BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kecelakaan
lalulintas pada saat
ini
telah dalam
kondisi
yang
memperihatinkan. Pada tahun 2012 saja, sudah terjadi 104 kasus kecelakaan lalulintas di Kota Tangerang. Apalagi beberapa korbannya adalah anak yang masih dibawah umur atau belum bisa memiliki SIM (surat izin mengemudi) belom boleh mengendarai motor atau mobil dijalan. Orang tua pun berperan penting dalam mendidik anak-anak. Jangan menunjukkan rasa sayang yang terlalu berlebih. Dengan memberikan izin pada anak untuk mengendarai kendaraan bermotor pun, itu sudah membahayakan sang anak dan pengguna jalan lain. Dan setelah terjadinya sebuah kecelakaan yang menyangkut dengan anak dari seorang entertainer paling dikenal di Indonesia yaitu Ahmad Dhani, Dan anaknya pun masih di bawah umur yang bernama Abdul Qodir Jaelani (AQJ). Polda Metro Jaya bekerjasama dengan menteri pendidikan, KPAI, dan pihak sekolah pada bulan September tahun ini mempertegaskan pelajar atau anak dibawah umur untuk mengendarai kendaraan dijalan. Dalam kecelakaan yang melibatkan AQJ tersebut, jumlah korban jiwa 7 orang, dan korban luka-luka 10 orang termasuk AQJ dan temannya ikut dalam mobil yang dikendarai AQJ.
1
2
Setelah pertimbangan antara pihak kepolisian dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, akhirnya AQJ menjalani proses hukum yang berlaku. KPAI menilai, AQJ belum bisa menjalani proses hukum dikarenakan umurnya yang terbilang masih anak-anak. Pihak kepolisian tetap bersikeras agar AQJ mempertanggung jawabkan kesalahannya melalui proses hukum yang berlaku. Pada jaman sekarang bukan hal yang aneh jika kita menemui anak-anak dibawah umur mengendarai motor atau mobil. Seperti motor membonceng 3 orang, kebut-kebutan dijalan. Mereka tidak tahu jika dijalan maut mengintai mereka. Alasan peneliti mengangkat program melarang anak dibawah umur mengendarai motor dan mobil di wilayah kota Tangerang adalah, karena perarturan lalu lintas di Kota Tangerang sendiri pun terbilang tidak memiliki ketegasan. Peneliti pun kerap menyaksikan sendiri bagaimana setiap pagi anakanak sekolah berseragam berangkat sekolah menggunakan motor berboncengan, tapi hanya yang mengendarai motor saja yang menggunakan helm. Sedangkan yang dibonceng tidak menggunakan helm. Tidak hanya itu, di Kota Tangerang pun juga banyak anak sekolah di bawah umur berseliweran di jalan raya, jelas mereka belum memiliki SIM karena usianya belum 17 tahun. Dan selama ini banyak terjadi laka lantas di Kota Tangerang yang yang melibatkan anak seolah masih di bawah umur, hal ini di nilai karena mereka belum terampil mengendarai motor.
3
Hal ini cukup membuktikan kurang tegasnya DIT LANTAS di Kota Tangerang. Mulai di berlakukannya program melarang anak di bawah umur mengemudi motor atau mobil tersebut disambut beragam tanggapan oleh para pengendara dijalan. Tanggapan secara positif yang mengatakan cukup bagus, karena mengurangi angka kecelakaan dijalan. Juga membuat anak-anak lebih aman dijalan. Dan mengajar kan kepada anak-anak akan sadar peraturan yang berlaku. Sebelum diambil tindakan, pihak kepolisian melakukan sosialisasi terlebih dahulu ke sekolah dan berkoordinasi dengan kepala sekolah/guru agar melarang anak didiknya mengendarai tanpa SIM. Kalau anak-anak membandel, petugas akan menindak tegas dengan menilang atau mengkandangkan motornya. Sistem penegakkan hukum ini bertujuan agar terwujudnya penegakan hukum yang cepat, efektif dan efisien serta lebih transparan. Akuntabel dan modern dalam
rangka membangun
meminimalisir terjadinya kecelakaan
budaya tertib berlalu
lintas
guna
lalu lintas yang disebabkan oleh
ketidaktertiban para pengguna jalan. Tanggapan secara negatif yang mengatakan pihak orangtua yang di dasari oleh rasa khawatir mereka jika anak-anak mereka menggunakan transportasi umum, mengingat sarana transportasi umum Indonesia belum memadai dan tingginya tingkat kriminalitas.
4
Ditlantas terus berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui salah satu kegiatan Humas yakni sosialisasi dengan menyampaikan pesan informasi serta memberikan penerapan kepada masyarakat. Sosialisasi merupakan penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan sadar akan fungsi sosialnya sehingga dapat aktif didalam masyarakat. Agar suatu program yang akan disosialisasikan dapat dipahami, maka perlu adanya kemampuan dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pertukaran yang mendalam. Komunikasi menjadi kunci utama dalam mewujudkan tercapainya kesamaan pendapat dan tujuan yang sama diantara manusia yang satu dengan yang lainnya. Rintangan dalam mencapai keberhasilan untuk menyatukan pikiran diantara orang-orang dalam industri, perburuhan, pendidikan, komunitas, dan pemerintah harus diatasi dengan komunikasi yang lebih efektif.1 Dalam menjalankan kegiatan sosialisasi, dibutuhkan adanya komunikasi yang intensif, persuasive, dan berkesinambungan saat memberikan informasi agar tercapai kesepakatan bagi komunikator dengan komunikan, serta perlu adanya tim yang solid, karena itu merupakan sebuah bentuk jalinan antara masyarakat dengan organisasi. 1
H. Frazier Moore. Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 85
5
Dalam mengkomunikasikan sosialisasi Program melarang anak di bawah umur mengemudi motor atau mobil ini, yang bertindak sebagai komunikator adalah Divisi Pendidikan Masyarakat Polda Metro Jaya dan para guru di masingmasing sekolah. Divisi ini menjalankan fungsi layaknya profesi Humas namun tetap dalam ranah Kepolisian Direktorat Lalu Lintas yang fungsinya yaitu melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung, menjalin hubungan baik dengan stakeholders, memberikan penyuluhan kepada masyarakat, memberikan penerangan terkait kebijakan program lalu lintas. Menurut Edward L. Bernay, terdapat tiga fungsi utama humas yaitu memberikan penerangan kepada masyarakat, melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung, berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.2 Sehingga penting untuk menerapkan kegiatan sosialisasi guna mendukung aktivitas utama manajemen. Di sisi lain, globalisasi komunikasi membuat masyarakat menjadi makin kritis, tidak mudah terbujuk. Pemerintah juga mulai membuat undang-undang (UU) yang lebih ketat untuk melindungi kepentingan masyarakat serta adanya kelompok masyarakat konsumen yang bukan pasar yang menjadi penghalang (blocking stakeholder). Misalnya lembaga legislative, yudikatif, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) termasuk lembaga konsumen, asosiasi-asosiasi bisnis ataupun profesi serta pressure grups lainnya.public relations (PR) dapat
2
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi Dan Aplikasi, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005, hal. 18
6
melakukan berbagai hal seperti berikut, yaitu: mencapai khalayak sasaran (target audiens) khusus dengan pesan yang khusus pula, mempersiapkan suatu segmen pasar,melakukan suatu upacara peluncuran produk disertai dengan konferensi pers/peragaan penggunaan produk,terlibat dalam proyek sosial,melalui jalur pendidikan, memeperkuat kampanye periklanan.
Kedudukan Humas/PR adalah menilai sikap masyarakat (public) agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi/instansi. Karena mulai dari aktivitas, program Humas, tujuan (goal) hingga sasaran (target) yang hendak dicapai oleh organisasi/ instansi tersebut tidak terlepas dari dukungan serta keprcayaan citra positif dari pihak publiknya.
Pada prinsipnya, secara structural, fungsi Humas/PR dalam organisasi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kelembagaan atau organisasi. Menurut John Tondowijoyo (2004: 9) kedudukan Humas terkait langsung dengan fungsi top managemen. Fungsi kehumasan dapat berhasil secara optimal apabila langsung berada dibawah pimpinan atau mempunyai hubungan langsung
dengan
pemimpin
tertinggi
(pengambil
keputusan)
pada
organisasi/instansi bersangkutan. 1.2 FokusPenelitian Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi masalah apa yang akan diteliti oleh peneliti, dimana dengan adanya fokus yang jelas dan mantap pada penelitian seorang peneliti dapat memubuat keputusan yang tepat tentang data
7
mana yang akan dikumpulkan dan data mana yang tidak perlu digunakan. Untuk itu penelitian difokuskan pada: 1. Credibility (kredibilitas). Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Iklim ini dibangun melalui kinerja di pihak institusi, yang mereflesikan keinginan untuk melayani stakeholder dan public. Penerima harus percaya kepada pengirim informasi dan menghormati kompetensi sumber infomasi terhadap topic informasi. 2. Context (konteks). Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan. Media massa hanyalah suplemen untuk ucapan dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Harus disediakan monteks untuk pertisipasi dan umpan balik. Konteks harus menginformasikan, bukan menentang isi pesannya. Komunikasi yang efektif membutuhkan lingkungan social yang mendukung, yang sebagian besar dipengaruhi media massa. 3. Content (isi). Pesan harus mengandung makna bagi penerimannya dan harus sesuai dengan sistem nilai penerima. Pesan harus relevan dengan situasi penerima. Pada umumnya orang memilih item informasi yang menjanjikan manfaat yang besar bagi mereka. Isi pesan menentukan audien. 4. Clarity (kejelasan). Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana. Kata harus bermakna sama menurut si pengirim dan penerima. Isu yang kompleks harus di padatkan ke dalam tema, slogan, atau stereotip yang mengandung kesederhanaan dan kejelasan. Semakin jauh pesan dikirim,
8
pesan itu seharusnya semakin sederhana. Organisasi harus berbicara dengan satu suara, tidak banyak suara. 5. Continuity and consistency (kontinuitas dan konsitensi). Komunikasi adalah proses tanpa akhir. Ia membutuhkan repetisi agar bisa masuk. Repetisi - dengan variasi – berperan untuk pembelajaran dan persuasi. Beritanya harus konsisten. 6. Channel (saluran). Saluran komunikasi yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakai oleh si penerima. Menciptakan saluran baru bisa jadi sulit, membutuhkan waktu, dan mahal. Saluran yang berbeda punya efek berbeda dan efektif pada tingkat yang berbeda-beda dalam tahap proses difusi informasi. Dibutuhkan pemilihan saluran yang sesuai dengan public sasaran. 7. Capadibilty of the audience (kapabilitas atau kemampuan audiens). Komunikasi harus mempertimbangkan kemampuan audien. Komunikasi akan
efektif apabila
tidak banyak
membebani
penerima
untuk
memahaminya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti waktu yang mereka miliki, kebiasaan, kemampuan membaca, dan pengetahuan yang telah mereka punyai. Salah satu strategi komunikasi yang sangat menetukan dalam keberhasilan kegiatan komunikasi ialah perencanaan isi pesan komunikasi yang dilakukan setelah mengenal masalah dan khalayak.
9
Perencanaan isi pesan dilakukan dengan menentukan tema dan materi (isi) yang tepat untuk mempengaruhi khalayak serta membangkitkan perhatian. Pesan yang dirancang haruslah memperhatikan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap Public Relations (PR) bertujuan untuk mengetahui
Strategi
Komunikasi
Humas
Polda
Metro
Jaya
Dalam
Mensosialisasikan Program “Melarang Anak Dibawah Umur Mengendarai Motor atau Mobil” Di Wilayah Kota Tangerang”
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai perkembangan ilmu komunikasi khususnya di bidang public relations dalam menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Di samping itu penelitian ini merupakan suatu kajian di bidang kehumasan yang diharapkan dapat melengkapi literatur tentang strategi humas khususnya tentang menjaga hubungan baik dengan masyarakat.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan pada Humas Polda Metro Jaya dalam melaksanakan programprogram yang melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat.