1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai cakupan sangat luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam ruang, dengan pertanyaan-pertanyaan apa, kapan, di mana, mengapa, siapa dan bagaimana terjadinya aktivitas antara manusia dengan alam dan bagaimana aktivitas tersebut saling berhubungan (Bintarto, 1991). Dalam studi geografi tidak terlepas dari fenomena objek kajian geosfer (permukaan bumi) yang di dalamnya terdiri dari elemen-elemen lingkungan seperti biotic, abiotic, social, cultural, economic, political dan environmental elements yang terjadi di permukaan bumi. Hubungan timbal balik antara manusia dengan alam dalam objek kajian geografi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Bintarto (1991) menjelaskan bahwa objek material geografi adalah geosfer yang meliputi: litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, pedosfer dan antroposfer, sedangkan objek formal adalah cara memandang atau sudut pandang terhadap suatu gejala di muka bumi, baik yang sifatnya sosial maupun fisik, yaitu sudut pandang dari pendekatan organisasi keruangan atau spatial setting. Yunus (2010) mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) pendekatan dalam prespektif ilmu geografi untuk mengkaji fenomena permukaan bumi (geosfer) yaitu spatial approach (pendekatan keruangan), ecological approach (pendekatan ekologi), dan regional complex approach (pendekatan kompleks wilayah) yang menjadi jati diri keilmuan geografi dan sebagai ciri khas yang membedakan geografi dengan ilmu-ilmu lain. Selanjutnya menurut Goodall, 1987 (dalam Yunus, 2010) bahwa untuk memberi
2
kesan sebagai bentuk scientific dignity dalam bidang ilmu geografi apapun pendekatan baru yang diadopsi sebagai seorang geograf tetap berorientasi pada salah satu atau gabungan dari ketiga pendekatan utama geografi tersebut, sehingga fitrah geografi tidak hilang dan ini merupakan jati diri geografi. Evaluasi sumberdaya lahan merupakan bagian dari kajian geografi termasuk hubungan manusia dengan lingkungan yang menekankan pada pola-pola penggunaan lahan dan persebarannya. Ritohardoyo (2009) menjelaskan bahwa luasnya kajian geografi sehingga kajian tentang sumberdaya lahan menjadi kajian yang cukup kompleks. Penyajian data dan informasi tidak hanya terbatas pada inventarisasi dan pemetaan secara keruangan, akan tetapi hasilnya dapat dilakukan penilaian atau evaluasi lahan berdasarkan kemampuan maupun kesesuaiannya. Evaluasi lahan merupakan suatu proses penilaian potensi lahan untuk mengetahui potensi lahan bagi penggunaan tertentu yang berguna dalam membantu perencanaan penggunaan dan pengelolaan lahan. Evaluasi lahan meliputi interpretasi data fisik, kimia tanah, potensi penggunaan lahan sekarang dan sebelumnya, sedangkan evaluasi sumberdaya lahan menurut Sitorus (1985) merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. FAO (1976) mengatakan bahwa evaluasi sumberdaya lahan adalah proses penaksiran perilaku sumberdaya lahan apabila dipergunakan untuk maksud-maksud tertentu, termasuk pelaksanaan survei dan interpretasi serta studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim, beserta aspek-aspek lain untuk menentukan dan membantu suatu perbandingan terhadap kemungkinan berbagai penggunaan lahan yang dapat diterapkan untuk berbagai pilihan penggunaan tertentu.
3
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah permukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Worosuprodjo (2007) mengemukakan bahwa sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang terbentuk dan berkembang oleh pengaruh geologi/geomorfologi, tanah, hidrologi, penggunaan lahan dan manusia. Selain faktor tersebut di atas keadaan flora dan fauna juga memilki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan sumberdaya lahan. Peningkatan jumlah penduduk dan keragaman aktivitas dibarengi dengan pesatnya pembangunan di berbagai sektor yang berkepentingan dengan ruang sangat terkait dengan peningkatan kebutuhan terhadap lahan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian produktif ke penggunaan nonpertanian, sehingga dapat berdampak terhadap makin terbatasnya lahan-lahan potensial untuk pengembangan komoditas pertanian dan terjadinya perubahan ekologis yang dapat mengarah pada degradasi lingkungan dan penurunan daya dukung wilayah. Pemberdayaan pulau-pulau dengan karakteristik yang spesifik seperti pulau Ternate dalam pembangunan pertanian perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Salah satu informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi pangan dan produk pertanian lainnya adalah data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan yang dapat memberikan informasi berupa distribusi, luas, kesesuaian lahan, kemampuan lahan, faktor pembatas dan berbagai alternatif
4
teknologi yang dapat digunakan (Suryana dkk, 2005). Dengan tersediannya informasi potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan suatu komoditas pertanian akan sangat membantu pemerintah daerah dan masyarakat untuk dapat meningkatkan produksi pertanian secara berkelanjutan. Kota Ternate mempunyai ciri sebagai daerah kepulauan yang terdiri dari delapan buah pulau, lima pulau diantaranya berukuran sedang yang dihuni penduduk yaitu pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau Tifure dan pulau Batang Dua, sedangkan tiga pulau lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini tidak berpenghuni adalah pulau Maka, pulau Mano dan pulau Gurida. Nama dan luas wilayah per Kecamatan berdasarkan hasil digitasi citra dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Ternate Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7
Kecamatan Pulau Ternate Moti Batang Dua Ternate Selatan Ternate Tengah Utara Hiri Jumlah
Luas Wilayah (Ha) Data Digitasi Peta Citra (%) 5.260,31 32,46 2.485,94 15,34 2.957,15 18,25 2.118,87 13,07 1.728,98 10,67 991,72 6,12 663,02 4,09 16.205,99 100,00
Sumber : Bappeda Kota Ternate Hasil Digitasi Citra Tahun, 2010.
Kecamatan Pulau Ternate merupakan salah satu Kecamatan di Kota Ternate yang rentan terhadap terjadinya degradasi lahan berupa longsor dan erosi. Secara makro Kecamatan Pulau Ternate dengan luas wilayah sebesar 5.260,31 Ha (32,46%) dan mempunyai 13 Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 14.788 jiwa (BPS, 2010) memiliki morfologi sebagian besar bergunung dan berbukit serta berupa pulau dengan batuan volkanis, sehingga penurunan
5
permukaan tanah akibat proses erosi dan longsor dapat berjalan secara intensif. Meskipun Ternate sebagai kota namun sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pulau Ternate adalah bermata pencaharian petani dan terbatasnya lahan pertanian sehingga masyarakat umumnya mengolah lahan pertanian pada lereng perbukitan. Cara pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian maupun non pertanian nampaknya masih kurang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
yang cukup strategis
karena selain hasilnya merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat juga sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Secara historis komoditi tanaman perkebunan terutama cengkeh dan pala di Kota Ternate sudah dikenal sejak zaman kolonial dan hingga saat ini masih menjadi bagian dari mata pencaharian masyarakat. Jenis tanaman perkebunan yang umumnya diusahakan oleh masyarakat adalah cengkeh, pala dan kelapa. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB cukup besar yaitu sebanyak 151.855 juta atau sekitar 13,26% pada tahun 2011 dan menempati urutan keempat setelah sektor perdagangan, jasa dan pengangkutan atau komunikasi (BPS, 2012). Kondisi geomorfologis Kecamatan Pulau Ternate yang sebagian besar bergunung dan berupa perbukitan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian, sehingga sangat berdampak pada terjadinya degradasi lahan. Data dan informasi potensi sumberdaya lahan yang diperlukan untuk mendukung perencanaan program pembangunan pertanian dalam bentuk spasial di Kota Ternate sangat terbatas dan bahkan instansi pembuat peta belum terkoordinasi dengan baik. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lahan secara terarah dan
6
efisien dalam menunjang keberhasilan program pembangunan pertanian suatu wilayah, khususnya dalam menyusun perencanaan pengembangan wilayah melalui pemilihan daerah-daerah yang berpotensi, diperlukan tersedianya data dan informasi potensi sumberdaya tanah/lahan (soil/land resources) yang memadai, maka penelitian melalui pendekatan evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate penting untuk dilakukan. Deseein, 2002 (dalam FAO, 2007) menjelaskan bahwa sejumlah proyek pembangunan yang dilakukan telah gagal karena ketidaktahuan terhadap masalah sosial-ekonomi dan budaya tertentu seperti kepemilikan tanah, fungsi pasar, pengaruh kelembagaan serta faktor politik seperti kebijakan pertanian dan lingkungan dapat memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga lahan dan penggunaannya. Terkait dengan hal tersebut, maka faktor budaya lokal adalah merupakan salah satu hal yang menarik untuk dipertimbangkan dalam pengelolaan lahan. Suatu tehnik pengelolaan lahan yang baik untuk pelestarian tanah pada suatu daerah belum tentu sesuai dengan budaya lokal. Evaluasi sumberdaya lahan sangat diperlukan dalam perencanaan penggunaan lahan karena perencanaan penggunan lahan yang baik harus didasarkan pada tingkat kesesuaian lahan dan kemampuannya. Manfaat mendasar yang diperoleh dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Sartohadi dan Putri (2008) menjelaskan bahwa penilaian kemampuan dan kesesuaian lahan suatu daerah dimaksudkan untuk mengetahui potensi suatu daerah dalam kegiatan pertanian
7
(arable atau non arable). Adanya pengetahuan tentang data dan informasi potensi sumberdaya lahan yang digambarkan dalam bentuk spasial (peta) sebagai dasar dalam menentukan daerah-daerah yang memiliki potensi sumberdaya lahan dan selanjutnya akan dapat digunakan dalam menganalisis kemampuan dan kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu serta dapat memberikan berbagai alternatif perencanaan penggunaan lahan yang rasional, sehingga lahan dapat digunakan secara optimal sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan pertanian berkelanjutan. 1.2.
Perumusan Masalah Pola pemanfaatan lahan pada suatu wilayah merupakan manifestasi
hubungan antara manusia dan lingkungan. Adanya polarisasi dan intensitas penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian di Kecamatan Pulau Ternate merupakan indikasi yang dapat mencerminkan adanya aktivitas dalam tingkat penguasaan teknologi oleh penduduk dalam mengekspolitasi sumberdaya lahan serta dapat menggambarkan karakteristik potensi wilayah tersebut. Sumberdaya lahan di Kecamatan Pulau Ternate dapat terlihat dari adanya kondisi tutupan lahan atau pemanfaatan lahan yang terbentuk dan pada dasarnya pola pemanfaatan lahan dapat dipengaruhi oleh faktor fisik lahan seperti letak geografis, struktur geologi, tanah, klimatologi wilayah dan kegiatan ekonomi masyarakat. Kondisi topografi Kecamatan Pulau Ternate adalah sebagian besar bergunung dan berupa perbukitan dengan adanya sebuah gunung berapi yang masih aktif dan terletak di tengah pulau Ternate. Sebagian besar masyarakat adalah bermata pencaharian petani sehingga meskipun kondisi topografi bergunung dan berbukit namun masyarakat tetap mengolah lahan dan
8
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian seperti kelapa, cengkeh dan pala yang sekaligus komoditi ini menjadi produk unggulan daerah. Pola penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian maupun non pertanian oleh masyarakat nampak sangat berdampak pada terjadinya degradasi lahan karena masih kurang sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan pertanian berkelanjutan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya data dan informasi berupa data spasial (peta) potensi sumberdaya lahan yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi bahan pangan dan produksi pertanian lainnya serta tindakan konservasi lahan bagi masyarakat. Selain itu permasalahan lain berupa sosial, politik, ekonomi, ketersediaan lahan serta budaya lokal perlu dipertimbangakan dalam pengelolaan lahan. Pengelolaan lahan yang baik untuk pelestarian lahan belum tentu sesuai dengan budaya lokal. Dengan demikian maka penelitian tentang evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate penting untuk dilakukan. Berdasarkan permasalahan di atas, untuk mengetahui potensi sumberdaya lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara maka secara sistimatis dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1)
bagaimana potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara ?
2)
bagaimana rencana penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara ?
3)
bagaimana pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara ?
9
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
mengevaluasi potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
2)
menganalisis rencana penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
3)
menyusun suatu pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk pemerintah daerah, investor dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut: 1)
pemerintah daerah, sebagai masukan dalam menyusun program dan perumusan kebijakan pengembangan pertanian berkelanjutan sesuai dengan potensi sumberdaya lahan dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah.
2)
investor, sebagai basis data dalam pengelolaan pembangunan pertanian berkelanjutan.
3)
pengembangan ilmu pengetahuan, memahami permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya lahan berbasis pembangunan pertanian berkelanjutan.
10
1.5. Keaslian Penelitian Berbagai hasil penelitian tentang evaluasi sumberdaya lahan telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti; Herlambang (2000) melakukan penelitian untuk kesesuaian lahan jenis tanaman semusim non padi di Kecamatan Porwodadi Kabupaten Purworejo dan menggunakan analisis deskriptif dengan unit analisis satuan lahan. Nugraheni (2004) melakukan penelitian tentang evaluasi kesesuaian lahan tanaman nilam di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan unit analisis adalah unit lahan dan pengambilan sampling secara acak berstrata. Penelitian evaluasi penggunaan lahan untuk pemanfaatan ruang oleh Widyastuti (2005) di sebagian Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian menggunakan unit analisis adalah satuan lahan dan lebih fokus pada arahan tata guna lahan berdasarkan kemampuan lahan dibanding dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Penelitian untuk mengkaji kesesuaian lahan tanaman padi dan kelapa sawit oleh Bahrudin (2008) di Kabupaten Indragiri, Provinsi Riau dengan unit analisis adalah satuan lahan. Hadun (2008) melakukan penelitian di DAS Loano untuk mengetahui kemampuan dan kesesuaian lahan, tipe penggunaan lahan pertanian dengan menggunakan satuan lahan sebagai unit analisis. Peneliti mengangkat masalah evaluasi sumberdaya lahan untuk perencanaan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Penelitian lebih fokus pada evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman cengkeh dan pala. Kemampuan lahan dan kesesuaian lahan merupakan komponen sangat penting dalam proses
11
perencanaan penggunaan lahan. Hasil dari evaluasi lahan akan dapat memberikan berbagai alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan serta tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat digunakan secara berkelanjutan sesuai dengan berbagai faktor pembatas yang ada. Analisis yang dilakukan terhadap kemampuan dan kesesuaian lahan adalah untuk mengevaluasi potensi penggunaan lahan serta menganalisis rencana penggunaan lahan untuk tanaman cengkeh dan pala. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian kesesuaian lahan sebelumnya adalah mengetahui kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Penelitian terdahulu umumnya menggunakan unit analisis adalah unit lahan sedangkan penelitian ini menggunakan bentuklahan sebagai unit analisis serta menyusun suatu pola spasial pengembangan penggunaan lahan pertanian berkelanjutan. Beberapa penelitian evaluasi lahan yang telah dilakukan dan perbedaannya dengan penelitian ini secara ringkas seperti pada Tabel 1.2.
12
Tabel 1.2. Perbandingan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan Peneliti. No 1
2
3
4
Peneliti, Tahun dan Judul Herlambang, (2000). Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Pertanian Daerah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo
Tujuan penelitian Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Penentuan Jenis Tanaman Semusim Non Padi di Kecamatan Purwodadi
Nugraheni, (2004). Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Nilam Di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta Widyastuti, (2005). Evaluasi Penggunaan Lahan Untuk Pemanfaatan Ruang Di Sebagian Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tenggara.
evaluasi kesesuaian lahan dan produktivitas tanaman nilam
1) kemampuan lahan 2) penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan 3) arahan tata guna lahan Bahrudin, (2008). Pemanfaatan PJ dan SIG 1) mengkaji tingkat kesesuaian Untuk Pengembangan Komoditas lahan tanaman padi dan kelapa Tanaman Padi Dan Kelapa Sawit Di sawit Kabupaten Indragiri Provinsi Riau 2) menyusun arahan pengembangan komoditas padi dan kelapa sawit
5
Ramli, (2008). Pendekatan Evaluasi Lahan Untuk Arahan Pola PenggunaanLahan Pertanian Berkelanjutan di DAS Loano
1) 2) 3)
kemampuan dan evaluasi lahan tipe penggunaan lahan arahan pola penggunaan lahan pertanian
6
Rusdin, (2013). Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berkelanjutan di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara
1)
evaluasi potensi penggunaan lahan pertanian berdasarkan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan menganalisis rencana penggunaan lahan pertanian menyusun suatu pola spasial penggunaan lahan pertanian berkelanjutan
2) 3)
Metode penelitian 1) metode sampling area 2) analisis deskriptif 3) satuan lahan sebagai unit analisis 1) interpretasi FU, 2) metode survei, 3) sampling acak berstrata 4) satuan lahan 1) survei/evaluasi kemampuan lahan, 2) satuan lahan sebagai unit analisis
Sumber data 1) data sekunder 2) laboratorim
Hasil Penelitian peta kesesuaian lahan tanaman semusim non padi
1) data sekunder 2) labotarium
1) peta kesesuaian lahan 2) hubungan antara subkelas kesesuaian lahan dengan produktivitas 1) peta kemampuan lahan 2) peta ketidaksesuaian penggunaan lahan 3) arahan tata guna lahan
Citra Landsat ETM+
1) metode matching untuk menentukan kelas kesesuaian lahan 2) satuan lahan sebagai unit analisis
1) Citra Landsat ETM+ 2) data sekunder
1) kelas kesesuaian lahan tanaman padi dan kelapa sawit 2) arahan pengembangan tanaman padi dan kelapa sawit
1) metode sampling 2) analisis kualitatif, kuantitatif dan keuangan 3) satuan lahan sebagai unit analisis 1) survei dan laboratorium 2) analisis kualitatif dan kuantitatif 3) pendekatan keruangan 4) bentuklahan sebagai satuan unit analisis 5) Matching dan LCLP
1) data sekunder 2) laboratorium
1) kelas kemampuan lahan 2) tingkat bahaya erosi 3) arahan pemanfaatan lahan
1) data sekunder 2) data primer 3) laboratorium
1) kelas kesesuaian dan kemampuan lahan 2) rencana penggunaan lahan 3) pola spasial penggunaan lahan pertanian berkelanjutan