BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.Kualitas sumber daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan bangsa.Perkembangan ilmu dan pengetahuan (IPTEK) yang kini berlangsung sangat cepat dan menjadi barometer kemajuan suatu bangsa yang membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Bappenas, 2009). Untuk
meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia
dalam
pembangunan bangsa salah satunya adalah prestasi belajar.Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan anak dalam menempuh pelajaran di sekolah.Tidak semua anak dapat mencapai hasil yang memuaskan, karena beberapa anak memiliki keterbatasan dalam menyerap pelajaran sehingga gagal untuk berprestasi dengan baik (Gustian, 2002). Selain itu, kecerdasan merupakan salah satu modal untuk mengarungi kehidupan masa
depan,
sehingga
perlu
diperhatikan
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992, kesehatan anak dapat dilakukan melalui peningkatan kesehatan sejak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra sekolah dan usia sekolah (Andarwati, 2006). Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh status gizi anak. Nilai gizi yang tinggi dari makanan yang dikonsumsi akan turut mempengaruhi
1
pertumbuhan berkembang
dan
perkembangan
normal,
maka
jaringan
keadaan
anak.
tersebut
Bila
dapat
otot
tidak
memberikan
pengaruh negatif pada perkembangan daya pikir anak.Anak sekolah merupakan salah satu kelompok rentan terhadap ketidak cukupan gizi di Indonesia (Sediaoetama, 2008). Anak sekolah termasuk dalam kelompok rentan karena anak sekolah masih mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
(Fahruzzaini,
2007).Status
gizi
yang
baik
dapat
meningkatkan konsentrasi belajar anak sekolah, tetapi hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar ini tidak langsung (Nasution, 1986). Gizi kurang telah dinyatakan sebagai masalah utama kesehatan dunia.Anak-anak dengan gizi buruk memiliki otak yang lebih kecil dari ukuran rata-rata otak.Jumlah sel-sel otak mereka 15-20% lebih kecil dibandingkan
dengan
anak-anak
yang
cukup
makan.Selain
itu,
kekurangan gizi pada umur remaja berdampak pada kelambatan pertumbuhan dan perkembangan mental, serta meningkatnya angka ketidak hadiran disekolah karena sakit (Suhardjo, 2003). Gizi buruk akan membawa dampak yang negatif pada anak jika terjadi pada usia muda diantaranya adalah: anak mudah menderita kelelahan mental, sukar berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar menjadi turun (Moehji, 2003). Kondisi demikian merupakan faktor yang sangat
besar
peranannya
dalam
menentukan
berhasil
tidaknya
seseorang mengikuti pendidikan. Seorang anak akan mampu berpikir dan memahami hal-hal yang baru, dan juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Gustian, 2002).
2
Data Departemen Kesehatan menyebutkan kurang lebih 28,04% anak Indonesia mengalami ketidak cukupan gizi, termasuk yang tinggal di kota besar seperti Jakarta (Depkes, 2009).Secara nasional prevalensi kurus adalah 13,3% pada laki-laki dan 10,9% pada perempuan, sedangkan prevalensi berat badan lebih pada laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4% (Depkes, 2008). Selain faktor status gizi yang merupakan faktor internal, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor ekternal.Faktor eksternal terdiri dari faktor fisik dan faktor sosial (Purwanto, 2008).Faktor sosial yang mempengaruhi prestasi belajar salah satunya adalah orang tua.Orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya, baik moral, material, dan informasional (Hasbullah, 2001).Pola asuh yang biasa dipakai oleh masyarakat yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Baumrid mengemukakan tentang dampak pola asuh terhadap perilaku remaja secara singkat, yaitu pola asuh otoriter mengakibatkan remaja cenderung bersikap memberontak dan permusuhan, pola asuh demokratis membuat remaja cenderung terhindar dari kegelisahan, kekacauan, atau perilaku nakal, dan pola asuh permisif membuat remaja menjadi cenderung berperilaku bebas dan tidak terkontrol (Yusuf, 2009). Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kekurangan kasih sayang, sikap keras dan kejam, acuh tak acuh akan menimbulkan emotioal insecurity sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar. Bimbingan atau contoh dari orang tua akan contoh terdekat dari anak-anaknya.
3
Belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak (Ahmadi dan supriyono, 2004).Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa (Syah, 2008). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti hubungan pola asuh orang tua dan status gizi dengan prestasi belajar.Sekolah yang dipilih adalah SMP Negeri 13 Kota Yogyakarta. Dari data yang didapat di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun 2013, SMP Negeri 13 adalah SMP yang memiliki rata-rata nilai UN terendah, yaitu 27,21 dengan jumlah persentase siswa tidak lulus 6,4% dari 141 peserta ujian.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dan status gizi dengan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 13 Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dan status gizi dengan prestasi belajar di SMP Negeri 13 Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan prestasi belajar. b. Mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar.
4
D. Manfaat Penelitian a. Bagi Lembaga Pendidikan Memberi gambaran terhadap prestasi belajar para siswanya yang berhubungan dengan status gizi serta pola asuh yang diberikan orang tua siswa. b. Bagi Keluarga / Orang Tua Dapat menjadi salah satu referensi dalam memperhatikan anak – anaknya yang berhubungan dengan status gizi serta menerapkan nilai – nilai pola pengasuhan terhadap keluarga / anak – anak mereka. c. Bagi siswa Memberikan informasi tentang pentingnya status gizi dan kondisi kesehatan
untuk
mendukung
prestasi
belajar
siswa
guna
meningkatkan prestasi belajar para siswa dan berhasil dalam melanjutkan ke tahap pendidikan yang lebih tinggi, sehingga siswa dapat
termotivasi
agar
lebih
memperhatikan
kesehatan
untuk
menunjang prestasi akademiknya.
E. Keaslian Penelitian 1. Aunola, dkk (2000) dengan judul penelitian “Parenting Style and Adolescent’s Achievement Strategies”. Penelitian tersebut menghasilkan bahwa pola asuh mempengaruhi kesuksesan akademik dan penampilan diri remaja. Remaja dari orangtua demokratis mempunyai strategi pencapaian kesuksesan adaptif, sedangkan remaja dari orangtua yang mengabaikan menunjukkan strategi pencapaian kesuksesan maladaptif. Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada instrumen pola asuh,
5
responden, dan variabel terikat. Variabel terikat penelitian tersebut adalah strategi kesuksesan remaja dengan responden remaja dan orangtua. Sementara variabel terikat penelitian ini adalah prestasi belajar dan respondennya remaja. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) tentang hubungan antara konsumsi energi dan kesegaran jasmani dengan prestasi belajar anak Sekolah Dasar Negeri Kartasura 01 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo
Jawa
Tengah.
Penelitian
ini
bersifat
analitik
dengan
pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas 4 dan 5 di Sekolah Dasar Negeri Kartasura 01 yang berjumlah 119 siswa. Sampelnya adalah siswa dan siswi kelas 4 dan 5 SD Negeri Kartasura 01 yang berjumlah 54 siswa berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan uji korelasi product moment. Hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi energi dengan prestasi belajar anak dan terdapat hubungan yang signifikan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar anak Sekolah Dasar Negeri Kartasura 01 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. 3. Ishafani (2010) dengan judul “Hubungan Komunikasi Keluarga Dengan Kecerdasan Emosional Pada Siswa SMA Negeri Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional non eksperimental yang setelah diuji dengan uji korelasi Spearman Rankmenunjukan bahwa 162 responden (63,78%) memiliki komunikasi keluarga yang baik, 63 responden (24,8%) memiliki komunikasi keluarga cukup, dan 29 responden (11,42%) berkomunikasi kurang. Daripenelitian tersebut
6
diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara komunikasi keluarga dengan kecerdasan emosional pada siswa SMA Negeri Kota Yogyakarta. 4. Reitman & Asseff (2010) tentang “Parenting Practices and Their Relation to Anxiety in Young Adulthood”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat praktek pengasuhan orangtua yang dikaitkan dengan kecemasan anak. Sampel adalah 200 siswa beserta orangtuanya. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi, kontrol dan penerimaan orangtua terbukti memiliki hubungan yang kuat dengan kecemasan siswa. Sedangkan dari jenis
kelamin,
kontrol
orangtua
hanya
signifikan
dengan
siswa
perempuan. 5. Hasan (2011) melakukan penelitian berjudul ”Hubungan Antara Riwayat Gizi Buruk Masa Lalu (Stunted) dengan Prestasi Belajar Siswa SD di Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur”. Pada penelitian ini, variabel independen adalah riwayat satatus gizi masa lalu (stunted), variabel dependennyaprestasi belajar siswa SD, dan variabel luar adalah intelegensi, pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, jumlah anggota keluarga. Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat gizi buruk masa lalu (stunted) dengan prestasi belajar siswa SD di Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur.
7