1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Kontaminasi produk pertanian oleh mikotoksin merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus diperhatikan. Di antara mikotoksin tersebut, mikotoksin yang dihasilkan oleh beberapa Aspergillus paling memprihatinkan karena level toksisitas, tingkat karsinogenisitas, dan kontaminasi yang tinggi dalam berbagai macam komoditas makanan dan pakan. Kontaminasi oleh Aspergillus flavus adalah aflatoksin. Pada produk pertanian kandungan aflatoksin yang ada pada produk pertanian merupakan masalah serius, tetapi sulit untuk diselesaikan karena kurangnya metode yang efektif untuk mengontrol produksi aflatoksin. Sampai saat ini, beberapa pestisida, metabolit mikroba, dan pestisida untuk tanaman telah terbukti dapat menghambat produksi aflatoksin. o
o
Jamur Aspergillus flavus tumbuh paling baik pada suhu 25 C sampai 35 C dan RH 85%. Kondisi ini sesuai dengan kondisi di Indonesia pada umumnya, sehingga memberi peluang cukup besar bagi jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus paraciticus untuk tumbuh dengan baik. Aflatoksin adalah senyawa bisfuranocouramin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus paraciticus. Aflatoksin merupakan racun yang berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan hati akut, sirosis hati, menginduksi tumor, mengganggu sistem saraf sentral, kanker kulit dan efek hormonal lainnya.
2
Ada beberapa jenis aflatoksin, antara lain aflatoksin B1 (AFB1), aflatoksin B2 (AFB2), aflatoksin G1 (AFG1) dan aflatoksin G2 (AFG2). Penamaan ini berdasarkan warna yang timbul ketika disinari dengan sinar ultraviolet. B untuk yang berwarna biru (blue) dan G untuk warna hijau kekuningan (greenish yellow). Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan bahan makanan, bahan industri dan komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia. Sebagai salah satu bahan makanan sumber kalori dan lemak nabati, komoditi ini cukup disukai masyarakat. Kacang tanah mulai dari panen hingga selama penyimpanan mempunyai resiko kerusakan yang besar. Kerusakan terjadi dapat berupa kerusakan fisik, kimia maupun mikrobiologis. Kerusakan mikrobiologis dapat disebabkan karena tumbuhnya jamur yang diantaranya dapat menghasilkan menurunkan kualitas fisik biji, menyebabkan keapekan, mengubah warna biji, penurunan kandungan nutrisi, dan menghasilkan mikotoksin. Biji kacang tanah yang kaya akan nutrisi merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan jamur. Selanjutnya jamur tersebut dapat menghasilkan mikotoksin yang sebagian besar adalah aflatoksin. Untuk mencegah dampak negatif dari adanya cemaran aflatoksin, maka perlu diketahui terlebih dahulu berapa sesungguhnya tingkat cemaran yang ada dalam suatu bahan pangan untuk kemudian ditentukan metode pengolahan pangan yang tepat dalam mengolah bahan tersebut sehingga produk tersebut tetap disukai namun memiliki tingkat cemaran aflatoksin yang rendah atau bahkan tidak ada sama sekali.
3
Usaha penurunan tingkat cemaran aflatoksin tidak hanya cukup dilakukan pada saat pasca panen, namun dari proses budidaya juga memegang peranan yang penting dalam menentukan tingkat cemaran aflatoksin. Penurunan aflatoksin dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia maupun biologis untuk mengurangi tingkat cemaran aflatoksin tersebut. Pada penelitian sebelumnya Sakuda, et al (2014) melakukan eksperimen tentang
penghambatan
motabolisme
aflatoksin
menggunakan
pestisida
tolfenpyrad, pyridaben, fluacrypyrim, dan boscalid terbukti mampu menghambat metabolisme aflatoksin pada kultur murni Aspergillus parasiticus. Keempat pestisida ini memberikan efek penghambatan produksi aflatoksin pada skala laboratorium dengan konsentrasi pestisida yang rendah. Oleh karena itu, dipilih keempat pestisida ini untuk dilihat pengaruhnya pada produksi aflatoksin di lapangan. Untuk melihat efektivitas keempat pestisida ini maka dilakukan simulasi pada kacang tanah yang sudah diinokulasikan dengan jamur Aspergillus flavus penghasil aflatoksin kemudian dicelupkan pada keempat pestisida ini dan selama 21 hari akan dihitung total cemaran jamur dan kadar aflatoksinnya.
1.2 Rumusan Masalah Kacang tanah yang ditanam di Indonesia kemungkinan terinfeksi jamurnya cukup tinggi dikarenakan kondisi Indonesia dengan kelembaban yang tinggi dan suhu yang cocok untuk pertumbuhan jamur. Aflatoksin merupakan racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergilus flavus yang biasanya menginfeksi kacang tanah. Aflatoksin ini sangat berbahaya sehingga sangat dihindari keberadaannya. Untuk
4
mencegah produksi aflatoksin maka pada penelitian ini dilakukan simulasi kacang tanah yang sudah diinokulasi dengan Aspergillus flavus dengan pestisida pyridaben, tolfenpyrad, fluacrypyrim, dan boscalid yang dilakukan saat pasca panen, seharusnya pestisida ini disemprotkan saat pra panen. a. Apakah pestisida pyridaben, tolfenpyrad, fluacrypyrim, dan boscalid efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur pada sampel biji kacang tanah? b. Apakah pestisida pyridaben, tolfenpyrad, fluacrypyrim, dan boscalid efektif dalam menghambat produksi aflatoksin pada sampel biji kacang tanah?
1.3 Alternatif Penyelesaian Masalah Alternatif yang mungkin dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut antara lain, melakukan simulasi pada sampel kacang tanah yang sudah diinokulasi dengan Aspergillus flavus kemudian dilakukan pendekatan dengan kejadian di lapangan yaitu dengan pencelupan dalam pestisida (pyridaben, tolfenpyrad, fluacrypyrim, dan boscalid). Kondisi penelitian saat penyimpanan sampel mirip dengan kondisi di lapangan. Pencelupan merupakan suatu metode pendekatan yang dilakukan pada simulasi ini, pada kenyataannya penggunaan pestisida ini dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman kacang tanah yang sedang tumbuh.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain, untuk mengetahui efektifitas pyridaben, tolfenpyrad, fluacrypyrim, dan boscalid sebagai pestisida penghambat
5
pertumbuhan jamur, serta mengetahui efektifitasnya sebagai penghambat produksi aflatoksin pada biji kacang tanah. Dengan mengetahui efektifitas pyridaben, tolfenpyrad, fluacrypyrim, dan boscalid dalam menghambat pertumbuhan jamur dan produksi aflatoksin maka bagi ilmu pengetahuan pyrydaben, tolfenpyrad, fluacrypyrim, dan boscalid dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi petani kacang tanah untuk mengurangi kadar aflatoksin di produk pertaniannya. Manfaat bagi masyarakat adalah dengan dapat digunakannya keempat pestisida
(pyrydaben,
tolfenpyrad,
fluacrypyrim,
dan
boscalid)
menghambat pertumbuhan jamur dan produksi aflatoksin di lahan pertanian.
dalam