapat. Adapun jenis data yang diteliti mencangkup data-data tentang: a. Cara orangtua membimbing anaknya untuk dapat membaca alQuran. b. Cara orangtua membimbing anaknya untuk dapat menulis alQuran. c. Cara orangtua membimbing anaknya untuk dapat menghapal alQuran. d. Cara orangtua membimbing anaknya agar dapat menjadikan kisah dalam al-Quran sebagai contoh dan motivasi dalam mencintai al-Quran. 4. Sumber data Sumber data diambil dari dua bagian yaitu data primer yaitu data yang di peroleh atau bersumber dari tangan pertama. Dalam hal ini peneliti langsung berhadapan dengan objek penelitian, pihak sekolah (Kepala Madrasah/guru) yang menghubungkan dengan bagaimana cara orangtua membimbing anaknya. Kedua, data sekunder yaitu data yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua seperti buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian, dokumen, artikel dan lainnya.
25
Data primer yang diperoleh yaitu hasil wawancara dengan Ketua POM (Persatuan Orangtua Murid) MI berbasis al-Quran dan beberapa orangtua murid, yaitu MI. At-Taqwa Jl. Golf Selatan 1 no 32 Arcamanik-Bandung. Data sekunder yaitu buku dan dokumen lain yang dapat menunjang terhadap pembahasan permasalahan di atas.Yang menjadi objek penelitian ini ialah orangtua dan anak. 5. Teknik pengumpulan data a. Observasi Observasi atau pengamatan, dilakukan peneliti dengan melihat kondisi masyarakat dan kegiatan dari bimbingan orangtua terhadap anak. b. Wawancara Wawancara (interview) ini dilakukan peneliti terhadap orangtua yang sedang membimbing anaknya untuk mencintai alQuran. c. Studi kepustakaan Studi kepustakaan ini sebagai bahan pendukung dari hasil observasi dan wawancaMI. Dimana studi kepustakaan pun, tidak hanya dari referensi umum pendampingan, melainkan dari referensi buku pedoman program keluarga harapan itu sendiri.
26
6. Analisis data Metode perbandingan tetap atau Constant Comparative Method karena dalam analisis data, secara tetap membandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan kemudian secara tetap membandingkan katagori dengan katagori lainnya. Metode analisis data ini dinamakan juga „Grounded Reasearch‟. Secara umum proses analisis datanya mencangkup: reduksi data, kategorisasai data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja. (Lexy J. Moleong, 2011: 288) a. Reduksi Data 1) Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. 2) Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding. Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap „satuan‟, agar supaya tetap dapat ditelusuri data/ satuannya, berasal dari sumber mana. Hanya data yang sesuai dengan dengan bahan penelitian saja diambil seperti data mengenai Peranan Bimbingan Orangtua dalam Membentuk Kecintaan Anak pada Al-Quran.
27
b. Kategorisasi 1) Menyusun kategori, kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. 2) Setiap kategori diberi nama yang disebut „label‟. Untuk mengetahui bagaimana proses bimbingan untuk mencintai al-Quran. c. Sintesisasi 1) Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu katagori dengan kategori lainnya. 2) Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama. Berkaitan dengan upaya atau perananan seperti apa dalam membimbing anak mencintai al-Quran.
28
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERANAN BIMBINGAN ORANGTUA DAN PEMBENTUKAN KECINTAAN ANAK PADA AL-QURAN
A. Peranan Bimbingan Orangtua Keluarga adalah salah satu mata rantai kehidupan yang paling esensial dalam sejarah perjalanan anak manusia. Sekaligus kita juga membuat mozaik khilafah yang membutuhkan bingkai ajaran islam sebagai pelindung dan penghias lukisan kehidupan yang memberikan kenyamanan serta keridhaan yang Maha Dalam
bagi penciptaan-Nya.
Tentu lukisan kehidupan keluarga yang begitu indah dan serba menyenangkan ini tidak lepas dari spectrum dasar yaitu mawaddah wa rahmah. Secara komunikasi, untuk menciptakan keluarga tersebut tentunya setiap pribadi yang ada dalam keluarga, yakni bapak, ibu dan anak harus menempati posisinya secara wajar, teruatama setiap anggota keluarga harus mampu menempatkan dirinya sebagai subjek komunikasi. Sebab keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama dan paling utama serta yang paling mudah menentukan identifikasi siapa komunikator dan siapa yang menjadi komunikan. Apabila didasarkan pada perbedaan usia dan hubungan sebab akibat antara orangtua dan anaknya, maka layak bagi orangtua menempati posisi sebagai komunikator dan anak sebagai komunikan (penerima pesan). Konsekuensinya orangtua dituntut untuk
29
berusaha supaya pertumbuhan dan perkembangan anaknya berlangsung serasi. Islam mendorong untuk membentuk keluarga. Islam mengajak manusia untuk hidup dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia, tanpa menghilangkan kebutuhan. Keluarga merupakan tempat fitrah yang sesuai dengan keinginan Allah SWT bagi kehidupan manusia sejak keberadaan khalifah. (Yusuf, 2010: 23) Sudah menjadi aksioma bahwa keluarga adalah sel hiduputama yang membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut baik dan jika keluarga rusak , masyarakat pun ikut rusak. Bahkan keluarga adalah miniatur umat yang menjadi sekolah pertama bagi manusia dalam memperlajari etika sosial yang tebaik. Sehingga tidak ada umat tanpa keluarga. Urgensi dan keluhuran status keluarga bertumpu pada kenyataan bahwa keluarga merupakan milieu sosial pertama dan satu-satunya yang menyambut manusia sejak kelahiran, selalu bersama sepanjang hidup, ikut menyertai dari satu fase ke fase selanjutnya. Bahkan, tidak ada sistem sosial lain pun yang bisa menentukan nasib manusia secara keseluruhan sebagaimana keluarga. Dalam pendekatan Islam, keluarga adalah basis utama yang menjadi pondasi bangunan komunitas dan masyarakat Islam. Sehingga
30
keluarga pun berhak mendapatkan lingkupan perhatian dan peawatan yang begitu signifikan dari Alqur‟an. Dalam al-Quran terdapat penjelasan untuk menata keluarga, melindungi dan membersihkannya dari anarkisme jahiliah. Dikaitkannya keluarga dengan Allah dan ketakwaan kepada-Nya dalam setiap ayat keluarga yang dilansir Al-Quran. Sambil menyoroti dengan pancaran spiritual, sistem perundangan, dan jaminan hukum dalam setiap kondisinya. (Al-Jauhari, Hakim. 2005: 3)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengurus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan”. (Q.S Ar-Ra‟d (13): 38) Kehidupan manusia secara individu berada dalam perputaran kehidupan dengan berbagai arah yang menyatu dengannya. Karena sesungguhnya fitrah kebutuhan manusia mengajak untuk menuju keluarga sehingga mencapai kerindangan dalam tabiat kehidupan. Bahwasanya tiadalah kehidupan yang dihadapi dengan kesungguhan oleh pribadi yang kecil. Bahkan
telah
membutuhkan
unsur-unsur
kekuatan,
memperhatikannya pada tempat-tempat berkumpul, tolong menolong dalam menanggung beban, menghadapi kesulitan dari segenap kebutuhan aturan keluarga.
31
Dalam Zakiah Daradjat (1995: 76) Dengan demikian orangtua merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan disiplin anak. Dalam prosesnya orangtua terlebih dahulu mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak bahwa kebutuhan jiwa anak meliputi, kebutuhan akan rasa kasih sayang dan toleransi orangtua yang berlebihan Sebelum membahas mengenai peranan bimbingan orangtua, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui tentang arti peranan dan orangtua itu sendiri. 1. Peranan Depari dan Colin (dalam Dahlan, 2001: 550),
perananan
adalah fungsi kedudukan, bagian kedudukan, sedangkan menurut Wilbur Schramm peranan adalah sama dengan tugas. Peranan adalah (1) meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Perananan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan, (2) perananan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, (3) perananan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial. (Soekanto, 2003: 260)
32
2. Bimbingan a. Pengertian Bimbingan Istilah bimbingan terjemahan dari “guidance”. Bimbingan adalah merupakan pemberian pertolongan, dan pertolongan ini merupakan hal yang prinsipil. Bimbibingan biasa disebut pertolongan,
namun
tidak
setiap
pertolongan
merupakan
bimbingan. (Walgito. 1995: 3) Bimbingan merupakan suatu tuntunan atau pertolongan. Bimbingan merupakan suatu tuntunan, ini mengandung suatu pengertian bahwa di dalam memberikan bantuan itu bila keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing memberikan bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya. Pengertian bimbingan juga mengandung arti memberikan bantuan atau pertolongan dalam menentukan arah dapat diserahkan kepada yang dbimbingnya. (Walgito, 1995: 4) Bimbingan merupakan terjemahan dari “guidance” dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). (Yusuf dan Nurihsan, 2009: 5)
33
Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli (Yusuf dan Nurihsan, 2009: 6), diantaranya sebagai berikut: 1) Sunaryo Kartadinata mengartikan bimbingan
sebagai
proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. 2) Rochman Natawidjaja, bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikain dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Bimbingan
merupakan
suatu
proses,
yang
berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang
34
sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. (Yusuf dan Nurihsan, 2009: 6) Bimbingan merupakan helping yang identic dengan aiding, assisting atau availing, yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk (a) menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial dan spiritual) yang kondusif bagi perkembangan siswa, (b) memberikan dorongan dan semangat, (c) mengembangkan keberanian
bertindak
dan
bertanggung
jawab,
dan
(d)
mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri. (Yusuf dan Nurihsan, 2009: 6 - 7) b. Tujuan Bimbingan Bimbingan bertujuan untuk: (a) mengadakan perubahan pada kelakuan individu, menghilangkan kelemahan dan ketidak puasannya dengan cara menggunakan semua kemungkinannya. (b) Bimbingan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengubah kelakuannya guna menghilangkan kelemahannya
35
dan ketidak puasannya dengan cara menggunakan segala kemungkinannya. (Darajat, 2008: 179) Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat kemampauan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik, dimana individu (1) mampu mengenal dan memahami diri; (2) berani menerima kenyataan diri secara objektif; (3) mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilainya; dan (4) melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggungan jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik, karena kemampuan yang disebutkan di atas akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada di dalam lingkungan yang terus berubah dan berkembang. (Yusuf & Nurihsan, 2009:6-7)
36
c. Fungsi Bimbingan Dengan memperhatikan tujuan bimbingan di atas, dapat dirumuskan fungsi bimbingan (Sukardi, 1995: 8-9) sebagai berikut: 1) Fungsi prefentif (pencegahan), bimbingan dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan tehadap timbulnya masalah. 2) Fungsi penyaluran, fungsi penyaluran ini agar klien dapat berkembang secara optimal dan mendapatkan kesempatan penyaluran pribadinya masing-masing. 3) Fungsi penyesuaian, fungsi penyesuaian ini membantu terciptanya penyesuaian antara suasana dan lingkungan. 4) Fungsi perbaikan, setelah fungsi pencegahan, penyaluran dan penyesuaian telah dilakukan, namun mungkin saja klien masih menghadapi masalah-masalah tertentu. 5) Fungsi pengembangan, fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan yang diberikan dapat membantu klien dalam mengembangkan keseluruhan pribadinya secara terarah dan mantap.
37
d. Metode Bimbingan Metode adalah “jalan yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan, karena kata “metoda” tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Arifin (1982: 45-50) ada beberapa metode yang lazim dipakai dalam bimbingan yaitu: 1. Wawancara Wawancara adalah salah satu cara memperoleh faktafakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan. Wawancara baru dapat berjalan dengan baik bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Pembimbing harus bersikap komunikatif kepada anak bimbing. b) Pembimbing harus dapat dipercayai oleh anak bimbing sebagai pelindung. c) Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada anak bimbing.
38
d) Pembimbing harus dapat menberikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyinggung perasaan anak bimbing. e) Pembimbing harus dapat menunjukkan etika baiknya menolong anak bimbing mengatasi segala kesulitan yang sedang dihadapi. f) Masalah yang dinyatakan oleh pembimbing harus benarbenar mengenai sasaran (to the point) yang ingin diketahui. g) Pembimbing harus menghormati harkat dan martabat anak bimbing sebagai manusia yang berhak memperoleh bantuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya sampai pada titik optimalnya. h) Pembimbing harus dapat menyediakan waktu yang cukup longgar bagi berlangsungnya wawancara, tidak tergesa-gesa atau bersitegang, melainkan bersikap tenang dan sabar serta konsisten. i) Pembimbing harus dapat menyimpan rahasia pribadi anak bimbing demi menghormati harkat dan martabatnya. 2. Metode “group guidance” (bimbingan secara kelompok) Yaitu cara mengungkapakan jiwa atau bathin serta pembinaan melalui kegiatan kelompok seperti ceramah.
39
Metode ini menghendaki agar setiap anak bimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan teman-temannya, melakukan hubungan interpersonal satu sama lain dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan pembinaan pribadi masing-masing. Dalam proses bimbingan kelompok ini pembimbing hendaknya mengarahkan minat dan perhatian mereka kepada hidup kebersamaan dan saling tolong menolong dalam pemecahan permasalahan bersama yang menyangkut kepentingan mereka bersama. Metode ini baru akan dapat berjalan dengan baik bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Usahakan agar bimbingan kelompok bisa berlangsung di tempat yang cukup tenang, jauh dari gangguan apapun serta tempat tersebut cukup sehat karena cukup ventilasi udara, cahaya sinar matahari dan lampu. b) Usahakan agar kelompok tersebut tidak terlalu besar, bilaman pesertanya berjumlah cukup besar, maka usahakan agar dipecah menjadi sub-sub kelompok yang masingmasing diberi tugas bersama. c) Secara periodic, bimbingan kelompok perlu dilaksanakan dan di isi dengan ceramah-ceramah tentang hal-hal atau topic-topik masalah yang berkaitan dengan pengembangan
40
karir, tentang pekerjaan dan jabatan-jabatan swasta atau pemerintahan yang tersedia. d) Hendaknya waktu yang disediakan jangan terlalu sempit, sekurang-kuranya 2 jam pelajaran. 3.
Metode Non Direktif (cara yang tidak mengarah) Cara yang lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran yang tertekan sehingga menjadi penghambat kemajuan. Metode ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu: a) Client Centered, yaitu cara pengungkapan tekanan bathin yang dirasakan menjadi penghambat klien dalam belajar, dengan sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang terarah. Selanjutnya klien diberi kesempatan seluasluasnya untuk menceritakan segala uneg-uneg (tekanan bathin)
yang
disadari
menjadi
hambatan
jiwanya.
Pembimbing bersikap memperhatikan dan mendengarkan serta mencatat point-point penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan. b) Metode edukatif, yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan dengan mengorek sampai tuntas. Dengan cara client centered yang diperdalam dengan permintaan atau pertanyaan yang motivatif dan fersuasif (meyakinkan)
41
untuk mengingat-ngingat serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan sampai ke akar-akarnya. Dengan cara demikian, klien dapat terlepas dari penderitaan bathin yang bersifat obsesif (yang menyebabkan ia terpaku pada hal-hal yang menekan bathinnya). 4.
Metode Psikoanalisis (penganalisisan jiwa) Metode ini berasal dari psiko-analisis Freud yang dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Menurut teori ini, manusia yang senantiasa mengalami kegagalan usaha dalam mengejar citacita atau keinginan, menyebabkan timbulnya rasa tertekan yang makin menumpuk. Bilamana tumpukan perasaan gagal tersebut tidak dapat diselesaikan, maka akan mengendap kedalam lapisan jiwa bawah sadar. Pada saat tertentu, perasaan tertekan ini dapat muncul kembali kepermukaan dalam berbagai bentuk, antara lain berupa mimpi yang menyenangkna atau yang mengerikan, tingkah laku yang serba salah yang tidak sengaja atau tidak disadarinya, misalnya salah ucapan, salah meletakkan benda, salah megambil benda, salah nulis dan sebagainya.
42
5.
Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan) Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan (problem) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi dan dialami klien. Adapun metode bimbingan yang dilakukan
adalah
dengan terapi tingkah laku, yang mana pengertian dari terapi tingkah laku ini adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsippronsip belajar pada pengubahan tingkah laku kea rah caracara yang lebih adaptif. pendekatan ini telah memberikan sumbangan-sumbangan yang berarti, baik pada bidang-bidang klinis maupun pendidikan. Berdasarkan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan perubahan tingkah laku. (Corey, 2009: 193)
43
3. Orangtua Menurut W.J.S Poerwadarminta
(1977: 688) menyatakan
bahwa orangtua adalah ibu bapak. Sejalan dengan itu dalam Kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, orangtua adalah ayah dan ibu kandung.(Haryanto, 2010: 254). Sedangkan menurut pasal 9 UU 1945/1979 (Soekanto, 1990: 172) menyatakan bahwa oran tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak, baik secara rohani maupun jasmani dan sosial. Berdasarkan ketiga pengertian dari peranan, bimbingan dan orangtua, dapat disimpulkan bahwa peranan bimbingan orangtua adalah fungsi, tugas serta norma-norma yang diterapkan oleh ibu dan bapak dalam memberikan bantuan untuk mewujudkan kesejahteraan anak, baik dari segi jasmani ataupun rohani, sehingga anak bisa mandiri tanpa bergantung pada orang lain.. Pemaparan tentang pemahaman peranan, bimbingan dan orangtua adalah sebagai acuan untuk merumuskan definisi peranan bimbingan orangtua. Untuk
membantu
orangtua
dalam
menjalankan
misi
bimbingannya untuk mencetak generasi muslim yang memiliki keimanan dan moralitas yang kuat dan mampu mewujudkan harapan umat dalam mengembalikan kejayaan dan kebesarannya. Peran orangtua dalam proses pertumbuhan anak-anak, memegang peranan yang sangat penting. Menurut ajaran Islam, anak-anak dilahirkan
44
dalam keadaan fitrah, yaitu beraqidah tauhid dan cenderung kepada kebaikan. Rasulullah SAW. bersabda:
: ال َرسُْْ ُل هللاِ صلى هللا عليَ ّسلن َ َ ق:ع َْي أَ ِبي ُُ َر ْي َرةَ؛ أًَََُّ َكاىَ يَقُْْ ُل ْ َِها ِه ْي َهْْ لُْْ ٍد إِالَّ يُْْ لَ ُد َعلَى ْالف َِ ًِص َرا ِّ ٌَُ فَأَبَ َْاٍُ يَُِ ِّْدَاًِ َِ َّي.ط َر ِة َِ ًَِّيُ َو ِّج َسا “tiap-tiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Ibu-bapaknyalah yang membentuk anak itu menjadi seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi” Maksud hadits tersebut ialah baik-buruknya seorang anak, baik jasmani maupun ruhaniah, menjadi orang yang salih atau fasik dan lain sebagainya, sangat dipengaruhi ibu-bapaknya. Peranan ibu bapak dalam mendidik anak sangat penting. Mengingat peranan ibubapak yang sedemikian penting maka pada tingkat pertama dan terakhir, merekalah yang memikul kewajiban dan tanggungjawab secara langsung. Kewajiban dan tanggungjawab itu, dalam garis besarnya ialah mendidik dan membentuk anak-anak tersebut dalam tiga hal, yaitu: Jasmaniyah, Aqliyah (Pikiran Kecerdasan), Ruhaniyah. (Hasan, 2009: 52-53) Dalam peran orangtua terdapat pola asuh yang harus dilakukan oleh orangtua, yang mana terdapat beberapa pengertian mengenai pola asuh orangtua (keluarga) pada anaknya, yang mana
45
keluarga adalah agen pendidikan, darinya akan tumbuh manusiamanusia sesuai perilaku yang telah diterimanya. Kecanggihan peralatan dan ketepatan pendayagunaannya akan menentukan kecanggihan produknya (manusia) pula, baik dari sisi intelektual, kejiwaan maupun pisiknya. Pola asuh yang baik juga dapat dibuktikan dengan pendidikan yang diberikan orangtua untuk anaknya. Dimensi pendidikan adalah bentuk yang paling tepat untuk memproduksi manusia yang sebaik-baiknya. Pendidikan yang dimaksud harus mempunyai dua sisi mata, yaitu pertama yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasarnya; kedua yang berhubungan dengan aplikasi teori-teorinya. (Ghanim, 1995: 75) Sesungguhnya rumah yang tenang dan tentram sangat tepat untuk pertumbuhan anak secara ideal, karena rumah merupakan lingkungan yang peling utama. Sebaliknya, rumah yang tidak pernah sepi dari pertengkaran dan percekcokan, merupakan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi pertumbuhan anak secaara optimal. Dalam rumah seperti ini, anak tidak akan pernah menemukan apa-apa kecuali kebingungan, kegoncangan, ketidakpastian, konflik-konflik serta rasa takut. Jika rumah tangga mengalami kehancuran, maka yang pertama kali menjadi korban adalah anak-anak, merekalah korban utama dari kehancuran rumah tangga. Untuk itu, hendaknya orangutan lebih bisa menjaga eksistensi rumah tangga serta memperkokoh perkawinan. (Ghanim, 1995: 76)
46
Adapun seterlah anak memasuki usia tujuh tahun maka hendaknya ditanamkan etika yang baik. Al-Quran telah menjelaskan kepada kita tentang suatu metode pendidikan untuk menanamkan sifat-sifat utama dalam surat Luqman. Pendidikan yang dimaksud, dimulai dengan pendidikan keimanan, yang mana pendidikan keimanan adalah pola asuh yang paling penting untuk diterapkan. (Ghanim, 1995: 77) Seperti dalam Quran Surat Luqman: 13
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran
kepadanya:
"Hai
anakku,
janganlah
kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Depag RI, 2008: 412) Maka hendaklah setiap orangtua mengasuh dan mengajarkan putra-putrinya pelajaran tauhid, menghadapkan pandangannya kepada Allah serta tidak membiarkan bersumpah dengan selain Allah. Kedua, hendaknya pendidikan anak juga diarahkan kepada pendidikan kemasyarakatan. (Ghanim, 1995: 77-78) Untuk itu pendidikan dan bimbingan orangtua sangatlah penting bagi anak-anaknya. Pola asuh serta moral yang diterapkan
47
hendaklah diberikan sebaik mungkin kepada anak, karena anak akan meniru dan mengingat apa yang telah diajarkan serta dilakukan oleh orangtuanya. Diantara pola asuh yang baik untuk menjadikan anak berakhlak mulia, (Mustaqim, 2005: 103-144) diantaranya: a. Mengembangkan Perilaku Moral Pada Anak Salah satu misi diutusnya Nabi Muhammad saw. ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Beliau bersabda,
“sesungguhnya
aku
(Muhammad)
diutus
untuk
menyempurnakan akhlak ” (HR. Ahmad). Hadits ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya manusia telah memiliki potensi perilaku moral, hanya saja masih perlu disempurnakan dengan kehadiran Muhammad. Sebagai utusan Allah, beliau membawa misi penyempurnaan akhlak manusia melalui bimbingan wahyu. Akhlak adalah hiasan manusia di dunia dan akhirat. Ia harus dipelihara agar tetap bercahaya selama-lamanya. Islam mengajarkan bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan sucu (fitrah). Maka untuk menjaga kesuciannya, orangtua harus mengarahkan anaknya pada nilai-nilai keislaman. Jangan sampai
48
orangtuanya meyahudikan, menasranikan atau memajusikan anaknya, demikian pesan Nabi SAW.. Para psikologi mengakui bahwa sejak lahir, anak sudah belajar mengenali mana yang baik (benar) dan mana yang buruk (salah). Contohnya, anak berumur dua tahun sudah menunjukkan perilaku ingin menolong temannya yang sedang kesulitan. Mereka mengetahui bahwa anak yang jahat selalu dijauhi temannya dan anak yang baik selalu disukai temannya. Menurut
Lawrence
Kohlberg,
ada
beberapa
tahap
perkembangan moral pada anak. setiap tahapan memiliki orientasi yang khas sesuai dengan perkembangan anak. tahapan-tahapan tersebut adalah: 1)
Tahap pramoral, tahap ini anak lebih berorientasi pada hukuman. Dengan kata lain, anak mau taat pada aturan dan mau menyesuaikan diri supaya tidak dihukum. Sebagai contoh, anak tidak mau berbohong karena takut mendapat hukuman. Pada tahap amoral, anak juga berorientasi instrumental. Artinya anak mau menyesuaikan diri untuk memperoleh imbalan.
2) Tahap konvensional. Orientasi anak menyesuaikan diri dimaksudkan untuk menyenangkan orang lain. Pada tahap ini, kadang anak berorientasi untuk menyesuaikan diri karena
49
pertimbangan orang lain (bukan untuk kepentingan sendiri). Misalnya, sikap anak untuk selalu taat pada hukum demi kebaikan bersama. 3) Tahap prinsipil. Pada tahap ini ada orientasi kontak sosial. Jadi, anak mulai menyesuaikan diri untuk memperoleh penghargaan dari orang lain dan membuat penilaian selalu dari sudut kesejahteraan masyarakat. Misalnya, sikap anak yang selalu taat pada hukum karena mengetahui bahwa masyarakat akan berfungsi dengan baik jika satu sama lain sama menghargai dan menghormati. b. Mengajarkan Sopan Santun pada Anak Agar anak memiliki sikap hormat dan sopan santun, orangtua harus berusah keras untuk menanamkan nilai-nilai akhlak melalui pendidikan keteladanan, baik di rumah maupun di luar rumah. Orangtua hendaknya selalu berdo‟a kepada Allah SWT. agar dikaruniai anak yang berakhlak mulia dan dapat menjadi penyejuk hati (qurrata a‟yun).
50
Salah satu do‟a yang sangat baik untuk dibaca setelah shalat antara lain adalah dalam surat al-furqan (25) ayat 74:
“dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orangorang yang bertakwa.” Disamping berdo‟a, kita juga harus selalu menjaga kehalalan makanan yang kita konsumsi sehari-hari, jangan sampai anak-anak makan dana minum dari rezeki yang haram. Secara psikologis, anak-anak akan bersikap sopan dan hormat kepada orangtuanya dan orang lain jika dibesarkan dilingkungan rumah yang memperlakukan mereka dengan penuh penghargaan, kehormatan dan kebaikan hati. Sebab hal itu akan besar pengaruhnya terhadap cara mereka memperlakukan orang lain. Dengan itu, anak-anak akan sampai pada keyakinan bahwa begitulah cara yang baik untuk memperlakukan orang lain. c. Memahami Bakat dan Mengembangkan Kreativitas Anak Orangtua seharusnya mengarahkan dan mengembangkan bakat dan potensi anak, dengan begitu kreativitas anakpun akan
51
cepat berkembang, sebagaimanan Nabi SAW. memerintahkan kepada orangtua agar sejak kecil, anak dilatih dan diajarkan memanah, menjahit, derenang dan sebagainya. Sebab, boleh jadi proses latihan tersebut, bakat anak akan terasah dan berkembang. Adapun Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah r.a. menegaskan. “termasuk hal yang dijadikan pedoman adalah melihat sejak dini potensi kreatif anak, bakat dan kecenderungannya. Kemudian mengetahui jenis profesi yang diminati oleh anak” Selain
bakat,
orangtua
atau
pendidik
mesti
mengembangkan kreativitas anak juga. Sebab, tanpa kreativitas , pendidikan cenderung hanya memindahkan pengetahuan (transfer of kowledge). Padahal pendidikan ideal menuntut pemenuhan tiga aspek: kognitif (pengetahuan), apektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku). Dengan memenuhi tiga aspek inilah, bakat dan kreativitas anak dapat meningkat. Kreativitas
adalah
kemampuan
untuk
membentuk
kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Biasanya para ahli mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, kemampuan dan keinginan untuk selalu menciptakan hal-hal yang baru (willingness to create something new). Ketika anak sudah semakin besar dan mau melanjutkan studinya, hendaknya orangtua terlebih dahulu melihat minat, bakat
52
dan kecenderungannya. Jika anak berminat untuk mempelajari ilmu-ilmu islam, hendaknya anak diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke pondok pesantren yang didalamnya terdapatnilainilai keislaman dan pelajaran al-Quran untuk dapat dibaca, dihafal dan dipahami untuk dapat mengtembangkan cita-citanya. d. Menumbuhkan dan Meningkatkan Minat Baca Anak Membaca merupakan salah satu sarana untuk menambah wawasan atau meningkatkan pengetahuan. Betapa pentingnya membaca sehingga ayat yang pertama kali turun adalah perintah membaca (iqra‟)sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-„Alaq (96) ayat 1:
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Perintah membaca sudah semestinya melekat pada setiap pribadi Muslim. Sebab ia adalah titah suci Tuhan kepada manusia. Denngan demikian setiap orangtua---sembari menambah wawasan untuk dirinya---wajib meningkatkan minat baca anaknya sejak dini, agar kelak mereka menjadi orang yang berwawasan lusa dan berkepribadian matang.
53
Adapun
perkembangan
minat
membaca
pada
anak
(Wicaksana, 2011: 35-36) menurut Hurlock sangat dipengaruhi oleh rangsangan yang diberikan sejak dini. Saat kemampuan anak sedang berkembang secara normal, anak bisa berkembang lebih baik. Dengan demikian, kesiapan membaca pada anak dapat dipercepat dengan memberikan pengalaman pramembaca dan memberikan perlakuan yang membuat anak mengenal satu atau lebih bagian dari membaca. Hurlock
menyatakan
ciri-ciri
pertumbuhan
dan
perkembangan minat pada anak (Wicaksana, 2011: 36-37) sebagai berikut: 1) Minat tumbuh bersama perkembangan fisik dan mental 2) Minat tergantung pada kesiapan belajar 3) Minat tergantung pada kesempatan belajar 4) Pengaruh budaya 5) Minat berkaitan dengan emosional “Mengakrabkan” anak dengan buku ataupun al-Quran merupakn salah satu kiat efektif untuk menumbuhkan minat baca pada anak. Caranya, orangtua harus melibatkan anak dengan kegiatan membaca yang mengasyikan. Ilustrasi pada buku ataupun al-Quran dapat dijadikan sarana oleh orangtua untuk mengajak mereka berfantasi atau menggambar.
54
e. Mengurangi Kemanjaan dan Mendidik Anak Hidup Mandiri Ada ungkapan dari ahli hikmah yang mengatakn , “jika anak dibesarkan dalam kemanjaan, ia akan belajar memntingkan diri sendiri (egois)” Islam mengajarkan agar orangtua memberikan kasih sayang yang cukup pada anaknya. Namun, Islam melarang orangtua berlebihan dalam memberikan kasih sayang dapat menumbuhkan sikap manja pada diri anak. f. Mengajarkan Kedisiplinan pada Anak Sebagai
orangtua,
memiliki
kewajiban
untuk
memperhatikan tingkah laku anak supaya bersikap disiplin. Misalnya, disiplin ketika anak harus shalat, mengaji, belajar, makan, mandi, gosok gigi, istirahat, bermain dan sebagainya. Itu semua perlu diajarkan sejak dini sehingga kelak ketika anak menjadi dewasa, hal itu menjadi kebiasaan (babit) yang baik. Orangtua tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat semaunya hingga mengabaikan nilai-nilai kedisiplinan. Karena hal ini akan berdampak negatif bagi pribadi mereka. Akhirnya, mereka tidak terpacu untuk mengembangkan ketekunan dan kesabaran untuk mencapai cita-cita pada masa depannya.
55
g. Mengembangkan Aspek-aspek Individual pada Anak Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Aspek sosial dan individual harus seimbang, termasuk dalam masalah kesalehan, yaitu kesalehan ritual individual dan kesalehan sosial. Itulah mengapa umat islam disebut umat moderat atau tengah-tengah (ummatan wasatban). Dalam
mendidik
anak,
orangtua
dianjurkan
untuk
mengembangkan aspek sosial dan individual anak secara seimbang.
Pandangan Islam, sikap individualistis dalam arti
egoistis (ananiyyah) atau hanya mementingkan diri sendiri jelas dilarang. Namun, mengembangkan kreativitas dan potensi diri sudah tentu dianjurkan. Islam tidak saja mengakui hak-hak sosial, tetapi juga menjunjung hak-hak individual. Pada prinsipnya, mengembangkan aspek individual anak sama dengan mengajari anak mengembangkan potensi kecerdasan emosinya, ketika orangtua memberikan memberikan kasih sayang dan perhatian, anakpun belajar memberikan kasih sayang dan memperhatikan
orang
lain.
Begitu
pula
ketika
orangtua
mengajarkan kedisiplinan atau keterampilan yang merupakan aspek individual anak. anak akan lebih memahami bahwa kedisiplinan akan bermanfaat untuk mencapai keberhasilan dan
56
keterampilan, misalnya akan mempermudah dirinya meraih pekerjaan. Oleh karena itu, orangtua jangan hanya menganjurkan anaknya untuk bergotong-royong atau saling membantu, melainkan harus meningkatkan kemandirian mereka. “ketika anak belajar berjalan, berilah kesempatan untuk berlari”. Maksudnya, anak harus selalu ditingkatkan kemampuan dan keterampilannya. h. Mengoptimalkan Bakat dan potensi Anak Orangtua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan minat dana bakatnya serta memberikan tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, orangtua hendaknya mengupayakan sebuah lingkungan yang kaya akan rangsangan kreasi anak atau menciptakan suasana yang dapat menarik anak untuk mewujudkan bakat-bakat dan potensi kreativitasnya. B. Pembentukkan Kecintaan pada Al-Quran Untuk mengajak/membimbing anak agar mencintai al-Quran dapat digunakan metode yang lebih tepat, yaitu dengan metode direktif yang berarti seorang pembimbing (orangtua) mengarahkan anaknya agar dapat mencintai al-Quran dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan.
57
Mengajarkan al-Quran akan menumbuhkan sifat-sifat kebaikan pada diri manusia. Terlebih lagi jika pengajaran tersebut ditunjukkan secara khusus kepada anggota keluarganya. Bahkan bukan hanya kebaikan saja yang didapatkan, tapi juga rasa cinta anak kepada al-Quran. Jika proses pengajaran al-Quran yang dijalankan atas dasar-dasar teori yang benar, akan mengantarkan anak-anak mencintai al-Quran. Selain itu, akan menambah kemampuan daya ingat, pemahaman, serta pengertian yang mereka miliki. Dapat dikatakan, menghapal al-Quran termasuk kegiatan yang paling utama dan penting untuk dijalankan anak-anak. (Riyadh, 2010: 3) Menghapal al-Quran pada masa kecil lebih utama daripada menghapalnya setelah besar. Belajar pada masa kecil lebih nempel dalam ingatannya, lebih mantap, dan lebih kokoh dalam hapalannya sebagaimana yang telah dimaklumkan oleh semua orang. „Umar ibnul Khaththab M.I. menganjurkan agar sang anak diajari membaca al-Quran sejak usia 5 tahun. (Rahman, 2005: 393) Sebelum mengajarkan hapalan kepada anak, maka kita harus menumbuhkan lebih dulu rasa cinta anak kepada al-Quran, karena menghapalkan al-Quran yang tidak disertai rasa cinta kepada al-Quran tidak akan membuahkan hasil apa-apa, dan bahkan tidak berguna. Sebaliknya, jika rasa cinta itu telah tertanam dalam hati mereka, meskipun hanya menghapal beberapa ayat pendek saja, itu sudah dapat menimbulkan dampak yang sangat berarti dalam tingkahlaku anak.
58
Selain dari itu, untuk mengukur sampai dimana anak mencintai alQuran, maka hendaklah orangtua selalu mengontrol dan melihat bagaimana anak rajin membaca al-Quran, rajin menghapal al-Quran dan rajin memahami makna al-Quran. Karena jika pada anak telah tertanam rasa cinta terhadap al-Quran, maka merekapun akan senantiasa selalu mempelajari hal-hal yang bersangkutan dengan al-Quran. Anak yang telah mencintai al-Quran biasanya ditandai dengan, anak rajin membaca al-Quran, rajin menghafal al-Quran dan rajin memahami makna al-Quran 1. Rajin Membaca Al-Quran Menurut Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67 Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Adapun menurut Jazir Burhan dalam St.Y. Slamet, 2008:67 juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan
yang
dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan. (diunduh tgl. 05-04-13, pukul 19.02, pada: http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/08/pengertian-membaca.html)
59
Membaca adalah sebuah nikmat, cinta membaca adalah sebuah nikmat. Tetapi bagi sebagian orang juga bisa berarti bencana. Sebagian orang membaca puluhan bahkan ratusan buku tapi tidak bisa memilih antara yang baik dan yang buruk, dan sebagian lagi hanya membaca hal yang buruk saja. Membaca ada beberapa macam, membaca sebagi belajar, membaca sebagai hiburan dan membaca untuk riview. Membaca sebagai belajar, maka jika seseorang membaca dengan teliti, penuh pemikiran dan usaha dalam memahami. Membaca sebagai hiburan adalah bagian dari cara mencari kesenangan, sebagaimana salaf menyatakan bahwa seyogianya pencari ilmu punya suatu cara untuk menghibur dirinya. Membaca kitab sastra dan puisi merupakan bentuk contohnya. Adapun membaca untuk meriview adalah membaca dengan cepat untuk mengetahui isi buku, kandungan dan penulisan secara global. (Aziz, 2010: 35-36) Agar anak rajin membaca (Aziz, 2010: 36-45), maka: a) Tentukan waktu, jadwal untuk anak membaca dan tidak ada kegiatan lain selain membaca. b) Tentukan tempat, suasana yang mendukung untuk membaca adalah lebih baik. Agar anak nyaman saat membaca, maka berikanlah tempat yang membuat anak senang dan nyaman membaca di tempat itu.
60
c) Sarankan anak untuk bisa berkonsultasi saat membaca al-Quran. Luangkan waktu orangtua agar anak bisa berkonsultasi saat ada bacaan yang tidak dimengerti. d) Mulailah dengan buku-buku yang kecil (Juz Amma/Iqra), orangtua harus menyediakan juz amma/iqra untuk dibaca anak. e) Membagi bacaan, saat anak membaca usahakan agar orangtua membagi bacaannya terlebih dahulu, agar anak tidak pusing karena terlalu banyak bacaan. f) Memastikan tanggal mulai dan akhir membaca, biasakan antara orangtua dan anak mempunyai target mulai dan akhir membaca. g) Dan usahakan jangan tergesa-gesa dalam membaca karena ingin segera khatam. 2. Rajin Menghapal Al-Quran Menghapal adalah Menurut etimologi, kata menghafal berasal dari kata dasar hafal yang dalam bahasa Arab dikatakan al-Hifdz dan memiliki arti ingat. Maka kata menghafal juga dapat diartikan dengan mengingat. Mengingat, menurut Wasty Soemanto berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. (diunduh
tgl.
05-04-13,
pukul.
20.07,
http://www.referensimakalah.com/2012/12/menghapal-al-Quranpengertian-dasar-hukum-tujuan-dan-hikmah.html)
pada:
61
Dalam terminologi, istilah menghafal mempunyai arti sebagai, tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan suatu materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diingat kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan, yang suatu waktu dapat diingat kembali ke alam sadar. Menghafal yang dimaksud penulis, adalah menghafal al-Quran yaitu menghafalkan semua surat dan ayat yang terdapat di dalamnya, untuk dapat mengucapkan dan mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat tersebut, sebagai aplikasi menghafal al-Quran. Menghafal al-Quran merupakan suatu sikap dan aktivitas yang mulia, dengan menggabungkan al-Quran dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian al-Quran baik dari tulisan maupun pada bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya. Sikap dan aktifitas tersebut dilakukan dengan dasar dan tujuan sebagai berikut: a) Dasar Hukum Menghafal al-Quran Dalam Fikih dikatakan, bahwa menghafal al-Quran hukumnya adalah wajib kifayah bagi umat Islam. Sehingga apabila ada sejumlah orang yang menghafal al-Quran dengan mencapai jumlah muttawatir
62
(mencakup semua bilangan ayat dan surat yang ada dalam al-Quran), maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya. Rasulullah saw merupakan hafiz (penghafal) al-Quran pertama kali dan merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya”. Oleh karena Rasululah Saw memberikan contoh dalam sikap beliau dengan wujud menghafal al-Quran, maka tindakan menghafal al-Quran yang dilakukan oleh umat Rasulullah Saw baik sejak beliau masih hidup maupun sampai sekarang, juga merupakan sunnah yang diikuti dari beliau. b) Tujuan Menghafal al-Quran Kaum muslimin baik dalam wajib kifayah maupun sunnah, dalam menghafal al-Quran dikarenakan dengan dilatarbelakangi oleh beberapa tujuan, yang diantaranya ialah:
1) Agar tidak terjadi penggantian atau pengubahan pada al-Quran, baik pada redaksionalnya (yaitu pada ayat-ayat dan suratnya) maupun pada bacaannya. Sehingga al-Quran tetap terjamin keasliannya seperti segala isinya sebagaimana ketika diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulullah saw. 2) Agar dalam pembacaan al-Quran yang diikuti dan dibaca kaum muslimin tetap dalam satu arahan yang jelas sesuai standar yaitu mengikuti qiraat mutawatir, (yaitu mereka yang telah menerima periwayatannya melalui periwayatan yang jelas dan lengkap yang
63
termasuk dalam qiraat sab‟ah sesudah sahabat yang terdiri dari “Nafi‟ bin Abdur Rahman di Asfahan, Ibnu Katsir di Makkah, Abu Amr di Basrah, Abdullah bin Amir al-Yahshaby di Damaskus, Asm bin Abi Najwad di Kufah, hamzah bin Habib At-Taimy di Halwa dan al-Kisai 3) Agar kaum muslimin yang sedang menghafal al-Quran atau yang telah menjadi hafiz dapat mengamalkan al-Quran, berperilaku dan berakhlak sesuai dengan isi al-Quran.
c) Hikmah Menghafal al-Quran Dalam menghafal al-Quran, terdapat beberapa hikmah yang dapat diperoleh bagi para penghafal al-Quran, sebagaimana yang disebutkan oleh Abdurrab Nawabuddin yaitu:
1. Kemenangan di dunia dan akhirat, jika disertai dengan amal saleh dan menghafalnya. 2. Tajam ingatannya dan cemerlang pemikirannya. 3. Bahtera ilmu. 4. Memiliki identitas yang baik dan berperilaku yang jujur.
Fasih berbicara, ucapannya benar dan dapat mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya secara tab‟iy (alami).
64
d)
Sarana yang Efektif untuk Menghafal Banyak sarana yang mungkin telah diketahui dalam cara menghapal. Namun disini ada beberapa sarana yang mungkin akan efektif untuk dilakukan dan diterapkan. (Aziz, 2010: 21) 1) Memilih waktu yang sesuai Memilih waktu yang sesuai dalam artian memilih waktu yang tepat saat menghapal al-Quran, misalnya ba‟da tahjud, ba‟da shubuh, ba‟da ashar, ba‟da magrib atau ba‟da isya. Bahkan bisa jadi setiap menjelang atau sesudah shalat fardhu atau sunnah. 2) Memilih tempat yang sesuai Memilih waktu yang sesuai dalam artian memilih tempat yang nyaman untuk dapat menghapal al-Quran, sehingga alQuran yang dihapal akan mudah masuk kedalam otak dan fikiran kita. 3) Menentukan kadar halaman yang sesuai, baik matan ataupun penjelasan yang ingin dibaca Menentukan kadar halaman sangatlah penting, karena penentuan ini adalah sebuah target sampai dimana saat ini kita akan menghapal.
65
4) Menentukan cara yang tepat Menentukan cara yang tepat untuk menghapal adalah sebuah upaya agar hapalan dapat dengan mudah untuk dihapal dan diingat. 5) Memisahkan apa yang akan dihapalkan menjadi beberapa bagian Memisahkan yang akan dihapalkan menjadi beberapa bagian itu juga penting, dengan tujuan agar saat menghafal tidak terlalu banyak dan punya target tersendiri. 6) Gunakan satu naskah Yang dimaksud dengan menggunakan satu naskah disini adalah menggunakan satu mushaf saja, tidak boleh menghapal alQuran dengan menggunakan beberapa mushaf, kerena jika tidak konsisten dengan satu mushaf, itu akan membuat penghapal makin bingung dan susah untuk dihapal. Karena dengan menggunakan satu mushaf saja itu bertujuan agar penghapal lebih mudah dalam menghapal al-Quran. 7) Buatlah tanda atau simbol untuk apa yang sulit dihapalkan Biasanya dengan membuat tanda atau simbol pada bagian yang akan dihapalkan, itu akan mempermudah penghafal untuk bisa mengingat hapalan yang akan dan telah dihapalkannya.
66
8) Membiasakan diri menghapal tanpa putus Biasakanlah menghapal secara kontinyu, karena dengan terbiasanya menghapal secara rutin akan makin mempermudah menghapal tanpa memiliki kendala yang sangat sulit ketika menghapal. 9) Memerhatikan dan mengulang-ngulang hapalan Memperhatikan dan mengulang hapalan (muroja‟ah) adalah upaya yang paling penting setelah menghapal, karena dengan memperhatikan dan muroja‟ah kembali, maka hapalan yang telah dihapalkan tidak akan mudah untuk dilupakan kembali. 3. Rajin Memahami Makna Al-Quran Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. (diunduh tgl. 05-04-13, pukul. 20.12, pada: http://www.masbied.com/2011/09/02/definisi-pemahaman-menurutpara-ahli/)
67
Untuk dapat memahami apa yang telah dibaca dan dihapalkan, maka ada beberapa langkah untuk dapat memahami makna al-Quran (Aziz, 2010: 55-62), diantaranya: 1) Memperbanyak Istigfar 2) Memohon pertolongan kepada Allah swt 3) Tidak tergesa-gesa dalam memahami 4) Membaca secara bertahap 5) Membagi-bagi apa yang ingin dipahami 6) Fokuskan hati 7) Merangkum pokok-pokok masalah yang telah dipahami. C. Perkembangan Keagamaan Anak 1. Perkembangan Agama Anak (Tafsir, _____: 154-156) Keberagamaan anak pada usia 6-9 tahun adalah sungguhsungguh, namun belum dengan pikirannya. Dia baru menangkapnya dengan emosi karena ia belum mampu berpikir logis. Kemampuan berpikir logisnya baru mulai tumbuh, namun tetap terkait kepada fakta yang dapat dijangkaunya dengan pancainderanya. Anak menyangka bahwa penampilan rumah ibadah, menunjukkan kualitas atau gengsi agama yang memiliki tempat ibadah tersebut. Anak anak umur 6-9 tahunakan sangat bangga dengan agama Islam apabila masjid-mesjid dan mushala yang pernah dilihatnya bagus-bagus dan bersih.
68
Anak-anak umur 6-9 tahun yang mendengarkan ceramah agama sesuai dengan jangkauan berpikirnya akan mendengarkannya dengan sungguh-sungguh apabila disampaikan oleh seorang mubaligh terkenal di daerah tempat tinggalnya. Mereka pun ingin melaksanakan yang didengarnya itu. Bahkan, tidak jarang mereka berusaha meniru apa yang dapat ditirunya dari orangtuanya dan dari gurunya disekolah. Yang paling menarik bagi anak tentang agama adalah upacara keagamaan dengan pakaian seragam dan segala kelengkapannya; lebih-lebih lagi apabila mereka ikut serta dengan orang dewasa dalam kegiatan tersebut. Anak-anak acap kali ikut ke masjid dengan bapaknya waktu shalat jum‟at dengan memakai sarung dan peci. Mereka merasa kagum, senang dan bahagia melihat dan ikut serta dengan seluruh Jemaah waktu berdiri bershaf-shaf, ruku, sujud dan duduk/ mereka juga dilatih mendengarkan khotbah dan doa. Walaupun mereka tidak mengerti bacaan doa da nisi khotbah tersebut, suasana jamaah muslimin yang hening dan khusu mendengarkan khotbah itu akan membawa mereka kepada suatu perasaan baru, bangga dan kagum. Demikian pula dengan tanggapan dan komentar orangtgua atau orang dewasa lainnya terhadap dirinya, bahwa ia rajin shalat, baik perilakunya, sayang kepada adik kakanya, dan sebagainya akan menjadikan ia bangga pada dirinya. Dalam memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak-anak pada umur 6-9 tahun, hendaknya dipilih sifat-
69
sifat Allah yang menyenangkan bagi mereka, seperti sifat pengasih dan penyayang, penolong, pelindung dan sebagainya. Sifat-sifat Allah yang menakutkan seperti menghukum, mengazab, memasukan ke neraka dan sebagainya, janga diperkenalkan kepada anak-anak pada usia ank sekolah dasar (6-12), karena sifat-sifat itu akan menimbulkan rasa takut mereka kepada Allah. Rasa takut itu akan menyebabkan anak-anak menjauhi yang ditakutinya itu (Allah). Selanjutnya, anak tidak berani mendekatkan diri kepada Allah. Demikian pula kata-kata azab kubur belum dapat dipahami anak-anak usia 6-12 tahun, karena perkembangan kecerdasannya belum sampai kepada hal yang abstrak dan tidak ada contohnya dalam kenyataan hidup. 2. Kesadaran Manusia (Dahlan, 2010: 176-178) Menurut Abi syamsudin Makmur (1996) dalam buku Dahlan, kesadaran manusia pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya. b. Pandangan
ketuhanannya
(dipersonifikasikan)
bersifat
anthoropormorph
70
c. Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual. d. Hal ketuhana dipahamkan secara ideosyncritic (menurut kh ayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih egosentrik (memandang sesuatu dari sudut pandang dirinya) Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang berkat; (1) mendengarkan ucapan-ucapan orangtua, (2) melihat sikap dan perilaku orangtua dalam mengamalkan ibadah, dan (3) pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan orangtuanya. Sesuai dengan perkembangan intelektualnya (berpikirnya) yang terungkap dalam kemampuan berbahasa, yaitu sudah dapat membentuk kalimat, mengajukan pertanyaan dengan kata-kata: apa, siapa, di mana, dari mana dan ke mana; maka pada usia ini kepada anak sudah dapat diajarkan syahadat, bacaan dan menggerakan shalat, doa-doa dan Al-Quran. Adapun mengajarkan shalat pada usia ini dalam rangka memenuhi tuntunan Rasulullah, yaitu bahwa orangtua harus menyuruh anaknya shalat pada usia tujuh tahun, “muruu auladakum bisholaat sab‟usiniin” (suruhlah anaka-anakmu shalat pada usia 7 tahun).
71
Dengan demikian, mengajarkan bacaan dan gerakan shalat pada usia ini adalah dalam rangka mempersiapkan dia untuk dapat melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun tersebut. Selain itu, ada ada doa-doa yang harus diajarkan. Dan anakanak pun harus diajarkan atau dilatihkan tentang kebiasaan-kebiasaan melaksanakan akhlakul karimah, seperti (1) mengucapkan salam, (2) membaca hamdallah pada saat akan mengerjakan sesuatu, (3) membaca hamdallah saat mendapatkan kenikmatan dan setelah mengerjakan sesuatu, (4) menghormati orang lain, (5) memberi shadaqoh, (6) memelihara kebersihan (kesehatan) baik diri sendiri maupun lingkungan. Mengenai pentingnya menanamkan nilai-nilai agama kepada anak pada usia ini, menurut Zakiyah Darajat dalam buku Yusuf mengemukakan bahwa umur kanak-kanak adalah umur paling subur untuk menenamkan rasa agama kepada anak, umur penumbuhan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran-ajaran, melalui permainan dan perlakuan dari orangtua dan guru. Keyakinan dan kepercayaan guru itu akan mewarnai pertumbuhan agama pada anak. (Yusuf, 2010: 178)
72
BAB III ANALISIS EMPIRIS TENTANG PERANAN BIMBINGAN ORANGTUA DALAM MEMBENTUK KECINTAAN ANAK PADA AL-QURAN
A. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian 1. Kondisi Orangtua Murid Madrasah Ibtidaiyyah At-Taqwa a. Latar Belakang Orangtua Murid Latar belakang orangtua murid Madrasah ibtidaiyyah AtTaqwa, dilihat dari latar belakang pendidikan, latar belakang ekonomi dan latar belakang tempat tinggal. Mayoritas orangtua yang menyekolahkan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyyah At-Taqwa adalah berpendidikan hingga sarjana, mereka memiliki latar belakang ekonomi yang rata-rata mencukupi
dan
juga
rata-rata
mereka
hidup
di
perumahan/komplek. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Rabu, Tanggal 13 Maret 2013. Jam 09.13 WIB di Depan Ruang Kepala Madrasah MI At-Taqwa) Orangtua yang berpendidikan tinggi, pasti menginginkan anaknya berpendidikan lebih tinggi dari orangtuanya, minimal sederajat dengan orangtuanya dulu. Maka dari itu orangtua yang menyekolahkan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyyah At-Taqwa memiliki tujuan dan harapan yang sangat besar jika anak-anaknya dewasa kelak. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Rabu,
73
Tanggal 13 Maret 2013. Jam 09.13 WIB di Depan Ruang Kepala Madrasah MI At-Taqwa) Latar belakang ekonomi orangtua pun sangat mendukung anak untuk sekolah di Madrasah Ibtidaiyyah. Karena dilihat dari biaya untuk sekolah di MI At-taqwa ini cukup mahal. Maka dari itu, dilihat dari latar belakang ekonomi orangtua murid Madrasah Ibtidaiyyah cukup mendukung. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Rabu, Tanggal 13 Maret 2013. Jam 09.13 WIB di Depan Ruang Kepala Madrasah MI At-Taqwa) Latar
belakang
tempat
tinggal
juga
mempengaruhi
perkembangan dan pergaulan anak. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Rabu, Tanggal 13 Maret 2013. Jam 09.13 WIB di Depan Ruang Kepala Madrasah MI At-Taqwa) Jika dilihat dari hasil penelitian dan wawancara pada orangtua murid, bahwa mereka tinggal di komplek yang mayoritas muslim. Sehingga lingkungan mereka sangat mendukung anak dalam pembelajaran al-Quran. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Rabu, Tanggal 13 Maret 2013. Jam 09.13 WIB di Depan Ruang Kepala Madrasah MI At-Taqwa) Kesimpulan dari hasil wawancara bersama ketua komite MI At-Taqwa adalah bahwa latar belakang orangtua di MI At-Taqwa adalah berpendidikan tinggi, memiliki ekonomi yang cukup, serta
74
bertempat tinggal di tempat yang terbilang strategis yaitu komplek atau perumahan. b. Program saat perkumpulan Orangtua Murid Madrasah Ibtidaiyyah berbasis al-Quran At-Taqwa Arcamanik-Bandung 1) Mendiskusikan strategi yang baik dalam membimbing anak untuk mencintai al-Quran. 2) Mendiskusikan dimana mayoritas yang paling mudah saat anak mempelajari al-Quran. 3) Mengadakan pengajian anak-anak saat menjelang sore atau setelah magrib belajar iqra oleh orangtua masingmasing.Mendiskusikan masalah perkembangan anak. 4) Pengajian rutin 5) Perkumpulan untuk arisan. 6) Membantu program sekolah yang berhubungan dengan siswa. 7) Bakti sosial diselenggarakan menjelang ramadhan. 8) Rihlah/tadabur alam. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Rabu, Tanggal 13 Maret 2013. Jam 09.27 WIB di Depan Ruang Kepala Madrasah MI At-Taqwa) Para orangtua murid memiliki program saat mengadakan pertemuan/perkumpulan, yaitu utnuk membicarakan masalah perkembangan anak, cara mendidik dan membimbing anak dalam pembelajaran al-Quran serta ada juga kegiatan yang lain untuk mempererat ukhuah silaturahmi antar orangtua murid.
75
c. Pemberian Bimbingan Mencintai Al-Quran Tahap Awal pada Anak 1) Dibiasakan mengenal huruf hijahiyyah. 2) Belajar membaca iqra. 3) Pemberian hafalan surat-surat pendek dan do‟a sehari-hari, 4) Muroja‟ah surat-surat pendek yang sudah diberikan kepada anak. 5) Mengenalkan kisah-kisah teladan yang terdapat dalam alQuran, serta penghafal al-Quran yang telah sukses dalam hafalannya. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Rabu, Tanggal 27 Maret 2013. Jam 12.57 WIB di Rumah Ketua Komite) Pada mulanya orangtua membiasakan anak untuk mengenal huruf hujaiyyah dengan membaca iqra, memberikan hafalan suratsurat pendek serta mengevaluasi hafalan-hafalan yang telah diberikan dan ksah-kisah motivasi. d. Motivasi Orangtua Mendidik Anak untuk Mencintai Al-Quran a) Mayoritas orangtua Madrasah
ibtidaiyyah
At-Taqwa
memberikan bimbingan pada anaknya untuk mencintai alQur‟an adalah saat anak masih dalam kandungan orangtua membiasakan diri untuk senantiasa tidak lepas dari al-Quran. Saat anak dalam kandungan, ibu selalu membaca, menghafal bahkan memahami makna kandungan al-Quran, sehingga saat anak lahirpun sudah mengenal dan terbiasa bergaul dengan alQuran. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 13.38 WIB di MI AtTaqwa)
76
b) Saat anak terlahir, orangtua selalu memberikan teladan pada anaknya untuk senantiasa mencintai al-Quran, yaitu dengan cara membaca, mengahafal dan memahami makna al-Quran. Sehingga anak meniru apa yang dilakukan orangtuanya dalam kehidupan sehari-hari. Namun ada juga orangtua yang membimbing anaknya untuk mencintai al-Quran hanya diserahkan kepada gurunya saja tanpa ada teladan yang penuh dari orangtua. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 13.47 WIB di MI At-Taqwa) c) Mayoritas orangtua mengatur jadwal belajar al-Quran anak adalah saat setelah magrib dan sebelum tidur, karena mereka merasa bahwa waktu setelah magrib dan sebelum tidur merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk mempelajari alQuran. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 13.50 WIB di MI AtTaqwa) d) Selain orangtua memberikan pendidikan mengenai al-Quran, mereka pun tidak lepas untuk memberikan pendidikan umum bagi anak-anaknya. Karena mereka berpikir, bahwa ilmu umum pun penting untuk menjadi pelengkap dan pendamping ilmu al-Quran. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid
77
Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 13.53 WIB di MI At-Taqwa) e) Untuk mengetahui perkembangan anak dalam mencintai alQuran, kebanyakan orangtua memantau kegiatan harian anak secara rutin. Dan mereka pun selalu mengevaluasi hasil belajar anak saat pulang sekolah. Ini merupakan salah satu metode pembiasaan disiplin bagi anak dalam hal belajar. Jadi orangtua tidak hanya memantau dan mengevaluasinya saat anak akan ulangan, tapi setiap hari ada evaluasi dan pantauan dari orangtua. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 13.55 WIB di MI AtTaqwa) f) Yang paling utama adalah cara tepat orangtua dalam menghadapi anak ketika semangat belajar al-Quran menurun. Kebanyakan
dari
orangtua
memberikan
reward
(hadiah/kejutan) untuk anaknya, namun tidak sedikit yang langsung terjun mengajak anak untuk belajar bersama-sama orangtua saat itu juga, dan adapun yang mengambil jalan pintas dengan memanggil guru privat sebagai penyemangat untuk anak belajar, karena mereka merasa bahwa oranglain akan lebih disegani sehinnga anak segera belajar. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.01 WIB di MI At-Taqwa)
78
e.
Bimbingan Orangtua Membimbing Anak Untuk Mencintai AlQuran 1) Bimbingan Orangtua pada Anak saat Membaca Al-Quran a) Orangtua mulai memberikan bimbingan dan melatih membaca al-Quran pada anaknya saat anak usia balita. Karena kebanyakan dari orangtua telah mengenalkan alQuran saat anak masih dalam kandungan. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.09 WIB di MI At-Taqwa) Hasil penelitan kebanyakan orangtua mengenalkan anaknya dengan huruf al-Quran dan membacakannya saat anak usia balita. b) Untuk belajar membaca al-Quran, orangtua memberikan dan meluangkan waktu khusus untuk belajar membaca alQuran yang sudah terjadwalkan. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.09 WIB di MI At-Taqwa) Hasil penelitian, orangtua memilki waktu yang khusus untuk membimbing anak dalam membaca al-Quran. c) Waktu dan tempat yang paling sering digunakan adalah di rumah dan sudah memiliki jadwal yang telah ditentukkan untuk belajar membaca al-Quran. (Wawancara dengan
79
beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.09 WIB di MI At-Taqwa) Waktu dan tempat yang paling efektif saat orangtua memberikan bimbingan membaca al-Quran pada anak adalah di rumah dengan waktu yang telah ditentukan, karena orangtua merasa rumah adalah tempat yang lebih efektif, karena memiliki banyak waktu untuk bersama dengan anak. d) Anak didampingi saat belajar al-Quran, karena dengan didampingi akan jelas terlihat perkembangan membaca anak sudah sampai dimana. Baik itu didampingi orangtua secara langsung, ataupun guru di sekolah dan guru privatnya. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.09 WIB di MI At-Taqwa) e) Orangtua mengajak anak untuk belajar membaca al-Quran adalah dengan berbagai macam cara, yaitu orangtua yang terjun langsung sebagai teladan, pembelajaran yang berlangsung di sekolah dan mengajak guru privat agar mengajak
anak
untuk
belajar
membaca
al-Quran.
(Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.09 WIB di MI AtTaqwa)
80
2) Bimbingan Orangtua pada Anak saat Menghafal Al-Quran a) Orangtua mulai memberikan bimbingan dan melatih hafalan al-Quran pada anaknya saat anak usia balita. Karena kebanyakan dari orangtua telah mengenalkan al-Quran saat anak masih dalam kandungan. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.15 WIB di MI At-Taqwa) b) Untuk belajar menghafal al-Quran, orangtua memberikan dan meluangkan waktu khusus untuk membimbing anaknya belajar menghafal al-Quran yang sudah terjadwalkan. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.15 WIB di MI AtTaqwa) c) Waktu dan tempat yang paling sering digunakan adalah di rumah dan sudah memiliki jadwal yang telah ditentukkan untuk belajar menghafal al-Quran. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.15 WIB di MI At-Taqwa) d) Anak didampingi saat belajar al-Quran, karena dengan didampingi akan jelas terlihat perkembangan hafalan anak sudah sampai dimana. Baik itu didampingi orangtua secara langsung, ataupun guru di sekolah dan guru privatnya.
81
(Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.15 WIB di MI AtTaqwa) e) Orangtua mengajak anak untuk belajar menghafal al-Quran adalah dengan berbagai macam cara, yaitu orangtua yang terjun langsung sebagai teladan, pembelajaran yang berlangsung di sekolah dan mengajak guru privat agar mengajak
anak
untuk
belajar
menghafal
al-Quran.
(Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.15 WIB di MI AtTaqwa) 3) Bimbingan Orangtua pada Anak saat Memahami makna alQuran a) Orangtua mulai memberikan bimbingan dan melatih anak untuk dapat memahami makna al-Quran. Salah satunya dengan cara memberikan cerita-cerita yang ada dalam alQuran. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.20 WIB di MI At-Taqwa) b) Untuk memberikan pemahaman al-Qur‟an pada anak, biasanya orangtua memberikan kisah-kisah yang ada pada al-Quran, biasanya saat menjelang tidur. (Wawancara
82
dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.20 WIB di MI At-Taqwa) c) Waktu dan tempat saat anak diajarkan untuk memahami makna al-Quran tidak ditentukan, dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Misalnya saat jalan-jalan, orangtua memberikan cerita yang ada pada al-Quran. (Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.20 WIB di MI At-Taqwa) d) Saat anak ingin belajar memahami makna yang terkandung dalam al-Quran, senantiasa harus didampingi. Karena ketika anak membutuhkan penjelasan, dengan cepat orangtua ataupun
gurunya
segera
memberikan
penjelasan.
(Wawancara dengan beberapa Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.20 WIB di MI AtTaqwa) e) Orangtua mengajak anak untuk belajar memahami makna al-Quran, dengan cara menyuruh anak untuk menceritakan kisah yang telah didengarnya saat orangtua memberikan cerita pada anaknya.
(Wawancara dengan
beberapa
Orangtua Murid Pada Hari Rabu, Tanggal 03 April 2013. Jam 14.20 WIB di MI At-Taqwa)
83
2. Kriteria Anak Pecinta Al-Quran a. Rajin Membaca Al-Quran Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad S. Harjasujana, bahwa membaca merupakan kegiatan merespons lambanglambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Maka hasil dari penelitian yang telah dilakukan, bahwa anak yang mencintai al-Quran terlihat dari kegiatan sehari-harinya dalam membaca al-Quran, dapat merespons dan mencermati serta mempelajari lambang-lambang yang terdapat dalam alQuran itu sendiri. Mayoritas anak-anak yang telah dibimbing orangtuanya untuk mencintai al-Quran telah membuktikan bahwa mereka telah berhasil dicetak sebagai anak pecinta al-Quran, itu dibuktikan dengan rajin dan rutinnya anak dalam membaca alQuran setip waktu yang telah ditentukan. metode yang dilakukan oleh orangtua agar anak rajin membaca adalah sesuai dengan yang di ungkapkan Aziz , yaitu: a) Menentukan waktu, yaitu jadwal untuk anak membaca dan tidak ada kegiatan lain selain membaca al-Quran. b) Menentukan tempat, suasana yang mendukung untuk membaca adalah lebih baik. Agar anak nyaman saat
84
membaca, maka orangtua memberikanlah tempat yang membuat anak senang dan nyaman membaca di tempat itu. c) Orangtua meluangkan waktunya untuk anak agar bisa konsultasi masalah bacaan yang tidak dimengerti. d) Orangtua telah menyediakan juz amma/iqra untuk dibaca anak. e) Membagi bacaan, orangtua mengusahakan membagi bacaan yang akan dibaca oleh anak dengan tujuan agar anak tidak pusing karena terlalu banyak bacaan. f) Orangtua telah mempunyai target kapan anak dapat menyelesaikan bacaannya, namun tidak pula tergesa-gesa untuk menyelesaikannya. b. Rajin Menghapal Al-Quran Sesuai
dengan
pengertian
menghafal
yang
telah
diungkapkan, menghafal adalah tindakan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menghafal yang dimaksud penulis, adalah menghafal alQuran yaitu menghafalkan semua surat dan ayat yang terdapat di dalamnya, untuk dapat mengucapkan dan mengungkapkannya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat tersebut, sebagai aplikasi menghafal al-Quran.
85
Karena menghafal memiliki dasar hukum yang wajib kifayyah, maka orangtua di Persatuan Orangtua Murid Madrasah Ibtidaiyyah berusaha agar anaknya mampu menghafal ayat-ayat al-Quran secara bertahap. Hasil penelitian, orangtua telah berhasil membimbing anaknya untuk dapat menghafal al-Quran, sehingga anak tingkat Sekolah Dasar pun telah mampu mengahafal al-Quran walaupun hanya dengan beberapa surat/ayat saja. Ini didukung pula dengan lingkungan sekolah yang menanamkan pembelajaran alQuran pada anak, selain
itu juga orangtua memberikan
kesempatan kepada anak untuk dapat belajar privat sehingga anak dapat muroja‟ah (mengulang-ngulang) hafalannya dengan sesering mungkin. Adapun sarana yang efektif yang telah diaplikasikan oleh orangtua saat membimbing anaknya untuk menghafal al-Quran sesuai dengan pendapat aziz, yaitu: a) Memilih waktu yang sesuai Orangtua memilih waktu yang tepat saat mengajarkan anak untuk menghapal al-Quran, waktu yang biasa orangtua lakukan untuk membimbing anak menghapal/murajaah alQuran adalah saat menjelang magrib/isya dan menjelang tidur ataupun sebelum berangkat ke sekolah.
86
b) Memilih tempat yang sesuai Orangtua berusaha memilihkan tempat yang nyaman untuk anak agar dapat menghapal al-Quran, sehingga alQuran yang dihapal akan mudah masuk kedalam otak dan fikiran anak. Kebanyakan orangtua menempatkan anak untuk menghapal al-Quran adalah dengan memberikan ruangan sendiri untuk anak, baik itu kamar pribadi untuk anak ataupun ruang belajar. c) Menentukan kadar halaman yang sesuai, baik matan ataupun penjelasan yang ingin dibaca Orangtua membantu anak untuk menentukan kadar halaman/ayat yang akan dihafalkan anak, baik itu satu ayat ataupun satu surat. Sehingga anak merasa lebih mudah dalam menghapal al-Quran. d) Menentukan cara yang tepat Biasanya orangtua mengajak anak untuk mengulangngulang bacaan agar anak lebih mudah dalam menghapal al-Quran.
Mengulang-ngulang
bacaan/hapalan
adalah
merupakan cara yang tepat yang dirasakan oleh orangtua saat membimbing anaknya menghapal al-Quran.
87
e) Memisahkan apa yang akan dihapalkan menjadi beberapa bagian Biasanya orangtua memisahkan bacaan yang akan dihapalkan
anak
agar
lebih
mempermudah
dalam
menghapalkannya. f) Gunakan satu naskah Orangtua memberikan satu naskah/mushaf pada anak, khusus bagi anak yang sudah lancar membaca al-Quran berupa juz amma agar dapat menghapal al-Quran secara konsisten g) Buatlah tanda atau simbol untuk apa yang sulit dihapalkan Biasanya dengan membuat tanda atau simbol pada bagian yang akan dihapalkan, itu akan mempermudah penghafal untuk bisa mengingat hapalan yang akan dan telah dihapalkannya. h) Membiasakan diri menghapal tanpa putus Orangtua kontinyu
dalam
mengarahkan menghapal
anaknya al-Quran
untuk
selalu
agar
dapat
mempermudah anak dalam pembiasaan hapalan yang rutin, selain itu juga orangtua memberikan contoh dalam
88
menghapal al-Quran, sehingga anak pun akan lebih semangat. i) Memerhatikan dan mengulang-ngulang hapalan Orangtua
selalu
mengajak
anak
mengulang
hapalannya agar hapalan yang telah dihapal tidak mudah bahkan tidak akan pernah lupa. c. Rajin Memahami Makna Al-Quran Sejalan dengan pengertian pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Dari hasil penelitian, ternyata anak telah dapat mengartikan, menterjemahkan dan mentafsirkan beberapa ayat al-Quran yang telah dibaca dan dihapalnya walaupun baru segelintir pemahaman yang telah dikuasai, namun anak telah mampu dan bisa dikatakan sebagai anak pecinta al-Quran dikarenakan telah dapat memahami ayat al-Quran. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Aziz mengenai langkah untuk dapat memahami al-Quran, diantaranya adalah: 1) Memperbanyak Istigfar, orangtua mengajarkan anak untuk memperbanya istigfar.
89
2) Memohon
pertolongan
kepada
Allah
swt,
orangtua
mengajarkan anak untuk meminta pertolongan dari Allah swt. 3) Tidak
tergesa-gesa
dalam
memahami,
orangtua
mengajarkan anaknya agar tidak terlalu tergesa-gesa dalam memahami al-Quran. 4) Membagi-bagi apa yang ingin dipahami, orangtua membagi dan bertanya kepada anak mengenai apa yang akan dipahami, sehingga dapat mempermudah anak dalam memahami al-Quran. 5) Merangkum pokok-pokok masalah yang telah dipahami, orangtua mengevaluasi anak mengenai apa yang telah dipahami anak dalam al-Quran, itu merupakan rangkuman yang dirangkum secara otomatis oleh anak. B. Proses Bimbingan yang Diberikan Orangtua untuk Mencintai AlQuran pada Anak 1. Proses Perencanaan Bimbingan Proses perencanaan bimbingan yang dilakukan oleh Persatuan Orangtua Murid Madrasah ibtidaiyyah (POM MI) berbasis al-Quran AtTaqwa, (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Kamis, Tanggal 04 April 2013. Jam 10.18 WIB di Rumah Ketua Komite) diantaranya: 1) Kosultasi dengan guru mengenai kondisi pembelajaran al-Quran. 2) Pengulangan kembali pelajaran yang telah dipelajari disekolah, yaitu muroja‟ah hapalan surat-surat di rumah.
90
2. Proses Pelaksanaan Bimbingan Adapun
proses
pelaksanaan
bimbingan
yang
dilakukan
(Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Kamis, Tanggal 04 April 2013. Jam 10.18 WIB di Rumah Ketua Komite) adalah sebagai berikut: 1) Pada waktu pagi hari anak-anak melakukan muroja‟ah di sekolah. 2) Pada waktu siang hari belajar iqra dan hafalan surat-surat pendek di sekolah. 3) Pada waktu malam hari mengulangan pelajaran yang telah dipelajari di sekolah serta murajaah hafalan yang telah dihafal di sekolah. 4) Berusaha untuk mengokohkan ikatan cinta Anak terhadap Al-Quran sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Ats-Tsuwaini (2007: 33) dengan cara: a. Menanamkan tentang syafaat al-Quran. b. Menjadikan anak cinta syurga dengan al-Quran. c. Menanamkan bahwa al-Quran adalah sebagai penyembuh. Selain itu juga adanya informasi yang diberikan orangtua untuk anaknya seputar Al-Quran (Ats-Tsuwaini, 2007: 83-84), diantaranya: 1) Bahwa al-Quranul karim terdiri dari 114 surat, diawali dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. 2) Al-Quran terdiri dari 30 juz. 3) Al-Quran terdiri dari 6666 ayat. 4) Tempat pertama kali Al-Quran diturunkan adalah di Gua Hira.
91
5) Tempat terakhir Al-Quran diturunkan adalah pada saat Haji Wada. 6) Surat yang pertama kali diturunkan adalah surat Al-„Alaq ayat 1-5. 7) Surat yang terakhir diturunkan adalah surat Al-Maidah. 8) Surat pada al-Quran terdiri dari dua macam surat, yaitu surat Makiyyah dan surat Madaniyyah. 9) Surat Makiyyah adalah surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad SAW. berada di kota Makkah. 10) Surat Madaniyyah adalah surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad SAW. berada di kota Madinah. 11) Al-Quran diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan, secara berangsurangsur melalui malaikat jibril. 3. Proses Penerapan Bimbingan Proses penerapan bimbingan
yang dilakukan pada anak
(Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Kamis, Tanggal 04 April 2013. Jam 10.20 WIB di Rumah Ketua Komite) diantaranya: 1) diberi hafalan al-Quran juz 30 yang bertahap dari mulai An-Nas hingga An-naba, setelah itu hafalan surat yang diberikan dites dan dievaluasi, kemudian diberi hapalan berikutnya sampai anak hafal lagi. 2) Pembelajaran iqro hingga Al-Quran. 3) Pemberian PR tahfiz oleh pak Ustadz berupa buku yang sesuai tingkatannya, dan pengulangan oleh orangtua di rumah.
92
4) Evaluasi tahfiz dan penulisan hijaiyah, setelah itu naik tingkat dan diberi buku tahfiz penulisan hijaiyah dan kaligrafi, biasanya itu diberikan untuk kelas 5-6 SD/MI. Dari hasil analisis dan penelitian, proses penerapan bimbingan yang diberikan oleh orangtua pada anaknya terdapat kerjasama antara orangtua dengan guru, sehingga pembelajaran anak terus berkesinambungan. 4. Respon Anak saat Bimbingan Berlangsung Respon anak saat bimbingan berlangsung sangat menikmatinya, sehingga jika anak-anak telah
hafal ayat al-Quran, maka orangtua
ataupun guru memberikan reward (hadiah) sehingga anak-anak senang belajar Qur‟an baik iqro, Quran maupun Tahfiz dan murotal. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Kamis, Tanggal 04 April 2013. Jam 10.28 WIB di Rumah Ketua Komite) Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada ketua komite mengenai respon anak saat bimbingan berlangsung, anak sangat menikmati saat orangtua membimbing pembelajaran al-Quran, dan mereka pun termotivasi dengan adanya reward (hadiah) yang akan diberikan orangtuanya.
93
C. Metode Bimbingan yang Diberikan Persatuan Orangtua Murid Madrasah Ibtidaiyyah At-Taqwa Arcamanik Bandung untuk Anaknya 1. Metode Bimbingan Metode bimbingan yang dilakukan oleh orangtua murid Madrasah
Ibtidaiyyah
At-Taqwa
adalah
bermacam-macam,
diantaranya yaitu dengan cara: a.
Metode “group guidance” (bimbingan secara kelompok) Yaitu cara mengungkapakan jiwa atau bathin serta pembinaan melalui kegiatan kelompok seperti ceramah. Metode ini menghendaki agar setiap anak bimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan teman-temannya, melakukan hubungan interpersonal satu sama lain dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan pembinaan pribadi masing-masing. Dalam proses bimbingan kelompok ini pembimbing hendaknya mengarahkan minat dan perhatian mereka kepada hidup kebersamaan dan saling tolong menolong dalam pemecahan permasalahan bersama yang menyangkut kepentingan mereka bersama. Metode ini dirasa lumayan epektif dilakukan dikalangan orangtua, karena dengan metode ini orangtua bisa membimbing anak-anaknya secara bersamaan saat mempelajari al-Quran.
94
Sehingga ada komunikasi yang baik dalam belajar antara anakanaknya. Selain itu juga, orangtua mengarahkan indahnya hidup tolong menolong dan saling memberi masukan antara satu sama lain, terutama saat anak-anak melangsungkang belajar al-Quran bersama dengan saudaranya sendiri. Misalnya, antara mereka bisa
saling
memperhatikan
bacaan-bacaan
yang
telah
dipelajarinya saat melangsungkan murajaah al-Quran. b.
Metode Non Direktif (cara yang tidak mengarah) Cara yang lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran yang tertekan sehingga menjadi penghambat kemajuan. Metode ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1) Client Centered, yaitu cara pengungkapan tekanan bathin yang dirasakan menjadi penghambat klien dalam belajar, dengan sistem pancingan yang berupa satu dua pertanyaan yang terarah. Selanjutnya klien diberi kesempatan seluasluasnya untuk menceritakan segala uneg-uneg (tekanan bathin)
yang
disadari
menjadi
hambatan
jiwanya.
Pembimbing bersikap memperhatikan dan mendengarkan serta mencatat point-point penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan.
95
Dengan metode client centered ini, orangtua akan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami anak saat mempelajari al-Quran. Orangtua harus lebih memperhatikan dan mendengar juga mencatat hal-hal yang dianggap penting untuk segera diatasi dan diberi bantuan. 2) Metode edukatif, yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan dengan mengorek sampai tuntas. Dengan cara client centered yang diperdalam dengan permintaan atau pertanyaan yang motivatif dan fersuasif (meyakinkan) untuk mengingat-ngingat serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan sampai ke akar-akarnya. Dengan cara demikian, klien dapat terlepas dari penderitaan bathin yang bersifat obsesif (yang menyebabkan ia terpaku pada hal-hal yang menekan bathinnya). 2. Metode Psikoanalisis (penganalisisan jiwa) Metode ini berasal
dari psiko-analisis Freud yang
dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Menurut teori ini, manusia yang senantiasa mengalami kegagalan usaha dalam mengejar cita-cita atau keinginan, menyebabkan timbulnya rasa tertekan yang makin menumpuk. Bilamana tumpukan perasaan gagal tersebut tidak
96
dapat diselesaikan, maka akan mengendap kedalam lapisan jiwa bawah sadar. Pada saat tertentu, perasaan tertekan ini dapat muncul kembali kepermukaan dalam berbagai bentuk, antara lain berupa mimpi yang menyenangkna atau yang mengerikan, tingkah laku yang serba salah yang tidak sengaja atau tidak disadarinya, misalnya salah ucapan, salah meletakkan benda, salah megambil benda, salah nulis dan sebagainya. Metode psikoanalisis ini bisa digunakan orangtua juga dalam membimbing anak untuk bisa mencintai al-Quran. Pada saat anak tidak bisa mencapai cita-citanya untuk dapat mempelajari alQuran dan menyebabkan ketraumaan pada diri anak. maka orangtua harus senantiasa mendampingi dan menganalisis dari mana kesulitan yang dialami anak dalam mempelajari al-Quran. Sehingga anak tidak merasa tertekan dengan ketidakmampuan yang dimilikinya. 3. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan) Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan (problem) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi dan dialami klien.
97
Adapun metode bimbingan yang dilakukan adalah dengan terapi tingkah laku, yang mana pengertian dari terapi tingkah laku ini adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-pronsip belajar pada pengubahan tingkah laku kea rah cara-cara yang lebih adaptif. pendekatan ini telah memberikan sumbangan-sumbangan yang berarti, baik pada bidang-bidang klinis maupun pendidikan. Berdasarkan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan perubahan tingkah laku. (Corey, 2009: 193) Metode dengan cara direktif adalah metode yang bisa digunakan juga oleh orangtua untuk mendidik anaknya. Karena dengan metode direktif adalah metode yang mengarahkan secara langsung, dalam artian orangtua mengarahkan anak secara langsung dalam belajar al-Quran. Misalnya, orangtua memberi arahan apa saja yang harus dipelajari, dihafal dan difahami. Sehingga anak akan mengerti bagaimana cara mempelajari al-Quran yang tepat. Berdasarkan bebebrapa teori yang telah dipaparkan dan hasil penelitian lapangan, membuktikan bahwa metode yang lebih dominan dan sering digunakan oleh orangtua murid di POM MI at-
98
Taqwa adalah metode bimbingan direktif, karena metode direktif dirasa lebih efektif untuk diberikan kepada anak saat pelaksanaan bimbinngan. Metode direktif lebih bersifat mengarahkan kepada anak dan tidak bersifat memaksa, selain itu juga orangtua lebih berperan dalam
memberikan
bimbingan, baik
dengan
cara
memberikan teladan yang baik pada anak, ataupun dengan mengajak anak belajar al-Quran secara langsung sehingga anak akan lebih mudah mencontoh kegiatan orangtuanya dalam mempelajari alQuran. 2. Media Bimbingan Media bimbingan yang digunakan cukup sederhana, (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Kamis, Tanggal 04 April 2013. Jam 10.37 WIB di Rumah Ketua Komite) yaitu diantaranya dengan menggunakan: 1) Buku Iqro 2) Al-Quran 3) Juz Amma 4) Buku-buku islami mengenai al-Quran 5) Buku-buku islami mengenai kisah-kisah orang terdahulu yang diceritakan dalam al-Quran. 6) Buku-buku motivasi, tentang orang-orang yang sukses dalam menghafal al-Quran.
99
Dengan buku iqro/al-Quran serta buku-buku islami yang didalamnya terdapat kisah-kisah orang terdahulu tercantum dalam alQuran dan berbagai macam cerita-cerita motivasi sangat membantu orangtua saat membimbing anaknya dalam mempelajari al-Quran. D. Faktor Penunjang dan Penghambat Pelaksanaan Bimbingan oleh Persatuan Orangtua Murid (POM) pada Anak di Madrasah Ibtidaiyyah (MI) at-Taqwa Arcamanik-Bandung 1. Faktor Penunjang Dengan adanya pengajian-pengajian dan arisan adalah salah penunjang bagi POM untuk dapat mempererat hubungan silaturahmi antara orang tua murid, selain itu juga komunikasi antara komite dengan Kepala Madrasah dan guru yang sangat baik sehingga jika ada keluhan-keluhan yang terjadi pada anak dalam masalah perkembangan pembelajaran, hafalan, pemahaman dan perkembangan mental anak dapat segera teratasi. Adapun dengan adanya iqra/al-Quran dan buku-buku yang di dalamnya terdapat berbagai macam motivasi dan kisah-kisah bagi anak, dapat mempermudah orangtua dalam memberikan bimbingan pada anaknya. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Kamis, Tanggal 04 April 2013. Jam 10.36 WIB di Rumah Ketua Komite) 2. Faktor Penghambat Masih ada diantara orangtua murid yang hanya menyerahkan bimbingan kepada anak dalam mencintai al-Quran pada guruny
100
disekolah saja, dan mengandalkan guru privat. Sedangkan orangtua sendiri kurang berperan dalam memberikan bimbingan dan teladan kepada anak-anaknya. Sehingga bimbingan yang diberikan sebagian orangtuapun terlihat belum maksimal. (Wawancara dengan Ketua Komite Pada Hari Kamis, Tanggal 04 April 2013. Jam 10.38 WIB di Rumah Ketua Komite) E. Analisis Hasil Penelitian Analisis kondisi objektif Persatuan Orangtua Murid Madrasah Ibtidaiyyah berbasis Al-Qur‟an At-Taqwa, dari sepuluh sample yang mewakili orangtua Murid Madrasah Ibtidaiyyah at-Taqwa, dapat dianalisa bahwa proses bimbingan yang dilakukan orangtua pada anaknya, menggunakn metode yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan metode bimbingan Metode “group guidance” (bimbingan secara kelompok), Metode Non Direktif (cara yang tidak mengarah) yang didalamnya terdapat bimbingan Client Centered dan metode edukatif, juga ada bimbingan metode psikoanalisis (penganalisisan jiwa) dan Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan) sebagai pengumpul data yang diolah menjadi cara yang efektif untuk membimbing anak dalam mengenalkan alQuran, sehingga anak dapat mencintai al-Quran sesuai dengan cara yang difahaminya. Persatuan Orangtua Siswa Madrasah Ibtidaiyyah At-Taqwa memiliki tujuan dan harapan untuk anak-anaknya agar mereka tumbuh
101
kembang dalam pendidikan yang positifm sehingga mereka memasukan dan menyekolahkan anak ke sekolah yang berbasis al-Qur‟an. Dengan adanya perkumpulan orangtua siswa yang secara rutin dilakukan membuat program kegiatan bimbingan bagi anak semakin mudah dan terarah. Selain itu juga, dengan perkumpulan para orangtua yang terus berlanjut membuat silaturahmi dan ukhuah kekeluargaan orangtua murid semakin erat, karena perkumpulan itu digunakan untuk sarana pengajian rutin, diskusi
masalah perkembangan anak, cara
mendidik anak saat belajar al-Quran., memberikan saran dan masukan dalam upaya peningkatan sekolah, perkumpulan untuk arisan, membantu program sekolah
yang berhubungan dengan siswa, bakti sosial
diselenggarakan menjelang ramadhan dan juga mengadakan rihlah/tadabur alam. Adapun program yang dilakukan setelah perkumpulan antara orangtua murid adalah melaksanak program yang telah direncanakan. Yaitu
bimbingan untuk mengajak anak dalam mempelajari al-Quran,
seperti bimbingan belajar membaca al-Quran yang baik dan tepat, bimbingan belajar menghafal dan bimbingan bagaimana anak bisa memahami makna yang terkandung dalam al-Quran. Yang berperan penting dan sangat besar pengaruhnya dalam bimbingan anak untuk mencintai al-Qur‟an adalah orangtua (keluarga) yang harus selalu memberikan teladan untuk anaknya agar senantiasa
102
melakukan kegiatan positif yang dilakukan orangtuanya dalam mencintai al-Quranul karim. Namun guru sekolah/ngaji dan guru privat pun akan memberikan pengaruh bagi anak dalam mempelajari al-Quran. Karena tidak hanya dilingkungan rumah saja anak belajar mengenai al-Quran, namun lingkungan luar juga memberikan pengaruh bagi anak agar kegiatan langkungan rumah dan lingkungan luar saling mendukung. Media yang digunakan di rumah dan disekolah hampir sama semua, karena media yang digunakan untuk pembelajaran anak adalah iqra/al-Quran, buku-buku islami yang didalamnya terdapat kisah-kisah yang diceritakan Allah dalam al-Quran. Tempat pembelajaran yang digunakan disekolah adalah ruang kelas, teras halaman sekolah, masjid. Adapun tempat yang digunakan oleh orangtua dalam membimbing adalah rumah. Yang mana bimbingan anak saat belajar al-Quran di rumah memiliki waktu yang ditentukan, seperti menjelang magrib dan sebelum tidur adalah waktu yang tepat untuk anak belajar al-Quran. Untuk faktor penunjang yang terdapat pada program yang dilaksanakan POM MI At-Taqwa cukup mendukung untuk kegiatan bimbingan yang diberikan untuk anak, salah satunya karena ada diskusi dan perkumpulan rutin antar orangtua murid setiap seminggu sekali. Selain itu juga ada beberapa faktor penghambat yaitu masih ada diantara orangtua murid yang hanya menyerahkan bimbingan kepada anak dalam mencintai
103
al-Quran pada gurunya disekolah saja, dan mengandalkan guru privat. Sedangkan orangtua sendiri kurang berperan dalam memberikan bimbingan dan teladan kepada anak-anaknya. Sehingga bimbingan yang diberikan sebagian orangtua pun terlihat belum maksimal.
104
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anak shalih shalihah merupakan harta yang paling berharga bagi orangtua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada upaya keras dari orangtua dalam membimbing anaknya. Salah satu yang wajib diajarkan kepada manusia. Seperti sabda Rasulullah SAW: “Didiklah (bimbinglah) anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahlul baitnya dan membaca al-Quran karena orang-orang yang memelihara al-Quran itu berada dalam lingkungan singgasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya; mereka beserta para Nabinya dan orang-orang suci. ” (HR. At-Thabrani) Menanamkan rasa cinta anak terhadap al-Quran pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga, yaitu dengan metode keteladanan. Jika menginginkan anak mencintai al-Quran, maka jadikan keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dengan cara berinteraksi secara baik dengan al-Quran, misalnya membawanya dengan penuh kehormatan dan rasa cinta, sehingga hal tersebut akan merasuk kedalam alam bawah sadarnya bahwa mushaf alQuran adalah sesuatu yang agung, suci, mulia dan harus dihormati, dicintai dan disucikan. Sering memperdengarkan al-Quran di rumah dengan suara merdu dan syahdu, serta memperlihatkan pada anak kecintaan kita pada alQuran, misalnya dengan cara rutin membacanya.
105
Diantara cara orangtua memberikan bimbingan membaca, menghafal dan memahami al-Quran adalah sebagai berikut: 1. Cara orangtua memberikan bimbingan membaca al-Quran adalah melatih anaknya untuk mengenal al-Quran saat usia balita, dengan meluangkan waktu khusus untuk memberikan bimbingan pada anaknya yang sering dilakukan di rumah. Dengan pembelajaran yang didampingi, maka pembelajaran anak akan lebih terpantau, baik bimbingan itu dilakukan oleh orangtua yang dibantu oleh guru di sekolah serta guru privatnya. Adapun cara yang efektif dalam membimbing anak untuk membaca adalah dengan memberikan teladan oleh orangtua dalam membaca alQuran. 2. Cara orangtua memberikan bimbingan untuk menghafal al-Quran adalah melatih anaknya saat usia balita dan saat anak masih dalam kandungan, orangtua membiasakan diri untuk memhafal al-Quran sehingga akan memberikan pembiasaan yang baik pada anak untuk terbiasa mengahafal al-Quran. Waktu yang tepat bagi orangtua untuk bisa membimbing anaknya dalam menghafal al-Quran telah ditentukan, sehingga bimbingan hafalan dilakukan secara rutin dan biasanya dilakukan di rumah. Adapun cara yang efektif dalam membimbing anak untuk menghafal al-Quran adalah dengan memberikan teladan oleh orangtua dalam hafalan al-Quran secara rutin. 3. Orangtua memberikan bimbingan anak untuk dapat memahami al-Quran adalah dengan cara memberikan cerita tentang kisah-kisah yang
106
diceritakan dalam al-Quran, dan cerita motivasi mengenai anak-anak yang telah sukses menghafal al-Quran. Dari penjelasan di atas, inilah menjadi dasar agar orangtua dapat membimbing anaknya dengan baik dan bahkan orangtua harus bisa membentuk anaknya agar anak mencintai al-Quran. Cinta disini berarti anak dapat mengenal al-Quran tidak hanya untuk dibaca saja, tapi anak memiliki rasa cinta dan kerinduan untuk bisa menghapal isi ayat al-Quran beserta memahami maksud dari ayat-ayat al-Quran. Mengajarkan al-Quran akan menumbuhkan sifat-sifat kebaikan pada diri manusia. Terlebih lagi jika pengajaran tersebut ditunjukkan secara khusus kepada anggota keluarganya. Bahkan bukan hanya kebaikan saja yang didapatkan, tapi juga rasa cinta anak kepada al-Quran. Jika proses pengajaran al-Quran yang dijalankan atas dasar-dasar teori yang benar, akan mengantarkan anak-anak mencintai al-Quran. Selain itu, akan menambah kemampuan daya ingat, pemahaman, serta pengertian yang mereka miliki. Dapat dikatakan, menghapal al-Quran termasuk kegiatan yang paling utama dan penting untuk dijalankan anak-anak. Dari berbagai teori dan penelitian yang telah terkumpul, terdapat kecocokan antara keduanya. Bahwa pola asuh orangtualah yang menentukan karakter dan masa depan anak, terutama pola asuh untuk usia kanak-kanak. Pengenalan dan pengajaran anak pada al-Quran akan menumbuhkan sifat-sifat kebaikan pada diri anak, apalagi pengajaran itu dilakukan oleh orangtua dan merupakan pembiasaan yang dilakukan di dalam keluarga. Jika
107
pengajaran al-Quran itu berhasil, maka akan tumbuh kecintaan anak pada alQuran, setelah mencintai al-Quran akan tumbuh daya ingat, pemahaman serta pengetian yang mereka miliki. Selain itu juga, menghapal al-Quran termasuk kegiatan yang paling utama dan penting untuk dijalankan anak-anak. B. Saran Masukan untuk orangtua di POM, agar dapat mengetahui berbagai macam perkembangan anaknya dalam pembelajaran al-Quran: 1) Sebaikanya waktu bimbingan dengan orangtua lebih banyak dibanding dengan guru sekolah atau guru privat. Sehingga orangtua dapat mengetahui perkembangan setiap waktu anak. 2) Orangtua harus rajin memantau lingkungan dan pergaulan anak. 3) Para orangtua mengadakan perkumpulan yang di dalamnya terdapat evaluasi yang telah dilakukan anak-anaknya. Dengan adanya evaluasi seperti itu, maka para orangtua akan mengetahui apakah program minggu lalu telah terlaksana di rumah dan telah ada perubahan pada diri anak. Sehingga saat ada ide, masukan dan temuan baru akan segera tersampaikan kepada orangtua murid yang lain dan bisa ditiru untuk diaplikasikan di rumah. 4) Adanya kerjasama antara sekolah dan orangtua dalam meningkatkan mutu pembelajaran anak, terutama dalam hal membaca, menghafal dan memahami al-Quran. 5) Mengadakan tadabur alam bersama anak-anak, sehingga pada saat berbaur dengan alam, anak diajarkan untuk mentafakuri dan mensyukuri alam ciptaan Allah SWT., dan bisa pula dikaitkan dengan ayat al-Quran.
108
6) Mengevaluasi/murajaaah bersama-sama saat pertemuan, sehingga hafalan tidak selalu monoton, bahkan orang yang tadinya tidak semangat untuk menghafal al-Quran menjadi termotivasi.