BAB I
PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan musik di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya pertunjukan musik yang dilakukan oleh musisi - musisi Indonesia dan mancanegara (terlampir). 90 80 70 60 50
luar
40
dalam
30 20 10 0 2012
2013
2014
1.1. Daftar statistik konser di Indonesia Sumber : beberapa web yang dirangkum oleh penulis
Beberapa hal yang melatar belakangi hal tersebut antara lain : minat masyarakat yang tinggi akan musik dalam dan luar negeri, juga meningkatnya ekonomi masyarakat. Salah satu ajang kegiatan bergengsi dalam dunia musik adalah pertunjukan langsung atau yang bisa disebut konser, konser menurut kamus bahasa Indonesia memiliki arti pertunjukan musik (Drs.Suharto,Drs.Tata Iryanto:1989). Mengacu pada kegiatan tersebut diatas belum banyak tempat yang dapat mendukung acara tersebut sehingga banyak kegiatan konser musik di Indonesia yang tidak terwadahi. Karenannya dibutuhkan satu tempat khususnya satu gedung yang memang didesain khusus sebagai tempat konser musik.
1
Gedung konser musik memiliki arti rumah besar berdinding batu (Tri Rama. K) , sehingga bisa ditarik kesimpulan gedung konser musik berarti satu rumah besar berdinding batu sebagai tempat pertunjukan musik. Kegiatan konser sendiri umumnya diadakan dalam dua bentuk, yaitu konser musik outdoor dan konser musik indoor, ada beberapa gedung penyedia jasa ruang musik indoor di Indonesia diantaranya: gedung MEIS Ancol Jakarta, SICC Sentul Bogor, Gandaria city, Balai Sarbini Jakarta, dan Plenary Hall Jakarta Convention Center. Diantara gedung tersebut diatas ada satu gedung yang memiliki fasilitas lengkap yang dapat mendukung acara konser musik yaitu Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC) Senayan Jakarta.
JCC merupakan gedung yang memiliki banyak sarana dan prasarana
terbaik untuk melaksanakan suatu acara seperti konser musik, namun sayangnya selain menyelenggarakan konser musik gedung ini juga dipakai untuk menyelenggarakan eventevent lain seperti peragaan busana, wisuda , dan pameran-pameran lain. Padahal bila Plenary Hall dikhususkan untuk penyelenggaraan konser musik, gedung ini sudah memiliki banyak fasilitas. Mengapa Plenary Hall ini sebaiknya dikhususkan penggunaanya? Karena di JCC sendiri banyak ruangan dengan fungsi yang berbeda – beda seperti, untuk pameran mereka memiliki assembly hall dan exhibition hall, untuk ruang rapat dan conferensi mereka memiliki nuri room. Plenary hall menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang dapat digunakan sebagai ruang pertunjukan musik berskala nasional maupun internasional dikarenakan memiliki beberapa keunggulan dimulai dari fasilitas yang memungkinkan seperti luas area mencapai lebih dari 3.000m2 dapat menampung penonton hingga kurang lebih 5000 orang, memiliki bangku tribun, akses masuk yang baik, serta banyak ruang – ruang pendukung disekeliling plenary hall untuk permasalahan sirkulasi plenary hall JCC tidak bermasalah selain pemisahan ruang antara karyawan dan pengunjung yang sudah baik, area jalannya pun sudah tepat karena tidak saling bertabrakan. Berikut alur sirkulasi di JCC (berdasarkan hasil survey ke JCC).
2
1.1.
Gambar denah lantai 1 JCC beserta
alur sirkulasi pengunjung,barang,dan karyawan.
Dari pengamatan ada beberapa artis dalam dan luar negeri yang ingin melakukan konser tunggal dengan audience atau pemirsa terbatas sehingga dalam konser tersebut sang artis dapat merasakan kedekatan dalam menjalin komunikasi dengan pemirsa, disamping itu konser juga lebih terasa exclusive. Hal ini kurang tepat bila diselenggarakan di gedung lain karena seperti di Meis Ancol kapasitas terlalu besar sampai dengan 20.000 penonton menyebabkan komunikasi dengan penonton kurang dekat, sebaliknya Balai Sarbini terlalu kecil karena hanya dapat menampung sekitar 2000 penonton, hal ini akan merugikan bagi artis luar negri atau artis dalam negeri yang mempunyai banyak penggemar. Untuk Gandaria City, kurang menyediakan fasilitas tribun didalamnya.
3
1.2. Daftar statistik acara di JCC tahun 2009,2010,2011 Sumber : hasil survey di JCC
4
Didasarkan penjelasan diatas memfokuskan fungsi plenary hall JCC menjadi ruang khusus konser musik bukanlah hal yang merugikan, namun, akan menjadi kelebihan bagi JCC kelebihan tersebut antara lain: JCC dapat menaungi banyak kegiatan konser dari berbagai jenis musik yang diselenggarakan dalam ruangan, memudahkan promotor saat ingin menggelar pertunjukan terutama yang berskala khusus. Sebagai salah satu ruang pertunjukan berskala internasional di Plenary hall, Jakarta Convention Center harus memiliki trademark kebanggaan Indonesia yang bisa mewakili (jati diri atau identitas) negara Indonesia yang dapat diwujudkan dengan mengusung tema interior bernuansa budaya yang mewakili wajah Indonesia, seperti yang selama ini sudah diusung Jakarta Convention Center. Dengan menggali keragaman budaya Indonesia sebagai salah satu cara supaya bisa mevisualisasikan konsep tersebut, dalam hal ini visualisasi kebudayaan saya fokuskan pada rumah adat dari setiap provinsi, menggali setiap elemen mulai dari bahan pembuatan, warna, dan corak pada setiap rumah yang nantinya elemen – elemen tersebut bisa diwujudkan lebih mendalam terutama pada sisi ruangan di Plenary hall, Jakarta Convention Center.
1.2.
PERMASALAHAN
1.2.1. Identifikasi Masalah •
Di Indonesia saat ini belum banyak ruang yang memiliki fasilitas khusus untuk konser musik, sedangkan konser musik akan semakin banyak.
•
Gedung yang memfasilitasi ruang khusus untuk konser musik belum banyak sehingga banyak konser yang kurang terwadahi.
•
JCC merupakan salah satu gedung multifungsi yang memiliki ruang untuk konser musik yaitu plenary hall dengan segala fasilitasnya namun,lebih digunakan untuk acara multifungsi.
1.2.2. Rumusan Masalah •
Bagaimana menghadirkan suatu gedung dengan ruang yang bisa menampung suatu konser musik.
•
Bagaimana mendesign plenary hall JCC menjadi ruang konser musik dengan fasilitas pendukung konser musik di area sekitarnya sebagai penunjang untuk memfasilitasi pagelaran atau konser musik.
5
•
Bagaimana memasukkan/mentransformasikan identitas JCC yaitu budaya Indonesia pada desain plenary hall-nya.
1.3.
RUANG LINGKUP ATAU BATASAN MASALAH •
Mengalih fungsikan plenary hall JCC menjadi ruang khusus konser musik dengan segala fasilitas penunjangnya dengan kebudayaan tradisional Indonesia sebagai tema desainnya.
1.4.
TUJUAN PERANCANGAN • Menciptakan
suatu
desain
ruangan
untuk
plenary
hall
yang
bisa
memvisualisasikan konsep budaya indonesia dengan baik. Juga bisa menghadirkan fasilitas ruangan yang memang difokuskan untuk konser musik.
1.5.
CARA PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS Disini saya melakukan riset kualitatif. Rachmat Kriyantono (2006:56) menjelaskan riset kualitatif adalah riset yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sedalam –dalamnya. Berdasarkan metode kualitatif dikenal beberapa metode riset : •
Wawancara : melakukan wawancara dengan para nara sumber bertatap muka secara mendalam dan terus menerus untuk menggali informasi. Berikut daftar individu terkait yang saya wawancara:
•
-
Budhy Setyono selaku JCC assistant director of engineering
-
Melia Rizana selaku JCC training manager
-
Kikim Mustafim selaku JCC social media
Observasi : mengamati objek secara langsung -
Mengunjungi dan mengamati lokasi objek.
•
Studi kasus : menggunakan berbagai sumber data
•
Etnografi :
menggambarkan bagaimana individu menggunakan
budaya untuk memaknai realita
6
1.6.
KERANGKA BERFIKIR
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
FENOMENA Konser musik semakin banyak, Tetapi gedung penyedia jasa konser musik belum banyak sehingga banyak yang tidak terwadahi
MASALAH Di Indonesia ada salah satu gedung yang memiliki kemampuang untuk pagelaran konser musik yaitu jcc dengan plenary hall-nya namun, lebih menjadikannya multifungsi.
BATASAN MASALAH Menjadikan plenaty hall JCC menjadi ruang khusus konser musik agar konser musik yang semakin banyak bisa terwadahi.
TUJUAN Menciptakan desain ruangan konsermusik yang baik dengan segala fasilitas sarana dan praasaran yang terfokus
Primer : data fisik, data manusia, data eksternal.
METODE
DATA
RISET KUALITATIF: Wawancara, observasi, studi kasus, etnografi.
Sekunder : Data teoritis, studi banding
ARAH PERANCANGAN
KONSEP PERANCANGAN Mengacu pada tema kebudayaan sebagai acuan perancangan.
PRA DESAIN
FINAL DESAIN
PRADESAIN.
FINAL DESAIN.
7
1.7.
PEMBABAKAN
BAB I Bab Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan metode. BAB II Bab Landasan Perancangan menjelaskan tentang tinjauan kasus yang meliputi data literatur yang mendukung desain yang akan dikerjakan, meninjau secara khusus terhadap obyek kasus, yang menguraikan tentang analisis lokasi, studi dan analisis ruang pada kasus dan program ruang secara umum. BAB III Bab Data dan Analisa yang berisi data data hasil survey, dan juga hasil analisis. BAB IV Bab Konsep, Proses, dan transformasi desain, Visualisasi Karya menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan desain baik itu konsep maupun kriteria desain. BAB V Bab Kesimpulan membahas tentang kesimpulan dan saran dari penulis.
8