BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa
tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada kegiatan
manusia yang tidak disertai bahasa (Chaer, 2007: 33). Kridalaksana mengartikan 1
bahasa sebagai sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri
(Kridalaksana dalam Chaer, 2007: 32). Sesuai dengan pengertian yang
dikemukakan oleh Kridalaksana, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi oleh para anggota kelompok sosial pemilik bahasa. Komunikasi yang dilakukan memiliki tujuan untuk menyampaika n maksud dari pembicara kepada lawan bicara. M aksud dari Pembicara dapat dipahami secara langsung ataupun tidak langsung oleh lawan bicara. Peribahasa adalah salah satu contoh di mana maksud dari pembicara tidak dapat secara langsung dipahami oleh Lawan bicara. Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (1983: 131) mengartikan peribahasa sebagai kalimat atau penggalan kalimat yang telah membeku bentuk, makna dan fungsinya
dalam
masyarakat, bersifat turun-temurun, dipergunakan untuk
penghias karangan atau percakapan, penguat maksud karangan, pemberi naseh at, pengajaran, dan pedoman hidup. Chaer (2007: 297) menyatakan bahwa peribahasa
1
Kata arbitrer dapat diartikan „sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka‟(Chaer, 2007: 45) . Bahasa bersifat abiter berarti bahwa bahasa tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
1
2
terdapat pada semua bahasa yang ada di dunia ini, terutama pada bahasa -bahasa yang penuturnya sudah memiliki kebudayaan tinggi. Bangsa Jepang adalah salah satu bangsa yang mem iliki beraneka ragam peribahasa. Peribahasa dalam bahasa Jepang disebut dengan kotowaza. Kunimitsu Shouichi (via Purba, 2010: 18) memberikan
pengertian
kotowaza
(peribahasa)
sebagai
kalimat
yang
disebarluaskan melalui adat kebiasaan oleh masyarakat sejak lama, isinya banyak mengandung pengajaran, sindiran, kebenaran dalam kehidupan manusia dan lain sebagainya. M empelajari peribahasa adalah salah satu cara untuk memahami budaya suatu suku atau etnik (Untoro, 2009: 1). Peribahasa mengandung nilai-nilai sosial, budaya, ekonomi, keagamaan, pandangan hidup, kepemimpinan, bahkan nilainilai politik (U ntoro, 2009: 1). M elalui peribahasa, dapat dipahami karakter budaya suatu etnik, seperti pada peribahasa Jepang berikut ini : (1) Peribahasa Arti harfiah M akna tersirat
: Sake nakute nan no on ore ga sakura kana. : Apa arti Hanami bagiku tanpa adanya sake? : Sake ga nakereba Hanam i o shiteitem o ikkoo ni omosirokunai. Sake ga Hanami ni kakasenai m ono de aru koto to iu. ‘M eskipun melakukan Hanam i „Festival M elihat Bunga‟, jika tidak ada sake maka sama sekali tidak akan menarik. Hanami tidak akan berarti tanpa sake.‟
Peribahasa (1) bermakna bahwa H anami tidak akan berarti tanpa adanya sake. Hanam i adalah festival yang diadakan pada musim semi saat bunga sakura bermekaran. Pada saat itu, orang Jepang akan berkumpul bersama sanak saudara, relasi kerja atau teman untuk bersama -sama menikmati indahnya bunga S akura yang mekar. Namun, pada peribahasa (1) dikatakan bahwa tanpa adanya sake
3
acara tersebut akan menjadi tidak berarti. Sake merupakan salah satu sarana yang digunakan sebagai pencair suasana dan pemacu untuk dapat lebih terbuka satu sama lain. Dari peribahasa inilah dapat diketahui bahwa sake adalah salah satu unsur penting dalam Hanami. Karena peribahasa mengandung nilai-nilai sosial, budaya, ekonomi, keagamaan, pandangan hidup, kepemimpinan, dan juga nilai-nilai politik suatu etnik, maka peribahasa dapat digunakan sebagai objek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui nilai-nilai sosia l, budaya, ekonomi, keagamaan, pandangan hidup, kepemimpinan, dan juga nilai-nilai politik yang berlaku di dalam suatu etnik. Namun sayangnya, jarang ditemukan adanya penelitian yang menjadikan peribahasa menjadi suatu objek penelitian dengan tujuan tersebut. Hal ini disebabkan karena masih jarang adanya pengajaran mengenai peribahasa di dalam pembelajaran, sehingga pengetahuan akan peribahasa pun menjadi sangat terbatas. Oleh karena itulah, penelitian ini mengangkat tema peribahasa sebagai bahan penelitian, yaitu peribahasa Jepang dengan tujuan untuk dapat mempelajari peribahasa Jepang lebih mendalam. Peribahasa menunjukkan kesadaran kolektif masyarakat. Oleh karena itu, peribahasa pada masyarakat petani, misalnya penuh dengan pengacuan terhadap padi dan kerbau karena hal tersebut memang melekat pada kehidupan mereka(Untoro, 2009: 1). Pada masyarakat Jepang, sake menjadi salah satu acuan yang digunakan dalam peribahasa. Sake adalah minuman beralkohol yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Penggunaan sake sebagai subjek acuan dalam peribahasa menandakan adanya nilai-nilai kehidupan
4
dari masyarakat Jepang terhadap sake. Hal inilah yang menjadikan penelitian ini mem fokuskan penelitian terhadap peribahasa yang di dalamnya terdapat leksem sake. Berdasarkan gambaran di atas, penulis menjadi tertarik untuk melakukan penelitian terhadap leksem sake di dalam peribahasa Jepang, dengan Judul “Tinjauan Struktur dan Makna Leksem Sake di dalam Peribahasa Jepang” yang disertai dengan pengungkapan sosio-kultur masyarakat Jepang berkaitan dengan sake sebagai masyarakat pencipta dan penutur peribahasa Jepang.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah terfokus pada persoalan berikut: 1. Apa fungsi, peran, dan kategori sintaksis yang dimiliki leksem sake di dalam kalimat peribahasa Jepang? 2. Apa kandungan makna yang dim iliki leksem sake di dalam peribahasa Jepang berdasarkan budaya masyarakat Jepang terhadap sake?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini sebatas pada usaha sebagai berikut: 1. M endeskripsikan dan
mengklasifikasikan bentuk struktur sintaksis
leksem sake di dalam peribahasa Jepang.
5
2. M endeskripsikan kandungan makna yang dim iliki leksem sake di dalam peribahasa Jepang berdasarkan budaya masyarakat Jepang terhadap sake. M anfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara teoris, antara lain: pertama, diharapkan dapat memperkaya bidang keilm uan, khusu snya bagi studi linguistik. Kedua, diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pemerhati bahasa Jepang, baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat luas yang ingin memahami atau mengetahui lebih jauh baik tentang b udaya masyarakat Jepang khususnya mengenai sake maupun nilai-nilai kehidupan masyarakat Jepang yang tergambar melalui peribahasa Jepang berleksem sake.
1.4 Tinjauan Pustaka
Berikut ini uraian singkat mengenai beberapa pustaka sebelumnya yang membahas masalah yang berkaitan dengan Peribahasa. Arimi (2000) dalam laporan penelitiannya membahas mengenai pikiran-pikiran
kolektif dalam
peribahasa Indonesia. Arimi meneliti kandungan pemikiran kolektif yang terdapat di dalam peribahasa Indonesia dengan mendeskripsikan kandungan makna yang dimiliki oleh peribahasa Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Arimi bertujuan untuk menemukan pemikiran-pemikiran kolektif masyarakat Indonesia yang terdapat di dalam kalimat peribahasa Jepang.
Penulis juga menemukan penelitian berupa thesis S2 yang membahas mengenai bentuk-bentuk sintaksis peribahasa Arab yang dilakukan oleh Rohman (2008). Dalam penelitiannya, Rohman menganalisis bentuk dan susunan struktur
6
kalimat Peribahasa Arab. Selain itu, dalam
penelitiannya, Rohman juga
menganalisis kandungan nilai-nilai sosial yang dimiliki peribahasa Arab yang menjadi sumber data penelitiannya. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Rohman adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk sintaksis peribahasa Arab dan kandungan nilai sosial yang dimiliki oleh peribahasa Arab.
Strom (1992) melakukan penelitian yang membahas mengenai wanita di dalam peribahasa Jepang dari sudut pandang budaya. Strom melakukan kuisoner kepada masyarakat Jepang mengenai kesesuaian pemaknaan perempuan di dalam kalimat Peribahasa Jepang dengan kebudayaan masyarakat Jepang pada masa kini. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Strom adalah untuk mengetahui kesesuaian pandangan mengenai wanita yang tertuang di dalam peribahasa Jepang dengan masyarakat Jepang saat ini.
Selain penelitian-penelitian di atas, terdapat penelitian berupa skripsi S1 mengenai interpretasi makna peribahasa Jepang yang terbentuk dari kata Mizu „air‟ yang dilakukan oleh Purba (2010). Dalam penelitiaanya, Purba menganalisis makna kata yang dimiliki oleh kata mizu „air‟ di dalam kalimat peribahasa Jepang, untuk selanjutnya dianalisis antara kesesuaian pemaknaan kaya mizu „air ‟dengan sifat yang dimiliki m izu „air‟ pada umumnya. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Purba adalah untuk menemukan kalimat peribahasa yang menginterpretasikan sifat-sifat mizu „air‟ secara nyata dan tidak mengandung kiasan.
7
Selain
penelitian
mengenai
peribahasa,
penulis
juga
menemukan
penelitian berupa skripsi S1 yang membahas mengenai sake. Penelitian yang dilakukan oleh Paramita K (2008) membahas mengenai budaya minum sake sebagai salah satu sarana interaksi sosial. Dalam penelitiannya, Paramita K mendeskripsikan peranan dan fungsi sake di dalam masyarakat Jepang pada berbagai bidang. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa sake tidak hanya memiliki sisi negatif, namun juga memiliki sisi positif.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis, belum ditemukan penelitian ya ng menganalisis mengenai leksem sake di dalam kalimat peribahasa Jepang. Selain itu, belum juga ditemukan m engenai penelitian yang meneliti peribahasa Jepang dari segi semantik dan struktur sintaksis.
1.5 Metode Penelitian Ada empat hal yang akan dijelaskan dalam metode penelitian ini, yaitu: 1) Jenis dan sumber data, 2) M etode penjaringan data, 3) Pendekatan dan m etode analisis data, dan 4) M etode penyajian hasil analisis data. 1)
Jenis Penelitian dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang bersifat
deskripsi kualitatif di mana dalam penelitian ini tidak digunakan prosedur analisis statistik baik itu persentase, rata -rata, cikuadrat ataupun cara kuantitatif lainnya (M oleong, 2006: 3-6 via Abdur Rohman, 2008 : 30) Sumber data dalam penelitian ini adalah data tertulis peribahasa Jepang berleksem sake yang sumber utamanya diambil dari kamus berjudul Koji
8
Kotowaza Shinjiten (Sankou Shuppan : 1994). Jumlah peribahasa berleksem sake yang diteliti dalam penelitian ini berjum lah 37 kalimat peribahasa Jepang. 2) M etode Penjaringan Data
Penjaringan data penelitian ini berdasarkan metode simak yang menggunakan teknik sadap sebagai teknik dasar. Data tertulis yang digunakan adalah peribahasa Jepang berleksem sake yang didapat dari kamus berjudul Koji Kotowaza Shinjiten (Sankou S huppan : 1994). Data yang didapat berjum lah 37 kalimat peribahasa Jepang
Teknik catat kemudian digunakan untuk mencatat data peribahasa berleksem sake yang didapat pada tabel data. Tabel data adalah tabel yang digunakan sebagai dasar pengelompokkan data peribahasa Jepang berleksem sake yang memiliki kesamaan fungsi sintaksis, peran sintaksis, kategori sintaksis, serta memiliki kesama an jenis makna. 3) Pendekatan dan M etode A nalisis Data Penelitian ini menggunakan pendekatan struktur sintaksis yang di dalamnya menggunakan pendekatan analisis terhadap fungsi sintaksis, peran sintaksis, dan kategori sintaksis terhadap leksem sake yang terdapat di dalam peribahasa Jepang. Selain menggunakan pendekatan struktur sintaksis, digunakan juga analisis semantik. Dengan analisis tersebut, maka dapat diketahui pemaknaan dan kandungan nilai-nilai kehidupan pada leksem sake di dalam kalimat peribahasa Jepang.
9
4)
M etode Penyajian Hasil A nalisis Data
Hasil analisis penelitian ini akan disajikan dalam bentuk informal dengan kata-kata biasa, yaitu penyampaian dengan kata-kata yang bila
dibaca
dengan serta
merta
dapat langsung
dipahami
(Sudaryanto,1993: 31)
1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disajikan dalam lima (V) bab, termasuk di dalam nya pendahuluan dan kesimpulan. Pada bab I dijelaskan mengenai aspek-aspek dasar dari penelitian ini yaitu berkaitan dengan latar belakang yang menjadi dasar dari penelitian, rumusan masalah, tujua n dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab II akan dipaparkan mengenai peribahasa Jepang. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai sejarah sake, perkembangan sake, fungsi dan peran sake bagi masyarakat Jepang. Pada bab II, juga akan dijelaskan mengenai teori sintaksis dan sem antik yang digunakan untuk meng kaji peribahasa Jepang pada penelitian ini. Pada bab III akan dijelaskan lebih mendalam mengenai analisis struktur leksem sake di dalam peribahasa Jepang yang difokuskan pada analisis struktur sintaksis. Bab IV akan
membahas mengenai analisis makna leksem sake di
dalam peribahasa Jepang yang berfokus pada analisis makna asosiatif dengan model pengklasifikasian berdasarkan beberapa kelom pok, dengan tujuan
10
untuk mencari makna asosiatif dalam peribahasa Jepang yang sesuai dengan budaya m asyarakat Jepang. Pada bab V disajikan kesim pulan dari hasil penelitian yang menjawab permasalahan dari penelitian ini.