BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal mau pun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.1 Komunikasi adalah hal mendasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut muncul dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi yang di dapatkan manusia. Manfaat tersebut berupa dukungan identitas dir, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, baik lingkungan identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, baik itu lingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja. 2 Karya seni, seniman dan penikmat adalah ke tiga hal yang tidak dapat dipisahkan, karena masing-masing memiliki peran dan fungsi yang berbeda.Tanpa seniman maka tidak akan ada karya seni dan tanpa penikmat, karya seni tidak ada artinya. Perkembangan karya seni didukung dari banyaknya penikmat, apabila penikmat tidak ada, maka karya seni seakan hanya milik seniman itu sendiri. Dalam menciptakan karya seni adaptasi sering sekali di lakukan oleh para seniman, seperti 1
Arni Muhammad, KomunikasiOrganisasi, BumiAksara 2007, 2007, hal 4 Deddy Mulyana. Ilmu Pengantar Komunikasi. Remaja: Bandung. 2001, hal 4
2
1
2
puisi yang di adaptasi kedalam musik, cerpen ke dalam komik, dari novel ke film atau pun sebaliknya. Dalam perfilman dunia, khususnya Hollywood, 90% karya sekenario dan televisi berasal dari adaptasi. Sebut saja misalnya Harry Potter (adaptasi Novel), Madison (artikel), Malcom X (autobiografi, dan Spiderman (komik).3Dalam kurun waktu beberapa waktu terakhir ini banyak film yang di angkat dari sebuah novel. Bermacam-macam alasan yang mendasari proses adaptasi dari novel ke film, karena novel dan film memiliki kesamaanya itu sama-sama menyampaikan cerita yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang serupa seperti penokohan, alur cerita, setting dan unsur instrisil lainnya. Film menyampaikan cerita melalalui media gambar dan suara, sementara novel menggunakan media bahasa.4 Saat ini di Indonesia proses adaptasi dari novel ke layar lebar sudah mulai sering di lakukan seperti pada film Eiffel I’m In Love karya Nasry Chepy yang diangkat dari novel Rachmania Arunita, Laskar Pelangi karya Riri Riza dari novel Andrea Hirata, atau film Ayat-ayat Cinta yang di sutradarai Hanung Bramantyo yang diadaptasi dari novel karya Habiburahman El Shirazy. Di Negara lain proses adaptasi dari novel banyak dilakukan antara lain Harry Potter yang disutradarai Steven Kloven diadaptasi dari novel karya J.K Rowling, Eat, Pray, Love karya Elizabeth Gillbert yang difilmkan oleh Ryan Murphy.
3
Richard KrevolinRahasiaSukses Film Box Office.Terj.IbnuSetiawan.Kaifa.Bandung, 2003
4
Sumarno, Dasar-dasarApresiasiFilm.Grasindo. Jakarta,1996
3
Menurut Dwight V Swain dan Joey R Swain yang dikutip Mareoli Simbolon, ada tiga cara utama untuk mengadaptasi karya sastra film yaitu mengikuti buku, mengambil konflik-konflik penting, dan membuat cerita baru. Selanjutnya ia melanjutkan bahwa dari ketiga cara tersebut, cara ketiga adalah yang sering dilakukan.5 Perubahan tentu saja menjadikan perbedaan antara novel dan film. Saat film di tayangkan akan sangat mungkin timbul rasa kecewa terhadap hasil adaptasinya. Kekecewaan biasanya hadir karena ketidakpuasan antara fim yang di tonton dengan harapan pembaca, karena pembaca novel biasanya mempunyai kebebasan berimajinasi tentang tokoh, latar dan kejadian-kejadian yang di ceritakan sedangkan penonton film tidak mempunyai kebebasan untuk berimajinasi. Imajinasi penonton dibatasi oleh gambar-gambar yang dihadirkan, oleh karena itu penonton yang memiliki ekspetasi yang berbeda pada film yang di adaptasi dari novel merasa kecewa ketika melihat novel kesukaannya di angkat ke layar lebar. Maka dari itu pentingnya membandingkan isi novel dan film adalah untuk mengetahui perbedaan dan persamaan apa saja yang ada pada novel yang difilmkan. Salah satu contohnya pada film Indonesia 5 Cm novel karangan Dony Dirgantoro yang di sutradarai oleh Rizal Mantovani, banyak adegan dalam novel yang tidak di visualisasikan, dan pada akhir cerita pun ada adegan yang di ubah, dalam novel Dinda tidak berpacaran dengan Genta namun di film di ceritakan bahwa 5
MareoliSimbolon. Sastradalam film, SebuahDimensiTanda. Jakarta, Republika. 2004
4
Dinda yang di perankan oleh Pevita Pearce berpacaran dengan Genta yang di perankan oleh Fedi Nuril. Perbedaan jalan cerita biasanya bertujuan untuk mempersingkat durasi film atau mendramatisir jalan cerita.
Bangun Lagi Dong Lupus adalah film remaja yang dirilis pada tanggal 4 April 2013 dengan sutradara Benni Setiawan yang dibintangi oleh Miqdad Addausy (Lupus), Acha Septriasa (Poppie), Jeremy Christian (Gusur) dan Alfie Alfandy (Boim). Kisah Lupus pertama kali dimuat di Majalah Hai pada tahun 1980-an, dan menjadi sangat populer di kalangan remaja pada saat itu. Film pertama Lupus berjudul “ Lupus (Tangkaplah Daku Kau Kujitak)” pada tahun 1987. Sukses yang pertama membuat kisahnya dibuat hingga “Lupus V (Ich... Serem) pada tahun 1991.6 Penulisan mengambil novel Lupus karya Hilman Hariwijaya dan film karya Benni Setiawan karena beberapa alasan, pertama karena terdapat perbedaan penceritaan, alur/latar dan waktu antara kedua sastra tersebut. Kedua, karena novel karya Hilman Hariwijaya ini termasuk novel best seller pada tahun 1980-an dan diangkat lagi ke layar lebar oleh Benni Setiawan.
6
http://filmindonesia.or.id/movie/title/lt-b019-13-481656_bangun-lagi-dong-lupus
5
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan analisis isi dalam novel dan film yang diadaptasi dari novel Lupus ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan strukturanalisis isi di dalam novel Lupus yang di angkat ke layar lebar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perkembangan dan pendalaman bagi peminat studi komunikasi khususnya dalam kajian sebuah film yang diangkat dari sebuah novel. 1.4.2 Manfaat Praktis Untuk memberikan kontribusi bagi industry perfilman agar dapat menyajikan film-film yang lebih berkualitas untuk para pembuat film agar dapat membuat film yang lebih baik lagi khususnya untuk film yang diadaptasi dari novel Lupus karya Hilman Hariwijaya dengan Lupus karya Benni Setiawan.