BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana SUARA USU mempertahankan idealisme nya di tengah kuatnya arus globalisasi yang memicu pemikiran yang pragmatis serta maraknya suap dan tekanan dalam dunia pers. Bagaimana Pers mahasiswa itu melewati dinamika dari waktu ke waktu dengan tidak menghilangkan idealisme. Selain itu juga membahas mengenai bagaimana berjalannya pers mahasiswa ini dari segi proses belajar, pengerjaan berita dan penerbitan hasil karya tersebut menjadi sebuah tabloid yang dapat dikonsumsi oleh mahasiswa lainnya di Universitas Sumatera Utara (USU). Bagaimana serta apa saja pencapaian yang telah didapat oleh Pers Mahasiswa SUARA USU dan apa saja kendala yang pernah dihadapi dari segi internal maupun eksternal. Selain itu penelitian ini juga akan meneliti bagaimana peranan Pers Mahasiswa SUARA USU dalam merespon dan mengkritisi kebijakan kampus ataupun pemerintah. Pers mahasiswa pada saat ini bukan lagi merupakan hal yang langka dijumpai seperti halnya pada masa Orde Baru. Dimana pada masa itu Negara menunjukkan kekuasaannya dan cenderung menjadi otoriter. Kekuatan-kekuatan lain pada masyarakat dalam bidang sosial politik yang dianggap memiliki potensi mengganggu kekuasaan, setiap gerakannya akan diawasi, diperlambat bahkan dihancurkan. Begitu
1 Universitas Sumatera Utara
pula yang terjadi pada pers di Indonesia termasuk pers mahasiswa. Fenomena pembredelan ataupun ancaman terhadap pers bukan lagi berita yang jarang terdengar. Berbeda halnya dengan masa Orde Baru, pada saat ini kebebabasan pers dilindungi dan dijamin oleh undang-undang. Lembaga-lembaga pers kini tidak lagi dapat dibredel atau dihentikan kegiatan pemberitaannya oleh pemerintah atau oknum lainnya yang merasa terancam dengan adanya pers. Hal tersebut berdampak banyak terbentuknya lembaga pers termasuk pers mahasiswa. Dapat dilihat bahwa sebagian besar universitas di Indonesia, terdapat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers Mahasiswa. Misalnya pada tahun 1983 di Unud Bali berdiri Akademika, tahun 1985 terbentuk Balairung di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Solidaritas di Unas Jakarta pada tahun 1986,
Sketsa di Unsoed
Puwokerto pada tahun 1988, Pendapa di Universitas Sarjana Wiyata Yogyakarta, serta SUARA USU di Universitas Sumatera Utara pada tahun 1995. di kota Medan, selain SUARA USU juga terdapat pers mahasiswa lainnya seperti Teropong di Universitas Muhammadyah Sumatera Utara (UMSU), Kreatif di Universitas Negeri Medan dan
Bom di Istititut Teknologi Medan (ITM) dan masih banyak Pers
mahasiswa lainnya di kota medan. Di USU bahkan terdapat pers mahasiswa di tiap fakultas misalnya saja di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terdapat Pijar (Pelita insan terpelajar ). Contoh tersebut menggambarkan bahwa sudah sangat banyak Pers mahasiswa di Indonesia. Hal tersebut merupakan fenomena yang menimbulkan keingintahuan ,
2 Universitas Sumatera Utara
mengapa sebenarnya terbentuk begitu banyak pers mahasiswa di Indonesia, yang berarti pers mahasiswa merupakan sebuah lembaga ataupun unit kegiatan mahasiswa yang penting atau patut untuk didirikan. Selain dari maraknya semangat mendirikan dan melakoni kegiatan pers mahasiswa, hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah pegiat dari pers mahasiswa itu sendiri yaitu mahasiswa. Bagaimana mahasiswa menjalankan dua peran sekaligus dan bagaimana kompetensinya. Peran tersebut yaitu sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu dan melaksanakan kegiatan perkuliahan, sekaligus sebagai pegiat pers mahasiswa yang menuntut pembagian waktu. Sebagai mahasiswa yang aktif melakukan kegiatan perkuliahan, hal-hal seperti menghadiri kelas dan mengerjakan tugas yang diberikan dari dosen merupakan rutinitas yang umum. Namun berbeda bagi pegiat pers mahasiswa, ada rutinitas lain yang juga harus dijalankan. Pertanyaan demi pertanyaan kemudian muncul terkait sebenarnya apakah kelebihan dari pers mahasiswa, bagaimana gambaran idealismenya sehingga mahasiswa mau bergabung dalam pers mahasiswa. Selain itu, apa sebenarnya manfaat yang didapat dengan menjalankan rutinitas sebagai pegiat pers mahasiswa. Dari pengalaman dan observasi sementara yang dilakukan peneliti, aktivis kampus termasuk pegiat pers mahasiswa cenderung beresiko terganggu kegiatan perkuliahannya. Fenomena sulitnya aktivis kampus termasuk pegiat pers mahasiswa ini untuk menamatkan kuliah sering terjadi. Tidak hanya itu saja , pers mahasiswa yang berada dibawah naungan universitas seringkali
3 Universitas Sumatera Utara
mendapat tekanan dari rektorat untuk membatasi pemberitaan yang akan disebar meskipun adanya jaminan kebebasan pers. Beberapa kendala tersebut tidak menjadi halangan bagi pegiat pers mahasiswa untuk menimba ilmu dan pengalaman. Pada kenyataannya pers mahasiswa memberikan wawasan bagi anggotanya termasuk keterampilan dalam menulis dan menjadi tetap dinamis ditengah kesulitan yang dialami. Pegiat pers mahasiswa universitas terdiri
dari mahasiswa dari berbagai
fakultas. Dengan latar fakultas yang berbeda-beda, anggota pers mahasiswa tergabung dalam suatu wadah dan bekerja sama menjalankan proses pembelajaran serta kegiatan pemberitaan. Mereka harus saling beradaptasi satu sama lain untuk dapat menjadi satu tim dan menjalankan tugas dari posisinya masing-masing. Setiap tahunnya juga akan dilaksanakan perekrutan anggota baru. Ditambah peran ganda sebagai mahasiswa universitas sekaligus pegiat pers mahasiswa , hal-hal tersebut akan memungkinkan adanya dinamika didalam unit kegiatan pers mahasiswa. Sebanyak apapun pertumbuhan pers di Indonesia, pers mahasiswa tetap menjadi suatu hal yang berbeda yang menjadi bagian dari pers Indonesia itu sendiri. Di tengah hiruk pikuk perkembangan pers yang berorientasi pada keuntungan. Pers mahasiswa masih menjunjung tinggi ideologi jurnalisme yang menyajikan informasi
4 Universitas Sumatera Utara
tanpa dalih untuk mendapatkan keuntungan dan bebas dari intervensi. 1 Hal inilah yang mendasari perbedaan antara pers secara umum dengan pers mahasiswa. Pergerakan mahasiswa tidak bisa dipungkiri telah melibatkan pers kampus di dalamnya. Sebab sebagai wadah aspirasi mahasiswa pers kampus merupakan perwujudan dari sikap mahasiswa yang ingin menata sebuah sistem dinamis dan bebas dari bentuk interfensi apapun. Setiap pergerakan mahasiswa mempunyai jalur dan bentuk yang berbeda. Sebuah forum pergerakan mahasiswa tentunya menjadikan aksi demonstrasi sebagai media untuk melakukan pergerakannya. Namun pers kampus mempunyai jalur dan bentuk tersendiri bukan melalui demonstrasi lapangan tapi berupa kritik, pemberitaan dan penelusuran . Seperti kilasan sebelumnya bahwa pers mahasiswa sering kali timbul dan tenggelam seiring bergantinya rezim di Negara ini. Pers mahasiswa memiliki peran strategis untuk mengulas dan menelusuri kelemahan-kelemahan dalam setiap periode kekuasaan (Satrio Arismunandar, 2005 :86). Oleh karena itu seringkali penguasa pada masa itu merasa terancam akan kebebasan pers mahasiswa. Seperti misalnya pada orde lama pascakemerdekaan, pers Indonesia mendapatkan momentum untuk tumbuh dan berkembang. Namun seiring perkembangannya, presiden Soekarno yang masih menjabat pada saat itu kerap memberikan peringatan dan pembatasan kepada pers. Pada saat itu pers mahasiswa tidak tinggal diam dan melakukan serangan berupa artikel-artikel kritikan terhadap Soekarno.
1
Wisnu Prasetya Utomo. Pers Mahasiswa Melawan Komersialisasi Pendidikan. (Jogjakarta ; Indie Book Corner, 2013), hal. 5. Intervensi adalah campur tangan dari suatu pihak.
5 Universitas Sumatera Utara
Francois Raillon, (1985:135) mengatakan dengan berkolaborasi pada aktoraktor orde baru akhirnya kekuasaan Soekarno pun berakhir dan digantikan dengan kekuasaan Soeharto. 2 Mulanya pers mahasiswa yang sempat tenggelam, muncul kembali pada awal Orde Baru. Namun lama kelamaan sistem pada Orde Baru membangkitkan kritikan-kritikan lagi oleh pers mahasiswa. Banyak hal yang dirasa menyalah pada sistem tersebut dan kemudian pers mulai mengkritik kembali kepemerintahan Soeharto. namun hal tersebut membuat Soeharto melakukan pembredelan terhadap media cetak seperti Mahasiswa Indonesia . pers mahasiswa bahkan didesak untuk back to campus. 3 Semenjak hal itu terjadi dalam beberapa tahun pers mahasiswa dapat dikatakan vacuum of publication. Namun jiwa muda mahasiswa adalah jiwa yang menunjukkan pada keresahan dan pembangkangan 4. Dilandasi keresahan tersebut beberapa aktivis mahasiswa di berbagai daerah bergerak dan mendirikan pers mahasiswa di kampusnya masingmasing. Dengan melakukan beberapa langkah yang progresif ,pers mahasiswa pada akhirnya memiliki peran pemberi informasi, sosialisasi dan edukator terhadap proses menjatuhkan rezim Soeharto. 5 Pasca reformasi hingga saat ini pers mahasiswa terus berkembang dan kebebasan pers juga telah dilindungi dan dijamin oleh undang-undang. Namun pada konteks yang berbeda, unit kegiatan pers mahasiswa masih tetap mengalami 2
Ibid., hal. 29 fenomena back to campus merupakan fenomena dimana anggota pers mahasiswa menyudahi kegiatan pergerakan dengan jalan kembali ke kampus yang artinya pers mahasiswa sepenuhnya bersifat amatir. 4 Irwan Abdullah. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. (Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR, 2006) hal. 183 5 Wisnu Prasetya Utomo, Op.Cit., hal. 50 3
6 Universitas Sumatera Utara
dinamika. Maka dari itu pada penelitian ini saya akan melihat bagaimana bentuk penjelmaan dinamika pers mahasiswa pada saat ini terhadap Pers Mahasiswa SUARA USU. Pers Mahasiswa SUARA USU adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa atau UKM yang terdapat di Universitas Sumatera Utara (USU). Kegiatan dalam UKM ini adalah mengumpulkan informasi seputar kampus untuk kemudian dituliskan dan naik cetak menjadi berita. Berita tersebut diterbitkan dalam bentuk tabloid mahasiswa dan berita online agar mahasiswa dapat mengetahui segala informasi yang terjadi di kampus USU. Sebaliknya, mahasiswa USU yang memiliki kegiatan dan informasi yang perlu disebarluaskan akan terjembatani dengan adanya SUARA USU. Tabloid mahasiswa ini diterbitkan dalam tiga bulan sekali. Berdirinya SUARA USU ini didasari oleh munculnya pergerakan-pergerakan dari mahasiswa USU. Pers mahasiswa pun dalam suatu kondisi tidak bisa dipisahkan dengan pergerakan mahasiswa. SUARA USU mulanya adalah media yang dikelola oleh direktorat bidang Hubungan Masyarakat (Humas) USU. Media ini dikerjakan sendiri oleh Humas USU dan terbit pada setiap acara wisuda. Namun sejak tahun 1992, media ini tidak lagi terbit. Semenjak itu Muhammad Rusli Harahap salah satu mahasiswa USU yang merupakan anggota Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) 6 kemudian bermaksud untuk mengambil alih SUARA USU agar dilanjutkan dan dikelola oleh mahasiswa sendiri. Edisi pertama diterbitkan pada waktu yang
6
Senat Mahasiwa Perguruan Tinggi (SMPT) adalah sebutan yang sekarang disebut Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) pada masa itu.
7 Universitas Sumatera Utara
berdekatan dengan masuknya mahasiswa baru yaitu pada tanggal 1 Juli 1995. Tanggal ini juga dipilih sebagai hari lahir Pers Mahasiswa SUARA USU. 7 Dinamika dalam hal ini adalah bagaimana gambaran berjalannya media cetak kampus yang dilakukan oleh anggota pers Mahasiswa SUARA USU yang semuanya merupakan
mahasiswa dan mahasiswi Universitas Sumatera Utara dalam
menciptakan sebuah karya berbentuk tabloid. Karena sejak akan didirikan hingga saat ini, berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya SUARA USU juga adalah UKM yang kerap mengalami rintangan baik dalam perngerjaan, program, maupun secara keorganisasian. Selain itu Pers Mahasiswa SUARA USU juga kerap berperan dalam menunjukkan penolakan terhadap kebijakan kampus ataupun kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dan merugikan masyarakat ataupun mahasiswa. Namun selain dari kendala-kendala tersebut, tidak sedikit pula penghargaanpenghargaan yang diterima oleh SUARA USU. Kemampuan menulis dari para anggota SUARA USU juga kerap menuai pujian dari banyak orang termasuk dari anggota Pers Surat Kabar ataupun dosen di jurusan masing-masing anggota SUARA USU. Melihat
gambaran-gambaran
tersebut
peneliti
ingin
meneliti
dan
mendeskripsikan secara lebih dalam mengenai bagaimana gambaran idealisme Pers Mahasiswa SUARA USU didalam dinamika Pers Mahasiswa. Bagaimana situasi berjalannya pers mahasiswa tersebut sehingga dapat mempertahankan eksistensi dan idealismenya meskipun mengalami banyak kendala. Serta bagaimana peranan pers
7
Ridha Annisa Sebayang,” Berdirinya SUARA USU Ala Mahasiswa,” Tabloid mahasiswa SUARA USU, edisi 90/XVII/NOVEMBER 2012 hal. 12
8 Universitas Sumatera Utara
mahasiswa dalam mengkritisi kebijakan kampus maupun kebijakan pemerintah. Untuk mendeskripsikan hal itu peneliti akan menerangkannya dengan menunjukkan hal-hal apa saja yang dapat membuktikan idealisme pers mahasiswa. Yang pertama, adalah originalitas yaitu keaslian dari berita. kedua, yaitu responsibilitas adalah bagaimana pers mahasiswa menjadi lembaga pers yang bertanggung jawab dan dapat menanggung jawabi berita yang dipublikasikan. Ketiga, yaitu Pers Mahasiswa yang konsisten adalah tentang bagaimana pers mahasiswa SUARA USU secara konsisten baik dalam mempertahankan prinsipnya maupun kinerjanya. Keempat, yaitu kompetensi adalah bagaimana pers mahasiswa SUARA USU mampu meningkatkan kompetensi anggotanya.
1.2. Tunjauan Pustaka Pers adalah lembaga kemasyarakatan (social institution). Sebagai lembaga kemasyarakatan, pers merupakan subsistem kemasyarakatan tempat ia berada bersama-sama dengan subsistem lainnya. Dengan demikian pers tidak dapat hidup mandiri (sendiri), tetapi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembagalembaga kemasyarakatan lainnya. Meskipun begitu, Pers harus independen dan berada di posisi yang tidak berpihak pada suatu subsistem tertentu namun harus menekankan keberpihakan kepada fakta. Idealisme yang melekat pada pers sebagai lembaga kemasyarakatan diwujudkan dengan melakukan social control dengan
9 Universitas Sumatera Utara
menyatakan pendapatnya secara bebas, tetapi sudah tentu dengan perasaan tanggung jawab bila pers itu menganut social responsibility 8 Pers sendiri secara mendasar dan substantif memiliki beberapa fungsi yang harus dijalankan antara lain: -
Fungsi menyiarkan informasi (to inform)
-
Fungsi mendidik (to educate)
-
Fungsi menghibur (To entertain)
-
Fungsi mempengaruhi (to influence) Selain fungsi diatas terdapat tiga tindakan yang biasa dilakukan pegiat media
ketika melakukan kontruksi realitas termasuk realitas politik sendiri yang berujung kepada pembentukan citra sebuah kekuatan politik ; pemilihan simbol, pemilihan fakta yang akan disajikan (Strategic framing) dan kesediaan memberi tempat (agenda Setting). Mengacu kepada hal tersebut, gambaran mengenai sebuah realitas politik amat bergantung kepada bagaimana media massa memberi julukan, mengurutkan fakta, dan memberi kesempatan pengkomunikasiannya kepada khalayak. Dengan pemahaman bahwa pers media mau tidak mau harus melakukan ketiga tindakan tersebut maka budaya yang terbentuk dalam suatu organisasi pers akan juga bermuara kepada proses-proses dari ketiga tindakan tersebut. Budaya tersebut akan diinterpretasikan melalui perilaku dari pers media terkait. Hal inilah
Op cit Ibnu Hamad, hal. 146-149.
8
10 Universitas Sumatera Utara
yang menjadi alasan mengapa konsep ini menjadi penting dalam penelitian yang akan dilakukan. Eric W. Rothenbuhler (2005:9) menyatakan bahwa: “… it is dedicated to the idea that the media are cultural phenomena, worthy of study using the concepts and methods anthropologist have developed for the study of indigenous cultures-adapted, of course to global media markets, technologies and industrial system.” ( mengarah kepada ide bahwa media adalah fenomena budaya. Kegunaan mengkaji menggunakan konsep dan metode antropologi telah dikembangkan untuk kajian adaptasi budaya asli, tentu untuk pasar media global, teknologi, dan system industry.) Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa media atau pers merupakan sebuah fenomena budaya. Maka perilaku dari pers mahasiswa adalah juga fenomena budaya.
pengkajian
menggunakan
konsep
dan
metode
antropologi
telah
dikembangkan terhadap pasar media global dan lainnya. Eric W. Rothenbuhler (2005) juga menyatakan bahwa: “In the anthropological approach to mass media, several establishedconcepts are finding relatively new uses: culture (an acculturation,cultural change, cultural diffusion, assimilation, globalization), …”. “(dalam pendekatan antropologi media massa, beberapa konsep yang tidak dapat dipungkiri menemukan kegunaan secara relatif: kebudayaan (dan akulturasi, perubahan kebudayaan, difusi , asimilasi, globalisasi),…” Dari pendapat tersebut maka media atau pers juga merupakan efek dari globalisasi. Mosquera (1994) mengatakan bahwa saat ini seluruh individu manusia hidup dalam dunia komunikasi dan pertukaran, dimana globalisasi merupakan bentuk imajiner yang menghubungkan antara satu hal dengan hal lain dalam satu kesatuan jaringan. 11 Universitas Sumatera Utara
1.3. Perumusan Masalah Pers mahasiswa dilihat dalam bentangan sejarah mengalami dinamika dan tidak lepas dari pengaruh budaya masyarakat, kekuatan politik serta globalisasi. Dari pengaruh tersebut pers mahasiswa tetap mempertahankan jati diri sebagai lembaga pers mahasiswa yang ideal. munculnya perjuangan-perjuangan anggota pers mahasiswa SUARA USU baik untuk mengkritisi kebijakan, maupun untuk mempertahankan eksistensi dan ideologinya
hingga saat ini. penelitian ini akan
mendeskripsikan bagaimana rupa dinamika Pers Mahasiswa itu terjadi pada saat ini dan bagaimana Pers Mahasiswa SUARA USU mempertahankan idealisme nya diuraikan sebagai berikut ; Bagaimanakah
SUARA
USU
mempertahankan
Idealismenya
dan
mengembangkan kompetensi dalam dinamika Pers Mahasiswa.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana dinamika Pers mahasiswa yang dihadapi oleh Pers Mahasiswa. Penelitian ini juga bertujuan agar mengetahui bagaimana Pers Mahasiswa tetap menjadi lembaga pers yang tetap menjaga nilai-nilai dan idelisme nya. Hal itu dilakukan dengan melihat sejarah perkembangan, aktifitas, prestasi serta konflik guna menjelaskan mengapa dinamika itu terjadi dengan tidak mengabaikan konteks lokal, dan global. dan penelitian ini juga nantinya dapat menambah wawasan mengenai fenomena-fenomena perjuangan pers mahasiswa menjalankan dan mempertahankan 12 Universitas Sumatera Utara
Idealisme dan membuktikan eksistensi pers mahasiswa SUARA USU hingga diharapkan dapat menularkan semangat tersebut pada mahasiswa lainnya. Penelitian ini juga bertujuan agar dapat meningkatkan ketertarikan masyarakat khususnya mahasiswa untuk belajar menulis dan mewujudkan apresiasi dalam bentuk tulisan. karena pada era globalisasi ini tulisan merupakan alat untuk menyampaikan aspirasi, informasi , dan juga kreatifitas masyarakat.
1.5. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yaitu penelitian yang akan mengamati secara mendalam dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat. Karena etnografi adalah metode untuk menangkap sudut pandang yang asli (Malinowski : 1992). Penggunaan metode kualitatif karena penelitian ini lebih mencari kedalaman suatu permasalahan daripada jawaban yang bisa di generalisir secara umum. Selain itu antara peneliti dan yang diteliti saling berinteraksi dan bertujuan untuk menelaah hal yang diteliti secara holistik.9 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.5.1. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan meninjau secara langsung di lapangan. Proses pengamatan ini dilakukan dengan
9
Esther Kuntjara, Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta : Graha ilmu,2006 ) hal 3.
13 Universitas Sumatera Utara
cara mengamati
apa yang terjadi, apa dan siapa saja yang terlibat di dalam
permasalahan penelitian yang dilakukan. Observasi ini juga mencakup pengamatan mengenai keseluruhan kejadian dalam sekertariat Pers Mahasiswa SUARA USU, kelakuan , dan benda-benda yang ada pada latar penelitian mengenai pers mahasiswa. Juga termasuk proses terjadi dan hubungan orang-orang yang terlibat didalamnya. Selain observasi non partisipasi tersebut peneliti juga akan melakukan observasi partisipasi dimana peneliti akan turut serta dalam proses belajar di dalam pers mahasiswa. hal tersebut guna menempatkan diri pada posisi mahasiswa yang melakukan proses belajar baik sebagai mahasiswa di bangku kuliah dan menjadi anggota pers mahasiswa yang cukup banyak menghabiskan waktu dan pikiran. Selain dari observasi terhadap lokasi penelitian, yang perlu dilakukan juga observasi kepustakaan mengenai apa saja sebelumnya yang mendasari penelitian ini. 1.5.2
Wawancara
Dalam penelitian ini, bentuk wawancara lebih dari sekedar Tanya jawab, namun merupakan proses pencarian yang mendalam dari diri subjek. Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dua orang yaitu pewawancara yang memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong :1991). Wawancara yang demikian dapat membantu peneliti memahami masalah dalam konteks yang lebih luas yang menyangkut aspek-aspek
14 Universitas Sumatera Utara
sosial budaya dan lingkungannya. Jadi wawancara merupakan suatu teknik yang efektif dalam pencarian data. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam untuk membangun rapport (hubungan) yang baik dengan para informan. Hal tersebut sangat penting karena untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sebelumnya harus menjalin hubungan yang baik sehingga terjalin komunikasi yang baik. Wawancara akan dilakukan secara langsung. Namun tidak menutup kemungkinan wawancara dilakukan melalui panggilan handphone atau email. 1.5.3
Pengumpulan dan perekaman data
Tujuan utama pengumpulan dan perekaman data adalah untuk membangun realitas yang ada (Esther Kuntjara 2006: 91). Dalam tahap wawancara sering kali percakapan yang terjadi antara peneliti dan informan terjadi perbedaan maksud dan paham yang dipengaruhi etnis dan bahasa yang berbeda, sehingga dari situ adalah tugas peneliti untuk meneliti bagaimana maksud sesungguhnya yang ingin diutarakan oleh informan. dalam hal ini catatan lapangan dan alat perekam suara dibutuhkan untuk menyimpan data yang diambil pada saat penelitian dilakukan. Seperti yang ditulis oleh Emerson (1995 :4-5) “fieldnotes are accounts describing experiences and observations the researcher has made while participating in an intense and involved manner” . maksudnya adalah bahwa catatan lapangan begitu menggambarkan pengalaman dan pengamatan peneliti yang telah dibuat saat ikut berpartisipasi secara intens dan terlibat.
15 Universitas Sumatera Utara
1.5.4
Analisis data
Dari semua data yang telah dikumpulkan, peneliti harus memilah dan memeriksa kembali sebelumnya. Dari data tersebut mana data yang harus diperinci sehingga apabila data yang didapatkan masih kurang jelas atau kurang memenuhi sehingga peneliti dapat melengkapi. Selain itu keaslian dari data tersebut juga harus diperiksa kembali karena diharapkan penelitian ini merupakan penelitian yang objektif. Data-data yang dikumpulkan kemudian disusun dan dan dikategorikan sesuai dengan tujuan penelitian. 1.5.5. Informan penelitian Sebelum melakukan wawancara mendalam peneliti akan mencari terlebih dahulu beberapa informan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi pers mahasiswa SUARA USU. Informan peneliti adalah alumni pers mahasiswa di SUARA USU juga anggota aktif Pers Mahasiswa SUARA USU. informan juga termasuk dari pihak rektorat sebagai pelindung. Sebelumnya peneliti akan menemui terlebih dahulu anggota SUARA USU yang dikenal untuk memudahkan akses menemui informan lainnya. Untuk memperkuat data yang diinginkan dalam penelitian ini informan juga tidak dibatasi kepada orang tertentu saja tetapi ditambah juga dengan melakukan wawancara dengan mahasiswa yang merupakan pembaca atau konsumen dari pemberitaan SUARA USU.
16 Universitas Sumatera Utara
1.6. Pengalaman Lapangan Pertama kali peneliti mulai melakukan penelitian pada Maret 2014 dan menemui salah satu alumni SUARA USU yaitu Kartini Zalukhu. Mulanya saya mengetahui dan telah mengenal informan terlebih dahulu karena berada di satu fakultas yang sama. Peneliti dan informan bertemu di sebuah café yang berada di daerah jalan Dr. Mansyur pada jam 19.30 WIB. Alasan saya dan informan bertemu di cafe adalah karena kami bertemu pada malam hari, tepatnya di jam makan malam karena memang kartini atau sering dipanggil tini sangat sulit menemukan waktu luang selain di malam hari. Awalnya kami berbincang sebentar mengenai kesibukan masing-masing sebelum peneliti memulai mengajukan pertanyaan. Informan adalah mahasiswa jurusan ilmu kesejahteraan sosial USU stambuk 2009. Sekarang informan sudah bekerja sebagai pemimpin redaksi di salah satu perusahaan media di Medan meskipun kartini belum di wisuda. peneliti memulai mengajukan pertanyaan pada tini sambil menikmati makan malam. Karena peneliti sebaya dengan tini , pertanyaan demi pertanyaan pun dijawab dengan santai dan jelas. Tini juga menjawab dengan sangat ramah tentang bagaimana pengalamannya selama 3 tahun menjalani kegiatan pers mahasiswa SUARA USU dan apa saja masalah internal menurut tini. Seperti apa arti SUARA USU bagi tini dan aap saja pelajaran yang didapatkan tini selama Berada Di SUARA USU. Dari wawancara yang berlangsung, dan juga dari obrolan-obrolan mengenai Suara yang sudah sering kami lakukan sebelumnya, tini merasa pengalaman di SUARA USU sangat berharga dan tidak terlupakan.
17 Universitas Sumatera Utara
Berlanjut dari penjelasan tini sekaligus dari info yang diberikan, ada acara yang dilaksanakan oleh SUARA USU pada hari sabtu dan minggu yaitu pelatihan dasar jurnalistik. Tini banyak mengarahkan kemana dan kepada siapa saja saya bisa melakukan wawancara dan observasi termasuk kegiatan pelatihan itu. Kemudian hari sabtu peneliti datang untuk mengikuti sekaligus mengamati bagaimana berjalannya kegiatan pelatihan yang dilakukan SUARA USU ini. Acara selasai pada jam 17.00 Wib,peneliti tidak terlalu terlibat dalam kegiatan ini karena lebih melakukan pengamatan. Peneliti juga melakukan penelitian kepada Pimum atau pemimpin umum SUARA USU, Giovani (Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011) atau panggilannya gio. Gio sangat ramah karena sudah diperkenalkan dari awal oleh tini. Tini menceritakan kepentingan saya dan memberikan nomor kontak gio untuk saya hubungi. Kami sebelumnya membuat janji terlebih dahulu melalui ponsel. Saya dan gio bertemu di SUARA USU pada malam hari karena gio juga memiliki kesibukan pada pagi atau siang hari. Dengan jarak yang lumayan jauh dari rumah saya ke sekertariat SUARA USU yang juga berada di USU saya tetap menyempatkan kesana karena sangat sulit mencocokkan waktu dengan pimum SUARA USU karena gio punya banyak kegiatan. Malam itu dalam perjalanan ke sekertariat USU juga mengalami kecelakaan kecil dan kaki sedikit cedera. Tapi perjalanan ke kampus tetap dilanjutkan dan wawancara juga tetap dilanjutkan walaupun tidak maksimal. Wawancara juga tidak terlalu lama karena hari juga sudah cukup malam. Meskipun saya kurang aktif dalam bertanya, namungio
18 Universitas Sumatera Utara
sepertinya sudah mengerti kondisi saya dan lebih aktif dalam menceritakan tentang dirinya dan SUARA USU. sama seperti tini , gio juga terlihat memiliki kebanggaan tersendiri telah bergabung di SUARA USU. ia sama sekali tidak menyampaikan keluhan , yang disampaikan gio berupa manfaat dan pembelajaran di SUARA USU. Penjelasan gio justru kadang lebih detil dan jelas dari yang saya harapkan. Karena tidak terlalu dapat berkonsentrasi dalam mendengarkan, saya merekam percakapan dengan gio melalui ponsel saya untuk saya dengar ulang dirumah. Dari gio ini juga saya diperkenalkan oleh beberapa anggota SUARA USU yaitu shela dan dian. Saya pun menambahkan mereka sebagai informan saya. Wawancara juga dilakukan kepada beberapa mahasiswa USU , salah satunya adalah mahasiswa fakultas MIPA dan farmasi. kemudian peneliti juga mengamati lewat website atau media sosial lainnya bagaimana SUARA USU ditanggapi. Saya beberapa kali melakukan observasi dengan mendatangi sekertariat SUARA USU dan mengamati kegiatan anggota SUARA USU. Saya juga juga melakukan pengamatan pada tabloid-tabloid SUARA USU mengenai konten berita dan isi berita. Pada bulan mei, saya menemui bapak sunyoto kepala biro sumber daya manusia (SDM) biro rektor USU. Baru setahun beliau menjabat sebagai kabiro SDM. Sebelumnya beliau menjabat sebagai kabiro kemahasiswaan selama lebih kurang 7 tahun.
Beliau menjabat sejak tahun 2006. Informasi tersebut saya
19 Universitas Sumatera Utara
dapatkan dari kartini juga dari gio bahwa beliau merupakan orang yang mewakili pihak rektorat memberikan arahan dan dukungan kepada UKM termasuk SUARA USU. Dari cerita tini dan gio yang saya dengar beliau sangat ramah dan baik. Awalnya saya merasa gugup menemui beliau dengan posisinya yang dirasa cukup memiliki banyak kesibukan. Namun tidak seperti apa yang saya pikir, beliau sangat ramah menerima tamu meskipun itu dari mahasiswa persis seperti yang saya dengar dari tini dan gio. Awalnya memang saya tidak dapat bertemu dengan beliau karena beliau sedang dalam kesibukan. Namun kedua kalinya pada akhirnya saya bisa menemui beliau dan disambut dengan baik meskipun pada saat itu beliau juga sedang mengobrol dengan tamu yang merupakan teman lama beliau. Saya dipersilahkan masuk ke ruang kerja beliau kemudian duduk di meja bundar yang sepertinya meja yang biasa dipakai untuk rapat. Tamu beliau yang saya ketahui bernama bapak hasbi juga masih ikut bergabung. Suasana sebelum saya mulai bertanya sangat membuat gugup karena itu pertama kalinya bertemu dengan beliau. Tapi ternyata beliau memulai obrolan dengan menanyakan apa yang saya perlukan sehingga proses wawancara yang saya lakukan mengalir saja. Saya melakukan wawancara sambil merekam penjelasan bapak sunyoto. Wawancara itu berlangsung sekitar 90 menit dibarengi juga dengan obrolanobrolan yang berbau pendidikan. Beliau juga memberikan informasi dan motivasimotivasi untuk bagaimana kedepannya dan bapak Hasbi juga melakukan hal yang sama. Bapak Sunyoto menjelaskan bagaimana pengalaman beliau selama menjabat sebagai kepala biro kemahasiswaan selama 7 tahun dan bagaimana interaksi nya
20 Universitas Sumatera Utara
terhadap UKM SUARA USU. Beliau juga menjelaskan bagaimana hubungan yang terbentuk antara beliau dan anggota SUARA USU. Pertanyaan demi pertanyaan beliau jawab dengan ekspresi yang hangat. Meskipun beliau terlihat sungkan menjawab keadaan yang kurang baik dan mengemukakan hal yang baiknya saja. Tetapi beliau mengaku memang beliau sangat mendukung kegiatan SUARA USU tersebut. Beliau beranggapan bahwa itu memang sebuah unit kegiatan yang sangat bermanfaat. Pernyataan-pernyataan beliau memang menjurus pada dukungandukungan dan hubungan baik beliau terhadap anggota-anggota SUARA USU. Setelah wawancara selesai, beliau pun sempat memberikan sedikit nasehat dan menyalami saya dan teman saya. Sekitar seminggu setelah wawancara dengan kabiro SDM USU , saya melanjutkan penelitian dengan melakukan wawancara kepada salah satu informan yang merupakan alumni SUARA USU yaitu Shahnaz Yusuf. Ia pernah menjabat sebagai Pemred (pemimpin redaksi) SUARA USU dan merupakan alumni jurusan ilmu komunikasi Fisip USU dan sekarang sedang bekerja sebagai media analis yayasan Kippas. Informasi mengenai beliau pernah menjabat sebagai pemred juga saya ketahui dari tini. Sebelumnya saya memang sudah mengenal beliau karena suatu urusan di kampus yang merupakan satu fakultas yang sama dengan beliau. Hanya saja beliau merupakan senior. Shahnaz selama setahun menjabat sebagai Pemred SUARA USU dan 3 tahun sebagai anggota SUARA USU memiliki banyak pengalaman. Baik itu
21 Universitas Sumatera Utara
pengalaman dalam menyikapi tulisan-tulisan dari reporter, maupun pengalaman dalam menghadapi respon dari tulisan yang terbit. Saya menemui shahnaz di kantor yayasan Kippas pada jam istirahat, siang hari dan melakukan wawancara di ruangan kerja shahnaz. Shahnaz menjelaskan tentang bagaimana respon-respon selama ia menjalani keanggotaan sebagai reporter. Shahnaz menjelaskan tentang bagaimana respon-respon ekstrim dari mahasiswa ataupun rektorat mengenai hasil dari pemberitaan. Ia menjelaskan sambil senyum dan kadang tertawa. Shahnaz seperti sedang bernostalgia dalam menjelaskan. Ia mengaku masih sangat mengingat kejadian semasa ia masih anggota SUARA USU. Bagaimana SUARA USU juga membentuk dirinya hingga seperti sekarang ini. Shahnaz juga beranggapan bahwa SUARA USU merupakan Pilihan terbaik dalam berorganisasi. Bagi shahnaz, meskipun SUARA USU banyak didera respon yang tidak sesuai, tapi sampai saat ini SUARA USU dapatselalu mengatasinya. Shahnaz menceritakan pengalamannya dari tahun pertama ia bergabung di pers mahasiswa SUARA USU yang pada saat itu berita yang ia tulis langsung menimbulkan respon keras dari mahasiswa yang bersangkutan dengan berita. Ia juga mengingatkan cerita cerita alumni terdahulu yang mengalami hal-hal seperti itu baik yang ia lihat secara langsung ataupun dengar ceritanya saja. Bagi shahnaz hal-hal tersebut justru merupakan kenangan menyenangkan.
22 Universitas Sumatera Utara
Peneliti juga beberapa kali melakukan pengamatan intens di SUARA USU baik pada pagi hari,siang hari dan malam hari. Di pagi hari SUARA USU masih tetap ramai anggota SUARA USU , pada saat itu ada renty, yunu, dian dan adam dan beberapa orang lainnya. Sebagian seperti renti sendiri memang menginap disana dan adapula yang datang mengerjakan liputan sebelum kuliah. Saat itu saya duduk dengan renty. Kami bercerita-cerita perihal mengapa renty bisa sampai menginap disana. Renty mengaku ia memang sering menginap di SUARA USU. selain itu kami mengobrol dan saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang cover tabloid yang dipajang memenuhi dinding dan tumpukan-tumpukan buku di lemari. Ketika saya datang besok harinya di siang hari, saya ingin melihat suasana SUARA USU pada Siang hari. Ternyata pada hari itu lebih ramaikarena kebetulan memang ada acara yang akan dilakukan dalam waktu dekat sehingga anggota sibuk dengan tugasnya masing-masing. siang itu yang menemani saya adalah yuni karena memang hanya yuni yang tidak sedang mengerjakan sesuatu. Itu bukan pertama kalinya saya menemui yuni. Kami sudah perneh bertemu saat saya mau membeli buku SUARA USU. kelihatannya memang yuni adalah orang yang ramah. Saya menanyakan mengapa di SUARA USU ini selalu ramai, apa saja kegiatan yang dilakukan di SUARA USU ini. Yuni pun menjelaskan bahwa SUARA USU memang merupakan Rumah kedua dan satu sama lain sudah seperti keluarga. Saya sempat mengambil beberapa foto di SUARA USU.
23 Universitas Sumatera Utara
Sama hal nya juga ketika kesana pada malam hari besoknya. Saya hanya duduk memperhatikan aktifitas anggota SUARA USU selama beberapa waktu. Semua terlihat sibuk ada yang mengetik ada yang sedang mengeprint dan ada kelompok kecil yang duduk membentuk lingkaran di sudut seperti sedang rapat kecil. kemudia sebentar gio menemani saya dan saya sempat menanyakan beberapa pertanyaan tentang situasi SUARA USU malam itu. Gio menceritakan bahwa memang kegiatan di SUARA USU tidak ada batasan jam nya, jika akan mengadakan moment besar bahkan kesibukan bisa sepanjang malam. Kemudian tidak lama gio kembali masuk ke ruangan yang didalamnya ada computer dan printer, tidak lama mengamati saya pun berpamitan pulang.
24 Universitas Sumatera Utara