BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pola pikir pada zaman primitif dengan zaman yang sudah berkembang
jelas berbeda, hal ini dibuktikan dengan sebuah perkawinan antara pilihan orang tua dengan kemauan sendiri, pernikahan ini dipaksakan atau pernikahan dini karena kecelakaan. Namun prinsip orang tua pada zaman ganepo atau zaman primitif sangat menghendaki jika perempuan sudah baliqh maka tidak ada kata lain kecuali untuk secepat menikah. Kondisi demikian, dilatar belakangi oleh keberadaan zaman yang masih tertinggal, maka konsep pemikirannya pun tidak begitu mengarah pada jenjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Tradisi pernikahan zaman nenek monyang lebih terpacu dengan prospek budaya nikah dini, yakni berkisar umur 15 tahun para wanita dan pria berkisar umur 20 tahun atau kurang (Dlori, 2005). Paling sedikit setengah perempuan muda di negara afrika Sun-Sahara, mulai hidup bersama pertama kali sebelum usia 18 tahun. Di Amerika latin dan di karibia, 20-40% dan wanita muda memasuki hidup bersama, dan di Afika Utara dan Timur Tengah, proporsinya 30% atau kurang. Di Asia, kemungkinan perkawinan awal berbeda sekali, 73% perempuan di bangladesh memasuki kehidupan bersama sebelum usia 18 tahun, dibandingkan dengan 14% di Filipina dan Sri langka, dan hanya 5% di Cina. Para wanita di negara maju tidak mungkin kawin sebelum usia 18 tahun, walaupun di Perancis, Inggris dan Amerika Srikat
46
47
sebanyak 10-11% melakukannya, tetapi dijerman dan Polandia hanya 3-4% wanita semuda ini melakukannya (Anonymous, 2009 ). Penyebab terjadinya pernikahan dini menurut (Noorkasiani, 2007) disebabkan oleh faktor individu, faktor keluarga, faktor masyarakat lingkungan. Menurut (Surbakti, 2008) Pernikahan dini biasanya disebabkan oleh : Pendidikan yang rendah, peraturan budaya, kecelakaan, keluarga cerai. Dampak dari pernikahan dini menurut (Surbakti, 2008) adalah : Kesehatan, psikologis dan sosial, komplik yang berujung perceraian, ekonomi. Masalah kematian dan mobilitas ibu juga dikontribusikan oleh kelompok remaja. Lebih dari seperlima penduduk indonesia yang berjumlah 206 juta adalah para remaja berusia 10-18 tahun. Data SDKI 1997 mengindikasikan bahwa banyak wanita muda (10% berusia 15-19 tahun) yang memiliki anak sebelum mencapai usia 20 tahun (terlalu muda). Data Susena 1998 mengindentifikasikan bahwa di 8 dan 27 provinsi, terdapat sekitar 10% wanita (25-34 tahun) yang melaporkan menikah sebelum berusia 16 tahun (Depkes RI, 2003). Ketua komisi perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) Hadi Supeno
mengatakan angka pernikahan usia dini atau kurang dari 18 tahun masih tinggi di Indonesia mencapai 690 ribu lebih kasus atau sekitar 34 persen di tahun 2009, yang muncul dipermukaan hanya yang terekspos media, jumlah sebenarnya jauh lebih banyak. Menurut laporan Badan Perencanaan Pembangunan Millennium Indonesia tahun 2008, sebanyak 34,5 persen dari 2.049.000 pernikahan yang terjadi setiap tahun merupakan pernikahan dini. Untuk tahun 2009 terjadi 696.660 kasus pernikahan dini (Alfurqan, 2009).
48
Bahkan secara nasional angka statistik pernikahan dini, dengan pengantin berumur di bawah 16 tahun atau melebihi seperempat dengan pembagian 39,43% di jawa Timur, 35,48% dikalimatan selatan, 36% di Jawa Barat. Di banyak daerah perdesaan, pernikahan seringkali dilakukan setelah anak perempuan mendapat haid pertama. Padahal dini berarti mendorong remaja untuk menerabas alur tugas perkembangan, menjalani peran sebagai yang dewasa tanpa memikirkan kesiapan fisik, mental dan sosial si pengantin. Pernikahan dini juga beresiko terjadinya
penyakit kanker rahim dan komplik yang berujung
perceraian. Tanpa kita sadari pernikahan dini dapat juga berdampak bagi psikis dan kehidupan keluarga remaja (Kawatib, 2009). Menurut laporan MDG’s tahun ( 2008 ), jumlah pernikahan dini yang terjadi di indonesia mencapai 34,5%. Menurut catatan KPAI, jumlah pernikahan tercatat di Indonesia setiap tahun mencapai 2 sampai 2,5 juta pasang. Berarti setiap tahun ada perkawinan anak mencapai sekitar 600.000. dengan dasar UU pengadilan anak, setiap tahun 600.000 anak kehilangan hak pengadilan dengan perlakuan anak, dan harus diperlakukan seperti hal nya orang dewasa. Provinsi Aceh mengemukakan pernikahan dini yang terjadi di Aceh pada tahun 2009 sampai 2010 sekitar 1532 (27,98%) dari 5475 orang yang menikah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sekdes Desa Sawah Tingkeum yang menikah dibawah umur 20 tahun pada tahun 2012 sekitar 29 (58%) dari 50 orang yang menikah.
49
Data yang didapatkan dari Sekdes Desa Sawah Tingkeum pada hari selasa tanggal 16 April 2013, penduduk Desa Sawah Tingkeum terdiri dari 112 KK dengan jumlah 414 jiwa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 2 januari 2013
Di Desa Sawah Tingkeum dengan 10 orang ibu yang sudah menikah, 8
orang mengatakan penghasilan orang tuanya Rp:750.000/bulan makanya mereka menikah untuk meningkatkan status ekonomi dalam keluarga dan mengurangi beban orang tua, dan 2 orang lagi mengatakan penghasilan orang tuanya Rp:1600.000/bulan. 7 orang tidak mengetahui tentang pernikahan dini, hanya 3 orang yang mengetahui tentang pernikahan dini, 6 orang mengatakan hanya tamat SD, 3 orang tamat SMP, 1 orang tamat SMA, 6 orang mengatakan karena mengikuti tradisi yang ada di desa sawah tingkeum. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti malakukan penelitian tentang “Gambaran faktor yang menyebabkan pernikahan dini Di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan ’’.
B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah gambaran
faktor yang menyebabkan pernikahan dini di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan?”
50
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran faktor yang menyebabkan pernikahan dini di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan.
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran faktor yang menyebabkan pernikahan dini di tinjau dari pengetahuan . b. Untuk mengetahui gambaran faktor yang menyebabkan pernikahan dini di tinjau dari pendidikan. c. Untuk mengetahui gambaran faktor yang menyebabkan pernikahan dini di tinjau dari penghasilan orang tua. d. Untuk mengetahui gambaran faktor yang menyebabkan pernikahan dini di tinjau dari budaya.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat saat kuliah dan menambah pengalaman dan wawasan dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah tentang pernikahan dini.
51
2. Bagi Masyarakat Untuk memberi informasi tentang faktor yang menyebabkan pernikahan dini. 3. Bagi Instansi Sebagai bahan penelitiian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai gambaran faktor yang menyebabkan pernikahan dini. 4. Bagi Akademik Sebagai bahan kajian terhadap teori yang telah diperoleh mahasiswi selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di STIKes U’Budiyah Kota Banda Aceh sekaligus sebagai bahan bacaan di perpustakaan Institusi pendidikan.
52
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernikahan Dini 1. Pengertian Pernikahan Perkawinan menurut undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1, perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai seorang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa (Jamali. A, 2006). Menurut Puspita dalam Jamali. A (2006) perkawinan adalah suatu ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita, hidup bersama dalam rumah tangga, melanjutkan keturunan menurut ketentuan hukum syariat islam.
2. Pengertian Pernikahan Dini Menurut Luthfiyati dalam Sarwono. W (2008) Beliau mengartikan pernikahan dini adalah sebuah nama yang lahir dan komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, sebagai sebuah solusi alternatif. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Ahmad & Santoso (2000) pernikahan dini diartikan sebagai suatu pernikahan, sementara “dini” yaitu awal/muda. Jadi pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang masih muda yang dapat merugikan. Dlori (2005) mengemukakan bahwa pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum dikatakan
53
maksimal persiapan fisik, persiapan mental, juga persiapan materi. Karena demikian inilah maka pernikahan dini bisa dikatakan sebagai pernikahan yang terburu-buru, sebab segalanya belum dipersiapkan secara matang. Menurut sarwono (2000), pernikahan muda banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual. Pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berpikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berpikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Selain itu faktor yang penyebab terjadinya pernikahan muda adalah perjodohan orang tua, perjodohan ini sering terjadi akibat putus sekolah dan akibat permasalahan ekonomi.
3. Resiko Pernikahan Dini Dalam kamus Bahasa Indonesia (Ahmad, 1996) resiko diartikan sebagai bahaya/kerugian /kerusakan. Sedangkan pernikahan diartikan sebagai suatu perkawinan, sementara “Dini” yaitu awal/muda. Jadi pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang masih muda yang dapat merugikan (Anonymous, 2009). Dlori (2005) mengemukakan bahwa “pernikahan dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum dikatakan maksimal dari persiapan fisik, persiapan mental, dan juga persiapan materi. Karena demikian inilah maka pernikahan dini bisa dikatakan sebagai pernikahan yang terburu-buru, sebab segalanya belum di persiapkan secara matang.
54
Nikah usia dini pada wanita yang tidak hanya menimbulkan persoalan hukum, melanggar undang-undang tentang pernikahan, perlindungan anak dan Hak Asasi Manusia, tapi juga menimbulkan persoalan bisa menjadi peristiwa traumatik yang akan menghantui seumur hidup dan timbulnya persoalan resiko terjadinya penyakit pada wanita serta resiko tinggi berbahaya saat melahirkan, baik pada si ibu maupun pada anak yang dilahirkan. Resiko penyakit akibat nikah usia dini beresiko tinggi terjadinya penyakit kanker leher rahim, neoitis depresi, dan komplik yang berujung perceraian (Khawatib, 2009). Tanpa kita sadari pernikahan dini dapat juga berdampak bagi kesehatan ada pula yang berdampak bagi psikis dan kehidupan keluarga remaja. a. Kanker Leher Rahim Perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim. Pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang. Kalau terpapar Human Papiloma Virus atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker (Anonymous, 2009).
b. Neoritis Depresi Depresi berat atau Neoritis depresi akibat pernikahan dini ini bisa terjadi pada kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi introvert (tertutup) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schinzophrenia
55
atau dalam bahasa awam yang dikenal orang dengan sebutan gila. Sedangkan depresi berat pada pribadi extrovert (terbuka) sejak kecil, si remaja mendorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya seperti: perang piring, anak dicekek dan sebagainya. Dengan kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya (Maria,S 2010). c. Resiko Kehamilan Usia Dini Menurut badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2005 usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sam 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan
dalam
tiga
hal,
yaitu
kesiapan
fisik,
kesiapan
mental/emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik. Penyulit pada kehamilan remaja, lebih tinggi dibandingkan “kurun waktu reproduksi sehat” antara umur 20 sampai 30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya
56
keguguran, persalinan premature, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan kelainan bawaan dan mudah terjadi infeksi (Manuaba, 1998). d. Melahirkan terutama kelahiran bayi pertama mengandung resiko kesehatan bagi semua wanita. Bagi seorang wanita yang kurang dari usia 17 tahun, yang belum mencapai kematangan fisik, resikonya semakin tinggi. Remaja usia muda, terutama mereka yang belum berusia 15 tahun lebih besar kemungkinannya mengalami kelahiran secara prematur (prematur labor), keguguran dan kematian bayi dan jabang bayi dalam kandungannya, dan kemungkinan meninggal akibat kehamilan, empat kali lipat dari pada wanita yang lebih tua berusia 20 tahun ke atas. Lagi pula bayi mereka lebih besar kemungkinannya lahir dengan berat yang kurang normal dan meninggal sebelum usia satu tahun dari pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh para wanita dewasa (Manuaba, 2000).
4. Mencegah Terjadinya Pernikahan Dini Pemerintah harus berkomitmen serius dalam menegakkan hukum yang berlaku terkait pernikahan anak dibawah umur sehingga pihak-pihak yang ingin melakukan pernikahan dengan anak dibawah umur berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum melakukannya. Selain itu, pemerintah harus semakin giat mensosialisasikan undang-undang terkait pernikahan anak dibawah umur beserta sanksi-sanksi bila melakukan pelanggaran dan menjeaskan resiko-resiko terburuk yang bisa terjadi akibat pernikahan anak dibawah umur kepada masyarakat diharapkan dengan upaya tersebut
57
masyarakat tahu dan sadar bahwa pernikahan anak dibawah umur adalah sesuatu yang salah dan harus dihindari (Puspita, 2006). Upaya pencegahan pernikahan dini dibawah umur dirasa akan semakin maksimal bila anggota masyarakat turut serta berperan aktif dalam pencegahan pernikahan anak dibawah umur yang ada disekitar mereka. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat merupakan jurus terampuh sementara ini untuk mencegah terjadinya pernikahan anak dibawah umur sehingga kedepannya diharapkan untuk tidak akan ada lagi anak yang menjadi korban akibat pernikahan tersebut dan anak-anak Indonesia bisa lebih optimis dalam menatap masa depannya (Alfiyah, 2010).
1. Faktor Penyebab Pernikahan Dini 1. Menurut Puspita dalam Jayadiningrat A (2006) sebab-sebab utama dari perkawinan usia muda adalah : a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga. b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu
muda,
baik
bagi
mempelai
itu
sendiri
maupun
keturunannya. c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat. Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu muda hanya karna mengikuti adat kebiasaan saja.
58
2. Terjadinya Pernikahan dini menurut ( Subakti, 2008) disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : a. Pendidikan yang rendah Pendidikan yang rendah adalah salah satu penyebab banyaknya terjadi pernikahan dini. Umumnya mereka kurang menyadari bahaya yang timbul akibat pernikahan dini. Banyak remaja putus sekolah atau hanya tamat pendidikan dasar, kemudian menikah karena tidak punya kegiatan. b. Peraturan budaya Peraturan budaya bisa jadi salah satu faktor pemicu terjadinya pernikahan dini. Usia layak menikah menurut aturan budaya sering kali sering kali dikaitkan dengan datangnya haid pertama bagi wanita. Dengan demikian, banyak remaja yang sebenarnya belum layak menikah, terpaksa menikah karna desakan budaya. c. Tidak sedikit pernikahan dini disebabka karna kecelakaan yang tidak
disengaja
akibat
pergaulan
yang
tidak
terkontrol.
Dampaknya mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan dengan cara menikah di usia dini. Untuk menutupi aib keluarga, tidak ada jalan lain kecuali menikahkan mereka secara dini. Pernikahan model ini biasanya tidak akan bertahan lama karna landasannya tidak kuat. d. Keluarga cerai (Broken Home)
59
Banyak anak-anak korban peceraian terpaksa menikah secara dini karena berbagai alasan, misalnya, tekanan ekonomi, untuk meringankan beban orang tua tunggal, membantu keluarga, mendapatkan
pekerjaan,
meningkatkan
tarif
hidup,
dan
sebagainya. 3. Menurut ( Noorkasiani, dkk, 2007 ). Penyebab terjadinya pernikahan dini di sebabkan oleh faktor individu, faktor keluarga, faktor masyarakat lingkungan. a. Faktor individu 1) Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang. Makin cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula berlangsungnya perkawinan sehingga mendorong terjadinya pernikahan pada usia muda. 2) Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah tingkat
pendidikan,
makin
mendorong
berlangsungnya
perkawinan usia muda. 3) Sikap dan hubungan dengan orang tua. Perkawinan usia muda dapat berlangsung karena adanya sikap patuh atau menentang yang dilakukan remaja terhadap perintah orang tua. Hubungan dengan orang tua menentukan terjadinya pernikahan usia dini. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan perkawinan remaja karena ingin melepaskan diri dari pengaruh lingkungan orang tuanya.
60
4) Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang dihadapi termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan perkawinan yang berlangsung dalam usia sangat muda, diantaranya disebabkan karena remaja menginginkan status ekonomi yang lebih tinggi b. Faktor keluarga 1) Sosial ekonomi keluarga Akibat beban orang tua yang dialami, orang tua mempunyai keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan tersebut akan memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung jawab anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga suami dan adanya tenaga tambahan kerja di keluarga, yaitu menantu yang dengan suka rela membantu keluarga istrinya. 2) Tingkat pendidikan keluarga, makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering ditemukan perkawinan usia muda. Peran tingkat pendidikan berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang kehidupan ber keluarga. 3) Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga menentukan terjadinya perkawinan usia muda. Sering ditemukan orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia yang sangat muda karena keinginan untuk meningkatkan status sosial
61
keluarga, mempererat hubungan antar keluarga, dan untuk menjaga garis keturunan keluarga. 4) Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam mengadapi masalah remaja. Jika keluarga kurang memiliki pilihan dalam mengadapi atau mengatasi masalah remaja, (misal, anak gadisnya melakukan perbuatan zina), anak gadis tersebut di nikah kan sebagai jalan keluarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menutupi rasa malu atau rasa bersalah. c. Faktor masyarakat lingkungan 1) Adat istiadat Terdapat anggapan di berbagai daerah di indonesia bahwa anak gadisnya yang telah dewasa, tetapi belum berkeluarga, akan dipandang “aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk mengatasi hal tersebut ialah menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat mungkin sehingga mendorong terjadinya perkawinan usia muda.
2) Pandangan dan kepercayaan Pandangan dan kepercayaan yang salah pada masyarakat dapat pula mendorong terjadinya pernikahan usia dini. Contoh pandangan yang salah dan dipercayai oleh masyarakat, yaitu anggapan bahwa kedewasaan seseorang di nilai dari status perkawinan, status janda lebih baik dari pada perawan tua dan
62
kejantanan seseorang dinilai dari seringnya
melakukan
perkawinan. Intepretasi yang salah terhadap ajaran agama juga dapat menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda, misalnya sebagian besar masyarakat juga pemuka agama menganggap bahwa aqil baliq ialah ketika seorang anak mendapatkan haid pertama, berarti anak tersebut dapat dinikahkan.
B. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa kematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.
63
Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal ini lah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukankan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan prilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar dapat tertangani secara tuntas.
2. Perkembangan remaja dan ciri-cirinya. Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu: 1) Masa remaja awal (10-12 tahun) a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
64
b. Tampak dan merasa ingin bebas. c. Tampak dan memang
lebih
banyak
memperhatikan keadaan
tubuhnyadan mulai berpikir yang khayal(abstrak) 2) Masa remaja tengah (13-15 tahun) a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri. b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis c. Timbul perasaan cinta yang mendalam d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun) a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d. Dapat mewujudkan perasaan cinta e. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
3. Perkembangan Remaja Dan Tugasnya Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu individu, dari masa anak-anak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing-masing pada setiap tahap
perkembangannya
yang
dimaksud
tugas
pada
setiap
tahap
perkembangan adalah bahwa setiap tahapan usia, individu tersebut mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, keterampilan, pengetahuan, sikap dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi.
65
Kebutuhan pribadi itu sendiri timbul dalam diri yang merangsang oleh kondisi di sekitarnya atau masyarakat. Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y. havighurst dalam buku nyahuman development and education yang dikutip oleh panut panuju dan ida umami(1999): 23-26 ada sepuluh yaitu 1. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin. Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan laki-laki sebagai pria, menjadi manusia yang dewasa diantara orang-orang dewasa. Mereka dapat bekerja sama dengan orang-orang lain dengan tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan prasaan-prasaan pribadi, dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi 2. Dapat menjalankan peranan manusia menurut jenis kelamin masingmasing. Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan atau norma masyarakat. 3. Menerima kenyataan atau realitas jasmanilah serta menggunakannya se efektif mungkin dengan perasaan puas. 4. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya ia tidak ke kanak-kanakan lagi yang selalu terikat pada orang tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua atau orang lain . 5. Mencapai kebebasan ekonomi .
66
Ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita pun tugas ini berangsur-rangsur menjadi tambah penting. 6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut. 7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan begaimana mengurus rumah tangga dan mendidik anak. 8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang di perlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat, maksudnya ialah, bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu mimiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi, tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. 9. Memperhatikan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan. Artinya, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional.
67
10. Memporoleh sejumlah nonma-norma sebagai pedoman dalam tindakantindakannya dan sebagai pandangan hidup. Norma-norma
tersebut
secara
sadar
dikembangkan
dan
direalisasikan dalam menetapkan kedudukan manusia dalam hubungannya dengan sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain; membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara harmoni antara nilai-nilai pribadi yang lain.
Kesimpulan yang dipaparkan oleh panut panuju dan ida umami bahwa dari sepuluh tugas perkembangan diatas, menunjukkan hubungan yang sangat erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang harus diselesaikan remaja dalam hidupnya. Remaja, demikian papar Novita Pratiwi (2005: 1-12) merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Tugas-tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah: 1. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat. 2. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks. 3. Mengenali pola-pola prilaku hetero seksual yang dapat diterima masyarakat.
68
4. Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup. 5. Mempelajari cara-cara mengekpresikan cinta. 4. Perubahan Fisik Pada Remaja Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang sangat cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organorgan reproduksi
(organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang
ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti muncul nya tanda-tanda sebagai berikut. 1. Tanda-tanda seks primer Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah organ seks pada laki-laki gonad atau testes. Organ itu terletak didalam scortum. Pada usia empat belas tahun baru sekitar sepuluh persen dari ukuran kematangan. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua tahun, kemudian pertumbuhan menurun. Testes berkembang penuh pada usia 20 atau 2 tahun. Sebagai tanda bahwafungsi organ-organ reproduksi pria matang, lazim nya terjadinya mimpi basah, artinya dia bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual, sehingga mengeluarkan sperma. Semua organ reproduksi manusia tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dengan lainnya berbeda. Berat uterus
69
pada anak usia 11 atau12 tahun kira-kira 3 gram, pada usia 16 tahun berat nya rata-rata 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa terjdadi pada usia sekitar lima puluhan. 2. Tanda-tanda seks sekunder a. Pada laki-laki 1) Rambut Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testes dan penis mulai membesar. Ketika rambut kemaluan hampir selesai tumbuh, maka menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya kumis dan cambang. 2) Kulit Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar. 3) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat Kelenjar lemak di bawah kulit menjadi lebih aktif. Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat. Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah, terutama bagian ketiak. 4) Otot
70
Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat. Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot, maka akan tampak memberi bentuk pada lengan, bahu dan tungkai kaki.
5) Suara Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan suara. Mula-mula agak serak, kemudian volumenya juga meningkat. 6) Benjolan di dada Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil di sekitar kelenjar susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun. b. Pada wanita 1) Rambut Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara berkembang. Bulu ketiak dan bulu padakulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. 2) Pinggul
71
Pinggul pun menjadi berkembang, menbesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembang lemak dibawah kulit. 3) Payudara Seiring pinggul menbesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. 4) Kulit Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut. 5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. 6) Otot Menjelang akhir masa pubertas, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. 7) Suara Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita
72
5. Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja Perubahan-perubahan berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah: 1. Perubahan emosi Perubahan tersebut berupa kondisi: a. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja puteri, lebih-lebih sebelum menstruasi. b. Mudah
bereaksi
bahkan
agresif
terhadap
gangguan
atau
rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. c. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama dengan temannya dari pada tinggal dirumah. 2. Perkembangan intelegensia Pada perkembangan ini menyebabkan remaja: a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik. b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.
Terjadi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung labih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.
73
6. Kesehatan Remaja dan Kesehatan Reproduksi Kesehatan secara keseluruhan selalu berkaitan. Bila terjadi gangguan kesehatan pada remaja secara umum, tentu kesehatan reproduksinya juga terganggu. Beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap Kesehatan Remaja termasuk Kesehatan Reproduksi Remaja: 2. Mal nutrisi atau gizi kurang a. Anemia sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi terutama pada wanita. Jika wanita mengalamianemia maka akan menjadi sangat berbahaya pada waktu dia hemil dan melahirkan. Hal tersebut bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 25oo gram). Disamping itu, anemia juga dapat mengakibatkan kematian baik bagi ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan. b. Kekurangan zat gizi lainnya seperti kekurangan vitamin, mineral, atau protein, dan sebagainya yang mengakibatkan berbagai jenis penyakit dan berujung pada gangguan kesehatan reproduksi. 3. Pertumbuhan lambat atau terhambat pada remaja putri, menyebabkan panggul sempit dan risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah di kemudian hari. 4. Penyakit-penyakit lain, baik karena infeksi atau yang berkaitan dengan keturunan, sangat mungkin berpengaruh pada kesehatan reproduksi.
74
5. Stres atau depresi adalah sumber segala penyakit karena stres yang berat dan berlarut-larut menyebabkan fungsi imunitas dan lainnya terganggu, yang berakibat menurunnya kesehatan dan mudah terserang penyakit.
7. Kesehatan Remaja dan Kesehatan Reproduksi kaitannya dengan lingkungan 1. Masalah pendidikan Buta huruf dan pendidikan rendah. Hal ini menyebabkan remaja tidak mempunyai pandangan, wawasan, kepandaian, persepsi matang dan sebagainya mengenai informasi yang dibutuhkan kaitannya dengan masalah kesehatan reproduksi. Sebagai akibat, banyak terjadi perilaku seks yang menyimpang pada mereka yang berpendidikan sangat rendah, apalagi disertai kemiskinan. 2. Masalah lingkungan dan pekerjaan a. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remja yang bekerja akan menggagu kesehatan remaja. b. Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan merusak kesehatan fisik, mental dan emosional remaja. 3. Masalah seks dan seksualitas a. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.
75
b. Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan seksualitas c. Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang mengarah kepada penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas. Masalah ini semakin mengkhawatirkan dewasa ini.
d. Penyalahgunaan seksual e. Kehamilan remaja f. Kehamilan pra nikah/di luar ikatan pernikahan (Widyastuti Yani, dkk).
C. Pengetahuan 1.
Definisi Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (Ahmad danSantoso, 1996)
Edisi Ketiga, terbitan balai pustaka, Jakarta (2001) ilmu artinya adalah pengetahuan atau kepandaian tersebut tidak saja berkenaan dengan masalah keadaan alam, tapi juga termasuk kebathinan dan persoalan-persoalan lainnya. Kata ilmu sudah digunakan masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu. Di indonesia bahkan sebelum ada kata ilmu sudah dikenal kata-kata lain yang maksudnya sama, misalnya kepandaian, kecakapan, pengetahuan dan ajaran. Ada yang coba membedakan antara pengetahuan (Knowledge) dengan ilmu
76
(Science). Pengetahuan diartikan hanyalah sekedar tahu yaitu hasil suatu usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “What”. Misalnya apa batu, apa gunung, apa air, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekedar dapat menjawab “apa” tetapi akan dapat menjawab “mengapa” dan “bagaimana” why and how (Notoadmodjo, 2010). Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu objek kajian, metode pendekatan dan bersifat universal. Tidak selamanya fenomena yang ada di alam ini dapat di jawab dengan ilmu, atau setidaknya ilmu tidak dapat menjawabnya. Hal tersebut di sebabkan ilmu yang di maksud dalam terminology disini mensyarat kan adanya fakta-fakta (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”. Dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan (knowledge) di artikan sebagai kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indera. Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian dan menghilangkan prasangka sebagai ketidak pastian itu. Pengetahuan sangat mempengaruhi dalam prospek kehidupan, terlebih terhadap kaum remaja, kurangnya pengetahuan bisa mengakibatkan terjadinya pernikahan dini. (Adi. R, 2004).
77
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang dengan berbagai cara sebagai segala sesuatu yang diketahui dari pengalaman (Gunawan, 2000). Menurut Alimur Hidayat (2004) pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran tersebut maka pengetahuan tidak ada. Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dikatagorikan menjadi tiga katagori yaitu: a. Tinggi jika >75% b. Sedang jika 51-75% c. Rendah jika < dari 50%
D. Pendidikan. 1.
Definisi Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti, dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat. Pendidikan merupakan peranan penting dalam menentukan
78
kualitas dan pengetahuan seseroang, pendidikan membuat kehidupan seseorang menjadi bermakna, dengan pendidikan seseorang akan meningkat (Notoatmodjo, 2010). Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan kesehatan dalam bidang kesehatan, dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kehatan adalah suatu pendidikan praktis dan praktek pendidikan, oleh karena itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep yang di aplikasikan pada bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang di tetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan di capai dan kemampuan yang di kembangkan. Jenjang pendidikan umum bentuknya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun menurut UU Nomor 9 tahun 2009, jenjang pendidikan di indonesian terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) badan pusat statistik (2004) bahwa tingkat pendidikan terdiri dari: a.
Pendidikan dasar seperti SD, SLB, MI dan sekolah tingkat pertama (SLTP) umum atau kejuruan .
b.
Pendidikan menengah SMU, MA, SMK yang termasuk sekolah kejuruan yang di kelola oleh departemen selain depdiknas
c.
Pendidikan tinggi
79
1) Program gelar tekanan pada pembentukan keahlian akademi seperti sarjana muda S1, S2, dan S3 2) Program non gelar tekanan pada pembentukan keahlian profesional seperti D1, DII, DIII dan DIV dan pendidikan spesialis 1 serta pendidikan spesialis II Tingkat pendidikan mempengaruhi faktor yang terkait dengan faktor ekonomi dan sosial lainnya (pendapatan, gaya hidup, pola reproduksi penggunaan alat kontrasepsi / keluarga berencana, status kesehatan anak dan kondisi tempat tinggal). Pendidika merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat sehingga mereka dapat menerima ide-ide baru. pendidikan merupakan media yang baik untuk remaja putri / wanita yang dapat menyebabkan perubahan dalam status sosial dan ekonomi, di samping meningkatkan kontrol terhadap kehidupan, status kesehatan dan fertilitas (Depkes RI, 2009).
E. Penghasilan 1.
Definisi Pemerintah Aceh menetapkan upah minimum provinsi (UMP) tahun
2013 yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada buruh/pekerja yakni sebesar Rp. 1,550.000/bulan. Penerapan UMP baru tersebut, ditetapkan sesuai peraturan Gebernur Aceh No.132 tahun 2013 ini berlaku bagi seluruh pekerja/karyawan, baik perusahaan swasta, BUMN/BUMD, instansi perintah maupun usaha sosial lain. (Badan Pusat Statistik 2013).
80
Penghasilan adalah pendapatan yang didapatkan oleh seseorang dalam sebulan yang kemudian dibagi kan berdasarkan jumlah anggota keluarga seseorang akan memamfaatkan pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah penghasilan yang didapatkan olehnya (Badan Pusat Statistik, 2008). Menurut Sarwono 1994, pernikahan muda banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap prilaku seksual. Perniakahan muda juga sering terjadi karena remaja berpikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berpikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Selain itu faktor penyebab terjadinya pernikahan muda adalah perjodohan orang tua, perjodohan ini sering terjadi akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi.
F. Budaya 1.
Definisi Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari
diri
manusia
sehingga
banyak
orang
cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
81
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa inggris kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa belanda diistilah kan dengan kata cultuur, dalam bahasa latin berasal dari kata colera berarti mengolah, mengerjakan menyuburkan, mengambangkan tanah, atau bertani (Setiadi M, 2006). Berikut ini pengetian budaya atau kebudayaan dari beberpa ahli : a.
E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
b.
Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat dalam pengantar antropologi (1986) terdiri atas 7 unsur, yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisaasi sosial, sistem peralatan-peralatan hidup dari teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian (Basri C, 2002).
82
Tradisi pernikahan pada zaman orang tua kita atau nenek monyang kita lebih terdapat pada prospek budaya sedangkan nikah dini yakni berumur 15 tahun pada wanita dan pria berumur 20 tahun atau kurang (Dlori, 2005).
G. Penelitian Terkait Tentang Pernikahan Dini 1. Penelitian Hairi pada Tahun 2009 di Desa Bajur Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan yang berjudul “Fenomena Pernikahan Di Usia Muda Di Kalangan Masyarakat Muslim Madura”. Pernikahan usia muda disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor agama, faktor tradisi, faktor dari orang tua, faktor dari anak. 2. Penelitian Rohmat pada Tahun 2009 di Desa Cikadu Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang yang berjudul “Pernikahan Dini Dan Dampaknya Terhadap Keutuhan Rumah Tangga”. Penyebab Pernikahan di bawah usia adalah perjodohan orang tua, rendahnya tingkat pendidikan, faktor ekonomi, lingkungan (adat budaya), kemauan sendiri dan faktor agama. 3. Penelitian Anwar S pada Tahun 2007 di Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor yang berjudul “Pernikahan Pada Usia Muda dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Berumah Tangga”. Pernikahan usia muda disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor takut jadi perawan tua, faktor pendidikan, faktor pekerjaan, dan penghasilan orang tua. 4. Penelitian Wahyuni S pada Tahun 2003 yang berjudul “Faktor Perceraian Suami Istri Usia Muda (studi Di Pengadilan Agama
83
Kabupaten Pemekasan)”. Faktor penyebab perceraian suami istri usia muda ialah kawin di bawah umur, ekonomi, tidak ada keharmonisan, cemburu, gangguan pihak ketiga, kurang tanggung jawab, kawin paksa, cacat biologis. 5. Penelitian Siswanto A pada Tahun 2011 yang berjudul “Faktor Penyebab Serta Dampak Pernikahan Dini Di Desa Sadang Kulon Kecamatan Sadang Kabupaten Kebumen”. Pernikahan Dini disebabkan karna Faktor Tradisi, ekonomi, rendahnya animo masyarakat terhadap pendidikan, perjodohan, hasrat pribadi, hamil diluar nikah, dan faktor agama. 6. Penelitian Ningsih SR pada Tahun 2011 yang berjudul “Faktor Penyebab Perkawinan Usia Muda Di Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan”. Pernikahan usia muda disebabkan karna pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, persepsi, keinginan kawin, kesiapan kawin, kecocokan dengan pasangan, orang tua, ekonomi keluarga, adat istiadat, agama, media pornigrafi. 7. Penelitian Thohir Uf pada Tahun 2009 yang berjudul “Pernikahan Dini Di Desa Beluk Raja, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep”. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melestarikan pernikahan dini di Desa Beluk Raja ini adalah faktor tradisi (adat istiadat), faktor ekonomi, faktor rendahnya animo masyarakat terhadap pendidikan, faktor perjodohan, faktor hasrat pribadi, faktor hamil diluar nikah, faktor agama.
84
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Teori penyebab pernikahan dini menurut Subakti (2008) yang mengatakan bahwa pernikahan dini disebabkan oleh faktor pendidikan yang rendah, peraturan budaya, kecelakaan, keluarga cerai. Teori penyebab pernikahan dini menurut Noorkasiani (2007) yang mengatakan bahwa pernikahan dini disebabkan oleh faktor individu, faktor keluarga, dan faktor masyarakat lingkungan. Teori penyebab pernikahan dini menurut puspitasari (2006) yang mengatakan pernikahan dini disebabkan oleh faktor pengetahuan, pendidikan, penghasilan dan budaya. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada kerangka konsep sebagai berikut :
Pengetahuan
Pendidikan Pernikahan Dini Penghasilan
Budaya
Gambar 3.1. Kerangka Konsep penelitian
85
B. Definisi operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional NO
Variabel Penelitian
DEPENDEN 1 Pernikahan Dini
INDEPENDEN 1 Pengetahuan
2
3
Pendidikan
Penghasilan
Definisi operasional
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Pernikahan yang dilakukan di usia 15 sampai 19 tahun
Menyebarkan Kuesioner
Kuesioner
Ya
Segala sesuatu yang diketahui remaja yang berkaitan dengan pernikahan dini
Menyebarkan kuesioner dengan 10 pertanyaan dengan kriteria Tinggi >76%100 jika menjawab 8 soal Sedang 56%75% jika menjawab 6 soal Rendah < 76% jika menjawab kurang dari 5 soal Menyebarkan kuesioner dengan kriteria tinggi bila: DIII/PT Menengah bila: SMA/sederajat Dasar bila: SD/SMP sederajat Menyebarkan kuesioner Sesuai bila : Rp> 1,550,000 Tidak Sesuai bila : Rp<1,550.000
kuesioner
Tinggi
Jenjang pendidikan yang sudah diselesaikan remaja
Jumlah keseluruhan penghasilan orang tua remaja dari pekerjaan utama dan sampingan
Skala ukur
Ordinal
Ordinal
Sedang Rendah
kuesioner Tinggi
Ordinal
Menengah Dasar
kuesioner
Sesuai Tidak sesuai
Nominal
86
4
Budaya
Segala sesuatu tradisi yang ada di masyarakat
Menyebarkan kuesioner dengan 9 pertanyaan dengan kriteria mendukung bila >50% bila menjawab 5-7 soal Tidak mendukung bila <50% bila menjawab 2-4 soal
kuesioner
Mendukung
Tidak Mendukung
Ordinal
87
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat Deskriptif dengan rancangan untuk melihat gambaran faktor pernikahan dini. Desain penelitian ini bersifat bersifat cross sectional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Notoatmodjo (2010) Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau kumpulan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang sudah menikah di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Data yang diambil Pada bulan Mei 2013 dengan jarak pernikahannya 1-10 tahun yaitu berjumlah 30 orang dengan umur 15-19 tahun. 2. Sampel Adapun sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah, teknik pengambilan sampel dilakukan secara Total Population dimana sampel yang diambil semua wanita yang sudah menikah yang berada di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan
88
Timur Kabupaten Aceh Selatan yaitu 30 orang dengan jarak pernikahan 110 tahun dengan umur 15-19 tahun. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. 2.
Waktu Dilaksanakan pada tanggal 7 juli sampai 13 juli tahun 2013.
D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer dan data skunder. a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari wanita yang sudah menikah dengan cara menyebarkan kuesioner kepada ibu-ibu yang berada di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. b. Sedangkan sekunder merupakan data yang diperoleh dari Sekdes Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan.
2. Intrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data, instrumen ini dapat berupa pertanyaan, dan formulirformulir lain yang berkaitan dengan data lain (Notoadmodjo, 2010).
89
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 23 pertanyaan.
E. Pengolahana dan Analisa data 1. Pengolahan Data Menurut hidayat, (2009), pengolahan data melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua kuesioner secara teliti apakah semua pertanyaan telah terisi/ dijwab oleh responden seperti memeriksa kesesuaian jawaban apakah data sudah cukup konsisiten atau logis. Dari semua lembaran kuesioner yang dikumpulkan tidak ditemukan ketidak lengkapan pengisian, karena tidak melakukan pengumpulan data peneliti langsung memeriksa kuesioner ketika telah siap diisi. b. Coding Pada tahap inio peneliti memberi kode secara berurutan dalam kategori yang sama pada masing-masing lembaran yang diberikan pada responden sehingga memudahkan pengolahan data. Kode yang digunakan pada penelitian ini adalah kode responden yang diawali dengan no 1 untuk responden pertama sampai 56 untuk responden terakhir.
90
c. Transfering Data yang telah diberi kode disiusun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang diteliti. d. Tabulating Pada tahap ini kegiatan yang peneliti lakukan adalah mengelompokkan responden berdasrkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap sub variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi sesuai denganvariabel yang diteliti. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa pada penelitian ini adalah menghitung distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti. Data yang diolah kemudian di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
P
f 100% n
Keterangan : P : Presentase f : frekuensi n : jumlah responden yang menjadi sampel (Budiarto, 2002).
91
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Luas Desa 2047 M. Terdiri dari 112 KK dengan jumlah penduduk 414 jiwa. Dengan jumlah : 1. Laki-laki
: 197 orang
2. Wanita
: 217 orang
a. PUS
: 56 orang
b. Pul
: 49 0rang
c. Wus
: 54 orang
d. Laki-laki dewasa
: 51 orang
e. Lansia
: 64 orang
f. Anak-anak
: 84 orang
Batas-batas Desa : 1.
Sebelah Utara : Penggunungan
2.
Sebelah Selatan : Permukaan Laut
3.
Sebelah Timur : Desa Seubadeh
4.
Sebelah Barat : Desa seulekat
92
B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden.
1. Analisa Univariat a. Pengetahuan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pernikahan Dini di Tinjau dari Segi Pengetahuan Di Desa SawahTingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh selatan tahun 2013 No. 1. 2. 3.
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Tinggi 0 Sedang 6 Rendah 24 Jumlah 30 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
Persentase 0 20,00 80,00 100
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa dari 30 orang responden yang diteliti, 24 orang (80%) memiliki pengetahuan tentang pernikahan dini berada pada katagori rendah.
93
b. Pendidikan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pernikahan Dini Ditinaju Dari Segi Pendidikan Di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh selatan tahun 2013 No. 1. 2. 3.
Tingkat Pendidikan f Tinggi 0 Menegah 7 Dasar 23 Jumlah 30 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
% 0 23,33 76,67 100
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa dari 30 orang responden yang diteliti, 23 orang (76,67%) memiliki pendidikan berada pada katagori dasar.
c. Penghasilan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pernikahan Dini Ditinjau Dari Segi Penghasilam Di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh selatan tahun 2013 No. 1. 2.
Tingkat Penghasilan f Sesuai 11 Tidak Sesuai 19 Jumlah 30 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
% 36,67 63,33 100
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 30 orang responden yang diteliti. 18 (60,0%) memiliki penghasilan berada pada katagori Tidak Sesuai.
94
d. Budaya Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pernikahan Dini Ditinjau Dari Segi Budaya Di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh selatan tahun 2013 No. Tingkat Budaya f 1. Mendukung 17 2. Tidak Mendukung 13 Jumlah 30 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2013)
% 56,67 43,33 100
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 30 responden yang diteliti. 17 (56,67%) memiliki Tingkat budaya berada pada katagori Mendukung.
C. Pembahasan 1.
Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu-ibu Didesa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan. Tingkat pengetahuan ibu-ibu Didesa Sawah Tingkeum berada pada katagori seperti Tabel 5.1 yaitu 24 orang (80,0%) dari 30 responden yang diteliti. Sedangkan tingkat pendidikan berada pada katagori dasar seperti pada tabel 5.2 yaitu sebanyak 23 orang (76,6%) dari 30 responden yang di teliti. Menurut Notoatmodjo 2003 pendidikan dapat membawa wawasan dan pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan
95
lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Pengetahuan sangat mempengaruhi dalam prospek kehidupan, terlebih
terhadap
kaum
remaja,
kurangnya
pengetahuan
bisa
mengakibatkan terjadinya pernikahan dini di karenakan remaja kurang mengetahui dampak dari pernikahan dini tersebut (Adi.R, 2004). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”. Dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Kata ilmu sudah digunakan masyarakat sejak ratusan tahun lalu, di Indonesia bahkan sebelum ada kata ilmu sudah di kenal kata-kata lain yang maksudnya sama, misalnya kepandaian, kecakapan, pengetahuan dan ajaran. (Notoadmodjo, 2010). Hasil penelitian di Bangladesh (2008) terdapat 362 remaja putri 25,9% menikah di usia muda dan faktor penyebab pernikahan muda adalah pendidikan rendah yaitu lulusan SMP dengan umur rata-rata 18 Tahun. Sehingga hasil penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terkait di atas, bahwa pendidikan rendah faktor utama orang menikah diusia dini. Lebih lanjut penelitian Martino dkk (2004) karena pendidikan yang rendah sangat rentan untuk melakukan pernikahan dini. Hal ini disebabkan karena kurang memiliki pengetahuan dan wawasan
96
tentang dampak dari pernikahan dini sehingga mendukung untuk melakukan pernikahan dini. Berdasarkan asumsi peneliti bahwa pendidikan memiliki peranan yang penting untuk mencegah terjadinya pernikahan dini. Sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuan yang dimilikinya. Tingkat pendidikan akan memberi pengetahuan secara matang kepada remaja untuk memilih atau memutuskan suatu perkawinan, pernikahan dini terjadi karena rendahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan seseorang. Kenyataan nya di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan rata-rata tingkat pengetahuan berada pada katagori rendah dan Pendidikan berada pada katagori dasar. Mereka menikah karena tidak mengetahui dampak yang akan terjadi pada nantinya.
2. Penghasilan Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 30 orang responden yang diteliti. 18 (60,0%) memiliki penghasilan berada pada katagori Tidak Sesuai. Menurut Sarwono (2000), pernikahan muda banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual. Pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berpikir secra emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berpikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah.
97
Berdasarkan hasil penelitian Aditya Dwi Hanggara pernikahan dini terjadi karena faktor ekonomi, yaitu supaya ekonomi orang tua terbantu setelah anak perempuannya diserahrahkan kepada suaminya. Berdasarkan asumsi peneliti hubungan penghasilan dengan pernikahan dini berkaitan karena penghasilan dapat menentukan tingakat pendidikan seseorang, tanpa adanya penghasilan yang cukup seseorang tidak akan bisa melanjutkan pendidikannya. Jika seseorang tidak bisa melanjutkan tingkat pendidikan nya maka pengetahuannya pun sangat minim makanya terjadinya pernikahan usia dini. Mereka menikah di usia dini karena ingin membantu ekonomi dalam keluarga dan mengurangi beban orang tua. Mereka beranggapan bahwa menikahlah jaln satu-satu untuk mengurangi beban orang tua mereka karena dengan mereka menika otomatis biaya hidup nya ditanggung sama suami.
3. Budaya Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 30 responden yang diteliti. 17 (56,67%) memiliki Tingkat budaya berada pada katagori Mendukung Tradisi pernikahan pada zaman nenek monyang kita lebih terdapat pada prospek budaya. Nikah dini berumur 15 tahun pada wanita dan pria berumur 20 tahun atau kurang (Dlori, 2005).
98
Menurut E.B.Tylor, 2007 budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemeampuan yang didapat oleh manuasi sebagai anggota masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aditya Dwi Hanggara tentang pernikahan dini didapatkan sebanyak 35% pasangan yang menikah di bawah umur sebagian besar dipengaruhi oleh faktor budaya Berdasarkan asumsi peneliti budaya sangat mendukung terjadinya pernikahan dini. Masyarakat setempat sudah memiliki kepercayaan bahwa wanita yang sudah baliqh dianjurkan untuk segera menikah. Budaya yang sudah tertanam dalam diri masyarakat sudah tidak bisa di ubah karena semua itu sudah menjadi kebiasaan dan keharusan dalam bermasyarakat untuk menikah di usia dini. Di Desa Sawah tingkeum sebagian menikah karena mengikuti budaya karena ditakutkan dikatakan perawan. Sebagian dari mereka tidak melanjutkan pendidikan makanya menikah karena ratarata pekerjaan orang tua mereka nelayan, jangankan melanjutkan ke kependidikan yang lebih tinggi kadang-kadang buat makan sehari saja tidak mencukupi
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpilkan bahwa : 1. Faktor penyebab pernikahan dini ditinjau dari pengetahuan yang terbanyak berada pada katagori rendah yaitu sebanyak 24 responden (80,00%). 2. Faktor penyebab pernikahan dini ditinjau dari tingkat pendidikan yang terbanyak berada pada katagori dasar yaitu sebanyak 23 responden (76,67%). 3. Faktor penyebab pernikahan dini ditinjau dari tingkat penghasilan orang tua yang terbanyak berada pada katagori tidak sesuai yaitu sebanyak 19 responden (60,0%). 4. Faktor penyebab pernikahan dini ditinjau dari budaya terbanyak berada pada katagori mendukung 17 yaitu sebanyak ( 56,67%).
99
100
B. Saran 1. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan peneliti mengenai faktor pernikahan dini di Desa Sawah Tingkeum Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh selatan. 2. Bagi remaja dan Masyarakat Diharapkan bagi masyarakat untuk dapat menghindari pernikahan dini karena pernikahan dini sangat berdampak buruk bagi kesehatan terutama bagi wanita. 3. Bagi instansi Diharapkan bagi instansi dapat dijadikan bahan acuan penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang menyebabkan pernikahan dini. 4. Bagi Akademik Diharapkan bagi Akademik dapat dijadikan bahan kajian terhadap teori yang diperoleh mahasiswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di AKBID U’BUDIYAH Banda Aceh.