BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bank syariah berdiri sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan
praktisi perbankan muslim di Indonesia, yang berupaya mengakomodasi keinginan dari pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan Islam dengan landasan moral dan prinsip-prinsip syariah Islam. Terutama yang berkaitan dengan pelanggaran praktek riba, kegiatan spekulasi dan ketidakjelasan dalam hal keuangan. Berkaitan dengan pemakaian dana dan pengupayaan sumber dana yang baik, bank memiliki kegiatan utama yaitu menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana. Penghimpunan dana dilakukan melalui simpanan dan investasi seperti giro, wadiah, tabungan dan deposito berjangka. Sedangkan penyaluran dana dilakukan dengan beberapa macam akad seperti Murabahah, istishna, mudharabah, musyarakah, ijarah, dan salam. (Wiroso, 2005:9) Bank syariah pada umumnya telah menggunakan Murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, dengan jumlah pembiayaan yang lebih dominan dibanding dengan pembiayaan lain. Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
1
2
Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Umum Syariah 0% 0%
3% 0% 6%
Akad Mudharabah
7%
Akad Musyarakah Akad Murabahah 25%
Akad Salam Akad Istishna Akad Ijarah
59%
Akad Qardh Lainnya
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2014 Gambar 1.1 Komposisi Pembiayaan Seperti yang terlihat pada gambar diatas, sebagian besar pembiayaan yang dilakukan bank umum syariah adalah pada akad murabahah yaitu sebesar 59%. Sedangkan porsi pembiayaan dengan akad musyarakah sebesar 25%, dan sisanya terdiri dari akad mudharabah, salam, istishna, ijarah, qardh dan lainnya. Seharusnya, pembiayaan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah lebih banyak. Karena pada akad inilah karakteristik dasar perbankan syariah terbentuk. Kedua akad tersebut merupakan akad dengan sistem bagi hasil. Perbankan syariah dengan sistem bagi hasil inilah yang menjadi pembeda dengan bank konvensional. Produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil seolah-olah tidak berdaya untuk menjadi pendamping operasional perbankan syariah. Sehingga pembiayaan dengan sistem jual beli menjadi pengganti sebagai produk inti dari beroperasinya bank syariah. (Karnaen, 2008)
3
Besarnya pendapatan margin murabahah juga selalu lebih besar dari pendapatan yang bersumber dari pembiayaan bagi hasil. Seperti yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, pendapatan margin murabahah selalu menempati posisi tertinggi dibandingkan pendapatan dengan prinsip bagi hasil. Seperti yang tertera pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Pendapatan Terbesar pada 3 Bank Umum Syariah Pendapatan Margin Murabahah
Nama Perusahaan
Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah
Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah
Bank Muamalat Indonesia
2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014 Rp 1.436.709 Rp 2.007.951 Rp 2.329.282 Rp 208.582 Rp 300.806 Rp 249.234 Rp 1.027.764 Rp 1.637.552 Rp 2.117.638
Bank Syariah Mandiri
Rp 3.077.632 Rp 3.773.500 Rp 3.873.016 Rp 629.465 Rp 543.973 Rp 420.136 Rp
602.855 Rp
704.007 Rp
750.937
BNI Syariah
Rp
106.069 Rp
117.623 Rp
136.237
527.024 Rp
854.003 Rp 1.450.260 Rp 16.708 Rp 54.685 Rp 99.232 Rp
Sumber : Laporan keuangan yang dipublikasikan Tahun 2012-2014 Berdasarkan tabel diatas, terdapat ketidaksesuaian dengan teori yang dikemukakan oleh Saeed (2008:2) bahwa prinsip utama dalam bank syariah adalah prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah. Hal ini menandakan bahwa seharusnya pendapatan lebih besar diperoleh dari bagi hasil. Prinsip bagi hasil merupakan ciri khas bank syariah, sehingga apabila pembiayaan murabahah lebih banyak memberikan pendapatan bagi bank syariah, hal tersebut dikhawatirkan menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa tidak ada perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional. Sehingga “syariah” hanya dianggap sebagai label tambahan saja. Bahkan, dalam jurnal Ah. Azharuddin Lathif Vol. XII, No. 2, Junli 2012 yang berjudul “konsep dan aplikasi akad murâbahah pada perbankan syariah di Indonesia” bahwa berbagai kritik banyak dilontarkan dari para peneliti terkait dengan dominasi murabahah dalam produk perbankan syariah, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang kemudian menjuluki bank syariah sebagai
”bank murabahah”. Para ahli ekonomi dan
4
keuangan pada umumnya tidak menganjurkan penggunaan murabahah tetapi menganjurkan moda pembiayaan berdasarkan profit/loss sharing (Ayub, 2007: 213). Namun ternyata bank-bank justru lebih banyak menggunakan moda pembiayaan murabahah daripada moda pembiayaan profit/loss sharing seperti mudharabah dan musyarakah. (Sjahdeini, 2014: 190) Ada sejumlah alasan kenapa murabahah begitu populer dalam operasi investasi perbankan syariah. Menurut Usmani (2003), pertama, murabahah adalah
suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan
profit and loss sharing cukup memudahkan; kedua, mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan demikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam; ketiga, murabahah menjauhkan dari ketidakpastian yang ada pada pendapatan bisnis-bisnis dengan sistem profit and loss sharing; keempat, murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan hutang-piutang dagang. (Anggadini, 2011) Besarnya pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan murabahah akan sangat berkaitan dengan besarnya tingkat margin murabahah yang dibebankan bank syariah kepada nasabah pembiayaan. Menurut Wiroso (2005:79) bahwa bank syariah dalam memperhitungkan keuntungan murabahah menggunakan pendekatan base lending rate. Unsur yang terkandung dalam base lending rate menurut Perwaatmadja dalam Nugroho (2005) cost recovery (proyeksi biaya operasi dibagi target volume pembiayaan murabahah) dan keuntungan yang
5
diinginkanlah yang akan mempengaruhi besarnya margin murabahah. Biaya operasional menjadi salah satu biaya yang menjadi acuan untuk menetapkan besaran harga dalam mengenakan beban kepada nasabahnya. Pada dasarnya, suatu bank mengharapkan keuntungan yang selalu meningkat, namun tidak selamanya bank mengalami kondisi yang diharapkan, karena untuk mendapatkan keuntungan, bank perlu mempertimbangkan unsur biaya operasional. (Zaenuri, 2012). Selain biaya operasional, terdapat pula faktor lainnya yang mempengaruhi pendapatan
margin
murabahah.
Dalam
penelitian
Rachmawati
(2011)
menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara bagi hasil DPK terhadap pendapatan margin Murabahah. Adapun menurut Triani (2014) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa bagi hasil DPK berpengaruh negatif terhadap pendapatan margin Murabahah. Besarnya dana pihak ketiga merupakan salah satu penyebab bagi hasil dana pihak ketiga berpengaruh terhadap pendapatan margin murabahah. Menurut Wiroso (2005: 7) pendapatan margin murabahah yang diterima bank syariah merupakan salah satu unsur yang akan dibagi hasilkan dengan deposan (profit distribution). Sehingga bank syariah akan berupaya meningkatkan pendapatan margin murabahah yang merupakan salah satu pendapatan dari hasil pengelolaan dana pihak ketiga. Maka bertambahnya dana pihak ketiga akan meningkatkan bagi hasil yang harus diberikan kepada nasabah, sehingga bank akan berupaya untuk meningkatkan pendapatan margin murabahah yang merupakan salah satu pendapatan dari hasil pengelolaan dana pihak ketiga.
6
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Biaya Operasional dan Bagi Hasil DPK terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2014 (Studi Empiris pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah).”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat di
identifikasikan masalah - masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh biaya operasional terhadap pendapatan margin murabahah pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2014. 2. Bagaimana pengaruh bagi hasil DPK terhadap pendapatan margin murabahah pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2014. 3. Bagaimana pengaruh biaya operasional dan bagi hasil DPK secara simultan terhadap pendapatan margin murabahah pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2014.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan
informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan karya ilmiah sehingga diperoleh informasi mengenai pengaruh biaya operasional dan bagi hasil DPK terhadap pendapatan margin murabahah pada bank umum syariah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :
7
1. Pengaruh biaya operasional terhadap pendapatan margin murabahah pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2014. 2. Pengaruh bagi hasil DPK terhadap pendapatan margin murabahah pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2014. 3. Pengaruh biaya operasional dan bagi hasil DPK secara simultan terhadap pendapatan margin murabahah pada bank umum syariah di Indonesia periode 2010-2014.
1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, penulis berharap bahwa
penelitian ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak berkepentingan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ilmiah mengenai perbankan syariah. Secara khusus mengenai pengaruh biaya operasional dan bagi hasil DPK terhadap pendapatan margin murabahah. 2. Bagi Pihak Bank Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada bank syariah untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan mengenai biaya operasional, bagi hasil DPK dan pendapatan margin murabahah.
8
3. Bagi Peneliti Lainnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bermanfaat yang dapat dijadikan pedoman atau referensi bagi peneliti lainnya dalam melakukan penelitian sejenis.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian pada 3 bank umum syariah, yaitu Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan publikasi tahunan melalui situs www.bi.go.id
dan website bank yang
bersangkutan selama 5 tahun, dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Lamanya penelitian berlangsung dimulai dari bulan September 2015 sampai dengan bulan Maret 2016.