1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra Indonesia terdiri dari karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk tulisan tangan dan karya sastra tulis yang berbentuk cetakan. Karya sastra yang berbentuk tulisan tangan atau teks tulisan tangan (Ing. Manuscript dengan singkatan ms untuk tunggal dan mss untuk jamak; Bld. Handscrift dengan singkatan hs untuk tunggal dan hss untuk jamak) sering disebut sebagai karya sastra Indonesia klasik atau lama. (Baroroh-Baried dkk., 1994:55). Salah satu bagian dari sastra Indonesia klasik adalah Naskah Melayu Klasik. Sebuah naskah dikatakan Naskah Melayu Klasik apabila memenuhi kriteria seperti ditulis dalam aksara Jawi/Rumi, berbahasa Melayu, merupakan tulisan tangan, bermedia tulis seperti kertas, kulit, daun lontar, buluh, gading, kayu, serta kain. (Mamat dalam Mulyadi, 1994: 12). Naskah-naskah Melayu Klasik kini tersimpan di berbagai tempat penyimpanan koleksi di Indonesia seperti museum, pesantren, yayasan, mesjid, dan perorangan. Museum, pesantren, yayasan, mesjid, dan perorangan tersebut masih menyimpannya sebagai warisan dari nenek moyang yang masih dijaga.
Reza Saeful Rachman, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Perkiraan para ahli untuk jumlah naskah Melayu Klasik sangat beragam. Ismail
Hussein
mengemukakan
5000
naskah,
Henri
Chambert-Loir
mengemukakan 4000 naskah, dan Russel Jones memperkirakan 10.000 (Mulyadi, 1994: 11). Penelitian terhadap naskah Melayu Klasik perlu dilaksanakan untuk mengetahui kebudayaan Indonesia pada masa lampau karena naskah-naskah tersebut merupakan sumber kebudayaan (Robson dalam Sunardjo. dkk, 2010: 1). Namun, penelitian terhadap sastra Melayu Klasik Indonesia sampai saat ini masih belum memadai apabila dibandingkan dengan jumlah naskah Melayu Klasik yang tersimpan di berbagai tempat penyimpanan. Masih banyak khazanah pada naskah yang belum diteliti kandungannya. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, serta didorong oleh keinginan untuk turut berpartisipasi dalam upaya penyelamatan warisan budaya bangsa, maka dalam kesempatan ini akan dilakukan sebuah penelitian terhadap salah satu naskah Melayu Klasik yang berbentuk hikayat. Adapun naskah Melayu Klasik yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah naskah Hikayat Jaya Lengkara. (selanjutnya disingkat HJL). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai katalog naskah yang beredar di Indonesia, naskah HJL hanya ditemukan satu buah yakni naskah HJL yang merupakan naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (selanjutnya PNRI) dengan kode ML 53 (Behrend, 1998: 280). Naskah ini merupakan naskah yang belum pernah diteliti sebelumnya (Ekadajti, 2000).
Reza Saeful Rachman, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Keberadaan HJL tercatat pada Katalog Van Ronkel dengan nomor CLXXIV (Van Ronkel, 1909:162), serta Notulen 3 Agustus 1869 IV b halaman 51 (Jazamuddin, 1969: 157). HJL termasuk salah satu naskah Melayu yang disebut oleh Werndly dalam nahunya pada tahun 1736 (Fang, 1991: 180). Naskah HJL berjumlah sangat sedikit, Berdasarkan informasi yang didapat, jumlah naskah hanya berjumlah tiga naskah yakni Hikayat Makdim dan Makdim (SOAS-London) yang merupakan satu versi dari hikayat ini, Hikayat Jaya Lengkara (HJL) yang berisi satu fragmen cerita dan tersimpan di PNRI dengan kode ML 53, dan yang terkenal ialah naskah yang tersimpan di Perpustakaan Kebangsaan Singapura. Naskah Singapura ini disalin pada l5 Rabiul awal 1237 H (1863). Pemiliknya ialah seorang yang bernama Muhaidin dari Kampung Melaka. Fang (1991:182), menyebut naskah Hikayat Raja Takbir yang tersimpan di PNRI dengan kode C.St 142 sebagai salah satu versi dari naskah ini. Namun, ketika ditelusuri naskah sudah dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, fisik naskah lapuk, dan tidak dapat dibaca lagi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, di Indonesia naskah HJL hanya ditemukan satu buah. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena meskipun hanya berupa fragmen, di Indonesia hanya naskah inilah yang memuat informasi tentang cerita Jaya Lengkara. Teks naskah HJL adalah teks yang memiliki keunikan karena berisi teks perpaduan antara budaya Hindu dan Islam. Djamaris (1993: 16) menggolongkan HJL berdasarkan isinya sebagai naskah hasil sastra pengaruh peralihan. Brakel (1976: 134) menyebutkan bahwa HJL adalah naskah yang berasal dari India yang
Reza Saeful Rachman, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
telah disisipi budaya Melayu. Siti Hawa Salleh (2010), menyebutkan bahwa HJL termasuk pada naskah berunsur budaya Hindu yang telah mengalami perubahan ke bentuk yang lebih Islami. Penelitian ini berjudul “Hikayat Jaya Lengkara: Edisi Teks dan Telaah Struktur”. Oleh karena itu, penelitian untuk naskah HJL dibagi ke dalam dua kajian, yakni kajian filologis dan kajian terhadap struktur naratif teks HJL. Pengkajian secara filologis bertujuan untuk menghasilkan sebuah edisi teks yang diperkirakan telah bersih dari kesalahan. Pengkajian secara filologis meliputi transliterasi teks, penyuntingan teks, dan penghasilan edisi teks. Adapun metode filologi yang dipergunakan adalah metode naskah tunggal edisi standar. Selanjutnya, setelah didapatkan sebuah edisi teks, penelitian dilanjutkan dengan melakukan telaah struktur naratif teks HJL. Telaah struktur naratif teks HJL mengacu pada pendekatan struktural naratif yang dikemukakan oleh A.J Greimas. Konsep teori A.J Greimas yang dipergunakan dalam analisis adalah skema aktan dan struktur fungsional. Telaah struktur naratif teks adalah untuk mengetahui hubungan antar unsur pembangun teks HJL.
Beberapa penelitian untuk naskah melayu klasik berbentuk hikayat yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian terhadap naskah Hikayat Cindabaya oleh Jumsari Yusuf pada tahun 1991. Penelitian ini dilakukan terhadap naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode Br. 206. Penelitian ini berupa penyajian transliterasi dan ringkasan isi Hikayat Cindabaya. Selain penelitian tersebut, terdapat penelitian lain yakni terhadap naskah Hikayat
Reza Saeful Rachman, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
Pancatanderan berupa skripsi S1 di Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara Medan oleh Henny Melina Sari Daulay pada tahun 1999. Penelitian tersebut menyajikan transliterasi, ringkasan isi, dan kritik aparat Hikayat Pancatanderan.
Penelitian terhadap naskah Melayu Klasik disertai dengan telaah struktur sebelumnya telah dilakukan Christomy (1990) dalam tesis beliau yang berjudul Wawacan Sama’un: Edisi teks dan analisis struktur. Penelitian tersebut kini telah beredar dalam bentuk buku dan diberi judul yang sama dengan judul tesis beliau. Penelitian tersebut berisi kajian filologis disertai telaah struktur teks terhadap naskah yang berisi tentang cerita Sama’un yakni naskah Sama’un dalam bahasa Sunda yang berjumlah empat naskah, bahasa Melayu yang berjumlah tiga naskah, serta bahasa Jawa yang berjumlah satu naskah. Penelitian diawali dengan perbandingan masing-masing naskah, penghasilan edisi teks, dan yang terakhir kajian terhadap struktur teks Sama’un.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulastin Sutrisno (1983) dengan judul Hikayat Hang Tuah: Analisa Struktur dan Fungsi. Penelitian struktur dilakukan terhadap tiga edisi teks yang telah tersedia sebelumnya yakni HHT edisi Shellabear (1908), HHT edisi Balai Pustaka (1948), dan HHT edisi Kassim Ahmad (1964). Oleh karena itu, penelitian ini akan melengkapi khazanah penelitian terhadap naskah Melayu Klasik.
1.2 Masalah Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah
Reza Saeful Rachman, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
1. Aksara Jawi pada naskah HJL sukar dibaca 2. Aksara Jawi sudah tak lazim lagi digunakan pada zaman sekarang sehingga mempersulit pembacaan. 3. Teks belum tersaji dengan baik untuk pembaca zaman sekarang. Tanda baca, susunan alinea, dan bagian-bagian cerita belum tersaji dengan baik sehingga mempersulit proses pemahaman. 4. Struktur naratif teks HJL yang belum jelas, sehingga penelitian perlu dilakukan. 1.2.2 Batasan Masalah Agar pembahasan tidak terlalu jauh, peneliti hanya meneliti ihwal kajian filologis berupa penghasilan sebuah edisi teks yang mudah dibaca dan dipahami serta melakukan telaah struktur naratif teks yang meliputi skema aktan dan struktur fungsional.
1.2.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kesalahan tulis pada naskah HJL? 2. Bagaimana edisi teks naskah HJL yang bersih dari kesalahan? 3. Bagaimana struktur naratif teks naskah HJL?
Reza Saeful Rachman, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kesalahan tulis pada naskah HJL. 2. Menyajikan edisi teks naskah HJL yang bersih dari kesalahan. 3. Mendeskripsikan struktur naratif teks naskah HJL. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini secara khusus terbagi ke dalam dua manfaat yakni manfaat akademis dan manfaat praktis. Secara akademis, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber penelitian-penelitian lain seperti bahasa, sejarah, budaya, dan lain sebagainya. Adapun manfaat secara praktis yang didapatkan dari penelitian ini antara lain menjadikan hasil penelitian sebagai salah satu cara memahami kebudayaan lampau yang dihasilkan suatu kelompok masyarakat, mengungkap nilai-nilai budaya lama sebagai sumber alternatif bagi pengembangan kebudayaan modern, serta menjadikan hasil penelitian sebagai sumber pandangan hidup yang kaya akan nilai kearifan lokal. 1.5 Definisi Operasional Untuk memperjelas pokok-pokok masalah dalam penelitian ini, maka variabel-variabel dalam penelitian ini dioperasionalkan sebagai berikut:
Reza Saeful Rachman, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
1. HJL merupakan naskah tulisan tangan berbentuk hikayat berbahasa Melayu yang merupakan koleksi PNRI dengan kode ML 53; 2. Kajian Filologis merupakan kajian terhadap objek filologi yakni naskah kuno dengan tujuan menghasilkan edisi teks yang bersih dari kesalahan. 3.
Edisi teks merupakan hasil dari proses kritik teks. Edisi teks suatu naskah merupakan teks yang dianggap bersih dari kesalahan.
4. Telaah Struktur merupakan penelaahan terhadap struktur naratif teks yakni skema aktan dan skema fungsional yang terdapat pada teks naskah HJL.
Reza Saeful Rachman, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu